Anda di halaman 1dari 4

Sipengembala Kerbau

Oleh : Fauzi Zikri

Di saat matahari tak lagi menyingsing begitu keras. Tampak seorang mahasiswa yang tengah
baru menyelesaikan perantauannya bertemu dengan dua anak kecil : yang satu sedang
menggembala kerbau dan yang satunya lagi sedang menggembala dirinya sendiri. Dan mahasiswa
tadi pun menghampiri mereka.
Salah seorang dari mereka pun mulai berbincang-bincang yang menandakan sebuah percakapan.
Sampai-sampai pada pertanyaan seorang anak kecil yang menanyakan tentang, "apa itu
mahasiswa?" Lalu mahasiswa tadi pun menjawab bahwa "mahasiswa adalah seseorang yang
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi".
Dan Anak kecil itu pun menanyakan lagi " untuk apa pendidikan itu tinggi?"
"setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikannya dia akan digelari sarjana dan akan
mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji yang lumayan besar_bisa membeli rumah besar,
mobil besar bahkan bisa mendapatkan istri yang besar juga". Sahut mahasiswa sambil penekanan
betapa pentingnya pendidikan itu tinggi.
Ditengah-tengah perbincangan mereka berdua, sipengembala kerbau yang juga
mendengar percakapan mereka lalu dia memotong pembicaraan tersebut seraya
berkata. “ya benar! mahasiswa adalah sekumpulan orang egois yang sedang
menyelamatkan mulut dan kemaluan mereka sendiri "ujarnya dengan jengkel.
( Dikampung sipengembala kerbau memang terkenal dengan pengetahuannya tentang
bagaimana kerbau hidup dan untuk apa kerbau hidup. Dan dia tengah menjelaskannya).

Setelah mendengar perkataan sipengembala kerbau. Seorang mahasiswa tadi hanya


bisa terdiam tanpa kata dan entah kenapa di sore itu dia merasakan suasana yang begitu
hampa. Bahkan ia juga merasa bahwa kehampaan tersebut terasa penuh di dalam
kepalanya. Lalu si anak kecil yang satu lagi mencoba untuk mencairkan suasana agar tidak
begitu menghiraukan perkataan sipengembala dengan berkata.
"Jangan dengar omongan dia. Dia memang suka jengkel, karena kerbaunya terkenal pelit
dalam berbagi makanan"
Sipengembala kerbau pun menyahut perkataan temannya.
"Sudahi saja percakapannya. Kita ini manusia!
jika sering berbicara dengan spesies yang berbeda kita akan dianggap gila. Ayo kita
pulang!" Ajaknya kepada Sianak kecil
"Sebentar lagi, biar kerbaumu kenyang dulu, baru kita pulang "kata anak kecil
"Kalau kau mau menunggu kerbau kenyang, kau tak akan pernah memiliki banyak waktu
untuk menunggunya bahkan seratus tahun pun tak cukup" sahut sipengembala kerbau
sambil melangkah pergi.
Dan mereka berdua pun pulang. Namun si mahasiswa masih termenung di akhir senjanya
di tepian sawah.
Sebelum melangkah jauh sipengembala kerbau berkata "kau memang sudah banyak
belajar tentang kehidupan namun kau tak pernah hidup di kehidupan itu sendiri”.

Anda mungkin juga menyukai