Anda di halaman 1dari 29

ASKEP DM (Diabetes Melitus)

A. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS


 

1.   Pengertian

Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompk kelaianan heterogen yang ditandai

oleh kelainan kadar glukosa dalam darah /hiperglikemi (Suzzane C. Smeltzer, 1996 : 1220)

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi

kronik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah disertai lesi pada membran

basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Arif Mansjoer, 1999 : 580)

Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis

termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Sylvia A

Price and Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Melitus (DM)

merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen akibat

defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.

3.   Etiologi,

Berdasarkan kasus yang penulis bina yaitu DM type II, dimana penyakit tersebut pada umumnya

disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta yang  tidak mampu mengimbangi resistensi insulin

untuk merangsang pengambilan/transport glukosa pada jaringan perifer sehingga menghambat

produksi glukosa oleh jaringan hati. Ketidakmampuan ini terlihat dari kurangnya sekresi insulin
terhadap rangsangan glukosa,  yang berarti sel Betha pankreas mengalami desentiasi terhadap

glukosa.

Adapun salah satu etiologi diabetes melitus (DM) dikarenakan oleh faktor nutrisi yang

berlebihan pada seseorang yaitu obesitas. Kasus yang penulis bina merupakan contoh salah satu

penderita DM yang disebabkan oleh kegemukan (obesitas) dimana faktor nutrisi yang berlebihan

dianggap  dapat mengurangi jumlah reseptor di target sel,  menyebabkan resistensi terhadap

insulin karena perubahan-perubahan pada post reseptor sehingga transport glukosa berkurang

dan menghalangi metabolisme glukosa intraseluler. Obesitas  menimbulkan faktor-faktor yang

bertanggungjawab terhadap defek seluler berupa bertambahnya penimbunan lemak, komposisi

diet dan inaktifitas fisik..

Selain itu factor stress neurologis juga dapat dimasukan sebagai factor presipitasi naiknya kadar

gula darah seseorang. Hal ini disebabkan bila seeorang mengalami stress maka akan terjadi

peningkatan sekresi ACTH dengan segera dan bermakna oleh kelenjar hipofisis anterior, disertai

dengan peningkatan sekresi kortisol dari korteks adrenal (Guyton, 1997 : 1211)

Kortisol merupakan salah satu hormon yang secara langsung dapat meningkatkan sekresi insulin

atau dapat memperkuat rangsangan glukosa terhadap sekresi insulin. Efek perangsangan dari

hormon-hormon ini adalah bahwa pemanjangan sekresi dari salah satu jenis hormon ini dalam

jumlah besar kadang-kadang dapat mengakibatkan sel-sel Betha Pulau Langerhans menjadi

kelelahan dan akibatnya timbul Diabetes (Guyton, 1997 : 1230)

ASKEP DM (Diabetes Melitus)


A. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS
 
1.   Pengertian

Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompk kelaianan heterogen yang ditandai

oleh kelainan kadar glukosa dalam darah /hiperglikemi (Suzzane C. Smeltzer, 1996 : 1220)

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada

mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam

pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Arif Mansjoer, 1999 : 580)

Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis

termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Sylvia A

Price and Lorraiene M. Wilson, 1995 : 1111)

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Melitus (DM)

merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen

akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan pembuluh darah.

2.   Anatomi dan Fisiologi Pankreas

Pankreas (Gambar 1.1) adalah suatu organ yang terbentang secara horizontal dari
7
duodenum sampai limpa, pada Vertebra  I dan II di belakang lambung, strukturnya sangat
 
mirip dengan kelenjar ludah dan terletak retroperitoneal dalam abdomen bagian atas

dengan panjang sekitar 10 - 20 cm dan lebar   2,5 - 5 cm, dengan berat rata-rata 60 – 90

gram. Pankreas terdiri dari 3 bagian, yaitu:


a.       Kepala Pankreas, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lengkungan

duodenum yang melingkarinya

b.      Badan Pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini yang terletak di belakang lambung

dan di depan vertebra lumbalis pertama.

c.       Ekor pankreas, merupakan bagian yang runcing terletak disebelah kiri dan menyentuh

limpa.

Gambar 1.1

Anatomi kelenjar pankreas

Sumber: www.yahoo.com

Pankreas terdiri atas 2 jenis jaringan utama (Gambar 1.2), yaitu :

a.       Asini, yang mensekresi getah pencernaan ke dalam duodenum

b.      Pulau langerhans, yang tidak mengeluarkan getahnya namun mensekresi insulin dan

glukagon langsung ke dalam darah.


Pulau langerhans tersebar di seluruh pankreas dan mempunyai berat 1 – 3 % dari total berat

pankreas. Pada orang dewasa pulau-pulau langerhans berjumlah 1 – 2 juta buah yang terdiri

dari :

-          Sel-sel alfa (20-40 %) yang mensekresi glukagon

-          Sel-sel beta (60-80 %) yang mensekresi insulin

-          Sel-sel delta (5-15 %) yang mensekresi somatostatin

-          Sel-sel F (1 %) yang mensekresi peptida pancreas

Gambar 1.2

Anatomi sel-sel  Pulau Langerhans

Sumber: Guyton, (1995:270)


Pankreas memiliki 2 fungsi penting yaitu :

a.       Fungsi eksokrin

Pankreas berfungsi untuk mensekresi enzim-enzim pencernaan ketiga jenis makanan utama

yaitu karbohidrat, lemak dan protein melalui saluran ke duodenum

b.      Fungsi Endokrin

Pankreas berfungsi untuk mengatur sistem endokrin melalui mekanisme pengaturan gula

darah.

Pankreas menghasilkan 3 hormon (Insulin, Glukagon dan Somatostatin) dan satu enzim

polipeptida pankreas. Insulin dan glukagon mempunyai fungsi penting dalan regulasi

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Insulin bersifat metabolik yang dapat

meningkatkan penyimpanan glukosa, asam amino dan asam lemak. Glukagon bersifat

katabolik yang dapat memobilisasi glukosa, asam lemak dan asam amino dari

simpanannya         kedalam aliran darah. Kelebihan insulin dapat menyebabkan hipoglikemi

yang dapat menyebabkan kejang dan koma. Defisiensi insulin menyebabkan Diabetes

Melitus (DM), defisiensi glukagon menyebabkan Diabetes Melitus memburuk.

Glukagon

Glukagon adalah suatu polipeptida rantai tunggal yang terdiri dari 29 asam amino dengan berat

molekul 3485. Fungsi glukagon dirangsang oleh penurunan kadar glukosa darah dan

peningkatan kadar asam amino darah. Karena kedekatan letaknya dengan pankreas maka

hati merupakan organ sasaran utama dari glukagon. Glukagon bersifat glukogenilitik,

glukoneogenetik, lipolitik dan ketogenik.(Guyton, 1996:1020)


Insulin

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 yang dihasilkan oleh sel betha.

Insulin mengandung dua rantai peptida (asam amino) yang dihubungkan oleh ikatan

disulfida dan terdiri dari 51 asam amino.

a.       Prinsip kerja insulin

Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berkaitan dengan protein reseptor didalam

membran sel. Insulin mempunyai riwayat mekanisme kerja tunggal yang mendasari segala

macam efeknya pada metabolisme.

b.      Efek Metabolik Insulin

Fungsi utama dari insulin adalah memudahkan penyimpanan zat-zat gizi. Berikut akan

dibahas efek-efek insulin pada tiga jaringan utama yang mengkhususkan diri untuk

penyimpanan zat-zat gizi, yaitu: hati, otot, dan lemak.

1)      Hati

Hati adalah organ pertama yang dicapai insulin melalui aliran darah. Insulin bekerja pada

hati melalui dua jalur utama antara lain :

a)      Insulin membantu anabolisme

Pada fungsi ini insulin membantu sintesis dan penyimpanan glikogen dan pada saat

bersamaan mencegah pemecahannya, insulin meningkatkan sintesis protein, trigliserida dan

VLDL di hati, insulin juga menghambat glukoneogenesis, dan membantu glikolisis.

b)      Insulin membantu katabolisme


Insulin bekerja untuk menekan peristiwa katabolik pada fase post absorptive dengan

menghambat glikogenolisis, ketogenesis, dan glukoneogenesis di hati.

2)      Otot

Insulin membantu sintesis protein di otot dengan meningkatkan transpor asam amino dan

merangsang sintesis protein ribosomal. Disamping itu, insulin juga membantu sintesis

glikogen untuk menggantikan cadangan glikogen yang telah dihabiskan oleh aktivitas otot,

meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel otot, menurunkan katabolisme protein,

menurunkan pelepasan asam amino glukoneogenik, meningkatkan ambilan keton, dan

meningkatkan ambilan kalium.

3)      Lemak

Insulin bekerja membantu penyimpanan trigliserida dalam adiposity melalui sejumlah

mekanisme yaitu: meningkatkan masuknya glukosa, meningkatkan sintesis asam lemak,

meningkatkan sintesis gliserol fosfat, mengaktifkan lipoprotein lipase, menghambat lipase

peka-hormon, dan meningkatkan ambilan kalium.

c.       Pengaturan kerja insulin

Sekresi insulin diatur oleh :

1)      AMP siklik intrasel

Rangsangan yang meningkatkan AMP siklik dalam sel B meningkatkan sekresi insulin dengan

meningkatkan kalsium intrasel. Pada pelepasan epineprin, terjadi penurunan insulin

disebabkan oleh karena epineprin menghambat AMP siklik intrasel.

2)      Syaraf otonom


Cabang nervus vagus dextra mempersarafi pulau Langerhans dan nervus vagus

menyebabkan peningkatan sekresi insulin. Rangsangan saraf simpatis ke pankras

menghambat sekresi insulin melalui pelepasan norepineprin.

3)      Mekanisme umpan balik kadar glukosa darah

Kenaikan kadar glukosa darah meningkatkan sekresi insulin dan selanjutnya insulin

menyebabkan transpor glukosa kedalam sel sehingga mengurangi konsentrasi glukosa darah

kembali ke nilai normal

d.      Aktivitas insulin pada target sel

Insulin yang telah disekresi oleh pankreas akan menuju target sel. Pada target sel, insulin

berikatan dengan reseptor protein spesifik pada membran sel. Reseptor protein merupakan

senyawa glikoprotein. Jumlah atau afinitas reseptor protein dipengaruhi oleh insulin dan

hormon lain. Pemaparan ke peningkatan jumlah insulin menurunkan konsentrasi reseptor

dan pemaparan ke penurunan insulin meningkatkan afinitas reseptor. Afinitas reseptor

ditingkatkan dalam insufisiensi adrenalin dan diturunkan oleh kelebihan glukokortikoid

Somatostatin

Hormon somatostatin disekresi oleh sel-sel delta Pulau Langerhans, dan merupakan senyawa

polipeptida yang hanya terdiri dari 14 asam amino yang mempunyai paruh waktu yang

sangat singkat (hanya 2 menit lamanya). Hampir semua faktor yang berhubungan dengan

pencernaan makanan akan merangsang timbulnya sekresi Somatostatin. Faktor-faktor ini

adalah :

a.       Naiknya kadar glukosa darah


b.      Naiknya kadar asam amino

c.       Naiknya kadar asam lemak

d.      Naiknya konsentrasi beberapa hormon pencernaan yang dilepaskan oleh bagian atas saluran

cerna sebagai respon terhadap asupan makanan. Sebaliknya, somatostatin mempunyai efek

penghambat multipel berikut ini :

-          Somatostatin bekerja secara lokal didalam pulau Langerhans sendiri guna menekan sekresi

insulin dan glukagon

-          Somatostatin memperlambat gerakan lambung, duodenum dan kandung empedu

-          Somatostatin mengurangi sekresi dan absorbsi dalam saluran cerna

3.   Etiologi,

Berdasarkan kasus yang penulis bina yaitu DM type II, dimana penyakit tersebut pada

umumnya disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta yang  tidak mampu mengimbangi

resistensi insulin untuk merangsang pengambilan/transport glukosa pada jaringan perifer

sehingga menghambat produksi glukosa oleh jaringan hati. Ketidakmampuan ini terlihat dari

kurangnya sekresi insulin terhadap rangsangan glukosa,  yang berarti sel Betha pankreas

mengalami desentiasi terhadap glukosa.

Adapun salah satu etiologi diabetes melitus (DM) dikarenakan oleh faktor nutrisi yang

berlebihan pada seseorang yaitu obesitas. Kasus yang penulis bina merupakan contoh salah
satu penderita DM yang disebabkan oleh kegemukan (obesitas) dimana faktor nutrisi yang

berlebihan dianggap  dapat mengurangi jumlah reseptor di target sel,  menyebabkan

resistensi terhadap insulin karena perubahan-perubahan pada post reseptor sehingga

transport glukosa berkurang dan menghalangi metabolisme glukosa intraseluler. Obesitas 

menimbulkan faktor-faktor yang bertanggungjawab terhadap defek seluler berupa

bertambahnya penimbunan lemak, komposisi diet dan inaktifitas fisik..

Selain itu factor stress neurologis juga dapat dimasukan sebagai factor presipitasi naiknya kadar

gula darah seseorang. Hal ini disebabkan bila seeorang mengalami stress maka akan terjadi

peningkatan sekresi ACTH dengan segera dan bermakna oleh kelenjar hipofisis anterior,

disertai dengan peningkatan sekresi kortisol dari korteks adrenal (Guyton, 1997 : 1211)

Kortisol merupakan salah satu hormon yang secara langsung dapat meningkatkan sekresi insulin

atau dapat memperkuat rangsangan glukosa terhadap sekresi insulin. Efek perangsangan

dari hormon-hormon ini adalah bahwa pemanjangan sekresi dari salah satu jenis hormon ini

dalam jumlah besar kadang-kadang dapat mengakibatkan sel-sel Betha Pulau Langerhans

menjadi kelelahan dan akibatnya timbul Diabetes (Guyton, 1997 : 1230)

4.   Patofisiologi

Diabetes Melitus Tipe II adalah suatu kondisi dimana sel-sel Betha pankreas relatif tidak

mampu mempertahankan sekresi  dan produksi insulin sehingga menyebabkan kekurangan

insulin. Menurut Dona C Ignativius dalam bukunya Medical Surgical menyatakan bahwa

“Diabetes Melitus (DM) diakibatkan oleh 2 faktor utama, yaitu obesitas dan usia lanjut.”

Obesitas atau kegemukan merupakan suatu keadaan dimana intake kalori berlebihan

dengan sebagian besar berbentuk lemak-lemak sehingga terjadi defisiensi hidrat arang. Hal

ini menimbulkan penumpukan lemak pada membran sel sehingga mengganggu transport
glukosa dan menimbulkan kerusakan atau defek selular yang kemudian menghambat

metabolisme glukosa intrasel. Gangguan-gangguan tersebut terjadi pula pada post reseptor

tempat insulin bekerja, jika gangguan ini terjadi pada sel-sel pankreas maka akan terjadi

hambatan atau penurunan kemampuan menghasilkan insulin. Hal ini diperberat oleh

bertambahnya usia yang mempengaruhi berkurangnya jumlah insulin dari sel-sel beta,

lambatnya pelepasan insulin dan atau penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin.

Penurunan produksi insulin dan menurunnya sensitifitas insulin menyebabkan terjadinya

NIDDM.

a.       Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang

b.      Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah

c.       Glikolisis meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati

dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.

d.      Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam

darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.

5.   Manifestasi klinis

Pada klien dengan DM sering ditemukan gejala-gejala :

a.       Kelainan kulit  : gatal-gatal, bisul dan luka tidak sembuh

b.      Kelainan ginekologis : gatal-gatal sampai dengan keputihan

c.       Kesemutan dan baal-baal

d.      Lemah tubuh atau cepat lelah

e.       Trias gejala hyperglikemi (poliuri, polipagi, polidipsi) ditambah penurunan BB


6.   Komplikasi

Komplikasi DM dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi

menahun.

a.       Komplikasi Metabolik Akut

1)      Ketoasidosis Diabetik

Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan

glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan

oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton

dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis

metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan

hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami

syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal

2)      Hipoglikemi

Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika

kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa

atau terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat

latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan,

ataupun akibat penurunan dosis insulin.

Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar,

palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala

yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam

otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang

tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.


b.      Komplikasi Vaskular Jangka Panjang

1)      Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan

arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetik), syaraf-

syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati

berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular  yang kecil) dari arteriola retina. Akibat

terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat

mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan

hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita

insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat

gangguan jalur poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin.

Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada

jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar

mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-

syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.

2)      Makroangiopaty

Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi

penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :

a)      Penimbunan sorbitol dalam intima vaskular

b)      Hiperlipoproteinemia

c)      Kelainan pembekun darah


7.   Pentalaksanaan

Tujuan jangka pendek adalah menghilangkan keluhan atau gejala sedangkan tujuan jangka

panjang adalah mencegah komplikasi, tujuan tersebut dilakukan dengan cara menormalkan kadar

glukosa lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan

dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan

mandiri. Kegiatan utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu :

a.       Diet

Penderita DM ditujukan untuk mengatur santapan dengan komposisi seimbang berupa

karbohidrat (60-70 %) protein (10-15 %), dan lemak (20-25 %) yang dimakan setiap

hari. Jumlah kalori yang dianjurkan tergantung sekali terhadap pertumbuhan, status

gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai BB ideal. Jumlah

kandungan kolesterol < 300 mg/hari, jumlah kandungan serat 25 gram perhari,

diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi apabila terjadi hipertensi,

pemanis dapat digunakan secukupnya.

b.      Pengaturan Aktifitas Fisik

Latihan fisik atau bekerja mempengaruhi pengaturan kadar glukosa darah penderita

DM. Latihan fisik membantu mempermudah transport glukosa ke dalam sel. Agar

penderita dalam melakukan pengaturan kadar glukosa yang lebih baik, maka diperlukan

pengaturan waktu yang tepat dalam melakukan latihan fisik. Contohnya jika klien

melakukan latihan fisik pada saat kadar glukosa darahnya tinggi, mereka dapat

menurunkan kadar glukosa tersebut dengan latihan fisik itu sendiri, sebaliknya jika

klien merasa perlu melakukan latihan fisik pada saat glukosa darahnya rendah maka ia

memerlukan tambahan karbohidrat untuk mencegah hipoglikemi.


c.       Agen Hipoglikemi

Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan melakukan latihan jasmani yang

teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum turun, dipertimbangkan pemakaian

obat berkhasiat hipoglikemi (oral/suntikan).

7.   Pentalaksanaan

Tujuan jangka pendek adalah menghilangkan keluhan atau gejala sedangkan tujuan jangka

panjang adalah mencegah komplikasi, tujuan tersebut dilakukan dengan cara menormalkan kadar

glukosa lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan

dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan

mandiri. Kegiatan utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu :

a.       Diet

Penderita DM ditujukan untuk mengatur santapan dengan komposisi seimbang berupa

karbohidrat (60-70 %) protein (10-15 %), dan lemak (20-25 %) yang dimakan setiap

hari. Jumlah kalori yang dianjurkan tergantung sekali terhadap pertumbuhan, status

gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai BB ideal. Jumlah

kandungan kolesterol < 300 mg/hari, jumlah kandungan serat 25 gram perhari,

diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi apabila terjadi hipertensi,

pemanis dapat digunakan secukupnya.

b.      Pengaturan Aktifitas Fisik

Latihan fisik atau bekerja mempengaruhi pengaturan kadar glukosa darah penderita

DM. Latihan fisik membantu mempermudah transport glukosa ke dalam sel. Agar

penderita dalam melakukan pengaturan kadar glukosa yang lebih baik, maka diperlukan

pengaturan waktu yang tepat dalam melakukan latihan fisik. Contohnya jika klien
melakukan latihan fisik pada saat kadar glukosa darahnya tinggi, mereka dapat

menurunkan kadar glukosa tersebut dengan latihan fisik itu sendiri, sebaliknya jika

klien merasa perlu melakukan latihan fisik pada saat glukosa darahnya rendah maka ia

memerlukan tambahan karbohidrat untuk mencegah hipoglikemi.

c.       Agen Hipoglikemi

Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan melakukan latihan jasmani yang

teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum turun, dipertimbangkan pemakaian

obat berkhasiat hipoglikemi (oral/suntikan).

    Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan

konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan

masalah kesehatan dan keperawatan pasien.

Data yang ada kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan sesuai masalahnya untuk

kemudian dianalisa sehingga menghasilkan suatu kesimpulan berupa masalah keperawatan

yang pada akhirnya menjadi diagnosa keperawatan.


c.       Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah aktual dan potensial, yang

dimaksud masalah aktual adalah masalah yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian,

sedangkan masalah potensial adalah kemungkinan akan timbul kemudian.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Diabetes Mellitus menurut

Carpenitto, Doengoes, Sorensen dan Brunner and Suddart antara lain:

1)      Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat

akibat defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.

2)      Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia,

poliuria, berkurangnya intake cairan.

3)      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,

ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan

kurangnya pengetahuan.

4)      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan

sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan

kulit.

5)      Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat

penurunan produksi energi.

6)      Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual), kelemahan

dan hipoglikemia.

7)      Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan (pengelolaan

diabetes), kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau cara pengobatan yang

baru, keterbatasan kognitif.


8)      Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi penatalaksanaan terapeutik,

sistem pendukung yang kurang adekuat.

2.      Perencanaan

Perencanaan atau rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan

secara tepat mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan

kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.

Rencana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan pasien secara optimal agar dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan terjalin suatu kerjasama yang saling membantu dalam

proses pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.

Dari diagnosa keperawatan diatas dapat disusun rencana asuhan keperawatan sebagai berikut:

1)         Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat

akibat defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan muntah.

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan optimal.

Kriteria evaluasi:

-          Nafsu makan meningkat ditandai dengan porsi makan klien habis.

-          Pemasukan kalori atau nutrisi adekuat sesuai program.

-          Berat badan mengarah ke normal sesuai dengan tinggi badan.

-          Kadar glukosa darah dalam batas normal dan tidak terjadi fluktuasi.
Rencana:

Intervensi Rasional
 Timbang berat badan setiap hari  Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
atau sesuai indikasi.
 Auskultasi bising usus, catat  Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan
adanya nyeri abdomen, kembung, dan elektrolit dapat menurunkan motilitas atau
mual, dan muntah. fungsi lambung yang akan mempengaruhi pilihan
intervensi.
 Identifikasi makanan yang disukai  Jika makanan yang disukai dapat dimasukkan dalam
atau dikehendaki. perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan
setelah pulang.
 Libatkan keluarga klien pada  Meningkatkan rasa keterlibatan dan memberikan
perencanaan makan sesuai informasi kepada keluarga untuk memahami
dengan indikasi kebutuhan nutrisi klien
 Observasi tanda-tanda  Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula
hipoglikemia seperti perubahan darah akan berkurang) dan sementara insulin tetap
tingkat kesadaran, kulit diberikan maka hipoglikemia dapat terjadi.
lembab/dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala, pusing dan sempoyongan.
 Pantau pemeriksaan laboratorium
 

seperti glukosa dara, aseton, pH,  Gula darah akan menurun perlahan dengan
dan HCO3 penggantian cairan dan therapi insulin terkontrol
sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan
digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal ini terjdi
kadar aseton dapat menurun dan asidosis dapat
 Berikan pengobatan insulin secara dikoreksi.
teratur.  Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya
dengan cepat pula dapat membantu memindahkan
glukosa ke dalam sel.
 Lakukan konsultasi dengan ahli  Bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet
diet. untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
2)         Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic dari hiperglikemia,

poliuria, berkurangnya intake cairan.

Tujuan:

Hidrasi adekuat.

Kriteria evaluasi:

-          Tanda-tanda vital stabil : TD 120/80 mmHg, Respirasi 16-24 x/menit, Nadi 70-80

x/menit, Suhu 36,5-37.50C

-          Nadi perifer dapat diraba.

-          Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.

-          Intake dan output seimbang.

-          Kadar elektrolit dalam batas normal

Rencana:

Intervensi Rasional
 Pantau tanda-tanda vital, catat  Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh
adanya perubahan tekanan hipotensi dan takikardia.
darah ortostatik.
 Kaji pola nafas seperti adanya Paru-paru mengeluarkan asam karbonat
pernafasan kussmaul atau melalui pernafasan yang menghasilkan
berbau keton. kompensasi alkalosis respiratoris terhadap
keadaan ketoasidosis. Pernafasan yang
berbau aseton berhubungan dengan
pemecahan asam aseto asetat dan harus
berkurang bila ketosis telah terkoreksi.
 Pantau frekuensi dan kualitas  Peningkatan kerja pernafasan, pernafasan
pernafasan, penggunaan otot cepat dan dangkal serta munculnya sianosis
bantu nafas dan periode apneu mungkin indikasi dari kelelahan pernafasan
serta muncul sianosis. atau mungkin klien kehilangan
kemampuannya untuk mengkompensasi
asidosis.
 Kaji nadi perifer, pengisian  Merupakan indicator dari tingkat dehidrasi
kapiler, torgor kulit dan atau volume sirkulasi yang adekuat.
membran mukosa.
 Pantau intake dan output  Memberikan perkiraan kebutuhan akan
cairan pengganti, fungsi ginjal dan
keefektifan dari therapi yang diberikan.
 Pertahankan untuk  Mempertahankan hidrasi atau volume
memberikan cairan paling sirkulasi dengan adekuat.
sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi
jantung jika pemasukan
cairan sudah dapat diberikan.
 Tingkatkan lingkungan yang  Menghindari pemanasan yang berlebihan
dapat memberikan rasa terhadap klien yang lebih lanjut dapat
nyaman. Selimuti klien menimbulkan kehilangan cairan
dengan selimut tipis.
 Kaji adanya perubahan mental  Perubahan mental dapat berhubungan
atau sensori. dengan hipoglikemi atau hiperglikemi,
elektrolit yang abnormal, asidosis,
penurunan perfusi serebral, dan
berkembangnya hipoksia.
 Berikan terapi cairan sesuai  Tipe dan jumlah cairan tergantung dari
dengan indikasi. derajat kekurangan cairan dan respon klien
secara individual.
 Pasang dan pertahankan  Memberikan pengukuran yang tepat dan
kateter urin. akurat terhadap urin output.
 Pantau pemeriksaan  Mengkaji tingkat hidrasi.
laboratorium seperti Ht,
BUN/kreatinin, osmolalitas
darah, natrium dan kalium.
3)         Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,

ketidakseimbangan intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan, dan

kurangnya pengetahuan.

Tujuan:

Intake nutrisi adekuat

Kriteria evaluasi:

-          Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.

-          Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.

-          Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.

-          Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan penurunan kalori

Rencana:

Intervensi Rasional
 Diskusikan dengan pasien dan  Pengertian dapat memotivasi untuk
keluarga tentang faktor menghindari faktor penyebab.
penyebab.
 Kaji psikososial pasien yang  Psikologis dapat mempengaruhi perilaku
berhubungan dengan makan makan yang berlebih.
berlebih
 Jelaskan hubungan obesitas  Obesitas dapat menyebabkan DM tipe II
dengan diabetes.
 Konsultasikan dengan ahli  Untuk menetapkan dan menghitung diet
gizi untuk program diet. sesuai dengan kebutuhan klien.
 Motivasi klien untuk  Dapat membantu dalam penurunan berat
mengkonsumsi cukup badan.
makanan yang mengandung
kompleks karbohidrat yang
tinggi.
 Bantu memilih menu harian  Menghindari kebosanan akan menu pada diet
berdasarkan rencana rendah yang telah ditentukan.
kalori dan rendah lemak.
 Timbang berat badan setiap  Menunjukkan intake nutrisi yang adekuat.
hari.
 Diskusikan kebutuhan diet  Latihan memudahkan ambilan glukosa
dan tingkatkan latihan sesuai sehingga menurunkan kadar gula darah,
program diet. memudahkan penurunan berat badan, dan
menurunkan resiko aterosklerosis.
 Libatkan keluarga dalam  Memberikan rasa keterlibatan, memberikan
perencanaan makan sesuai informasi kepada keluarga tentang
program diet dan indikasi. kebutuhan nutrisi klien.
 Kolaborasi pemeriksaan gula
   Gula darah akan menurun secara perlahan-
darah, pH, HCO3 lahan pada insulin yang terkontrol.
Pemberian insulin dosis optimal
menyebabkan glukosa masuk kedalam sel
yang digunakan untuk energi.

4)         Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sensasi sensori, gangguan

sirkulasi, penurunan aktivitas/mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan

kulit.

Tujuan:

Integritas kulit dapat dipertahankan

Kriteria evaluasi:

-          Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan seperti yang

ditunjukkan oleh hal-hal berikut:

         Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan memperlihatkan tanda-tanda

penyembuhan.

         Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawatan kulit yang tepat.

-          Dapat mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti yang ditunjukkan oleh hal-

hal berikut:

         Tidak mengalami kerusakan kulit

         Tidak terdapat daerah kemerahan

         Mempertahankan sirkulasi adekuat.


Rencana:

Intervensi Rasional
 Inspeksi kulit terhadap perubahan  Menandakan area sirkulasi buruk yang dapat
warna, turgor, vascular. menimbulkan dekubitus/infeksi.
 Jaga kulit tetap bersih dan kering.
 Kulit kotor dan basah merupakan media yang baik
 Berikan perawatan kulit dengan untuk tumbuhnya mikroorganisme.
salep atau krim.  Salep dan krim berfungsi untuk melembabkan kulit
sehingga mencegah terjadinya robekan kulit
 Pertahankan linen kering.  Menurunkan iritasi pada kulit dan resiko kerusakan
kulit.
 Lakukan perawatan luka dengan  Membersihkan luka sehingga mempercepat
larutan NaCl dan debridement sesuai tumbuhnya jaringan baru.
order.
 Berikan obat-obatan luka.  Membunuh mikroorganisme dan mempercepat
penyembuhan luka.
 Awasi dengan ketat terhadap tanda  Deteksi dini sebagai upaya preventif dan
dan gejala infeksi. menentukan intervensi yang tepat.
 Berikan tindakan untuk  Sirkulasi adekuat penting untuk aktivitas sel.
memaksimalkan sirkulasi darah.
 Awasi hasil pemeriksaan  Sebagai indikator pertukaran nutrisi.
laboratorium seperti albumin

5)         Gangguan pemenuhan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan akibat

penurunan produksi energi.

Tujuan:

Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi

Kriteria evaluasi:

-          Kelemahan klien berkurang

-          Mengungkapkan peningkatan energi.

-          Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang

diinginkan.
Rencana:

Intervensi Rasional
 Diskusikan dengan klien kebutuhan  Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
akan aktivitas, buat jadwal meningkatkan tingkat aktifitas meskipun mungkin
perencanaan dengan klien dan klien sangat lemah.
identifikasi aktifitas yang
menimbulkan kelelahan.
 Berikan aktifitas alternatif dengan  Mencegah kelelahan yang berlebihan.
periode istirahat yang cukup.
 Pantau tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah beraktifitas.  Mengindikasikan tingkat aktifitas yang dapat
 Tingkatkan partisipasi klien dalam ditolerir secara fisiologis.
melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat  Meningkatkan kepercayaan diri atau harga diri yang
ditoleransi. positif sesuai tingkat aktifitas yang dapat ditolelir
 Libatkan keluarga dalam klien
pelaksanaan aktivitas klien.
 Meningkatkan peran aktif keluarga dalam perawatan
klien.

6)         Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi sensori (visual), kelemahan

dan hipoglikemia.

Tujuan:

Injuri tidak terjadi.

Kriteria evaluasi:

-          Mengungkapkan peningkatan energi

-          Mencapai atau mempertahankan tingkat/status mental

-          Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensorik.

-          Pasien mengenali lingkungan yang berbahaya dan menghindarinya.

-          Pasien mengerti resiko injuri dengan perubahan sensori yang diungkapkan secara

verbal.
Rencana:

Intervensi Rasional
 Pantau tanda-tanda vital dan status  Sebagai dasar untuk membandingkan temua
mental. abnormal.
 Minimalkan faktor lingkungan yang  Mencegah kecelakaan akibat lingkungan yang
berbahaya. berbahaya.
 Libatkan keluarga dalam mencegah  Membantu mengurangi resiko injuri pada klien.
terjadinya injuri pada klien.
 Pelihara aktivitas rutin klien  Membantu memelihara klien tetap berhubungan
sekonsisten mungkin dan motivasi dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada
klien untuk melakukan kegiatan lingkungannya.
sehari-hari sesuai dengan
kemampuannya.  Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak
 Kaji adanya keluhan parastesia, nyeri nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan
atau kehilangan sensori pada mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit
paha/kaki, adanya ulkus, daerah dan gangguan keseimbangan.
kemerahan, tempat-tempat tertekan
dan denyut nadi perifer.  Penjelasan dapat memotivasi klien untuk
 Jelaskan hal-hal yang dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan
menyebabkan cedera pada klien cedera.
seperti penggunaan alat-
alat/melakukan aktivitas yang salah
 Bantu klien dalam ambulasi atau  Meningkatkan keamanan klien terutama rasa
perubahan posisi serta dalam keseimbangan.
melakukan aktivitas.
7)         Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

(pengelolaan diabetes), kemampuan mengingat yang kurang, diagnosis atau cara

pengobatan yang baru, keterbatasan kognitif.

Tujuan:

Pengetahuan klien bertambah

Kriteria evaluasi:

-          Klien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

-          Klien dapat menghubungkan tanda dan gejala dengan proses penyakit dan faktor

penyebab.

-          Klien dapat melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional

tindakan

-          Klien melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

Rencana:

Intervensi Rasional
 Ciptakan lingkungan saling percaya  Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan
dengan mendengarkan penuh sebelum pasien bersedia ambil bagian dalam proses
perhatian dan selalu ada untuk belajar.
pasien
 Bekerja dengan pasien dalam menata  Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
tujuan belajar yang diharapkan. antusias dan kerjasama pasien dengan prinsip-
prinsip yang dipelajari.
 Pilih berbagai strategi belajar  Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses
informasi meningkatkan penerapan pada individu
yang belajar.
 Diskusikan topik utama  Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
8)         Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi penatalaksanaan

terapeutik, sistem pendukung yang kurang adekuat.

Tujuan:

Penatalaksanaan aturan terapeutik di rumah berjalan efektif

Kriteria evaluasi:

-          Pasien mengerti tentang pemeliharaan di rumah

-          Melaksanakan keterampilan pemeliharaan secara benar

-          Mengungkapkan kepuasan tentang rencana pemeliharaan di rumah

Rencana:

Intervensi Rasional
 Ajarkan klien tentang diabetes  Lebih banyak pengetahuan klien tentang
mellitus, pengobatan, dan perawatan keadaannya, semakin mungkin mereka mematuhi
sesuai dengan panduan penyuluhan pengobatan dan perawatannya.
klien.
 Rujuk klien pada perawatan diri  Karena diabetes mellitus adalah gangguan kronis
diabetes bila diberikan fasilitas, sepanjang hidup, dukungan kontinyu penting dalam
agensi, organisasi komunitas. membantu seseorang untuk beradaptasi pada
perubahan gaya hidup yang disebabkan oleh rencana
terapeutik untuk pemeliharaan diri.
 Ahli diet khusus adalah spesialisasi nutrisi yang
 Rujuk klien pada ahli diet untuk dapat membantu klien dalam merencanakan makan
instruksi pada perencanaan makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai program.
terutama diet yang dianjurkan.  Untuk mempertahankan integritas kulit
 Ajarkan klien cara perawatan kaki
yang tepat.  Memudahkan ambilan seluler dari glukosa sehingga
 Bantu dalam perencanaan program menurunkan kadar glukosa darah, menurunkan berat
latihan reguler yang dapat dengan badan dn menurunkan resiko arterosklerosis.
mudah dikerjakan dalam rutinitas
harian. Jelaskan keuntungan dari
latihan.

Anda mungkin juga menyukai