Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J.

tuapattinaya

ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR FISIK KIMIA LINGKUNGAN DENGAN


KEANEKARAGAMAN LAMUN (seagrass)
DI PERAIRAN PANTAI DESA SULI

Prelly. M. J. Tuapattinaya, Dosen Prodi Pendidikan Biologi UNPATTI,


Ambon, 085243766957, email: frelly_tuapattinaya@yahoo.co.id

Daerah yang ditetapkan sebagai lokasi pengambilan data adalah Perairan


pantai Desa suli Kabupaten Maluku Tengah, pada zona intertidal (stasiun I)
dan zona subtidal (stasiun II). Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode transek. Hasil penelitian menunjukan bahwa lamun
yang ditemukan pada perairan pantai Desa Suli sebanyak 7 jenis. Indeks
keanekaragaman jenis Lamun pada zona intertidal sebesar 1,45 dan zona
subtidal sebesar 1,22. Kondisi faktor fisik kimia lingkungan (suhu berkisar
antara 27-30 0C, salinitas berkisar antara 29-330/00, pH berkisar antara 7-8,4
dan tingkat kecerahan air laut 0,5-6 m). Hasil ANAREG linear berganda
terdapat hubungan yang signifikan secara simultan antara fakor fisik kimia
lingkungan (suhu, salinitas, pH dan tingkat kecerahan air laut) dengan
keanekaragaman, lamun di perairan pantai Desa Suli. Faktor fisik kimia
lingkungan perairan yang memberikan sumbangan effektif tertinggi terhadap
keanekaragaman lamun adalah faktor kecerahan air laut.

Kata kunci: keanekaragaman lamun, fisik, kimia lingkungan

RELATIONS FACTOR PHYSICAL CHEMISTRY ENVIRONMENT


WITH THE SEAGRASS BEDS (SEAGRASS)
IN COASTAL WATERS VILLAGE SULI

The area defined as the location of the data capture is the coastal waters of
Central Maluku district Suli Village, in the intertidal zone (station I) and
subtidal zone (station II). Sampling is done by using the transek method.
Results of the study indicate that seagrass found in Suli Village coastal waters
as much as 7 types. Index of diversity of intertidal zone of seagrass at 1.45
and subtidal zones amounted to 1.22. Condition of physical chemistry
environmental factors (temperature ranging between 27-30 0C, salinity ranges
between 29-330/00, pH range between 7 - 8.4 and level brightness of the sea
water 0.5-6 m). ANAREG multiple linear results found a significant
relationship between simultaneous physical chemistry factor environment
(temperature, salinity, pH and the degree of brightness of the sea water) with
diversity, seagrass in Suli village in coastal waters. Physical-chemical factors

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 1


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

of the aquatic environment which gives the highest effective contribution to


the diversity of seagrass was a factor in the brightness of the sea water.

Keywords: diversity, seagrass, physic-chemical, enviromental

Padang lamun adalah ekosistem oleh lamun yaitu mulai dari lumpur
pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sampai batu granitik. Namun pada daerah
sebagai vegetasi yang dominan. Lamun dimana terjadi bioturbasi yang tinggi
(Seagrass) adalah kelompok tumbuhan akibat aktivitas organisme bentik seperti
berbunga (angiospermae) yang berbiji udang, moluska dan cacing, kerapatan
tertutup (Angiospermae), berkeping populasi lamun dan spesies pioneer
tunggal (monokotil) dan mempunyai akar cenderung berkurang bila dibandingkan
rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi dengan padang lamun yang tumbuh di
sangat berbeda dengan rumput laut sediment karbonat yang berasal dari
(Azkab 1999). Lamun mampu hidup patahan terumbu karang. Syarat lainnya
secara permanen di bawah permukaan air untuk pertumbuhan lamuan adalah adanya
laut (Sheppard et all, 1996). Komunitas sirkulasi air yang membawa bahan
lamun berada di antara batas terendah nutrient dan substrat serta membawa pergi
daerah pasang surut sampai pada sisa-sisa metabolisme. Dibeberapa daerah,
kedalaman 8-15 meter dan 40 meter, padang lamun tidak dapat berkembang
sepanjang dapat dijangkau oleh cahaya dengan baik karena tidak terlindung pada
matahari (Den Hartog, 1970 dalam Dahuri saat air surut dan juga membutuhkan
2003). Padang lamun yang dijumpai di intensitas cahaya yang cukup tinggi, maka
alam sering berasosiasi dengan flora dan padang lamun tidak dapat tumbuh pada
fauna akuatik lainnya seperti: algae, perairan yang dalam, kecuali perairan
moluska, ecinodermata, dan berbagai jenis sangat jernih dan transparan (Ertfemeijer,
ikan. 1993 dalam Dahuri 2003)
Persyaratan dasar habitat padang Padang lamun memiliki peranan
lamun adalah perairan dangkal, memiliki ekologis yang sangat penting, yaitu
substrat yang lunak dan perairan yang sebagai tempat asuhan, tempat berlindung,
cerah. Hampir semua tipe substart didiami tempat mencari makan, tempat tinggal

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 2


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

atau tempat migrasi berbagai jenis hewan. kimia lingkungan. Salah satu perairan
Komunitas lamun secara fisik di perairan pantai di Maluku yang memiliki
laut dangkal membantu mengurangi komunitas padang lamun adalah Desa
tenaga gelombang dan arus, menyaring Suli.
sedimen yang terlarut dalam air dan Desa Suli merupakan salah satu
menstabilkan dasar sedimen (Kiswara dan desa di kecamatan Salahutu Kabupaten
Winardi, 1999). Lamun memiliki sistem Maluku Tengah, yang terletak di pesisir
perakaran yang kuat dan dapat mengikat pantai. Perairan pantai Desa Suli
sedimen sehingga dapat berfungsi sebagai berhadapan dengan selat yang
penangkap sedimen dan unsur hara, memisahkan antara Pulau Haruku dan
pencegah erosi dan pelindung pantai. Pulau Seram. Hal ini menyebabkan
Lamun yang telah mati, serasahnya perairan pantai Desa Suli mendapat
merupakan sumber nutrient bagi pengaruh langsung dari laut Seram yang
organisme bentik yang hidup disekitar masuk melalui selat tersebut, sehingga
substratnya. (Wood et al dalam Yauw memungkinkannya mendapat pengaruh
2001). arus pasang surut yang cukup intensif.
Hutomo (1997), mengemukakan Walaupun demikian, dengan bentuk
bahwa walaupun beberapa kerja sama adaptasi morfologi lamun berupa bentuk
penelitian tentang lamun antara Indonesia perakarannya yang tertanam dan
dengan negara lain telah dilaksanakan, merambat pada substrat dasar perairan,
namun kajian tentang komunitas lamun di dan didukung dengan tipe substrat dasar
wilayah perairan pantai Indonesia tetap perairan yang didominasi oleh substrat
masih kurang memadai jika mengingat pasir berlumpur dan karbonat,
bahwa Indonesia memiliki padang lamun menyebabkan komunitas lamun dapat
yang luasnya beribu-ribu meter persegi. tumbuh dengan baik pada perairan
Sebaran geografi lamun dalam skala tersebut Penelitian ini dilakukan untuk
makro telah diketahui namun masih mengetahui hubungan faktor fisik kimia
banyak yang belum terinventarisasi lingkungan dengan keanekaragama lamun
termasuk kajian tentang keragaman lamun (Seagrass) di perairan pantai desa Suli”.
dan hubungannya dengan faktor fisik

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 3


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

METODE PENELITIAN antar transek adalah 20 m. Jumlah garis


1. Tempat dan Waktu Penelitian transek yang digunakan pada penelitian
Lokasi penelitian pada perairan ini adalah 10 transek pada masing-masing
pantai Desa Suli. Pencuplikan data stasiun. Petak cuplikan dibuat dengan
dilakukan pada zona intertidal (stasiun I) ukuran 1x1 m2 dan diletakan sejajar
dan zona subtidal (stasiun II) seluas dengan garis transek. Jumlah petak
20.000 m2 dari keseluruhan luasan padang cuplikan pada setiap transek sebanyak 5
lamun di perairan pantai Desa Suli buah dengan jarak antar petak cuplikan
±600.000 m2. Penelitian telah dilakukan adalah 10 m. Dengan demikian jumlah
pada bulan Januari - Pebruari 2014. petak cuplikan pada masing- masing
Penelitian ini merupakan penelitian stasiun sebanyak 50 buah. Data yang
deskriptif untuk mengungkapkan dicuplik adalah data biotis (jenis-jenis
informasi tentang hubungan faktor fisik lamun dan indeks keanekaragaman lamun)
kimia lingkungan dengan keanekaragama 3. Analisis Data
lamun (Seagrass) di perairan pantai Desa Untuk mengetahui indeks
Suli keanekaragaman lamun maka data biotis
2. Teknik Pencuplikan Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk
Pencuplikan data lamun dilakukan dengan menentukan: indeks keanekaragaman
metode transek linier kuadrat dengan jenis lamun di perairan pantai Desa Suli
menggunakan petak cuplikan berukuran 1 dengan rumus Shannon – Wiener sebagai
x 1 m2. Garis transek dibuat pada setiap berikut.
stasiun pengamatan dengan panjang 50 m.
Garis transek diletakan secara vertikal dari
garis pantai menuju laut, dimana jarak
ni
’ =  Pi ln Pi dimana Pi=
N
(Sumber: Ludwig and Reynolds, 1988)
Keterangan: Pi : Kelimpahan relatif
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon  : Jumlah spesies individu
ni : Jumlah individu semua jenis ke-i
N : Jumlah total semua jenis dalam
komunitas

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 4


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

Untuk menentukan hubungan HASIL PENELITIAN


antara faktor fisik-kimia lingkungan 1. Suhu
(suhu, salinitas dan pH air laut) dengan Hasil pengukuran terhadap suhu
keanekaragaman lamun pada perairan air laut pada perairan pantai Desa Suli
pantai Desa Suli maka data dianalisis menunjukkan bahwa suhu air laut pada
dengan jenis analisis regresi, memiliki zona intertidal berkisar antara 28 – 30oC
syarat pengujian, yaitu jenis datanya rasio sedangkan pada zona subtidal berkisar
atau interval, data berdistribusi normal, antara 27 - 28oC. Perbandingan rata-rata
dan varians antar sampel homogen pengukuran suhu pada zona intertidal dan
(Sugiyono, 1999). zona subtidal dapat dilihat pada Gambar
1.
31

30
Rata-rata suhu

29

28

27

26

25
1 2 3 4 5
Interti dal 30 30 29 29 28
Subti dal 28 28 28 27 27

Gambar 1. Profil Suhu Air Laut di Perairan Pantai Desa Suli


2. Salinitas Perbandingan rata-rata pengukuran
Hasil pengukuran salinitas air laut salinitas air laut pada zona intertidal dan
pada zona intertidal menunjukkan kisaran zona subtidal di perairan pantai Desa Suli
antara 29 - 300/00 sedangkan pada zona dapat dilihat pada Gambar 2.
subtidal berkisar antara 32- 330/00.
34
33
Rata-rata salinitas

32
31
30
29
28
27
1 2 3 4 5
Intertidal 29 29 30 30 30
Subtidal 32 32 32 32 33

Gambar 2 Profil Salinitas Air Laut di Perairan Pantai Desa Suli

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 5


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

3. pH transek. Hasi pengukuran pH air laut pada


Parameter kualitas perairan zona intertidal berkisar antara 7 - 7,6
lainnya yang diukur dalam penelitian ini sedangkan pada zona subtidal berkisar
adalah pH yang diukur pada setiap plot antara 7,9-8.
pengamatan diletakan sepanjang garis
8.2
8
7.8
7.6
Rata-rata pH

7.4
7.2 Interti dal
7
Subti dal
6.8
6.6
6.4
1 2 3 4 5
Interti dal 7 7 7.3 7.3 7.6
Subti dal 7.9 7.9 7.9 7.9 8

Gambar 3 Profil pH Air Laut di Perairan Pantai Desa Suli


4. Tingkat Kecerahan. kecerahan pada zona intertidal
Parameter kualitas perairan menunjukkan bahwa tingkat kecerahan air
lainnya yang juga digunakan dalam laut berkisar antara 0,5 - 1 m sedangkan
penelitian ini adalah tingkat kecerahan. pada zona subtidal berkisar antara 1 - 1,6
Tingkat kecerahan diukur dengan m. Perbandingan tingkat kecerahan air
mengetahui tingkat kedalaman air laut laut pada zona intertidal dan zona subtidal
yang dapat dijangkau oleh cahaya pada perairan pantai Desa Suli dapat
matahari. Hasil pengukuran tingkat dilihat pada Gambar 4.
1.8
1.6
Rata-rata kecerahan

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5
Intertidal 0.5 0.5 0.7 0.7 1
Subtidal 1 1 1.3 1.6 1.6

Gambar 4. Profil Tingkat Kecerahan Air Laut di Perairan pantai Desa Suli

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 6


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

5. Indeks Keanekaragaman (diversity ketujuh jenis lamun yang ditemukan dapat


index) Lamun di Perairan Pantai
digolongkan pada 2 famili yaitu
Desa suli.
Potamogetonaceae dan Hydrocharitaceae.
Hasil identifikasi menunjukkan
7 jenis yaitu: Cymodocea serrulata,
bahwa terdapat 7 jenis lamun di peraian
Cymodoceae rotundata, Enhalus
pantai Desa Suli. Jenis-jenis lamun yang
acoroides, Halodule uninervis, Halophila
ditemukan di peraian pantai Desa Suli
ovalis, Thalasia hemprichii, dan
tergolong dalam 6 genus yaitu
Syringodium isoetifolium. Urut-urutan
Cymodocea, Halodule, Syringodium,
taksonomi jenis lamun yang ditemukan di
Enhalus, Thalasia dan Halophila. Jika
peraian pantai Desa Suli disajikan pada
diurutkan pada tingkatan famili maka
Tabel 1.
Tabel 1. Jenis-jenis Lamun pada Zona Intertidal dan zubtidal
King Divisi Kelas Subkelas Famili Genus Spesies
dom
C. rotundata
Cymodocea
Potamogeton C. serulata
aceae Halodule H.uninervis
Plant Anthoph Angiosper Monocotyle
Syringodium S. isoetifolium
ae yta mae donae
Enhalus E. acoroides
Hydrocharita
Thalasia T. hemprichii
ceae
Halophila H. ovalis
Data perhitungan keanekaragaman lamun pada lokasi pengamatan di perairan
pantai desa Suli dapat dilihat pada pada Tabel 2
Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Lamun di Perairan Pantai Desa Suli
Stasiun Indeks Keanekaragaman
I (Zona intertidal) 1,45
II (Zona subtidal) 1,22
Perairan Pantai Desa Suli
1,53

Hasil perhitungan menunjukan bahwa zona intertidal memiliki nilai indeks


keragaman sebesar 1,45 dan zona subtidal memiliki nilai indeks keragaman relatif lebih
rendah sebesar 1,22.

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 7


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

6. Hubungan Antara Faktor Fisika yang linear antara setiap variabel bebas
Kimia (Suhu, Salinitas, dan pH air
dengan variabel terikat sehingga
laut) Lingkungan dengan
Keanekaragaman Lamun (Seagrass) memenuhi asumsi penggunaan analisis
di Perairan Pantai Desa Suli.
regresi berganda. Hasil uji regresi
Berdasarkan hasil uji asumsi berganda selengkapnya dapat dapat dilihat
memperlihatkan bahwa ada hubungan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda
Adjusted R Square
Model R R Square F Change Sig. F Change
R Square Change
1 .766(a) .587 .570 .587 33.742 .000
Predictors: (Constant), Kecerahan air laut, pH air laut, Suhu air laut, Salinitas air laut
Hasil analisis regresi linier Besarnya pengaruh variabel-
berganda yang teringkas pada Tabel 3 variabel bebas secara simultan terhadap
menunjukkan bahwa koefisien korelasi variabel terikat dapat dijelaskan dari
secara simultan variabel suhu air laut, besarnya koefisien determinasi (R Square)
salinitas air laut, pH air laut dan kecerahan sebagaimana yang tertera pada Tabel 3
air laut adalah sebesar R = 0,770 dengan yaitu sebesar 0.587 atau 58,7%. Dengan
tingkat signifikansi koefisien regresi demikian, dapat dijelaskan pula bahwa
sebesar 0,00. Hal ini menggambarkan 58,7% variasi pada keanekaragaman
bahwa terdapat hubungan simultan yang lamun dapat dijelaskan oleh model,
signifikan antara setiap variabel bebas sedangkan sisanya 41,3% merupakan
dengan variabel terikat. Hasil ini pengaruh dari faktor-faktor lainnya yang
memberikan gambaran bahwa model tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
persamaan regresi dapat digunakan untuk Pengujian tingkat signifikansi koefisien
memprediksi keanekaragaman lamun. regresi setiap variabel bebas dilakukan
dengan menggunakan uji T. Ringkasan
hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4.

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 8


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

Tabel 4. Ringkasan Koefisien Regresi setiap Variabel Bebas


Unstandardized Standardized
Model t Sig.
Coefficients Coefficients
B Beta
1 (Constant) -8.064 -3.286 .001
Suhu air laut .155 .344 2.512 .014
Salinitas air laut -.213 -.745 -2.884 .005
pH air laut 1.596 1.531 5.824 .000
Kecerahan air laut -1.196 -1.058 -5.537 .000
Berdasarkan hasil uji regresi yang laut akan diikuti dengan menurunnya
tertera pada Tabel 4, diketahui bahwa keanekaragaman lamun sebesar 0,213.
terdapat hubungan yang signifikan antara Selanjutnya, jika ada penambahan 1
variabel suhu, salinitas, pH, dan kecerahan satuan pada variabel X3 (pH) air laut
dengan keanekaragaman lamun di maka akan diikuti dengan meningkatkan
perairan pantai Desa suli. Selanjutnya keanekaragaman lamun sebesar 1,596 dan
kofisien regresi setiap variabel bebas jika ada peningkatan 1 satuan pada
dimasukan ke dalam persamaan regresi variabel X4 juga akan diiukuti dengan
berganda Y = aX1 +aX2 + aX3 + aX4 + K, menurunnya keanekargaman lamun
dimana a = koofisien regresi variabel sebesar 1,196.
bebas dan k = konstanta. Dengan 7. Sumbangan Relatif dan Sumbangan
Efektif Masing-masing Faktor Fisik
demikian diperoleh persamaan regresi Y =
Kimia Lingkungan terhadap
0,155X1 – 0,213X2 + 1,596X3 – 1,196X4 – Keanekaragaman Lamun di
Perairan Pantai Desa Suli.
8,064. Persamaan regresi ini dapat
diartikan bahwa setiap perubahan 1 satuan Berdasarkan hasil analisis dapat
pada variabel suhu air laut maka diikuti diketahui sumbangan relatif dan efektif
dengan meningkatknya keanekaragaman dari setiap faktor fisik kimia terhadap
lamun sebesar 0,155. Demikian pula keanekaragaman lamun di perairan pantai
dengan variabel salinitas air laut, jika desa Suli. Data ringkasan hasil
terjadi penambahan 1 satuan salinitas air perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan Hasil Analisis Sumbangan Relatif dan Efektif Faktor Fisik Kimia
`Variabel Bebas
No. Sumbangan Suhu Salinitas pH Kecerahan Total
(%) (%) (%) (%)
1. Relatif 27,91 22,27 16,08 33,73 100
2. Efektif 16,38 13,08 9,44 19,80 58,7

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 9


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

Tabel 5 menunjukkan bahwa PEMBAHASAN


sumbangan relatif variabel suhu terhadap 1. Faktor Suhu.
keanekaragaman lamun adalah sebesar Nybaken 1993 mengatakan bahwa
27,91%, variabel salinitas sebesar 22,27%, kisaran suhu optimal bagi jenis lamun
variabel pH sebesar 16,08% dan variabel untuk pertumbuhan adalah 28 - 30 0C,
kecerahan 33,73%. Hasil ini memberikan sedangkan untuk fotosintesis lamun
gambaran bahwa kecerahan merupakan membutuhkan suhu optimum antara 25 –
0
faktor fisik kimia lingkungan yang 35 C dan pada saat cahaya penuh.
memberikan sumbangan relatif terbesar Berdasarkan pernyataan ini, maka hasil
terhadap keanekaragaman lamun. penelitian yang menunjukan bahwa suhu
Sedangkan sumbangan efektif terbesar perairan di semua lokasi pengamatan yang
terhadap keanekaragaman lamun di berkisar antara 27 - 30 0C masih dalam
perairan pantai desa Suli adalah faktor kisaran suhu optimal untuk pertumbuhan
kecerahan air laut dengan nilai sebesar lamun. Hal ini berarti bahwa suhu
19,80%, kemudian diikuti dengan variabel perairan pantai Desa Suli cocok bagi
suhu sebesar 16,38%, variabel salinitas pertumbuhan dan penyebaran lamun.
sebesar 13,08%, sedangkan pH Kinne dalam Amran (2007) bahwa suhu
merupakan faktor fisik kimia lingkungan perairan menentukan kehadiran jenis
yang memberikan sumbangan efektif yang organisme perairan, mempengaruhi
paling rendah yaitu 9,44%. Jika aktivitas pertumbuhan atau bahkan dapat
keseluruhan sumbangan efektif setiap menghambat pertumbuhan yang optimal,
variabel bebas dijumlahkan, maka akan setiap jenis mempunyai batas toleransi
didapatkan hasil yang sejalan dengan yang berbeda-beda terhadap suhu terendah
penerapan SPSS yaitu bahwa model dan tertinggi. Hasil penelitian yang
regresi yang digunakan dapat menjelaskan menunjukkan bahwa terdapat 7 jenis
58,7% dari perubahan keanekaragaman lamun di perairan pantai Desa Suli
lamun di perairan pantai Desa Suli. menggambarkan bahwa jenis-jenis lamun
yang ditemukan memiliki kisaran toleransi
yang sama dengan kondisi lingkungan
pada perarairan pantai Desa suli.

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 10


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

2. Fakor Salinitas Pengukuran salinitas air laut pada


Hasil analisis regresi berganda perairan pantai Desa Suli menunjukkan
yang menunjukkan bahwa koefisien bahwa salinitas air laut berkisar antara 29
regresi variabel salinitas air laut sebesar - - 30‰ pada zona intertidal. Salinitas yang
0,213 dengan tingkat signifikansi sebesar rendah pada zona intertidal disebabkan
0,005. Dengan demikian dapat oleh adanya pengaruh aliran masa air dari
disimpulkan bahwa perubahan tingkat sungai yang ada di sekitar lokasi tersebut.
keanekaragaman lamun dapat diprediksi sedangkan pada zona subtidal, salinitas air
dengan variabel salinitas air laut. Kinne laut berkisar antara 32 - 33‰. Jika
(1963) bahwa efek perubahan salinitas dibandingkan dengan tingkat
dapat mempengaruhi derajat keanekaragaman lamun pada kedua zona,
kelangsungan hidup dan pertumbuhan keanekargaman lamun yang lebih tinggi
organisme yang berada pada suatu tempat terdapat pada zona intertidal dibandingkan
dimana organisme tersebut menetap. Hasil dengan zona subtidal yang relatif lebih
penelitian menunjukkan bahwa semakin rendah. Gambaran ini memperlihatkan
menjauhi garis pantai, salinitas air laut bahwa pada daerah yang salinitas air
akan semakin meningkat, dimana lautnya lebih rendah, keanekaragaman
peningkatan salinitas laut juga diikuti lamun lebih tinggi sedangkan pada daerah
dengan menurunnya keanekaragaman yang salinitas air laut yang lebih tinggi,
lamun. salinitas di laut dipengaruhi oleh tingkat keanekaragaman lamun lebih
berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, rendah.
penguapan, curah hujan dan aliran air Fenomena ini sesuai dengan
sungai. Salinitas bersifat lebih stabil di pendapat Dahuri (1996) yang menyatakan
lautan terbuka, walaupun di beberapa bahwa jenis-jenis lamun memiliki
tempat, salinitas menunjukan adanya toleransi yang berbeda-beda, namun
fluktuasi perubahan. Perairan pantai Desa sebagian besar memilki kisaran yang lebar
Suli merupakan tipe pantai tertutup yang yaitu 10 - 4‰. Hilman et al dalam Zulkifli
berhadapan langsung dengan Laut Banda (2003) mengatakan bahwa pertumbuhan
sehingga sering mendapat pengaruh lamun membutuhkan salinitas optimum
faktor-faktor lingkungan. berkisar 24 - 30‰ sedangkan untuk fase

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 11


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

pembungaan kisaran salinitas yang baik pada perairan pantai Desa Suli yang
adalah antara 28 - 32‰ (Marmelstein et al berkisar antara 7 - 8 masih dalam kisaran
dalam Zulkifli 2003). Berdasarkan pH optimal untuk pertumbuhan lamun.
pernyataan ini, maka hasil penelitian yang Hasil analisis regresi menunjukkan
menunjukan bahwa salinitas perairan di bahwa koefisien regresi pH air laut adalah
lokasi pengamatan yang berkisar antara 27 signifikan dan dapat digunakan untuk
- 30‰ masih dalam kisaran salinitas yang memprediksi perubahan tingkat
optimal untuk pertumbuhan lamun. Hal ini kemerataan lamun di perairan pantai Desa
berarti salinitas perairan pantai Desa Suli Suli. Derajat keasamaan atau pH
cocok bagi pertumbuhan dan penyebaran merupakan parameter kimia yang
lamun. menunjukkan konsentrasi ion hidrogen
3. Faktor pH pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen
Hasil analisis regresi berganda tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang terjadi di lingkungan perairan.
yang signifikan antara pH dan Menurut Philips dan Menez (1988)
keanekaragaman lamun di perairan pantai kisaran normal pH air laut adalah 7,8 -
Desa Suli, dan dapat digunakan untuk 8,2. Dijelaskan lebih lanjut bahwa derajat
memprediksi perubahan pada variabel keasaman (pH) perairan sangat
keanekaragaman lamun. Hasil penelitian dipengaruhi oleh dekomposisi tanah dan
ini juga menunjukkan bahwa semakin dasar perairan serta keadaan lingkungan
menjauhi garis pantai pH air laut akan sekitarnya. Selain hubungannya dengan
semakin meningkat dan peningkatan pH kemerataan, analisis juga dilakukan untuk
air laut diikuti dengan menurunnya tingkat melihat hubungan pH dengan indeks
keanekaragaman lamun. Menurut Philips kekayaan lamun. Hasil analisis
dan Menez dalam Zulkifli (2003) nilai memperlihatkan menunjukkan bahwa
derajat keasaman (pH) optimum untuk koefisien regresi variabel pH adalah
pertumbuhan lamun adalah berkisar 7,3 - signifikan dan dapat digunakan untuk
9,0.. Berdasarkan pernyataan ini, maka memprediksi kekayaan lamun. Dengan
hasil penelitian yang menunjukan bahwa demikian dapat disimpulkan bahwa pH
pH perairan di semua lokasi pengamatan merupakan faktor pembatas bagi

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 12


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

penyebaran lamun pada perairan pantai setiap individu lamun. Hasil penelitian ini
Desa Suli. menunjukkan bahwa tingkat kecerahan air
4. Tingkat Kecerahan laut pada plot-plot di kedalaman yang
Hasil analisis regresi berganda lebih dangkal akan lebih rendah jika
juga menunjukkan bahwa signifikansi dibandingkan dengan plot-plot yang
koefisien regresi variabel tingkat diletakan pada kedalaman air laut yang
kecerahan adalah bermakna pada taraf lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena
signifikansi 0,05 sehingga dapat adanya kekeruhan yang diakibatkan oleh
digunakan untuk memprediksi perubahan suspensi sedimen dapat menghambat
tingkat keanekeragaman lamun di perairan penetrasi cahaya. Dijelaskan oleh Hilman
pantai Desa Suli. Supriharyono (2007) et.al dalam Zulikifly (2003) bahwa untuk
menyatakan bahwa penetrasi cahaya perairan dangkal, lamun terhambat pada
matahari atau kecerahan adalah penting level 150-250nol/m2/det, dan yang hidup
bagi tumbuhan lamun. Lebih lanjut di perairan dalam terhambat pada level
dijelaskan bahwa tumbuhan lamun kurang dari nol/m2/det.
biasanya tumbuh di laut yang sangat Hal ini menggambarkan status dari
dangkal karena membutuhkan cahaya perairan ini masih cukup baik, artinya ada
yang sangat banyak untuk tekanan ekologis dari aktivitas masyarakat
mempertahankan populasinya. Randal pesisir di sekitar padang lamun namun
dalam Supriharyono (2007) volumenya rendah dan belum terlalu
mengemukakan bahwa Thalassia berbahaya bagi kelangsungan ekosistem
testudium dapat tumbuh hingga mencapai padang lamun di perairan pantai Desa
kedalaman 13 m, sedangkan Cymodocea Suli. Meskipun demikian aktivitas
monatorium dapat tumbuh hingga masyarakat untuk mengeksploitasi
kedalaman 22 m tetapi pada umumnya sumbedaya di padang lamun harus
kedalaman maksimum bagi pertumbuhan dibatasi karena secara perlahan-lahan akan
lamun adalah 10 m (Dawes, 1981). mengancam kelestarian padang lamun dan
Perbedaan kemampuan lamun sumberdaya yang ada di dalamnya.
untuk tumbuh pada kedalaman yang
berbeda disebabkan oleh saturasi cahaya KESIMPULAN

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 13


Jurnal Biology Science & Education 2014 Prelly, m. J. tuapattinaya

1. Tingkat keanekaragaman lamun di abudance. Second Edition. Harper


and Row Publisher. New York
perairan pantai Desa Suli tergolong
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati
sedang. Pada zona intertidal ideks Laut Aset Pembangunan
Berkelanjutan. Gramedia Pustaka
keanekaragaman sebesar 1,45
Utama. Jakarta.
sedangkan pada zona subtidal indeks Heddy, S. 1994. Prinsisp-prinsip Dasar
Ekologi. Penebar Swadaya.
keanekaragamannya lebih rendah
Jakarta:
sebesar 1,22. Kondisi faktor fisik Hutomo, M. 1985, Peranan lamun di
Lingkungan Laut Dangkal, Oseana
kimia lingkungan (suhu berkisar
Vol.XII.
antara 27 – 30 0C, salinitas berkisar Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi
Aksara. Jakarta
antara 29 - 330/00, pH berkisar antara 7
Kartawinata, K. 1992. Konservasi
- 8,4 dan tingkat kecerahan air laut 0,5 sumberdaya Tanah dan Air.
Kalam Mulia. Jakarta:
– 6 m) di perairan pantai Desa Suli
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu
cukup mendukung pertumbuhan dan Pendekatan Ekologis. Gramedia.
Jakarta
penyebaran lamun serta biota yang ada
Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi.
di dalamnya. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta:
2. Berdasarkan hasil ANAREG linear
Phillips, R.C. & Menez, 1988. Seagrass.
berganda terdapat hubungan yang Institutions Press. Washington D.C
Mith Sonian.
signifikan secara simultan antara fakor
Sheppard, C., A. Price. & C. Roberts
fisik kimia lingkungan (suhu, salinitas, 1996. Marine ecology of the
Arabian Region. Patterns and
pH dan tingkat kecerahan air laut)
processes in extreme tropical
dengan keanekaragaman lamun di environment. Academic Press,
Harcourt Brace Johanovich,
perairan pantai Desa Suli. Faktor fisik
Publisher. London
kimia lingkungan perairan yang Short, F. & P. Pergent-Mantini. 2001.
Global Seagrass Disstribution In
memberikan sumbangan effektif
Global Seagrass Research
tertinggi terhadap keanekaragaman Methods, edited by F.T. Short and
R. G. Elsevier Science B. V.
lamun adalah faktor kecerahan air laut.
Zulkifli, E. 2000. Sebaran Spasial
Komunitas Periton dan
DAFTAR PUSTAKA Asosiasinya dengan Lamun di
Krebs, C.J. 1989. Ecology of experimental perairan Teluk Pandan Selatan.
analysis of distribution and Tesis. Tidak Diterbitkan IPB.
Bogor

BIOLOGI SEL (vol 3 no 1 edisi jan-jun 2014 issn 2252-858x) Page 14

Anda mungkin juga menyukai