Disusun oleh :
Dosen Pengampu :
Fauziah Aida Fitri, S.E., M.Si.
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Standar
Etika dan Profesi pada semester VII, tahun ajaran 2021, dengan judul “Budaya
Perusahaan dan Etika” dengan membuat tugas ini saya diharapkan mampu untuk
memahami lebih dalam tentang budaya perusahaan dan etika serta review artikel terkait untuk
kami pribadi dan pihak lain yang membutuhkan informasi ini.
1. Ibu Fauziah Aida Fitri, S.E., M.Si. yang telah memberikan arahan dan bimbingan;
2. Orang tua dan keluarga kami tercinta yang banyak memberikan motivasi, dorongan
dan bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
3. Narasumber/sumber bacaan dan data yang menjadi sumber informasi dalam makalah
ini.
Sebagai Mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini
masih ada hal yang harus di perbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat positif
dan membangun sangat diharapkan, dengan harapan penulisan makalah yang lebih baik
lagi di masa yang akan datang.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi budaya perusahaan.
2. Untuk mengetahui teori-teori apa saja mengenai budaya perusahaan.
3. Untuk mengetahui dimensi-dimensi apa yang digunakan dalam budaya perusahaan.
4. Untuk mengetahui bagaimana etika karyawan mempelajari budaya perusahaan.
5. Untuk mengetahui hubungan etika dalam budaya perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budaya Perusahaan
Menurut Agus Arijanto budaya perusahaan dapat dikatakan sebagai kombinasi ide, adat
istiadat, praktik tradisional, nilai-nilai perusahaan dan artian bersama yang membantu
mendefinikan perilaku normal bagi setiap orang yang bekerja di suatu perusahaan. (2011:40).
Budaya perusahaan biasanya dimulai dari tindakan dan nilai-nilai dari sang pemimpin
perusahaan yang dalam kenyataannya banyak pemimpin perusahaan itu adalah pemilik atau
pendiri perusahaan. Tindakan dan nilai-nilai tadi tanpa disadari oleh sang pemimpin diikuti
dan dilaksanakan oleh para pengikut yaitu pegawai-pegawai dan akhirnya membudaya
dengan sendirinya.
Budaya perusahaan merupakan nilai dan norma yang dianut bersama yang menjadi
dasar bertindak seorang individu dalam organisasi. Budaya perusahaan inilah yang
menyebabkan mengapa suatu strategi dapat diimplementasikan pada suatu perusahaan
sedangkan gagal pada perushaan yang lain.
Jadi dengan bahasa yang sederhana budaya perusahaan itu adalah penerapan nilai-nilai
yang telah menjadi kebiasaan yang baik dalam perusahaan misalnya bagaimana seorang
pelayan toko melayani pembeli dengan sebaik-baiknya (ramah, senyum, sapa, salam) di
bidang perbankan, bagaimana seorang front liner melayani nasabahnya dengan baik atau
bagaimana seorang analis kredit melakukan penilaian kredit yang akan diberikannya sesuai
prosedur dan masih banyak lagi.
Menurut Robbins (1996) memberi pengertian budaya organisasi antara lain sebagai :
Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi.
Falsafah yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan
pelanggan.
Cara pekerjaan dilakukan di tempat itu.
Asumsi dan kepercayaan dasar yang terdapat di antara anggota organisasi.
Dari sudut pandang karyawan, budaya memberi pedoman bagi karyawan akan
Segala sesuatu yang penting untuk dilakukan. Sejumlah peran penting yang dimainkan
oleh budaya perusahaan adalah :
Membantu pengembangan rasa memiliki jati diri bagi karyawan.
Dipakai untuk mengembangkan keterkaitan pribadi dengan organisasi.
Membantu stabilitas organisasi sebagai suatu sistem sosial.
Menyajikan pedoman perilaku sebagai hasil dari norma perilaku yang sudah
dibentuk.
Menurut Luthan (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya
organisasi, yang meliputi:
1. Aturan-aturan perilaku Yaitu bahasa, terminologi, dan ritual yang biasa dipergunakan
oleh anggota organisasi.
2. Norma adalah standar perilaku yang menjadi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu.
Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma susila, norma sosial,
norma adat.
3. Nilai-nilai dominan adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk
dikerjakan oleh para anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat
absensi, tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.
4. Filosofi adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai para
karyawan dan pelanggannya, seperti “Kepuasan Anda adalah harapan Kami”.
5. Peraturan-peraturan adalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus
mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima dalam organisasi.
6. Iklim Organisasi adalah keseluruhan “perasaan” yang meliputi hal-hal fisik,
bagaimana para anggota berinteraksi dan bagaimana para anggota organisasi
mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi
Menurut Hofsede (dalam Gibson, 1996) mengemukakan empat dimensi budaya, yaitu:
1. Penghindaran atas ketidakpastian adalah tingkat dimana anggota masyarakat merasa
tidak nyaman dengan ketidakpastian. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk
mempercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara lembaga- lembaga
yang melindungi penyesuaian.
2. Maskulin vs feminim yaitu, Maskulin adalah kecenderungan dalam masyarakat akan
prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materiil. Sedangkan, Feminitas
berarti kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas
hidup.
3. Individu vs kebersamaan yaitu, Individu adalah kecenderungan dalam kerangka sosial
dimana individu dianjurkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kebersamaan
berarti kecenderungan dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau
kelompok lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas mutlak yang mereka
berikan.
4. Jarak kekuasaan adalah ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa
kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.
Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor kepentingan sendiri.
2. Faktor keuntungan perusahaan.
3. Faktor pelaksanaan efisiensi.
4. Faktor kepentingan kelompok.
5. Penciptaan iklim etika mutlak diperlukan, meskipun memerlukan waktu, biaya, dan
ketekunan manajemen.
2.5.2 Korupsi
Korupsi didefinisikan sebagai penggunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi,
atau dengan kata lain, penggunaan jabatan, pangkat, atau status resmi oleh seorang pejabat
untuk keuntungan pribadinya (Myint, 2000). Perilaku tersebut dapat mencakup penyuapan,
pemerasan, penipuan, penggelapan, nepotisme, kronisme, perampasan aset publik dan
properti untuk penggunaan pribadi, dan pengaruh menjajakan. Dalam kegiatan pemerintah,
korupsi dapat muncul dalam keadaan seperti kontrak pemerintah, jalur pendapatan
pemerintah, keuntungan pemerintah yang akan diperoleh, penghindaran waktu dan peraturan,
dan pengaruh proses hukum dan peraturan. Menurut Klitgaard (1998), korupsi dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:
Di mana adalah korupsi, adalah monopoli, adalah kekuasaan diskresi, dan adalah
akuntabilitas. Monopoli dapat muncul ketika seseorang memiliki kekuatan unik atau khusus
untuk membebankan lebih dari harga normal untuk sesuatu, atau di mana individu tersebut
dapat mengambil bayaran untuk menjalankan kekuasaannya. Jika diterapkan pada pejabat
pemerintah, kekuasaan dapat dipegang oleh individu untuk memberikan hasil yang
diinginkan.
Demikian pula, semakin besar kekuasaan diskresi () diberikan kepada administrator,
semakin besar kemungkinan korupsi akan terjadi. Kekuasaan diskresi muncul ketika tidak
mungkin untuk dengan mudah merancang aturan dan peraturan yang kedap air dan sangat
mudah; aturan yang akan menangkap semua kemungkinan yang mungkin timbul dalam
kegiatan pengendalian. Akuntabilitas berkaitan dengan fakta bahwa untuk kepatuhan yang
tepat terhadap aturan dan peraturan, orang yang memiliki kekuatan monopoli dan diskresi
harus bertanggung jawab dan bertanggung jawab atas tindakannya. Korupsi dapat dikurangi
dengan akuntabilitas. Jika akuntabilitas dapat ditingkatkan pada tingkat yang sama dengan
monopoli dan kekuasaan diskresi, maka korupsi dapat diminimalkan. Di lingkungan
pemerintahan, salah satu badan terpenting dalam menciptakan akuntabilitas adalah audit
internal pemerintah itu sendiri.
3.2 Saran
1. Seorang pemimpin harus mengetahui semua hal yang menyangkut tentang organisasi
baik secara individu mau kelompok.
2. Diharapkan terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya.
3. Perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya
dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat.
4. Terbentuknya manajemen hubungan pemimpin dan pegawai maupun pegawai antar
pegawai.
5. Etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan. Faktor utama yang dapat
menciptakan iklim etika dalam perusahaan.
REFERENSI
Arijanto, Agus. 2011. Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis. Jakarta.Rajawali Pers.
Ashari, A., Nanere, M., & Trebilcock, P. (2018). Corruption awareness and ethical decision
making in Indonesia. Business and Economic Horizons (BEH), 14(1232-2019-857), 570-
586.
Donelly, Gibson. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Penerbit Erlangga
Dharma Agus. 1992. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
Desjardins, Hartman. 2011. Etika Bisnis Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi
dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga
Keraf Sonny. 1998. edisi baru, Etika Bisnis tuntutan dan relevansinya. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius