Bab Ii Imam

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistol yang tingginya tergantung
umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas
tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami.
Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistol tanpa disertai peningkatan
tekanan diastol lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan
tekanan diastol tanpa disertai peningkatan tekanan sistol lebih sering
terdapat pada dewasa muda (Tambayong, 2000).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan kekuatan atau tenaga
yang digunakan oleh darah untuk melawan dinding pembuluh arteri dan
biasa diukur dalam satuan millimeter air raksa (mmHg). Nilai tekanan
darah dinyatakan dalam dua angka, yaitu angka tekanan darah sistolik dan
diastolik. Tekanan darah sistolik merupakan nila itekanan darah saat fase
kontraksi jantung, sedangkan tekanan darah diastolic adalah tekanan darah
saat fase relaksasi jantung (Prasetyaningrum, 2014). Hipertensi merupakan
kondisi sistolik atau diastolik yang mengalami kenaikan. Penyakit yang
disebut dengan silent killer ini sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan berbagai macam komplikasi yang akan diderita oleh pasien.

2. Penyebab Hipertensi
Berikut adalah penyebab terjadinya hipertensi (Tambayong, 2000):
Tabel 2.1. Penyebab hipertensi
Jenis Hipertensi Penyebab
Hipertensi esensial, idiopatik, atau primer Berhubungan dengan obesitas,
hiperkolesterolemia, aterosklerosis, diet tinggi
garam, diabetes, stres, kepribadian Tipe A,
riwayat keluarga, merokok, kurang olahraga.
Hipertensi sekunder Renovaskular
Penyakit parenkim, mis.,
glomerulonephritis akut dan menahun
Penyempitan (stenosis) arteri renalis,
akibat aterosklerosis atau fibroplasia
bawaan
Penyakit atau sindrom Cushing
Dapat disebabkan peningkatan sekresi
glukokortikoid akibat penyakit adrenal
atau disfungsi hipofisis
Aldosteronisme primer
Peningkatan sekresi aldosterone, akibat
tumor adrenal
Feokromositoma
Tumor medula adrenal yang berakibat
peningkatan sekresi katekolamin
adrenal
Koarktasio aorta
Konstriksi aorta bawaan pada tingkat
duktus arteriosus, dengan peningkatan
tekanan darah di atas konstriksi dan
penurunan tekanan di bawah
konstriksi.

3. Tanda dan Gejala Hipertensi


Kejadian hipertensi biasanya tidak memiliki tanda dan gejala. Gejala
yang sering muncul adalah sakit kepala, rasa panas di tengkuk, atau kepala
berat. Gejala tersebut tidak bisa dijadikan patokan ada tidaknya hipertensi
pada diri seseorang, cara untuk mengetahuinya adalahdengan melakukan
pengecekan tekanan darah (Prasetyaningrum, 2014).

4. Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tahanan perifer dan atau
peningkatan volume darah. Gen yang berpengaruh pada hipertensi primer
(faktor herediter diperkirakan meliputi 30% sampai 40% hipertensi primer)
meliputi reseptor angiotensin II, gen angiotensin dan renin, gen sintetase
oksida nitrat endothelial; gen protein reseptor kinase G; gen reseptor
adrenergic; gen kalsium transport dan natrium hidrogen antiporter
(mempengaruhi sensitivitas garam); dan gen yang berhubungan dengan
resistensi insulin, obesitas, hyperlipidemia, dan hipertensi sebagai
kelompok bawaan.
Hipertensi primer meliputi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis
(SNS) yaitu terjadi respons maladaptive terhadap stimulasi saraf simpatis
dan perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang
menetap, peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron
(RAA), secara langsung menyebabkan vasokonstriksi, tetapi juga
meningkatkan aktivitas SNS dan menurunkan kadar prostaglandin
vasodilator dan oksida nitrat, memediasi, remodeling arteri (perubahan
struktural pada dinding pembuluh darah), memediasi kerusakan organ
akhir pada jantung (hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal.
Defek pada transport garam dan air menyebabkan gangguan aktivitas
peptide natriuretik otak (brain natriuretic peptide, BNF), peptide
natriuretik atrial (atrial natriuretic peptide, ANF), adrenomedulin,
urodilatin, dan endotelin dan berhubungan dengan asupan diet kalsium,
magnesium, dan kalium yang rendah. Interaksi kompleks yang melibatkan
resistensi insulin dan fungsi endotel, hipertensi sering terjadi pada
penderita diabetes, dan resistensi insulin ditemukan pada banyak pasien
hipertensi yang tidak memiliki diabetes klinis. Resisten insulin
berhubungan dengan penurunan pelepasan endothelial oksida nitrat dan
vasodilator lain serta mempengaruhi fungsi ginjal. Resistensi insulin dan
kadar insulin yang tinggi meningkatkan aktivitas SNS dan RAA.
Teori tersebut dapat menerangkan mengenai peningkatan tahanan
perifer akibat peningkatan vasokonstriktor (SNS, RAA) atau pengurangan
vasodilator (ANF, adrenomedulin, urodilatin, oksida nitrat) dan
kemungkinan memediasi perubahan dalam apa yang disebut hubungan
tekanan natriuresis yang menyatakan bahwa individu penderita hipertensi
mengalami ekskresi natrium ginjal yang lebih rendah bila ada peningkatan
tekanan darah (Manuntung, 2018).
5. Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi
Beberapa karakteristik, kondisi, dan kebiasaan seseorang dapat
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Berikut beberapa faktor risiko
utama terjadinya hipertensi.
a. Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas
menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur
(Tambayong, 2000).
b. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada
yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras
kulit hitam. Mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 mmHg
atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali
bagi wanita putih (Tambayong, 2000).
c. Jenis kelamin
Laki-laki atau perempuan memilki kemungkinan yang sama untuk
mengalami hipertensi selama kehidupannya. Laki-laki lebih berisiko
mengalami hipertensi dibandingkan dengan perempuan saat berusia
sebelum 45 tahun. Saat usia 65 tahun ke atas, perempuan lebih berisiko
mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki. Kondisi ini dipengaruhi
oleh hormon. Wanita yang memasuki masa menopause lebih berisiko
untuk mengalami obesitas yang akan meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi (Prasetyaningrum, 2014).
d. Obesitas
Seseorang yang mengalami obesitas atau kegemukan memiliki risiko
lebih besar untuk mengalami prehipertensi atau hipertensi. Indikator
yang biasa digunakan untuk menentukan ada tidaknya obesitas pada
seseorang adalah melalui pengukuran IMT atau lingkar perut. Indikator
tersebut bukanlah indikator terbaik untuk menentukan terjadinya
hipertensi, tetapi menjadi salah satu faktor risiko yang dapat
mempercepat kejadian hipertensi (Prasetyaningrum, 2014).
e. Kurang aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan pergerakan otot anggota tubuh yang
membutuhkan energi atau pergerakan yang bermanfaat untuk
meningkatkan kesehatan. Aktivitas fisik juga menyehatkan pembuluh
darah dan mencegah hipertensi. Usaha pencegahan hipertensi akan
optimal jika aktif beraktivitas fisik disertai dengan menjalankan diet
sehat dan berhenti merokok (Prasetyaningrum, 2014).
f. Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Minuman Beralkohol
Merokok merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang paling bisa
dicegah. Zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran tembakau
berbahaya bagi sel darah dan organ tubuh lainnya seperti jantung,
pembuluh darah, mata, organ reproduksi, paru-paru, bahkan organ
pencernaan. Konsumsi minuman beralkohol juga dapat meningkatkan
tekanan darah. Penelitian menunjukkan bahwa risiko hipertensi
meningkat dua kali lipat jika mengonsumsi minuman beralkohol lebih
dari tiga gelas sehari (Prasetyaningrum, 2014).
g. Faktor Lain
Riwayat keluarga penderita hipertensi turut meningkatkan risiko
kejadian hipertensi. Sementara itu, stres berkepanjangan juga dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami hipertensi
(Prasetyaningrum, 2014).

6. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi sangat berbahaya karena dapat memperberat
kerja organ jantung. Aliran tekanan darah tinggi membahayakan arteri,
organ jantung, ginjal, dan mata. Penyakit hipertensi sering disebut “silent
killer” karena tidak memberikan gejala yang khas, tetapi bisa
meningkatkan kejadian stroke, serangan jantung, penyakit ginjal kronik
bahkan kebutaan jika tidak dikontrol dan dikendalikan dengan baik.
Tekanan darah yang tinggi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
beberapa kejadian sebagai berikut (Prasetyaningrum, 2014).
a. Kerusakan jantung, yaitu jantung tidak ada memompa darah dalam
jumlah cukup ke dalam tubuh.
b. Terbentuknya benjolan abnormal pada dinding arteri yang membawa
darah dari jantung ke organ tubuh sehingga aliran darah menjadi tidak
lancar.
c. Pembuluh darah di ginjal menyempit sehingga mengakibatkan
kerusakan ginjal.
d. Penyempitan pembuluh arteri di beberapa bagian tubuh sehingga
mengurangi aliran darah ke jantung, otak, ginjal, dan lutut.
e. Pecahnya pembuluh darah di mata.

B. Kerangka Teori
Skema 2.1 Keranagka Teori

Hipertensi
Definisi
Penyebab
Tanda dan gejala
Patofisiologi
Komplikasi

Pendidikan kesehatan

Pengetahuan

C. Keaslian Penelitian
Table 2.2 Keaslian Penelitian

N Judul Nama dan Sampel Hasil


o tahun
1. Gambaran Denia pratiwi Populasi dalam Dari hasil
pengetahuan (2017) penelitian ini penelitian ini
pasien adalah seluruh dapat
hipertensi penderita disimpulkan
terhadap hipertensi rawat bahwa
penyakit jalan yang berobat pengetahuan
hipertensi di UPTD pasien tentang
dan obat anti Puskesmas Melur penyakit
hipertensi dan diberi obat hipertensi
golongan antihipertensi pada kategori
ACE- golongan diuretik cukup (47%)
Inhibitor and atau obat dan
diuretic golongan ACE pengetahuan
Inhibitor. Pada pasien tentang
penelitian Ini obat golongan
sampel diambil ACE-Inhibitor
secara purposive pada kategori
sampling. Kriteria kurang (60%)
inklusi: bersedia sedangkan
menjadi pengetahuan
responden, pasien tentang
menderita obat golongan
hipertensi bukan diuretik pada
untuk yang kategori cukup
pertama kali, (52%).
berumur > 18
tahun, mendapat
obat antihipertensi
golongan ACE-
Inhibitor /diuretik.
Kriteria eksklusi:
Penderita
hipertensi untuk
yang pertama kali,
mendapat obat
antihipertensi
selain golongan
diuretik atau
golongan ACE-
Inhibitor.
2 pengaruh Jeini Ester Jenis penelitian ini Kesimpulan
penyuluhan Nelwan yaitu one group dalam
kesehatan (2019) pre- post test. penelitian ini
terhadap Penelitian ini yaitu
perubahan dilaksanakan di kegiatan
pengetahuan Kota Manado. penyuluhan
masyarakat Penelitian ini (promosi
tentang dilakukan pada kesehatan)
hipertensi di 115 masyarakat tentang
kota kota Manado hipertensi
manado berhubungan
dengan
peningkatan
tingkat
pengetahuan.
Berdasarkan
hasil
penelitian ini
maka perlu
dilakukan
kegiatan
promosi
kesehatan
secara
berkala.
3 Hubungan Arsenius Populasi Berdasarkan
Tingkat Agung dalam penelitian uraian dari hasil
Pengetahuan Angkawijaya, ini ialah Semua penelitian ini
Masyarakat Jane M kepala maka dapat di
dengan Pangemanan, keluarga yang ambil
Tindakan Iyone E.T bertempat tinggal kesimpulan
Pencegahan Siagian di Desa ialah Tidak ada
Hipertensi (2016) Motoboi Kecil hubungan
Di Desa Kecamatan signifikan
Motoboi Kotamobagu antara tingkat
Kecil Selatan, yaitu pengetahuan
Kecamatan sebanyak 1512 di dengan tindak
Kotamobagu bagi 4 pencegahan
Selatan lingkungan. Hipertensi di
Sampel ini Desa Motoboi
menggunakan Kecil
rumus Slovin Kecamatan
dengan teknik Kotamobagu
pengambilan Selatan (p
sampel yaitu >0,05)
Simple
Random
Sampling.Dari
hasil sampel
minimal di
tambahkan 10
sebagai
sampel cadangan
sehingga sampel
yang
di pakai dapat
pengambilan data
sebesar 104
orang.Tiap
lingkungan di
bagikan 26
kuesioner dengan
pemilihan
responden tiap
kelipatan 15.Data
tentang tingkat
pengetahuan
penderita
hipertensi dengan
tindak pencegahan
hipertensi di
lakukan dengan
menggunakan
kuesioner.

Anda mungkin juga menyukai