Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Defenisi Katarak
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 2011). Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang
normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan dapat timbul pada saat kelahiran
(katarak congenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis seperti diabetes mellitus atau
hipoparatiroidisme, pemejanan radiasi, pemajanan yang lama sinar mata hari (sinar ultra
violet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior. (Brunner & suddart, 2010)
B. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2009):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
Faktor keturunan
Cacat bawaan sejak lahir. (congenital)
Masalah kesehatan, misalnya diabetes
Operasi mata sebelumnya
Trauma (kecelakaan) pada mata
Faktor-faktor lainya yang belum diketahui
C. Manifestasi klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan
melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih
sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju mempunyai refraksi yang besar, lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus dioperifer ada korteks dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju
padajendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabuk halus multiple (zunuk) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distrasi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga jalannya
cahaya ke retina terhambat, mengakibatkan pandangan terganggu. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa.
Proses ini mematahkanserabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan penderita
katarak.
F. Pathway Katarak
G. Penatalaksanaan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata,
tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu
dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian
rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti
uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3
struktur:
1. Iris : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
2. Badan silier : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
3. Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier
ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada
iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan
dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika
hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko
operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila
mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya. ( Ilyas, Sidarta: Ilmu
Penyakit Mata, ed. 3).
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi social : Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan.
2. Indikasi medis : Bila ada komplikasi seperti glaucoma.
3. Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3m
didapatkan hasil visus 3/60.
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata
lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan
kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput
dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi
katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang
keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAK
A. Pengkajian
1. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan
keterangan lain mengenai identitas pasien.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain: Penurunan ketajaman penglihatan
secara progresif (gejala utama katarak). Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film. Perubahan daya lihat warna. Gangguan
mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata. Lampu dan
matahari sangat mengganggu. Sering meminta ganti resep kaca mata. Lihat ganda. Baik
melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia)
Riwayat penyakit dahulu
Adanya Riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi,pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu
resiko katarak.
Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan
endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas
fenotiazin.
Kaji riwayat alergi
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,
dikeluarga?
B. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian khusus mata
1. Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih) pada
lensa.
2. Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut.
3. Penurunan tajam penglihatan (miopia)
4. Bilik mata depan menyempit
5. Tanda glaucoma (akibat komplikasi
C. Diagnosa Keperawatan :
PRE-OPERASI
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. d/d Menurunnya
ketajaman penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
2. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
3. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
POST-OPERASI
Edukasi
1. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.
Mengatur pencahayaan ruangan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi Stimulus
2. Ansietas yang b/d kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
terpapar informasi selama 3 x 24 jam diharapkan kecemasan 1. Identifikasi penurunan energi,
menurun, dengan kriteria hasil : ketidakmampuan konsentrasi atau gejala lain
1. Verbalisasi kebingungan menurun yang mengganggu kemampuan kognitif
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
dihadapi menurun efektif digunakan
3. Perilaku tegang menurun 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
4. Kemampuan menjelaskan pengehuan tekanan darah, dan suhu sebelum dan
tentang suatu kejadian operasi meningkat sesudah Latihan
4. Monitor respons terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang yang nyaman, jika memungkinkan
2. berikan informasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan nada suara lembut dan irama
lambat dan berirama
4. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetic
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yg tersedia (mis. Meditasi nafas
dalam)
2. Jelaskan secara rinci intervensi
3. relaksasi yg dipilih
4. Anjurkan mengambil posisi nyaman
5. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
6. Demontrasikan dan latik teknik relaksasi
meditasi nafas dalam
3. Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
gangguan penglihatan selama 3 x 24 jam diharapkan dapat 1. Monitor adanya kemerahan, eksudet atau
beraktifitas secara bertahap, dengan kriteria ulserasi
hasil : 2. Monitor refleks kornea
1. Ketajaman penglihatan membaik Terpaeutik
2. Reaksi pupil meningkat 1. Tutup mata untuk mencegah diplopia
3. Ukuran pupil membaik 2. Teteskan obat tetes mata jika perlu
4. Gerakan mata membaik 3. Oleskan salep mata jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tidak menyentuh bola mata
2. Anjurkan tidak terpapar debu dan polusi
3. Anjurkan tidak terpapar cahaya terang
terlalu lama (mis. Layar hp, laptop/ televisi)
4. Anjurkan mengkonsumsi makanan kaya
vitamin A
5. Anjurkan menggunakan kacamata protek
UV/ pakai topi lebar saat berada dibawah
panas terik matahari
6. Anjurkan menghindari membaca dengan
pencahayaan red
POST – OPERASI
1. Nyeri yang berhubunagan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
dengan luka pasca operasi selama 3 x 24 jam diharapkan dapat 1. Identifikasi karakteristik nyeri dan skala
beraktifitas secara bertahap, dengan kriteria nyeri
hasil : 2. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
1. Keluhan nyeri menurun tentang nyeri
2. Penyatuan kulit meningkat 3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
3. Pembentukan jaringan parut meningkat dengan tingkat keparahan nyeri
4. Peradangan luka menurun 4. Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
5. Monitor efektifitas analgesic
6. Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi tempat istirahat dan tidur
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
4. Dapatkan persetujuan untuk tindakan
analgesic
Edukasi
1. Jelaskan penyebab pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan terknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Harga Diri Rendah Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Situasional b/d Hambatan selama 1 x 24 jam diharapkan ekspetasi 1. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri
Fungsi Penglihatan. meningkat, dengan kriteria hasil : sendiri
1. Penilaian diri positif meningkat 2. Monitor tingkat harga diri setiap waktu
2. Perasaan malu menurun sesuai kebutuhan
3. Penerimaan penilailan positif terhadapt diri
sendiri meningkat Terapeutik
4. Meremehkan kemampuan mengatasi 1. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif
masalah menurun untuk diri sendiri
2. Diskusikan pernyataan tentang harga diri
3. Diskusikan percayaan terhadap penilaian
diri
4. Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa
bersalah
5. Berikan umpan balik positif atas
peningkatan mencapai tujuan
6. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang
meningkatkan harga diri
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga pentingnya
dukungan dalam perkembangan konsep
positif dari pasien
2. Ajarkan mengidentifikasi kekuatan yang
dimiiki
3. Anjurkan mengevaluasi prilaku
4. Latih pernyataaan/ kemampuan positif diri
5. Latih cara berfikir dan berperilaku positif
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2010 Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC
Nettina Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta.
EGC
Sidarta Ilyas. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah