Anda di halaman 1dari 16

TUGAS Mata Kuliah Aismuh

Nama : Prayugo Susanto

Nim : SNR19214024

Bimbingan pak amel

1. Tentang akhlak
a. Pengertian Ahlak
Kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni jama’ dari “khuluqun”
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan
santun, adab, dan tindakan. Kata akhlak juga berasal dari kata khalaqa atau
khalaqun artinya kejadian, serta erat hubungan dengan “Khaliq” yang artinya
menciptakan, tindakan, atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata al-khaliq
yang artinya pencipta dan makhluq yang artinya diciptakan.
Secara linguistis, kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar
(bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan
(wazan) tsulasi majid af’ala yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai),
ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman),
al-maru’ah (peradaban yang baik), dan ad-din (agama).
Dalam KKBI, ahlak secara terminologi bearti tingkah laku sesorang yang di
dorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan
yang baik. Tiga pakar di bidang ahlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al gazali, dan
Ahmad Amin menyatakan bahwa ahlak adalah peangai yang melekat pada diri
sesorang yang dapat memunculkan pebuatan baik tanpa mempertimbangkan
pikiran terlebih dahulu.
Ahlak Menurut Para Ahli Dalam Islam
1. Menurut Ibnu Maskawih
Menurutnya ahlak ialah “hal li nnasi daa’iyatun lahaa ila af’aaliha min
qhoiri fikrin walaa ruwiyatin” yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa
sesorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
2. Menurut Abu Hamid Al Ghazali
Ahlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa
memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.
3. Menurut Ahmad Bin Mushtha
Ahlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis
keutamaan, di mana keutamaan itu ialah terwujudnya kesimbangan antara
tiga kekuatan yakni kekutan berfikir, marah dan syahwat dan nafsu
4. Menurut Muhammad Bin Ali Asy Syariif Al Jurjani
5. Ahlak menrupakan sesuatu yang sifatnya (baik atau buruk ) tertanam kuat
dalam diri manusia yang darinyalah terlahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah dan ringan tanpa berpikir an di renungkan. Dalam Al-quran surat
Al-qolam ayat 4 dinyatakan bahwa” dan sesungguhnya engkau
(Muhammad) berada di atas budi perketi yang agung” dan di dalam
hadistpun di katkan bahwa “ aku diutus hanya untuk menyempurnakan
ahlak yang mulia”. Sehingga jelas bagi umat islam diseluruh alam
berpatokan pada akhlaknya nabi muhammad SAW.

Perbedaan Dan Persamaan Antara Ahlak, Etika Dan Moral

1. Persamaan Ahlak, Etika Dan Moral


Ada berberapa persamaan antara ahlak,etika dan moral yaitu sebagai
berikut
a. Ahlak, etika , dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang
perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik
b. Ahlak ,etika dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia
untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya
semagkin rendah kualitas ahlak, eika, moral sesorang maka semankin
renda pula kuliat kemanusiaanya.
c. Ahlak, etika, dan moral sesorang atau sekelompok orang tidak
semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, statis,
dan konstan tetapi merupakan potensi positif yang di miliki setiap
orang. Untuk pengembangan dan akutualisasi potensi positif tersebut
diperlukan pendidikan,pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan
lingkungan, mulai dari linkungan keluarga,sekolah, masyarakat
secara terus menerus,berkesinambungan, dengan tingkat keajengan
dan konsisten yang tinggi.
d. Perbedaan Ahlak Moral Dan Etika
Ahlak merupakan istilah yang bersumber dari al –quran dan as-
sunnah. Nilai-nilai yang menetukan baik dan buruk , layak atau tidak
layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam ahlak
bersifat universal dan bersumber dari ajaran allah. Sementara itu ,
etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai dan
kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari akal
pemikiran yang mendalam dan renungan filosfis, yang pada intinya
bersumber dari akal seha dan hati nurani. Etika bersifat temporer,
sangat tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan yang
menganutnya, sedangkan dalam pembicaraan moral tolak ukur yang
di gunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat.

Sumber Ahlak Dalam Islam

Ahlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber ahlak bagi
seseorang muslim adalah al quran dan assunah. Sehingga ukuran baik atau buruk,
patut atau tidak secara secara utuh di ukur dengan alquran dan assunah. Sedangkan
tradisi merupakan suatu kewajaran bahkan kesesuaian antara manusia sebagai mahluk
dengan sistem norma yang datang dari Allah SWT.

Ahlak Sebagai Modal Sosial Bagi Keberhasilan Hidup Sesorang

Ahlak sebagai modal sosial bagi keberhasilan hidup sesorang Semangkin


kuat nilai-nilai sistem sosial atau jaringan sosial semankin menngkatnya volume dan
mutu proses dan hasil pengembangan sesorang yang di mana nilai-nilai sisem sosial
tersebut sesuai dengan ahlak agama islam. Ukuran outputnya adalah tercapainya
kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Dalam hal ini modal sosal sangat berperan
positif dalam mengurangi konflik sosial. Melalui penerapan ahlak sosial dapat di
programkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini tidak lepas dari adanya
kepercayaan sebagai modal utama antara lain dalam membangun sifat-sifat atau nilai-
nilai ahlak sosial, kebersamaan, toleransi, empati, sesuai dengan syariat islam.
Sebagaimana telah di jelaskan adalah modal sebagai keberhasilan hidup sesorang,
sesorang yang menjadi ahlak sebagai modal sosial pastilajakan berhasil hidupnya,
karena ia memilki etika dan moral yang baik yang di mana akan di senagi di
manapun ia tinggal,yang kemudian akan membawa dampak baik bagi pekerjaan dan
segala sesuatau yang ia jalani.
2. Tentang ibadah maliyah
a. Pengertian Ibadah Maliyah
Secara etimologi siyasah maliah ialah politik ilmu keuangan,
sedangkan secara terminology siyasah maliah adalah mengatur segala
aspek pemasukan dan pengeluaran keuangan yang sesuai dengan
kemaslahatan umum tanpa menghilangkan hak individu dan menyia-
nyiakannya. Ibadah maliyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih
banyak dilakukan dengan sarana harta benda atau ibadah yang
diwujudkan dalam bentuk pemberian harta atau terkait dengan harta
yaitu menggunakan harta yang Allah karuniakan untuk apa-apa yang
Allah cintai dan ridhai seperti zakat, infak dan shodaqoh, dll.
b. Macam-Macam Ibadah Maliah
1. Zakat
Zakat merupakan istilah untuk ibadah harta yang hukumnya wajib
dan ketentuannya sudah termaktub dalam al-Quran dan Hadits.
2. Infaq
Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu,
habis, mengeluarkan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja.
Perbedaan antara infaq dengan zakat terletak pada standar ukuran,
waktu dan mustahik
3. Shadaqah
Pengertian Shada'ah, Ibadah harta pada umumnya disebut
shadaqah. Shadaqah yang wajib dan ditentukan standar
pelaksanaannya disebut zakat
4. Fidyah
Fidyah adalah menempatkan sesuatu pada tempat lain sebagai
tebusan (pengganti) nya, baik berupa makanan atau lainnya.
Fidyah juga berarti kewajiban manusia mengeluarkan sejumlah
harta untuk menutupi ibadah yang ditinggalkannya
5. Hukum fidyah, sebagaimana firman Allah SWT di atas adalah
wajib, apabila:
Tidak mampu melakukan shaum, seperti karena lanjut usia.
Orang sakit permanen yang kesembuhannya sangat sulit.
Perempuan hamil atau perempuan yang sedang menyusui (yang
bersangkutan boleh memilih antara 'adha shaum atau fidyah)
3. Tentang macam-macam akhlak
a. Akhlak Kepada Allah SWT dan Rasullullah.
Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim
beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi
dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati.
Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a
merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan
keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan
kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu.
b. Akhlak Individual dan Sosial
Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap
seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau
ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan
pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik
atau bahkan membahayakan jiwa.
c. Ahlak terhadap lingkungan
Akhlak terhadap lingkungan bersumber dari tugas manusia sebagai
khalifah di muka bumi. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, dan bimbingan agar setiap makhluk di bumi mencapai
tujuan penciptaannya. Maka dalam memanfaatkan alam, manusia
dituntut untuk bersikap adil dan kasih sayang terhadap lingkungan.
Dengan demikian, manusia diperintahkan bukan untuk mencari
kesenangan dan kemakmuran dirinya semata, tetapi juga
mengusahakan kelestarian alam.
d. Akhlak DalamKehidupan Berbangsa dan Bernegara
Dalam kondisi apapun, Allah Swt memerintahkan kepada umat Islam
untuk senantiasa berakhlak yang baik, termasuk dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.Namun, sebelum menjelaskan tentang etika
atau lebih khusus lagi akhlak dalam bernegara alangkah baiknya
dijelaskan tentang beberapa hak dan kewajiban seorang warga negara
dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.Hak warga
negara dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dimiliki oleh setiap
warga negara dari negaranya yang diatur oleh undang-undang
sedangkan kewajiban warga negara adalah sesuatu yang harus
dilakukan oleh setiap warga negara terhadap negaranya.

4. Tentang urgensi islam dalam kehidupan keluarga


a. Urgensi keluarga dalam hidup manusia
Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat
terkecil yang terdiri atas suami-istri-anak. Pengertian demikian
mengandung dimensi hubungan darah dan juga hubungan sosial.
Dalam hubungan darah keluarga bisa dibedakan menjadi keluarga
besar dan keluarga inti, sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga
merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh saling berhubungan
atau interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun antara satu dengan
lainnya tidak terdapat hubungan darah. Pengertian keluarga dapat
ditinjau dari perspektif psikologis dan sosiologis. Secara Psikologis,
keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling
memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Arifin, Z. 2010).
Sedangkan pengertian secara sosiologis, keluarga adalah satu
persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua
jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, dengan maksud
untuk saling menyempurnakan diri, saling melengkapi satu dengan
yang lainnya. Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh
seorang anak, saling membutuhkan, saling membantu dan lain-lain,
dapat mengembangkan potensi diri dan kepercayaan pada diri anak.
Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk membantu anak
menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik.
Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya
keharmonisan hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-
anak dengan saling menghormati dan saling memberi tanpa harus
diminta.
Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif dan sebagai
pengawas tertinggi yang lebih menekankan pada tugas dan saling
menyadari perasaan satu sama lainnya. Sikap orang tua lebih banyak
pada upaya memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman
sebagai rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan,
secara praktis anak harus mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan
serta pendidikan dari orang tuanya, sehingga dapat mengantarkan
seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati sesuai dengan ajaran
agama yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga sangat
menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah anak
pertama kali menerima sejumlah nilai pendidikan. Tanggung jawab
dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua dirasakan oleh anak
dan akan menjadi dasar peniruan dan identifikasi diri untuk
berperilaku. !ilai moral yang ditanamkan sebagai landasan utama bagi
anak pertama kali diterimanya dari orang tua, dan juga tidak kalah
pentingnya komunikasi dialogis sangat diperlukan oleh anak untuk
memahami berbagai persoalan-persoalan yang tentunya dalam
tingkatan rasional, yang dapat melahirkan kesadaran diri untuk
senantiasa berprilaku taat terhadap nilai moral dan agama yang sudah
digariskan.
Sentralisasi nilai-nilai agama dalam proses internalisasi
pendidikan agama pada anak mutlak dijadikan sebagai sumber
pertama dan sandaran utama dalam mengartikulasikan nilai-nilai moral
agama yang dijabarkan dalam kehidupan kesehariannya. !ilai-nilai
agama sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan keluarga,
agama yang ditanamkan oleh orang tua sejak kecil kepada anak akan
membawa dampak besar dimasa dewasanya, karena nilai-nilai agama
yang diberikan mencerminkan disiplin diri yang bernuansa agamis.

5. Tentang ahklak sosial


Pandangan Islam Tentang Kehidupan Sosial Menurut pandangan
Islam manusia secara etimologi disebut juga insan yang dalam bahasa
arabnya, berasal dari akar kata nasiya yang berarti lupa. Dan jika dilihat
dari akar kata al-uns maka kata insan berarti jinak. Dari kedua akar kata
tersebut kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia
memiliki sifat lupa dan jinak, dalam arti manusia selalu menyesuaikan diri
dengan keadaan yang baru disekitarnya. Keberadaan manusia sangat nyata
sekali berbeda dengan makhluk yang lainnya. Seperti dalam kenyataannya
manusia adalah makhluk yang berjalan di atas dua kaki dan memiliki
kemampuan untuk berfikir. Sedangkan berfikir itu sendiri merupakan sifat
dasar dari manusia yang menentukan hakekat manusia itu sendiri dan
membedakannya dengan makhluk lainnya. Manusia juga memiliki karya
yang dihasilkannya sehingga berbeda dengan makhluk yang lain. Hasil
karya manusia itu dapat dilihat dalam setting sejarah dan setting
psikologis, geografis, situasi emosional dan intelektual yang melatar
belakangi hasil karyanya. Dari hasil karya yang dibuat manusia tersebut,
menjadikan ia sebagai makhluk yang menciptakan sejarah. Yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana manusia dalam kehidupan social, Sebelum
menguraikan masalah manusia dalam kehidupan sosial, perlu di uraikan
apa yang dimaksud dengan sosial dan kehidupan sosial. Para ahli
mendefinisikan sosial sebagai sebuah ungkapan yang nampaknya masih
terdapat beberapa sudut pandang yang berbeda sehingga mereka
mendefinisikan sosial belum ada satu kata sepakat. Berikut beberapa
pengertian menurut para ahli: “Sosial adalah sifat dasar dari setiap
individu” (Philip Wexler). “Sosial adalah lebih dari sekedar jumlah
manusia secara individu karena mereka terlibat dalam berbagai kegiatan
bersama” (Paul Ernes). “Sosial adalah cara tentang bagaimana para
individu saling berhubungan” (Enda M.C.). “Sosial adalah sebuah inti dari
bagaimana para
individu berhubungan walaupun masih juga diperdebatkan tentang
pola berhubungan para individu tersebut” (Engine Fahri). Dari beberapa
pendapat tentang pengertian sosial menurut para ahli sebagaimana
tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sosial adalah “Hubungan
individu dalam sebuah komunikas dan bagaimana cara mereka menjalin
hubungan antar sesama dalam berbagai kegiatan bersama dan hubungan
ini merupakan inti dari sebuah interaksi di antara mereka di lingkungan
masing-masing dan tidak terikat oleh sebuah pola tertentu”. Karena sosial
merupakan cara manusia berhubungan dengan sesama dalam berbagai
kegiatan, maka seiring dengan perkembangan budaya manusia, sifat sosial
juga mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan pranata-
pranata yang timbul berdasarkan tujuan atau kegiatan yang telah
disepakati bersama oleh mereka.

6. Tentang “DIMENSI ETIK : AGAMA DAN ISU KEMANUSIAAN,


AGAMA DAN ISU LINGKUNGAN, AGAMA DAN TRANFORMASI
SOSIAL, ISLAM SEBAGAI AGAMA RAMHATALIL ALAMIN
a. Agama dan Isu Kemanusiaan
Gagasan tentang ideologi kemanusiaan dan pelaksanaannya
dalam masyarakat Muslim telah menjadi perhatian banyak sarjana
Muslim, aktivis sosial dan para pengambil kebijakan. Mereka
menggunakan pelbagai pendekatan untuk memahami beberapa konsep
kunci dalam literatur Islam dan sejarah Islam yang sesuai dengan
prinsip-prinsip hukum humaniter. Para pengamat dan sarjana seperti
Yadh been Ashoor, Ameur Zemmali, Zayyid Ibn Abdel Kareem al-
Zayyid, Wahbah al-Zuhaili, Saleem Marsoof, James Cockayne,
Jonathan Benthall, Jamal Krafess, dan Anniseh Van Engeland yang
telah menelaah hukum humaniter di Dunia Islam berpandangan bahwa
gagasan tentang prinsip dan hukum humaniter Islam masih belum
ajeg. Pasalnya, terlalu kentalnya perbedaan-perbedaan pandangan di
kalangan ulama Islam tentang hal-hal seperti perang, jihad, posisi non-
Muslim dalam masyarakat Muslim, dan pandangan Islam mengenai
hubungan internasional yang terkait dengan konsep “wilayah Islam”
(land/ abode of Islam atau dar al-Islam) dan “wilayah perang” (land/
abode of war atau dar al-harb), dan lain-lain. Cara pandang yang
digunakan para pengamat dan sarjana untuk mengkaji Islam dan
urusan kemanusiaan berbeda satu sama lain: apakah gerakan
kemanusiaan Islam harus dilihat dari kacamata Barat, dan apakah para
pegiat kemanusiaan Islam dapat mengintegrasikan pandangan-
pandangan Islam mereka ke dalam apa yang dikenal dengan hukum
humaniter Islam. Dalam konteks inilah para aktivis sosial, intelektual,
dan pemangku kebijakan berupaya merumuskan ulang “hukum
humaniter Islam” dan memadupadankan Hukum Humaniter
Internasional (HHI) dengan syariah. Dalam kaitan ini, para pengamat
menyoroti aspek yang berbeda-beda: sebagian lebih mendalami aspek
hukum Islamnya, sebagian lain lebih tertarik dengan prinsip-prinsip
etik kemanusian, sementara yang lain tertarik pada aksi-aksi
kemanusiaan.
b. Agama dan Isu Lingkungan
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup sebagian
besar adalah hasil perbuatan manusia. Karena manusialah yang diberi
tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Manusia mempunyai daya
inisiatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lainnya tidak
memiikinya. Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai
dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengtahuan dan teknologi.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, perkembangann persenjataan dan
alat perusak lingkungan makin maju pula. Kerusakan lingkungan
diperparah lagi dengan banyaknya kendaraan bermotor, dan pabrik-
pabrik yang menimbulkan pencemaran udara atau polusi. Pencemaran
tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia dan kehidupan
sekelilingnya. Limbah-limbah pabrik sering kali dibuang seenaknya ke
sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-kapal
tanker yang membawa minyak sering mengalami kebocoran,
sehinggga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya, air sungai dan laut
beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat
beracun.
c. Agama dan Transformasi Sosial
Kata transformasi berasal dari bahasa Inggris transform yang
berarti mengendalikan suatu bentuk ke bentuk lain. Jadi transformasi
sosial berarti membicarakan tentang proses perubahan struktur, sistem
sosial, dan budaya. Transformasi disatu pihak dapat bermakna proses
perubahan atau pembaharuan struktur sosial, sedangkan di pihak lain
mengandung arti proses perubahan nilai. Manusia hidup di dunia yang
senantiasa berubah, kebiasaan dan aturan-aturan kesusilaan,
hukumnya, lembaga-lembaga terus berubah. Semua perubahan
tersebut mengakibatkan perubahan yang lain terjadi secara timbal
balik. masyarakat dan budayanya terus mengalami perubahan.
Transformasi berarti perubahan atau sesuatu yang melampaui.
Perubahan sosial senantiasa terjadi seiring dengan perkembangan
manusia, dulu masyarakat dikenal dengan kehidupan agraris tetapi
sekarang telah berubah menjadi masyarakat industry. Ciri transformasi
dari teori-teori sosial misalnya dapat ditemukan dalam teori Marx yang
tampak berpretensi bukan hanya untuk menafsirkan realitas empiris
tetapi sekaligus juga untuk mengubahnya. Perubahan dalam
masyarakat terjadi melalui pengenalan unsur-unsur baru.
d. Islam Sebagai Agama Rahmatalilil Alamin
Pengertian Islam Rahmatan Lil’alamin Memahami Islam yang di bawa
oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir adalah adalah
bahwa kedatangan Islam merupakan rahmat bagi kita sebagai umat
manusia dan rahmat semesta alam, susuai landasan Al-Quran bahwa
kebenaran Islam itu mutlak, sebagai agama yang dapat
menyelamatakan manusia dari kesesatan dunia. “ Dan tidaklah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam” (QS. Al-Anbiya (21): 107). Sejarah Nabi pun adalah sejarah
pengejawentaahan kasih sayang. Dia mengajarkan kepada umatnya
bahwa Allah Swt tidak akan mengasihi orangorang yang tidak
mengasihi manusia. Istilah Islam Rahmatan Lil’alamin seperti tertuang
dalam QS. AlAnbiya;107 dalam penafsirannya menyatakan bahwa
diutusnya Nabi Muhammad sebagai rosul terahir adalah rahmat bagi
seluruh umat manusia dan seluruh makhluk jagat raya. Seperti dalam
keterangan hasil penafsiran dari Ahmad Musthafa alMaraghy juga
berisi; bahwa melalui Al-Qur’an yang diturunka kepada Nabi
Muhammad SAW seabagai utusan Allah adalah semata-mata untuk
memberikan kedamaian umat manusia di bumi sebagai rahmat baik
untuk di dunia ataupun rahmat dalam menggapai kehidupan
selanjutnya yaitu akhirat.

Bimbingan Rikayati S.Sos, M.Pd


1. Puasa
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat
sekarang tetapi juga dijalankan pada masa umat-umat terdahulu bagi orang
yang beriman ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk
mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-
dosa, pelipatgandaan pahala kebaikan,dan pengangkatan derajat. Allah telah
menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya diantara amal-amal ibadah
lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng yang kukuh yang dapat menjaga
manusia dari bujuk rayu setan. Dengan puasa syahwat yang bersemayam
dalam diri manusia akan terkekang sehingga manusia tidak lagi menjadi
budak nafsu tetapi manusia akan menjadi majikannya.
Puasa mengandung banyak hikmah bagi yang melakukan sesuai
dengan aturan. Dalam hal ini penulis akan mencoba mengupas persoalan
puasa dari sisi hikmah puasa dalam kajian nilai spiritual. Nilai spiritual adalah
nilai ketuhanan yang terkandung dalam ibadah sebagai jalan menghubungkan
manusia dengan Tuhannya. Rasa terima kasih yang dimaksud di sini bisa
dikatakan sebagai suatu bentuk rasa syukur menusia kepada Tuhannya atas
segala nikmat yang telah banyak diberikan dan tidak terhitung jumlahnya.
Rasa terima kasih tersebut dibuktikan dengan cara melaksanakan puasa.
(Sujami.A.M dan Zuhdi.N.M, 2008)
2. Haji
Haji adalah rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat
dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang
dilaksanakan kaum muslimin sedunia yang mampu (material, fisik, dan
keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan
dibeberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai
musim haji pada bulan Dzulhijjah. Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang
bisa dilaksanakan sewaktu-waktu. Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada
tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam
diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah dan berakhir setelah
melempar jumrah pada tanggal 10 Dzulhijjah.
Hukum melaksanakan ibadah haji hanyalah diwajibkan sekali dalam
seumur hidup manusia. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah : “Rasulullah Saw berkhotbah kepada kami.
Katanya : Wahai manusia! Allah telah memfardhukan haji bagi kamu, maka
laksanakanlah! Kemudian seseorang bertanya : Apakah haji itu dikerjakan
setiap tahun ya Rasulullah? Rasulullah Saw kemudian diam, sampai laki-laki
itu mengulang pertanyaan itu tiga kali. Kemudian Rasulullah Saw bersabda :
Kalau saya katakan benar, pasti akan wajib setiap tahun, tetapi kalian tidak
akan mampu”. (HR. Ahmad bin Hanbal, Muslim dan al-Nasai). Dalam hadits
lain Rasulullah Saw bersabda : “Ikutilah amalan haji dengan umrah karena
kedua amalan itu meniadakan sifat kikir dan dosa sebagaimana ahli logam
membuang karat dari besi, perak dan emas. Tiada lain pahala yang diterima
haji yang mabrur, kecuali surga”. (HR. al-Tirmidzy, al-Nasai dan Ibnu Majah
dan Ibnu Mas’ud).
3. Shalat
Sesungguhnya shalat yang lima waktu itu adalah merupakan lima
rangkaian perjalanan kehadirat allah yang telah diwajibkan oleh allah kepada
hambanya didalam waktu yang berlainan setiap hari. Dimana seorang mukmin
selama shalat itu melepaskan dirinya dari persoalan duniawinya dan
menumpahkan pengabdian untuk tuhan nya dengan mengingat kebesaran
allah , memohonkan pertolongan dan petunjuk . dan didalam shalat itu pula
dia menyerahkan diri sepenuhnya kedalam lingkungan allah yang maha
pengasih dan maha penyayang. Dan sesunguhnya perjalanan yang demikian
itu dapatlah melepaskan duka luarnya dan dapat pula meringankan
kesengsaraaan serta mewujudkan keinginan-keinginan yang baik.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kautsar ayat 2, “Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”. Ayat tersebut
menunjukkan betapa pentingnya menjalankan ibadah yang satu ini, bahkan
Allah mengacam manusia yang lalai dalam mengerjakan shalat dengan
ancaman yang keras dalam surah Al-Maun ayat 4-5, “Maka kecelakaanlah
bagi orang-orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai dengan shalatnya”.
Allah memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang mu’min dan
yang kafir, selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan
Allah. Dalam sebuah hadits qudsyi dikatakan “Kedekatan semua hamba
kepada-Ku, seperti yang aku fardhukan (wajibkan) padanya dan tidak henti-
hentinya seoang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan
sunat, sehingga aku mencintainya, maka aku menjadi telinga yang ia
pergunakan untuk  mendengar, menjadi mata yang ia pergunakan untuk
melihat, jika ia meminta padaku sungguh aku memberikannya dan bila ia
berdo’a kepadaku niscaya aku akan mengabulkan.
4. Ibadah
Pilar islam yang pertama yaitu akidah dan pilar Islam yang kedua
adalah ibadah. Ibadah berasal dari kata ‘abada, ya’budu, yang berarti
menghamba atau tunduk dan patuh. ‘abdun berarti budak atau hamba sahaya,
alma’bad berarti mulia dan agung, ‘abada bih berarti selalu mengikutinya,
alma’budberarti yang memiliki, yang dipatuhi dan diagungkan. Jika makna
kata-kata tersebut diurutkan akan menjadi susunan kata- kata yang logis,
yaitu: “Jika seseorang menghambakan diri terhadap yang lain, ia akan
mengikuti, mengagungkan, memuliakan, mematuhi dan tunduk“.
Ibadah itu pada hakikatnya dalam rangka tiga hal:
Pertama, membina diri dengan baik. Jika orang beribadah, tapi dirinya tidak
terbina, sebenarnya ia belum mencapai tujuan itu.
Kedua, dalam rangka mensucikan diri kita. Mensucikan diri yang dimaksud
adalah: Pertama, mensucikan diri dari sifat-sifat yang kotor.
Ketiga, mengisi diri dengan sifat yang terpuji, mengisi diri dengan perbuatan
baik, dan mengisi diri dengan perbuatan yang berpahala.
5. Dimensi Sosial-Institusional: Aliran-Aliran Dalam Agama Dan Lembaga-
Lembaga Keagamaan
Agama memiliki misi untuk melakukan perubahan. Misi ini
diimplementasikan melalui sebuah gerakan sosial. Terkait dengan hal ini,
dapat ditunjukan bahwa di beberapa Negara, agama menjadi faktor penting
lahirnya kesadaran masyarakat untuk melakukan koreksi atas kondisi
sosialnya. Sebagai contoh, agama dalam perubahan sosial di Afrika Selatan,
Agama juga terlibat dalam kesadaran untuk membangun kesejahteraan dalam
konteks Amerika, juga di Amerika Latin, Peru. Demikian pula halnya dengan
Eropa, agama memiliki kontribusi penting sebagai perspektif Eropa untuk
melihat kondisi kesejahteraan sosial dan agama bagi pemeluknya. Agama
memiliki misi untuk melakukan perubahan. Misi ini diimplementasikan
melalui sebuah gerakan sosial. Terkait dengan hal ini, dapat ditunjukan bahwa
di beberapa Negara, agama menjadi faktor penting lahirnya kesadaran
masyarakat untuk melakukan koreksi atas kondisi sosialnya. Sebagai contoh,
agama dalam perubahan sosial di Afrika Selatan, Agama juga terlibat dalam
kesadaran untuk membangun kesejahteraan dalam konteks Amerika, juga di
Amerika Latin, Peru. Demikian pula halnya dengan Eropa, agama memiliki
kontribusi penting sebagai perspektif Eropa untuk melihat kondisi
kesejahteraan sosial dan agama bagi pemeluknya.
Pembimbing Fathul Khair, S.SOS.I
1. Epilog: ibadah, akhlak dan Muamalah untuk Menciptakan Pribadi Berkualitas,
Keluarga Sakinah dan Masyarakat Utama
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi,
tetapi makna dan maksudnya satu.
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi,
perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya
“Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan
perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq”
yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.
2. Islam dan Persoalan Hidup dan Kerja
Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara
berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh
arti dan manfaat bagi lingkungan. Pemahaman inti tentang makna hidup
menurut Al Quran :
a. Hidup adalah ibadah
b. Hidup adalah ujian
c. Kehidupan di akhirat lebih baik dibanding kehidupan di dunia
d. Hidup adalah sementara
3. Islam (Harta dan Jabatan)
Harta dalam Bahasa arab disebut al-mal, yang menurut Bahasa berarti
condong, cenderung, atau miring. Al-mal juga diartikan sebagai segala
sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk
materi, maupun manfaat. (Ghazaly, 2010). Dalam Al-Qur’an banyak ayat
yang menggambarkan tentang jabatan, baik yang menunjukkan kebaikan
seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang menunjukkan
keburukannya seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan sebagainya. Dalam
surat Al-Haqqah Allah swt menyatakan bahwa pejabat yang tidak beriman itu
di akhirat kelak akan mengatakan bahwa lepas sudah jabatannya (yang
sewaktu di dunia ia miliki)

Anda mungkin juga menyukai