eISSN : 2598-3857
Diah Winatasari
STIKES Ar-Rum Salatiga
e-mail: diahwinatasri0102@gmail.com
Abstrak
Kasus kesehatan reproduksi pada remaja terjadi karena keterbatasan akses informasi bagi
remaja Indonesia mengenai kesehatan reproduksi. Upaya pemerintah dalam menangani
permasalahan remaja adalah dengan pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR). Peran bidan di Puskesmas dalam hal kesehatan kesehatan reproduksi sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan pasal 21a. Tujuan penelitian ini adalah mengatahuai peran bidan
puskesmas dalam pelaksanaan konseling remaja sebagai pemenuhan hak kesehatan reproduksi
remaja akhi. Metode penelitian kualitatif, pendekatan yang digunakan yuridis sosiologis.
Penelitian menggunakan wawancara mendalam dengan informan bidan dan informan
trianggulasi remaja. Penelitian dilakukan mulai tanggal 14 Juni sampai 30 Juli 2021. Data
kualitatif diolah dengan analisis reduksi data (data reduction), menyusun transkrip verbatim
(kata demi kata), reduksi data dengan pembuatan koding dan kategori, menyajikan data (data
display) dan menarik kesimpulan dan vertifikasi Hasil penelitian menunjukkan Puskesmas telah
menjalankan program PKPR dan sesuai aturan yang ada sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
pasal 21a. Peran bidan puskesmas dalam pelaksanaan konseling remaja untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan reproduksi sebagai pemenuhan hak kesehatan reproduksi remaja akhir
bidan adalah pelaksana program PKPR. Bidan di puskesmas ini diikutkan berbagai pelatihan
atas perintah kepala puskesmas. Pada dasarnya hak kesehatan reproduksi pada remaja dari 12
hak 11 hak kesehatan reproduksi telah terpenuhi dengan baik pada pogram PKPR.
Kata kunci: peran, bidan, konseling remaja, hak kesehatan reproduksi, remaja akhir
Abstract
Reproductive health cases in adolescents occur due to limited access to information for
Indonesian adolescents regarding reproductive health. The government's effort in dealing with
adolescent problems is the establishment of the Youth Care Health Service Program (PKPR).
The role of midwives in Puskesmas in terms of reproductive health is in accordance with the
Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 28 of 2017
concerning Permits and Implementation of Midwifery Practices article 21a. The purpose of this
study was to know the role of the midwife at the puskesmas in the implementation of adolescent
counseling as the fulfillment of the reproductive health rights of late adolescents.The research
method is qualitative, the approach used is sociological juridical. The study used in-depth
interviews with midwives and adolescent triangulation informants. The study was conducted
from Jene 14 to July 30, 2021. Qualitative data is processed by analyzing data reduction (data
reduction), compiling verbatim transcripts (word by word), reducing data by coding and
categorizing, presenting data (data display) and drawing conclusions and verification. The
results showed that the Puskesmas had implemented the PKPR program and according to the
existing regulations in accordance with the Regulation of the Minister of Health of the Republic
of Indonesia Number 28 of 2017 concerning Permits and Implementation of Midwifery
Practices article 21a. The role of the puskesmas midwife in the implementation of adolescent
counseling to increase knowledge of reproductive health as the fulfillment of reproductive
health rights for late adolescents is the PKPR program implementer. Midwives at this
puskesmas were included in various trainings at the behest of the head of the puskesmas.
Basically, the reproductive health rights of adolescents from 12 rights to 11 reproductive health
rights have been well fulfilled in the PKPR program.
Keywords: role, midwife, adolescent counseling, reproductive health rights, late adolescence
melahirkan), hak atas kebebasan dan kritis, yang ditandai dengan kecenderungan
keamanan berkaitan dengan kehidupan munculnya prilaku menyimpang. Kondisi
reproduksi, hak untuk bebas dari segala tersebut apabila di dukung oleh lingkungan
bentuk diskriminasi dalam kehidupan yang kurangkondusif dan sifat kepribadian
berkeluarga dan kehidupan reproduksi, hak yang kurang baik akan menjadi pemicu
atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan timbulnya berbagai penyimpangan perilaku
reproduksinya terkait dengan informasi dan perbuatan-perbuatan negatif yang
pendidikan dan pelayanan, hak untuk melanggar aturan dan norma yang ada di
kebebasan berfikir tentang kesehatan masyarakat.4
reproduksi, hak mendapatkan informasi Menurut sensus penduduk yang
dan pendidikan kesehatan reproduksi, hak dilakukan di Indonesia pada tahun 2010,
membangun dan merencanakan keluarga, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6
hak untuk menentukan jumlah anak dan juta jiwa, diantaranya 63,4 juta jiwa adalah
jarak kelahiran, hak mendapatkan remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak
pelayanan dan perlindungan kesehatan 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan
reproduksi, hak mendapatkan manfaat dari sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%).5
kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait Masalah yang paling sering dialami remaja
dengan kesehatan reproduksi, hak atas adalah masalahkesehatan reproduksi
kebebasan berkumpul dan berpartisipasi diantaranya yaitu kehamilan yang tidak
dalam politik yang berkaitan dengan diinginkan (KTD),aborsi, infeksi menular
kesehatan reproduksi, hak untuk bebas dari seksual (IMS) termasuk Human
penganiayaan dan perlakuan buruk Immunodeficiency Virus (HIV), kekerasan
termasuk perlindungan dari perkosaan, seksual, serta masalah keterbatasan akses
kekerasaan, penyiksaan dan pelecehan informasi dan pelayanan kesehatan
seksual.2 mengenai kesehatan reproduksi.6
Hak-hak reproduksi pada remaja ini Berdasarkan Pusat Data dan Informasi
sejalan dengan Peraturan Pemerintah Kementerian Kesehatan tentang situasi
Republik Indonesia Nomer 61 Tahun 2014 kesehatan remaja tahun 2017. Proporsi
Tentang Kesehatan Reproduksi dimana terbesar berpacaran pertama kali pada usia
pada pasal 11 dimana secara umum 15-17 tahun. Sekitar 37,9% remaja
pelayanan kesehatan reproduksi remaja perempuan dan 44,6% remaja laki-laki
bertujuan untuk mencegah dan melindungi yang berusia 15-19 tahun mulai berpacaran
remaja dari perilaku seksual beresiko dan pada saat mereka belum berusia 15 tahun.
perilaku seksual lainnya yang berpengaruh Pada usia tersebut dikhawatirkan belum
terhadap kesehatan reproduksi. Tujuan memiliki keterampilan hidup (life skill)
lainnya adalah mempersiapkan remaja yang memadai, sehingga berisiko
untuk menjalani kehidupan reproduksi yang melakukan hubungan seks pranikah.7
sehat dan bertanggung jawab.2 Seks aktif pra nikah pada remaja
Masa remaja berawal antara usia 13 berisiko terhadap kehamilan remaja dan
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun, penularan penyakit menular seksual.
yaitu usia matang secara hukum. Lebih Kehamilan yang tidak direncanakan pada
lanjut Hurlock membagi masa remaja, yaitu remaja perempuan dapat berlanjut pada
remaja awal untuk perempuan 13 sampai 17 aborsi dan pernikahan remaja. Keduanya
tahun dan untuk anak laki-laki 14 sampai berdampak pada masa depan remaja
17 tahun. Usia untuk remaja akhir adalah tersebut, janin yang dikandung dan
17 sampai 18 tahun.3 keluarganya, alasan hubungan seksual
Masa remaja merupakan masa pranikah tersebut sebagian besar karena
perubahan atau masa peralihan dari masa penasaran/ingin tahu (57,5% pria), terjadi
anak-anak ke masa dewasa, yang disertai begitu saja (38% perempuan) dan dipaksa
dengan berbagai perubahan baik oleh pasangan (12,6% perempuan). Hal ini
secarafisik, psikis maupun secara sosial. mencerminkan kurangnya pemahaman
Remaja pada masa peralihan tersebut remaja tentang keterampilan hidup sehat,
kemungkinan besar dapat mengalami masa risiko hubungan seksual dan kemampuan
perilaku seksual lainnya yang berpengaruh Hal ini sesuai dengan azaz hukum yakni
terhadap kesehatan reproduksi. peraturan yang lebih rendah kedudukannya
Puskesmas dalam melakukan pelayanan tidak boleh bertentangan dengan peraturan
PKPR berdasarkan pada Permenkes Nomor yang lebih tinggi. Susunan peraturan tidak
43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang tumpang tindih melainkan saling
Kesehatan dimana standar Pelayanan melengkapi, sehingga pelaksanaan peran
Minimal Bidang Kesehatan (SPM), bidan puskesmas dalam pelaksanaan
merupakan acuan bagi Pemeritah Daerah konseling remaja berjalan optimal dan
Kabupaten/Kota dalam penyediaan peraturan yang mengatur peran bidan dalam
pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh pelaksanaan konseling remajatelah
setiap warga secara minimal. Jenis layanan mencukupi.
Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan salah satunya adalah pelayanan B. Peran Puskesmas Bancak
kesehatan pada usia produktif. Pelayanan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan usia 15–59 tahun diberikan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
sesuai kewenanganya oleh Dokter; Bidan; kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
Perawat; Nutrisionis/Tenaga Gizi; Petugas perorangan tingkat pertama, dengan lebih
Pelaksana Posbindu PTM terlatih. mengutamakan upaya promotif dan
Penyelenggaraan PKPR ini sesuai dengan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia masyarakat yang setinggi-tingginya di
Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar wilayah kerjanya.12 Tugas Puskesmas
Pelayanan Minimal bagian ketiga tentang adalah memberikan pelayanan remaja yang
kesehatan dan jenis pelayanan dasar pada sesuai dengan kebutuhan, meliputi
usia produktif pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
Peraturan lain tertera pada Permenkes rehabilitatif yang harus diberikan secara
(PMK) No. 39 tahun 2016 tentang Pedoman komprehensif di semua tempat yang akan
Penyelenggaraan PIS-PK Program melakukan pelayanan remaja dengan
Indonesia Sehat Dengan pendekatan pendekatan PKPR. Intervensi meliputi:13
Keluarga, dimana pelayanan kesehatan 1. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja
reproduksi pada remaja yang dilakukan (meliputi infeksi menular seksual/IMS,
dengan menyelenggarakan pendidikan HIV&AIDS) termasuk seksualitas dan
kesehatan reproduksi di sekolah menengah, pubertas
menyelenggarakan pelayanan PKPR di 2. Pencegahan dan penanggulangan
Puskesmas, dan mengupayakan penundaan kehamilan pada remaja
usia nikah. Pada dewasa muda dilakukan 3. Pelayanan gizi (anemia, kekurangan dan
dengan konseling pranikah, dan konseling kelebihan gizi) termasuk konseling dan
KB pra nikah. edukasi
Landasan bagi bidan untuk 4. Tumbuh kembang remaja
melaksanakan pemberian KIE sebagai 5. Skrining status TT pada remaja
bentuk pelayanan kesehatan reproduksi 6. Pelayanan kesehatan jiwa remaja,
remaja dengan Peraturan Menteri meliputi: masalah psikososial, gangguan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 jiwa, dan kualitas hidup
Tahun 2017 Tentang Izin Dan 7. Pencegahan dan penanggulangan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, di pasal NAPZA
21a menyatakan, bahwa dalam memberikan 8. Deteksi dan penanganan kekerasan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan terhadap remaja
dan keluarga berencana, bidan berwenang 9. Deteksi dan penanganan tuberkulosis
memberikan: penyuluhan dan konseling 10.Deteksi dan penanganan kecacingan
kesehatan reproduksi perempuan dan Adapun kriteria Puskesmas mampu
keluarga berencana. melaksanakan PKPR sebagai berikut :
Dari uraian di atas dapat diketahui 1. Memberikan pelayanan konseling pada
bahwa tata urutan perundang-undangan semua remaja yang memerlukan
sudah diurutkan kebawah sesuai hirarki.
6. Hak untuk hidup dan bebas dari resiko bernuansa kesehatan reproduksi, artinya
kematian karena kehamilan, atau setiap orang mempunyai hak untuk
masalah. Pada hak ini juga telah berjalan mendesak pemerintah agar
dengan baik, dimana remaja yang menempatkan masalah hak dan
mengaami masalah kesehatan baik kesehatan reproduksi sebagai prioritas
adanya IMS atau mengalami KTD dalam kebijakan politik negaranya.
segera akan mendapatkan penanganan 12.Hak untuk bebas dari segala bentuk
dengan baik oleh tenga kesehatan di diskriminasi dan kesehatan reproduksi;
Puskesmas baik pelayanan mandiri oleh Hak mendapatkan manfaat dari hasil
bidan atau dokter, penanganan kemajuan ilmu pengetahuan, termasuk
kolaborasi atau rujukan pengakuan hak bahwa setiap orang
7. Hak mendapat kebebasan dan berhak memperoleh pelayanan
keamanan dalam pelayanan kesehatan kesehatan reproduksi dengan tekhnologi
reproduksi; setiap individu dipercaya mutakhir yang aman dan dapat diterima.
untuk menikmati dan mengatur
kesehatan reproduksinya. Hak ini juga Pada dasarnya hak kesehatan
terpenuhi dengan baik dimana remaja reproduksi pada remaja dari 12 hak 11 hak
sendiri yang berhak mengambil kesehatan reproduksi telah terpenuhi
keputusan atas dirinya dan tenaga dengan baik pada pogram PKPR dan
kesehatan hanya memfasilitasi kerjasama antara tenaga kesehatan, tokoh
menanamkan pengetahuan dan masyarakat dan agama juga sekolah. Hanya
memberikan konseling sesuai dengan ada 1 hak yang tidak dipenuhi yaitu hak
apa yang dibutuhkan untuk memutuskan jumlah dan jarak
8. Hak untuk bebas dari segala bentuk kelahiran anak. Pada pelayanan tentang
penganiayaan dan perlakuan buruk yang keluarga berencana (KB) tidak dilakukan
menyangkut kesehatan reproduksi; pada ketiga puskesmas tersebut karena
termasuk hak anak-anak agar dilindungi dikhawatirkan akan berakibat kurang baik
dari eksploitasi dan penganiayaan bagi remaja untuk melakukan seks bebas
seksual serta hak setiap orang untuk dengan KB.
dilindungi dari perkosaan, kekerasan,
penyiksaan, dan pelecehan seksual. Hak Kesimpulan
ini dapat terpenuhi dengan baik karena Peraturan Perundang-Undangan Yang
pada kasus remaja puskesmas dapat Mengatur Tentang Hak Kesehatan
bekerja sama lintas program atau sektor Reproduksi Remaja pada Dinas Kesehatan
termasuk pada tokoh agama, masyarakat Kota Semarang disesuaikan dengan Pasal
dan kepolisian dalam melakukan 11-12 PP No. 61 Tahun 2014 tentang
pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Kesehatan Reproduksi dan Pedoman
9. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam Perencanaan, Pembentukan dan
menjalankan reproduksinya; artinya Pengembangan PKPR di Kabupaten/Kota.
pelayanan reproduksi dilakukan dengan Pada Dinas Kesehatan Kota Semarang tidak
menghormati kerahasiaan, dan bagi ada peraturan yang dibuat dinas kesehatan
perempuan diberi hak untuk menentukan kota secara khusus yang mengatur tentang
sendiri pilihan reproduksinya. penyelenggaraan PKPR. Puskesmas
10.Hak untuk membangun dan Bandarharjo, Puskesmas Karangayu,
merencanakan keluarga, hal ini telah Puskesmas Miroto telah menjaankan
terpenuhi karena remaja sendiri yang program PKPR dan sesuai aturan yang ada
berhak mengambil keputusan atas sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
dirinya dan tenaga kesehatan hanya Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017
memfasilitasi menanamkan pengetahuan Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
dan memberikan konseling sesuai Bidan pasal 21a bidan berwenang dalam
dengan apa yang dibutuhkan memberikan: penyuluhan dan konseling
11.Hak dalam kebebasan berkumpul dan kesehatan reproduksi perempuan dan
berpartisipasi dalam politik yang keluarga berencana
Saran
Hasil penelitian ini d masukan bagi
remaja untuk berkunjung ke PKPR untuk
mendapatkan informasi atau menyelesaikan
masalah kesehatan reproduksi yang
dialaminya.Puskesmas hendaknya
membentuk suatu kegiatan yang melibatkan
remaja seperti membentuk posyandu atau
konselor sebaya sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja.
Daftar pustaka
1. Intan Kumalasari dan Iwan Andhyantoro.
Kesehatan reproduksi untuk mahasiswa
kebidanan dan keperawatan. Jakarta :Salemba
Medika. 2012.
2. PKBI. 12 hak kesehatan seksual dan
reproduksi remaja IPPF. 1996. 2016.
3. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi perkembangan
suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan
edisi kelima. (alih Bahasa: Dra. Istiwidayanti &
Drs. Soedjarwo). Jakarta: PT Erlangga. 2007.
4. Kusmiran. Kesehatan reproduksi remaja dan
wanita. Jakarta: Salemba Medika. 2011.
5. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2012.
Jakarta. 2013.