Anda di halaman 1dari 6

Eksistensi UKM Didalam Proses Pembangunan Ekonomi

Tim Penyusun :

Kelompok 7

1. Ni Kadek Dwi Kurnia Utami


(1902622010266/ 09)
2. Kadek Widiatantri
(1902622010287/ 30)

Universitas Mahasaraswati Denpasar


Fakultas Ekonomi & Bisnis
Prodi Akuntansi
2019/2020

PEMBAHASAN

1.1 Konsep Pengusaha Kecil dan Menengah


UKM atau yang biasa di kenal dengan UsahaKecil Menengah. Menurut Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah(Menegkop & UKM) mendefinisikan UsahaKecil
(UK) termasuk Usaha Mikro (UMI)sebagai suatu badan usaha milik warga
negaraIndonesia baik perorangan maupun berbadan h u k u m y a n g m e m i l i i
k e k a y a a n b e r s i h , t i d a k termasuk tanah dan bangunan. Sedangkan menurut Biro
Pusat Statistik (BPS) mendefinisikanskala usaha usaha berdasarkan jumlah pekerja (L).
Usaha Kecil Yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan/badanusaha yang bukan merupakan anak perusahaan/bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai,atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besaryang memenuhi kriteria :
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampaidengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanahdan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah)sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah).

Usaha MenengahYaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan ataubadan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki,dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha kecil atauusaha besar yang memenuhi kriteria:

1.Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampaidengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanahdan bangunan tempat usaha; atau

2.Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratusjuta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
milyarrupiah).Bentuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat berupa
perusahaan perseorangan,persekutuan, seperti misalnya firma dan CV, maupun perseroan
terbatas

.
1.2 Keberadaan UKM Secara Alami
Usaha kecil di Indonesia didominasi oleh unit-unit usaha tradisional, yang disatu sisi
dapat dibangun dan beroperasi hanya dengan modal kerja dan modal investasi kecil dan
tanpa perlu menerapkan system organisasi dan manajemen modern yang kompleks dan
mahal, seperti diusaha-usaha modern dan di sisi lain berbeda dengan usaha menengah, usaha
kecil pada umumnya membuat barng-barang konsumsi sederhana untuk kebutuhan kelompok
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
1.3 Kinerja UKM di Indonesia
UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-
masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya
jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak
merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan
UKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya
penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas.Karakteristik UKM di Indonesia,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh AKATIGA, the Center for Micro and Small
Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the Center for Economic and Social Studies (CESS)
pada tahun 2000, adalah mempunyai daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan
untuk meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas
UKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal
sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat
dalam hal birokrasi.
UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat) hal,
yaitu :
(1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya
yang tidak tahan lama,
(2) Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek
pendanaan usaha,
(3) Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya
memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan
(4) Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di
sektor formal.
UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang
perekonomian.Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada dasarnya adalah
sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat beberapa fungsi utama UKM
dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu
(1) Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung di
sektor formal,
(2) Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB), dan
(3) Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis
produk yang dihasilkan sektor ini.Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa
asek, yaitu (1) nilai tambah, (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor.

1.4 Kontribusi UKM Terhadap Kesempatan Kerja dan PDB


Sektor Usaha Kecil dan Menengah telah mampu menunjukkan kinerjayang relatif lebih
tangguh dalam menghadapi masa krisis yang panjang.UKMmendorong pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang tidak bisalagi dilakukan oleh usaha
besar.Indikator ekonomi makro yang yang merupakanhasil kerjasama Badan Pusat Statistik
(BPS) dengan Kementrian Koperasi danUKM mengumumkan pertumbuhan UKM yang terus
mengalami peningkatan.
ApabilamelihatdatayangdilansirBPSmenunjukkanbetapaUKMmenujuperkembangan
yang sangat menjanjikan.Besaran Produk Domestik Bruto (PDB) yang disumbangkan UKM
pada2003 mencapai Rp1.013 triliun atau 56,7 persen dari total PDB nasional. Pada2001
terjadi pertumbuhan 3,8 persen, tahun 2002 naik menjadi 4,1 persen dan2003 meningkat
menjadi 4,6 persen. Bahkan sumbangan pertumbuhan PDB UKMlebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan usaha besar. Tahun 2003 dari 4,1 persenpertumbuhan PDB nasional ,2,4 persen
berasal dari UKM). Kontribusi sektor ini pada perekonomian nasional jugacukup
signifikan.Padatahun 2002 jumlah UKM tercatat 41,3 juta unit atau 99,99%dari keseluruhan
unit usaha ekonomi yang ada, dengan tingkat penyerapan tenagakerja sebesar 88,7% dari
jumlah tenaga kerja yang ada, atau mencapai 68,28 jutaorang. Dibanding dengan kondisi
tahun 2002, jumlah tersebut meningkat sebesar2,7% menjadi 42,4 juta unit usaha, dengan
penyerapan tenaga kerja menjadi 79juta tenaga kerja atau meningkat 15,7 %.
1.5 Otonomi Daerah dan Peluang bagi UKM daerah
Dengan diberlakukannya otonomi daerah, dunia usaha di daerah akan menghadapi suatu
perubahan besar yang sangat berpengaruh terhadap iklim berusaha/persaingan di daerah.
Oleh sebab itu, seetiap pelaku bisnis di daerah dituntut untuk dapat beradaptasi menghadapi
perubahan tersebut. Di satu sisi, perubahan itu akan memberi kebebasan sepenuhya bagi
daerah dalam menentukan sendiri kegiatan-kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan.
Tentunya diharapkan kegiatan-kegiatan yang produktif yang dapat menghasilkan nilai
tambah (NT) yang tinggi dan dapat memberi sumbangan besar bagi pemerntukan PAD, salah
satunya adalah industri-industri dengan dasar sumber daya alam. Diharapkan industri-industri
tersebut dapat dikembangkan di daerah yang kaya sumber daya alam sehingga mempunyai
daya saing tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Bagi pengusaha setempat,
pembangunan industri-industri tersebut berarti suatu peluang bisnis ang besar, baik dalam arti
membangun perusahaan di industri tersebut atau perusahaan di sector lain yang terkait
dengan industri tersebut, misalnya di  sector jasa (perusahaan transportasi) atau di sector
perdagangan (perusahaan ekspor-impor).
Di sisi lain, jika tidak ada kesiapan yang matang dari pelaku bisnis daerah, maka
pemberlakuan otonomi daerah akan menimbulkan ancaman besar bagi mereka untuk dapat
bertaha menghadapi persaingan dari luar daerah atau luar negeri. Dengan kata lain, tantangan
yang pasti dihadapi setiap pelaku bisnis di daerah pada masa mendatang adalah bagaimana
mereka memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya.

1.6 Peluang dan Tantangan Bagi UKM dalam Liberalisasi Perdagangan


Sejak terjadi reformasi kebijakan perdagangan di Indonesia pada awal tahun 1980-an,
Indonesia mulai keluar dari cangkangnya untuk membuka diri dan terlibat dalam
perekonomian global. Setelah sekian lama berlindung dan bergantung terhadap pendapatan
minyak dan gas yang melimpah ruah, Indonesia segera mencari alternatif pendapatan negara
sejak redamnya masa oil boom  sehingga fokus harus dialihkan pada pengembangan pundi-
pundi dari sektor non-migas (sektor selain minyak bumi dan gas). Oleh karenanya,
pemerintah Indonesia berinisiatif untuk melakukan reformasi kebijakan perdagangan, mulai
dari pengurangan hambatan perdagangan non-tarif secara bertahap hingga penurunan tingkat
tarif mencapai 0% di beberapa sektor.Semua tingkat perjanjian perdagangan pun
ditindaklanjuti, baik di tingkat multilateral, regional, serta bilateral.Tak ketinggalan,
deregulasi berbagai peraturan perdagangan pun dilakukan demi meminimalisasi peluang
korupsi di tataran birokrat.
Kendala utama yang dihadapi UMKM sehingga pembentukan nilai ekspornya sangat
rendah disebabkan oleh teknologi yang belum mumpuni untuk menunjang produktivitas,
rendahnya keahlian tenaga kerja, kurangnya pengetahuan mengenai pasar dan strategi bisnis
global, dan keterbatasan dalam mengakses modal.Pengetahuan pemasaran yang kurang
memadai mengakibatkan para pelaku UMKM  tidak melakukan kegiatan secara ekspor
secara mandiri melainkan menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan ekspor. Hal ini
untuk sementara bisa diatasi dengan menjadikan pelaku UMKM supplierbagi perusahaan
besar dan perusahaan asing dalam negeri yang memiliki jaringan internasional sehingga
mereka terlatih dalam membentuk jaringan.Namun, manfaat untuk jangka panjang,
pemerintah dan institusi terkait perlu mengadakan pelatihan guna meningkatkan kemampuan
pemasaran secara internasional tersebut.Untuk mengatasi permodalan, pemerintah telah
berupaya untuk memperluas Bank Penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui Bank
Pembangunan Daerah (BPD) sehingga pada tahun 2011 melalui Kementerian Koperasi dan
UKM mampu merealisasikan KUR sebesar 29 triliun. Dengan kata lain, tercapai 145%
melampaui target.Kementerian Koperasi dan UKM telah mencanangkan berbagai program
strategis seperti, Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN), pengembangan Inkubator Bisnis,
pengembangan dan perluasan pasar produk UMKM.Namun, pemerintah masih luput untuk
fokus pada pengembangan sumber daya manusia dan teknologi untuk meningkatkan
kemampuan inovasi dan mutu produk sehingga produk UMKM Indonesia bisa diakui secara
internasional.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bentuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dapat berupa perusahaan
perseorangan,persekutuan, seperti misalnya firma dan CV, maupun perseroan terbatas.
UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang perekonomian. 
Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat beberapa fungsi utama UKM dalam
menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu. Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa
negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini. Peluang dan
Tantangan Bagi UKM dalam Liberalisasi Perdagangan
Setelah sekian lama berlindung dan bergantung terhadap pendapatan minyak dan gas
yang melimpah ruah, Indonesia segera mencari alternatif pendapatan negara sejak
redamnya masa oil boom sehingga fokus harus dialihkan pada pengembangan pundi-
pundi dari sektor non-migas . Kendala utama yang dihadapi UMKM sehingga
pembentukan nilai ekspornya sangat rendah disebabkan oleh teknologi yang belum
mumpuni untuk menunjang produktivitas, rendahnya keahlian tenaga kerja, kurangnya
pengetahuan mengenai pasar dan strategi bisnis global, dan keterbatasan dalam
mengakses modal. Pengetahuan pemasaran yang kurang memadai mengakibatkan para
pelaku UMKM tidak melakukan kegiatan secara ekspor secara mandiri melainkan
menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan ekspor. Hal ini untuk sementara bisa
diatasi dengan menjadikan pelaku UMKM supplierbagi perusahaan besar dan perusahaan
asing dalam negeri yang memiliki jaringan internasional sehingga mereka terlatih dalam
membentukjaringan.
Untuk mengatasi permodalan, pemerintah telah berupaya untuk memperluas Bank
Penyalur Kredit Usaha Rakyat melalui Bank Pembangunan Daerah sehingga pada tahun
2011 melalui Kementerian Koperasi dan UKM mampu merealisasikan KUR sebesar 29
triliun. Dengan kata lain, tercapai 145% melampaui target.

DAFTAR PUSTAKA

http://fekool.blogspot.com/2016/05/konsep-pengusaha-kecil-dan-
menengah.html#:~:text=Menurut%20Keputusan%20Presiden%20RI
%20no.&text=Usaha%20kecil%20merupakan%20entitas%20usaha,kerja
%2020%20s.d.%2099%20orang.
https://www.coursehero.com/file/45107628/KONSEP-USAHA-KECIL-DAN-
MENENGAHdocx/

Anda mungkin juga menyukai