Anda di halaman 1dari 24

FAKTOR RISIKO (BREEDING PLACES, RESTING PLACES, PERILAKU KESEHATAN

LINGKUNGAN, DAN KEBIASAAN HIDUP) PADA KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM


BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN CIKUPA KABUPATEN TANGERANG

RISK FACTORS (BREEDING PLACES, RESTING PLACES, ENVIRONMENTAL


BEHAVIOUR, AND LIVING HABITS) ON DENGUE HEMORAGIC FEVER OUTBREAK
AT CIKUPA SUB-DISTRIC, TANGERANG REGENCY

Putri Anggraeni1, Heridadi2, IDK Kerta Widana3

Universitas Pertahanan
(putrianggraeni4@gmail.com)

Abstrak -- Dewasa ini terjadi pergeseran ancaman nyata di Indonesia yang semula bersifat militer
menjadi ancaman non militer. Salah satu ancaman non militer yang mengacam Indonesia adalah
bencana. Bencana merupakan ancaman nyata karena mengganggu keamanan insani jika ditinjau dari
perspektif keamanan nasional. Salah satu jenis bencana yang mengganggu kemanan insani adalah
wabah penyakit. DBD merupakan penyakit potensial wabah. Terjadi KLB DBD di Kabupaten
Tangerang tahun 2016. Kecamatan dengan Jumlah insiden rate tertinggi yaitu Kecamatan Cikupa.
Berdasarkan teori HAE, DBD dapat disebabkan oleh lingkungan dan perilaku. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor risiko KLB DBD di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang dilihat dari
keberadaan breeding places, resting places, perilaku kesehatan lingkungan dan kebiasaan hidup.
Desain penelitian ini adalah case control unmatched. Sampel penelitian sebanyak 135 dengan
perbandingan kasus kontrol 1:2. Sampel diperoleh dari laporan DBD Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang tahun 2016 dan laporan puskesmas tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
breeding places ≥3 (OR: 8,531, 95% CI: 3,431-21,209), resting places ≥4 (OR: 2,719, CI 95%: 1,295-5,709),
perilaku kesehatan lingkungan yang buruk (OR: 8,500, 95% CI: 3,752-19,394), dan kebiasaan hidup
tidak sehat (OR: 3,763, 95% CI: 1,722-8,226) berisiko terhadap KLB DBD di Kecamatan Cikupa
Kabupaten Tangerang. Oleh karena itu, dibutuhkan pengendalian DBD yang komprehensif dan
multisektoral dalam meniadakan risiko yang ada sebagai upaya pengurangan risiko dengan cara
peningkatan pengetahuan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit DBD (meliputi
penyebab dan cara pencegahannya), menggalakkan program satu rumah satu jumantik serta
pelaksanaan kerja bakti secara rutin satu minggu sekali dipantau oleh RT RW setempat.
Kata Kunci: Demam Berdarah Dengue, Faktor Risiko DBD, Kejadian Luar Biasa DBD

Abstract -- The real threat that exists in Indonesia today is the non-military threat. One of the non-
military threats that runs across Indonesia is disaster. Disaster is a real threat because it disturbs human
security in term of National Security perspective. One of disaster type that interferes with human
security is disease outbreaks. Dengue Hemorragic Fever (DHF) is a potential outbreak of disease. DHF
extraordinary event occurred in Tangerang Regency in 2016. The highest number of incidents rate was
occurred in Cikupa Sub-district. Based on Host Agent theory, DHF can be caused by environment and

1
Mahasiswa Manajemen Bencana Universitas Pertahanan.
2
Dosen Tetap Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan.
3
Dosen Tetap Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan.

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 1
behavior. This study aims to determine the risk factors of DHF outbreak in the Sub-district of Cikupa
Tangerang Regency seen from the existence of breeding places, resting places, environmental health
behavior and healthy living habits. The design of this study was unmatched case control. The research
sample was 135 with the comparison of control cases 1: 2. Samples were obtained from the DHF report of
Tangerang District Health Office in 2016 and the report of Puskesmas in 2016. The results showed that
breeding places ≥3 (OR: 8,531, 95% CI: 3,431-21,209), resting places ≥4 (OR: 2,719, 95% CI: 1,295-5,709), poor
environmental health behaviors (OR: 8,500, 95% CI: 3,752-19,394), and unhealthy living habits (OR: 3,783,
95% CI: 1,722-8,226) are at risk against DHF extraordinary evet in Sub-district of Cikupa Tangerang
Regency. Therefore, comprehensive and multisectoral DHF control is needed in eliminating the risks that
exist as risk reduction efforts by increasing knowledge and socialization to the community related to
DHF( included causes, and ways of prevention). In addition, the promotion of one home one jumantik
program and the implementation of clean together routinely monitored by local RT RW are appropriate.
Keywords: Dengue Hemorragic Fever, Risk Factor of DHF, Extraordinary Condition of DHF

Pendahuluan Salah satu Ancaman yang berasal dari

D
ewasa ini, terjadi pergeseran lingkungan adalah bencana yang
ancaman terhadap Negara, dari mengancam keamanan dapam perspektif
yang semula bersifat keamanan insani masyarakat Indonesia5.
konvensional atau kemiliteran menjadi Berdasarkan UU Bencana No. 24 Tahun
ancaman non militer dalam berbagai aspek 2007 epidemi dan wabah penyakit
kenegaraan seperti ekonomi, politik, sosial merupakan salah satu jenis bencana non
dan budaya. Seiring dengan perubahan alam. Berdasarkan Peraturan Menteri
ancaman yang terjadi, paradigma sektor Kesehatan RI No. 1501/Menkes/Per/X/2010
keamanan juga mengalami revolusi. tentang Jenis Penyakit menular yang dapat
Revolusi tersebut merubah lingkup menimbulkan wabah, terdapat 17 jenis
keamanan nasional yang semula penyakit, salah satunya adalah Demam
berorientasi pada Negara menjadi kepada Berdarah Dengue (DBD).
masyarakat atau people centered security.4 Pada tahun 2016, berdasarkan surat
Ancaman yang ada merupakan akibat dari No. 443.42/715 Dinas Kesehatan Kabupaten
kegagalan Negara dalam pengelolaan Tangerang menyatakan Kabupaten
aspek-aspek kenegaraan. Tangerang mengalami Kejadian Luar Biasa
(KLB) DBD. Jumlah kasus yang ada naik

4
lebih dari 2 kali dibandingkan tahun
Dewan Pertahanan Nasional, Keamanan Nasional
Sebuah Konsep dan Sistem Keamanan bagi Bangsa
5
Indonesia, (Jakarta: Wantanas, 2010), hlm. 17-20. Ibid.

2 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


sebelumnya pada bulan Januari 2016. DBD merupakan jenis penyakit self
Terdapat sebanyak 1253 kasus dan jumlah limiting disease yaitu penyakit yang dapat
kasus meninggal sebanyak 22 orang6. sembuh dengan sendirinya. Namun,
Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas berbahaya jika terjadi dampak ikutan dari
Kesehatan Kabupaten Tangerang tahun penyakit ini seperti shock syndrom.
sebelumnya yaitu 2015 jumlah Kasus DBD Berdasarkan penelitian Bunnag dan
hanya sebanyak 372 kasus. Hal ini berarti, Kalayanarooj (2011) di Vietnam, CFR pasien
kenaikan yang terjadi pada tahun 2016 Dengue Shock Syndrom (DSS) mencapai
hampir 4 kali lipat dari tahun sebelumnya. 8,8%, sedangkan penelitian di Indonesia,
Dari 16 kecamatan yang terdapat CFR pasien meninggal diantara pasien
kasus DBD, 5 kecamatan penyumbang dengan DSS mencapai 27%7. Angka tersebut
terbesar angka DBD di Kabupaten sangat tinggi jika dibandingkan dengan
Tangerang, yakni Cikupa, tujuan program untuk menurunkan CFR
Panongan, Balaraja, Suka Mulya dan DBD menjadi <1%. Di Kabupaten Tangerang
Tigaraksa. Jika dibandingkan dengan pada tahun 2016 pun CFR cukup tinggi
kecamatan lain yang memiliki jumlah kasus sehingga tidak mencapai tujuan program
tertinggi yaitu Kecamatan Panongan yaitu sebesar 1,78.
sebanyak 169 kasus diikuti Kecamatan Epidemiologi DBD sudah banyak
Cikupa dengan 150 Kasus. Namun mengalami perubahan mulai dari faktor
berdasarkan perhitungan insiden rate (IR) virus, faktor manusia seperti umur, jenis
Kecamatan Cikupa tertinggi yaitu 95,56 per kelamin, daerah tempat tinggal, faktor
100.000 penduduk sedangkan Kecamatan iklim, serta faktor sosial ekonomi. Berbagai
Panongan sebesar 83,74 per 100.000 faktor ini dapat berperan dalam upaya
penduduk. Berdasarkan data dua tahun pengendalian dan pencegahan terjadinya
terakhir, lonjakan kasus di Kecamatan Demam berdarah sebagai langkah
Cikupa terjadi pada tahun 2015 ke 2016
sangat signifikan yaitu dari 29 menjadi 150
7
Anggy Pangaribuan et.al, “Faktor Prognosis
kasus dengan kenaikan mencapai 5 kali.
Kematian Sindrom Syok Dengue”, Sari Pediatri,
Vol. 15, No. 5, Februari 2014.
6 8
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Laporan P2P Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2016. Tangerang.

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 3
mitigasi9. Terdapat berbagai faktor yang biak12. Oleh karena itu, peneliti tertarik
mempengaruhi terjadinya DBD. untuk membuktikan apakah semakin
Berdasarkan paradigma Host Agent banyak breeding places dan resting places di
Environment (HAE) disebutkan bahwa lingkungan serta perilaku keluarga
kejadian penyakit disebabkan oleh adanya terhadap kesehatan lingkungan yang buruk
ketidakseimbangan antara faktor host dan kebiasaan hidup tidak sehat dapat
sebagai penjamu, agent, dan environment. meningkatkan risiko KLB DBD di
Diantara 3 faktor tersebut terdapat Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang
kontribusi vektor yang dapat menjadi
Metode Penelitian
perantara pembawa agen penyakit ke
tubuh host10. Penelitian ini merupakan penelitian dengan

KLB DBD di Kabupaten Tangerang pendekatan kuantitatif dengan desain studi

sebagian besar terjadi pada usia 15-44 case-control study unmatched. Studi kasus

tahun, sedangkan angka kematian kontrol adalah studi observasional untuk

didominasi usia anak-anak 5 sampai 14 mengetahui apakah satu atau lebih faktor

tahun11. Berdasarkan hasil investigasi dari merupakan faktor risiko dari satu situasi

tim Kementerian Kesehatan, faktor masalah. Faktor risiko yang diteliti dari

penyebab kejadian DBD di Kabupaten masalah KLB DBD di Kecamatan Cikupa

Tangerang disebabkan oleh kebiasaan Kabupaten Tangerang dilihat dari faktor

masyarakat menumpuk barang bekas dan lingkungan dan perilaku. Berdasarkan teori

perilaku membuang sampah sembarangan John Gordon, kejadian satu penyakit terjadi

sehingga nyamuk DBD mudah berkembang akibat adanya ketidakseimbangan antara


faktor lingkungan, faktor manusia
9
Rajesh Bhatia. “Changing Epidemiology Of (perilaku) dan faktor agent penyakit.
Dengue In South‑East Asia”, Who South-East Asia
Journal Of Public Health, January-March 2013. Sebagai salah satu penyakit tular vektor,
10
Tulchinsky TH dan Varavikova EA. The New Public
Health, Third Edition, (San Diego: Elsevier, kejadian DBD tidak terlepas dari adanya
Academic Press, 2014), hlm. 25.
11 faktor lingkungan dan perilaku. faktor
Denny Bagus Irawan. “Ini Hasil Investigasi
Kemenkes Sol DBD di Kabupaten Tangerang”, lingkungan yang diteliti yaitu keberadaan
http://tangerangnews.com/kabupaten-
tangerang/read/17174/Ini-Hasil-Investigasi-
Kemenkes-Soal-DBD-di-Kabupaten-Tangerang,
12
2016, diakses pada 18 Juli 2017. Ibid.

4 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


breeding paces dan resting places,
(z
1−  / 2 (1 + 1 / k ) p (1 − p ) + z1−  ( p1 (1 − p1 ) + ( p2 (1 − p2 )) / k )
2

sedangkan faktor perilaku yang diteliti yaitu n=


( p1 − p2 ) 2
perilaku keluarga terhadap kesehatan dengan keterangan:
lingkungan dan kebiasaan hidup.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan dan P=(P1 + kP2)/(1+k)
Cikupa yang memiliki 12 Kelurahan dan 2 Peneliti menggunakan :
Desa. Pengumpulan data dilakukan pada 1. Perbandingan jumlah kasus dan kontrol
bulan Oktober sampai November 2017. sebesar 1:2
Populasi target penelitian ini adalah seluruh
2. Tingkat kemaknaan ( z1− / 2 ) = 5% (1,96)
keluarga di Kecamatan Cikupa Kabupaten
3. Kekuatan uji ( z1−  )= 80% (0,84)
Tangerang. Unit analisis dalam penelitian
Berdasarkan perhitungan besar
ini adalah keluarga, sehingga responden
sampel diatas dengan nilai P2=0,49 dan
yang diberikan kuesioner merupakan
OR= 2,759 berdasarkan penelitian
bagian dari anggota keluarga. Populasi
terdahulu diperoleh sampel minimal
penelitian terdiri dari kelompok kasus dan
sebesar 44,35. Maka dengan perbandingan
kelompok kontrol. Kelompok kasus
1:2 jumlah sampel yang digunakan yaitu 45
merupakan penderita DBD pada periode
kasus dan 90 kontrol. Sampel yang diambil
KLB Tahun 2016, sedangkan kelompok
telah memenuhi kriteria inklusi dan
kontrol adalah keluarga yang tidak
eksklusi.
menderita DBD pada tahun 2016 sampai
Analisis data dilakukan 2 tahap yaitu
tahun 2017.
analisis univariat dan analisis bivariat
Perbandingan antara kasus dan
dengan menggunakan SPSS versi 22.
kontrol pada penelitian ini yaitu 1:2. Jumlah
Analisis univariat dilakukan dengan melihat
sampel yang diambil berdasarkan
proporsi variabel independen pada
perhitungan besar sampel kasus kontrol
kelompok kasus dan kontrol, kemudian
dengan rumus sebagai berikut13:
dilakukan analisis bivariat dilakukan dengan
uji Chi-square digunakan untuk melihat
13
I Gede Raka Widiana, Aplikasi Statistik pada
hubungan variabel dependen dengan
Penelitian Kedokteran, (Jakarta: EGC, 2016), hlm. variabel independen. Data yang digunakan
94.

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 5
berupa data kategorik dan hasil analisis kategori reliabilitas tinggi. Sedangkan pada
berupa p-value, OR dan 95% CI pada tiap variabel kebiasaan hidup diperoleh nilai
variabel. Cronbach’s Alpha sebesar 0,618 yaitu pada
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner kategori reliabilitas moderat. Jadi dapat
dilakukan pada variabel perilaku kesehatan disimpulkan bahwa kuesioner yang
lingkungan dan kebiasaan hidup. Uji digunakan dalam penelitian sudah valid dan
validitas dan reliabilitas instrumen pada reliabel.
penelitian ini dilakukan pada 30 orang di
salah satu Kecamatan di Kabupaten Hasil
Tangerang yaitu Kecamatan Mauk. Gambaran Umum KLB DBD di Kecamatan
Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh Cikupa
hasil jumlah soal yang valid ada variabel Kejadian KLB di Kecamatan Cikupa terjadi
perilaku kesehatan lingkungan adalah 11 pada tahun 2016. Peningkatan kasus lebih
soal. Sedangkan pada variabel kebiasaan dari 2 kali kejadian normal menyebabkan
hidup jumlah soal yang valid adalah 9 soal. dinas kesehatan Kabupaten Tangerang
Berdasarkan uji reliabilitas, pada kuesioner mengeluarkan status KLB. Dari 25
variabel perilaku kesehatan diperoleh Kecamatan yang ada, Kecamatan Cikupa
sebesar Cronbach’s Alpha 0,747 yaitu pada memiliki urutan kasus terbanyak kedua

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

150

74
29

Kejadian DBD

Grafik 1. Kejadian DBD di Kecamatan Cikupa Tahun 2014-2016


Sumber: Profil Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2017

6 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


setelah Kecamatan Panongan. responden dalam menjawab pertanyaan
Berdasarkan grafik diketahui bahwa dan ada pada saat peneliti melakukan
kenaikan kasus pada tahun 2016 sangat penelitian sehingga sebagian besar adalah
besar mencapai 5 kali dari tahun ibu yang ada di rumah. Hal ini terlihat pula
sebelumnya. Oleh karena inilah, pada karakteristik pekerjaan responden
Kementerian Kesehatan mengumumkan sebagian besar adalah ibu rumah tangga
KLB DBD di Kabupaten Tangerang dengan pendidikan terakhir rata-rata SMA.
khususnya di 5 Kecamatan terbanyak kasus Jika dilihat dari segi umur, responden pada
salah satunya adalah Kecamatan Cikupa. penelitian ini rata-rata berumur 39 tahun
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa dengan batas responden termuda yaitu 15
sebagian besar responden berjenis kelamin tahun. Usia tersebut dianggap sudah
perempuan. Hal ini disebabkan penelitian memiliki pemahaman terkait pertanyaan
dilakukan setiap hari termasuk pada hari yang diajukan pada kuesioner yaitu terkait
kerja. Dikarenakan unit analisis pada lingkungan dan perilaku keluarga sehingga
penelitian ini adalah keluarga, jadi yang jawaban yang dihasilkan sesuai dengan
dijadikan responden adalah orang yang kenyataan.
kredible memenuhi kriteria inklusi eksklusi

Tabel 1. Karakteristik Responden


Variabel Jumlah (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 (15,6)
Perempuan 114 (94,4)
Pendidikan Terakhir Responden
SD 30 (22,2)
SMP 32 (23,7)
SMA 68 (50,4)
S1 5 (3,7)
Pekerjaan Responden
Ibu Rumah Tangga 89 (65,9)
Kariyawan 17 (12,6)
Wiraswasta 16 (11,9)
Pelajar 5 (3,7)
Buruh Pabrik 3 (2,2)
Pensiunan 3 (2.2)
Guru 2 (1,5)
Sumber: Data Primer, 2017

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 7
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko DBD
Status Penyakit

Variabel Kategori Kasus DBD Kontrol

n % n %

Breeding Places ≥3 tempat 38 84,4 35 38,9

<3 tempat 7 15,6 55 61,1

Resting Place >4 tempat 29 64,4 36 40,0

≤4 tempat 16 35,6 54 60,0

Perilaku Kesling Buruk 34 75,6 24 26,7

Baik 11 24,4 66 73,3

Kebiasaan Tidak Sehat 33 73,3 38 42,2


Hidup
Sehat 12 26,7 52 57,8

Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan Tabel 2 pada variabel kecenderungan, keberadaan resting places


breeding places diketahui bahwa pada di sekitar rumah lebih banyak terdapat
kelompok kasus DBD sebagian besar pada kelompok yang terkena KLB DBD
(84,4%) memiliki breeding place atau (kasus) sedangkan pada kelompok tidak
tempat yang dapat dijadikan perindukan DBD (kontrol) memiliki resting places yang
nyamuk disekitar rumah sebanyak 3 tempat lebih sedikit.
bahkan lebih. Sedangkan sebagian besar Pada Tabel 2 juga diketahui bahwa
kelompok kontrol (61,1%) memiliki breeding sebagian besar kelompok kasus DBD
places kurang dari 3 tempat. Berdasarkan memiliki perilaku kesehatan lingkungan
distribusi tersebut telah terlihat adanya yang buruk (75,5%). Sebailknya, pada
kecenderungan dimana kelompok kasus kelompok kontrol lebih banyak kelompok
lebih banyak memiliki breeding places kontrol yang memiliki perilaku kesehatan
disekitar rumah sedangkan kelompok lingkungan baik dari pada kelompok
kontrol lebih sedikit memiliki breeding kontrol yang memiliki perilaku kesehatan
places disekitar rumah. Hal ini pun terjadi lingkungan buruk yaitu sebesar 73,3%. Dari
pada variabel resting places terlihat adanya distribusi ini dapat dilihat adanya

8 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


kecenderungan bahwa perilaku kesehatan Tabel 3 diketahui bahwa semua variabel
lingkungan yang buruk cenderung terjadi memiliki hubungan yang signifikan
pada kasus DBD. sehingga OR yang didapatkan bermakna.
Pada variabel kebiasaan hidup Variabel breeding places merupakan
diketahui bahwa lebih banyak responden variabel dengan odd rasio paling besar.
yang memiliki kebiasaan hidup tidak sehat
yaitu sebesar 52,6%. Jika dilihat berdasarkan Pembahasan
proporsi kelompok kasus dan kelompok Risiko Keberadaan Breeding Places dengan
kontrol sebagian besar kelompok kasus KLB DBD di Kecamatan Cikupa Kabupaten
memiliki kebiasaan hidup tidak sehat Tangerang
(73,7%) sedangkan pada kelompok kontrol Keberadaan breeding places atau tempat
lebih banyak yang memiliki kebiasaan hidup perindukan nyamuk merupakan salah satu
sehat baik yaitu sebesar 57,8%. Berdasarkan faktor penting terhadap kejadian DBD.

Tabel 3. Uji Chi-square (x2) dan Perhitungan Odd Ratio (OR)


Variabel Pvalue OR CI 95%

Breeding Places 0,000* 8,531 3,431-21,209

Resting Places 0,006* 2,719 1,295-5,709

Perilaku Kesehatan
0,000* 8,500 3,725-19,394
Lingkungan

Kebiasan Hidup 0,001* 3,763 1,722-8,226

Keterangan: *hubungan signifikan


Sumber: Data Primer, 2017

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 9
Sebagai penyakit tular vektor, membuat lingkungan yang terlihat bersih
keberadaan agent penular penyakit yaitu pun memiliki risiko terhadap penularan
nyamuk Aedes aegypti pembawa virus DBD.
dengue merupakan salah satu unsur yang Pada penelitian ini, diperoleh hasil
harus diperhatikan. Nyamuk Aedes ini hubungan yang signifikan antara
membutuhkan air yang tergenang sebagai keberadaan breeding places berjumlah 3
tempat untuk menetaskan telurnya. Telur atau lebih disekitar rumah disekitar rumah
tersebut yang kemudian akan berubah dengan KLB DBD yang terjadi di Kecamatan
menjadi larva atau jentik nyamuk. Jentik Cikupa Kabupaten Tangerang. OR yang
nyamuk memerlukan waktu 5-7 hari untuk diperoleh dalam penelitian ini yaitu sebesar
kemudian berubah menjadi pupa, lalu 8,531 (95% CI 3,431-21,209) yang artinya
setelah 1-3 hari pupa nyamuk tersebut keberadaan breeding places disekitar rumah
berubah menjadi nyamuk dewasa14. berjumlah 3 atau lebih berisiko terhadap
Keberadaan breeding places disekitar KLB DBD di kecamatan Cikupa Kabupaten
rumah tentu saja sangat berisiko terhadap Tangerang di bandingkan keberadaan
penularan DBD. Dalam teori segitiga HAE breeding places kurang dari 3. Hasil ini
John Gordon keberadaan breeding places menunjukkan semakin banyak breeding
merupakan salah satu faktor lingkungan places akan meningkatkan risiko terhadap
yang dapat menjadi penyebab penyakit15. KLB DBD di Kecamatan Cikupa.
Berbeda dengan nyamuk lainnya, nyamuk Hasil penelitian ini sejalan dengan
aedes hanya ingin bertelur di air bersih penelitian yang dilakukan oleh Zai (2010)
yang tergenang dan tidak bersentuhan yang menemukan adanya hubungan yang
langsung dengan tanah. Hal ini yang signifikan antara keberadaan breeding
places dengan kejadian DBD dengan p value
14
Kementerian Kesehatan, Pedoman Pengendalian sebesar 0,02816. Penelitian dari Pratiwi et al
Demam Berdarah Dengue di Indonesia, (Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan (2013) yang juga menemukan adanya
Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan
16
Republik Indonesia., 2013), hlm. 13. Henny Kristine Permatasawi Zai, Hubungan
15
Pim Martens dan Anthony J McMichael, antara Faktor Lingkungan dan Praktik PSN dengan
Environmental Change, Climate and Health Issues Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas
and Research Methods, (United Kingdom: Kedungmundu Kecamatan Tembalang Kota
Cambridge University Press, 2002), hlm. 45-46. Semarang, (Semarang: Universitas Diponegoro,
2010).

10 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


hubungan yang signifikan antara dapat dijadikan tempat perindukan nyamuk
keberadaan breeding places dengan atau breeding places Aedes aegypti tidak
kejadian DBD dengan OR sebesar 4,375 hanya bak penampungan air seperti bak
kali17. Begitu pula pada penelitian Tamza, mandi, ember, drum dan tempayan,
Surahartono, dan Darminto (2013) yang melainkan tempat-tempat lain yang
juga menemukan adanya hubungan yang seringkali luput dari perhatian masyarakat
signifikan antara keberadaan breeding seperti pot bunga, tempat minum burung,
places potensial dengan kejadian DBD di dispenser, dan tempat penampungan air
Bandar Lampung p value 0,00918. kulkas. Selain itu, tempat penampungan
Penelitian Solehudin et al (2014) juga alami seperti bekas potongan bambu,
mengungkapkan bahwa breeding places batang pisang, kelopak bunga pisang,
disekitar rumah penderita DBD banyak pelepah pisang (ketiak pisang), lubang
ditemukan semak yang tidak dipotong kayu, tempurung kelapa, dan sampah-
serta kandang-kandang hewan yang sampah plastik di sekitar rumah merupakan
berpotensi menjadi tempat perindukan tempat-tempat yang dapat dijadikan
nyamuk Aedes19. Hal ini di dukung oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai tempat
penemuan dari BBTKLPP (2013) yang perindukan20.
menyatakan bahwa jenis kontainer yang Pratiwi et al (2013) menyebutkan
bahwa semakin banyak breeding places
17
Putri Pratiwi, Suharyo, dan Kriswiharsi Kun. semakin potensial untuk pertambahan
Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Praktik
Pencegahan Gigitan Nyamuk Dengan Kejadian populasi nyamuk dan akan menambah
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja.
Puskesmas Kedungmundu, (Semarang: risiko terjadinya penyakit DBD. Hal ini
Universitas Dian Nuswantoro, 2013).
18 disebabkan kemungkinan nyamuk aedes
Riza Berdian Tamza, Suhartono, dan Dharminto,
“Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku dapat bertelur akan semakin besar21. Setiap
dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Wilayah Kelurahan Perumnas Way kali bertelur nyamuk betina dapat
Halim Kota Bandar Lampung”, Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Volume 2 Nomor 2, April 2013. menghasilkan telur sebanyak ± 100 butir.
19
Mochhammad Sholehhudin, Isa Ma’rufi, dan
Ellyke, “Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Telur yang ditetaskan dari nyamuk Aedes
Pengendalian Jentikdan Nyamuk, dan Kepadatan
20
Penduduk Dengan Penyakit Demam Berdarah BBTKLPP. Laporan Kajian Iklim Dan Bionomik
Dengue (DBD) Di Kabupaten Jember”, Jurnal Vektor DBD di Kabupaten Alor NTT Tahun 2013,
Pustaka Kesehatan, Volume 2 Nomor 3, (Surabaya: Penulis, 2013)
21
September 2014. Pratiwi, et al. loc. cit.

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 11
betina yang terinfeksi virus dengue akan nyamuk Aedes aegypti berkembang biak23.
menjadi nyamuk yang infektif pula Hal ini dikarenakan Aedes aegypti
(transmisi vertikal)22. Telur ini nantinya akan memerlukan air jenis yang tergenang dan
menetas menjadi larva dalam waktu kurang tidak terkena sinar matahari untuk
lebih 2 hari. berkembang biak. Oleh karenanya,
Breeding places potensial bagi penyakit DBD lebih banyak di perkotaan
nyamuk aedes ada 3 jenis diantaranya, TPA, dari pada di pedesaan.
non TPA dan TPA alami. Breeding places Berdasaran Laporan Kementerian
yang sering luput dari perhatian adalah Kesehatan RI (2017) salah satu faktor risiko
tempat penampungan yang non TPA KLB DBD adalah adanya urbanisasi dan
seperti penampungan air kulkas, dispenser pembangunan pemukiman baru.
pot bunga. Selain itu, tempat-tempat Berdasarkan hasil survei di 9 kota,
penampungan yang sering luput dari penemuan nyamuk DBD di rumah atau
perhatian di Kecamatan Cikupa Kabupaten tempat umum memiiki perbandingan 1:3
Tangerang adalah tempat penampungan saja. Artinya nyamuk Aedes aegypti
yang sifatnya alami seperti pelepah pohon ditemukan satu dari tiga rumah atau
pisang dan lubang pohon. Hal ini tempat umum yang diperiksa24. Selain itu,
disebabkan karena Kecamatan Cikupa areal perumahan yang baru dibangun ini
merupakan pusat Industri dari Kabupaten menyebabkan masih banyaknya bangunan-
Tangerang. Di Kecamatan ini pula banyak bangunan kosong yang tidak ditinggali di
dibangun perumahan-perumahan baru sekitar warga. Bangunan ini yang biasanya
yang sebelumnya adalah areal persawahan luput dari kegiatan kerja bakti warga
dan perkebunan. Satari dan Meiliasari sehingga keberadaan breeding places di
(2004) mengungkapkan pembangunan tempat ini bisa saja menjadi penyebab atau
perumahan baru memberi kesempatan
23
Hindra I Satari dan Mila Meiliasari, Demam
Berdarah, Cetakan 1, (Jakarta: Puspa Swara,
2004), hlm. 6.
24
Azizah T. Gama dan Faizah R Betty. “Analisis
Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue
22
Anies, Seri Lingkungan dan Penyakit Manajemen di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali”, Jurnal
Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan Eksplanasi, Volume 5 Nomor 2, Oktober 2010.
Menanggulangi Penyakit Menular, (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2006), hlm. 28.

12 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


sumber penularan ke rumah warga Selain itu, migrasi menciptakan
mengingat rumah-rumah kosong ini berada mobilitas penduduk memudahkan
di sekitar rumah warga. penularan dari satu tempat ke tempat
Migrasi penduduk yang terjadi seiring lainnya dan biasanya penyakit menjalar
dengan pembukaan pemukiman juga dimulai dari suatu pusat sumber penularan
menyebabkan imunitas penduduk menjadi kemudian mengikuti lalu lintas penduduk.
lebih rentan terhadap penyakit endemis Makin ramai lalu lintas itu, makin besar
yang ada di sekitar. Hal ini mengingat virus kemungkinan penyebaran26.
dengue penyebab DBD memiliki 4 strain Perlu diperhatikan bahwa penyakit
yang berbeda yaitu DEN 1 sampai dengan DBD merupakan penyakit menular yang
DEN 4. Seseorang membutuhkan 2 DEN menjadi prioritas pembangunan nasional
virus DBD untuk menjadi sakit DBD. Infeksi jangka panjang 2005-202527. Hal ini
pertama oleh salah satu DEN menyebabkan dikarenakan DBD merupakan penyakit
seseorang menderita Demam Dengue. potensial wabah yang mengganggu
Demam Dengue merupakan akibat paling keamanan nasional dalam perspektif
ringan yang ditimbulkan virus dengue keamanan insani. Hal ini karena selain
dengan gejala mirip DBD lebih ringan dan mengganggu produktifitas penderita, DBD
dapat sembuh dengan sendirinya. Orang juga sangat berpotensi menyebabkan
tersebut akan memiliki kekebalan atau kematian. CFR DBD di Kecamatan Cikupa
imunitas sepanjang hidup terhadap serotipe masih cukup tinggi yaitu 1,4%. Selain itu,
yang telah menginfeksinya. Ketika risiko sebesar 8,351 (CI 95% 3,431-21,209)
seseorang bermigrasi dari satu tempat ke yang didapat pada penelitian ini
tempat lain maka kemungkinan orang menegaskan bahwa breeding places
tersebut digigit nyamuk dengan serotipe merupakan faktor penting yang perlu
yang berbeda jauh lebih besar dan diperhatikan pemda dalam menurunkan
meningkatkan risiko terkena penyakit kasus DBD. Oleh karenanya, sebagai salah
DBD25. 26
Azizah T Gama dan Faizah R Betty, loc. cit.
27
Antonius Wiwan Koban. 2005. “Kebijakan
Pemberantasan Wabah Penyakit Menular: Kasus
Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue
(KLB DBD)”, The Indonesian Institute Center For
25
Hindra I Satari dan Mila Meiliaari, op. cit. hlm. 7. Public Research.

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 13
satu kategori bencana non alam, perlu keberadaan resting places dengan KLB DBD
dilakukan tindakan mitigatif dalam di Kecamatan Cikupa Kabupaten
mengeliminasi breeding places disekitar Tangerang. Keberadaan resting places lebih
rumah. dari 4 berisiko 2,719 (CI 95% 1,295-5,709) kali
menyebabkan DBD dibandingkan dengan
Risiko Keberadaan Resting Places dengan keberadaan resting places kurang dari 4.
KLB DBD di Kecamatan Cikupa Kabupaten Resting place merupakan salah satu faktor
Tangerang lingkungan yang dapat menyebabkan DBD.
Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor Dalam teori HAE dari John Gordon
penyakit DBD merupakan jenis nyamuk ketidakseimbangan antara lingkungan,
yang ada di Indonesia. Hal ini yang perilaku, dan agent penyakit akan
menyebabkan Indonesia merupakan menyebabkan kejadian suatu penyakit29.
negara endemis DBD. Setelah menghisap Hasil penelitian ini sejalan dengan
darah, nyamuk Aedes aegypti akan hasil yang diperoleh pada penelitian
beristirahat berdekatan dengan habitat Bachtiar et al (2016) yang juga menemukan
perkembangbiakannya28. Habitat adanya hubungan antara keberadaan
perkembangbiakan nyamuk Aedes sebagian resting places dengan kejadian DBD30.
besar berdekatan dengan tempat aktivitas Begitupula dengan penelitian yang
manusia dikarenakan nyamuk Aedes dilakukan oleh Salawati et al (2010) dan Zai
merupakan tipe nyamuk yang menyukai (2010) yang juga menemukan adanya
tempat perindukan pada air yang bersih hubungan yang signifikan antara
seperti bak mandi, penampungan air keberadaan resting places di dalam rumah
kulkas, tempat minum hewan dan dengan kejadian DBD 31 32. Walaupun pada
sebagainya. Hal ini akan meningkatkan
29
risiko nyamuk menggigit manusia dan Pim Marten dan Anthony McMichael, loc. Cit.
30
Sari Puspa Bachtiar, A. Arsunan Rasin, dan Dian
menyebabkan sakit. Sidik Arsyad, Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Palopo,
Pada penelitian ini diperoleh hasil (Makassar: Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin,
hubungan yang signifikan antara
2016).
31
Trixie Salawati, Rahayu Astuti, dan Hayu
Nurdiana, “Kejadian Demam Berdarah Dengue
28
Kemenkes, op. cit., hlm. 15. Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Praktik

14 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


penelitian lain, yaitu penelitian sofia dan Nyamuk aedes menghisap darah manusia
Wahyuningsih (2014) dan penelitian Pratiwi biasanya dilakukan pada pagi dan petang
et al (2013) tidak menemukan adanya hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan 16.00-
hubungan antara keberadaan resting places 17.00. kebiasaan menghisap darah nyamuk
dengan kejadian DBD3334. aedes dilakukan secara berulang kali dalam
Setelah menghisap darah, nyamuk siklus pematangan sel telurnya. Hal ini yang
beristirahat di tempat-tempat yang gelap menyebabkan nyamuk ini sangat efektif
dan sejuk sampai proses penyerapan darah sebagai sumber penularan37.
untuk perkembangan telur selesai. Setelah Di Kecamatan Cikupa Kabupaten
itu, nyamuk akan mencari tempat yang Tangerang berdasarkan hasil penelitian
berair untuk bertelur35. Jika resting places diketahui bahwa masih terdapat tempat-
nyamuk adalah gantungan baju di kamar tempat yang potensial menjadi tempat
mandi, maka akan sangat mungkin nyamuk peristirahatan nyamuk baik di dalam
akan menetaskan telurnya di tempat maupun di luar rumah misalkan semak-
penampungan air yang ada di kamar mandi semak, ruangan bercat gelap, hordeng kain
seperti bak mandi, ember, atau WC. Hal ini yang gelap dan jarang di cuci, tidak adanya
akan menyebabkan populasi nyamuk ventilasi, serta kebiasaan menggantung
semakin banyak mengingat satu kali pakaian habis pakai. Hal ini yang menjadi
bertelur nyamuk betina dapat risiko terjadinya DBD di Kecamatan Cikupa
menghasilkan 100 butir telur36. Selain itu, Kabupaten Tangerang.
untuk mematangkan telurnya, nyamuk Jika dilihat dari risikonya, risiko dari
aedes membutuhkan darah manusia. keberadaan resting places masih lebih
rendah jika dibandingkan dengan breeding
Pemberantasan Sarang Nyamuk (Studi Kasus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Kecamatan places. Hal ini dikarenakan, nyamuk yang
Banyumanik Kota Semarang)”, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia, Volume 6 Nomor 1, 2010. beristirahat di sekitar rumah belum tentu
32
Henny Kristine Permatasari Zai, loc. cit.
33
Sofia, Suhartono, dan Nur Endah Wahyuningsih, nyamuk Aedes aegypti dan belum tentu
“Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kabupaten menghisap darah karena ketika istirahat
Aceh Besar”, Jurnal Kesehatan Lingkungan
nyamuk menunggu proses pematangan
Indonesia, Volume 13 Nomor 1, 2014.
34
Putri Pratiwi, et al, loc. cit.
35
Anies, loc. cit.
36 37
Kemenkes 2013, loc. cit. Kemenkes 2013, op. cit. hlm. 14.

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 15
telur, sehingga kemungkinan nyamuk dikarenakan lingkungan merupakan habitat
untuk menularkan penyakit lebih kecil perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti
dibandingkan keberadaan breeding places. sebagai vektor pembawa DBD. Oleh
Nyamuk Aedes aegypti yang infektif dalam karenanya, Menjaga kesehatan lingkungan
sekali bertelur dapat menghasilkan ±100 akan berpengaruh terhadap kejadian DBD.
butir yang dapat berkembang menjadi Perilaku kesehatan lingkungan yang
nyamuk dewasa yang infektif dan siap berkaitan dengan kejadian DBD
mencari darah. Oleh karenanya breeding diantaranya kerja bakti membersihkan
places memiliki risiko yang lebih besar lingkungan rumah, buang sampah pada
dibandingkan keberadaan resting places. tempatnya, menutup tempayan dan
Namun demikian, Keberadaan resting tempat penampungan air, menguras bak
places di Kecamatan Cikupa menyebabkan mandi, menyikat bak mandi, mengubur
faktor lingkungan menjadi semakin kuat, botol dan kaleng-kaleng bekas, serta tidak
sehingga terjadi lonjakan penyakit serta menggantung pakaian setelah digunakan38.
terjadi KLB DBD pada tahun 2016. Perilaku-perilaku tersebut merupakan
upaya untuk menghilangkan tempat
Risiko Perilaku Kesehatan Lingkungan perindukan dan tempat peristirahatan
dengan KLB DBD di Kecamatan Cikupa nyamuk aedes Aedes aegypti secara fisik.
Kabupaten Tangerang Perilaku kesehatan lingkungan akan
Perilaku kesehatan lingkungan merupakan memutus siklus hidup vektor DBD yaitu
suatu respon atau tindakan seseorang nyamuk Aedes aegypti sehingga angka
terhadap lingkungan yang dapat kejadian DBD dapat ditekan.
mempengaruhi terjadinya suatu penyakit. Berdasarkan hasil uji statistik
Perilaku ini akan mendorong seseorang diketahui bahwa terdapat hubungan yang
melakukan intervensi ke lingkungan untuk signifikan antara perilaku kesehatan
mencegah terjadinya suatu penyakit.
38
Chatarina Suryaningsih, “Gambaran Perilaku
Sebagai penyakit tular vektor, faktor Masyarakat dalam Mencegah Terjadinya
Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan
lingkungan pada kejadian penyakit DBD
Dago Kecamatan Coblong Wilayah Puskesmas
merupakan salah satu point penting. Hal ini Dago Kotamadya Bandung”, Jurnal Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Ahmad Yani, 2009.

16 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


lingkungan buruk dengan KLB DBD di perilaku kesehatan lingkungan masyarakat
Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang. dikarenakan kurangnya pengetahuan
Keluarga dengan Perilaku kesehatan masyarakat terkait breeding places non TPA
lingkungan yang buruk berisiko 8,5 (CI 95% dan breeding places alami. Hal ini yang
3,752-19,394) kali terkena DBD dapat menyebabkan faktor lingkungan
dibandingkan dengan keluarga yang menjadi lebih dominan dibandingkan
memiliki perilaku kesehatan lingkungan dengan faktor perilaku.
baik. Hasil ini sejalan dengan teori HAE Di Kecamatan Cikupa Kabupaten
John Gordon yang menyebutkan bahwa Tangerang, jika dilihat dari distribusi
perilaku merupakan faktor yang dapat frekuensi penjabaran perilaku kesehatan
menyebabkan kejadian penyakit39. Namun, lingkungan, dari perilaku kerja bakti
berdasarkan risiko yang diperoleh, risiko sebagian besar responden jarang
variabel perilaku kesehatan lingkungan melakukan kerja bakti (71,8%). Hal ini yang
yang didapatkan sedikit lebih kecil berpengaruh terhadap keberadaan
dibandingkan dengan risiko keberadaan breeding places disekitar rumah. Selain
breeding places. Padahal, berdasarkan teori kerja bakti, perilaku kesehatan lingkungan
determinan kejadian penyakit dari HL.Blum melingkupi perilaku PSN seperti mengubur
disebutkan bahwa perilaku merupakan barang bekas, menutup tempat
faktor paling dominan terhadap kejadian penampungan air, menguras dan menyikat
penyakit, baru kemudian faktor lingkungan. bak mandi. Diketahui berdasarkan hasil
Hal ini dikarenakan perilaku dapat analisis deskriptif bahwa 32,6% responden
mempengaruhi lingkungan menjadi lebih memiliki perilaku membuang barang bekas
baik ataupun lebih buruk. Lingkungan berisiko. Hal ini dikarenakan barang bekas
bergantung dengan perilaku manusia yang ada seperti kaleng dan botol bekas
terhadap lingkungan. Hasil yang sedikit tidak di kubur melainkan ditumpuk di dalam
berbeda dengan teori yang diperoleh atau diluar rumah sehingga berisiko
dalam penelitian ini dapat disebabkan menjadi tempat perindukan maupun
banyak breeding places yang luput dari tempat peristirahatan nyamuk Aedes
aegypti. Selain itu, sebagian besar tidak
39
Pim Martens dan Anthony McMichael, loc. Cit.

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 17
menutup tempat penampungan air yang masyarakat sebagai objek dan subjek pada
ada di rumah. Hal ini sangat berisiko pengendalian wabah DBD sangat
menjadikan TPA sebagai tempat diperlukan.
perindukan nyamuk. Masyarakat sebagai objek dan subjek
Dilihat dari jenisnya, wabah penyakit dalam wabah DBD yang dimaksudkan
seperti DBD merupakan jenis bencana non adalah masyarakat merupakan korban dari
alam. Hal ini disebabkan sifat dari penyakit wabah, namun disisi lain masyarakat juga
ini yang mudah menyebar dan menjadi penyebab dari wabah yang terjadi
menyebabkan wabah sehingga karena perilakunya terhadap lingkungan
memungkinkan menyebabkan korban yang yang buruk. Berdasarkan teori segitiga
bersifat masal serta dapat mengancam epidemiologi, disebutkan bahwa faktor
jiwa. CFR atau angka kematian DBD saat ini host atau penjamu menjadi salah satu
masih cukup tinggi terutama di Kabupaten faktor yang berpergaruh terhadap kejadian
Tangerang (1,7%). Target Nasional dalam penyakit. Faktor host ini salah satunya
menurunkan angka kematian dibawah 1% adalah perilaku. Oleh karenanya, perilaku
belum tercapai pada tahun 2016. Di kesehatan lingkungan harus menjadi jati
Kecamatan Cikupa pun demikian, angka diri masyarakat sebagai wujud pertahanan
kematian akibat DBD masih belum rakyat semesta dalam menghadapi wabah
mencapai target nasional yaitu sebesar penyakit mengingat peran masyarakat
1,42%. Berdasarkan perspektif bencana dalam menjaga lingkungan sangat penting
sebagai perang, bencana wabah penyakit dalam pengendalian DBD.
ini harus di hadapi oleh seluruh lapisan
masyarakat40. Hal ini berdasar pada sistem Risiko Kebiasaan Hidup dengan KLB DBD di
pertahanan Indonesia yang menganut Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang
sishanta atau sistem pertahanan rakyat Kebiasaan hidup yang diteliti dalam
semesta. oleh karenanya, peran serta penelitian ini berkaitan dengan kebiasaan
terkait pencegahan penyakit DBD yang
40
Syamsul Maarif, Pikiran dan Gagasan
bersifat pribadi maupun keluarga.
Penanggulangan Bencana di Indonesia, Cetakan
Pertama, (Jakarta: Badan Nasional Kebiasaan ini berkaitan dengan kebiasaan
Penanggulangan Bencana, 2012), hlm. 19-21.

18 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


menghindarkan gigitan nyamuk dan Kebiasaan hidup sehat salah satunya
kebiasaan sehat lain dalam upaya adalah menggunakan lotion nyamuk. Di
meniadakan jentik nyamuk melalui upaya- Kecamatan Cikupa sebagian besar
upaya kimiawi. Kebiasaan hidup sehat yang responden tidak menggunakan lotion
diteliti diantaranya menggunakan lotion nyamuk pada saat pagi atau sore hari.
nyamuk, tidak tidur pagi atau sore hari, Padahal jam tersebut adalah jam dimana
tidur menggunakan kelambu, nyamuk Aedes aegypti mencari darah
menggunakan obat nyamuk, fogging, manusia untuk pematangan sel telurnya.
pemeriksaan jentik serta menaburkan Pada penelitian Pratiwi et al (2013) yang
bubuk abate ke dalam tempat menemukan adanya hubungan antara
penampungan air. penggunaan repelan atau lotion nyamuk
Kebiasaan hidup tersebut merupakan dengan kejadian DBD41. Orang yang
langkah pencegahan DBD yang efektif. Hal menggunakan repelan berpeluang tidak
ini terbukti dengan hasil uji statistik terkena DBD sebesar 3,596 kali
diperoleh hubungan yang signifikan antara dibandingkan dengan yang tidak
kebiasaan hidup dengan kejadian KLB DBD menggunakan repelan. Hal ini juga
di Kecamatan Cikupa Kabupaten didukung oleh penelitian Mahardika (2009)
Tangerang. Diketahui bahwa keluarga yang memperoleh hubungan yang
dengan kebiasaan hidup tidak sehat signifikan antara perilaku memakai lotion
berisiko 3,763 (CI 95% 1,722-8,226) kali anti nyamuk dengan kejadian DBD
menderita DBD dibandingkan dengan (p=0,002, OR= 6,000). Artinya responden
keluarga dengan kebiasaan hidup sehat. yang tidak memakai lotion anti nyamuk
Sebagian masyarakat Cikupa yang menjadi berisiko 6 kali terkena DBD dibandingkan
responden banyak yang memiliki kebiasaan dengan responden yang memakai lotion
hidup tidak sehat. Hal ini akan anti nyamuk. Pada penelitian Sitio (2008)
meningkatkan risiko terjadinya kasus DBD juga diperoleh hasil adanya hubungan
di Kecamatan Cikupa Kabupaten antara perilaku memakai lotion anti nyamuk
Tangerang. dengan kejadian DBD dengan p value

41
Putri Pratiwi et al., loc. cit.

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 19
sebesar 0,026 dan OR sebesar 4,34342. dalam mengontrol jentik nyamuk.
Namun hasil yang berbeda di dapat pada Kebiasaan memeriksa jentik merupakan
penelitian Sofia dan Wahyuningsih (2014) salah satu kebiasaan hidup sehat45. Di
dimana diperoleh tidak ada hubungan Kecamatan Cikupa sebagian besar tidak
antara memakai lotion nyamuk dengan melakukan pemantauan jentik baik pada
kejadian DBD43. kelompok kasus maupun kelompok
Kebiasaan lain dalam kebiasaan hidup kontrol. Hal ini akan meningkatkan risiko
sehat mencegah DBD yaitu tidak tidur pada kejadian DBD ketika ternyata dari kontainer
pagi atau sore hari. Kelompok kontrol pada atau bak mandi yang tidak diperiksa
penelitian ini Pada waktu tersebut tersebut terdapat jentik nyamuk.
merupakan waktu dimana nyamuk Aedes Oleh karenanya edukasi yang baik dan
Aegypti menggigit untuk proses kompleks harus diberikan kepada
pematangan telur. Jarak terbang nyamuk masyarakat. Dalam komunikasi persuasi
aedes cukup jauh sekitar 100-200 meter44. juga disebutkan bahwa komunikasi
Hal ini yang menyebabkan tidur pagi dan diperlukan untuk mengubah perilaku
sore hari sangat berisiko digigit nyamuk. kesehatan secara langsung terkait dengan
apalagi jika disekitar tempat tidur terdapat penyebab penyakit. Efektifitas upaya
resting place dan terdapat nyamuk yang komunikasi yang dilakukan bergantung
terinfeksi virus virus DBD. pada input proses dan output terhadap
Menurut Sholehhudin, et al (2014) stimulus yang diberikan. Hal ini didukung
dalam pengendalian DBD diperlukan usaha oleh pernyataan WHO yang mengungkap
yang kompleks tidak hanya meningkatkan bahwa pendidikan kesehatan sangat
masyarakat dalam PSN saja melainkan penting dalam keberhasilan partisipasi
meningkatkan keikutsertaan masyarakat komunitas. Hal ini merupakan proses yang
memerlukan waktu yang panjang karena
42
Anton Sitio, Hubungan Perilaku Tentang
Pemberantasan Sarang Nyamuk Dan Kebiasaan perubahan perilaku tidak dapat serta merta
Keluarga Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue Di Kecamatan Medan Perjuangan Kota terjadi begitu saja. Perlu adanya kontinuitas
Medan Tahun 2008, (Semarang: Tesis Universitas
dalam mengedukasi masyarakat untuk
Diponegoro, 2008).
43
Sofia, Suhartono, Nur Endah Wahyuningsih, loc.
Cit.
44 45
Hindra I Satari dan Milia Meilliasari, loc. cit. Mochhammad Sholehhudin et al., loc. cit.

20 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


menjadikan dasar perilaku yang kuat dan mengaktifkan peran 1 rumah 1 jumantik
berkelanjutan. disertai reward bagi rumah yang tidak
terdapat jentik pada 3 kali pemeriksaan.
Simpulan dan Saran Selain itu, permasalahan DBD bukan
Berdasarkan uji Chi Square dan hanya urusan sektor kesehatan,
pembahasan yang telah dilakukan, penanggulangan yang komprehensif dan
penelitian ini menemukan simpulan bahwa multisektoral perlu dilakukan untuk
breeding places, resting places, perilaku mengurangi risiko yang ada. Oleh
kesehatan lingkungan dan kebiasaan hidup karenanya, pemerintah daerah seperti
berisiko terhadap KLB DBD di Kecamatan petugas kelurahan juga perlu melakukan
Cikupa Kabupaten Tangerang. Risiko yang sosialisasi kepada masyarakat terkait
paling besar didapat pada salah satu penanggulangan DBD melalui pokja 4
variabel lingkungan yaitu keberadaan kelurahan. Kemudian, mengingat
breeding places. keberadaan Breeding Kecamatan Cikupa merupakan wilayah
Places menjadi faktor risiko paling besar endemis DBD ditambah riwayat KLB yang
dikarenakan terdapat tempat-tempat yang pernah terjadi, perlu dilakukan
dapat dijadikan breeding places nyamuk pembentukan Pokjanal DBD di tingkat
aedes yang tidak diketahui oleh masyarakat Kelurahan/Desa dan Kecamatan. Pokjanal
sehingga luput dari perhatian seperti ini yang nantinya akan fokus pada kegiatan
breeding places non TPA dan TPA alami. mitigasi terkait wabah DBD seperti
Oleh karena itu, rekomendasi yang penyuluhan, sosialisasi, serta mengaktifkan
diberikan bagi sektor terkait yaitu gerakan masyarakat dalam kerja bakti
kementerian kesehatan meningkatkan membersihkan lingkungan melalui program
sosialisasi terkait breeding places potensial jumat bersih.
melalui iklan layanan masyarakatbaik di Selain upaya pemerintah, upaya dari
televisi maupun tempat-tempat umum, masyarakat juga sangat penting dilakukan
Dinas kesehatan Kabupaten Tangerang dalam melakukan penanggulangan DBD.
perlu meningkatkan penyuluhan melalui Hal ini dikarenakan sebagai salah satu
kader dan bidan desa setempat serta bencana, dalam KLB DBD, masyarakat tidak

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 21
hanya menjadi objek atau korban, tetapi Referensi
juga menjadi subjek yang berkontribusi Jurnal dan Penelitian
dalam KLB DBD dengan tidak melakukan Bachtiar, Sari Puspa, Rasin, A. Arsunan,
Arsyad, dan Dian Sidik. 2016. “Faktor
perilaku lingkungan kesehatan serta yang Berhubungan dengan Kejadian
kebiasaan hidup tidak sehat. Oleh Demam Berdarah Dengue di Kota
Palopo”. Departemen Epidemiologi
karenanya, sebagai upaya pencegaham Fakultas Kesehatan Masyarakat
terhadap KLB DBD dan pengurangan risiko Universitas Hasanuddin.

KLB DBD, masyarakat disarankan Bhatia, Rajesh. 2013. “Changing


Epidemiology of Dengue in
menerapkan perilaku dan kebiasaan sehat South‑East Asia”. Who South-East Asia
untuk pencegahan DBD dan Journal of Public Health. January-
March 2013
pemberantasan breeding places dan resting
Gama, Azizah T, dan Faizah R. Betty.
places seperti menutup tempat Oktober 2010. “Analisis Faktor Risiko
penampungan air, menguras dan menyikat, Kejadian Demam Berdarah Dengue Di
Desa Mojosongo Kabupaten
memantau keberadaan jentik nyamuk, Boyolali”. Jurnal Eksplanasi. Volume 5
tidak menggantung pakaian bekas pakai, Nomor 2.
Hasan dan Ayubi. Oktober 2007.
kerja bakti lingkungan rumah, tidak
“Hubungan Perilaku Pemberantasan
menumpuk barang-barang bekas, Sarang Nyamuk dan Kejadian DBD”.
Kesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat
membuang sampah di tempat
Nasional. Volume 2 Nomor 2.
pembuangan sampah akhir, memakai
Koban, Antonius Wiwan. 2005. “Kebijakan
lotion nyamuk pada pagi sebelum Pemberantasan Wabah Penyakit
Menular: Kasus Kejadian Luar Biasa
melakukan aktivitas dan sore hari, menabur
Demam Berdarah Dengue (KLB
bubuk abate, menggunakan obat nyamuk, DBD)”. The Indonesian Institute Center
For Public Research.
serta tidak tidur pagi dan sore hari. Hal ini
Pangaribuan, Anggy dkk. Februari 2014.
diharus dilakukan secara rutin dan “Faktor prognosis kematian sindrom
berkelanjutan serta dijadikan suatu syok dengue”. Sari Pediatri. Volume 15
Nomor 5.
kebiasaan untuk mencegah berbagai
Pratiwi, Putri, Suharyo, Kun, dan
penyakit tular vektor khususnya DBD. Kriswiharsi. 2013. Hubungan Antara
Faktor Lingkungan Dan Praktik
Pencegahan Gigitan Nyamuk Dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) Di Wilayah Kerja. Puskesmas

22 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018


Kedungmundu. Semarang: Universitas Bandung”. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu
Dian Nuswantoro Semarang. Kesehatan Ahmad Yani.
Salawati, T., Rahayu Astuti, dan Hayu Tamza, Riza Berdian dan Dharminto
Nurdiana. 2010. “Kejadian Demam Suhartono. April 2013. “Hubungan
Berdarah Dengue Berdasarkan Faktor Faktor lingkungan dan Perilaku
Lingkungan dan Praktik dengan Kejadian Demam Berdarah
Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengue (DBD) di Wilayah Kelurahan
(Studi Kasus Di Wilayah Kerja Perumnas Way Halim Kota Bandar
Puskesmas Srondol Kecamatan Lampung”. Jurnal Kesehatan
Banyumanik Kota Semarang)”. Jurnal Masyarakat. Volume 2 Nomor 2.
Kesehatan Masyarakat Indonesia.
Zai, Henny Kristine Permatasari. 2010.
Volume 6 Nomor 1. Hubungan antara Faktor Lingkungan
Sholehhudin, M., Isa Ma’rufi, dan Ellyke. dan Praktik PSN dengan Kejadian DBD
September 2014. “Hubungan Sanitasi di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkungan, Perilaku Pengendalian Kedungmundu Kecamatan Tembalang
Jentikdan Nyamuk, Dan Kepadatan Kota Semarang. Universitas
Penduduk Dengan Penyakit Demam Diponegoro
Berdarah Dengue (DBD) Di
Kabupaten Jember”. Jurnal Pustaka
Kesehatan, Volume 2 Nomor 3. Buku
Sitio, Anton. 2008. Hubungan Perilaku Anies. 2006. Seri Lingkungan dan Penyakit
Tentang Pemberantasan Sarang Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi
Nyamuk Dan Kebiasaan Keluarga Mencegah dan Menanggulangi
Dengan Kejadian Demam Berdarah Penyakit Menular. Jakarta: PT. Elex
Dengue di Kecamatan Medan Media Komputindo.
Perjuangan Kota Medan Tahun 2008 BBTKLPP. 2013. Laporan Kajian Iklim Dan
(Tesis). Semarang: Universitas Bionomik Vektor DBD Di Kabupaten
Diponegoro. Alor NTT Tahun 2013. Surabaya:
Sofia, Suhartono, dan Nur Endah Penulis.
Wahyuningsih. 2014. “Hubungan Dewan Ketahanan Nasional. 2010.
Kondisi Lingkungan Rumah dengan Keamanan Nasional Sebuah Konsep
Kejadian Demam Berdarah Dengue di dan Sistem Keamanan bagi Bangsa
Kabupaten Aceh Besar”. Jurnal Indonesia. Jakarta: Penulis.
Kesehatan Lingkungan Indonesia.
Volume 13 Nomor 1. Kementerian Kesehatan. 2013. Pedoman
Pengendalian Demam Berdarah
Suryaningsih, Chatarina. 2009. "Gambaran Dengue di Indonesia. Jakarta:
Perilaku Masyarakat dalam Mencegah Direktorat Jendral Pengendalian
Terjadinya Penyakit Demam Berdarah Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Dengue di Kelurahan Dago Kementerian Kesehatan Republik
Kecamatan Coblong Wilayah Indonesia.
Puskesmas Dago Kotamadya

Faktor Risiko (Breeding Places, Resting Places, Perilaku ... | Putri Anggraeni, Heridadi, IDK Kerta Widana | 23
Maarif, Syamsul. 2012. Pikiran dan Gagasan Kabupaten Tangerang.
Penanggulangan Bencana di Indonesia, Tangerangnews,
Cetakan Pertama. Jakarta: Badan http://tangerangnews.com/kabupate
Nasional Penanggulangan Bencana. n-tangerang/read/17174/Ini-Hasil-
Investigasi-Kemenkes-Soal-DBD-di-
Martens, Pim and Anthony J. McMichael.
Kabupaten-Tangerang, diakses pada
2002. Environmental Change, Climate
18 Juli 2017.
and Health Issues and Research
Methods. United Kingdom: Cambridge WHO. 2015. “Dengue and Severe Dengue”.
University Press. Penulis,
Satari, Hindra I dan Mila Meiliasari. 2004. http://www.who.int/mediacentre/fact
Demam Berdarah. Cetakan 1. Jakarta: sheets/fs117/en/, diakses pada 15
Puspa Swara. November 2016.
Tulchinsky TH, dan Varavikova EA. 2014. The WPRO. 2015. “Dengue in the Western
New Public Health. Third Edition. San Pacific Region”. Penulis,
Diego: Elsevier, Academic Press. http://www.wpro.who.int/topics/den
Widiana, I Gde Raka. 2016. Aplikasi Statistik gue/en, diakses pada 23 Maret 2015.
pada Penelitian Kedokteran. Jakarta:
EGC.

Dokumen
Keputusan Menteri Kesehatan No. 829
Tahun 1999 tentang Kesehatan
Perumahan dan Lingkungan
Pemukiman.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 145 Tahun 2007
tentang Pedoman Penanggulangan
Bencana Bidang Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan.
Undang-undang No. 24 Tahun 2007.
Penanggulangan Bencana.

Laman Web
Irawan, Denny Bagus. 2016. “Ini Hasil
Investigasi Kemenkes Sol DBD di

24 | Jurnal Manajemen Bencana | Volume 4 Nomor 1 Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai