Anda di halaman 1dari 35

PRAKTIKUM KE-03&04

“Pengukuran GNSS Metode Statik Jarak dan


Pengolahan Data”
GD3105 Survei GNSS

Kelompok 01 Kelas 01
1. 15117027 Elstri Sihotang
2. 15117042 Roveri Boris
3. 15117057 Karina Ayu D.
4. 15117075 Yusuf Zidan
5. 15117079 Dimas Candika Alamsyah
6. 15117082 Tania Septi Anggraini

Teknik Geodesi dan Geomatika


Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung
2019
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berkembang dengan pesat, tidak
hanya itu saja, tapi menawarkan suatu kemudahan untuk para penggunanya dalam
melakukan berbagai aktivitas. Kemudahan ini dirasakan dalam melakukan pekerjaan,
sebelumnya dimana dilakukan secara manual, tapi kini dilakukan dengan lebih
efisien,efektif, dan teliti sehingga mengurangi banyak kesalahan terutama dalam faktor
human error. Untuk mengurangi faktor tersebut, maka terciptalah teknologi yang salah-
satunya ialah GPS (Global Positioning System).
GPS (Global Positioning System) merupakan sistem untuk menentukan posisi dan
navigasi secara global dengan menggunakan satelit yang pertama kali dikembangkan oleh
Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan dikelola oleh Amerika Serikat ynag
digunakan untuk kepentingan militer ataupun sipil. Saat ini GPS sudah digunakan secara
massal dengan memanfaatkan apliasi di Handphone. Sistem GPS sudah banyak digunakan
dalam berbagai disiplin bidang ilmu yang berkaitan dengan navigasi dan penentuan posisi
menggunakan GPS.
Dalam perkembangannya, terutama dalam bidang Geodesi dan Geomatika, GPS
membantu banyak pekerjaan yang akan dilakukan. Hal yang dirasakan ialah untuk
membantu survey reconnaissance. Survey ini adalah langkah awal untuk mengidentifikasi
pekerjaan yang nantinya akan dilakukan. GPS berperan untuk membantu penentuan arah,
penginterpretasi wilayah, dan masih banyak lagi. Tetapi, dibalik itu semua dibutuhkan
suatu alat untuk mengetahui atau menerima informasi yang berasal dari GPS, yaitu
receiver.
Terdapat beberapa jenis GPS yang banyak dikenal oleh masyarakat umum, yakni GPS
navigasi dan GPS Geodetik. Kedua GPS ini memiliki kegunaan dan fungsi yang berbeda
tergantung pada tujuan penggunaan dan pengguna GPS. GPS navigasi merupakan GPS
yang terdapat di hampir semua smart phone salah satu kelebihan GPS navigasi adalah
dapat menentukan posisi secara cepat dan akuasi yang cukup tinggi karena menggunakan
bantuan satelit, akurasi dari GPS navigasi bisa mencapai 3 sampai 4 meter. GPS navigasi
juga menggunakan sistem Real-time yang memungkinkan penggunanya dapat
menggunakannya kapanpun tanpa harus mengolah data terlebih dahulu. Sedangkan GPS
geodetik tak banyak dikenal oleh khalayak ramai karena hanya bisa digunakan oleh
golongan tertentu. GPS geodetik ini biasa digunakan untuk pengukuran posisi secara lebih
akurat. Pengukuran dilakukan dengan alat yangdisertai dengan kelengkapan pengukuran
dimana tidak sembarang orang bisa menggunakannya. GPS geodetik ini biasanya digunkan
oleh tenaga survei yang dilakukan dengan berbagai macam tujuan pengukuran. GPS
geodetik ini lebih akurat dan presisi daripada GPS navigasi, namun GPS geodetik juga
memiliki kekurangan daripada GPS navigasi, yakni tidak portable (tidak bisa dibawa
kemana-mana) dan alat yang digunakan memiliki harga yang cukup mahal, sedangkan
GPS navigasi bisa dimiliki hanya dengan menginstall aplikasi GPS di smart phone
masing-masing.
GPS (Global Positioning System) digunakan dalam geodesy karena penggunaan GPS tidak
tergantung cuaca dan waktu. Selain itu, penggunaan GPS dapat mencakup daerah yang sangat luas karena
satelit GPS mempunyai orbit yang cukup tinggi yaitu sekitar 20.000 km diatas permukaan bumi dan
jumlah satelit GPS cukup banyak yaitu 24 satelit sehingga penggunaan satelit ini dapat digunakan oleh
siapa saja dalam waktu yang bersamaan.

1.2. Tujuan
1.2.1. Menentukan koordinat geodetic, geosentrik dan UTM dari hasil pengolahan data statik jarak.
1.2.2. Menentukan position quality masing-masing pengukuran.

1.3. Tempat, tanggal, dan waktu pelaksanaan


Tempat : ITB
Tanggal : 16 November 2019
Waktu : 08.00-10.00 WIB

1.4. Alat yang digunakan


1.4.1. GNSS
1.4.2. Tribatch
1.4.3. Statif
1.4.4. Roll Meter
1.4.5. Rompi (6)
1.4.6. Helm (6)
1.4.7. PC yang sudah terinstal software Leica Geosystem
BAB II
Dasar Teori
Sistem satelit navigasi global GNSS terdiri dari segmen antariksa, segmen
pengendali dan segmen pengguna. Segmen antariksa (satelit) memancarkan sinyal
navigasi kepada segmen pemakai, yang dikendalikan stasiun pengendali di Bumi. Satelit
navigasi terdiri dari konstelasi satelit dengan cakupan global. Fungsi satelit- satelit
tersebut mengirim sinyal ke receiver yang dipasang di pesawat terbang, kapal laut,
kendaraan bermotor dan manusia, untuk dapat menentukan posisi-posisi mereka.
Satelit navigasi mempunyai ke- mampuan untuk memberikan informasi tentang
posisi lokasi geografis dan sinkronisasi waktu dalam penggunaan sinyal real time dari
satelit navigasi yang mengorbit. Posisi yang ditentukan terdiri dari 4 (empat) dimensi
yaitu garis bujur, garis lintang, ketinggian, dan waktu
Satelit navigasi juga digunakan dalam berbagai sektor yaitu penelitian/survey,
precision farming/ ketelitian dalam pertanian, mendukung pencarian dan penyelamatan,
ilmu kebumian, manajemen transportasi, pergantian waktu yang tepat, manajemen/
pelacakan/anti pencurian. Sistem GNSS terus berkembang dan kemudian juga
digunakan dalam berbagai sektor, seperti pengangkutan, keamanan, pengawasan, dan
industri.
Berbagai sistem GNSS yang telah dikembangkan antara lain:
2.1. GPS milik Amerika Serikat, di mana secara efektif telah menyediakan layanan
global,
2.2. Sistem GLONASS milik Rusia (Uni Soviet),
2.3. Sistem Galileo milik Eropa yang dikembangkan Union Europe (UE) bekerjasama
dengan ESA.
2.4. Sistem navigasi regional Beidou dikembangkan negara Cina,
2.5. Sistem navigasi IRNSS dikembangkan oleh India,
2.6. QZSS akan dikembangkan oleh Jepang.
Ada berbagai macam perangkat penerima sinyal satelit navigasi (GNSSreceiver)
berdasarkan jenis, merk, dan fungsinya. Berdasarkan fungsinya secaraumum terbagi menjadi tiga
katagori, yaitu Penunjuk Arah (Navigation), Pemetaan(Mapping), dan Ketelitian Tinggi
(Geodetic).Tipe alat GNSS receiver pertama adalah tipe Navigasi (Handheld, HandyGPS).
Tipe nagivasi harganya cukup murah, sekitar 1 - 4 juta rupiah, namun ketelitian posisi
yang diberikan saat ini baru dapat mencapai 3 sampai 6 meter. Tipe alat yang kedua adalah tipe
geodetik single frekuensi (tipe pemetaan), yang biasa digunakan dalam survey dan pemetaan
yang membutuhkan ketelitian posisisekitar sentimeter sampai dengan beberapa desimeter. Tipe
terakhir adalah tipe Geodetik dual frekuensi yang dapat memberikan ketelitian posisi hingga
mencapai milimeter. Tipe ini biasa digunakan untuk aplikasi precise positioning seperti
pembangunan jaring titik kontrol, survey deformasi, dan geodinamika.Harga receiver tipe
geodetik cukup mahal, mencapai ratusan juta rupiah untuk 1unitnya.
Tipe navigasi atau handheld, pada umumnya digunakan pada bidang militer atau untuk
keperluan navigasi. Seperti penentuan posisi untuk perang,seperti menuntun arah bom, atau
mengertahui posisi pasukan berada. Dengan caraini maka kita bisa mengetahui mana teman
mana lawan untuk menghindari salah target, ataupun menentukan pergerakan
pasukan.Sedangkan untuk keperluannavigasi digunakan sama layaknya seperti kompas.
Beberapa kendaraan telahdilengkapi dengan GPS untuk alat bantu navigasi, dengan
menambahkan peta,maka bisa digunakan untuk memandu pengendara, sehingga pengendara bisa
mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Setiap
GPS pasti memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan tentunya.Pada GPS tipe navigasi seperti
ini memiliki kekurangan seperti tingkat ketelitian yang sangat rendah. Yatu hanya mencapai 3-6
meter, yang artinya apabila alat tersebut menunjukkan suatu titik, maka titik tersebut berada
sekitar 3 sampai 6 meter disekitarnya. Jadi belum presisi, namun karena alat ini biasanya
hanyadigunakan untuk keperluan militer dan penunjuk arah, maka tidak masalah.Karena selain
itu GPS ini memiliki kelebihan yaitu ringan, mudah dibawa-bawa,mudah digunakan karena tidak
memerlukan pemahaman tingkat tinggi, dan murah.
2.1. Metode absolut
Metode Absolut adalah penentuan posisi yang hanya menggunakan 1 alat receiver GPS.
Karakteristik penentuan posisi dengan cara absolut ini adalah sebagai berikut :
2.1.1. Satelit-satelit mengirim sinyal secara terus menerus (posisi satelit, waktu dll)
2.1.2. Receiver GPS menerima sinyal tersebut dan menghitung jarak ke satelit tersebut
2.1.3. Receiver GPS menerima sinyal (dan jarak ke masing masing satelit) dari minimal 4
satelit
2.1.4. Mengkalkulasi posisi receiver GPS Receiver GPS menerima sinyal (dan jarak ke
masing masing satelit) dari minimal 4 satelit dan mengkalkulasi posisi receiver GPS B.

2.2. Metode relatif


Metode relative (differensial) Penentuan posisi relatif atau metoda differensial adalah
menentukan posisi suatu titik relatif terhadap titik lain yang telah diketahui koordinatnya ,
pengukuran dilakukan secara bersamaan pada dua titik dalam selang waktu tertentu.
Memerlukan minimal 2 receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah diketahui
koordinatnya. Posisi titik ditentukan relatif terhadap titik yang diketahui. Konsep dasar
adalah differencing process dapat mengeliminir atau mereduksi pengaruh dari beberapa
kesalahan dan bias. Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat mm sampai
dengan dm.
Metode relative terdiri dari beberapa jenis, beberapa diantaranya yaitu static radial dan static
jarring. Perbedaannya tercantum pada tabel dibawah ini
Statik Radial Statik Jaring

 4 baseline bebas  10 baseline bebas


 Geometri untuk penentuan posisi  Geometri untuk penentuan posisi relatif
relatif lebih lemah lebih kuat
 Ketelitian posisi yang diperoleh  Ketelitian posisi yang diperoleh relatif
relatif akan lebih rendah akan lebih tinggi
 Waktu pengumpulan data dan  Waktu pengumpulan data dan
pengolahan data relatif akan lebih pengolahan data relatif akan lebih
cepat lambat
 Jumlah receiver dan/atau sesi  Jumlah receiver dan/atau sesi
pengamatan yang diperlukan pengamatan yang diperlukan relatif
relatif lebih sedikit lebih banyak
 Biaya untuk logistik, transportasi  Biaya untuk logistik, transportasi dan
dan akomodasi relatif akan lebih akomodasi relatif akan lebih mahal
murah
 kontrol kualitas relatif baik
 kontrol kualitas relatif lemah
 

Pada metode static jaring ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu.
2.1. Waktu dan lama pengamatan GPS akan mempengaruhi tingkat ketelitian posisi
yang diperoleh, tingkat kesuksesan dari penentuan ambiguitas fase sinyal GPS ,
serta efek dan proses penjalaran dari kesalahan dan bias terhadap ketelitian
posisi.
2.2. Lama pengamatan yang lebih panjang, satelit akan meliput perubahan geometri
yang lebih besar serta perubahan kondisi atmosfer (ionosfer dan troposfer yang
bervariasi) sehingga akan menyebabkan randomisasi yang lebih baik terhadap
efek dari kesalahan orbit serta efek bias ionosfer dan troposfer pad adata ukuran
jarak.
2.3. Perubahan geometri yang lebih besar juga akan memudahkan penentuan dari
ambiguitas fase
2.4. Data ukuran yang lebih banyak dan selang pengamatan yang lebih lama akan
menghasilkan kualitas posisi yang lebih baik namun pengukuran data yang lebih
banyak akan menyebabkan memanjangkan waktu pelaksanaan survey sehingga
lebih lama dan biaya operasional relatif lebih mahal.
Sebelumnya, kita perlu merencanakan desain jarring, pada desain jaring tidak diperbolehkan ada
baseline trivial. Baseline trivial adalah baseline yang dapat diturunkan dari baselinbaseline
lainnya dari satu sesi pengamatan. Apabila dalam satu sesi pengamatan digunakan sejumlah n-
receiver
maka akan terdapat sejumlah (n-1) baseline bebas.

Alasan tidak boleh mengandung baseline trivial adalah:


2.1. Spesifikasi Geometri tidak terpenuhi
2.2. Informasi yang masuk ke dalam perataan jaringan menjadi berkurang
2.3. Tingkat ketelitian dari titik yang diperoleh secara teoritis akan berkurang
2.4. Hasil yang diberikan oleh hitung perataan jaringan tidak mencerminkan yang sebenarnya.
Tidak realistis
2.5. Pengikut-sertaan baseline trivial dalam perataan jaringan akan memberikan hasil perataan
yang terkesan lebih presisi dibandingkan kondisi yang sebenarnya > tidak realistis
2.6. Karena pada dasarnya tidak ada informasi tambahan, maka tingkat ketelitian titik yang
diperoleh tidak akan berubah
2.7. Karena semakin banyak baseline yang terlibat, beban pengolahan data semakin bertambah

Hasil pengolahan data diubah menjadi 3 sistem koordinat diantara sistem koordinat UTM,
kartesian dan geodetic. Sistem UTM dengan sistem koordinat WGS 84 sering digunakan pada
pemetaan wilayah Indonesia. UTM menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan
kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi)
sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan garis
bujur pada ellipsoid. Pada sistem proyeksi UTM didefinisikan posisi horizontal dua dimensi (x,y)
menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan konform yang memotong bumi pada dua
meridian standar. Seluruh permukaan bumi dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM
zone. Setiap zone dibatasi oleh dua meridian sebesar 6° dan memiliki meridian tengah sendiri.
Sebagai contoh, zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB
hingga 168° BB, terus ke arah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai 180° BT.
Batas lintang dalam sistem koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU. Setiap bagian derajat
memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80° LS ke arah utara. Bagian derajat dari
bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F, hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi
bagian derajat 80° LS hingga 72° LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64°
LS hingga 56° LS diberi notasi E, dan seterusnya. Sedangkan, koordinat geodetic adalah
koordinat pada ellipsoid dengan lambing phi lamda h dan koordinat kartesian dinyatakan dalam
x,y,z.
BAB III
Prosedur Praktikum
Praktikum kali ini titik yang diukur adalah sebagai berikut.

N TITI
Lintang Bujur
O K

1 TK01 6° 53' 34.01374" S 107° 36' 40.53904" E

2 TK02 6° 53' 34.11557" S 107° 36' 34.01812" E

3 TK03 6° 53' 28.25045" S 107° 36' 37.13496" E

4 TK04 6° 53' 23.76766" S 107° 36' 37.29678" E

5 TK05 6° 53' 16.41134" S 107° 36' 33.98506" E

6 TK06 6° 53' 20.32796" S 107° 36' 41.18848" E

7 TK07 6°53' 18.92187" S 107° 36' 41.69193" E

Berikut prosedur pelaksanaan praktikum metode static jarak:


1. Masing-masing kelompok membuat desain jaring beserta tabel pengukuran
2. Satu desain terbaik akan digunakan dalam praktikum modul 3
3. Setelah desain ditentukan, pengukuran dibagi menjadi 3 sesi waktu
pengukuran, yakni sesi pagi, sesi siang, dan sesi sore.
4. Tiap kelompok melakukan pengukuran statik pada 2 titik yang berbeda
5. Dalam satu sesi, pengukuran dilakukan pada satu titik.
6. Pengukuran dilakukan secara serentak antar kelompok pada waktu dan durasi
yang sama.
7. Pengamatan dilakukan dengan cara seperti berikut:
1. Siapkan receiver GPS.
2. Pasang alat pada TK01 yang berada di Seni Rupa dan TK4 di sekitar
Plaza Widya
3. Tekan tombol ‘function’ pada receiver.
4. Ukur tinggi alat receiver.
5. Koordinasi waktu start dengan kelompok yang berada di titik lainnya.
6. Tekan tombol record.
7. Matikan alat setelah 30 menit atau waktu yang sudah dikoordinasikan
dengan kelompok lainnya.
8. Langkah di atas berlaku hingga pengamatan metode statik pada titik
lainnya.
Berikut langkah pengolahan data pengukuran GNSS Metode Statik Jaring
secara garis besar :
1. Download atau transfer data mentah (RAW data) dari alat (receiver) ke
hardware komputer
2. Konversi data mentah tersebut ke dalam format data RINEX (.O , .N ,
.G, dsb)
3. Merapikan data RINEX
4. Pengolahan data RINEX pada software
5. Windowing atau editing, yakni proses modifikasi data pengamatan agar
hasil menjadi lebih baik
6. Melakukan Network Adjustment atau perataaan jaring
7. Selesai, memberikan laporan (report) hasil dari pengolahan data.
3.1. Baseline yang direncanakan

SESI Tempat Alat


1 1,2,3,4,5
2 1,4,5,6,7,
3 2,4,5,3
4 1,4,6,7
Perpindahan Baseline Bebas
Waktu Sesi (kegiatan) Penempatan alat
alat yang diamati
Lab Surta ke
Penagmbilan
07.30- TK1, TK2,
alat dan  
08.00 TK3,TK4 dan
mobilisasi TK 1, TK2, TK3, TK4
TK5
dan TK 5
TK1-TK2,TK1-
08.00-
I   TK3,TK3-TK4 TK2-
08.30
TK5
Tempat Sesi I
08.30-
Mobilisasi ke tempat sesi  
08.00
II TK1,TK4,TK5,TK6,TK
7 TK1-TK6,TK1-
09.00-
II   TK7,TK4-TK8,TK7-
09.30
TK5
Tempat Sesi II
09.30-
Mobilisasi ke tempat sesi  
10.00
III TK2,TK4,TK5,TK3
10.00- TK2-TK4,TK4-TK5,
III  
10.30 TK2-TK3
Tempat Sesi III
10.30-
Mobilisasi ke Tempat Sesi  
11.00
IV TK1,TK4,TK6,TK7
11.00- TK1-TK4,TK4-
IV  
11.30 TK6,TK6-TK7
11.30- Mobiliasi Tempat Sesi IV
   
11.50 pulang ke Lab Surta
3.2. Baseline yang dilaksanakan
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1. Hasil
4.1.1. Modul III

4.1.2. Modul IV
Koordinat Geodetik

Titik Latitude Longitude Height Post Qlty


ITB1 6° 53' 29.50061" S 107° 36' 43.22851" E 816.5171 0.0000
TK01 6° 53' 34.05206" S 107° 36' 40.78699" E 783.0073 0.205556
TK02 6° 53' 34.16649" S 107° 36' 33.33566" E 784.968 0.132639
TK03 6° 53' 28.23355" S 107° 36' 37.17382" E 789.4272 0.274306
TK04 6° 53' 23.76852" S 107° 36' 37.29675" E 792.6386 0.386111
TK05 6° 53' 16.48397" S 107° 36' 33.70515" E 796.3939 0.540278
TK06 6° 53' 20.31163" S 107° 36' 41.04844" E 796.3234 0.520833
TK07 6° 53' 18.61945" S 107° 36' 41.77478" E 796.6346 1.436111
Koordinat UTM

Ellip
Titik Easting Northing Height Pos Qlty
9237452.39 816.517
ITB1 788662.8428 3 1 0.0000
9237312.89 783.007
TK01 788587.0758 9 3 0.10625
9237310.63 0.07430
TK02 788358.1596 4 784.968 6
9237492.35 789.427 0.11527
TK03 788477.0615 8 2 8
9237629.58 792.638 0.13611
TK04 788481.5886 5 6 1
9237854.10 796.393 0.25555
TK05 788372.4817 4 9 6
9237735.21 796.323 0.22847
TK06 788597.4187 4 4 2
9237787.10 796.634 0.66319
TK07 788620.016 7 6 4

Koordinat Geosentrik

Titik X Y Z Post Qlty


ITB1 -1916225.452 6036318.371 -760324.2501 0.0000
TK01 -1916138.858 6036293.35 -760459.0544 0.205556
TK02 -1915921.257 6036364.02 -760462.78 0.132639
TK03 -1916041.538 6036353.435 -760282.3525 0.274306
TK04 -1916051.079 6036371.019 -760146.5481 0.386111
TK05 -1915955.219 6036433.521 -759924.8081 0.540278
TK06 -1916165.834 6036351.797 -760041.5494 0.520833
TK07 -1916189.071 6036351.287 -759989.9727 1.436111

4.2. Pembahasan
4.2.1. Modul III
Jaring pengamatan GNSS harus direncanakan sebelum melakukan
pengamatan. Rencana jaring dibuat berdasarkan beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut meliputi lama pengamatan, efektivitas pengamatan dan pergerakan,
kekuatan geometri dari jaring, dan kebutuhan pengamatan. Pada praktikum kali
ini dibuat sebuah rencana jaring pengamatan yaitu jaring 1 pada bagian 3.1 namun
jaring yang dilaksanakan yaitu jaring 2 yaitu pada bagian 3.2.
Faktor pertama yang mempengaruhi pemilihan jaring yaitu panjang baseline
yang direncanakan. Baseline pada jaring 2 memiliki perbedaan panjang yang
tidak jauh berbeda antar baselinenya, sedangkan pada jaring pertama, ada baseline
yang panjang tapi ada juga baseline yang pendek. Perbedaan panjang baseline
membuat konfigurasi jaring tidak proposional dan setiap titik tidak mendapat
bobot yang sama. Kemudian, banyaknya baseline tiap titik juga berpengaruh pada
jaring. Semakin banyak baseline pada satu titik, maka geometri dari jaring akan
semakin baik. Titik tersebut memiliki ikatan dari baseline yang lain sehingga hasil
dapat lebih optimal.
Kemudian, faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jaring yaitu dari
efektivitas pergerakan dan kebutuhan pengamatan. Baseline yang banyak akan
membuat kekuatan jaring semakin baik, akan tetapi waktu yang diperlukan
dengan receiver yang digunakan akan lebih banyak. Apabila ingin 1 kali
pengamatan memerlukan receiver yang lebih banyak sehingga akan menyebabkan
biaya sewa akan lebih mahal. Apabila pengamatan banyak, maka waktu yang
diperlukan akan semakin lama. Kemudian pergerakan pada jaring 2 lebih efektif
karena hanya memerlukan 3 sesi pengamatan dibandingkan pada jaring 1 yang
memerlukan 4 sesi pengamatan. Pada jaring 1 baseline yang diamati lebih banyak
sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan lebih panjang jika
dibandingkan dengan jaring 2. Semakin lama pengamatan akan berimplikasi pada
biaya yang akan dikeluarkan.

4.2.2. Modul IV
Data yang dihasilkan sebgaian adayang float hal ini dapat disebabkan
oleh data satelit yang masuk, lokasi pengukuran yang menyebbkan obstruksi atau
terdapat multipath serta waktu pengukuran yang tidak sama dengan titik kontrol
pengukuran. Cara post processing agar data menjadi fixed adalah melakukan
windowing data satelit yang sebleumnya telah dianalisis dengan metode double
differencing band L1 / L2.
Position quality yang dihasilkan memiliki nilai yang cukup besar, hal ini
disebabkan karena waktu pengukuran yang singkat dan bentuk jaring yang kurang
baik. Kesalahan terbesar terletak juga pada titik TK07, hal ini disebabkan karena
terjadinya perambatan kesalahan dan ellips error karena TK07 berada sangat
jauh dari titik kontrol.

4.3. Analisis
4.3.1. 15117027 Elstri Sihotang
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengambilan data GNSS dengan
menggunakan metode jarring. Pada hari sebelumnya praktikan telah membuat jarring
pengukuran, yang mana titik titik yang akan diukur berada di ITB dan lokasi setiap titik
sudah diberikan terlebih dahulu. Jaing yang dibuat terdiri dari 5 sesi pengamatan, akan
tetapi pada saat melakukan pengambilan data jarring yang digunakan adalah jarring yang
lebih efisien yaitu milik kelompok lain, karena jarring tersebut lebih efisien dalam waktu,
biaya dan lain lain. Pada jarring yang terpilih terdiri dari empat sesi pengamatan, hal itu
tentunya lebih baik karena lebih hemat waktu dalam hal mobilisasi dan perpindahan alat.
Selain itu, baseline yang diukur juga lebih sedikit dan lebih mempermudah pengolahan
datanya.
Sebelumnya, informasi yang diberikan hanyalah lokasi titik tempat pengambilan
data melalui data koordinat geodetic. Praktikan diminta untuk memilih titik yang berada
di sekitar lokasi itu, yang lebih memungkinkan untuk pengambilan data, yaitu bebas dari
obstruksi, menghindari kesalahan multipath karena hal itu akan mempengaruhi kulitas
data yang didapatkan. Waktu yang dibutuhkan untuk satu sesi pengambilan data adalah
30 menit. Akan tetapi pada saat memulai pengambilan data, antar tempat tidak dalam
waktu yang sama, maka waktunya lebih dari 30 menit, agar ada waktu yang beririsan
anatara titik satu dengan titik yang lain selama 30menit. Hal itulah yang dilakukan dalam
tiap pengambilan data disetiap titik.
Selanjutnya setelah data yang dibutuhkan diambil, dilanjutkan dengan proses
pengolahan data. Dari pengolahan data yang didapatkan pada saat pengukuran didapatkan
hasil sebagaimana terlapir pada bagian hasil dan pembahasan. Dari hasil tesebut dapat
dilihat bahwa nilai standar deviasi pada koordinat lomgitude dan latitudemya kecil. Dari
hasil tersebut dapat di simpulkan bahwa pengambilan data dan pengolahannya sudah
baik. Selain pada pengambilan dan pengolahan data, baik tidaknya suatu hasil
dipengaruhi juga oleh jarring pengukuran. Jarring harus dibentuk sesederhana mungkin,
dan jarak antar baseline tidak terlalu jauh. Karena semakin pendek jarak antar dua titik
pengamatan (baseline) maka kesalahan yang terjadi lebih sedikit yang meliputi bias
ionosfer,dan bias troposfer . Selain itu sesi pengamatan juga harus diperhatikan jangan
sampai ada baseline yang trivial, karena akan menyebabkan terjadinya perambatan
kesalahan dan dapat memperburuk hasil pengukuran.

4.3.2. 15117042 Roveri Boris H.

Pada praktikum kali ini dipelajari mengenai survei statik jaring. Ketelitian
pengamatan pada pengukuran baseline dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
geometri pengamatan, strategi pengamatan, dan strategi pengolahan data.
Ketelitian data yang ada dapat dipengaruhi oleh geometri persebaran satelit,
obstruksi yang ada di sekitar titik yang ada di lapangan, jumlah satelit yang
terhubung, dan kualitas receiver.
Dari hasil pengolahan dapat dilihat bahwa titik TK 02 memiliki hasil
pengamatan paling baik, baik itu dalam UTM,Geodetik, dan juga Geosentrik, ini
ditandai dengan besaran kualitas posisinya. Hal ini mungkin dikarenakan obstruksi
sekitar titik TK 02 ini tidak sebanyak maupun sedekat titik lain. Sedangkan untuk
titik yang kualitas posisinya cukup besar ialah TK07. Hal ini dikarenakan obstruksi
yang cukup banyak di sekitar titik pengamatan TK 07, terdapat bangunan dan
pohon-pohon yang cukup tinggi mengelilingi titik pengamatan.
Dengan ini secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pengukuran
metode statik jaring memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah
geometri lebih kuat, ketelitian lebih tinggi, juga baik untuk diuji secara statistic
karena memiliki hasil yang banyak juga presisi. Sedangkan kelemahannya adalah
pengukuran kurang efektif, ada kemungkinan terdapat pengukuran baseline yang
trivial. Kualitas data dalam hal ini di pengaruhi oleh elips kesalahan dan akibat
perambatan kesalahan yang di sebabkan oleh posisi titik terhadap control.

4.3.3. 15117057 Karina Ayu Dewayanti P.H.

Pada praktkum kali ini, telah dilakukan pengukuran GNSS dengan


mengguakan metode jaring 3 sesi, yakni sesi 1 (pagi), sesi 2 (siang), dan sesi
3(sore), dan melakukan pengolahan data untuk mendapatkan standar deviasi yang
diperoleh dari pengukuran. Dari hasil pengolahan data telah didapat standar deviasi
pada masing-masing titik atau baseline. Pada kelompok ini, titik yang diukur
adalah TK01 dan TK04. Dari perolehan hasil standar deviasi telah didapat bahwa
TK01 mempunyai standar deviasi pada koordinat geodetik sebesar 0.205556,
sedangkan TK04 mempunyai standar deviasi sebesar 0.386111. Standar deviasi
menandakan ketelitian sebuah data. Dari hasil tersebut, ketelitian koordinat
geodetik lebih dari puluhan cm. Hal ini disebabkan kesalahan yang disebabkan
oleh kesalahan ionosfer, toposfer, cycle slip, dan bahkan multipath.
Selain titik TK01 dan TK04, terdapat titik lainnya yang juga dihitung pada
pengolahan data. Sebelum melakukan pengolahan data, semua kelompok
melakukan koordinasi pengumpulan data yang didapat saat melakukan praktikun.
Oleh sebab itu, tiap kelompok dapat melakukan pengolahan data pada semua titik
yakni sebanyak 5 titik. Hasil dari pengolahan data dapat dilihat di bagian
pengolahan data. Semua hasil perhitungan pada ke-lima titik tersebut memiliki
standar deviasi yang relative sama. Hal ini terjadi akibat kesalahan-kesalahan yang
telah disebutkan pada paragraf sebelumnya.
Pengukuran juga dilakukan mengukut tinggi alat yang diukur dari
topografi hingga bawah antena. Pengukuran tinggi alat atau tinggi miring ini
dilakukan sebanyak 3 kali agar didapat nilai sebenarnya dengan melakukan rata-
rata. Sehingga, dengan adanya tinggi miring tersebut dapat diketahui tinggi dari
receiver ke tanah. Hal ini disebabkan koordinat yang diperoleh bukanlah koordinat
dari tanah, melainkan koordinat receiver dimana satelit memancarkan sinyal ke
receiver otomatis koordinat yang diperoleh merupakan koordinat receiver.
Kesalahan yang terjadi akibat pengukuran dapat diatasi dengan melakukan
startegi penentuan jarring yang tepat sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang
dapat disebabkan oleh faktor alam maupun faktor dari praktikan. Selain itu,
pengolahan data yang tepat juga menjadi faktor yang dapat membantu
meminimalisir kesalahan.

4.3.4. 15117055 Yusuf Zidan R,


Pada praktikum ini, praktikan melakukan pengukuran GNSS untuk menentukan
posisi dengan menggunakan metode statik jaring. Praktikum ini dilakukan dengan 3 sesi
pengamatan yang terbagi pada 4 shift yang berbeda sehingga ada pengulangan sesi pada
setiap shift-nya. Pada pelaksanaannya, shift pertama beberapa kelompok melakukan 2 sesi
pengukuran pertama. Dalam 1 sesi pengamatan, receiver yang digunakan berjumlah 5
buah yang berarti pengamatan dilakukan oleh 5 kelompok secara bersamaan dan dilakukan
selama 30 menit. Masking angle yang digunakan adalah 15 derajat artinya data yang
diterima dari satelit dengan elevasi < 15 derajat dari horizon diabaikan, atau dengan kata
lain data yang digunakan adalah data dari satelit dengan elevasi > 15 derajat dari horizon.
Data dari satelit berelevasi rendah (< 15 derajat) diabaikan karena perjalanan sinyal dari
satelit berelevasi rendah ke receiver banyak melewati obstruksi sehingga lebih rentan
terhadap multipath dibandingkan dengan satelit berelevasi tinggi. Titik-titik yang akan
ditentukan koordinatnya pada praktikum ini dihubungkan dalam suatu jaring pengamatan.
Setelah melakukan akuisisi data di lapangan, pengolahan dilakukan dengan
menggunakan software Leica Geo Office. Titik kontrol yang digunakan untuk menentukan
posisi lainnya dalam hal ini adalah titik TK01 dan TK02. Sebelum melakukan perataan,
posisi dan koreksi titik TK01 diperoleh dari penentuan posisi relatif dengan CORS ITB01.
Karena titik TK01 dijadikan sebagai titik kontrol, titik-titik yang jaraknya semakin jauh
dari titik TK01 standar deviasinya relatif semakin besar. Dari hal tersebut, dapat dikatakan
terjadi menimbulkan perambatan kesalahan (error propagation) untuk penentuan titik-titik
selanjutnya pada jaring tersebut. Jika ditinjau berdasarkan pengamatannya, faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai standar deviasi yang besar adalah sebagai berikut,
1. Multipath adalah fenomena yang terjadi karena sinyal dari satelit tiba di antena GPS
melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda. Perbedaan jarak tempuh menyebabkan
sinyal-sinyal tersebut berinterferensi. Sebagai contoh, pada titik TK07 terdapat
banyak sekali objek multipath seperti pohon, gedung, dll yang digambarkan dalam
diagram obstruksi.
2. Cycle Slip adalah terputusnya jumlah gelombang penuh dari fase gelombang
pembawa yang diamati karena receiver terputus dalam pengamatan sinyal. Pada
pengolahan data di sofware Leica Geo Offixe, cycle slip diperlihatkan dengan garis
putus-putus. Oleh karena itu, dilakukan perbaikan sinyal tersebut dengan proses
windowing agar menjaga kontinuitas sinyal GPS.
3. Bias troposfer dan ionofer memang tidak besar pengaruhnya dalam pengukuran ini.
Hal ini dikarenakan lapisan troposfer dan ionosfer untuk area pengukuran cenderung
seragam. Akan tetapi, bias tersebut dalam hal ini tingginya nilai Total Electron
Content pada daerah tropis dapat mempengaruhi besarnya kesalahan yang terjadi
selama akuisisi di lapangan sehingga menyebabkan standar deviasi yang cukup besar.
4. Geometri Jaring juga dapat mempengaruhi ketelitian dalam penentuan posisi. Selama
pengukuran berlangsung, praktikan menghindari adanya pengukuran baseline trivial
agar hasil pengukurannya lebih realistis sesuai dengan keadaan di lapangan. Base
yang digunakan cenderung ada pada 1 sisi dari geometri pengamatan sehingga
terdapat perambatan kesalahan ke titik yang jauh dari base.
Dari pengamatan satelit GPS ini sudah pasti tidak terlepas dari kesalahan dan
bias di atas yang disebabkan oleh beberapa faktor alam, alat dan manusia. Oleh karena
itu, perlu adanya menggunakan strategi penentuan desain jaring, pengamatan dan
pengolahan data yang tepat, dengan cara memilih waktu pengamatan yang lebih tepat dan
dengan cuaca yang cukup mendukung pengukuran dan tentunya desain jaring yang dibuat
harus mengimplementasikan keadaan di lapangan.

.
4.3.5. 15117079 Dimas Candika Alamsyah

Pada Tanggal 16 Noovember 2019 , praktikan melakukan praktikum


pengambilan data GNSS dengan metode travers/jaring dalam praktikum ini
pengambilan data di lakukan 2 sesi dengan lokasi yang sudah di tentukan dalam
rencana, tetapi dalam hal penentuan lokasi berdirinya alat di sesuaikan dengan
keadaan di lokasi yang di maksudkan untuk mennghindari obstruksi yang akan
mempengaruhi kualitas data yang di dapat, praktikum ini menghabiskan waktu
selama 30 meit dalam waktu pengambilan data setiap sesinya , namun dalam
pelaksanaannya waktu yang di habiskan setiap sesinya tidak pas dalam waktu 30
menit.
Praktikum Modul 03 kemudian di lanjutkan dengan praktikum
Modul 04 ,Praktikum modul 04 merupakan modul lanjutan dari modul 03 di dalam
modul 04 praktikan melakukan penngolahan data GNSS yang di dapat dari
praktikum modul 03 ,dari penggolahan modul 04 di dapatkan hasil koordinat dan
Standar deviasinya sebagai berikut , (praktikan memunculkan hasil data
koordinat yang di transformasikan di dalam koordinat proyeksi UTM )
Titik Easting Northing Ellip Height Pos Qlty
ITB1 788662,8428 9237452,393 816,5171 0.0000
TK01 788587,0758 9237312,899 783,0073 0,10625
TK02 788358,1596 9237310,634 784,968 0,074306 Hasil
TK03 788477,0615 9237492,358 789,4272 0,115278pengolahan
TK04 788481,5886 9237629,585 792,6386 0,136111yang di dapat
TK05 788372,4817 9237854,104 796,3939 0,255556dari praktikum
TK06 788597,4187 9237735,214 796,3234 0,228472
04 menunjukan
TK07 788620,016 9237787,107 796,6346 0,663194
bahwa nilai
standar deviasi
Data yang/position quality di peroleh memiliki variasi nilai dengan nilai standar
deviasi/position quality terbesar sebesar 0,663194 dan nilai standar deviasi terkecil
sebesar 0,10625 dengan demikian praktikan dapat menyimpulkan bahwa data yang
di di dapat di modul 03 dan data yang di proses di modul 04 merupakan data yang
baik berdasarkan standar deviasi yang di dapat dalam proses pengolahan data.
Kualitas data dalam hal ini di pengaruhi oleh elips kesalahan dan akibat
perambatan kesalahan yang di sebabkan oleh posisi titik terhadap control.
4.3.6. 15117082 Tania Septi Anggraini

Pada praktikum Survei GNSS praktikan melakukan praktikum modul 03


dan modul 04. Praktikan melakukan praktikum penentuan posisi dengan metode
statik jaring dengan Receiver GPS pada modul 3, dan pada modul 4 praktikan
melakukan pengolahan data RINEX yang didapat dari hasil pengukuran dengan
menggunakan software Leica Geosystem.

Pada pelaksanaan modul 3 kelompok kami mengukur di Lapangan SR dan


di sekitar Plaza Widya. Sebelum menempatkan alat kami mencari posisi yang
strategis terlebih dahulu agar meminimalisasi efek multipath, sheingga harus
mencari tempat-tempat yang cukup terbuka dan jauh dari bangunan dan pohon.
Selama keberlangsungan praktikum, dilakukan pengisian formulir pengamatan, hal
ini dilakukan untuk mencatat data teknis beserta kondisi lingkungan saat
dilakukannya pengukuran, yaitu seperti pencacatan komponen tipe antena receiver,
waktu pengukuran, koordinat pendekatan, serta sketsa hasil pengukuran yang
meliputi sketsa vertikal dan horizontal. Penting dilakukan pencatatan karena data-
data yang diperoleh dan diisikan dalam formulir pengamatan akan digunakan
sebagai parameter-parameter pengolahan data

Pada saat melakukan pengamatan, hendaknya dilakukan pengukuran tinggi


alat dari titik yang telah ditentukan, hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar offset sinyal yang didapat dari satelit. Karena sinyal satelit diterima oleh
antena, bukan di titik di permukaan tanah. Tinggi yang diukur juga adalah tinggi
miring yang diukur sebanyak tiga kali. Hal ini bertujuan karena topografi
permukaan bumi atau tempat berdiri alat tidak selalu datar. Durasi pengamatan
yang dilakukan sekitar 30 menit. Ini dikarenakan baseline yang diukur cukup
pendek, sehingga tidak diperlukan waktu yang lama untuk melakukan pengukuran
baseline.

Pada saat melakukan pengamatan, baseline yang digunakan tidak boleh


trivial. Ini dikarenakan spesifikasi geometris tidak terpenuhi dan informasi yang
masuk ke dalam perataan jaringan menjadi berkurang. Sehingga, tingkat ketelitian
dari titik yang diperolah secara teoritis akan berkurang, dan bisa dikatakan hasil
yang diberikan oleh hitung perataan jaringan tidak mencerminkan kondisi yang
sebenarnya. Maka harus dilakukan pengukuran ulang di sesi pengamatan
selanjutnya. Selain baseline yang digunakan tidak boleh trivial, pada saat
pengukuran di lapangan harus dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Ini
dimaksudkan agar terbentuk baseline. Karena baseline akan terbentuk bila
pengukuran dilakukan dalam waktu yang sama. Baseline yang dipilih saat
praktikum dinilai lebih efektif dan efisien seperti geometric jaringnya lebih baik
(tidak ada trivial), efisiensi waktu mobilisasi atau perpindahan alat dan juga sesi
pengamatannya.

Praktikan menyadari bahwa terdapat beberapa kesalahan secara teknis yang


mungkin terjadi selama praktikum berlangsung. Seperti, kurang centeringnya statif
untuk mendirikan alat, kesalahan bias (bias inonosfer, bias troposfer), cycle slip,
kesalahan multipath karena obstruksi dari sinyal GPS yang disebabkan oleh
bangunan, pohon.

Pada pelaksanaan modul 4, dilakukan pengolahan data RINEX dengan


menggunakan software Leica Geosystem, sehingga akan didapatkan nilai
koordinat titik-titik yang telah ditentukan. Pada pengolahan data didapat nilai
quality position sanagat besar, hal ini sangat wajar karena metode GNSS memiliki
ketilitian rata-rata hingga satuan meter. Pada titik TK07 nilai quality position
sangat besar karena letaknya sangat jauh dari titik kontrol sehingga terjadinya
perambatan kesalahan. Data yang dihasilkan tidak cukup bagus karena adanya
obstruksi atau multipath dan geometric jaring yang tidak cukup bagus

BAB V
Kesimpulan Saran
5.1. Kesimpulan
Koordinat geodetic, geosentrik dan UTM dari hasil pengolahan data statik jarak terlampir pada
table berikut.

Titik Geosentrik (m) UTM (m) Geodetik


Ellip
X Y Z Easting Northing Latitude Longitude Height
Height
6036318.37 6° 53' 107° 36'
ITB1 -1916225.452 -760324.2501 788662.8428 9237452.393 816.5171 816.5171
1 29.50061" S 43.22851" E
6° 53' 107° 36'
TK01 -1916138.858 6036293.35 -760459.0544 788587.0758 9237312.899 783.0073 783.0073
34.05206" S 40.78699" E
6° 53' 107° 36'
TK02 -1915921.257 6036364.02 -760462.78 788358.1596 9237310.634 784.968 784.968
34.16649" S 33.33566" E
6036353.43 6° 53' 107° 36'
TK03 -1916041.538 -760282.3525 788477.0615 9237492.358 789.4272 789.4272
5 28.23355" S 37.17382" E
6036371.01 6° 53' 107° 36'
TK04 -1916051.079 -760146.5481 788481.5886 9237629.585 792.6386 792.6386
9 23.76852" S 37.29675" E
6036433.52 6° 53' 107° 36'
TK05 -1915955.219 -759924.8081 788372.4817 9237854.104 796.3939 796.3939
1 16.48397" S 33.70515" E
6036351.79 6° 53' 107° 36'
TK06 -1916165.834 -760041.5494 788597.4187 9237735.214 796.3234 796.3234
7 20.31163" S 41.04844" E
6036351.28 6° 53' 107° 36'
TK07 -1916189.071 -759989.9727 788620.016 9237787.107 796.6346 796.6346
7 18.61945" S 41.77478" E

Menentukan position quality masing-masing pengukuran tercantum pada table berikut

Titik Geosentrik UTM Geodetik


ITB1 0.0000 0.0000 0.0000
TK0 0.20555555 0.20555555
0.10625
1 6 6
TK0 0.13263888 0.07430555 0.13263888
2 9 6 9
TK0 0.27430555 0.11527777 0.27430555
3 6 8 6
TK0 0.38611111 0.13611111 0.38611111
4 1 1 1
TK0 0.54027777 0.25555555 0.54027777
5 8 6 8
TK0 0.52083333 0.22847222 0.52083333
6 3 2 3
TK0 1.43611111 0.66319444 1.43611111
7 1 4 1

5.2. Saran
Pelaksanaan praktikum kali ini sudah berjalan dengan baik, akan tetapi alangkah
menjadi lebih baik lagi apabila komunikasi antara kelompok lebih baik lagi, karena pada
saat melakukan pengukuran, waktu mulainya tidak bersamaan, sehingga pengukuran
disuatu titik lebih dari 30 menit dan itu mempengaruhi terhadap rencana pengukuran
awal, biasanya waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama.
Lampiran
 TK01

 TK04

Gambar : Tampak Selatan Gambar : Tampak Utara G

Gambar : Tampak Timur



Proses

Gambar : Tampak Timur Gambar : Tampak Selatan Gambar : Tampak Barat G

Praktikum
Hasil Pengolahan Data

Network Adjustment
www.MOVE3.com
(c) 1993-2012 Grontmij
Licensed to Leica Geosystems AG

Created: 11/25/2019 16:38:58

Project Information

Project name: kelompok A


Date created: 11/25/2019 14:03:44
Time zone: 7h 00'
Coordinate system name: WGS 1984
Application software: LEICA Geo Office 8.4
Processing kernel: MOVE3 4.1

General Information

Adjustment

Type: Minimally constrained

Dimension: 3D

Coordinate system: WGS 1984

Height mode: Ellipsoidal

Number of iterations: 0

Maximum coord correction in last iteration: 0.0000 m (tolerance is met)

Stations

Number of (partly) known stations: 1

Number of unknown stations: 7

Total: 8

Observations

GPS coordinate differences: 45 (15 baselines) (including 1 baseline as free observation)

Known coordinates: 3

Total: 48 (including 3 free observations)

Unknowns
Coordinates: 24

Total: 24

Degrees of freedom: 24

Testing

Alfa (multi dimensional): 0.4500

Alfa 0 (one dimensional): 5.0 %

Beta: 80.0 %

Sigma a-priori (GPS): 10.0

Critical value W-test: 1.96

Critical value T-test (2-dimensional): 2.42

Critical value T-test (3-dimensional): 1.89

Critical value F-test: 1.01

F-test: 80.19 (rejected)

Results based on a-posteriori variance factor

Adjustment Results

Coordinates
Station Coordinate Corr Sd

ITB1 Latitude 6° 53' 29.50061" S 0.0000 m - fixed

Longitude 107° 36' 43.22851" E 0.0000 m - fixed

Height 816.5171 m 0.0000 m - fixed

TK01 Latitude 6° 53' 34.05206" S 0.0000 m 0.0099 m

Longitude 107° 36' 40.78699" E 0.0000 m 0.0117 m

Height 783.0073 m 0.0000 m 0.0254 m

TK02 Latitude 6° 53' 34.16649" S 0.0000 m 0.0072 m

Longitude 107° 36' 33.33566" E 0.0000 m 0.0079 m

Height 784.9680 m 0.0000 m 0.0159 m

TK03 Latitude 6° 53' 28.23355" S 0.0000 m 0.0104 m

Longitude 107° 36' 37.17382" E 0.0000 m 0.0129 m

Height 789.4272 m 0.0000 m 0.0359 m

TK04 Latitude 6° 53' 23.76852" S 0.0000 m 0.0120 m


Longitude 107° 36' 37.29675" E 0.0000 m 0.0155 m

Height 792.6386 m 0.0000 m 0.0521 m

TK05 Latitude 6° 53' 16.48397" S 0.0000 m 0.0233 m

Longitude 107° 36' 33.70515" E 0.0000 m 0.0285 m

Height 796.3939 m 0.0000 m 0.0686 m

TK06 Latitude 6° 53' 20.31163" S 0.0000 m 0.0230 m

Longitude 107° 36' 41.04844" E 0.0000 m 0.0235 m

Height 796.3234 m 0.0000 m 0.0674 m

TK07 Latitude 6° 53' 18.61945" S 0.0000 m 0.0498 m

Longitude 107° 36' 41.77478" E 0.0000 m 0.0815 m

Height 796.6346 m 0.0000 m 0.1834 m

Observations and Residuals

Station Target Adj obs Resid Resid (ENH) Sd

DX TK06 TK07 -23.2366 m 0.1184 m -0.1098 m 0.1285 m

DY -0.5097 m -0.0100 m 0.0007 m 0.1486 m

DZ 51.5768 m 0.0062 m -0.0458 m 0.0679 m

DX TK06 TK05 210.6150 m -0.0315 m 0.0049 m 0.0297 m

DY 81.7243 m 0.0831 m -0.0473 m 0.0655 m

DZ 116.7413 m -0.0584 m 0.0951 m 0.0316 m

DX TK02 TK04 -129.8223 m 0.0055 m 0.0015 m 0.0198 m

DY 6.9989 m -0.0222 m 0.0103 m 0.0475 m

DZ 316.2319 m 0.0131 m -0.0242 m 0.0120 m

DX TK02 TK03 -120.2808 m -0.0167 m 0.0091 m 0.0155 m

DY -10.5847 m 0.0223 m 0.0091 m 0.0321 m

DZ 180.4275 m 0.0060 m 0.0254 m 0.0100 m

DX TK04 TK06 -114.7549 m 0.0253 m -0.0090 m 0.0196 m

DY -19.2219 m -0.0499 m 0.0422 m 0.0473 m

DZ 104.9987 m 0.0491 m -0.0607 m 0.0243 m

DX TK04 TK05 95.8601 m 0.0000 m 0.0000 m 0.0223 m

DY 62.5025 m 0.0000 m 0.0000 m 0.0453 m

DZ 221.7400 m 0.0000 m 0.0000 m 0.0202 m

DX TK01 TK07 -50.2124 m -0.0030 m 0.0018 m 0.1278 m


DY 57.9372 m 0.0034 m -0.0011 m 0.1459 m

DZ 469.0818 m -0.0016 m 0.0043 m 0.0686 m

DX TK01 TK06 -26.9758 m 0.3499 m -0.4250 m 0.0300 m

DY 58.4469 m 0.3025 m -0.0638 m 0.0643 m

DZ 417.5050 m -0.0864 m 0.1915 m 0.0267 m

DX TK01 TK03 97.3206 m -0.0282 m 0.0195 m 0.0183 m

DY 60.0852 m 0.0245 m -0.0284 m 0.0300 m

DZ 176.7019 m -0.0324 m 0.0355 m 0.0125 m

DX TK01 TK02 217.6014 m 0.0218 m -0.0181 m 0.0152 m

DY 70.6699 m -0.0088 m 0.0201 m 0.0224 m

DZ -3.7255 m 0.0220 m -0.0176 m 0.0112 m

DX TK03 TK06 -124.2964 m -0.3165 m 0.3401 m 0.0284 m

DY -1.6383 m -0.1271 m -0.0156 m 0.0642 m

DZ 240.8031 m -0.0127 m -0.0237 m 0.0252 m

DX TK03 TK04 -9.5415 m 0.0113 m -0.0131 m 0.0221 m

DY 17.5836 m 0.0075 m -0.0062 m 0.0504 m

DZ 135.8044 m -0.0067 m 0.0045 m 0.0130 m

DX TK07 TK05 233.8516 m 0.0075 m -0.0025 m 0.1305 m

DY 82.2341 m -0.0154 m 0.0302 m 0.1566 m

DZ 65.1646 m 0.0325 m -0.0207 m 0.0716 m

DX ITB1 TK02 304.1950 m 0.0019 m -0.0010 m 0.0102 m

DY 45.6491 m -0.0025 m 0.0028 m 0.0140 m

DZ -138.5298 m 0.0032 m -0.0033 m 0.0083 m

DX ITB1 TK01 86.5936 m -0.0065 m 0.0033 m 0.0157 m

DY -25.0208 m 0.0098 m -0.0087 m 0.0223 m

DZ -134.8043 m -0.0101 m 0.0124 m 0.0117 m

GPS Baseline Vector Residuals

Station Target Adj vector [m] Resid [m] Resid [ppm]

DV TK06 TK07 56.5717 0.1190 2103.4

DV TK06 TK05 254.2952 0.1064 418.2

DV TK02 TK04 341.9143 0.0263 76.9

DV TK02 TK03 217.1027 0.0285 131.2

DV TK04 TK06 156.7255 0.0744 474.8

DV TK04 TK05 249.5282 0.0000 0.0


DV TK01 TK07 475.3059 0.0048 10.2

DV TK01 TK06 422.4383 0.4705 1113.8

DV TK01 TK03 210.4878 0.0495 234.9

DV TK01 TK02 228.8198 0.0323 140.9

DV TK03 TK06 270.9952 0.3413 1259.4

DV TK03 TK04 137.2700 0.0151 110.3

DV TK07 TK05 256.3112 0.0367 143.2

DV ITB1 TK02 337.3558 0.0045 13.2

DV ITB1 TK01 162.1625 0.0155 95.6

Absolute Error Ellipses (2D - 39.4% 1D - 68.3%)

Station A [m] B [m] A/B Phi Sd Hgt [m]

ITB1 0.0000 0.0000 1.0 90° 0.0000

TK01 0.0138 0.0066 2.1 -52° 0.0254

TK02 0.0097 0.0045 2.2 -49° 0.0159

TK03 0.0136 0.0095 1.4 -64° 0.0359

TK04 0.0155 0.0120 1.3 -90° 0.0521

TK05 0.0297 0.0217 1.4 -65° 0.0686

TK06 0.0240 0.0225 1.1 55° 0.0674

TK07 0.0929 0.0220 4.2 -60° 0.1834

Testing and Estimated Errors

Station Target MDB Red BNR W-Test T-Test

DX TK06 TK07 3.0213 m 100 1.2 0.08 0.00

DY 1.9916 m 78 3.2 -0.02

DZ 0.4923 m 54 3.3 -0.01

DX TK06 TK05 30.4806 m 99 0.0 -0.01 0.00

DY 23.9409 m 99 0.0 0.00

DZ 5.4638 m 99 0.0 -0.03

DX TK02 TK04 0.0891 m 22 4.9 0.31 0.98

DY 0.1765 m 33 4.6 0.53

DZ 0.0606 m 29 4.7 1.65

DX TK02 TK03 0.0671 m 47 2.9 -0.59 0.46

DY 0.1318 m 79 2.7 0.33


DZ 0.0484 m 47 3.0 0.95

Observation Tests
DX TK04 TK06 0.3488 m 4 19.6 3.674.67
DY 0.4260 m 4 11.8 2.18
DZ 0.1434 m 32 6.6 3.17
DX TK04 TK05
DY
DZ

DX TK01 TK07

DY 1.9916 m 20 44.7 0.02

DZ 0.4923 m 42 20.6 0.01

DX TK01 TK06 0.9650 m 98 0.8 0.33 0.20

DY 0.9224 m 97 0.5 0.55

DZ 0.2886 m 93 0.8 0.28

DX TK01 TK03 0.0727 m 48 3.7 0.37 2.52

DY 0.1360 m 19 4.5 -0.84

DZ 0.0545 m 47 3.8 -2.61

DX TK01 TK02 0.0545 m 63 2.2 0.17 0.82

DY 0.0977 m 61 2.1 0.64

DZ 0.0430 m 63 2.3 1.11

DX TK03 TK06 0.3634 m 94 1.5 -3.935.30


DY 0.4819 m 92 0.8 -2.75
DZ 0.1524 m 69 1.9 -3.52
DX TK03 TK04 0.0896 m 61 2.3 0.63 0.20

DY 0.1805 m 66 2.2 0.38

DZ 0.0613 m 55 2.4 -0.31

DX TK07 TK05 99.9999 m 99 0.0 0.00 0.00

DY 99.9999 m 100 0.0 0.00

DZ 93.4742 m 99 0.0 0.00

DX ITB1 TK02 0.0533 m 10 7.7 -0.45 0.34

DY 0.0942 m 10 7.5 -0.10

DZ 0.0427 m 16 7.0 0.90

DX ITB1 TK01 0.0533 m 47 3.2 0.45 0.34

DY 0.0942 m 37 3.5 0.10

DZ 0.0427 m 47 3.2 -0.90


Redundancy:

W-Test:
T-Test (3-dimensional):

Estimated Errors (Observations)


Estimated Errors For Observations With Rejected W-Tests (max 10)
Station Target W-Test Fact Est err

DX TK03 TK06 -3.93 2.0 -0.5107 m

DY -2.75 1.4 -0.4737 m

DZ -3.52 1.8 -0.1914 m

DX TK04 TK06 3.67 1.9 0.4568 m

DY 2.18 1.1 0.3310 m

DZ 3.17 1.6 0.1623 m

DZ TK01 TK03 -2.61 1.3 -0.0508 m

Estimated Errors For Observations With Rejected T-Tests (max 10)

Station Target T-Test Fact Est err

DX TK03 TK06 5.30 1.7 -0.3465 m

DY -0.0836 m

DZ -0.0630 m

DX TK04 TK06 4.67 1.6 0.3490 m

DY 0.0203 m

DZ 0.0559 m

DX TK01 TK03 2.52 1.2 -0.0326 m

DY 0.0289 m

DZ -0.0636 m

DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Rini Fathoni. 2014. Global Navigation Satellite System. Yogyakarta. UGM
S. Soedomo, Surveying and Mapping, Bandung, 2003.
Bakara Jakondar, 2011, perkembangan sistem satelit navigasi global dan aplikasinya, Lapan.
Abidin, Hasanuddin Z, 2001, Geodesi Satelit, Jakarta, PT Pradnya Paramita.
A. Hamidatul, B. Emma Vio Nisa., P. Andi Nurul Widi , S. Sajidah, M. Andika , M. Farras
Aulia , 2017, Survei Pengukuran Titik Kontrol Dengan Metode Jaring Menggunakan GPS,
Surabaya, website: file:///C:/Users/user/Downloads/372862217-Fix-Laporan-Praktikum-Gps-
Metode-Jaring.pdf diakses pada 20 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai