Anda di halaman 1dari 6

BAB VI

KESIMPULAN
6.1. Kendala yang Dihadapi dan Cara Mengatasi Kendala Saat Proses
Pengumpulan Data dan Analisis RDTR
Kendala yang dihadapi ketika proses pengumpulan data yaitu tidak tersedianya data bencana
alam di wilayah perencanaan dari dinas, sehingga dalam praktiknya tim penyusun RDTR
menggunakan data rawan bencana yang bersumber dari Inarisk untuk mengidentifikasi daerah
rawan bencana di wilayah perencanaan.

6.2. Kesimpulan
Rencana Detail Tata Ruang yang meliputi Kawasan Cisoka-Solear-Tigaraksa Jambe
merupakan kawasan fungsional yang terdiri dari 4 Kecamatan dan 16 Desa dengan luas wilayah
6227,02 Hektar. Dalam penyusunan RDTR Kawasan Cisoka-Solear-Tigaraksa-Jambe terdapat
Analisis Struktur Internal Wilayah Perencanaan, Analisis Penggunaan Lahan, Analisis
Kedudukan dan Peran, Analisis Sumber Daya Alam dan Daya Dukung, Analisis Sosial Budaya,
Analisis Kependudukan, Analisis Ekonomi, Analisis Transportasi, Analisis Sumber Daya
Buatan, Analisis Kondisi Lingkungan Binaan, Analisis Kelembagaan, Analisis Potensi dan
Masalah, serta Analisis Isu Strategis
Analisis Struktur Internal Wilayah Perencanaan ditemukan 3 tingkat orde pusat
pelayanan di wilayah perencanaan yaitu Orde I: Perumahan Taman Cikasungka Perumahan
Taman Cikasungka dan Stasiun Tigaraksa. Orde II: Persimpangan Pasar Cisoka. Orde III:
Perumahan Munjul Permai, Perumahan Mutiara Tigaraksa, Perumahan Taman Argo Subur,
Perumahan Kemuning Permai, dan Persimpangan Jalan Kutruk-Jambe. Hasil analisis sentralitas
marshall juga ditemukan bahwa pada Perumahan Taman Kirana Surya memiliki nilai tertinggi
sebesar 451,72 dan Perumahan Kemuning Permai memiliki nilai terendah sebesar 5,26. Nilai ini
menentukan kekuatan pusat aglomerasi fasilitas, semakin tinggi maka semakin kuat pusat
pelayanan melayani wilayah perencanaan ditandai dengan beragam fasilitas yang ada dengan
skala pelayanan kota.
Analisis Penggunaan lahan. Penggunaan lahan di wilayah Perencanaan terbagi menjadi
beberapa fungsi seperti permukiman, semak belukar, persawahan, situ, emapang, sungai,
industri, perkebunan, peternakan, real estate, stasiun kereta, tegalan, dan lahan kosong.
Berdasarkan hasil analisis luas penggunaan lahan di wilayah perencanaan masih didominasi oleh
sawah dan perkebunan, hal ini harus disikapi dengan mengatur pembangunan agar tidak
mengubah mayoritas atau hampir keseluruhan lahan sawah dan perkebunan kedepannya. Pada
daerah terbangun dapat dikategorikan sebagai perumahan dengan kepadatan rendah hingga
sedang. Selanjutnya berdasarkan analisis simpangan penggunaan lahan eksisting dengan pola
ruang RTRW Kabupaten Tangerang mendapatkan bahwa simpangan guna lahan di wilayah
perencanaan yaitu kawasan peruntukan permukiman perkotaan saat ini menjadi kawasan industri
dan industri manufaktur lainnya dengan total luas lahan yang menyimpang sebesar 2,5 Ha.
Selain analisis penyimpangan guna lahan eksisting dengan RTRW Kabupaten Tangerang peneliti
juga melakukan analisis tutupan dan run-off yang ditimbulkan. Hasil analisis menunjukan bahwa
aliran total sebesar 0,32 yang berarti sebagian dari hujan yang jatuh 32% akan menjadi aliran
permukaan. Penutup lahan yang berupa rumput, vegetasi (pohon) dan lahan terbuka mempunyai
koefisien aliran yang kecil terkait dengan keberadaan tajuk pohon yang mengintersepsi air hujan
sehingga tidak seluruhnya jatuh ke permukaan tanah. Di samping itu banyaknya vegetasi akan
memproduksi serasah-serasah yang merupakan salah satu media yang baik karena kemampuan
untuk meresapkan air yang tinggi sehingga aliran permukaan kecil. Kondisi ini mengakibatkan
sebanyak kurang lebih 70 % dari total hujan akan diresapkan dalam tanah dan menjadi cadangan
air tanah. Analisis selanjutnya terkait penggunaan lahan yaitu analisis kepemilikan tanah dimana
berdasarkan hasil analisis 54% tanah sudah terdaftar dan 46% belum terdaftar
Analisis Kedudukan dan Peran. Wilayah perencanaan memiliki keterkaitan sistem
perencanaan dan aspek lingkungan yang tidak bisa dipisahkan dengan kawasan lainnya dalam
skala yang lebih luas. Berdasarkan hasil analisis, kawasan perencanaan dilewati oleh Jalan Raya
Cisoka sebagai penghubung antara kawasan dengan daerah lain terutama ke arah Kec. Balaraja
dengan Kabupaten Lebak dan Bogor. Jalan Raya Cisoka juga kerap menjadi jalur utama menuju
kawasan Citra Maja Raya, Kabupaten Lebak. Kemudian Pada wilayah perencanaan juga terdapat
Stasiun Tigaraksa dan Stasiun Cikuya yang dilewati oleh kereta commuter line jalur Maja ke
Tanah Abang dan Rangkas Bitung ke Tanah Abang. Secara prasarana transportasi darat, BWP
tidak hanya memberikan peran kepada threshold saja, namun juga memberikan peran kepada
wilayah yang lebih luas termasuk DKI Jakarta sebagai kawasan permukiman bagi para pekerja.
Selain itu BWP juga dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan Kota Kekerabatan
Maja.
Analisis Sumber Daya Alam dan Lingkungan di wilayah perencanaan berdasarkan
analisis kemampuan lahan terdapat 4 (tiga) klasifikasi kemampuan lahan, yaitu kemampuan
pengembangan rendah, sedang, agak tinggi dan sangat tinggi. Kelas kemampuan lahan yang
dominan di wilayah perencanaan adalah kemampuan pengembangan sedang, dan sangat tinggi
dengan luas 2577.07 Ha dan 2284.14 Ha dan yang paling kecil adalah kelas kemampuan
pengembangan agak tinggi dengan luas 516.63 Ha. Kemudian berdasarkan analisis daya dukung
wilayah untuk bangunan sebesar 4.91 yaitu DDLB > 3 yang berarti daya dukung lahan masuk
dalam kategori baik. dan yang terkahir terkait dengan Analisis Sumber Daya Alam dan
Lingkungan yaitu kebencanaan diperoleh bahwa wilayah perencanaan memiliki 3 jenis resiko
bencana yaitu banjir dengan indeks bahaya rendah-tinggi, kekeringan mempunyai indeks bahaya
sedang-tinggi, dan gempa bumi mempunyai indeks bahaya sedang
Analisis Sosial dan Budaya wilayah perencanaan menggunakan pendekatan teori Image
of City yang terbagi menjadi 5 yaitu landmark, pathways, nodes, edges, dan districk. Hasil
analisis menunjukan bahwa Landmark wilayah perencanaan yaitu di rencanakan terdapat di
Persimpangan Cisoka,Solear, Tigaraksa dan Stasiun Tigaraksa. Pathways wilayah perencanaan
Jl.Raya Cisoka, Jl Raya Tigaraksa-Cisoka, Jalan Aria Wasangkara, Jalan Raya Munjul, dan
Jl.Raya Taman Adiyasa-Terusan Stasiun Tigaraksa. Nodes pada wilayah perencanaan yaitu
Stadion Mini Tigaraksa yang terletak di Jalan Aria Wasangkara dan Pasar Cisoka. Edges
Kawasan Cisoka, Solear, dan Jambe terbagi dalam dua jenis yaitu batas fisik dan batas imajiner.
Batas fisik yaitu Sungai Cidurian sebagai batas barat wilayah, jejeran pohon, irigasi, dan jalan.
Sedangkan batas imajiner yaitu batas administrasi kecamatan dan kabupaten . dan Districk
Kawasan Cisoka, Solear, dan Jambe saat ini merupakan kawasan permukimaan semi perkotaan-
pedesaan.
Analisis Kependudukan terbagi menjadi 3 yaitu analisis struktur dan komposisi
penduduk, analisis pertumbuhan penduduk dan proyeksi penduduk, serta analisis migrasi
penduduk. Berdasarkan analisis struktur dan komposisi penduduk wilayah perencanaan sebagian
besar masuk dalam kategori usia produktif 15-64 Tahun. Laju pertumbuhan penduduk lokasi
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Cisoka-Solear-Tigaraksa-Jambe sebasar 2,579%
mempunyai laju pertumbuhan penduduk lebih sedikit dibandingkan dengan Kabupaten
Tangerang secara keseluruhan sebesar 3,314%. Agar dapat mendukung terwujudnya
Pengembangan Perumahan dan Permukiman Skala Besar (PPSB) maka pertumbuhan penduduk
perlu didorong lebih optimis, tidak mengikuti tren yang ada atau pertumbuhan Business as Usual
(BAU). Dalam hal ini, perencanaan kedepannya laju pertumbuhan penduduk wilayah
perencanaan akan ditingkatkan menjadi sebesar 3,5%, mendekati/melampaui laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Tangerang. Dari hasil perhitungan proyeksi jumlah penduduk wilayah
perencanaan dengan laju pertumbuhan penduduk 3,5% , dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk 20 tahun mendatang yakni pada tahun 2039, yaitu 379.616 jiwa. Kemudian terkait
dengan migrasi penduduk pada wilayah perencanaan mayoritas berasal dari Jakarta. Selain
Jakarta penduduk juga berdatangan dari Tangerang Selatan (Serpong dan Ciledug), Jawa
Tengah, Jakarta, Sumatera dan lainnya. Sedangkan untuk wilayah perkampungan masih
didominasi oleh warga pribumi/masyarakat asli setempat.
Analisis Ekonomi berdasarkan perhitungan LQ terdapat 5 sektor basis yang dominan di
Kabupaten Tangerang. Kelima sektor basis tersebut adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;
Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Konstruksi; dan Jasa Keuangan. Sedangan
Berdasarkan hasil perhitungan DLQ diperoleh beberapa sektor usaha yang memiliki laju
pertumbuhan unggul di Kabupaten Tangerang. Sektor unggulan yang diperoleh berdasarkan hasil
analisis adalah Pertanian, kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Pengadaan
Air; Konstruksi; Transportasi dan Pergudangan; Penyedian Akomodasi dan Makan Minum;
Informasi dan Komunikasi; Real Estate; Administrasi Pemerintahan dan Jaminan Sosial Wajib;
Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan; dan Jasa Lainnya. Berdasarkan kedua analisis LQ dan DLQ
yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa Kabupaten Tangerang memiliki sektor basis
unggulan yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dan sektor Konstruksi. Namun Kabupaten
Tangerang memiliki beberapa sektor yang juga berpotensi menjadi sektor basis unggulan yaitu
sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Real Estate, dan sektor Jasa Lainnya.
Analisis Transportasi menggunakan model gravity menunjukan semakin besar nilai Iab
maka semakin tinggi tingkat interaksi antar wilayah yang terjadi. Interaksi dengan kategori
Sangat Tinggi terjadi antara Simpul Perumahan Taman Kirana Surya (orde I) dengan Simpul
Perumahan Taman Argo Subur (Orde III) dengan nilai 29,670,298.96. Interaksi dengan kategori
tinggi terjadi antara Simpul Stasiun Tigaraksa (Orde I) dengan Simpul Taman Adiyasa (Orde I),
Perumahan Simpul Taman Argo Subur (III) dengan Simpul Perumahan Kemuning Permai (Orde
III), dan Simpul Perumahan Munjul Permai dengan Taman Argo Subur (Orde III). Sedangkan
untuk interaksi terrendah terjadi antara Simpul Perumahan Taman Kirana Surya (Orde I) dengan
Jalan Kutruk-Jambe (Orde III) dengan nilai 278,721.4. Kemudian Berdasarkan hasil analisis
sistem pusat pelayanan didapatkan terdapat 9 simpul yang terbentuk. Sedangkan jumlah
penghubung antar simpul sejumlah 16 garis penghubung. Jaringan jalan yang paling efisien
menghubungkan antar simpul Taman Kirana Surya dengan Simpul Persimpangan Pasar Cisoka
dengan nilai 0,94. Sedangkan jaringan jalan yang paling tidak efisien menghubungkan antara
Simpul Munjul Permai dengan Simpul Kemuning Permai dengan nilai 0,39.
Analisis Sumber Daya Buatan yang meliputi sarana dan prasana diperoleh hasil analisis daya
tampung perumahan di wilayah perencanaan dapat menampung jumlah rumah dengan konsep
hunian berimbang maksimal sebanyak 315.449 unit rumah tapak dengan jumlah penduduk
maksimal yang ditampung sejumlah 1.577.243 jiwa yang jika dibandingkan dengan jumlah
proyeksi penduduk dalam 20 tahun kedepan, dengan skema perumahan tapak, wilayah
perencanaan terhitung masih mampu menampung pertumbuhan penduduk yang diproyeksikan
dalam 20 tahun kedepan sejumlah 337,092 jiwa. Selanjutnya terkait dengan analisis cakupan
sarana pendidikan masuk dalam kategori jangakuan pelayanan sedang-tinggi. Sarana peribadatan
jangkauan pelayanan tinggi. Sarana kesehatan jangkauan pelayanan rendah-tinggi. Sedangkan
perdagangan dan jasa jangkauan pelayanan sedang-tinggi. Untuk proyeksi kebutuhan sarana
secara keseluruhan selama kurun waktu 20 tahun mendatang mengalami penambahan
dikarenakan jumlah penduduk setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kemudian untuk
proyeksi kebutuhan prasarana air bersih dalam 20 tahun kedepan, dibutuhkan debit air sejumlah
4.729.979 KL/detik. Kebutuhan listrik sebesar 225.996 KVA dengan jumlah gardu listrik
kapasitas 200 KVA sejumlah 1130. Timbulan sampah, dalam 20 tahun dengan proyeksi timbulan
sampah sejumlah 1.094 ton/hari dibutuhkan sejumlah 36 Stasiun Peralihan Antara (SPA) dengan
muatan 30 ton/hari
Analisis Kondisi Lingkungan Binaan. jalur pejalan kaki di wilayah perencanaan jauh dari
standar jalur pejalan kaki yang baik di Kawasan Perkotaan sehingga perlu direncanakan
pengembangan jalur pejalan kaki terutama di kawasan-kawasan aktivitas tinggi seperti
perdagangan dan jasa, stasiun, dan sarana pelayanan umum. Selain itu juga diperlukan
perencanaan jalur sepeda pada jalan-jalan utama kawasan seperti Jalan Raya Cisoka, Jalan
Tigaraksa-Cisoka, Jalan Aria Wasangkara, Jalan Terusan Stasiun, dan Jalan Raya Munjul. Dari
sisi langgam sudah menggunakan langgam bangunan modern (bentuk mengikuti fungsi).
Sebagian besar memiliki karakteristik bangunan sederhana dengan jumlah lantai bangunan 1-2
lantai. Sedangkan kondisi perparkiran menggunakan sistem on street dan off street. Perparkiran
on street akan terdapat di jalan-jalan umum sekitar wilayah yang bangunannya tidak memiliki
lahan parkir yang cukup. Ketersediaan RTH Non Pertanian dan Persawahan di lokasi wilayah
perencanaan yang terletak di Kecamatan Cisoka-Solear-Tigaraksa-Jambe yaitu seluas 142,42
Ha/2% dari seluruh total luas wilayah perancanaan
Analisis Kelembagaan secara keseluruhan terdiri dari struktur organisasi daerah dan
mekanisme pengelolaan. Secara struktur organisasi daerah tersusun atas sekertariat daerah, dinas
daerah, lembaga teknis daerah, lembaga teknis daerah berbentuk kantor, kecamatan dan
kelurahan. Sedangkan untuk mekanisme pengelolaan dilihat dari aspek fungsional, formal,
struktural, materil, dan operasional. Kemudian terkait dengan hasil akhir pembahasan aspek
ditemukanlah potensi dan masalah yang terdapat di wilayah perencanaan. Dimana dari hasil
analisis dan rumusan potensi masalah yang ada di BWP, ditemukanlah rumusan isu-isu strategis
yang perlu dikedepankan sebagai dasar dalam proses penyusunan rencana tata ruang
perencanaan RDTR Kawasan Cisoka-Solear-Tigaraksa-Jambe.

Anda mungkin juga menyukai