Anda di halaman 1dari 11

Nama: Rizal Saputra

NPM: 10070219028

BAB 4
PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFA AL_RASYIDIN

A. Pendahuluan
Khulafaur Rashidun (l) atau Khalifah al-Rasyidin adalah empat khalifah (pemimpin)
Islam pertama yang diyakini umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi
Muhammad SAW. mati. Keempat orang ini adalah sahabat dekat Nabi Muhammad SAW.
yang tercatat paling dekat dan paling terkenal dalam membela ajaran yang dibawanya
pada masa kerasulan Muhammad SAW. Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, para tokoh
Islam segera bermusyawarah untuk mencari pengganti Nabi Muhammad SAW. Empat
khalifah pertama (pemimpin) Islam yang diyakini oleh umat Islam sebagai penerus
kepemimpinan setelah wafatnya Nabi Muhammad. Para sahabat yang disebut Khulafaur
Rasyidin terdiri dari empat khalifah, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka terdiri dari para sahabat Nabi
Muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh
Khulafaur Rashidin sebagai berikut:
1. Arif dan bijaksana
2. Pengetahuan yang luas dan mendalam
3. Berani bertindak
4. Berkemauan yang keras
5. Kompeten
6. Kasih sayang dan cinta
7. Memiliki ilmu agama yang sangat luas dan menerapkan hukum-hukum Islam.
Selain mampu menciptakan tatanan pemerintahan yang ideal, masa Khulaf al-
Rasyidin terkenal dengan kemampuannya mengalahkan dua kerajaan besar sebelumnya,
yaitu Persia dan Roma. Setiap khalifah memiliki kekhasan dalam memerintah umat Islam.
Mereka berusaha keras untuk melanjutkan misi Nabi. ke seluruh dunia.
B. Masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
Abu Bakar menerima posisi Khalifah pada suatu waktu dalam sejarah Islam dalam
keadaan krisis dan darurat. Pada saat setelah wafatnya Rasulullah SAW dan Rasulullah
belum dimakamkan, para sahabat berkumpul untuk berdiskusi di balai Bani Sa'idah,
untuk menentukan penerus kepemimpinan Rasulullah. Dalam musyawarah itu ada dua
kelompok besar Anshor dan Muhajirin yang saling berselisih. Abu Bakar berbicara di
depan para sahabat yang ada di sana dengan hadits Nabi: al-Aimmatu min Quraiys
(kepemimpinan dalam Islam berasal dari orang Quraisy). Akhirnya, Abu Bakar terpilih
sebagai Khalifah ar-Rasul (pengganti Rasul) (Ira M. Lapidus, 1999: 55-68). Abu Bakar
tidak hanya dikatakan sebagai khalifah, tetapi juga sebagai penyelamat Islam dari
kehancuran karena ia telah berhasil memulihkan umat Islam yang telah bercerai setelah
kematian Nabi. Selain itu, ia juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan Islam. Abu
Bakar, nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Quhafa At-Tamimi. Dijuluki Abu
Bakar karena orang paling awal memeluk Islam. Ia mendapatkan gelar Ash Shiddiq
karena ia langsung menghalalkan Nabi dalam berbagai acara, terutama Isra' dan Mi'raj.
Dikarenakan seringkali menggantikan Rasulullah disaat berhalangan, maka Rasulullah
mempercayainya untuk menangani tugas-tugas keagamaan dan mengurusi berbagai
persoalan actual di Madinah.
1. Menyusun Mushaf Al-Quran
Bentuk peradaban terbesar dan paling luar biasa dan salah satu karya besar yang
dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah kompilasi Al-Qur'an. Abu Bakar
Ash-Shiddiq memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menyusun Al-Qur'an dari pelepah
kurma, kulit binatang, dan dari hafalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan sebagai upaya
untuk menjaga kelestarian Al-Qur'an pasca syahidnya beberapa penghafal Al-Qur'an
dalam perang Yamamah. Umarlah yang pertama kali mengusulkan pertemuan ini. Sejak
itu, Al-Qur'an telah dikumpulkan dalam satu mushaf. Pemerintahan Abu Bakar di bidang
organisasi sosial ekonomi adalah untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial
masyarakat. Untuk kemaslahatan umat ini, ia mengelola zakat, infaq, dan sedekah dari
kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan dari rampasan perang dan jizyah
dari warga non-muslim, sebagai sumber pendapatan dari baitul mal. Adapun beberapa
kebijaksanaan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut tentang agama antara lain:
A. Memerangi Nabi palsu, orang-orang murtad (Riddah) dan tidak membayar zakat.
Kontradiksi tersebut adalah munculnya orang yang mengaku sebagai nabi, seperti
Musaimah Al-Kazzab dari Bani Hanifah di Yamamah, Sajah dari Bani Tamim, Al
Aswad al- Ansi dari Yaman dan Thulaihah bin Khuwailid dari Bani Asad, serta
beberapa pemberontakan dari beberapa suku
B. Pengumpulan Al-Qur’an
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur'an yang tewas. Karena itu
Abu Bakar membuat suatu "kumpulan" Al-Qur'an dan menugaskan Zaid ibn Tsabit
karena beliau paling bagus Hafalannya.
C. Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi
materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi mater pendidikan Islam terdiri dari
pendidikan tauhid/keimanan, ibadah, akhlak, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut
Ahmad Syalabi (2003 102-104) lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut
dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid.
Asama Hasan Fahmi (1979: 30), mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-
orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah
Madinah. Adapun beberapa kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan atau
kenegaraan yang diuraikan sebagai berikut:
a. Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah.
b. Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan
eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara
stabilitas di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima yang ditunjuk adalah
Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin 'Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-
lain.
c. Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan selama masa
pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk
dipecahkan.
d. Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat
dari zakat, infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut
digunakan untuk gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan ummat sesuai dengan
aturan yang ada. Islam pada hakikatnya adalah dakwah agama, artinya agama yang
harus dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah
Islam, yaitu dengan dakwah dan perang. Setelah dapat memperbaiki keamanan
Jazirah Arabia, Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri. Pada tahap
pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan Persia. Pada bulan Muharram tahun
12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Perang ini dalam sejarah
Islam disebut dengan Mauqi'ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar menaklukkan Kerajaan Romawi dengan masing-masing
kelompok dipimpin seorang panglima dengan menundukkan daerah yang telah
ditentukan. Keempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut.
a) Abu Ubaidah bin Jarrah simpan di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
b) Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.
c) Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menundukkan Tabuk dan Yordania.
d) Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah
Selatan.
C. Masa Khalifah Umar bin Khattab
Umar bin Al-Khattab yang memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nufail bin
Abd Al Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin 'adi bin Ka'ab bin Lu'ay
adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar bin Khattab
dilahirkan di Mekah pada 513 H dan keturunan suku Quraisy yang terpandang dan baik.
Umar masuk Islam pada tahun kelima setelah kenabian. Dengan memilih dan membai'at
Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah sehingga beliau mendapat penghormatan yang
tinggi dan dimintai nasihatnya serta menjadi tangan kanan khalifah yang baru itu.
Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk Umar bin Khaththab menjadi
penerusnya.(Hassan Ibrahim Hasan, 1989: 38). Masa pemerintahan Umar bin Khatab
berlangsung selama 10 tahun 6 bulan, yaitu dari tahun 13 H/634M sampai tahun 23 H/644
M. Beliau wafat pada usia 64 tahun. Selama masa pemerintahannya oleh Khalifah Umar
dimanfaatkan untuk menyebarkan ajaran Islam dan kekuasaan ke semenanjung Arab
(Samsul, 2010: 65).
Ia meninggal pada tahun 644 M karena ditikam oleh Fairuz (Abu Lukluk), budak
Mughirah bin Abu Sufyan dari perang Nahrawain yang sebelumnya adalah bangsawan
Persia. Menurut Suaib alasan pembunuhan politik pertama kali dalam sejarah Islam
adalah adanya rasa syu'ubiyah (fanatisme suku) yang berlebihan pada bangsa Persia
dalam dirinya. Sebelum meninggal, Umar mengangkat Dewan Presidium untuk memilih
Khalifah pengganti dari salah satu anggotanya. Mereka adalah Utsman, Ali, Thalhah,
Zubair, Saad bin Abi Waqash, dan Abdurrahman bin Auf. Sedangkan anaknya (Abdullah
bin Umar), ikut dalam dewan tersebut, tapi tidak dapat dipilih, hanya memberikan
pendapat saja. Akhirnya, Usmanlah yang terpilih setelah terjadi kemajuan yang menarik
antar anggotanya. Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik sebagai negarawan
yang bijaksana, maupun sebagai Mujtahid yang ahli dalam membangun Negara besar
yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan persaudaraan yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. Umar melakukan banyak reformasi secara
administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem
administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638 Masehi, ia
memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekah dan Masjid
Nabawi di Madinah.
Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa khalifah Umar bin Khattab,
yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu pengetahuan, sosial, seni, dan agama.
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah,
Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Umar membentuk lembaga
pengadilan, dimana kekuasaan seorang hakim terlepas dari pengaruh pemerintahan
(eksekutif). Adapun hakim yang ditunjuk oleh Umar seorang yang memiliki reputasi baik
dan memiliki integritas yang baik dari keperibadian yang luhur Zaid ibn Tsabit ditetapkan
sebagai Qadhi Madina Ka'bah ibn Sur al-Azdi sebagai Qadhi Basrah, Ubadah ibn Shamit
sebaga Qadhi Palestina, Abdullah ibn Mas'ud sebagai Qadhi kuffah. Pada masa Umar ibn
Khattab juga mulai berkembang suatu lembaga formal yang disebut lembaga penerangan
dan pembinaan hukum Islam. Di masa itu juga terbentuknya sistem atau badan
kemiliteran. Lalu umar mencanangkan administrasi /tata negara, yaitu dengan susunan
kekuasaan sebagai berikut:
1. Khalifah (Amiril Mukminin), Berkedudukan di ibu kota Madinah yang memiliki
otoritas kekuasaan.
2. Wali (Gubernur), Berkedudukan di ibu kota Propinsi yang memiliki kekuasaan atas
seluruh wilayah Provinsi.
3. Tugas pokok pejabat, mulai dari khalifah, wali beserta bawahannya bertanggung
jawab atas maju mundurnya Agama Islam dan Negara. Disamping itu mereka juga
sebagai imam shalat lima waktu di masjid.
4. Membentuk dewan-dewan Negara, Guna menertibkan jalannya administrasi
pemerintahan, yang bertugas mengatur dan menyimpan uang serta mengatur
pemasukan dan pengeluaran uang negara, termasuk juga mencetak mata uang Negara.
5. Dewan tentara, Bertugas mengatur ketertiban tentara, termasuk memberi gaji,
seragam/atribut, mengusahakan senjata dan membentuk pasukan penjaga tapal batas
wilayahnegara.
6. Dewan pembentuk Undang-undang, Bertugas membuat Undang-undang dan
peraturan yang mengatur toko-toko, pasar, mengawasi timbangan, takaran, dan
mengatur pos informasi dan komunikasi.
7. Dewan kehakiman, Bertugas dan menjaga dan menjamin keadilan, agar tidak ada
orang yang melakukan sewenang-wenang terhadap orang lain. Hakim yang termashur
adalah Ali bin Abi Thalib.
8. Perkembangan Ekonomi, pada masa ini juga mulai diatur dan ditertibkan sistem
pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan
lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan
ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum.
Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijriah.
Dan menghapuskan zakat bagi para Mu'allaf
Perkembangan pengetahuan pada masa khalifah Umar bin Khattab, sahabat sahabat
yang sangat berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari
khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,
khalifah Umar bin Khattab menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar serta
mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka
mengukur mengajarkan isi al-Qur'an dan ajaran Islam lainnya seperti fiqih kepada
penduduk yang baru masuk Islam. Meluasnya kekuasaan Islam, yang mendorong
kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena mereka yang baru menganut agama
Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari
Nabi.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah
membaca dan menulis al-Qur'an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama
islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khattab ini lebih maju dibandingkan dengan
sebelumnya. Sistem Sosial pada masa Khalifah Umar bin Khattab, melindungi penduduk
yang berbeda agama (ahli al-dzimmah), yaitu penduduk yang memeluk agama selain
Islam dan berdiam di wilayah kekuasaan Islam. Ahli al-dzimmah terdiri dari pemeluk
Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Dengan membuat perjanjian, yang antara lain
bunyi;"Keharusan orang-orang Nasrani menyiapkan akomodasi dan konsumsi bagi para
tentara Muslim yang memasuki kota mereka, selama tiga hari berturut
turut".Perkembangan Agama pada masa kepemimpinan Umar r.a., wilayah kekuasaan
Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan
Mesir. Dalam kata lain, Islam pada zaman Umar semakin berkembang.

D. Masa Khalifah Usman bin Affan


Nama beliau adalah Utsman bin ‘Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdisy-
Syams bin Abdi Manaf bin Qusyai bin Kilab. Utsman lahir dari keluarga saudagar yang
kaya raya. Harta yang berlimpah tak membuatnya kufur, justru semakin dermawan.
Rasulullah menilai sosok Utsman sebagai seorang yang jujur dan rendah hati.Utsman bin
Affan masuk islam pada usia 30 tahun atas ajakan Abu Bakar. Setelah masuk islam,
beliau sempat mendapatkan siksaan dari pamannya yakni Hakam bin Abil Ash.
Pemerintahan Utsman bin Affan ini berlangsung dari tahun 644 sampai 656 M yang
dimana merupakan pemerintahan Khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab. Ketika
dipilih menjadi khalifah, beliau berusia 70 tahun dengan memiliki kepribadian yang agak
lemah dikarenakan faktor usia juga memiliki sifat yang lemah lembut. Faktor ini lah yang
dipergunakan oleh orang – orang di sekitarnya untuk mengejar keuntungan pribadi,
kemewahan, dan kekayaan dikarenakan Utsman bin Affan dikenal sebagai pedagang yang
kaya raya. Hal ini terutama dimanfaatkan oleh keluarganya sendiri dari golongan
Umayyah.
Pada masa pemerintahannya, perluasan daerah islam diteruskan ke barat sampai
Maroko, ke timur menuju India dan ke utara bergerak menuju Konstatinopel. Umumnya,
perluasan wilayah islam ini dilakukan karena memenuhi kehendak jenderal – jenderalnya.
Namun pada saat Utsman bin Affan menjabat sebagai khalifah, Utsman dituduh oleh
sebagian sahabat telah mengangkat keluarganya untuk menduduki jabatan – jabatan di
istana. Pemberontakan dimulai di Mesir, kemudian orang – orang yang sudah terbakar
emosinya datang ke Madinah, tempat tinggalnya. Beliau dikepung di rumahnya sendiri.
Karena menolak untuk menyerah, beliau dibunuh oleh salah seorang pengacau, peristiwa
itu terjadi pada tahun 656 M yang dimana kemudian digantikannya masa jabatan oleh Ali
bin Abi Thalib. Jasa – jasa pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan di
antaranya adalah tindakannya untuk menyalin dan membuat Al – Quran standar yang di
dalam kepustakaan disebut dengan kodifikasi Al – Quran. Karena pada masa
pemerintahannya wilayah islam sangat luas, maka standarisasi Al – Quran diperlukan.
Tujuannya adalah agar tidak menimbulkan perbedaan arti. Beliau lalu membentuk panitia
yang Kembali dipimpin oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin naskah Al – Quran yang
dihimpun di masa Khalifah Abu Bakar dulu yang disimpan oleh Hafsah, janda Nabi
Muhammad SAW. Panitia bekerja dengan menyalin naskah Al – Quran ke dalam mushaf
untuk dijadikan standar dalam penulisan dan bacaan Al – Quran di wilayah kekuasaan
islam pada waktu itu. Satu naskah tinggal di Madinah untuk mengenang jasa Utsman bin
Affan. Naskah yang disalin pada masa pemerintahannya disebut dengan Mushaf Utsmany
atau al – imam karena ia menjadi standar bagi Al – Quran yang lain. Kemudian di salin
dan diberi tanda baca seperti sampai sekarang ini. Lamanya pemerintahan Khalifah
Utsman bin Affan ini lebih kurangnya adalah 12 tahun.

E. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib


Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah setelah khlifah Utsman bin Affan wafat
tepatnya pada 23 Juni 656 M. Banyak hal yang dilakukannya dalam usaha pengembangan
Islam, baik perkembangan dalam bidang sosial, politik, militer, dan ilmu pengetahuan.
Namun di masa kepemimpinannya juga terjadi pergolakan-pergolakan oleh kelompok-
kelompok yang menentang kebijakan yang ia terapkan.
1. Pembaiatan Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada pemilihan Khalifah terdapat perbedaan pendapat antara pemilihan Abu
Bakar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib. Ketika kedua pemilihan Khalifah
terdahulu (Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Utsman ibn Affan), meskipun mula-
mula terdapat sejumlah orang yang menentang, tetapi setelah calon terpilih dan
diputuskan menjadi Khalifah, semua orang menerimanya dan ikut berbaiat serta
menyatakan kesetiaannya. Namun lain halnya ketika pemilihannya Ali bin Abi
Thalib, justru sebaliknya. Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, masyarakat
beramai-ramai datang dan membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Beliau
diangkat melalui pemilihan dan pertemuan terbuka. Akan tetapi suasana pada saat
itu sedang kacau, karena hanya ada beberapa tokoh senior masyarakat Islam yang
tinggal di Madinah. Sehingga keabsahan pengangkatan Ali bin Abi Thalib ditolak
oleh sebagian masyarakat termasuk Mu'awiyah bin Abil Sufyan. Meskipun hal itu
terjadi, Ali masih menjadi Khalifah dalam pemerintahan Islam.
2. Kemajuan di masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib seperti:
a. Mengganti para gubernur lama yang diangkat oleh khalifah Utsmanbin Affan
yang sudah melakukan penyelewengan dalam menjalankan tugasnya dengan
mengangkat para gubernur baru.
b. Menarik kembali tanah milik negara yang pada masa Utsman binAffan
diberikan kepada kerabat dan keluarganya.
c. Terjadi peningkatan dalam bidang militer.
d. Dalam bidang ilmu pengetahuan, Ali memerintahkan Abu Al-Aswad al-Duali
mengarang pokok-pokok ilmu Nahwu Qawaid Nabahab yang dijadikan
sebagai pedoman dasar dalam mempelajar bahasa Qur'an.
e. Dalam bidang pembangunan, Ali bin Abi Thalib menata pembangunan
3. Kebijakan Politik Ali bin Abi Thalib
Menurut Thabani yang dikutip oleh Syalaby setelah Ali dibaiat Khalifah, ia
mengeluarkan dua kebijaksanaan politik yang sangat radikal yaitu:
a. Memecat kepala daerah angkatan Utsman dan menggantikan dengan gubenur
baru.
b. Mengambil kembali tanah yang dibagi-bagikan Utsman kepada famil familinya
dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah.
Menanggapi kebijakan yang dilakukan oleh Ali tersebut, ada yang berpendapat bahwa
kebijaksanaan Ali itu terlalu radikal dan kurang persuasif, sehingga menimbulkan
perlawanan politik dari gubenu khususnya gubenur Syiria (Bani Umayyah) yang tidak
mau tunduk pada Khalifah Ali, terbukti menolak kehadiran gubernur yang baru
diangkatPenulis memandang bahwa tindakan politik Ali yang radikal itu kendati
strategis tapi tidak taktis, sebab pada masa Khalifah Utsman konflik etnis antara Bani
Umayyah dan Bani Hasyim sudah ada, terbukti ketika Utsman terbunuh secara
misterius Bani Umayyah mengeksploitas tuduhan pada All, karena didasari Bani
Umayyah yang memang ambis menjadi Khalifah.
4. Pergolakan-pergolakan pada masa Ali bin Abi Thalib
Pergolakan-pergolakan yang muncul di masa kepemimpinan khalifah Ali bin Abi
Thalib seperti:
a. Perang Jamal (36 H/ 656 M), perang ini merupakan perang antara Ali bin Abi
Thalib dengan Aisyah yang disebabkan karena adanya perbedaan pendapat dalam
penyelesaian kasus pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan. Perang ini
dimenangkan oleh pihak Ali bin Abi Thalib.
b. Perang Shiffin (37 H/ 657 M), antara Ali dengan kelompok Muawiyah. Perang
ini terjadi disebabkan komplain Muawiyah atas ketidakberesan penyelesaian kasus
pembunuhan Utsman, dan di dukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang
merasa kehilangan kedudukannya. Perang i berakhir dengan persetujuan damai
(tahkim/arbitrase).
c. Perang Nahrawan, antara kelompok Ali dengan orang Khawarij di Nahrawan
yang awalnya merupakan pengikut Ali. Mereka melakukan pemberontakan setelah
terjadinya arbitrase. Pertempuraninidimenangkan oleh kelompok Ali bin Abi Thalib.

5. Tahkim Shiffin dan Perpecahan Ummata


a. Tahkim Shiffin
Setelah sekian ribu orang meninggal, akhimya perang Shiffin ini berakhir dengan
proses negosiasi dan arbitrse, yang lebih dikenal dengan "tahkim". Masing-masing
pihak mengutus juru damai, dari pihak khalifah Ali adalah Abu Musa Al-Asyari
sedang juru damai pihak Muawiyah Amru bin Ash. Ali bin Abi Thalib kembali ke
Kufah dan Muawiyah ke Syiria, keduanya menunggu hasil
perdamaian.Bertemulah kedua utusan itu disatu tempat bernama Daumatul Jandal
untuk mencari upaya-upaya menghabiskan permusuhan dan mengembalikan
keamanan. Dlam perundingan ini, Amru bin Ash berhasil menjalankan siasat
sehingga menghasilkan keputusan: "Ali bin Abi Thalib turun dari kedudukannya
dan Muawiyah bin Abi Shafyan. diberhentikan, Siapa yang akan menjadi khalifah
akan ditetapkan dalam satu pertemuan ummat islam.
b. Perpecahan Umat (Syi'ah, Khawarij, dan Pendukung Muawiyah)
Hasil tahkim yang dilakukan oleh Abu Musa dan Amr bin Ash sangat
mengecewakn bagi pasukan Ali. Oleh karena itu, pendukung Ali bin Abi Thalib
terpecah menjadi dua. Kelompok pertama, kelompok yang tetap mendukung Ali
bin Abi Thalib yang disebut kelompok Syi'ah. Kelompok yang kedua, kelompok
yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib disebut dengan kelompok Khawarij.
Kelompok yang ketiga, kelompok yang tetap mendukung Abu
Shafyan.Kelompok Ali yang kecewa pada hasil tahkim berkumpul di Makkah dan
melakukan kesepakatan dipimpin oleh Abdurrahman bin Muljam al-Maridi, al-
Bark ibn Abdullah al-Tamimi. Dan Amr bin Bakir al Tamimi untuk menentang
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah.
6. Berakhirnya kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib menjalankankan roda pemerintahannya selama lebih
kurang 5 Tahun. Akhirnya, menjelang Shubuh pada tanggal 17 Ramadhan 40
Hijriyah ketika sedang shalat di masjid Kuffah, Ali bin Abi Thalib dihunjam
dengan pedang beracun oleh Abdurrahman bin Muljam hingga beliau mengeram
kesakitan. Orang-orang yang mendengar teriakan khalifah Ali keluar untuk
mengetahui apa yang terjadi. Mereka kemudian membawa Ali ke rumahnya.
Setelah malam harinya, Ali bin Abi Thalib kemudian wafat dan dimakamkan di
Kuffah.

Anda mungkin juga menyukai