NPM: 10070219028
BAB 4
PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFA AL_RASYIDIN
A. Pendahuluan
Khulafaur Rashidun (l) atau Khalifah al-Rasyidin adalah empat khalifah (pemimpin)
Islam pertama yang diyakini umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad SAW. mati. Keempat orang ini adalah sahabat dekat Nabi Muhammad SAW.
yang tercatat paling dekat dan paling terkenal dalam membela ajaran yang dibawanya
pada masa kerasulan Muhammad SAW. Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, para tokoh
Islam segera bermusyawarah untuk mencari pengganti Nabi Muhammad SAW. Empat
khalifah pertama (pemimpin) Islam yang diyakini oleh umat Islam sebagai penerus
kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Muhammad. Para sahabat yang disebut Khulafaur
Rasyidin terdiri dari empat khalifah, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka terdiri dari para sahabat Nabi
Muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh
Khulafaur Rashidin sebagai berikut:
1. Arif dan bijaksana
2. Pengetahuan yang luas dan mendalam
3. Berani bertindak
4. Berkemauan yang keras
5. Kompeten
6. Kasih sayang dan cinta
7. Memiliki ilmu agama yang sangat luas dan menerapkan hukum-hukum Islam.
Selain mampu menciptakan tatanan pemerintahan yang ideal, masa Khulaf al-
Rasyidin terkenal dengan kemampuannya mengalahkan dua kerajaan besar sebelumnya,
yaitu Persia dan Roma. Setiap khalifah memiliki kekhasan dalam memerintah umat Islam.
Mereka berusaha keras untuk melanjutkan misi Nabi. ke seluruh dunia.
B. Masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
Abu Bakar menerima posisi Khalifah pada suatu waktu dalam sejarah Islam dalam
keadaan krisis dan darurat. Pada saat setelah wafatnya Rasulullah SAW dan Rasulullah
belum dimakamkan, para sahabat berkumpul untuk berdiskusi di balai Bani Sa'idah,
untuk menentukan penerus kepemimpinan Rasulullah. Dalam musyawarah itu ada dua
kelompok besar Anshor dan Muhajirin yang saling berselisih. Abu Bakar berbicara di
depan para sahabat yang ada di sana dengan hadits Nabi: al-Aimmatu min Quraiys
(kepemimpinan dalam Islam berasal dari orang Quraisy). Akhirnya, Abu Bakar terpilih
sebagai Khalifah ar-Rasul (pengganti Rasul) (Ira M. Lapidus, 1999: 55-68). Abu Bakar
tidak hanya dikatakan sebagai khalifah, tetapi juga sebagai penyelamat Islam dari
kehancuran karena ia telah berhasil memulihkan umat Islam yang telah bercerai setelah
kematian Nabi. Selain itu, ia juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam. Abu
Bakar, nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tamimi. Dijuluki Abu
Bakar karena orang paling awal memeluk Islam. Ia mendapatkan gelar Ash Shiddiq
karena ia langsung menghalalkan Nabi dalam berbagai acara, terutama Isra' dan Mi'raj.
Dikarenakan seringkali menggantikan Rasulullah disaat berhalangan, maka Rasulullah
mempercayainya untuk menangani tugas-tugas keagamaan dan mengurusi berbagai
persoalan actual di Madinah.
1. Menyusun Mushaf Al-Quran
Bentuk peradaban terbesar dan paling luar biasa dan salah satu karya besar yang
dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah kompilasi Al-Qur'an. Abu Bakar
Ash-Shiddiq memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menyusun Al-Qur'an dari pelepah
kurma, kulit binatang, dan dari hafalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan sebagai upaya
untuk menjaga kelestarian Al-Qur'an pasca syahidnya beberapa penghafal Al-Qur'an
dalam perang Yamamah. Umarlah yang pertama kali mengusulkan pertemuan ini. Sejak
itu, Al-Qur'an telah dikumpulkan dalam satu mushaf. Pemerintahan Abu Bakar di bidang
organisasi sosial ekonomi adalah untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial
masyarakat. Untuk kemaslahatan umat ini, ia mengelola zakat, infaq, dan sedekah dari
kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan dari rampasan perang dan jizyah
dari warga non-muslim, sebagai sumber pendapatan dari baitul mal. Adapun beberapa
kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut tentang agama antara lain:
A. Memerangi Nabi palsu, orang-orang murtad (Riddah) dan tidak membayar zakat.
Kontradiksi tersebut adalah munculnya orang yang mengaku sebagai nabi, seperti
Musaimah Al-Kazzab dari Bani Hanifah di Yamamah, Sajah dari Bani Tamim, Al
Aswad al- Ansi dari Yaman dan Thulaihah bin Khuwailid dari Bani Asad, serta
beberapa pemberontakan dari beberapa suku
B. Pengumpulan Al-Qur’an
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur'an yang tewas. Karena itu
Abu Bakar membuat suatu "kumpulan" Al-Qur'an dan menugaskan Zaid ibn Tsabit
karena beliau paling bagus Hafalannya.
C. Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi
materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi mater pendidikan Islam terdiri dari
pendidikan tauhid/keimanan, ibadah, akhlak, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut
Ahmad Syalabi (2003 102-104) lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut
dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid.
Asama Hasan Fahmi (1979: 30), mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-
orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah
Madinah. Adapun beberapa kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan yang diuraikan sebagai berikut:
a. Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah.
b. Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan
eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara
stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima yang ditunjuk adalah
Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin 'Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-
lain.
c. Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan selama masa
pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk
dipecahkan.
d. Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat
dari zakat, infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut
digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan ummat sesuai dengan
aturan yang ada. Islam pada hakikatnya adalah dakwah agama, artinya agama yang
harus dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah
Islam, yaitu dengan dakwah dan perang. Setelah dapat memperbaiki keamanan
Jazirah Arabia, Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri. Pada tahap
pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan Persia. Pada bulan Muharram tahun
12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Perang ini dalam sejarah
Islam disebut dengan Mauqi'ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar menaklukkan Kerajaan Romawi dengan masing-masing
kelompok dipimpin seorang panglima dengan menundukkan daerah yang telah
ditentukan. Keempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut.
a) Abu Ubaidah bin Jarrah simpan di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
b) Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
c) Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menundukkan Tabuk dan Yordania.
d) Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah
Selatan.
C. Masa Khalifah Umar bin Khattab
Umar bin Al-Khattab yang memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nufail bin
Abd Al Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin 'adi bin Ka'ab bin Lu'ay
adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar bin Khattab
dilahirkan di Mekah pada 513 H dan keturunan suku Quraisy yang terpandang dan baik.
Umar masuk Islam pada tahun kelima setelah kenabian. Dengan memilih dan membai'at
Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah sehingga beliau mendapat penghormatan yang
tinggi dan dimintai nasihatnya serta menjadi tangan kanan khalifah yang baru itu.
Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk Umar bin Khaththab menjadi
penerusnya.(Hassan Ibrahim Hasan, 1989: 38). Masa pemerintahan Umar bin Khatab
berlangsung selama 10 tahun 6 bulan, yaitu dari tahun 13 H/634M sampai tahun 23 H/644
M. Beliau wafat pada usia 64 tahun. Selama masa pemerintahannya oleh Khalifah Umar
dimanfaatkan untuk menyebarkan ajaran Islam dan kekuasaan ke semenanjung Arab
(Samsul, 2010: 65).
Ia meninggal pada tahun 644 M karena ditikam oleh Fairuz (Abu Lukluk), budak
Mughirah bin Abu Sufyan dari perang Nahrawain yang sebelumnya adalah bangsawan
Persia. Menurut Suaib alasan pembunuhan politik pertama kali dalam sejarah Islam
adalah adanya rasa syu'ubiyah (fanatisme suku) yang berlebihan pada bangsa Persia
dalam dirinya. Sebelum meninggal, Umar mengangkat Dewan Presidium untuk memilih
Khalifah pengganti dari salah satu anggotanya. Mereka adalah Utsman, Ali, Thalhah,
Zubair, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf. Sedangkan anaknya (Abdullah
bin Umar), ikut dalam dewan tersebut, tapi tidak dapat dipilih, hanya memberikan
pendapat saja. Akhirnya, Usmanlah yang terpilih setelah terjadi kemajuan yang menarik
antar anggotanya. Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik sebagai negarawan
yang bijaksana, maupun sebagai Mujtahid yang ahli dalam membangun Negara besar
yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan persaudaraan yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Umar melakukan banyak reformasi secara
administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem
administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638 Masehi, ia
memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekah dan Masjid
Nabawi di Madinah.
Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa khalifah Umar bin Khattab,
yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu pengetahuan, sosial, seni, dan agama.
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah,
Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Umar membentuk lembaga
pengadilan, dimana kekuasaan seorang hakim terlepas dari pengaruh pemerintahan
(eksekutif). Adapun hakim yang ditunjuk oleh Umar seorang yang memiliki reputasi baik
dan memiliki integritas yang baik dari keperibadian yang luhur Zaid ibn Tsabit ditetapkan
sebagai Qadhi Madina Ka'bah ibn Sur al-Azdi sebagai Qadhi Basrah, Ubadah ibn Shamit
sebaga Qadhi Palestina, Abdullah ibn Mas'ud sebagai Qadhi kuffah. Pada masa Umar ibn
Khattab juga mulai berkembang suatu lembaga formal yang disebut lembaga penerangan
dan pembinaan hukum Islam. Di masa itu juga terbentuknya sistem atau badan
kemiliteran. Lalu umar mencanangkan administrasi /tata negara, yaitu dengan susunan
kekuasaan sebagai berikut:
1. Khalifah (Amiril Mukminin), Berkedudukan di ibu kota Madinah yang memiliki
otoritas kekuasaan.
2. Wali (Gubernur), Berkedudukan di ibu kota Propinsi yang memiliki kekuasaan atas
seluruh wilayah Provinsi.
3. Tugas pokok pejabat, mulai dari khalifah, wali beserta bawahannya bertanggung
jawab atas maju mundurnya Agama Islam dan Negara. Disamping itu mereka juga
sebagai imam shalat lima waktu di masjid.
4. Membentuk dewan-dewan Negara, Guna menertibkan jalannya administrasi
pemerintahan, yang bertugas mengatur dan menyimpan uang serta mengatur
pemasukan dan pengeluaran uang negara, termasuk juga mencetak mata uang Negara.
5. Dewan tentara, Bertugas mengatur ketertiban tentara, termasuk memberi gaji,
seragam/atribut, mengusahakan senjata dan membentuk pasukan penjaga tapal batas
wilayahnegara.
6. Dewan pembentuk Undang-undang, Bertugas membuat Undang-undang dan
peraturan yang mengatur toko-toko, pasar, mengawasi timbangan, takaran, dan
mengatur pos informasi dan komunikasi.
7. Dewan kehakiman, Bertugas dan menjaga dan menjamin keadilan, agar tidak ada
orang yang melakukan sewenang-wenang terhadap orang lain. Hakim yang termashur
adalah Ali bin Abi Thalib.
8. Perkembangan Ekonomi, pada masa ini juga mulai diatur dan ditertibkan sistem
pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan
lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan
ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum.
Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijriah.
Dan menghapuskan zakat bagi para Mu'allaf
Perkembangan pengetahuan pada masa khalifah Umar bin Khattab, sahabat sahabat
yang sangat berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari
khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,
khalifah Umar bin Khattab menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar serta
mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka
mengukur mengajarkan isi al-Qur'an dan ajaran Islam lainnya seperti fiqih kepada
penduduk yang baru masuk Islam. Meluasnya kekuasaan Islam, yang mendorong
kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena mereka yang baru menganut agama
Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari
Nabi.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah
membaca dan menulis al-Qur'an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama
islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khattab ini lebih maju dibandingkan dengan
sebelumnya. Sistem Sosial pada masa Khalifah Umar bin Khattab, melindungi penduduk
yang berbeda agama (ahli al-dzimmah), yaitu penduduk yang memeluk agama selain
Islam dan berdiam di wilayah kekuasaan Islam. Ahli al-dzimmah terdiri dari pemeluk
Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Dengan membuat perjanjian, yang antara lain
bunyi;"Keharusan orang-orang Nasrani menyiapkan akomodasi dan konsumsi bagi para
tentara Muslim yang memasuki kota mereka, selama tiga hari berturut
turut".Perkembangan Agama pada masa kepemimpinan Umar r.a., wilayah kekuasaan
Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan
Mesir. Dalam kata lain, Islam pada zaman Umar semakin berkembang.