Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN BENCANA

PENANGGULANGAN WABAH DAN PANDEMI

OLEH :
KELOMPOK 2
KELAS A12-B

1. Gusti Ayu Ratna Dewi (183212866)


2. Kadek Dwi Melanie Rahayu (183212874)
3. Ni Kadek Ayu Dewi Cahyani (183212877)
4. Ni Komang Suryantini (183212890)
5. Ni Luh Erina (183212892)
6. Putu Suci Kristina Dewi (183212898)
7. Wisnu (183212890)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur yang tiada terhingga penulis haturkan kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas rahmat dan
karunia-Nya, karya tulis yang berjudul “Penanggulangan Bencana Wabah Dan
Pandemi” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Bencana dalam menempuh Pendidikan Program Studi Keperawatan Program
Sarjana, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali pada semester genap
tahun 2021, yang diampu oleh ibu Ns. I Nyoman Asdiwinata, S.Kep., M.Kep
Dalam keberhasilan penyusunan karya tulis ini, tentunya tidak luput dari
bantuan beberapa pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya
tulis ini.
Penulis menyadari bahwa, karya tulis ini masih jauh dari yang sempurna.
Oleh kerena itu, segala kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya-
karya penulis berikutnya. Semoga karya tulis ini ada manfaatnya.

Denpasar, 20 November 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................................2
1.4 Manfaat ..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan Dan Penanggulangan Wabah Dan Pandemi ...............................3
2.2 Jenis Dan Karakteristik Dari Wabah Dan Pandemi ...........................................8
2.3 Data Kejadian Dari Permasalahan Wabah Dan Pandemi ................................10
2.4 Karakteristik Korban Dan Penanganan Yang
Diperlukan Dari Wabah Dan Pandemi ...................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................22
3.2 Saran .................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya pemberantasan wabah penyakit menular di Indonesia saat ini perlu
mendapat perhatian apalagi mengingat beberapa jenis penyakit menjadi mewabah.
Wabah penyakit yang sangat mencemaskan dan memakan banyak korban serta
menimbulkan berbagai dampak psikologis maupun kerugian material, membuat
para peneliti berpikir tentang pentingnya pemahaman dan prediksi dinamika
penyebaran penyakit infeksi, sehingga dampak dari penyebaran penyakit tersebut
dapat diminamilisir. Wabah penyakit menular merupakan berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara
nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka ( Kemenkes, 2010 )
Pandemi merupakan wabah penyakit yang menjangkit secara serempak
dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas. Pandemi merupakan epidemi
yang menyebar hampir ke seluruh negara atau pun benua dan biasanya mengenai
banyak orang. Peningkatan angka penyakit diatas normal yang biasanya terjadi,
penyakit ini pun terjadi secara tibatiba pada populasi suatu area geografis tertentu
Pandemi juga merupakan penyakit yang harus sangat diwaspadai oleh semua
orang, karena penyakit ini menyebar tanpa disadari. Untuk mengantisipasi
dampak pandemi yang ada disekitar kita maka yang kita lakukan adalah dengan
menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang ada disekitar kita. Pandemi ini
terjadi tidak secara tiba-tiba akan tetapi terjadi pada suatu wilayah tertentu yang
kemudian menyebar ke beberapa wilayah lainnya dengan cepat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang didapat berdasarkan latar belakang di atas sebagai
berikut:
1. Bagaimana permasalahan dan penanggulangan Wabah Dan Pandemi?

1
2. Apa saja jenis dan karakteristik dari Wabah Dan Pandemi?
3. Apa saja data kejadian dari permasalahan Wabah Dan Pandemi?
4. Bagaimana karakteristik korban dan penanganan yang diperlukan dari
Wabah Dan Pandemi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapat berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui permasalahan dan penanggulangan Wabah Dan
Pandemi.
2. Untuk mengetahui jenis dan karakteristik dari Wabah Dan Pandemi.
3. Untuk mengetahui data kejadian dari permasalahan Wabah Dan Pandemi.
4. Untuk mengetahui karakteristik korban dan penanganan yang diperlukan
dari Wabah Dan Pandemi.

1.4 Manfaat
Adapun tujuan yang didapat berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai berikut:
1. Agar dapat memahami permasalahan dan penanggulangan Wabah Dan
Pandemi.
2. Agar dapat memahami jenis dan karakteristik dari Wabah Dan Pandemi.
3. Agar dapat memahami data kejadian dari permasalahan Wabah Dan
Pandemi.
4. Agar dapat memahami karakteristik korban dan penanganan yang
diperlukan dari Wabah Dan Pandemi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan dan Penanggulangan Wabah Dan Pandemi


2.1.1 Wabah
Secara umum wabah dapat diartikan sebagai kejadian penyakit melebihi
dari normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang diberikan
mengenai wabah baik kelompok maupun para ahli diantaranya:
 Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI : 1989).
 Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah
meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (depkes
RI, DirJen P2MPLP : 1981).
 Wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka ( UU RI No. 4 tahun 1984 ).
 Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk
suatu daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (Benenson : 1985)
 Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau
kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih
banyak dari keadaan biasa (Last : 1981)
 Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989)
2.1.2 Penanggulangan Wabah
Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan

3
wabah secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi wabah.
Kegiatan ini dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus
yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya
suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi
wabah secara mingguan. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan
dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim
epidemiologi.
Penyelenggaraan SKD- KLB telah diatur dalam PERMENKES
No.949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini KLB. Upaya penanggulangan KLB dilaksanakan dengan
tujuan untuk memutus rantai penularan sehingga jumlah kesakitan, kematian
maupun luas daerah yang terserang dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam
operasionalnya kegiatan penanggulangan selalu disertai kegiatan penyelidikan
yang selanjutnya digunakan istilah penyelidikan dan penanggulangan KLB.

Upaya penyelidikan dan penanggulangan secara garis besar meliputi:


 Persiapan Penyelidikan dan Penanggulangan KLB
Persiapan penyelidikan dan penanggulangan KLB meliputi persiapan
administrasi, tim penyelidikan epidemiologi, bahan logistik dan bahan
laboratorium serta rencana kerja penyelidikan epidemiologi KLB.
Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi KLB bekerjasama dengan unit
kesehatan terkait setempat, dapat melakukan wawancara, pemeriksaan medis
dan laboratorium terhadap penderita, pemeriksaan orang-orang yang
mendapat serangan penyakit, pemeriksaan sumber-sumber penyebaran
penyakit, pemeriksaan data perawatan penderita di unit pelayanan kesehatan,
pemeriksaan data perorangan, sekolah, asrama, dan tempat-tempat lainnya
yang berhubungan dengan penyebaran penyakit dengan memperhatikan etika
pemeriksaan medis dan etika kemasyarakatan setempat.
Rekomendasi dirumuskan dengan memperhatikan asas segera, efektif dan
efisien dalam rangka penanggulangan KLB yang sedang berlangsung sesuai

4
dengan kemampuan yang ada serta disampaikan kepada tim penanggulangan
KLB dengan memperhatikan kerahasiaan jabatan dan implikasi terhadap
kesejahteraan dan keselamatan masyarakat.
 Memastikan adanya KLB
Kepastian adanya suatu KLB berdasarkan pengertian dan kriteria kerja KLB
yang secara formal ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas rekomendasi teknis
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, baik bersumber data kesakitan dan
atau data kematian yang ada di masyarakat atau data dari unit pelayanan
penderita serta hasil pemeriksaan laboratorium.
Untuk memastikan adanya KLB, maka data penderita setidaknya
menunjukkan perkembangan penyakit dari waktu ke waktu berdasarkan
tanggal mulai sakit dan atau tanggal berobat yang dapat digunakan untuk
memperkirakan tanggal mulai sakit, tempat kejadian menurut unit pelayanan
penderita berobat, tempat tinggal penderita, tempat usaha atau karakteristik
tempat lain, serta menurut umur, jenis kelamin dan kelompok-kelompok
tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk memastikan adanya KLB. Secara
operasional, langkah-langkah untuk memastikan adanya KLB adalah sebagai
berikut :
1) Melakukan analisis terhadap data kesakitan dan kematian yang ada di
Puskesmas atau Rumah Sakit
2) Mendiskusikan dengan petugas poliklinik tentang adanya peningkatan
jumlah penderita atau diduga penderita penyakit berpotensi KLB
diantara yang berobat ke poliklinik menurut desa atau lokasi tertentu.
3) Menanyakan pada setiap orang yang datang berobat ke Puskesmas atau
Rumah Sakit tentang adanya peningkatan jumlah penderita atau diduga
penderita penyakit berpotensi KLB tertentu atau adanya peningkatan
jumlah kematian di desa, sekolah, asrama atau tempat lain. Peningkatan
jumlah penderita dibandingkan dengan kewajaran jumlah penderita
pada keadaan normal berdasarkan data yang ada di Puskesmas atau
menurut pandangan orang-orang yang diwawancarai.

5
4) Melakukan kunjungan ke lokasi yang diduga terjadi KLB untuk
memastikan adanya KLB. Tatacara memastikan adanya KLB adalah
dengan wawancara penduduk setempat melalui survei masyarakat, dan
atau dengan membuka pelayanan pengobatan umum. Apabila jumlah
penderita dan atau kematian cukup banyak dan meningkat dibandingkan
jumlah penderita pada keadaan sebelumnya sesuai dengan kriteria kerja
KLB, maka dapat dipastikan adanya KLB di daerah tersebut.
 Menegakkan Etiologi KLB
1) Etiologi suatu KLB dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
penderita perorangan, gambaran klinis kelompok, gambaran
epidemiologi dan hasil pemeriksaan laboratorium atau alat penunjang
pemeriksaan lainnya.
2) Gambaran klinis penderita perorangan dapat diperoleh berdasarkan
wawancara dan pemeriksaan medis penderita, gambaran klinis
kelompok penderita dapat diperoleh dari prosentase gejala dan tanda-
tanda penyakit yang ada pada sekelompok penderita pada daerah yang
terjadi KLB.
3) Gambaran epidemiologi dibuat dalam bentuk kurva epidemiologi KLB,
angka serangan (attack rate) dan angka fatalitas kasus (case fatality rate)
berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin. Gambaran epidemiologi
lain dapat dibuat berdasarkan pengelompokan tertentu sesuai dengan
kebutuhan mengetahui etiologi KLB.
4) Pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa spesimen tertentu sesuai
dengan perkiraan etiologi berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan
epidemiologi. Bahan spesimen yang menimbulkan perlukaan atau risiko
perlukaan diupayakan hanya diambil dari beberapa orang saja sebagai
contoh pengujian laboratorium.
 Identifikasi Gambaran Epidemiologi KLB
1) Gambaran epidemiologi KLB menjelaskan distribusi penyebaran
penyakit dalam bentuk tabel, kurva epidemi, grafik dan peta, baik
dalam angka absolut maupun dalam angka serangan (attack rate), dan

6
angka fatalitas kasus (case fatality rate) berdasarkan golongan umur,
jenis kelamin, dan tempat-tempat tertentu yang bermakna secara
epidemiologi. Umur dikelompokkan dalam kelompok umur kurang dari
1 tahun, 1 – 4 tahun, 5 – 9 tahun, 10 – 14 tahun, 15 – 44 tahun dan 45
tahun atau lebih, sesuai dengan kebutuhan epidemiologi menurut umur.
Tempat dikelompokkan berdasarkan tempat kejadian. Gambaran
epidemiologi lain dapat dibuat berdasarkan pengelompokan tertentu
sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui etiologi KLB, besar
masalah KLB dan menjadi dasar membangun hipotesis sumber dan cara
penyebaran penyakit.
2) Gambaran epidemiologi KLB juga bermanfaat sebagai data
epidemiologi KLB dalam sistem kewaspadaan dini KLB dan referensi
perumusan perencanaan, pelaksanaan pengendalian dan evaluasi
program penanggulangan KLB
 Mengetahui Sumber dan Cara Penyebaran KLB
Cara untuk mengetahui sumber dan cara penyebaran penyakit adalah
berdasarkan metode epidemiologi deskriptip, analitik dan kesesuaian hasil
pemeriksaan laboratorium antara penderita dan sumber penyebaran penyakit
yang dicurigai
 Menetapkan Cara-Cara Penanggulangan KLB
Penanggulangan KLB meliputi upaya-upaya pengobatan yang tepat terhadap
semua penderita yang ada di unit pelayanan kesehatan dan di lapangan,
upaya-upaya pencegahan dengan menghilangkan atau memperkecil peran
sumber penyebaran penyakit atau memutuskan rantai penularan pada KLB
penyakit menular. Cara-cara penanggulangan KLB sebagaimana tersebut
diatas sesuai dengan masing-masing cara penanggulangan KLB setiap jenis
penyakit, keracunan atau masalah kesehatan tertentu dan penyakit berpotensi
KLB yang belum jelas etiologinya.
 Rekomendasi
Rekomendasi merupakan salah satu tujuan penting dari suatu penyelidikan
dan penanggulangan KLB. Rekomendasi berisi cara-cara penanggulangan

7
KLB yang sedang berlangsung, usulan penyelidikan dan penanggulangan
KLB lebih luas dan atau lebih teliti, dan upaya penanggulangan KLB dimasa
yang akan datang. Perumusan suatu rekomendasi berdasarkan fakta hasil
penyelidikan dan penanggulangan KLB, merujuk hasil-hasil penelitian dan
pembahasan para ahli terhadap masalah yang sama atau berkaitan,
kemampuan upaya penanggulangan KLB dan kondisi kelompok populasi
yang mendapat serangan KLB. Rekomendasi disampaikan kepada tim
penanggulangan KLB berdasarkan asas cepat, tepat dan bertanggungjawab
untuk segera menghentikan KLB dan mencegah bertambahnya penderita dan
kematian pada KLB
2.1.3 Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana
terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang
luas. Berasal dari bahasa Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang
artinya rakyat. Pandemi adalah epidemi penyakit menular yang menyebar melalui
populasi manusia di kawasan yang luas, misalnya benua, atau bahkan di seluruh
dunia. Sebuah penyakit endemik luas yang stabil dalam hal berapa banyak orang
yang sakit dari itu tidak pandemic. Pandemi juga merupakan penyakit yang harus
sangat diwaspadai oleh semua orang, karena penyakit ini menyebar tanpa disadari.
Untuk mengantisipasi dampak pandemi yang ada disekitar kita maka yang kita
lakukan adalah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang ada disekitar
kita. Pandemi ini terjadi tidak secara tiba-tiba akan tetapi terjadi pada suatu
wilayah tertentu yang kemudian menyebar ke beberapa wilayah lainnya dengan
cepat.

2.2 Jenis Dan Karakteristik dari Wabah Dan Pandemi


2.2.1 Jenis Wabah
1. Berdasarkan Sifatnya
Pembagian wabah berdasarkan sifatnya yaitu:
a. Common Source Epidemic Adalah suatu wabah penyakit yang
disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok

8
secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang reatif singkat.
Adapun common source epidemic itu berupa keterpaparan umum,
biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka,
menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus dengan
kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam, tidak ada angka
serangan kedua Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit
berlangsung sangat cepat dalam waktu yang singkat (point source of
epiemic), maka resultan dari semua kasus/ kejadian berkembang hanya
dalam satu masa tunas saja Point source epidemic dapat pula terjadi
pada penyakit oleh faktor penyebab bukan infeksi yang menimbulkan
keterpaparan umum seperti adanya zat beracun polusi zat kimia yang
beracun di udara terbuka.
b. Propagated / Progresive Epidemic Bentuk epidemik dengan penularan
dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa tunas yang
lebih lama pula. Propagated / progresif epidemik terjadi karena adanya
penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor,
relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh
kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan
serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama
dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu
sampai pada batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih
memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan
generasi kasus. Masa tuntas penyakit tersebut diatas adalah sekitar satu
bulan sehingga tampak bahwa masa epidemi cukup lama dengan
situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada
saat di mana jumlah masyarakat yang rentan mencapai batas yang
minimal. Contohnya, kejadian wabah demam berdarah di suatu tempat
yang dalam penyebarannya memerlukan waktu yang lama, dimana
wabah ini memerlukan masa inkubasi. Selain itu penularan wabah
demam berdarah ini, melalui vector yang berupa nyamuk Aides
Aigepty.

9
2. Berdasarkan Cara Transmisinya
Menurut transmisinya, wabah dibedakan atas :
a. Wabah dengan penyebaran melalui media umum (common vehicle
epidemics),yaitu:
1. Ingesti bersama makanan atau minuman, misalnya Salmonellosis.
2. Inhalasi bersama udara pernafasan, misalnya demam Q (di
laboratorium).
3. Inokulasi melalui intravena atau subkutan, misalnya hepatitis
serum.
b. Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari pejamu ke pejamu
(epidemics propagated by serial transfer from host to host), yaitu :
1. Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute anal-oral
(shigellosis), rute genitalia (sifilis), dan sebagainya.
2. Penjalaran melalui debu.
3. Penjalaran melalui vektor (serangga dan arthropoda).
2.2.2 Karakteristik Pandemi
Karakteristik pandemi merupakan penyakit baru (tersering: zoonosis,
penyakit akibat virus), penyebaran tingkat global, dan sebagian besar masyarakat
tidak mempunyai kekebalan. Sedangkan karakteristik PHEIC/KKMMD adalah
mengakibatkan kejadian serius terhadap kesehatan masyarakat, kejadian yang
tidak biasa/tidak diperkirakan, berisiko menyebar secara internasional, dan
berisiko terhadap pembatasan perjalanan/perdagangan internasional.

2.3 Data Kejadian dari Permasalahan Wabah Dan Pandemi


2.3.1 Contoh Kejadian Wabah:
Bupati Lombok Barat, NTB Fauzan Khalid telah menetapkan kasus malaria
di Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat sebagai Kejadian Luar
Biasa (KLB) terhitung sejak 8 September 2018. Merespons kasus itu,
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tanggap melakukan sejumlah upaya
pengendalian malaria di sana.

10
Jumlah kasus malaria di Kabupaten Lombok Barat dari pasca gempa hingga
tanggal 18 September 2018 berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi NTB yaitu
sebanyak 184 orang, 49 orang ditemukan secara passive case detection (PCD) dan
sebanyak 135 orang ditemukan secara active case detection (ACD). Untuk
mengendalikan KLB Malaria tersebut, Kemenkes tengah melakukan berbagai
upaya, yakni Pertama Mass Blood Survey (MBS) dan Mass Fever Survey (MFS).
Penemuan aktif kasus melalui MBS dan MFS ini bertujuan untuk menemukan dan
mengobati dini orang yang terjangkit malaria, baik dengan gejala klinis maupun
tanpa gejala klinis, sehingga diharapkan penularan akan berhenti.
Kegiatan dilakukan di wilayah Puskesmas Penimbung dan Puskesmas
Meninting, Kabupaten Lombok Barat, seperti yang dilakukan sejak tanggal 28
Agustus hingga 14 September 2018 lalu. Hasilnya MBS diketahui telah dilakukan
sebanyak 3.779 pemeriksaan yang dilaksanakan di Puskesmas Penimbung di 2
desa dan Puskesmas Meninting di 6 desa. Dari pemeriksaan tersebut ditemukan
110 positif malaria dari 3 desa.
Kedua, dilakukan pengamatan dan pengendalian vektor. Cara ini dilakukan
untuk mengidentifikasi daerah perindukan nyamuk anopheles dan dilakukan
intervensi biologi, kimia dan fisik (perbaikan lingkungan). Diharapkan kepadatan
jentik dan nyamuk penular dapat dikurangi atau dihilangkan. Pengamatan vektor
dilaksanakan di wilayah Puskesmas Penimbung, Desa Bukit Tinggi, pada tanggal
4-5 September 2018 oleh Sub Direktorat Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
bersama Tim Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit (BBPPVRP) Salatiga. Dari hasil pengamatan ditemukan jentik
Anopheles di kubangan sungai sekitar rumah dan tenda penduduk di Desa Bukit
Tinggi, Dusun Batu Kemalik.
2.3.2 Contoh Kejadian Pandemi:
1. Pengertian
Dikutip dari situs LIPI atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
bentuk virus corona menyerupai mahkota seperti namanya. Corona bahasa
Latin yang artinya crown atau mahkota dalam bahasa Indonesia. Bentuk

11
mahkota berasal dari protein S atau spike protein yang mengelilingi
permukaan virus.
Struktur virus biasanya hanya terdiri atas RNA atau DNA saja
termasuk untuk virus corona. Virus ini memiliki genom RNA positif atau
biasa disebut RNA saja. Panjang genom virus corona sekitar 27-32
kilobasa yang kemudian membentuk protein penyusun tubuh virus. Misal
fosfoprotein N, glikoprotein M, protein E, protein S, dan glikoprotein HE,
serta enzim lain untuk perbanyakan virus. Adanya protein S, yang mirip
paku atau tanda panah di permukaan organisme, menjadikan struktur virus
corona lebih khas dibanding yang lain. Dikutip dari Live Science, protein
S ini menempel pada reseptor di sel pernapasan yang disebut angiotensin-
converting enzyme 2 atau ACE 2.
Sumber utama penularan infeksi adalah para pasien COVID-19.
Pembawa (carrier) nCoV-2019 yang asimptomatik juga berpotensi
menjadi sumber infeksi. Covid-19 umumnya ditularkan melalui kontak
langsung dan percikan (droplet). Penularan lewat udara mungkin terjadi
pada orang yang lama terpapar konsentrasi udara tinggi pada ruang
tertutup.
Cara penularan virus corona melalui percikan terbagi atas dua yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Penularan virus corona secara
langsung terjadi apabila seseorang yang terpapar virus ini batuk, bersin,
atau berbicara dan percikannya langsung mengenai orang lain. Situasi ini
biasanya terjadi apabila pihak-pihak yang terlibat berinteraksi dalam jarak
satu meter. Itulah mengapa, sangat disarankan agar kita menjaga jarak
(physical distancing), setidaknya dua meter dengan orang lain. Dengan
begitu, kita bisa terhindar dari terkena percikan. Sangat disarankan pula,
saat terpaksa berada di kerumunan, untuk selalu mengenakan masker dan
membuang masker tersebut di tempat sampah setelah selesai digunakan
selama beberapa jam. Sedangkan penularan virus corona secara tidak
langsung, yakni apabila seseorang menyentuh permukaan atau benda apa
pun yang sudah terkena atau terkontaminasi percikan atau tetesan dari

12
seseorang yang terpapar COVID-19. Virus corona, seperti diketahui dapat
bertahan selama beberapa jam di berbagai permukaan, seperti kaca,
plastik, baja, tembaga, kertas, hingga kayu. Ketika tanpa diketahui
menyentuh benda yang sudah terkominasi virus corona tersebut, dan
menyentuh wajah seperti di bagian hidung, mulut, dan mata tanpa mencuci
tangan terlebih dulu kita berisiko tertular.
Gejala umum yang muncul dari infeksi virus corona ini adalah
demam, batuk kering, mudah lelah dan kesulitan bernapas atau sesak
napas. Beberapa pasien juga mengalami masalah pencernaan atau diare.
Akan tetapi pada beberapa kasus seseorang bisa terinfeksi atau membawa
virus corona tanpa menunjukkan gejala, dalam dunia kesehatan orang
seperti itu disebut sebagai ‘carrier’. Seorang carrier ini lah yang sangat
perlu dikhawatirkan karena tanpa diketahui orang tersebut memiliki
kemampuan membawa dan menyebarkan virus kepada orang lain.
2. Angka Tingkat Penyebaran
a. Indonesia
Tingkat penyebaran virus corona di Indonesia mulai dari kasus
pertama kali muncul pada tanggal 2 Maret 2020 dengan 2 kasus positif
bertambah banyak setiap harinya hingga pada Jumat, 13 november
2020 telah mencapai 457.735 kasus positif covid-19. Dari 34 Propinsi
yang ada di Indonesia. Dengan angka kesembuhan mencapai 385.094
serta angka kematian mencapai 15.037 kasus.
b. Global
Tingkat penyebaran virus corona di dunia mulai dari kasus pertama
kali muncul pada Jumat, 13 november 2020 telah mencapai 53.003.790
kasus positif covid-19. Dengan angka kesembuhan mencapai
36.922.736 orang serta angka kematian mencapai 1.297.476 kasus.
3. Penanggulangan Yang Telah Dilakukan
Pemerintah Indonesia saat ini bersama seluruh rakyat sedang berusaha
menangani serta menghentikan penyebaran covid-19. Pemerintah RI telah

13
menyusun protocol yang akan dijalankan sejumlah Kementrian sesuai
bidangnya masing-masing dalam mengantisipasi penyebaran virus corona.
a. Bidang Kesehatan
Daftar Protokol Kesehatan Penanganan COVID-19
1) Jika Merasa Tak Sehat
Masyarakat yang merasa tidak sehat dan mengalami gejala seperti
demam, batuk/pilek, sakit tenggorokan, gangguan pernapasan,
diimbau untuk beristirahat atau bila keluhan berlanjut, maka segera
berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Yang harus
dilakukan saat ke fanyankes yaitu: gunakan masker, ikuti etika
batuk/bersin yang benar serta tidak menggunakan transportasi
massal atau umum.
2) Tenaga Kesehatan di Fasyankes
Melakukan Screening Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
COVID-19 - Jika tidak memenuhi kriteria Pasien Dalam
Pengawasan (PDP) COVID-19, maka akan dirawat inap atau rawat
jalan tergantung diagnosa dan keputusan dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan. - Jika memenuhi kriteria Pasien Dalam
Pengawasan (PDP) COVID-19, maka akan dirujuk ke salah satu
rumah sakit rujukan yang siap untuk penanganan didampingi oleh
nakes yang menggunakan alat pelindung diri (ADP).
3) Di RS Rujukan
Spesimen PDP Diambil untuk Pemeriksaan LAB dan Pasien
Berada di Ruang Isolasi Spesimen akan dikirim ke Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta.
Hasil pemeriksaan pertama akan keluar dalam 24 jam. Jika Negatif
Jika hasilnya negatif, akan dirawat sesuai dengan penyebab
penyakit. Jika Positif - Dinyatakan sebagai penderita COVID-19 -
Sampel akan diambil setiap hari - Akan dikeluarkan dari ruang
isolasi jika pemeriksaan sampel 2 kali berturut-turut hasilnya
negatif.

14
4) Jika Anda Sehat
Namun - Memiliki riwayat perjalanan 14 hari yang lalu ke negara
dengan transmisi lokal COVID-19, maka lakukan self monitoring.
- Merasa pernah kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19,
maka segera lapor ke petugas kesehatan dan periksa ke
fasyankes. Untuk informasi lebih lanjut hubungi Hotline Center
Corona 199 ext 9.
Kemenkes RI juga mengimbau masyarakat untuk melakukan
langkah pencegahan, sebagai berikut:
a. Sering cuci tangan pakai sabun
b. Gunakan masker bila batuk atau pilek
c. Konsumsi gizi seimbang, perbanyak sayur dan buah
d. Hati-hati kontak dengan hewan
e. Rajin olahraga dan istirahat cukup
f. Jangan konsumsi daging yang tidak dimasak
g. Bila batuk, pilek dan sesak napas segera ke fasilitas
kesehatan.
Dalam hal penyediaan sarana dan prasarana kesehatan pemerintah
menyiagakan 132 Rumah Sakit Infeksi dari 34 Propinsi. Penetapan
tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
HK.01.07/MENKES/169/2020 tentang Penetapan Rumah Sakit
Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu.
Selain Rumah Sakit yang sudah ada, Pemerintah juga menyiapkan
Wisma Atlet menjadi Rumah Sakit darurat untuk penanganan
pasien covid-19. Untuk alat pelindung diri (APD) bagi tenaga
medis Pemerintah telah mentiapkan 170 ribu stock APD secara
nasional dan telah didistribusikan sebanyak 151 ribu APD ke setiap
wilayah Propinsi di Indonesia tergantung tingkat kebutuhan di tiap-
tiap provinsi.
a. Bidang Sosial

15
Dalam penanganan covid-19 Pemerintah memaksimalkan
penyebaran virus dengan membatasi interaksi social.
Kebijakan belajar, bekerja dan beribadah dirumah terus
digencarkan. Himbauan kepada masyarakat untuk melakukan
isolasi diri, menggunakan masker yang benar, lakukan social
distancing (jaga jarak), menerapkan pola hidup bersih dan
sehat serta berjemur dibawah sinar matahari pagi. Namun
kebijakan ini terutama bagi kalangan pekerja sangat sulit
untuk dilaksanakan karena mereka harus bekerja setiap
hari untuk mendapatkan penghasilan dan memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari- hari.
b. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Penyebaran Covid 19 bukan hanya merupakan masalah
dibidang kesehatan tetapi Pemerintah telah menjadikan
sebagai salah satu ancaman keamanan nasional, dimana telah
dilakukan tindakan diluar batas-batas mobilisasi sumber daya
antar Negara. Sejauh ini Pemerintah Indonesia telah
melakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi
penyebaran covid-19 mulai dengan memasang Thermo-
scanner atau alat pengukur suhu di 135 pintu masuk Negara,
hingga mengisolasi sejumlah orang yang terduga terpapar
covid-19 dirumah sakit.
Peran TNI-POLRI dalam penanggulangan covid-19 sebagai
anggota Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
sangat besar antara lain
1. Memetakan wilayah yang rawan penyebaran virus
sebagai langkah preventif
2. Mengimbau masyarakat agar tetap jaga jarak
dengan melakukan patrol dan membubarkan kerumunan
orang

16
3. Menindak oknum kejahatan yang menimbun bahan
makanan atau APD
4. Melakukan penindakan terkait berita hoaks
5. Membantu menyiapkan ruang isolasi untuk pasien
yang terinfeksi
6. Membantu ketersediaan dan distribusi APD bagi
tenaga kesehatan
7. Memberi pendampingan terhadap keluarga yang
terduga suspeck
8. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan dimasing-
masing kab/kota dalam melakukan penyemprotan
disenfektan
c. Bidang Keuangan
Pemerintah melakukan realokasi anggaran yaitu melakukan
perubahan anggaran kegiatan baik yang bersumber dari
APBN, APBD, Anggaran Kementrian maupun lembaga-
lembaga pemerintah yang fokusnya untuk menangani covid-
19 dimana selama ini tidak dianggarkan atau tidak ada dalam
pos anggaran. Realokasi anggaran ini diprioritaskan pada
pengadaan alat Rapid test, pengadaan APD untuk tenaga
medis, pengadaan tempat tidur dan kamar rumah sakit,
tambahan petugas medis, obat-obatan, masker dan lain
sebagainya.

2.4 Karakteristik Korban dan Penanganan yang Diperlukan dari Wabah


Dan Pandemi
2.4.1 Karakteristik Korban Wabah Malaria:
Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari
daerah non endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan
(immunitas); atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini
merupakan suatu parokisme, yang terdiri dari tiga stadium berurutan:

17
1. Menggigil (selama 15-60 menit
2. Demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil,
demam dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita
hiper parasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih dari
40 derajad celcius.
3. Berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, biasanya
setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.

Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria:


1. Demam
2. Menggigil
3. Berkeringat
4. Dapat disertai dengan gejala lain: sakit kepala, mual dan muntah.
5. Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di timtim), nyeri otot
atau pegal-pegal pada orang dewasa (di papua), pucat dan menggigil-
dingin pada orang dewasa (di yogyakarta).
Gejala malaria berat atau komplikasi, yaitu gejala malaria klinis ringan diatas
dengan disertai salah satu gejala di bawah ini:
1. Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit)
2. Kejang, beberapa kali kejang
3. Panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
4. Mata kuning dan tubuh kuning
5. Perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan
6. Jumlah kencing kurang (oliguri)
7. Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)
8. Nafas sesak
Kadar darah putih, leukosit, cenderung meningkat. Jika tidak segera diobati
biasanya akan timbul jaundice ringan (sakit kuning) serta pembesaran hati dan
limpa.
2.4.2 Manajemen Wabah:

18
Perencanaan Kemenkes tengah melakukan berbagai upaya,
(Planning) yakni Pertama Mass Blood Survey (MBS) dan Mass
Fever Survey (MFS). Penemuan aktif kasus melalui
MBS dan MFS ini bertujuan untuk menemukan dan
mengobati dini orang yang terjangkit malaria, baik
dengan gejala klinis maupun tanpa gejala klinis, sehingga
diharapkan penularan akan berhenti.
Pengorganisasian Kemenkes tengah melakukan berbagai upaya, yakni
(Organizing) Pertama Mass Blood Survey (MBS) dan Mass Fever
Survey (MFS). Penemuan aktif kasus melalui MBS dan
MFS ini bertujuan untuk menemukan dan mengobati dini
orang yang terjangkit malaria, baik dengan gejala klinis
maupun tanpa gejala klinis, sehingga diharapkan
penularan akan berhenti.
Pengarahan Peran petugas kesehatan dari Puskesmas sangat
(Directing) membantu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah.
Peran petugas Puskesmas adalah memberikan
penyuluhan, memberikan imunisasi, memotivasi
masyarakat dan membina kesehatan masyarakat, serta
memberi pelayanan kesehatan.
Koordinasi Berdasarkan hasil rapat koordinasi penanggulangan
(Coordinating) bencana di Kabupaten Lombok Barat pada tanggal 4
September 2018, ketersediaan logistik di Dinas
Kesehatan Provinsi NTB tersedia 5 ribu alat diagnosis
cepat (Rapid Diagnostic Test), 18 ribu tablet obat
dihidroartemisinin + piperakuin (DHP), 1000 tablet obat
primakuin, 600 tablet obat kina, dan 280 ampul obat
artesunat injeksi.
Pengendalian 1. Dilakukan pengamatan dan pengendalian vektor.

19
(Controling) Cara ini dilakukan untuk mengidentifikasi daerah
perindukan nyamuk anopheles dan dilakukan
intervensi biologi, kimia dan fisik (perbaikan
lingkungan). Diharapkan kepadatan jentik dan
nyamuk penular dapat dikurangi atau dihilangkan
2. Upaya kesehatan masyarakat dibina dan
difasilitasi oleh petugas Puskesmas dan sektor
terkait. Peran petugas puskesmas adalah
memberikan penyuluhan dan melakukan
pencegahan penyakit secara dini. Penyampaian
informasi dilakukan secara rutin. Bila petugas
kesehatan terjun langsung ke masyarakat, akan
mendapat tanggapan dan dukungan masyarakat.
Petugas puskesmas juga memberikan pelayanan
kesehatan.

2.4.3 Karakteristik Korban Pandemi:


1. Penularan virus corona melalui percikan terbagi atas dua yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Penularan virus corona secara
langsung terjadi apabila seseorang yang terpapar virus ini batuk,
bersin, atau berbicara dan percikannya langsung mengenai orang lain.
2. Infeksi virus corona ini adalah demam, batuk kering, mudah lelah
dan kesulitan bernapas atau sesak napas. Beberapa pasien juga
mengalami masalah pencernaan atau diare.
2.4.4 Manajemen Pandemi:
Perencanaan Pemerintah Indonesia saat ini bersama seluruh rakyat
(Planning) sedang berusaha menangani serta menghentikan
penyebaran covid-19. Pemerintah RI telah menyusun
protocol yang akan dijalankan sejumlah Kementrian
sesuai bidangnya masing-masing dalam mengantisipasi

20
penyebaran virus corona
Pengorganisasian Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
(Organizing) HK.01.07/MENKES/169/2020 tentang Penetapan Rumah
Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi
Emerging Tertentu. Selain Rumah Sakit yang sudah ada,
Pemerintah juga menyiapkan Wisma Atlet menjadi
Rumah Sakit darurat untuk penanganan pasien covid-
19. Untuk alat pelindung diri (APD) bagi tenaga
medis Pemerintah telah mentiapkan 170 ribu stock APD
secara nasional dan telah didistribusikan sebanyak 151
ribu APD ke setiap wilayah Propinsi di Indonesia
tergantung tingkat kebutuhan di tiap- tiap provinsi.
Pengarahan Masyarakat yang merasa tidak sehat dan mengalami
(Directing) gejala seperti demam, batuk/pilek, sakit tenggorokan,
gangguan pernapasan, diimbau untuk beristirahat atau
bila keluhan berlanjut, maka segera berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan (fasyankes).
Koordinasi Pemerintah telah menjadikan sebagai salah satu ancaman
(Coordinating) keamanan nasional, dimana telah dilakukan tindakan
diluar batas-batas mobilisasi sumber daya antar Negara.
Peran TNI-POLRI dalam penanggulangan covid-19
sebagai anggota Gugus Tugas Percepatan
Pengendalian Sejauh ini Pemerintah Indonesia telah melakukan
(Controling) sejumlah langkah untuk mengantisipasi penyebaran
covid-19 mulai dengan memasang Thermo-scanner atau
alat pengukur suhu di 135 pintu masuk Negara, hingga
mengisolasi sejumlah orang yang terduga terpapar covid-
19 dirumah sakit.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pandemi adalah epidemi penyakit yang menular yang menyebar melalui
populasi manusia di wilayah yang luas, seperti benua. Sederhananya, saat epidemi
lepas kendali, ini disebut pandemi. Pandemi adalah epidemi penyakit menular
yang menyebar melalui populasi manusia di kawasan yang luas, misalnya benua,
atau bahkan di seluruh dunia. Sebuah penyakit endemik luas yang stabil dalam hal
berapa banyak orang yang sakit dari itu tidak pandemi. Ini memiliki dua nuansa,
yaitu penyebaran geografis dan tingkat kejadian.
Penanggulangan wabah biasa disebut dengan Sistem Kewaspadaan Dini
(SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
wabah secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi wabah.
Kegiatan ini dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus
yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya
suatu perubahan status kesehatan masyarakat .
3.2 Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan,
kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat membuat makalah lebih baik di kemudian
hari

22
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2008. Kajian Tentang


Penanggulangan Bencana Alam di Indonesia. Jakarta : BNPB
Depkes R.I. 1981. Pedoman Penatalaksanaan Program Pemberantasan Demam
Berdarah. Jakarta: Ditjen P2M Depkes R.I. Hal: 1
Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai