Anda di halaman 1dari 13

pISSN : 2528-3685

eISSN : 2598-3857

PERAN BIDAN PUSKESMAS DALAM PELAKSANAAN KONSELING REMAJA


SEBAGAI PEMENUHAN HAK KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
AKHIR DI PUSKESMAS BANCAK

Diah Winatasari
STIKES Ar-Rum Salatiga
e-mail: diahwinatasri0102@gmail.com

Abstrak
Kasus kesehatan reproduksi pada remaja terjadi karena keterbatasan akses informasi bagi
remaja Indonesia mengenai kesehatan reproduksi. Upaya pemerintah dalam menangani
permasalahan remaja adalah dengan pembentukan Program Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR). Peran bidan di Puskesmas dalam hal kesehatan kesehatan reproduksi sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan pasal 21a. Tujuan penelitian ini adalah mengatahuai peran bidan
puskesmas dalam pelaksanaan konseling remaja sebagai pemenuhan hak kesehatan reproduksi
remaja akhi. Metode penelitian kualitatif, pendekatan yang digunakan yuridis sosiologis.
Penelitian menggunakan wawancara mendalam dengan informan bidan dan informan
trianggulasi remaja. Penelitian dilakukan mulai tanggal 14 Juni sampai 30 Juli 2021. Data
kualitatif diolah dengan analisis reduksi data (data reduction), menyusun transkrip verbatim
(kata demi kata), reduksi data dengan pembuatan koding dan kategori, menyajikan data (data
display) dan menarik kesimpulan dan vertifikasi Hasil penelitian menunjukkan Puskesmas telah
menjalankan program PKPR dan sesuai aturan yang ada sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
pasal 21a. Peran bidan puskesmas dalam pelaksanaan konseling remaja untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan reproduksi sebagai pemenuhan hak kesehatan reproduksi remaja akhir
bidan adalah pelaksana program PKPR. Bidan di puskesmas ini diikutkan berbagai pelatihan
atas perintah kepala puskesmas. Pada dasarnya hak kesehatan reproduksi pada remaja dari 12
hak 11 hak kesehatan reproduksi telah terpenuhi dengan baik pada pogram PKPR.

Kata kunci: peran, bidan, konseling remaja, hak kesehatan reproduksi, remaja akhir

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 43


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

MIDWIVES PUSKESMAS COUNSELING THE ROLE IN THE YOUTH AS OF


FULFILLING THE RIGHT OF ADOLESCENT REPRODUCTIVE HEALTH
END IN PUSKESMAS BANCAK

Abstract
Reproductive health cases in adolescents occur due to limited access to information for
Indonesian adolescents regarding reproductive health. The government's effort in dealing with
adolescent problems is the establishment of the Youth Care Health Service Program (PKPR).
The role of midwives in Puskesmas in terms of reproductive health is in accordance with the
Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 28 of 2017
concerning Permits and Implementation of Midwifery Practices article 21a. The purpose of this
study was to know the role of the midwife at the puskesmas in the implementation of adolescent
counseling as the fulfillment of the reproductive health rights of late adolescents.The research
method is qualitative, the approach used is sociological juridical. The study used in-depth
interviews with midwives and adolescent triangulation informants. The study was conducted
from Jene 14 to July 30, 2021. Qualitative data is processed by analyzing data reduction (data
reduction), compiling verbatim transcripts (word by word), reducing data by coding and
categorizing, presenting data (data display) and drawing conclusions and verification. The
results showed that the Puskesmas had implemented the PKPR program and according to the
existing regulations in accordance with the Regulation of the Minister of Health of the Republic
of Indonesia Number 28 of 2017 concerning Permits and Implementation of Midwifery
Practices article 21a. The role of the puskesmas midwife in the implementation of adolescent
counseling to increase knowledge of reproductive health as the fulfillment of reproductive
health rights for late adolescents is the PKPR program implementer. Midwives at this
puskesmas were included in various trainings at the behest of the head of the puskesmas.
Basically, the reproductive health rights of adolescents from 12 rights to 11 reproductive health
rights have been well fulfilled in the PKPR program.

Keywords: role, midwife, adolescent counseling, reproductive health rights, late adolescence

Pendahuluan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada


Kesehatan Reproduksi adalah suatu laki-laki dan perempuan. Kesehatan
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial reproduksi meliputi: saat sebelum hamil,
dan semua hal yang berkaitan dengan hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan;
sistem reproduksi, serta fungsinya. Ruang pengaturan kehamilan, alat konstrasepsi,
lingkup kesehatan reproduksi secara dan kesehatan seksual; dan kesehatan
nasional, antara lain: kesehatan ibu dan bayi sistem reproduksi. Untuk mencapai derajat
baru lahir (BBL), keluarga berencana (KB), kesehatan reproduksi secara maksimal
pencegahan dan penanggulangan penyakit dilaksanakan melalui kegiatan promotif,
menular seksual termasuk PMS dan preventif, kuratif, dan rehabilitatif.1
HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, Berdasarkan hasil Konferensi
pencegahan dan penanggulangan aborsi, Internasional Kependudukan dan
kesehatan reproduksi remaja.1 Pembangunan (ICPD) di Kairo 1994,
Hak reproduksi di Indonesia diatur ditentukan ada 12 hak-hak reproduksi.
dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Namun demikian, hak reproduksi bagi
Kesehatan bagian 6 pasal 71 dimana remaja yang paling dominan dan secara
kesehatan reproduksi merupakan keadaan sosial dan budaya dapat diterima di
sehat secara fisik, mental, dan sosial secara Indonesia mencakup 11 hak, yaitu: Hak
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit untuk hidup (hak untuk dilindungi dari
atau kecacatan yang berkaitan dengan kematian karena kehamilan dan proses

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 44


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

melahirkan), hak atas kebebasan dan kritis, yang ditandai dengan kecenderungan
keamanan berkaitan dengan kehidupan munculnya prilaku menyimpang. Kondisi
reproduksi, hak untuk bebas dari segala tersebut apabila di dukung oleh lingkungan
bentuk diskriminasi dalam kehidupan yang kurangkondusif dan sifat kepribadian
berkeluarga dan kehidupan reproduksi, hak yang kurang baik akan menjadi pemicu
atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan timbulnya berbagai penyimpangan perilaku
reproduksinya terkait dengan informasi dan perbuatan-perbuatan negatif yang
pendidikan dan pelayanan, hak untuk melanggar aturan dan norma yang ada di
kebebasan berfikir tentang kesehatan masyarakat.4
reproduksi, hak mendapatkan informasi Menurut sensus penduduk yang
dan pendidikan kesehatan reproduksi, hak dilakukan di Indonesia pada tahun 2010,
membangun dan merencanakan keluarga, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6
hak untuk menentukan jumlah anak dan juta jiwa, diantaranya 63,4 juta jiwa adalah
jarak kelahiran, hak mendapatkan remaja yang terdiri dari laki-laki sebanyak
pelayanan dan perlindungan kesehatan 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan
reproduksi, hak mendapatkan manfaat dari sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30%).5
kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait Masalah yang paling sering dialami remaja
dengan kesehatan reproduksi, hak atas adalah masalahkesehatan reproduksi
kebebasan berkumpul dan berpartisipasi diantaranya yaitu kehamilan yang tidak
dalam politik yang berkaitan dengan diinginkan (KTD),aborsi, infeksi menular
kesehatan reproduksi, hak untuk bebas dari seksual (IMS) termasuk Human
penganiayaan dan perlakuan buruk Immunodeficiency Virus (HIV), kekerasan
termasuk perlindungan dari perkosaan, seksual, serta masalah keterbatasan akses
kekerasaan, penyiksaan dan pelecehan informasi dan pelayanan kesehatan
seksual.2 mengenai kesehatan reproduksi.6
Hak-hak reproduksi pada remaja ini Berdasarkan Pusat Data dan Informasi
sejalan dengan Peraturan Pemerintah Kementerian Kesehatan tentang situasi
Republik Indonesia Nomer 61 Tahun 2014 kesehatan remaja tahun 2017. Proporsi
Tentang Kesehatan Reproduksi dimana terbesar berpacaran pertama kali pada usia
pada pasal 11 dimana secara umum 15-17 tahun. Sekitar 37,9% remaja
pelayanan kesehatan reproduksi remaja perempuan dan 44,6% remaja laki-laki
bertujuan untuk mencegah dan melindungi yang berusia 15-19 tahun mulai berpacaran
remaja dari perilaku seksual beresiko dan pada saat mereka belum berusia 15 tahun.
perilaku seksual lainnya yang berpengaruh Pada usia tersebut dikhawatirkan belum
terhadap kesehatan reproduksi. Tujuan memiliki keterampilan hidup (life skill)
lainnya adalah mempersiapkan remaja yang memadai, sehingga berisiko
untuk menjalani kehidupan reproduksi yang melakukan hubungan seks pranikah.7
sehat dan bertanggung jawab.2 Seks aktif pra nikah pada remaja
Masa remaja berawal antara usia 13 berisiko terhadap kehamilan remaja dan
tahun dan berakhir pada usia 18 tahun, penularan penyakit menular seksual.
yaitu usia matang secara hukum. Lebih Kehamilan yang tidak direncanakan pada
lanjut Hurlock membagi masa remaja, yaitu remaja perempuan dapat berlanjut pada
remaja awal untuk perempuan 13 sampai 17 aborsi dan pernikahan remaja. Keduanya
tahun dan untuk anak laki-laki 14 sampai berdampak pada masa depan remaja
17 tahun. Usia untuk remaja akhir adalah tersebut, janin yang dikandung dan
17 sampai 18 tahun.3 keluarganya, alasan hubungan seksual
Masa remaja merupakan masa pranikah tersebut sebagian besar karena
perubahan atau masa peralihan dari masa penasaran/ingin tahu (57,5% pria), terjadi
anak-anak ke masa dewasa, yang disertai begitu saja (38% perempuan) dan dipaksa
dengan berbagai perubahan baik oleh pasangan (12,6% perempuan). Hal ini
secarafisik, psikis maupun secara sosial. mencerminkan kurangnya pemahaman
Remaja pada masa peralihan tersebut remaja tentang keterampilan hidup sehat,
kemungkinan besar dapat mengalami masa risiko hubungan seksual dan kemampuan

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 45


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

untuk menolak hubungan yang tidak Menurut hasil penelitian Budiasih


mereka inginkan.8 tahun 2016, menunjukkan bahwa rendahnya
Remaja wanita lebih beresiko pemanfaatan PKPR karena kurangnya
mengalami gangguan reproduksi yang pengetahuan remaja terhadap PKPR dan
merupakan dampak kenakalan remaja yaitu keberadaan PKPR, tidak meratanya
kehamilan tidak diinginkan, sehingga pembentukan konselor sebaya, sikap remaja
remaja putri membutuhkan pengetahuan yang memilih konseling kepada teman dan
dan pemahaman lebih tentang kesehatan orang tua, minimnya sarana dan prasarana
reproduksi dan hak kesehatan reproduksi yang menunjang kegiatan PKPR dan tidak
remaja. Tidak ada angka yang pasti yang koordinasi antara pihak sekolah dan
mencatat seberapa besar KTD di kalangan puskesmas dalam pelaksanaan program
remaja. Hanya saja sejak tahun 2010-2014, PKPR.10
setiap tahun Youth Center PILAR PKBI Pada penelitian ini akan melibatkan
Jawa Tengah mencatat antara 65-85 kasus remaja sebagai informan trianggulasi yang
yang berkonsultasi dengan keluhan KTD. menjadi informan yaitu remaja akhir.
Sebagian besar kasus yang datang adalah Remaja akhir yang dipilih dalam penelitian
siswa SLTA dengan usia antara 15-18 ini karena pada fase ini remaja akan merasa
tahun.9 bahagia jika terpenuhinya kebutuhan akan
Banyak faktor yang melatarbelakangi kasih sayang (terutamadari lawan jenis),
terjadinya KTD dikalangan remaja. Secara sehingga hasrat untuk berpacaran semakin
personal remaja memang merupakan masa besar.11 Hal tersebut menjadikan alasan
transisi dari anak-anak menuju dewasa. penting dimana pada remaja akhir sudah
Kadangkala pertumbuhan fisik lebih cepat tidak lagi memikirkan diri sendiri tetapi
dibanding dengan kematangan psikologi hubungan dengan lawan jenis menjadi
maupun sosial, dalam situasi ini remaja pusat perhatian. Remaja akhir yang diambil
sedang berusaha mencari jati diri. Rasa adalah remaja dengan latar belakang
ingin tahu yang besar, menjadikan remaja pendidikan SMA atau sedrajat (masih
sering melakukan coba-coba. Kadang duduk dibangku sekolah SMA atau
remaja perempuan terjebak oleh berbagai sederajat), hal ini dilakukan agar informan
rayuan bahwa hubungan seks adalah memiliki pengetahuan yang kurang lebih
pembuktian cinta. Ini kerap terjadi terutama sama.
pada remaja yang usia pacarnya lebih Pada penelitian ini peneliti hanya
dewasa. Oleh karenanya remaja perlu menanyakan tentang masalah kesehatan
dibekali dengan kemampuan untuk berkata reproduksi yang dialami sehingga
“Tidak” untuk hal-hal yang berisiko berkunjung ke PKPR dan pelayanan
sehingga mampu melindungi dirinya.8 petugas PKPR serta Peran bidan puskesmas
Upaya pemerintah dalam menangani dalam pelaksanaan konseling remaja untuk
permasalahan remaja adalah dengan meningkatkan pengetahuan kesehatan
pembentukan Program Pelayanan reproduksi sebagai pemenuhan hak
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). PKPR kesehatan reproduksi remaja akhir.
adalah suatu program yang dibentuk oleh Berdasarkan hal di atas menunjukkan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bahwa perlu digali lebih lanjut tentang
pada tahun 2003 sebagai upaya untuk peran bidan puskesmas dalam pelaksanaan
meningkatkan status kesehatan remaja yang konseling pada remaja baik di dalam atau di
menekankan kepada Puskesmas sebagai luar PKPR. Oleh karena itu, untuk melihat
fasilitator dan narasumber. Program ini peran bidan sesuai dengan Peraturan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Republik Indonesia agar
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 dapat memenuhi hak remaja dalam
Tentang Standar Pelayanan Minimal kesehatan repoduksi makan penulis tertarik
bagian ketiga tentang SPM Kesehatan usia untuk melakukan penelitian tentang “ Peran
produktif untuk Jenis Pelayanan Dasar Bidan Puskesmas Dalam Pelaksanaan
pelayanan kesehatan pada usia produktif.9 Konseling Remaja Sebagai Pemenuhan Hak

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 46


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

Kesehatan Reproduksi Remaja Akhir di Hasil dan pembahasan


Puskesmas Bancak”. A. Perundang–undangan yang
mengatur tentang hak kesehatan
Metode reproduksi remaja akhir
Metode pendekatan yang digunakan Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang
dalam penelitian ini yaitu pendekatan Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang
yuridis sosiologis dimana dalam penelitian menyebutkan “ Setiap orang berhak hidup
akan membahas aspek yuridis terkait sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal
dengan peran bidan dalam pelaksanaan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
konseling remaja untuk meningkatkan memperoleh pelayanan kesehatan”.
pengetahuan kesehatan reproduksi sebagai Undang-Undang Dasar 1945 memiliki
bentuk pemenuhan hak kesehatan kedudukan tertinggi pada tata urutan
reproduksi remaja. perundang-undangan, dalam ketentuan
Penelitian dilakukan mulai tanggal 14 tersebut terdapat hak setiap orang termasuk
Juni sampai 30 Juli 2021. Responden hak dari pasien untuk memperoleh
penelitian ini adalah: Bidan yang pelayanan kesehatan.
bertanggung jawab dalam kegiatan PKPR Pasal 49 Ayat (3) Undang-Undang
yaitu 1 orang bidan di setiap Puskesmas Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
BANCAK, Remaja yang datang ke fasilitas Manusia yang menyebutkan bahwa “Hak
pelayanan PKPR di Puskesmas Bancak khusus yang melekat pada diri wanita
yang berjumlah 3 responden. Remaja yang dikarenakan fungsi reproduksinya dijamin
menjadi informan dalam penelitian ini dan dilindungi oleh hukum”. Berdasarkan
adalah remaja akhir usia 16-18 tahun ketentuan tersebut diketahui bahwa
dengan latar belakang pendidikan SMA perempuan memiliki hak khusus berkaitan
atau sedrajat (masih duduk dibangku dengan kesehatan reproduksi.
sekolah SMA atau sederajat), hal ini Adanya peraturan yang menyebutkan
dilakukan agar informan memiliki hak-hak dari pasien tersebut menjadi
pengetahuan yang kurang lebih sama. Pada landasan dibuatnya peraturan Pasal 27
penelitian ini peneliti hanya menanyakan huruf d Undang-Undang Nomor 36 Tahun
tentang masalah kesehatan reproduksi yang 2009 tentang Kesehatan yang mengamatkan
dialami sehingga berkunjung ke PKPR dan bahwa “Setiap orang berhak untuk
pelayanan petugas PKPR. memperoleh informasi, edukasi dan
Data sekunder diperoleh dari studi konseling mengenai kesehatan reproduksi
dokumentasi dan studi pustaka. Data yang yang benar dan dapat dipertanggung
digunakan untuk keperluan penelitian ini jawabkan”. Peraturan tersebut dibuat guna
menggunakan : Sumber hukum primer yaitu memenuhi ketentuan peraturan sebelumnya
bahan pustaka yang berisikan pengetahuan mengenai hak memperoleh pelayanan
ilmiah yang baru dan mutakhir tentang kesehatan reproduksi khususnya dalam
fakta yang diketahui maupun gagasan atau mendapatkan KIE sebagai bentuk
ide. Bahan hukum primer antara lain: UU pelayanan kesehatan promotif dan preventif
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, menjadi salah satu hak dari pasien.
PP No. 61 Tahun 2014 tentang kesehatan Berdasarkan rumusan susunan
reproduksi, PerMenKes RI Nomor 28 peraturan di atas menjadi landasan
Tahun 2017 Tentang Izin Dan peraturan hak kesehatan reproduksi remaja
Penyelenggaraan Praktik Bidan Sumber dengan susunan peraturan sebagai berikut :
hukum sekunder yang digunakan yaitu yang Hak-hak reproduksi pada remaja ini
berhubungan dengan bahan hukum primer sejalan dengan Peraturan Pemerintah
dan dapat membantu menganalisis dan Republik Indonesia Nomer 61 Tahun 2014
memahami bahan hukum primer, berupa Tentang Kesehatan Reproduksi dimana
literatur, jurnal dan hasil penelitian. Sumber pada pasal 11 dinyatakan; secara umum
hukum tersier yang digunakan berupa pelayanan kesehatan reproduksi remaja
brosur, lampiran-lampiran dan dokumen bertujuan untuk mencegah dan melindungi
pernyataan. remaja dari perilaku seksual beresiko dan

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 47


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

perilaku seksual lainnya yang berpengaruh Hal ini sesuai dengan azaz hukum yakni
terhadap kesehatan reproduksi. peraturan yang lebih rendah kedudukannya
Puskesmas dalam melakukan pelayanan tidak boleh bertentangan dengan peraturan
PKPR berdasarkan pada Permenkes Nomor yang lebih tinggi. Susunan peraturan tidak
43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang tumpang tindih melainkan saling
Kesehatan dimana standar Pelayanan melengkapi, sehingga pelaksanaan peran
Minimal Bidang Kesehatan (SPM), bidan puskesmas dalam pelaksanaan
merupakan acuan bagi Pemeritah Daerah konseling remaja berjalan optimal dan
Kabupaten/Kota dalam penyediaan peraturan yang mengatur peran bidan dalam
pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh pelaksanaan konseling remajatelah
setiap warga secara minimal. Jenis layanan mencukupi.
Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan salah satunya adalah pelayanan B. Peran Puskesmas Bancak
kesehatan pada usia produktif. Pelayanan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan usia 15–59 tahun diberikan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
sesuai kewenanganya oleh Dokter; Bidan; kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
Perawat; Nutrisionis/Tenaga Gizi; Petugas perorangan tingkat pertama, dengan lebih
Pelaksana Posbindu PTM terlatih. mengutamakan upaya promotif dan
Penyelenggaraan PKPR ini sesuai dengan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia masyarakat yang setinggi-tingginya di
Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar wilayah kerjanya.12 Tugas Puskesmas
Pelayanan Minimal bagian ketiga tentang adalah memberikan pelayanan remaja yang
kesehatan dan jenis pelayanan dasar pada sesuai dengan kebutuhan, meliputi
usia produktif pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
Peraturan lain tertera pada Permenkes rehabilitatif yang harus diberikan secara
(PMK) No. 39 tahun 2016 tentang Pedoman komprehensif di semua tempat yang akan
Penyelenggaraan PIS-PK Program melakukan pelayanan remaja dengan
Indonesia Sehat Dengan pendekatan pendekatan PKPR. Intervensi meliputi:13
Keluarga, dimana pelayanan kesehatan 1. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja
reproduksi pada remaja yang dilakukan (meliputi infeksi menular seksual/IMS,
dengan menyelenggarakan pendidikan HIV&AIDS) termasuk seksualitas dan
kesehatan reproduksi di sekolah menengah, pubertas
menyelenggarakan pelayanan PKPR di 2. Pencegahan dan penanggulangan
Puskesmas, dan mengupayakan penundaan kehamilan pada remaja
usia nikah. Pada dewasa muda dilakukan 3. Pelayanan gizi (anemia, kekurangan dan
dengan konseling pranikah, dan konseling kelebihan gizi) termasuk konseling dan
KB pra nikah. edukasi
Landasan bagi bidan untuk 4. Tumbuh kembang remaja
melaksanakan pemberian KIE sebagai 5. Skrining status TT pada remaja
bentuk pelayanan kesehatan reproduksi 6. Pelayanan kesehatan jiwa remaja,
remaja dengan Peraturan Menteri meliputi: masalah psikososial, gangguan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 jiwa, dan kualitas hidup
Tahun 2017 Tentang Izin Dan 7. Pencegahan dan penanggulangan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, di pasal NAPZA
21a menyatakan, bahwa dalam memberikan 8. Deteksi dan penanganan kekerasan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan terhadap remaja
dan keluarga berencana, bidan berwenang 9. Deteksi dan penanganan tuberkulosis
memberikan: penyuluhan dan konseling 10.Deteksi dan penanganan kecacingan
kesehatan reproduksi perempuan dan Adapun kriteria Puskesmas mampu
keluarga berencana. melaksanakan PKPR sebagai berikut :
Dari uraian di atas dapat diketahui 1. Memberikan pelayanan konseling pada
bahwa tata urutan perundang-undangan semua remaja yang memerlukan
sudah diurutkan kebawah sesuai hirarki.

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 48


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

konseling yang kontak dengan petugas Tenaga kesehatan yang mengelola


PKPR. PKPR di Puskesmas Bancakini adalah 1
2. Melakukan pembinaan pada minimal 1 orang bidan dengan lulusan D4 bidan yaitu
(satu) sekolah dalam 1 (satu) tahun di Bidan Ahli. Pernyataan kepala Puskesmas
sekolah umum atau sekolah berbasis .............. memberikan wewenang dalam
agama, dengan minimal melaksanakan pengelolaan PKPR kepada bidan dan dipilih
kegiatan KIE di sekolah binaan minimal yang suda lulus D4 dikarenakan kepala
2 kali dalam setahun. Puskesmas meyakini bahwa bidan mampu
3. Melatih konselor sebaya di sekolah memberikan pelayanan konseling yang
minimal sebanyak 10% dari jumlah peduli, peka, bersahabat sehingga kepala
murid sekolah binaan. puskesmas memberikan kesempatan kepada
Hasil penelitian di Puskesmas bidan dan mengikutkan bidan dalam
diperoleh: pelatihan penyelenggaraan PKPR.
Program PKPR pada Puskesmas telah Kepala puskesmas juga menyatakan
berjalan sejak tahun 2015, pelayanan PKPR bahwa bidan dianggap tenaga kesehatan
pada Puskesmas ini telah berjalan dengan yang paling tepat dalam pelayanan PKPR,
baik dimana telah dilakukan penjaringan ke hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
sekolah dan telah dilakukan penyuluhan ke Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
sekolah binaan. Puskesmas melakukan Tahun 2017 Tentang Izin Dan
penjaringan di semua SMA dan SMK di Penyelenggaraan Praktik Bidan, pasal 21a
wilayah kerja Puskesmas dan karangtauna. mengamantkan, bahwa:
Penyuluhan di fokuskan pada SMA dan “Dalam memberikan pelayanan kesehatan
SMK dengan kasus kesehatan reproduksi reproduksi perempuan dan keluarga
tertinggi, dan dilakukan penyuluhan selama berencana, Bidan berwenang memberikan:
1 kali dalam satu tahun. SMA dan SMK penyuluhan dan konseling kesehatan
binaan pada Puskesmas Bancak sejumlah 3 reproduksi perempuan dan keluarga
sekolah. berencana”
Program PKPR ini sangat bermanfaat
bagi remaja dimana dengan adanya PKPR C. Peranan bidan puskesmas dalam
ini telah terjadi penurunan kasus pada pelaksanaan konseling remaja untuk
remaja dari tahun ke tahun. Namun meningkatkan pengetahuan
demikian, minat dan kesadaran siswi-siswi kesehatan reproduksi sebagai
SMA dan SMK tersebut untuk melakukan pemenuhan hak kesehatan
kunjungan mandiri ke fasilitas PKPR yang reproduksi remaja akhir
ada di Puskesmas masih rendah. Tabel 1 Peranan bidan puskesmas dalam
Kebanyakan remaja yang datang ke PKPR pelaksanaan konseling remaja
adalah remaja yang mengalami masalah untuk meningkatkan
seperti gangguan siklus menstruasi atau pengetahuan kesehatan
kehamilan di luar nikah. reproduksi sebagai pemenuhan
Pada Puskesmas Bancak tidak hak kesehatan reproduksi remaja
terdapat peraturan yang secara khusus akhir Identitas informan
untuk mengatur tentang penyelenggaraan penelitian ini adalah :
PKPR. Pemegang program pada Puskesmas Nama Pendidikan Lama
Bancak hanya diberikan SK dan infor terakhir bekerja
penyelenggaraannya berdasarkan buku man
petunjuk dari Kemenkes. Hal ini sesuai B1 D III Kebidanan 10 tahun
dengan penyataan pemegang program Berdasarkan hasil pengamatan
PKPR sebagai berikut : didapatkan bahwa bidan yang terlibat pada
“Tidak ada peraturan khusus yang dibuat PKPR telah memiliki ijasah minimal DIII
puskesmas tentang PKPR. Penyelenggaraan Kebidanan dan memiliki STR yang masih
PKPR di Puskesmas dari Kemenkes yang berlaku dan SIPB.
didapat saat pelatihan”

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 49


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

Untuk mengetahui apakah bidan sudah Pertanyaan Jawaban


menjalankan perannya sesuai dengan B1
Peraturan pada setiap pelayanan PKPR Apakah anda Wewenang membeikan
yang telah dilaksanakannya, maka peneliti memiliki konseling dan
melakukan penelitian dengan melakukan wewenang atau pemeriksaan KIA. Bekerja
tugas khusus sama saat penjaringan.
wawancara kepada 2 remaja. Remaja yang
yang Bidan juga sebagai
menjadi informan dalam penelitian ini berhubungan rujukan, kalau kasusnya
adalah remaja akhir dengan latar belakang dengan KTD atau apa yang
pendidikan SMA atau sedrajat (masih kesehatan berhubungan dengan KIA
duduk dibangku sekola SMA atau reproduksi
sederajat), hal ini dilakukan agar informan remaja
memiliki pengetahuan yang kurang lebih Apakah anda Iya..di sekolah, karang
sama. Pada penelitian ini peneliti hanya pelaksanaan taruna atau puskesmas.
menanyakan tentang masalah kesehatan anda
reproduksi yang dialami sehingga melaksanakan
konseling
berkunjung ke PKPR dan pelayanan
remaja untuk
petugas PKPR. meningkatkan
pengetahuan
Tabel 2 Identitas informan kesehatan
Nama Pendidikan Umur reproduksi ?
informan sekarang
R1 SMA 16 tahun Hasil wawancara informan primer
R2 SMA 15 tahun menunjukkan bahwa PKPR sudah berjalan
dengan baik. PKPR dapat dikatakan
Kegiatan PKPR yang dilaksanakan berjalan dengan baik karena telah sesuai
oleh Bidan di Puskesmas Bancak telah dengan prosedur atau alur pelayanan yang
berjalan dengan baik. Peran bidan dalam ada di Puskesmas serta sesuai dengan
kegiatan PKPR yaitu memberikan standar penyelenggaraan program di
penyuluhan dan konseling kesehatan Puskesmas, semua tenaga di puskesmas
reproduksi. Konseling yang diberikan bidan juga bekeja dengan baik untuk kelancaran
meliputi pendidikan keterampilan hidup program. Kendala utama PKPR adalah
sehat yaitu PHBS;sistem, fungsi,dan proses kunjungan remaja ke puskesmas masih
reproduksi, perilaku seksual berisiko dan relatif rendah namun hal ini diatasi dengan
akibatnya;danperilaku berisiko lain atau kunjungan ke sekolah-sekolah setiap ajaran
kondisi kesehatan lain yang berpengaruh baru. Peranan bidan adalah pelaksana
terhadap kesehatan reproduksi. program wewenang bidan atau tugas utama
adalah memberikan konseling baik individu
Tabel 3 Hasil wawancara informan atau kelompok, selain itu tugas yang
utama dilakukan bersama tenaga kesehatan lain
Pertanyaan Jawaban adalah melakukan anamnesa mendalam,
B1 dan melakukan penjaringan ke sekolah-
Bagaimana Berjalan dengan baik. sekolah.
pelayanan Kendalanya yang muncul
PKPR di remaja yang bekunjung ke Tabel 4 Hasil wawancara informan
Puskesmas dan Puskesmas sedikit.
trianggulasi
apa kendala
yang dihadapi? No Pertanyaan Jawaban
Bagaimana Pelaksana program R1 R2
peran bidan 1 Apa alasan mengalami menstruasi
dalam PKPR di anda datang nyeri yang saya tidak
puskesmas ke PKPR di hebat saat teratur
Puskesmas? menstruasi
Apa saja Bidan tugasnya untuk
wewenang bidan konselingnya untuk 2 Bagaimana diperiksa ditanya-
dalam PKPR? pemeriksaan pelayanan dokter dan tanya oleh

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 50


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

PKPR di ditanya- bidan “...... kalau konseling tentang KB jarang


puskesmas tanya oleh kemudian kita berikan, anak sekarang itu pada pinter-
bidan diperiksa pinter takutnya kalau konseling KB
dokter diberikan secara detail akan membawa
3 Apakah memberika memberika dampak negatif terutama untuk seks bebas
peranan n banyak n banyak
remaja ….”
bidan di pengetahua pengetahua
Puskesmas n terutama n terutama Pernyataan tersebut didukung dengan
dalam PKPR tentang tentang pernyataan remaja sebagai berikut :
? menjaga proses “...... Konseling tentang KB jarang kalau di
kebesihan menstruasi sekolah saya tidak dapat, tapi dapat dari
diri saat dan pelajaran biologi sepertinya..seharusnya
menstuasi reproduksi. diberikan agar remaja tahu dan hati-hati….”
dan
tentang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proses bahwa semua bidan yang terlibat pada
reproduksi
PKPR telah memiliki ijasah minimal DIII
4 Bagamana Baik dan Puas
pelayanan ramah
Kebidanan dan memiliki STR yang masih
PKPR berlaku dan SIPB. Hal tersebut sudah sesuai
Puskesmas dengan definisi bidan menurut konggres
menurut ICM di Brisbane Australia yang pendidikan
anda ? bidan yang diakui di negaranya, telah lulus
dari pendidikan tersebut serta memenuhi
Hasil wawancara trianggulasi kualifikasi untuk di daftar (register) dan
menunjukkan bahwa remaja yang atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk
berkunjung ke puskesmas adalah remaja melakukan praktik bidan”,87dan telah
yang memiliki masalah kesehatan memenuhi asas legalitas yaitu pada
reproduksi seperti nyeri yang hebat saat dasarnya tersirat tentang tenaga kesehatan
menstruasi dimana anamnesa dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
konseling dilakukan oleh bidan dan dilakukan sesuai dengan bidang keahlian
pemeriksaan dilakukan dokter. Remaja yang dimiliki dan dalam menyelenggarakan
yang datang ke PKPR dilayani dengan baik pelayanan kesehatan wajib memiliki Izin
dan merasa puas. Puas pada penelitian ini dari Pemerintah.
adalah remaja merasa dilayani dengan baik, Menurut Kepmenkes RI No.
ramah dan dapat terselesaikan masalah 900/Menkes/SK/2002 bidan adalah
yang dihadapi, dimana pada wawancara seseorang yang telah mengikuti program
remaja telah mengetahui apa penyebab pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai
masalah kesehatan yang dialaminya dengan dengan persyaratan yang berlaku yakni
bantuan petugas PKPR di Puskesmas. telah teregistrasi melalui proses
Berdasarkan peraturan Menteri pendaftaran, pendokumentasian setelah
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 dinyatakan minimal kompetensi inti atau
Tahun 2017 Tentang Izin dan standar penampilan yang ditetapkan,
Penyelenggaraan Praktik Bidan pasal 21a sehingga secara fisik dan mental mampu
dan PP RI No 61 Tahun 2014 tentang melaksanakan praktik profesinya, telah
Kesehatan Reproduksi, pemberian mempunyai SIB (Surat Izin Bidan),
komunikasi, informasi, dan edukasi kepada melakukan serangkaian kegiatan pelayanan
remaja salah satunya adalah tentang kesehatan, mempunyai SIPB (Surat Izin
keluarga berencana (KB) hal ini tidak Praktik Bidan), menggunakan standar
dilakukan pada ketiga puskesmas tersebut profesi dan tergabung dalam IBI.
karena dikhawatirkan akan berakibat Sesuai dengan teori konsep peran,
kurang baik bagi remaja untuk melakukan bidan harus menjalankan tugasnya sebagai
seks bebas dengan KB. Hal tersebut sesuai bidan dengan mengikuti rule dan peraturan
dengan pernyataan bidan berikut: yang berlaku dalam melakukan peran dan
fungsi bidan. Peranan bidan dalam

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 51


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

kesehatan reproduksi sesuai Peraturan Pasal 12


Menteri Kesehatan Republik Indonesia 1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Remaja sebagaimana dimaksud dalam
Penyelenggaraan Praktik Bidan pasal 21a Pasal 11 dilaksanakan melalui
yaitu dalam memberikan pelayanan pemberian:
kesehatan reproduksi perempuan dan a. komunikasi, informasi, dan edukasi
keluarga berencana, Bidan berwenang b. konseling; dan/atau
memberikan: penyuluhan dan konseling c. pelayanan klinis medis
kesehatan reproduksi perempuan dan 2. Pemberian komunikasi, informasi, dan
keluarga berencana. Berdasarkan hal edukasi sebagaimana dimaksud pada
tersebut maka diharapkan bidan ayat (1) huruf a meliputi materi :
memberikan penyuluhan dan informasi a. pendidikan keterampilan hidup sehat;
pada remaja tentang kesehatan reproduksi. b. ketahanan mental melalui
Penyuluhan dan informasi pada remaja ketrampilan sosial;
tentang kesehatan reproduksi yang c. sistem, fungsi,dan proses reproduksi
diberikan bidan diharapkan dapat d. perilaku seksualyang sehat dan aman;
meningkatkan pengetahuan remaja. e. perilaku seksual berisiko dan
Pelayanan kesehatan reproduksi akibatnya;
remaja sesuai dengan PP RI No 61 Tahun f. keluarga berencana; dan
2014 tentang Kesehatan Reproduksi g. perilaku berisiko lain atau kondisi
menyebutkan bahwa : kesehatan lain yang berpengaruh
Pasal 1. terhadap kesehatan reproduksi.
“ Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja 3. Konseling sebagaimana dimaksud pada
adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan
kegiatan yang ditujukan kepada remaja memperhatikan privasi dan kerahasiaan,
dalam rangka menjaga kesehatan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan,
reproduksi.” konselor dan konselor sebaya yang
memiliki kompetensi sesuai dengan
Pasal 11 kewenangannya.
1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi 4. Pelayanan klinis medis sebagaimana
Remaja bertujuan untuk : dimaksud pada ayat (1) huruf c termasuk
a. Mencegah dan melindungi remaja deteksi dini penyakit/screening,
dari perilaku seksual berisiko dan pengobatandan rehabilitasi.
perilaku berisiko lainnya yang 5. Pemberian materi komunikasi,
dapat berpengaruh terhadap informasi, dan edukasi sebagaimana
Kesehatan Reproduksi; dan dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
b. mempersiapkan remaja untuk melalui proses pendidikan formal dan
menjalani kehidupan reproduksi non formal serta kegiatan pemberdayaan
yang sehatdan bertanggung jawab remaja sebagai pendidik sebaya atau
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi konselor sebaya
Remaja diberikan dengan menggunakan
penerapan pelayanan kesehatan peduli Berdasarkan hasil wawancara dengan
remaja bidan dan remaja menunjukkan bahwa
3. Pemberian Pelayanan Kesehatan bidan adalah pelaksana program PKPR,
Reproduksi Remaja harus disesuaikan yang peranan salah satunya memberikan
dengan masalah dan tahapan tumbuh konseling kepada remaja tentang kesehatan
kembang remaja serta memperhatikan reproduksi, hal ini sesuai dengan Peraturan
keadilan dan kesetaraan gender, Menteri Kesehatan Republik Indonesia
mempertimbangkan moral, nilai agama, Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan
perkembangan mental, dan berdasarkan Penyelenggaraan Praktik Bidan pasal 21a
ketentuan peraturan perundang - yaitu dalam memberikan pelayanan
undangan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana, Bidan berwenang

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 52


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

memberikan: penyuluhan dan konseling berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai


kesehatan reproduksi perempuan dan berikut :
keluarga berencana. 1. Hak untuk mendapatkan informasi dan
PKPR di Puskesmas bejalan dengan pendidikan kesehatan reproduksi; hak
baik dimana tugas puskesmas adalah tersebut terkait dengan masalah
memberikan pelayanan remaja yang sesuai kesehatan reproduksi termasuk jaminan
dengan kebutuhan, meliputi pelayanan kesehatan dan kesejahteraan seseorang
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif maupun keluarga. Hak remaja dalama
kepada remaja. Intervensi yang dilakukan hal informasi telah terpenuhi dengan
oleh PKPR bedasarkan keterangan bidan di baik dengan adanya PKPR dimana
Puskesmas meliputi: remaja telah mendapatkan konseling
1. Pelayanan kesehatan reproduksi dari bidan yang menjalankan program
remaja (meliputi infeksi menular PKPR. Berdasarkan hasil wawancara
seksual/IMS, HIV&AIDS, pencegahan dengan bidan di Puskesmas Bancak,
dan penanggulangan kehamilan pada menunjukkan bahwa bidan adalah
remaja, Pencegahan dan pelaksana program PKPR, yang peran
penanggulangan NAPZA dilakukan utamanya memberikan konseling kepada
dengan konseling ke sekolah tiap remaja tentang kesehatan reproduksi
ajaran baru untuk meningkatkan pengetahuan
2. Pelayanan gizi (anemia, kekurangan tentang kesehatan reproduksi.
dan kelebihan gizi) termasuk konseling 2. Hak mendapatkan pelayanan dan
dan edukasi dan Tumbuh kembang perlindungan kesehatan reproduksi;
remaja dilakukan dengan penjaringan meliputi hak atas informasi
ke sekolah tiap ajaran baru. keterjangkauan, pilihan, keamanan,
3. Pelayanan PKPR 24 jam di puskesmas. kerahasiaan, harga diri, kenyamanan,
kesinambungan pelayanan dan hak
Bidan di Puskesmas ini selain berpendapat.
melakukan perencanaan, dan pelaporan 3. Hak untuk memeproleh pelayanan dan
program juga terlibat dalam proses perlindungan pada remaja telah
konseling. Konseling yang diberikan bidan terpenuhi dengan baik dengan adanya
meliputi pendidikan keterampilan hidup PKPR di masing-masing puskesmas, hal
sehat yaitu PHBS;sistem, fungsi,dan proses ini dilakukan dengan adanya konseling
reproduksi, perilaku seksual berisiko dan terhadap individu terutama individu
akibatnya;danperilaku berisiko lain atau yang memiliki masalah daam kesehatan
kondisi kesehatan lain yang berpengaruh reproduksi.
terhadap kesehatan reproduksi. 4. Hak atas kebebasan berpikir dan
Berdasarkan hasil wawancara di atas membuat keputusan tentang kesehatan
menunjukkan bahwa peran bidan reproduksi. Hak ini juga telah terpenuhi
puskesmas adalah melaksanakan konseling dengan baik dalam PKPR dimana
remaja untuk meningkatkan pengetahuan remaja sendiri yang berhak mengambil
kesehatan reproduksi sebagai pemenuhan keputusan atas dirinya dan tenaga
hak kesehatan reproduksi remaja akhir kesehatan hanya memfasilitasi
sebagaimana peraturan Menteri Kesehatan menanamkan pengetahuan dan
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 memberikan konseling sesuai dengan
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik apa yang dibutuhkan
Bidan dan PP RI No 61 Tahun 2014 tentang 5. Hak untuk memutuskan jumlah dan
Kesehatan Reproduksi. jarak kelahiran anak. Pada pelayanan
Hak kesehatan reproduksi terdiri dari tentang keluarga berencana (KB) tidak
12 hak menurut Konferensi Internasional dilakukan pada ketiga puskesmas
Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) tersebut karena dikhawatirkan akan
di Kairo 1994.14 Penjelasan pemenuhan hak berakibat kurang baik bagi remaja untuk
tersebut pada puskesmas di Kota Semarang melakukan seks bebas dengan KB

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 53


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

6. Hak untuk hidup dan bebas dari resiko bernuansa kesehatan reproduksi, artinya
kematian karena kehamilan, atau setiap orang mempunyai hak untuk
masalah. Pada hak ini juga telah berjalan mendesak pemerintah agar
dengan baik, dimana remaja yang menempatkan masalah hak dan
mengaami masalah kesehatan baik kesehatan reproduksi sebagai prioritas
adanya IMS atau mengalami KTD dalam kebijakan politik negaranya.
segera akan mendapatkan penanganan 12.Hak untuk bebas dari segala bentuk
dengan baik oleh tenga kesehatan di diskriminasi dan kesehatan reproduksi;
Puskesmas baik pelayanan mandiri oleh Hak mendapatkan manfaat dari hasil
bidan atau dokter, penanganan kemajuan ilmu pengetahuan, termasuk
kolaborasi atau rujukan pengakuan hak bahwa setiap orang
7. Hak mendapat kebebasan dan berhak memperoleh pelayanan
keamanan dalam pelayanan kesehatan kesehatan reproduksi dengan tekhnologi
reproduksi; setiap individu dipercaya mutakhir yang aman dan dapat diterima.
untuk menikmati dan mengatur
kesehatan reproduksinya. Hak ini juga Pada dasarnya hak kesehatan
terpenuhi dengan baik dimana remaja reproduksi pada remaja dari 12 hak 11 hak
sendiri yang berhak mengambil kesehatan reproduksi telah terpenuhi
keputusan atas dirinya dan tenaga dengan baik pada pogram PKPR dan
kesehatan hanya memfasilitasi kerjasama antara tenaga kesehatan, tokoh
menanamkan pengetahuan dan masyarakat dan agama juga sekolah. Hanya
memberikan konseling sesuai dengan ada 1 hak yang tidak dipenuhi yaitu hak
apa yang dibutuhkan untuk memutuskan jumlah dan jarak
8. Hak untuk bebas dari segala bentuk kelahiran anak. Pada pelayanan tentang
penganiayaan dan perlakuan buruk yang keluarga berencana (KB) tidak dilakukan
menyangkut kesehatan reproduksi; pada ketiga puskesmas tersebut karena
termasuk hak anak-anak agar dilindungi dikhawatirkan akan berakibat kurang baik
dari eksploitasi dan penganiayaan bagi remaja untuk melakukan seks bebas
seksual serta hak setiap orang untuk dengan KB.
dilindungi dari perkosaan, kekerasan,
penyiksaan, dan pelecehan seksual. Hak Kesimpulan
ini dapat terpenuhi dengan baik karena Peraturan Perundang-Undangan Yang
pada kasus remaja puskesmas dapat Mengatur Tentang Hak Kesehatan
bekerja sama lintas program atau sektor Reproduksi Remaja pada Dinas Kesehatan
termasuk pada tokoh agama, masyarakat Kota Semarang disesuaikan dengan Pasal
dan kepolisian dalam melakukan 11-12 PP No. 61 Tahun 2014 tentang
pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Kesehatan Reproduksi dan Pedoman
9. Hak atas kerahasiaan pribadi dalam Perencanaan, Pembentukan dan
menjalankan reproduksinya; artinya Pengembangan PKPR di Kabupaten/Kota.
pelayanan reproduksi dilakukan dengan Pada Dinas Kesehatan Kota Semarang tidak
menghormati kerahasiaan, dan bagi ada peraturan yang dibuat dinas kesehatan
perempuan diberi hak untuk menentukan kota secara khusus yang mengatur tentang
sendiri pilihan reproduksinya. penyelenggaraan PKPR. Puskesmas
10.Hak untuk membangun dan Bandarharjo, Puskesmas Karangayu,
merencanakan keluarga, hal ini telah Puskesmas Miroto telah menjaankan
terpenuhi karena remaja sendiri yang program PKPR dan sesuai aturan yang ada
berhak mengambil keputusan atas sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
dirinya dan tenaga kesehatan hanya Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017
memfasilitasi menanamkan pengetahuan Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
dan memberikan konseling sesuai Bidan pasal 21a bidan berwenang dalam
dengan apa yang dibutuhkan memberikan: penyuluhan dan konseling
11.Hak dalam kebebasan berkumpul dan kesehatan reproduksi perempuan dan
berpartisipasi dalam politik yang keluarga berencana

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 54


pISSN : 2528-3685
eISSN : 2598-3857

Peran bidan puskesmas dalam 6. BKKBN. Evaluasi program kependudukan dan


pelaksanaan konseling remaja untuk KB. Jakarta. 2012.
7. Depkes RI. Sistem kesehatan nasional. Jakarta.
meningkatkan pengetahuan kesehatan 2009.
reproduksi sebagai pemenuhan hak 8. Pawestri, & Setyowati, D. Gambaran perilaku
kesehatan reproduksi remaja akhir di seksual pranikah pada mahasiswa pelaku seks
Puskesmas adalah pelaksana program pranikah di Universitas X Semarang. Seminar
hasil-hasil penelitian-LPPM UNIMUS.
PKPR, yang peran utamanya memberikan 2012:171–179.
konseling kepada remaja tentang kesehatan 9. PKBI. 12 Hak Kesehatan Seksual dan
reproduksi, hal ini sesuai dengan Peraturan Reproduksi Remaja IPPF 1996. 2016.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia 10. BKKBN. Evaluasi program kependudukan dan
Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan KB. Jakarta. 2012.
11. Budiasih. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Penyelenggaraan Praktik Bidan pasal 21a. Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah UPT
Pada dasarnya hak kesehatan Kesmas Gianyar I Tahun 2016. 2016.
reproduksi pada remaja dari 12 hak 11 hak 12. Azizah. Kebahagiaan dan Permasalahan di Usia
kesehatan reproduksi telah terpenuhi Remaja (Penggunaan Informasi dalam
Pelayanan Bimbingan Individual).
dengan baik pada pogram PKPR dan KONSELING RELIGI. Jurnal Bimbingan
kerjasama antara tenaga kesehatan, tokoh Konseling Islam. 2013;4(2):295.
masyarakat dan agama juga sekolah. Hanya 13. Pedoman Standar Nasional Pelayanan
ada 1 hak yang tidak dipenuhi yaitu hak Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Kemenkes
untuk memutuskan jumlah dan jarak RI. Jakarta. 2014.
14. Heryani, Reni. Buku ajar asuhan kebidanan
kelahiran anak. Pada pelayanan tentang persalinan. Jakarta: CV. Trans info media.
keluarga berencana (KB) tidak dilakukan 2011.
pada ketiga puskesmas tersebut karena
dikhawatirkan akan berakibat kurang baik
bagi remaja untuk melakukan seks bebas
dengan KB.

Saran
Hasil penelitian ini d masukan bagi
remaja untuk berkunjung ke PKPR untuk
mendapatkan informasi atau menyelesaikan
masalah kesehatan reproduksi yang
dialaminya.Puskesmas hendaknya
membentuk suatu kegiatan yang melibatkan
remaja seperti membentuk posyandu atau
konselor sebaya sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja.

Daftar pustaka
1. Intan Kumalasari dan Iwan Andhyantoro.
Kesehatan reproduksi untuk mahasiswa
kebidanan dan keperawatan. Jakarta :Salemba
Medika. 2012.
2. PKBI. 12 hak kesehatan seksual dan
reproduksi remaja IPPF. 1996. 2016.
3. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi perkembangan
suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan
edisi kelima. (alih Bahasa: Dra. Istiwidayanti &
Drs. Soedjarwo). Jakarta: PT Erlangga. 2007.
4. Kusmiran. Kesehatan reproduksi remaja dan
wanita. Jakarta: Salemba Medika. 2011.
5. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2012.
Jakarta. 2013.

JIKA, Volume 6, Nomor 1, Agustus 2021 55

Anda mungkin juga menyukai