tuapattinaya
ABSTRAK
The area defined as the location of the data capture is the coastal waters of
Central Maluku district Suli Village, in the intertidal zone (station I) and
subtidal zone (station II). Sampling is done by using the transek method.
Results of the study indicate that seagrass found in Suli Village coastal waters
as much as 7 types. Index of diversity of intertidal zone of seagrass at 1.45
and subtidal zones amounted to 1.22. Condition of physical chemistry
environmental factors (temperature ranging between 27-30 0C, salinity ranges
between 29-330/00, pH range between 7 - 8.4 and level brightness of the sea
water 0.5-6 m). ANAREG multiple linear results found a significant
relationship between simultaneous physical chemistry factor environment
(temperature, salinity, pH and the degree of brightness of the sea water) with
diversity, seagrass in Suli village in coastal waters. Physical-chemical factors
Padang lamun adalah ekosistem oleh lamun yaitu mulai dari lumpur
pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sampai batu granitik. Namun pada daerah
sebagai vegetasi yang dominan. Lamun dimana terjadi bioturbasi yang tinggi
(Seagrass) adalah kelompok tumbuhan akibat aktivitas organisme bentik seperti
berbunga (angiospermae) yang berbiji udang, moluska dan cacing, kerapatan
tertutup (Angiospermae), berkeping populasi lamun dan spesies pioneer
tunggal (monokotil) dan mempunyai akar cenderung berkurang bila dibandingkan
rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi dengan padang lamun yang tumbuh di
sangat berbeda dengan rumput laut sediment karbonat yang berasal dari
(Azkab 1999). Lamun mampu hidup patahan terumbu karang. Syarat lainnya
secara permanen di bawah permukaan air untuk pertumbuhan lamuan adalah adanya
laut (Sheppard et all, 1996). Komunitas sirkulasi air yang membawa bahan
lamun berada di antara batas terendah nutrient dan substrat serta membawa pergi
daerah pasang surut sampai pada sisa-sisa metabolisme. Dibeberapa daerah,
kedalaman 8-15 meter dan 40 meter, padang lamun tidak dapat berkembang
sepanjang dapat dijangkau oleh cahaya dengan baik karena tidak terlindung pada
matahari (Den Hartog, 1970 dalam Dahuri saat air surut dan juga membutuhkan
2003). Padang lamun yang dijumpai di intensitas cahaya yang cukup tinggi, maka
alam sering berasosiasi dengan flora dan padang lamun tidak dapat tumbuh pada
fauna akuatik lainnya seperti: algae, perairan yang dalam, kecuali perairan
moluska, ecinodermata, dan berbagai jenis sangat jernih dan transparan (Ertfemeijer,
ikan. 1993 dalam Dahuri 2003)
Persyaratan dasar habitat padang Padang lamun memiliki peranan
lamun adalah perairan dangkal, memiliki ekologis yang sangat penting, yaitu
substrat yang lunak dan perairan yang sebagai tempat asuhan, tempat berlindung,
cerah. Hampir semua tipe substart didiami tempat mencari makan, tempat tinggal
atau tempat migrasi berbagai jenis hewan. kimia lingkungan. Salah satu perairan
Komunitas lamun secara fisik di perairan pantai di Maluku yang memiliki
laut dangkal membantu mengurangi komunitas padang lamun adalah Desa
tenaga gelombang dan arus, menyaring Suli.
sedimen yang terlarut dalam air dan Desa Suli merupakan salah satu
menstabilkan dasar sedimen (Kiswara dan desa di kecamatan Salahutu Kabupaten
Winardi, 1999). Lamun memiliki sistem Maluku Tengah, yang terletak di pesisir
perakaran yang kuat dan dapat mengikat pantai. Perairan pantai Desa Suli
sedimen sehingga dapat berfungsi sebagai berhadapan dengan selat yang
penangkap sedimen dan unsur hara, memisahkan antara Pulau Haruku dan
pencegah erosi dan pelindung pantai. Pulau Seram. Hal ini menyebabkan
Lamun yang telah mati, serasahnya perairan pantai Desa Suli mendapat
merupakan sumber nutrient bagi pengaruh langsung dari laut Seram yang
organisme bentik yang hidup disekitar masuk melalui selat tersebut, sehingga
substratnya. (Wood et al dalam Yauw memungkinkannya mendapat pengaruh
2001). arus pasang surut yang cukup intensif.
Hutomo (1997), mengemukakan Walaupun demikian, dengan bentuk
bahwa walaupun beberapa kerja sama adaptasi morfologi lamun berupa bentuk
penelitian tentang lamun antara Indonesia perakarannya yang tertanam dan
dengan negara lain telah dilaksanakan, merambat pada substrat dasar perairan,
namun kajian tentang komunitas lamun di dan didukung dengan tipe substrat dasar
wilayah perairan pantai Indonesia tetap perairan yang didominasi oleh substrat
masih kurang memadai jika mengingat pasir berlumpur dan karbonat,
bahwa Indonesia memiliki padang lamun menyebabkan komunitas lamun dapat
yang luasnya beribu-ribu meter persegi. tumbuh dengan baik pada perairan
Sebaran geografi lamun dalam skala tersebut Penelitian ini dilakukan untuk
makro telah diketahui namun masih mengetahui hubungan faktor fisik kimia
banyak yang belum terinventarisasi lingkungan dengan keanekaragama lamun
termasuk kajian tentang keragaman lamun (Seagrass) di perairan pantai desa Suli”.
dan hubungannya dengan faktor fisik
30
Rata-rata suhu
29
28
27
26
25
1 2 3 4 5
Interti dal 30 30 29 29 28
Subti dal 28 28 28 27 27
32
31
30
29
28
27
1 2 3 4 5
Intertidal 29 29 30 30 30
Subtidal 32 32 32 32 33
7.4
7.2 Interti dal
7
Subti dal
6.8
6.6
6.4
1 2 3 4 5
Interti dal 7 7 7.3 7.3 7.6
Subti dal 7.9 7.9 7.9 7.9 8
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5
Intertidal 0.5 0.5 0.7 0.7 1
Subtidal 1 1 1.3 1.6 1.6
Gambar 4. Profil Tingkat Kecerahan Air Laut di Perairan pantai Desa Suli
6. Hubungan Antara Faktor Fisika yang linear antara setiap variabel bebas
Kimia (Suhu, Salinitas, dan pH air
dengan variabel terikat sehingga
laut) Lingkungan dengan
Keanekaragaman Lamun (Seagrass) memenuhi asumsi penggunaan analisis
di Perairan Pantai Desa Suli.
regresi berganda. Hasil uji regresi
Berdasarkan hasil uji asumsi berganda selengkapnya dapat dapat dilihat
memperlihatkan bahwa ada hubungan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisa Regresi Linier Berganda
Adjusted R Square
Model R R Square F Change Sig. F Change
R Square Change
1 .766(a) .587 .570 .587 33.742 .000
Predictors: (Constant), Kecerahan air laut, pH air laut, Suhu air laut, Salinitas air laut
Hasil analisis regresi linier Besarnya pengaruh variabel-
berganda yang teringkas pada Tabel 3 variabel bebas secara simultan terhadap
menunjukkan bahwa koefisien korelasi variabel terikat dapat dijelaskan dari
secara simultan variabel suhu air laut, besarnya koefisien determinasi (R Square)
salinitas air laut, pH air laut dan kecerahan sebagaimana yang tertera pada Tabel 3
air laut adalah sebesar R = 0,770 dengan yaitu sebesar 0.587 atau 58,7%. Dengan
tingkat signifikansi koefisien regresi demikian, dapat dijelaskan pula bahwa
sebesar 0,00. Hal ini menggambarkan 58,7% variasi pada keanekaragaman
bahwa terdapat hubungan simultan yang lamun dapat dijelaskan oleh model,
signifikan antara setiap variabel bebas sedangkan sisanya 41,3% merupakan
dengan variabel terikat. Hasil ini pengaruh dari faktor-faktor lainnya yang
memberikan gambaran bahwa model tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.
persamaan regresi dapat digunakan untuk Pengujian tingkat signifikansi koefisien
memprediksi keanekaragaman lamun. regresi setiap variabel bebas dilakukan
dengan menggunakan uji T. Ringkasan
hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4.
pembungaan kisaran salinitas yang baik pada perairan pantai Desa Suli yang
adalah antara 28 - 32‰ (Marmelstein et al berkisar antara 7 - 8 masih dalam kisaran
dalam Zulkifli 2003). Berdasarkan pH optimal untuk pertumbuhan lamun.
pernyataan ini, maka hasil penelitian yang Hasil analisis regresi menunjukkan
menunjukan bahwa salinitas perairan di bahwa koefisien regresi pH air laut adalah
lokasi pengamatan yang berkisar antara 27 signifikan dan dapat digunakan untuk
- 30‰ masih dalam kisaran salinitas yang memprediksi perubahan tingkat
optimal untuk pertumbuhan lamun. Hal ini kemerataan lamun di perairan pantai Desa
berarti salinitas perairan pantai Desa Suli Suli. Derajat keasamaan atau pH
cocok bagi pertumbuhan dan penyebaran merupakan parameter kimia yang
lamun. menunjukkan konsentrasi ion hidrogen
3. Faktor pH pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen
Hasil analisis regresi berganda tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang terjadi di lingkungan perairan.
yang signifikan antara pH dan Menurut Philips dan Menez (1988)
keanekaragaman lamun di perairan pantai kisaran normal pH air laut adalah 7,8 -
Desa Suli, dan dapat digunakan untuk 8,2. Dijelaskan lebih lanjut bahwa derajat
memprediksi perubahan pada variabel keasaman (pH) perairan sangat
keanekaragaman lamun. Hasil penelitian dipengaruhi oleh dekomposisi tanah dan
ini juga menunjukkan bahwa semakin dasar perairan serta keadaan lingkungan
menjauhi garis pantai pH air laut akan sekitarnya. Selain hubungannya dengan
semakin meningkat dan peningkatan pH kemerataan, analisis juga dilakukan untuk
air laut diikuti dengan menurunnya tingkat melihat hubungan pH dengan indeks
keanekaragaman lamun. Menurut Philips kekayaan lamun. Hasil analisis
dan Menez dalam Zulkifli (2003) nilai memperlihatkan menunjukkan bahwa
derajat keasaman (pH) optimum untuk koefisien regresi variabel pH adalah
pertumbuhan lamun adalah berkisar 7,3 - signifikan dan dapat digunakan untuk
9,0.. Berdasarkan pernyataan ini, maka memprediksi kekayaan lamun. Dengan
hasil penelitian yang menunjukan bahwa demikian dapat disimpulkan bahwa pH
pH perairan di semua lokasi pengamatan merupakan faktor pembatas bagi
penyebaran lamun pada perairan pantai setiap individu lamun. Hasil penelitian ini
Desa Suli. menunjukkan bahwa tingkat kecerahan air
4. Tingkat Kecerahan laut pada plot-plot di kedalaman yang
Hasil analisis regresi berganda lebih dangkal akan lebih rendah jika
juga menunjukkan bahwa signifikansi dibandingkan dengan plot-plot yang
koefisien regresi variabel tingkat diletakan pada kedalaman air laut yang
kecerahan adalah bermakna pada taraf lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena
signifikansi 0,05 sehingga dapat adanya kekeruhan yang diakibatkan oleh
digunakan untuk memprediksi perubahan suspensi sedimen dapat menghambat
tingkat keanekeragaman lamun di perairan penetrasi cahaya. Dijelaskan oleh Hilman
pantai Desa Suli. Supriharyono (2007) et.al dalam Zulikifly (2003) bahwa untuk
menyatakan bahwa penetrasi cahaya perairan dangkal, lamun terhambat pada
matahari atau kecerahan adalah penting level 150-250nol/m2/det, dan yang hidup
bagi tumbuhan lamun. Lebih lanjut di perairan dalam terhambat pada level
dijelaskan bahwa tumbuhan lamun kurang dari nol/m2/det.
biasanya tumbuh di laut yang sangat Hal ini menggambarkan status dari
dangkal karena membutuhkan cahaya perairan ini masih cukup baik, artinya ada
yang sangat banyak untuk tekanan ekologis dari aktivitas masyarakat
mempertahankan populasinya. Randal pesisir di sekitar padang lamun namun
dalam Supriharyono (2007) volumenya rendah dan belum terlalu
mengemukakan bahwa Thalassia berbahaya bagi kelangsungan ekosistem
testudium dapat tumbuh hingga mencapai padang lamun di perairan pantai Desa
kedalaman 13 m, sedangkan Cymodocea Suli. Meskipun demikian aktivitas
monatorium dapat tumbuh hingga masyarakat untuk mengeksploitasi
kedalaman 22 m tetapi pada umumnya sumbedaya di padang lamun harus
kedalaman maksimum bagi pertumbuhan dibatasi karena secara perlahan-lahan akan
lamun adalah 10 m (Dawes, 1981). mengancam kelestarian padang lamun dan
Perbedaan kemampuan lamun sumberdaya yang ada di dalamnya.
untuk tumbuh pada kedalaman yang
berbeda disebabkan oleh saturasi cahaya KESIMPULAN