Anda di halaman 1dari 6

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 8, Nomor 3, Mei 2020


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PEMANFAATAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI PADA PKPR WILAYAH


KERJA PUSKESMAS BULU LOR

Tifani Novitriasti, Aditya Kusumawati, Syamsulhuda Budi Musthofa


Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Email: tifani18537@gmail.com

ABSTRAK
Pemerintah Indonesia telah mengembangkan program yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi remaja yaitu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Puskesmas
Bulu Lor merupakan salah satu puskesmas PKPR paripurna di kota Semarang, namun cakupan
kunjungan remaja masih rendah, angka kasus kesehatan reproduksi masih tinggi dan konseling
konseling kesehatan reproduksi masih rendah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan konseling kesehatan reproduksi
pada PKPR di wilayah kerja Puskesmas Bulu Lor Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah remaja usia
10-19 tahun di wilayah kerja puskesmas Bulu Lor yang berjumlah 95 orang. Pengambilan sampel
menggunakan multistage random sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara.
Pengolahan data secara univariat.
Hasil penelitian mendapatkan hasil bahwa perilaku pemanfaatan konseling kesehatan reproduksi
pada PKPR di wilayah kerja puskesmas Bulu Lor masih sangat rendah (8,4%). Sebagian remaja yang
belum pernah melakukan konseling kesehatan reproduksi ingin melakukan konseling kesehatan
reproduksi (85,1%).
Pemanfaatan konseling kesehatan reproduksi yang masih sangat rendah kemungkinan karena belum
meratanya informasi terkait PKPR dan layanannya. Persepsi remaja tentang melakukan konseling
kesehatan reproduksi harus mengeluarkan waktu lebih dapat mendorong remaja untuk tidak
melakukan konseling kesehatan reproduksi. Maka dari itu puskesmas Bulu Lor perlu melakukan
sosialisasi dan edukasi tentang PKPR, layanan dalam PKPR dan kesehatan reproduksi kepada
seluruh remaja di wilayah kerja puskesmas Bulu Lor dengan cara bekerjasama dengan pihak sekolah
dan organisasi kemasyarakat karang taruna serta membuat jadwal konseling diluar jam sekolah.

Kata kunci : Konseling kesehatan reproduksi, Pemanfaatan, PKPR

ABSTRACK
The Government of Indonesia has developed a program that aims to meet the needs of health
services for adolescents namely Youth Care Health Services (PKPR). Bulu Lor health center is one of
the PKPR health centers in the city of Semarang, but the scope of youth visits is still low, the number
of reproductive health cases is still high and reproductive health counseling is still low.
The purpose of this study was to analyze the use of reproductive health counseling at PKPR in the
work area of Bulu Lor Public Health Center in Semarang. This research uses quantitative methods
with cross sectional design. Respondents in this study were adolescents aged 10-19 years in the
working area of Bulu Lor health center, amounting to 95 people. Sampling using multistage random
sampling. Data collection uses interviews. Univariate data processing.
The results showed that the behavior of the use of reproductive health counseling in PKPR in the work
area of Bulu Lor puskesmas was still very low (8.4%). Most adolescents who have never done
reproductive health counseling want to do reproductive health counseling (85.1%).
The use of reproductive health counseling which is still very low is likely due to the uneven distribution
of information related to PKPR and its services. Adolescent perceptions about reproductive health
counseling should spend more time can encourage adolescents not to do reproductive health
counseling. Therefore, the Bulu Lor health center needs to conduct socialization and education about
PKPR, PKPR services and reproductive health to all adolescents in the Bulu Lor puskesmas work
area by collaborating with schools and youth organizations and setting up counseling schedules
outside school hours.

Keywords: Reproductive health counseling, Utilization, PKPR

420
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN Hasil studi dari PKBI pada tahun 2005


Saat ini perubahan dan pergeseran di Yogyakarta mendapatkan beberapa point
struktur penduduk sedang terjadi di Indonesia, dari permasalahan remaja di Indonesia terkait
struktur penduduk Indonesia berubah dari kesehatan reproduksi yaitu, akses informasi
struktur penduduk usia muda yang terus yang masih terkait seksualitas dan kesehatan
mengalami penurunan angka fertilitas dan reproduksi yang menyebabkan kurangnya
berubah menjadi struktur penduduk usia pengetahuan remaja terhadap isu tersebut, di
produktif.1,2 Perubahan ini diprediksi akan sekolah belum ada kurikulum Kesehatan
membuat Indonesia mendapatkan bonus Reproduksi Remaja (KRR), kurang tersedia
demografi pada periode tahun 2020 – 2030.1 pelayanan kesehatan yang ramah remaja, dan
Kesempatan bonus demografi yang belum adanya institusi yang secara khusus
didapatkan Indonesia harus dipersiapkan menangani masalah remaja.13 Penelitian dari
secara maksimal dengan upaya peningkatan Maisya dan Susilowati pada 2013 di Bogor
Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga dapat mendapatkan hasil bahwa 92,2% remaja usia
menjadi tenaga kerja yang berdaya saing 15-24 tahun tidak mengetahui tempat untuk
tinggi dan berkualitas.3 mendapatkan informasi dan konsultasi terkait
Data dari WHO pada tahun 2012, kesehatan reproduksi baik di dekat rumah,
menyebutkan bahwa jumlah populasi puskesmas maupun sekolah. Menurut hasil
penduduk usia 12-24 tahun adalah 1,6 milyar penelitian 35,6% remaja lebih banyak
jiwa dari seluruh populasi penduduk di dunia.4 mendapatkan informasi terkait kesehatan
Penduduk remaja Indonesia pada tahun 2010 reproduksi dari internet.14
adalah 83,9 juta.5,6 Remaja di Kota Semarang Kurangnya informasi dan akses
menempati prosentase 7,7% dari seluruh pelayanan kesehatan bagi remaja yang dapat
populasi penduduk di Kota Semarang.4 menjadi wadah bagi remaja bertanya dan
Masa remaja identik dengan mencari tahu membuat remaja lebih sering
perubahan yang terjadi pada fisik, psikologi, menyelesaikan masalahnya sendiri. Kemenkes
mental, ekonomi dan sosial.7 Remaja RI tahun 2010 menyatakan bahwa 51,08%
merupakan masa dimana seseorang manusia remaja lebh memilih mengatasi masalahnya
melalui suatu keadaan mencari jati diri yang sendiri, daripada mencari pertolongan ke
sering kali menimbulkan suatu masalah yaitu pelayanan kesehatan. Padahal hampir semua
krisis identitas. Dimana remaja merasa sudah remaja, yaitu 94,56% remaja merasa
cukup dewasa untuk tidak lagi disebut sebagai membutuhkan pusat pelayanan bagi remaja.11
anak-anak, namun belum cukup dewasa untuk Dalam upaya menanggulangi masalah
disebut dan masuk ke dalam kategori manusia yang dihadapi remaja dan untuk meningkatkan
yang dewasa.3 Kerentanan perkembangan status kesehatan remaja, maka pemerintah
jiwa remaja inilah yang dapat menimbulkan Indonesia membuat program yang menjadikan
perilaku berisiko yang dapat dilakukan oleh remaja sebagai fokus sasaran. Terdapat
remaja.8 Perilaku berisiko menurut Kementrian program yang bertujuan untuk memenuhi
Kesehatan RI adalah perilaku yang berisiko kebutuhan pelayanan kesehatan bagi remaja
bagi kesehatan remaja antara lain adalah yaitu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, (PKPR) yang dibuat sejak tahun 2013 oleh
penyalahgunaan narkoba, hingga perilaku Kementrian Kesehatan RI 15,16
seks diluar nikah.9,10 Di kota Semarang sendiri, PKPR 37
Penelitian yang dilakukan oleh puskesmas yang ada sudah semua
BAPPENAS, UNFPA dan BKKBN menemukan puskesmas menjalankan program PKPR.17,18
data bahwa dari jumlah keseluruhan remaja Berdasarkan hasil wawancara dengan
rentan untuk melakukan perilaku berisiko.11 pemegang program PKPR di Dinas Kesehatan
Dari SKRRI pada tahun 2012 menyatakan Kota Semarang, dari 37 Puskesmas yang
bahwa 9% dan 2% remaja di Indonesia laki- sudah menjalankan program PKPR, baru 2
laki dan perempuan pernah melakukan puskesmas yang sudah memenuhi standard
hubungan seks bebas.12 Dari perilaku berisiko puskesmas PKPR Paripurna yaitu puskesmas
yang dilakukan oleh remaja dampak yang Mangkang dan Puskesmas Bulu Lor. Namun
dapat ditimbulkan adalah pengaruh terhadap cakupan kunjungan remaja yang mengikuti
kejadian penyakit kronis, penularan infeksi PKPR di puskesmas Bulu Lor masih rendah, di
menular seksual (IMS), penularan HIV/AIDS, tahun 2016 hanya 52,23%, tahun 2017 hanya
kehamilan yang tidak diinginkan, bahkan yang 64,91% dan di tahun 2018 hanya 71,87%.
terparah adalah kematian.9–11 Sedangkan cakupan puskesmas Mangkang
selama tiga tahun sudah tinggi yaitu tahun

421
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

2016 adalah 99,90%, tahun 2017 adalah dari responden tidak mengetahui dampak
93,27% dan tahun 2018 adalah 106,65%. kehamilan pada wanita remaja (41,1%).
Capaian di puskesmas Bulu Lor belum bisa Pengetahuan responden dalam
memenuhi Nasional yaitu lebih dari 85%. Dari penelitian sudah dapat dikategorikan tinggi,
uraian diatas peneliti melihat bagaimana namun masih banyak responden yang tidak
pemanfaatan layanan konseling kesehatan mengetahui tentang PKPR dan konseling
reproduksi dalam PKPR di Puskesmas Bulu kesehatan reproduksi pada PKPR.
Lor Kota Semarang. Eksistensi konseling kesehatan reproduksi
pada remaja masih sangat rendah, hal ini
METODE PENELITIAN yang menurut asumsi penelitia membuat
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif pemanfaatan konseling kesehatan
dengan metode survei analitik serta reproduksi masih rendah.
menggunakan desain penelitian cross
sectional. Pengumpulan data diambil dengan 3. Keyakinan Kerentanan
menggunakan metode wawancara. Sampel Sebagian besar responden penelitian
dalam penelitian ini diambil dengan memiliki keyakinan bahwa mereka memiliki
menggunakan tehnik sampling Multistage kerentanan tinggi terhadap masalah
Sampling dengan jumlah sampel 95 remaja kesehatan jika mereka tidak melakukan
usia 10-19 tahun. Analisis data yang konseling kesehatan reproduksi (73,7%).
digunakan yaitu analisis univariat. Penelitian ini Namun sebagian besar responden memiliki
menggunakan teori Health Belief Model keyakinan bahwa informasi kesehatan
dengan memasukan variabel demografi, reproduksi yang berasal dari internet tidak
keyakinan kerentanan, keyakinan keseriusan, dapat mempengaruhi responden untuk
kepedulian, keyakinan manfaat, keyakinan lebih mudah melakukan hubungan seksual
hambatan, isyarat bertindak dengan pacar (61,1%).
Responden tidak merasakan
HASIL DAN PEMBAHASAN kerentanan dari kebenaran dan sumber
1. Pemanfaatan Konseling Kesehatan informasi yang berasal dari internet dan
Reproduksi media sosial. Sehingga mereka merasa
Perilaku pemanfaatan layanan informasi dari internet dan media sosial
konseling kesehatan reproduksi pada tidak mempengaruhi perilaku mereka.
PKPR dalam kategori rendah (8,4%).
Responden yang sudah memanfaatkan 4. Keyakinan Keseriusan
konseling kesehatan reproduksi Sebagian besar responden memiliki
memanfaatkannya untuk mencari informasi keyakinan tinggi terhadap keseriusan
terkait kesehatan reproduksi (37,5%) dan masalah kesehatan jika mereka tidak
masalah yang paling banyak melakukan konseling kesehatan reproduksi
dikonsultasikan mengenai masalah (52,6%). Namun masih terdapat beberapa
menstruasi (62,5%). Sebagian besar responden yang memiliki keyakinan bahwa
responden yang belum pernah melakukan jamur pada kelamin tidak akan
konseling kesehatan reproduksi menyebabkan kesulitan memiliki anak
menyatakan ingin melakukan konseling (37,9%), dan masih terdapat responden
kesehatan reproduksi (85,1%). Rendahnya yang merasa jika informasi kesehatan
pemanfaatan kemungkinan karena reproduksi yang didapatkan salah belum
pengetahuan remaja terhadap eksistensi tentu akan mengakibatkan masalah
layanan PKPR masih kurang. kesehatan reproduksi (29,5%). Responden
masih ada yang merasa bahwa anak yang
2. Pengetahuan dikandung wanita remaja tidak berisiko lahir
Separuh dari responden penelitian sebelum waktunya (21,1%).
memiliki tingkat pengetahuan yang baik Walaupun kategori keyakinan
(57,9%). Separuh dari responden penelitian keseriusan masalah pada responden sudah
tidak mengetahui definisi dari konseling berada pada kategori tinggi, namun
dalam PKPR (51,6%). Hampir separuh responden masih memiliki keyakinan
responden tidak mengetahui pengertian bahwa masalah dari kesehatan reproduksi
dari PKPR (49,5%). Hampir separuh dari tidak memiliki dampak yang serius bagi
responden tidak mengetahui layanan yang kesehatan mereka.
ada dalam PKPR (48,4%). Hampir separuh

422
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

5. Kepedulian Konseling Kesehatan Kendala waktu pelayanan konseling


Reproduksi kesehatan reproduksi menjadi hal yang
Sebagian besar responden penelitian menjadi hambatan bagi remaja untuk
memiliki tingkat kepedulian yang tinggi memanfaatkan konseling kesehatan
terhadap konseling kesehatan reproduksi reproduksi. Stigma dari pengunjung
(61,1%). Namun responden tidak mencari puskesmas lain terhadap remaja yang
informasi kesehatan reproduksi dari internet melakukan konseling kesehatan reproduksi
untuk menjaga kesehatan (81,1%) dan juga menjadi penghambat remaja untuk
responden menyatakan tidak mencari tahu melakukan konseling kesehatan reproduksi.
tentang layanan konseling kesehatan
reproduksi dengan bertanya pada teman 8. Isyarat untuk Bertindak
(52,65). Sebagian besar responden penelitian
Responden memiliki kepedulian yang memiliki isyarat untuk bertindak yaitu
baik terhadap kesehatan mereka secara melakukan konseling kesehatan reproduksi
umum, namun belum memiliki kepedulian termasuk dalam kategori tinggi (55,85%).
yang tinggi terhadap konseling kesehatan Namun masih terdapat responden yang
reproduksi seperti belum mencari informasi menyatakan bahwa petugas kesehatatan
terkait eksistensi konseling kesehatan belum pernah memberikan informasi
reproduksi pada PKPR. tentang layanan konseling kesehatan
reproduksi dalam PKPR (60%), teman dari
6. Keyakinan Manfaat responden belum pernah
Mayoritas responden dengan merekomendasikan kepada responden
keyakinan yang tinggi terhadap manfaat untuk melakukan konseling kesehatan
yang didapatkan dengan melakukan reproduksi jika sedang mengalami masalah
konseling kesehatan reproduksi (62,1%). (60%), dan petugas kesehatan belum
Namun masih terdapat responden memiliki pernah memberikan informasi terkait PKPR
keyakinan bahwa setelah melakukan di sekolah (53,75).
konseling kesehatan reproduksi tidak akan Dukungan dari petugas kesehatan dan
menyelesaikan masalah dengan pacar teman dapat menjadi hal yang mendorong
(43,2%) dan setelah melakukan konseling responden untuk melakukan konseling
kesehatan reproduksi tidak akan kesehatan reproduksi. Ditambah lagi
menyelesaikan masalah dengan keluarga dukungan yang diberikan oleh petugas
(24,2%). kesehatan berkaitan dengan ketersediaan
Remaja kurang merasakan manfaat informasi terkait layanan konseling
dari konseling kesehatan reproduksi dalam kesehatan reproduksi. Dimana jika
kehidupan sosial mereka dengan orang dukungan petugas kesehatan rendah
lain. Remaja merasa bahwa konseling terhadap ketersediaan informasi konseling
kesehatan reproduksi tidak membawa kesehatan reproduksi maka bisa saja
manfaat bagi hubungan mereka dengan remaja tidak memanfaatkan konseling
orang lain. kesehatan reproduksi karena tidak
mengetahui eksistensi dari layanan.
7. Keyakinan Hambatan
Sebagian besar responden memilki KESIMPULAN
keyakinan yang tinggi terhadap hambatan 1. Perilaku pemanfaatan konseling kesehatan
yang didapatkan dalam melakukan reproduksi pada PKPR di wilayah kerja
konseling kesehatan reproduksi (68,4%). puskesmas Bulu Lor masih sangat rendah
Namun masih terdapat responden yang (8,4%). Sebagian remaja yang belum
memiliki keyakinan bahwa jika melakukan pernah melakukan konseling kesehatan
konseling kesehatan reproduksi maka reproduksi ingin melakukan konseling
harus mengorbankan waktu lebih (55,8%), kesehatan reproduksi (85,1%). Rendahnya
jika melakukan konseling kesehatan pemanfaatan konseling kesehatan
reproduksi maka harus mengeluarkan reproduksi pada PKPR kemungkinan
tenaga lebih (36,8%) dan responden karena kurangnya sosialisasi dan edukasi
memiliki keyakinan jika melakukan terkait layanan konseling kesehatan
konseling kesehatan reproduksi maka reproduksi pada remaja
pengunjung puskesmas lain akan
menganggap mereka bermasalah (31,6%).

423
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

SARAN https://journal.ugm.ac.id/jieb/article/view
1. Bagi Puskesmas Bulu Lor /10311
a. Perlu melakukan sosialisasi dan 2. UI LDF. Ringkasan Studi : Prioritaskan
edukasi tentang PKPR, layanan yang Kesehatan Reproduksi Remaja Untuk
tersedia dalam PKPR dan terkait Meningkatkan Bonus Demografi. 2017
kesehatan reproduksi kepada seluruh p. 1–6.
remaja baik melalui sekolah maupun 3. Mayasari S. Remaja Genre : Peluang
masyarakat. Menuju Bonus Demografi. 2010;
b. Puskesmas diharapkan melakukan 4. Nations U. World Population Monitoring
kerjasama secara aktif dengan pihak Adolescent and Youth. New York:
sekolah yang ada di wilayah kerja United Nations Publication; 2012. 56 p.
puskesmas Bulu Lor terkait sosialisasi 5. BKKBN, BPS, Kementerian Kesehatan
dan edukasi PKPR, layanan yang U. Demographic and Health Survey
tersedia dalam PKPR dan terkait 2012. 2012.
kesehatan reproduksi. 6. Kemenkes RI. Infodatin Situasi
c. Puskesmas diharapkan melakukan Kesehatan Reproduksi Remaja.
kerjasama secara aktif dengan pihak Kemenkes RI; 2012. p. 8.
kelurahan di wilayah kerja puskesmas 7. Indonesia U. Youth in Indonesia.
Bulu Lor untuk aktif membentuk UNFPA; 2014. 152 p.
perkumpulan remaja agar 8. Sarwono S. Psikologi Remaja (Edisi
mempermudah penyamapaian Revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo
informasi dan kegiatan. Persada; 2010.
d. Pelaksanaan konseling kesehatan 9. Isfandari S, Humaniora P, Teknologi P,
reproduksi pada PKPR perlu dilakukan Kesehatan I. Analisa Faktor Risiko dan
diluar jam pelajaran sekolah sehingga Status Kesehatan Remaja Indonesia
remaja tetap bisa mengaksesnya pada Dekade Mendatang. 2014;
tanpa perlu terhalang waktu. Perlu 10. Maisya IB, Susilowati A, Rachmalina R.
juga pemanfaatan layanan konseling Gambaran Perilaku Berisiko Remaja Di
dengan menggunakan layanan SMS Kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan
atau online sehingga remaja dapat Bogor Tengah Kota Bogor Tahun 2013
lebih mudah mengaksesnya dan tidak (Studi Kualitatif). J Kesehat Reproduksi.
malu karena tidak langsung bertatap 2013;4(3):123–30.
muka dengan petugas kesehatan. 11. Muthmainnah. Analisis Stakeholder
2. Bagi Masyarakat Remaja Terhadap Implementasi
a. Pihak kelurahan di wilayah kerja Program Pelayanan Kesehatan Peduli
puskesmas Bulu Lor yang belum Remaja (PKPR) Di Kota Semarang. J
memiliki karang taruna perlu kembali Promkes. 2012;1(No. 2 Desember
mengaktifkan karang taruna yang 2013).
dapat menjadi wadah bagi puskesmas 12. Mulyandari IT, Utomo B. Merokok,
untuk lebih mudah menyampaikan Minum Alkohol, dan Hubungan Seksual
informasi kesehatan pada remaja. Pada Remaja: Survei Demografi dan
b. Karang taruna yang telah ada di Kesehatan Indonesia Tahun 2012.
wilayah kerja puskesmas Bulu Lor 2014;
perlu secara aktif melakukan kerja 13. Qudsyi H. Program Peer Education
sama dengan puskesmas untuk Sebagai Media Alternatif Pendidikan
melakukan penyampaian informasi Kesehatan Reproduksi Remaja di
kesehatan kepada remaja. Indonesia. In: Selamatkan Generasi
3. Bagi Peneliti Lain Bangsa dengan Mmembentuk Karakter
Perlu dilakukan penelitian lanjutan Berbasis Kearifan Lokal. 2016.
untuk memperdalam hasil kajian. 14. Maisya IB, Susilowati A. Faktor pada
Remaja Muda dan Tersedianya Media
DAFTAR PUSTAKA Informasi Hubungan dengan Perilaku
1. Hendratno ET, Fitriati R. The Study of Berisiko. 2013;1–7.
Indonesia’s Readiness to Cope with 15. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman
Demographic Bonus: A Review of Standar Nasional Pelayanan
Population Law. J Indones Econ Bus Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
[Internet]. 2016;29(3):195–219. 2014.
Available from: 16. BKKBN. Pedoman Pengelolaan Pusat

424
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 8, Nomor 3, Mei 2020
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Informasi dan Konseling Remaja dan


Mahasiswa (PIK R/M). Jakarta; 2012.
17. Sari ND, Musthofa SB, Widjanarko B.
Hubungan Partisipasi Remaja dalam
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) dengan Pengetahuan
dan Persepsi Mengenai Kesehatan
Reproduksi di Sekolah Menengah
Pertama Wilayah Kerja Puskesmas
Lebdosari. J Kesehat Masy.
2017;5(5):1072–80.
18. Lailli AN, Riyanti E, Musthofa SB.
Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Praktik Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) oleh Remaja di Wilayah Kerja
Puskesmas Bandarharjo Kota
Semarang. J Kesehat Masy.
2019;7(1):421–9.

425

Anda mungkin juga menyukai