Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok 01 Kelas 01
1. 15117027 Elstri Sihotang
2. 15117042 Roveri Boris
3. 15117057 Karina Ayu D.
4. 15117075 Yusuf Zidan
5. 15117079 Dimas Candika Alamsyah
6. 15117082 Tania Septi Anggraini
1.2. Tujuan
1.2.1. Menentukan koordinat geodetic, geosentrik dan UTM dari hasil pengolahan data statik jarak.
1.2.2. Menentukan position quality masing-masing pengukuran.
Pada metode static jaring ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu.
2.1. Waktu dan lama pengamatan GPS akan mempengaruhi tingkat ketelitian posisi
yang diperoleh, tingkat kesuksesan dari penentuan ambiguitas fase sinyal GPS ,
serta efek dan proses penjalaran dari kesalahan dan bias terhadap ketelitian
posisi.
2.2. Lama pengamatan yang lebih panjang, satelit akan meliput perubahan geometri
yang lebih besar serta perubahan kondisi atmosfer (ionosfer dan troposfer yang
bervariasi) sehingga akan menyebabkan randomisasi yang lebih baik terhadap
efek dari kesalahan orbit serta efek bias ionosfer dan troposfer pad adata ukuran
jarak.
2.3. Perubahan geometri yang lebih besar juga akan memudahkan penentuan dari
ambiguitas fase
2.4. Data ukuran yang lebih banyak dan selang pengamatan yang lebih lama akan
menghasilkan kualitas posisi yang lebih baik namun pengukuran data yang lebih
banyak akan menyebabkan memanjangkan waktu pelaksanaan survey sehingga
lebih lama dan biaya operasional relatif lebih mahal.
Sebelumnya, kita perlu merencanakan desain jarring, pada desain jaring tidak diperbolehkan ada
baseline trivial. Baseline trivial adalah baseline yang dapat diturunkan dari baselinbaseline
lainnya dari satu sesi pengamatan. Apabila dalam satu sesi pengamatan digunakan sejumlah n-
receiver
maka akan terdapat sejumlah (n-1) baseline bebas.
Hasil pengolahan data diubah menjadi 3 sistem koordinat diantara sistem koordinat UTM,
kartesian dan geodetic. Sistem UTM dengan sistem koordinat WGS 84 sering digunakan pada
pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan
kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi)
sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis
bujur pada ellipsoid. Pada sistem proyeksi UTM didefinisikan posisi horizontal dua dimensi (x,y)
menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan konform yang memotong bumi pada dua
meridian standar. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM
zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6° dan memiliki meridian tengah sendiri.
Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB
hingga 168° BB, terus ke arah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai 180° BT.
Batas lintang dalam sistem koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU. Setiap bagian derajat
memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80° LS ke arah utara. Bagian derajat dari
bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi
bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64°
LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya. Sedangkan, koordinat geodetic adalah
koordinat pada ellipsoid dengan lambing phi lamda h dan koordinat kartesian dinyatakan dalam
x,y,z.
BAB III
Prosedur Praktikum
Praktikum kali ini titik yang diukur adalah sebagai berikut.
N TITI
Lintang Bujur
O K
4.1.2. Modul IV
Koordinat Geodetik
Ellip
Titik Easting Northing Height Pos Qlty
9237452.39 816.517
ITB1 788662.8428 3 1 0.0000
9237312.89 783.007
TK01 788587.0758 9 3 0.10625
9237310.63 0.07430
TK02 788358.1596 4 784.968 6
9237492.35 789.427 0.11527
TK03 788477.0615 8 2 8
9237629.58 792.638 0.13611
TK04 788481.5886 5 6 1
9237854.10 796.393 0.25555
TK05 788372.4817 4 9 6
9237735.21 796.323 0.22847
TK06 788597.4187 4 4 2
9237787.10 796.634 0.66319
TK07 788620.016 7 6 4
Koordinat Geosentrik
4.2. Pembahasan
4.2.1. Modul III
Jaring pengamatan GNSS harus direncanakan sebelum melakukan
pengamatan. Rencana jaring dibuat berdasarkan beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut meliputi lama pengamatan, efektivitas pengamatan dan pergerakan,
kekuatan geometri dari jaring, dan kebutuhan pengamatan. Pada praktikum kali
ini dibuat sebuah rencana jaring pengamatan yaitu jaring 1 pada bagian 3.1 namun
jaring yang dilaksanakan yaitu jaring 2 yaitu pada bagian 3.2.
Faktor pertama yang mempengaruhi pemilihan jaring yaitu panjang baseline
yang direncanakan. Baseline pada jaring 2 memiliki perbedaan panjang yang
tidak jauh berbeda antar baselinenya, sedangkan pada jaring pertama, ada baseline
yang panjang tapi ada juga baseline yang pendek. Perbedaan panjang baseline
membuat konfigurasi jaring tidak proposional dan setiap titik tidak mendapat
bobot yang sama. Kemudian, banyaknya baseline tiap titik juga berpengaruh pada
jaring. Semakin banyak baseline pada satu titik, maka geometri dari jaring akan
semakin baik. Titik tersebut memiliki ikatan dari baseline yang lain sehingga hasil
dapat lebih optimal.
Kemudian, faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jaring yaitu dari
efektivitas pergerakan dan kebutuhan pengamatan. Baseline yang banyak akan
membuat kekuatan jaring semakin baik, akan tetapi waktu yang diperlukan
dengan receiver yang digunakan akan lebih banyak. Apabila ingin 1 kali
pengamatan memerlukan receiver yang lebih banyak sehingga akan menyebabkan
biaya sewa akan lebih mahal. Apabila pengamatan banyak, maka waktu yang
diperlukan akan semakin lama. Kemudian pergerakan pada jaring 2 lebih efektif
karena hanya memerlukan 3 sesi pengamatan dibandingkan pada jaring 1 yang
memerlukan 4 sesi pengamatan. Pada jaring 1 baseline yang diamati lebih banyak
sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan lebih panjang jika
dibandingkan dengan jaring 2. Semakin lama pengamatan akan berimplikasi pada
biaya yang akan dikeluarkan.
4.2.2. Modul IV
Data yang dihasilkan sebgaian adayang float hal ini dapat disebabkan
oleh data satelit yang masuk, lokasi pengukuran yang menyebbkan obstruksi atau
terdapat multipath serta waktu pengukuran yang tidak sama dengan titik kontrol
pengukuran. Cara post processing agar data menjadi fixed adalah melakukan
windowing data satelit yang sebleumnya telah dianalisis dengan metode double
differencing band L1 / L2.
Position quality yang dihasilkan memiliki nilai yang cukup besar, hal ini
disebabkan karena waktu pengukuran yang singkat dan bentuk jaring yang kurang
baik. Kesalahan terbesar terletak juga pada titik TK07, hal ini disebabkan karena
terjadinya perambatan kesalahan dan ellips error karena TK07 berada sangat
jauh dari titik kontrol.
4.3. Analisis
4.3.1. 15117027 Elstri Sihotang
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengambilan data GNSS dengan
menggunakan metode jarring. Pada hari sebelumnya praktikan telah membuat jarring
pengukuran, yang mana titik titik yang akan diukur berada di ITB dan lokasi setiap titik
sudah diberikan terlebih dahulu. Jaing yang dibuat terdiri dari 5 sesi pengamatan, akan
tetapi pada saat melakukan pengambilan data jarring yang digunakan adalah jarring yang
lebih efisien yaitu milik kelompok lain, karena jarring tersebut lebih efisien dalam waktu,
biaya dan lain lain. Pada jarring yang terpilih terdiri dari empat sesi pengamatan, hal itu
tentunya lebih baik karena lebih hemat waktu dalam hal mobilisasi dan perpindahan alat.
Selain itu, baseline yang diukur juga lebih sedikit dan lebih mempermudah pengolahan
datanya.
Sebelumnya, informasi yang diberikan hanyalah lokasi titik tempat pengambilan
data melalui data koordinat geodetic. Praktikan diminta untuk memilih titik yang berada
di sekitar lokasi itu, yang lebih memungkinkan untuk pengambilan data, yaitu bebas dari
obstruksi, menghindari kesalahan multipath karena hal itu akan mempengaruhi kulitas
data yang didapatkan. Waktu yang dibutuhkan untuk satu sesi pengambilan data adalah
30 menit. Akan tetapi pada saat memulai pengambilan data, antar tempat tidak dalam
waktu yang sama, maka waktunya lebih dari 30 menit, agar ada waktu yang beririsan
anatara titik satu dengan titik yang lain selama 30menit. Hal itulah yang dilakukan dalam
tiap pengambilan data disetiap titik.
Selanjutnya setelah data yang dibutuhkan diambil, dilanjutkan dengan proses
pengolahan data. Dari pengolahan data yang didapatkan pada saat pengukuran didapatkan
hasil sebagaimana terlapir pada bagian hasil dan pembahasan. Dari hasil tesebut dapat
dilihat bahwa nilai standar deviasi pada koordinat lomgitude dan latitudemya kecil. Dari
hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa pengambilan data dan pengolahannya sudah
baik. Selain pada pengambilan dan pengolahan data, baik tidaknya suatu hasil
dipengaruhi juga oleh jarring pengukuran. Jarring harus dibentuk sesederhana mungkin,
dan jarak antar baseline tidak terlalu jauh. Karena semakin pendek jarak antar dua titik
pengamatan (baseline) maka kesalahan yang terjadi lebih sedikit yang meliputi bias
ionosfer,dan bias troposfer . Selain itu sesi pengamatan juga harus diperhatikan jangan
sampai ada baseline yang trivial, karena akan menyebabkan terjadinya perambatan
kesalahan dan dapat memperburuk hasil pengukuran.
Pada praktikum kali ini dipelajari mengenai survei statik jaring. Ketelitian
pengamatan pada pengukuran baseline dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
geometri pengamatan, strategi pengamatan, dan strategi pengolahan data.
Ketelitian data yang ada dapat dipengaruhi oleh geometri persebaran satelit,
obstruksi yang ada di sekitar titik yang ada di lapangan, jumlah satelit yang
terhubung, dan kualitas receiver.
Dari hasil pengolahan dapat dilihat bahwa titik TK 02 memiliki hasil
pengamatan paling baik, baik itu dalam UTM,Geodetik, dan juga Geosentrik, ini
ditandai dengan besaran kualitas posisinya. Hal ini mungkin dikarenakan obstruksi
sekitar titik TK 02 ini tidak sebanyak maupun sedekat titik lain. Sedangkan untuk
titik yang kualitas posisinya cukup besar ialah TK07. Hal ini dikarenakan obstruksi
yang cukup banyak di sekitar titik pengamatan TK 07, terdapat bangunan dan
pohon-pohon yang cukup tinggi mengelilingi titik pengamatan.
Dengan ini secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pengukuran
metode statik jaring memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah
geometri lebih kuat, ketelitian lebih tinggi, juga baik untuk diuji secara statistic
karena memiliki hasil yang banyak juga presisi. Sedangkan kelemahannya adalah
pengukuran kurang efektif, ada kemungkinan terdapat pengukuran baseline yang
trivial. Kualitas data dalam hal ini di pengaruhi oleh elips kesalahan dan akibat
perambatan kesalahan yang di sebabkan oleh posisi titik terhadap control.
.
4.3.5. 15117079 Dimas Candika Alamsyah
BAB V
Kesimpulan Saran
5.1. Kesimpulan
Koordinat geodetic, geosentrik dan UTM dari hasil pengolahan data statik jarak terlampir pada
table berikut.
5.2. Saran
Pelaksanaan praktikum kali ini sudah berjalan dengan baik, akan tetapi alangkah
menjadi lebih baik lagi apabila komunikasi antara kelompok lebih baik lagi, karena pada
saat melakukan pengukuran, waktu mulainya tidak bersamaan, sehingga pengukuran
disuatu titik lebih dari 30 menit dan itu mempengaruhi terhadap rencana pengukuran
awal, biasanya waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama.
Lampiran
TK01
TK04
Praktikum
Hasil Pengolahan Data
Network Adjustment
www.MOVE3.com
(c) 1993-2012 Grontmij
Licensed to Leica Geosystems AG
Project Information
General Information
Adjustment
Dimension: 3D
Number of iterations: 0
Stations
Total: 8
Observations
Known coordinates: 3
Unknowns
Coordinates: 24
Total: 24
Degrees of freedom: 24
Testing
Beta: 80.0 %
Adjustment Results
Coordinates
Station Coordinate Corr Sd
Observation Tests
DX TK04 TK06 0.3488 m 4 19.6 3.674.67
DY 0.4260 m 4 11.8 2.18
DZ 0.1434 m 32 6.6 3.17
DX TK04 TK05
DY
DZ
DX TK01 TK07
W-Test:
T-Test (3-dimensional):
DY -0.0836 m
DZ -0.0630 m
DY 0.0203 m
DZ 0.0559 m
DY 0.0289 m
DZ -0.0636 m
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Rini Fathoni. 2014. Global Navigation Satellite System. Yogyakarta. UGM
S. Soedomo, Surveying and Mapping, Bandung, 2003.
Bakara Jakondar, 2011, perkembangan sistem satelit navigasi global dan aplikasinya, Lapan.
Abidin, Hasanuddin Z, 2001, Geodesi Satelit, Jakarta, PT Pradnya Paramita.
A. Hamidatul, B. Emma Vio Nisa., P. Andi Nurul Widi , S. Sajidah, M. Andika , M. Farras
Aulia , 2017, Survei Pengukuran Titik Kontrol Dengan Metode Jaring Menggunakan GPS,
Surabaya, website: file:///C:/Users/user/Downloads/372862217-Fix-Laporan-Praktikum-Gps-
Metode-Jaring.pdf diakses pada 20 November 2019.