Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 5
Kontrol Kualitas Sediaan Kapsul: Keseragaman Bobot Dan
Keseragaman Kandungan Bahan Aktif

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK : 7
KELAS : E
Laili Fauziah 201810410311231
Ariel Pratama 201810410311246
Salma Ikrima Rosyadi 201810410311249
Dwi Rahma Halida 201810410311252
Alfina Indah Paramitha 201810410311254

DOSEN PEMBIMBING:
apt. Siti Rofida, S.Si., M.Farm.
apt. Amaliyah Dina A., M.Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB 1

1.1 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan kontrol kualitas sediaan kapsul dengan
melakukan uji keseragaman bobot.
1.2 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara yang kaya dengan berbagai macam


keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.
Keanekaragaman hayati di dalamnya termasuk tanaman kencur (Kaempferia
galanga). Tanaman kencur merupakan tanaman yang diketahui atau dipercaya
mempunyai khasiat obat (Abdiyani, 2008), yang berkhasiat sebagai obat
tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat . Kencur merupakan tanaman
tropis yang banyak tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman
yang dipelihara.
Rimpang kencur sudah dikenal luas di masyarakat baik sebagai bumbu
makanan atau untuk pengobatan tradisional diantaranya adalah batuk, mual,
masuk angin, radang lambung, batuk, nyeri perut, panas dalam dan lain-lain.
Keuntungan penggunaan obat tradisional dikarenakan bahan bakunya mudah
diperoleh dan harganya murah. Selain itu rimpang kencur juga digunakan
sebagai bahan baku fitofarmaka, industri kosmetika serta pembuatan minuman
(Fitriani, 2014).
Senyawa kimia yang dapat mengidentifikasikan suatu kandungan dari
produk tradisional yang bisa memiliki efek farmakologi ataupun tidak dan
biasanya digunakan untuk keperluan quality control adalah senyawa marker.
European Medicines Agency (EMEA) mengidentifikasi senyawa marker adalah
suatu konstituen pada suatu produk obat tradisional yang digunakan untuk
tujuan quality control tanpa memperhatikan atau mengamati apakah dia
memiliki aktivitas terapeutik atau tidak (Shukla, 2009).
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yangdapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat
juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras
bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali
ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran nomor 00 adalah ukuran
terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Ada juga kapsul gelatinkeras
ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE), yang
memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter (Depkes RI,
2014).
BAB II

2.1 Tinjauan Tentang Kencur


Di Indonesia sendiri kencur memiliki sebutan berbeda-beda pada beberapa
daerah seperti cikur, ceku, cekor, tekur, bataka, suha dan lain lain. Kencur
(Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu dari lima jenis tumbuhan yang
dikembangkan sebagai tanaman obat asli Indonesia. Kencur merupakan tanaman
obat yang bernilai ekonomis cukup tinggi sehingga banyak dibudidayakan.
Bagian rimpangnya digunakan sebagai bahan baku industri obat tradisional,
bumbu dapur, bahan makanan, maupun minuman penyegar lainnya (Hasanah et
al., 2011)
2.1.1 Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia Rimpang Kencur
Spesies : Kaempferia galanga L.

2.1.2 Morfologi Tanaman Kencur


Kencur merupakan bahan alamiah berupa rimpang (rhizoma) dari tanaman
yang digunakan untuk obat dan belum mengalami pengolahan apapun. Tanaman
ini sudah berkembang di Pulau Jawa dan diluar Jawa seperti Sumatra Barat,
Sumatra Utara dan Kalimantan Selatan. Sampai saat ini karakteristik utama yang
dapat dijadikan sebagai pembeda kencur adalah daun dan rimpang. Berdasarkan
ukuran daun dan rimpangnya, dikenal 2 tipe kencur, yaitu kencur berdaun lebar
dengan ukuran rimpang besar dan kencur berdaun sempit dengan ukuran
rimpang lebih kecil (Syukur dan Hernani, 2001).
Daunnya melebar letaknya mendatar hampir rata dengan permukaan tanah.
Pelapah daunnya berdaging, letaknya tersembunyi di dalam tanah. Bunganya
tersusun dalam bongkol setengah duduk. Mahkota bunga berjumlah 4-12
warnanya putih lembayung. Sedangkan rimpangnya bercabang banyak sebagian
terletak diatas tanah dan sebagian terdapat didalam tanah. Pada akarnya terdapat
umbi yang bentuknya bulat, warnanya putih kekuningan bagian tengahnya
berwarna putih sedang bagian pinggirnya coklat berbau harum. Rimpang
kencur memiliki bentuk yang bulat memanjang. Tempat yang cocok utnuk
pertumbuhan kencur adalah yang berada di ketinggian 50 m – 1000 m diatas
permukaan laut bersuhu 25-30 °C (Prasetiyo, 2003).
Kencur tumbuh subur di tanah-tanah yang hitam dan berpasir.
Perkembangbiakannya dilakukan dengan menggunakan potongan rimpang-
rimpang dengan menimbun rimpang begitu saja dengan tanah. Pada musim
kemarau daunnya akan layu kemudian hilang sehingga seolah-olah tanaman itu
sudah mati, akan tetapi sebenarnya rimpangnya masih tumbuh subur di dalam
tanah (Afriastini, 2002). Rimpang kencur mengandung minyak atsiri yang
hangat, pedas dan berwarna kuning. Kandungan minyak atsiri di dalam kencur
terdiri atas borneol, kamfen, H-pentadekan, para metoksi stiren dan lain-lain
(Prasetiyo, 2003).
2.1.3 Manfaat Rimpang Kencur
Rimpang kencur memiliki berbagai manfaat yaitu digunakan sebagai bahan
baku obat tradisoinal/ jamu, fitofarmaka, kosmetik, penyedap makanan dan
minuman, serta rempah. Secara empiris, kencur berkhasiat mengatasi infeksi
bakteri, batuk, disentri, ekspektoran, disentri, masuk angin, sakit perut dan
penambah nafsu makan. Salah satu kandungan kimia dalam kencur yaitu
senyawa EPMS yang terdapat dalam minyak atsiri kencur banyak digunakan
didalam industri kosmetika dan dimanfaatkan dalam bidang farmasi sebagai
obat asma dan anti jamur.
2.2 Kandungan Senyawa Kimia

Dalam rimpang kencur mengandung pati, mineral, gom, minyak atsiri


berupa sineol, asam metil kanil, penta dekan, etil aster, asam sinamik, borneol,
kamfena, paraeumarin, asam anisik dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai
stimulan. Sedangkan hasil skrining fitokimia terkait ekstrak rimpang kencur
terdapat Alkaloid, Flavonoid, Polifenol, Tanin, Monoterpen, Seskuiterpen,
Steroid (Suryati, 2015).
Kandungan minyak atsiri kencur terdiri atas miscellaneous compounds
(misalnya etil p-metoksisinamat 58,47%, isobutil β-2- furilakrilat 30,90%, dan
heksil format 4,78%); derivat monoterpen teroksigenasi (misalnya borneol
0,03% dan kamfer hidrat 0,83%); serta monoterpen hidrokarbon (misalnya
kamfen 0,04% dan terpinolen 0,02%) (Hasanah et al., 2011).

2.3 Tinjauan Ekstrak

Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang


diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,
menggunakan pelarut yang cocok, diuapkan semua atau hampir semua dari
pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standartnya.
Ekstrak merupakan sediaan poten, biasanya potensinya 2 sampai 6 x berat bahan
mentah obat yang dipakai sebagai bahan pada permulaan pembuatan (Iman,
2009).
2.4 Senyawa Marker
Senyawa marker merupakan satu atau lebih senyawa yang secara alami
terdapat dalam bahan tumbuhan dengan atau tanpa memiliki aktivitas
farmakologi dan dipilih untuk tujuan control kualitas oleh peneliti atau pabrik.
Pemilihan senyawa marker tergantung pada beberapa faktor yaitu : stabilitas
senyawa, metode analisis, waktu dan biaya analisis, manfaatnya untuk
identifikasi, relevansi dengan efek terpeutik, indikator kualitas dan stabilitas
produk (McCutcheon, 2002).
Senyawa penanda dapat digolongkan menjadi 4 yang didasarkan pada
bioaktivasinya. 4 golongan ini meliputi senyawa aktif, penanda aktif, penanda
analitik dan penanda negatif. Senyawa aktif merupakan senyawa yang diketahui
aktivitasnya secara klinik. Penanda pada senyawa ini adalah senyawa yang
diketahui aktivitas farmakologinya dan khasiatnya, tetapi khasiatnya belum
dibuktikan secara klinis. Penanda analitik merupakan senyawa yang dipilih
untuk determinasi secara kuantitatif. Senyawa ini dimungkinkan atau tidak
aktifitas biologisnya dan dapat membantu identifikasi positif dari bahan tanaman
atau ekstrak tanaman atau digunakan untuk tujuan standarisasi. Penanda negatif
merupakan senyawa yang memiliki sifat alergi atau toksik atau menganggu
bioavailibilitasnya (Rasheed, 2012).
Idealnya senyawa penanda merupakan senyawa aktif yang bertanggung
jawab terhadap efek farmakologi yang ditimbulkan oleh penggunaan herbal
yang bersangkutan. Namun demikian, senyawa khas yang bukan senyawa aktif
dapat pula ditetapkan sebagai penanda. Senyawa penanda merupakan konstituen
kimia dari herbal yang telah ditetapkan strukturnya yang digunakan untuk tujuan
kontrol kualitas. Senyawa penanda digunakan manakala konstituen kimia yang
bertanggung jawab terhadap efek teraupetik dari tanaman yang bersangkutan
belum diketahui (Rasheed, 2012).
Kandungan senyawa yang terdapat di dalam rimpang kencur antara lain
adalah Etil parametoksisinamat (EPMS). Senyawa ini merupakan senyawa yang
paling besar atau paling banyak jumlahnya yang ada di dalam rimpang kencur.
(Hudha, et al 2017).

2.5 Etil p-Metoksisinamat

Etil p-Metoksisinamat adalah salah satu kandungan kimia dari rimpang


kencur. Senyawa tersebut banyak digunakan dalam industri kosmetika yaitu
sebagai bahan dasar senyawa tabir surya (pelindung kulit dari sengatan sinar
matahari) dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur (Hudha, 2017). Etil
p-Metoksisinamat adalah hasil isolasi terbesar metabolit sekunder rimpang kencur
dengan variasi 1,28%-3% dari berat serbuk rimpang kering. Senyawa ini akan
mengalami reaksi hindrolisis dalam suasana basa atau asam menjadi Asam p-
Metoksisinamat. Sebenarnya dalam rimpang kencur terkandung Asam p-
Metoksisinamat tetapi dalam variasi yang sangat kecil yaitu 0,052%-0,75% (Barus,
2009).
EPMS termasuk kedalam senyawa ester yang mengandung cincin benzene
dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat
etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam esktraksinya dapat menggunakan
pelarut-pelarut yang memiliki variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, methanol,
air dan heksana (Barus, 2009).
EPMS termasuk turunan dari asam sinamat, dimana asam sinamat adalah
turunan senyawa phenil propanoat. Senyawa yang termasuk turunan sinamat adalah
para hidroksi sinamat, 3,4-dihidroksisinamat dan 3,4,5 trimetoksisinamat. EPMS
termasuk kedalam senyawa ester yang mengandung cincin benzene dan gugus
metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang
bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut yang
mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, methanol, air dan heksana.
Dalam ekstraksi suatu senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran
yang sama atau mendekati sama (Taufikhurohmah, 2008).

2.6 KAPSUL

Menurut Farmakope Indonesia Edisi V, kapsul merupakan sediaan padat


yang terdiri dari obat dalam cangkang yang keras atau lunak yang dapat larut.
Pada umumnya, cangkang kapsul terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat
dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran dari cangkang juga bervariasi dari
nomor paling kecil (5) sampai paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk
hewan. Pada umumnya ukuran nomor 00 merupakan ukuraan terbesar yang
diberikan kepada pasien. Ada juga kapsul gelatin keras yang ukurannya 0 dengan
bentuk memanjang (seperti ukuran OE) yang memberikan kapasitas isi lebih besar
tanpa peningkatan diameter. Ukuran cangkang harus dipilih membentuk
campuran akan memenuhi syarat pilihan ukuran kapsul.
Kapsul gelatin keras terdiri dari dua bagian yaitu bagian tutup dan induk.
Pada umumnya, ada lekukan khas pada bagian tuutp dan induk, untuk
memberikan penutupan yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya
diletakkan sepenuhnya, yang mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah
diisi, selama transportasi dan penanganan. Penutupan sempurna juga dapat
dicapai dengan penggabungan bagian tutup dan induk dengan cara pemanasan
langsung atau penggunaan energi ultrasonik.

Kapsul yang diproduksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia, untuk
kapsul yang berisi obat tradisional kering adalah tidak lebih dari 2
kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi
rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan
tidak satu kapsul pun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi
rata-ratat lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom B, yang
tertera pada daftar berikut :

Bobot rata-rata
Penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata
Isi kapsul
A B
120 mg atau kurang
+10% +20%
lebih dari 120 mg
+ 7,5 % + 15%
Tabel Keseragaman Bobot

Menurut BPOM No.32 Tahun 2019, persyaratan uji keseragaman bobot untuk
kapsul dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Untuk Kapsul yang berisi Obat Tradisional kering:
Dari 20 Kapsul, tidak lebih dari 2 Kapsul yang masing-masing bobot isinya
menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 10% dan tidak satu
Kapsulpun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar
dari 25%.
b. Untuk Kapsul yang berisi Obat Tradisional cair:
Tidak lebih dari satu Kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang
dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 7,5% dan tidak satu Kapsul pun yang
bobot isinya menyimpang dari bobot isi ratarata lebih besar dari 15%.
2. Keseragaman Kandungan
Uji keseragaman kandungan ambil tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan
seperti berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud. Jika prosedur yang
digunakan untuk penetapan kadar dan uji Keseragaman kandungan berbeda,
diperlukan faktor koreksi yang akan digunakan untuk memperoleh hasil
pengujian.
 Sediaan padat
Tetapkan kadar masing-masing 10 satuan menggunakan metode analisis
yang sesuai.Hitung nilai keberterimaan. (Tabel 2).
 Sediaan cair atau setengah padat
Tetapkan kadar masing-masing 10 satuan menggunakan metodeanalisis
yang sesuai. Lakukan penetapan kadar pada sejumlah tertentu bahan yang ditelah
dikocok dan dipindahkan dari masing-masing wadah dalam kondisi penggunaan
yang normal dan nyatakan hasil sebagai dosis terbagi. Hitung nilai
keberterimaan. (Tabel 2).
Perhitungan Nilai Keberterimaan
Hitung nilai keberterimaan dengan rumus:

(Farmakope Indonesia Edisi VI)


Keuntungan kapsul :

a. Bentuknya menarik dan praktis


b. Pengisian cepat karena tidak memerlukan bahan tambahan seperti pil dan tablet
c. Mudah ditelan, cepat hancur, mudah larut sehingga obat cepat diabsorpsi
d. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang memiliki bau
dan rasa yang tidak enak
e. Dapat dikombinasikan beberapa macam obat dan dosisnya yang berbeda
f. Kapsul digunakan karena kepraktisannya untuk memberikan kenyamanan bagi
konsumen obat. Obat yang memiliki rasa tidak enak seperti pahit, anyir, manis,
dan bau dapat ditutupi jika dibuat dalam bentuk kapsul. Selain itu cangkang
kapsul juga berfungsi untuk menjaga bahan aktif dari pengaruh lingkungan
sehingga bisa menjaga stabilitasnya. Cangkang kapsul dapat mewadahi berbagai
bentuk obat mulai dari serbuk, granula, cair, dan semi padat.

Kerugian kapsul :

a. Tidak dapat dibagi


b. Tidak dapat diberikan untuk balita
c. Tidak dapat digunakan untuk zat yang higroskopis
d. Tidak dapat digunakan untuk zat yang berinteraksi dengan cangkang kapsul
e. Tidak dapat digunakan untuk bahan yang mudah menguap karena pori-pori
kapsul tidak dapat menahan penguapan.

2.7 Tinjauan Bahan Tambahan


a. Cab-O-Sil (Aerosil)
Sinonim: Aerosil; Cab-O-Sil; Cab-O-Sil M-5P; colloidal silica; fumed silica;
fumed silicon dioxide; hochdisperses silicum dioxid; SAS; silica colloidalis
anhydrica; silica sol; silicic anhydride; silicon dioxide colloidal; silicon dioxide
fumed; synthetic amorphous silica.
Pemerian: Cab-O-Sil adalah sebuah fumed silica submicroscopic dengan
ukuran partikel 15 nm. Cab-O-Sil berwarna putih kebiru-biruan, terang, tidak
berbau, tidak berasa, serbuk amorf tidak berpasir.
Rumus Kimia: SiO2 (BM = 60.08)
Aerosil atau Colloidal Silicon Dioxide merupakan serbuk amorf silika dengan
ukuran partikel sekitar 5 nm berwarna putih, ringan, tak berasa. Aerosil
digunakan sebagai adsorben karena dapat mengabsorpsi lembab terutama yang
berasal dari ekstrak sehingga akan mempermudah pencampuran bahan (Rowe,
Sheskey and Quinn, 2009). Aerosil tidak hanya akan meningkatkan sidat alir
ekstrak tetapi juga menyalut permukaan dengan lapisan film yang tipis.
Penggunaan aerosil sebagai absorben pada sediaan – sediaan ekstrak bisa
mencapai 10%. Penambahan aerosil yang cukup besar akan menurunkan
higroskopis ekstrak dan melonggarkan serbuk (Rowe, Sheskey and Quinn,
2009).
Aerosil atau Colloidal Silicon Dioxide praktis tidak larut dalam pelarut
organik, air, dan asam, kecuali asam hidrofluorat; larut dalam larutan panas
alkali hidroksida. Membentuk dispersi koloid dengan air. Untuk Aerosil,
kelarutan dalam air adalah 150 mg / L pada 258C (pH 7).

Kegunaan Konsentrasi
Aerosol 0,5% – 2%
Emulsi 1% - 5%
Glidant 0,1% - 1%
Suspending dan Thickening Agent 2% - 10%

Tabel Kegunaan Cab-O-Sil


a) Avicel
Sinonim : Avicel PH; Cellets; Celex; cellulose gel; hellulosum
microcristallinum; Celphere; Ceolus KG; crystalline cellulose; E460; Emcocel;
Ethispheres; Fibrocel; MCC Sanaq; Pharmacel; Tabulose; Vivapur.
Rumus Kimia: (C6H10O5) (Rowe, Sheskey and Quinn, 2009).
Avicel merupakan disintegran dengan keefektifan yang sangat tinggi
dan mempunyai kecepatan serap air yang tinggi melalui anyaman kapiler
sehingga avicel dan pati merupakan kombinasi yang sangat baik disintregan
yang cepat dan efektif dalam formulasi tablet (Rowe, Sheskey and Quinn,
2009).Avicel merupakan partikel terdepolimerisasi putih, tidak berasa, tidak
berbau, berbentuk serbuk. Kristal tersusun atas partikel yang berpori. Dalam
perdagangan tersedia dalam berbagai ukuran partikel dan mempunyai tingkat
kelembapan yang berbeda sehingga berbeda dalam penggunaanya tergantung
tingkat kelembaban yang berbeda sehingga berbeda dalam penggunaanya
tergantung tingkat kelembapannya.
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1Prosedur Kerja
3.1.1 Uji Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus
dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang
kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata
tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi
kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak lebih dari
2 kapsul yang lebih dari yang ditetapkan pada kolom B.

Perbedaan bobot isi kapsul dalam %


Bobot rata-rata isi
kapsul
A B

120 mg atau lebih ±10% ±20%

Lebih dari 120 mg ±7,5% ±15%

3.1.2 Uji Keseragaman Kandungan


Uji keseragaman kandungan ambil tidak kurang dari 30 satuan dan lakukan
seperti berikut untuk bentuk sediaan yang dimaksud. Jika prosedur yang digunakan
untuk penetapan kadar dan uji Keseragaman kandungan berbeda, diperlukan faktor
koreksi yang akan digunakan untuk memperoleh hasil pengujian.
 Sediaan padat
Tetapkan kadar masing-masing 10 satuan menggunakan metode analisis yang
sesuai.Hitung nilai keberterimaan. (Tabel 2).
 Sediaan cair atau setengah padat
Tetapkan kadar masing-masing 10 satuan menggunakan metodeanalisis yang
sesuai. Lakukan penetapan kadar pada sejumlah tertentu bahan yang ditelah
dikocok dan dipindahkan dari masing-masing wadah dalam kondisi penggunaan
yang normal dan nyatakan hasil sebagai dosis terbagi. Hitung nilai keberterimaan.
(Tabel 2).
Perhitungan Nilai Keberterimaan
Hitung nilai keberterimaan dengan rumus:

(Farmakope Indonesia Edisi VI)

3.2 Skema Kerja


3.2.1 Uji Keseragaman Bobot
Dibuka cangkang Ditimbang bobot isi
Ditimbang 20 kapsul satu per satu masing-masing
kapsul sekaligus (20 kapsul) kapsul

Hitung penyimpangan bobot Hitung bobot Ditimbang 20


masing-masing kapsul rata-rata isi cangkang
terhadap bobot rata-rata kapsul kapsul

Penyimpangan bobot tiap kapsul, Penyimpangan bobot 2 kapsul tidak


tidak boleh melebihi dari yang lebih dari yang ditetapkan pada
ditetapkan pada kolom A (7,5%) kolom B (15%)

3.2.2 Uji Keseragaman Kandungan

Jika prosedur yang digunakan untuk penetapan kadar


Ambil tidak dan uji keseragaman kandungan berbeda, diperlukan
kurang 30 satuan factor koreksi yang akan digunakan untuk memperoleh
hasil pengujian

Lakukan penetapan kadar Gunakan Tetapkan kadar


pada sejumalah bahan yang metode analisis masing-masing
telah dikocok yang sesuai 10 satuan

Pindahkan dari masing-masing Hitung nilai keberterimaan dengan


wadah dlm kondisi penggunaan rumus:
yg normal dan nyatakan hasil
sebagai dosis terbagi
DAFTAR PUSTAKA

Abdiyani, S. (2008). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat Di Dataran


Tinggi Dieng (The Diversity Of Understories Medicinal Plants In Dieng Plateau)*).
Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, V(1), 79–92.
Fitriani, S. (2014). Perbedaan MPN Coliform Pada Jamu Beras Kencur dan Kunci Sirih
Yang di Jual Dikelurahan Gading Kenjeran Surabaya (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Hasanah, A. N., Nazaruddin, F., Febrina, E., & Zuhrotun, A. (2011). Analisis Kandungan
Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur ( Kaempferia
galanga L .). Jurnal Matematika & Sains, 16(3), 147–152.
Iman, M. N. (2009). Aktivitas antibakteri ekstrak metanol bunga pepaya jantan (.
Lidinilla, N. G. (2014). UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN BINAHONG
(Anredera cordifolia (Ten) Steenis) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT
DALAM DARAH TIKUS PUTIH Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Farmasi NIDA GHANIA LIDINILLA 109102000038 PROGRAM ST.
Miranti, L. (2009). Pengaruh Konsentrasi MIinyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L.)
Dengan Basis Salep Larut Air Terhadap Sifat Fisik Salep Dan Daya Hambat Bakteri
Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(1), 20–
26.
Nurhayati, T. (2008). Uji Efek Sediaan Serbuk Instan Rimpang Kencur (Kaempferia
galanga L.) Sebagai Tonikum Terhadap Mencit Jantan Galur Swiss Webster.
Oleoresin, E., Kaempferia, K., Setyawan, E., Putratama, P., & Ajeng, A. (2013).
OPTIMASI YIELD ETIL P METOKSISINAMAT PADA EKSTRAKSI
OLEORESIN KENCUR (Kaempferia galanga) MENGGUNAKAN PELARUT
ETANOL. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 1(2), 74185.
https://doi.org/10.15294/jbat.v1i2.2547
Rahardjo, M., & Rostiana, O. (2005). Budidaya Tanaman Kunyit. Bogor (ID) : Balai
Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatika, 11, 3–7.
Syukur, C., dan Hernani, 2001, Budidaya Tanaman Obat Komersial, Penebar
Swadaya, Jakarta, 65.
Sumiwi, S. A., Muhtadi, A., Marline, A., Zuhrotun, A., Tjitraresmi, A., Y, F., & Tivagar.
(2013). PENETAPAN PARAMETER STANDARISASI EKSTRAK HERBA
PUTRIMALU (Mimosa pudica Linn.) DAN UJI TOKSISITAS AKUT NYA PADA
MENCIT. Seminar and Workshop The First Indonesia Conference on Clinical
Pharmacy, 1(November), 6–7.
Suryati, E. (2015). Uji ekstrak ramuan” kandungan subur”(kunyit (Curcuma domestica
Val.), kencur (Kaempferia galanga L.), adas (Foeniculum vulgare Mill.) dan pegagan
(Centella asiatica)) pada berbagai pelarut terhadap Toksisitas larva Artemia salina.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Anda mungkin juga menyukai