707 2191 1 PB
707 2191 1 PB
65
Vol. 18 No.1, 65-75, Mei 2015
(Characteristics of Traffic Accident and Traffic Safety Education from an Early Age:
Case Study in Purbalingga District)
ABSTRACT
Traffic accidents increased along with the increase in road traffic violations. One of
the victims of traffic accidents is children. Road safety awareness and culture of
children can be improved by doing the traffic safety education from an early age and
promotion of the importance of road safety for children. Pedestrian is one of the
vulnerable road users. The aim of this study is to investigate the characteristics of
traffic accident in Purbalingga District, Central Java Province and the characteristics
of the vehicle speed on arterial roads without median and introduces the principle of
crossing the road by using 4-T procedure that is (Tunggu sejenak, Tengok kanan,
Tengok kiri, dan Tengok kanan lagi) or waiting for a moment, look right, look left,
and look right again to children from an early age. Based on the analysisof an
accident data from 2010 till 2013, motorcycles are vehicles most involved accident
followed by truck.Characteristics of speed in arterial roads without median with the
function as a school district obtained a mean of the speed is 56.80 km/h. The
probability of a pedestrian who was hit motorcycle or car passengers with this speed
(56.80 km/h) will die is 90%.
Keywords:safety, traffic, 4-T procedure, pedestrian, early age
kendaraan) dan pelanggaran nilai batas Isu keselamatan jalan dan perkembangan anak
kecepatan maksimum kendaraan (speeding).
Penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas,
b. Usia Pengemudi
khususnya yang terjadi pada anak-anak adalah
Berdasarkan usia pelaku kecelakaan lalu lintas,
sebagai berikut (Widjajanti, 2012):
sebagian besar berusia antara 22 s.d 30 tahun
a. Naluri anak adalah impulsif dan tidak
kemudian disusul usia antara 31 s.d 40 tahun, di
meyakinkan.
mana pada rentang usia tersebut tergolong
b. Anak-anak masih miskin pengalaman.
sebagai usia tingkat emosinya paling stabil,
c. Anak-anak lebih kecil secara fisik dari orang
tingkat kecekatan dan reflek yang lebih baik
dewasa.
dibanding golongan usia lainnya, namun
d. Anak-anak sering tidak diawasi atau kurang
biasanya pada usia golongan ini tingkat
diawasi oleh orang tuanya.
mobilitasnya di jalan juga sangat tinggi. Jika
e. Beberapa studi menyatakan perilaku anak-
pelaku kecelakaan golongan ini juga sekaligus
anak adalah kurang dalam persepsi,
menjadi korban, maka hal ini sekaligus
konsentrasi, atensi, memori dan kontrol fisik
merupakan golongan usia yang paling
dan emosi; kurang pengetahuan dan
produktif. World Health Organization (WHO)
pemahaman tentang tata cara berlalu lintas
mencatat hampir 1,2 juta orang di seluruh dunia
dan kurang dalam pola perilaku pada
setiap tahun tewas akibat kecelakaan di jalan.
lingkungan lalu lintas.
Dari jumlah itu, 40 persen berusia di bawah 25
tahun.Jutaan lagi mengalami cedera dan
sebagian lagi mengalami cacat seumur hidup Karakteristik tersebut berlaku bagi anak-anak di
(Direktorat Jenderal Perhubungan Darat atau negara manapun. Isu keselamatan jalan terkait
Ditjen Hubdat, 2004). dengan perkembangan anak-anak menurut usia
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu untuk
2. Faktor Kendaraan anak usia 5 s.d 7 tahun dan untuk kelompok
Berdasarkan data Direktorat Jenderal anak usia 7 s.d 11 tahun. Untuk kelompok usia
Perhubungan Darat-Direktorat Lalu Lintas dan 5 s.d 7 tahun, isu perkembangan anak terkait
Angkutan Jalan (2004), jenis kendaraan yang dengan belum bisa mengintegrasikan jarak dan
terlibat dalam kecelakaan lalu lintas sebagian kecepatan, kesulitan memahami kalimat positif
besar adalah sepeda motor dengan persentase dan negatif, kanan dan kiri, memiliki
pada empat tahun terakhir rata-rata sebesar keterbatasan jarak pandang sekeliling dan
62,62% kemudian diikuti oleh jenis kendaraan memerlukan waktu untuk memproses informasi
mobil penumpang sebesar 36%, kendaraan penting saat menyeberang jalan. Untuk
barang 29,62% dan bus sebesar 10,56%. kelompok usia 7 s.d 11 tahun, isu keselamatan
jalan terkait dengan belum menyadari
3. Faktor Lingkungan pentingnya pendengaran dalam mendeteksi lalu
Faktor ketiga penyebab kecelakaan lalu lintas lintas, lebih memilih jarak terdekat, belajar
yaitu lingkungan.Sebagai contoh yaitu adanya integrasi jarak dan kecepatan. Isu keselamatan
hujan yang sangat lebat, angin kencang, kondisi jalan terkait perkembangan anak selengkapnya
jalan yang licin karena hujan gerimis, dll. seperti disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
Selama periode tahun 2010 s.d 2013 terjadi Berdasarkan pengelompokan jenis kendaraan
sebanyak 1.374 kejadian kecelakaan dengan dan/atau pejalan kaki yang terlibat kecelakaan
jumlah kejadian tertinggi terjadi pada tahun di Kabupaten Purbalingga dari tahun 2010-
2012 sebanyak 513 kasus (37,34%), diikuti 2013 seperti yang disajikan pada Gambar 4
tahun 2013 sebanyak 467 kasus kecelakaan diperoleh hasil 2,03% (106 kendaraan)
(33,99%), diikuti tahun 2011 sebanyak 301 melibatkan kendaraan tidak bermotor; 2,01%
kasus kecelakaan (21,91%) dan pada tahun (110 kendaraan) melibatkan bus; melibatkan
2010 sebanyak 93 kejadian kecelakaan 328 orang pejalan kaki (6,27%); melibatkan
(6,77%). Karakteristik kecelakaan lalu lintas 330 mobil penumpang (6,31%), melibatkan
berdasarkan jumlah kejadian kecelakaan di 406 kendaraan barang/truk (7,77%) dan
Kabupaten Purbalingga pada tahun 2010 s.d melibatkan 3946 buah sepeda motor (75,51%).
2013 seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Jumlah sepeda motor yang terlibat kecelakaan
G. Sugiyanto & M.Y. Santi / Semesta Teknika, Vol. 18 No. 1, 65-75,, Mei 2015 69
lalu lintas tertinggi terjadi pada tahun 2012 pejalan kaki yang terlibat kecelakaan dari
sebanyak 768 kendaraan. Dari tahun 2010-2010 tahun 2010 s.d 2012 perlu mendapatkan
2013, sepeda motor merupakan jenis perhatian serius mengingat pejalan kaki
kendaraan yang paling mendominasi terlibat merupakan pengguna jalan yang paling
kecelakaan lalu lintas. Hal ini sebanding rawan/rentan sebagai korban kecelakaan lalu
dengan jumlah populasi sepeda motor yang vulnerable road users).
lintas (vulnerable use
beroperasi di jalan. Peningkatan jumlah
Jumlah kejadian
1000
513 467
kecelakaan
301
93
0
2010 2011 2012 2013
Tahun
GAMBAR 1.. Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas tahun 2010 s.d 2013
913
Jumlah korban (jiwa)
1000 750
800 572
600 2010
400 169
200 27235091 4 18 3 1 2011
0 2012
Meninggal Luka Berat Luka Ringan
2013
(M) (LB) (LR)
500 441
kecelakaan (jiwa)
370
Jumlah korban
768
kecelakaan (unit)
600
500 424
400
300 2010
200 103 6386
4661 19488254 18 1514 30 2011
100 1543 8 617 N.A15 N.A
0 2012
2013
Jenis kendaraan
GAMBAR 4. Jenis kendaraan dan/atau pejalan kaki yang terlibat kecelakaan lalu lintas tahun 2010
2010-2013
Karakteristik kecepatan kendaraan di kawasan maksimum (speed limit) kendaraan di luar jam
sekolah masuk dan jam pulang sekolah sebesar 50
km/jam maka terdapat 72% pengguna sepeda
Hasil survei kecepatan kendaraan bermotor motor dan 82% pengguna mobil penumpang
dalam bentuk kurva-S S kecepatan di kawasan yang melanggar nilai batas kecepatan
sekolah untuk jalan arteri tanpa median maksimum. Persentase kendaraan yang
diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan
njukkan pada melanggar nilai batas kecepatan maksimum
Gambar 5. Jenis kendaraan bermotor yang paling sedikit adalah untuk jenis kendaraan
disurvei dikelompokkan menjadi 8 (delapan) truk 2 as kecil yaitu sebesar 22%. Sedangkan
kendaraan yaitu sepeda motor, mobil pribadi, untuk tipe kendaraan yang lainnya berada pada
pick up atau truk kecil, bus kecil atau mikrolet, kisaran 33% s.d 70%.
bus besar, truk 2 as kecil, truk trailer dan truk 2
Karakteristik dan analisis statistik kecepatan
as besar. Mengingat tata guna lahan yang ada
kendaraan di jalan arteri tanpa median dengan
di sekitar jalan berupa kawasan sekolah maka
fungsi lahan sekolah adalah seperti yang
besarnya nilai batas kecepatan maksimum
disajikan pada Tabel 2.Berdasarkan
Berdasarkan Tabel 2
yang digunakan yaitu kecepatan kendaraan di
diperoleh hasil bahwa kecepatan ratarata-rata dari
kawasan zona selamat sekolah (ZoSS). Ada 2
300 kendaraan di jalan arteri tanpa median
(dua) nilai batasan kecepatan maksimum atau
dengan fungsi lahan sekolah adalah 56,8
speed limitdi
di kawasan ZoSS yaitu pada jam
km/jam dengan ngan nilai kecepatan rata-rata
rata
masuk dan jam pulang sekolah sebesar 30
tertinggi yaitu mobil penumpang sebesar 57,9
km/jam dan pada kondisi di luar jam masuk
km/jam dan kecepatan rata-rata
rata terendah yaitu
dan jam pulang sekolah
ekolah sebesar 50 km/jam.
truk 2 as besar sebesar 36,7 km/jam. Nilai
Berdasarkan Gambar 5 diperoleh bahwa
kecepatan kendaraan yang sering mucul
terdapat 80% truk 2 as besar yang melanggar
(modus) adalah sebesar 45 km/jam. Hasil
nilai batas kecepatan maksimum dan untuk
analisis statistik
istik untuk persentil 15 adalah 45
tujuh tipe kendaraan lainnya, 100% melanggar
km/jam, persentil 85 adalah 67 km/jam dan
batas kecepatan maksimum di kawasan ZoSS.
persentil 98 adalah 78 km/jam.
Jika digunakan nilai batas kecepatan
G. Sugiyanto & M.Y. Santi / Semesta Teknika, Vol. 18 No. 1, 65-75, Mei 2015 71
Frekuensi Kumulatif (% )
70,00 Truk 2 As Kcl
30,00
20,00
10,00
0,00
20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72 76 80 84
Kecepatan (km/jam)
GAMBAR 5. Kurva-S kecepatan di jalan arteri tanpa median dengan fungsi lahan sekolah
TABEL 2.Karakteristik dan analisis statistik kecepatan di jalan arteri tanpa median
dengan fungsi lahan sekolah
Truk
Sepeda Mobil Pick Bus kecil Bus Truk 2 Truk
Analisis statistik 2 as Total
motor pnmpg up /mikro besar as bsr trailer
kcl
Mean (m) 57,8 57,9 53,3 51,6 55,4 46,9 36,7 48,2 56,8
Modus 63,0 45,0 51,0 61,0 59,0 44,0 N/A 53,0 45,0
Median 57,0 58,0 52,0 61,0 59,0 45,0 29,0 52,0 57,0
Variance (v) 119,8 66,1 58,2 228,8 175,0 36,1 284,3 45,8 108,6
Standar deviasi (SD) 10,9 8,1 7,6 15,1 13,2 6,0 16,9 6,8 10,4
Jumlah data (n) 164 94 12 5 7 9 3 6 300
Percentile 15 45,0 50,0 47,3 37,4 42,3 41,6 26,2 39,8 45,0
85 69,6 66,0 60,7 62,2 64,3 52,0 47,9 53,0 67,0
98 78,7 74,0 62,8 63,8 74,4 58,0 54,9 53,0 78,0
1. Kecepatan dan tingkat fatalitas pejalan yang lebih banyak. Akan lebih banyak
kaki dibutuhkan bahan bakar jika pengemudi
mengemudikan kendaraannya dengan
Menurut Hidayat (2005) resiko mengemudikan kecepatan di atas 90 km/jam pada sebuah
kendaraan dengan kecepatan tinggi menaikkan mobil dan lebih dari 80 km/jam pada sebuah
resiko terlibat kecelakaan lalu lintas. truk (Hidayat, 2005). Tubuh manusia tidak
Tingginya kecepatan membuat perbedaan didesain untuk meredam dampak dari
kemampuan untuk berhenti. Pada kecepatan 50 kecelakaan, jadi semakin besar benturannya,
km/jam akan dibutuhkan 41 m untuk semakin besar pula luka yang dihasilkan.
menghentikan mobil, tetapi pada kecepatan 60
Riset menunjukkan bahwa resiko lebih besar
km/jam dibutuhkan jarak 58 m untuk
pada yang berusia tua karena mereka lebih
menghentikan mobil. Hal ini membuat
lemah, pejalan kaki tidak memiliki pelindung,
perbedaan cukup nyata pada peluang
maka dampak kecepatan tinggi yang mungkin
pengendara terlibat kecelakaan. Kecepatan
hanya melukai pemilik kendaraan, dapat
tinggi menyebabkan kecelakaan menjadi fatal.
membunuh pejalan kaki, pada kecelakaan yang
Menghemat waktu saat menempuh perjalanan
melibatkan kendaraan dan pejalan kaki,
panjang menjadi pertimbangan pengemudi, hal
peluang tewasnya pejalan kaki yang tertabrak
ini berimbang dengan penggunaan bahan bakar
semakin tinggi pada kecepatan lebih dari 40
72 G. Sugiyanto & M.Y. Santi / Semesta Teknika Vol. 18, No. 1, 65-75, Mei 2015
km/jam. Jika nilai kecepatan rata-rata sepeda berjalan kaki, keselamatan dalam melakukan
motor sebesar 57,8 km/jam dan kecepatan rata- perjalanan, keselamatan dalam bersepeda dan
rata mobil penumpang sebesar 57,9 km/jam keselamatan dalam bermain. Topik pengenalan
diplotkan ke dalam Gambar 6 akan diperoleh lalulintas meliputi jalan dan bagian-bagiannya
probabilitas pejalan kaki yang tertabrak sepeda menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 2004
motor dan/atau mobil penumpang akan tentang jalan, jenis-jenis kendaraan menurut
meninggal dunia sebesar 90%. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, rambu-rambu
2. Pendidikan keselamatan berlalu lintas lalu lintas (Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia No. PM 13 Tahun 2014)
Salah satu metode untuk meningkatkan dan marka jalan (Peraturan Menteri
kesadaran dan budaya keselamatan jalan Perhubungan Republik Indonesia No. PM 34
adalah dengan melakukan pendidikan dan Tahun 2014) serta peraturan lalulintas seperti
promosi akan pentingnya keselamatan jalan. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 111
Pendidikan yang dilakukan pada anak-anak Tahun 2015 tentang tata cara penetapan batas
sejak usia dini mengenai pentingnya kecepatan) hanya untuk kelompok usia 9-11
keselamatan di jalan merupakan cara untuk tahun).
membentuk pola pikir dan karakter pada anak-
anak. Materi kampanye tertib berlalu lintas 3. Prosedur menyeberang jalan dengan
dibagi sesuai dengan kelompok usia untuk prinsip 4-T
memudahkan pemahaman anak terhadap
lingkungan di sekitarnya, khususnya terhadap Cara menyeberang jalan dengan selamat yaitu
lalu lintas jalan (GRSP, 2013). Materi dengan menggunakan prosedur 4-T yang
keselamatan jalan untuk anak-anak sekolah meliputi Tunggu Sejenak, Tengok Kanan,
dasar dikelompokkan menjadi 2 (dua) Tengok Kiri dan Tengok Kanan Lagi (DKTD,
kelompok usia, yaitu untuk kelompok usia 6 2011). Pada Gambar 7 berikut ini ditunjukkan
s.d 8 tahun dan kelompok usia 9 s.d 11 tahun. alat peraga menyeberang jalan dengan
menggunakan Prosedur 4-T yang bersumber
Topik-topik pendidikan keselamatan yang
dari Direktorat Keselamatan Transportasi
dikembangkan menurut kelompok tema besar
Darat (2011).
dibagi menjadi lima (DKTD, 2011) yaitu
pengenalan lalu lintas, keselamatan dalam
Prinsip T yang pertama yaitu tunggu sejenak. terlibat kecelakaan maka sepeda motor
Pada prinsip T-1 anak harus menunggu sejenak merupakan kendaraan yang paling banyak
sampai lalu lintas relatif kosong, gunakan mata terlibat kecelakaan diikuti oleh mobil
dan telinga. Prinsip T yang kedua yaitu tengok barang/truk. Berdasarkan usia korban
kanan. Pada tahap T-2 anak harus tengok dan/atau pelaku kecelakaan lalu lintas
kanan terlebih dahulu karena peraturan berlalu tertinggi berada para usia produktif dengan
lintas jalan di Indonesia menggunakan jalur rentang 16 s.d 30 tahun.
jalan sebelah kiri, gunakan mata dan telinga.
2. Karakteristik kecepatan kendaraan di ruas
Prinsip T yang ketiga yaitu tengok kiri. Pada
jalan arteri tanpa median dengan fungsi
T-3 anak harus melihat arus lalu lintas di
lahan sekolah diperoleh nilai rata-rata
sebelah kiri, gunakan mata dan telinga.
kecepatan 56,80 km/jam yang akan
Mendengar lebih cepat daripada melihat
mengakibatkan probabilitas pejalan kaki
karena seringkali kita mendengar suara
jika tertabrak sepeda motor dan/atau mobil
kendaraan sebelum kita melihat kendaraan.
penumpang akan meninggal dunia sebesar
Prinsip T yang keempat yaitu tengok kanan
90%.
lagi. Pada prinsip T-4 anak harus menengok ke
sebelah kanan lagi untuk memastikan tidak ada 3. Untuk mengubah persepsi dan paradigma
kendaraan yang mendekat dari arah sebelah masyarakat tentang keselamatan jalan harus
kanan. dilakukan melalui pendidikan keselamatan
dan sosialisasi yang terus-menerus kepada
masyarakat yang dimulai sejak dini untuk
KESIMPULAN
menumbuhkan rasa disiplin berlalu lintas
sehingga nilai-nilai keselamatan jalan
Kesimpulan yang diperoleh dari studi ini diadopsi menjadi nilai-nilai kehidupan.
adalah sebagai berikut:
4. Cara menyeberang jalan dengan selamat
1. Karakteristik kecelakaan lalu lintas di yaitu dengan menggunakan Prosedur 4T
Kabupaten Purbalingga dari tahun 2010 s.d meliputi Tunggu Sejenak, Tengok Kanan,
2013 berdasarkan jenis kendaraan yang Tengok Kiri dan Tengok Kanan Lagi.
74 G. Sugiyanto & M.Y. Santi / Semesta Teknika Vol. 18, No. 1, 65-75, Mei 2015
PENULIS:
Gito Sugiyanto
Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Universitas Jendral
Soedirman Purwokerto. Jalan Mayjend.
Sungkono Km. 5, Blater, Purbalingga, Jawa
Tengah 53371.
Email: gito_98@yahoo.com