Anda di halaman 1dari 5

PAPER

TEKNIK SIPIL

Disusun Oleh :
Farhan Ferdiandika (202122201024)

KELAS TEKNIK SIPIL : B

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE
KEBUDAYAAN KOTA BANYUWANGI

BAB I : PENDAHUUAN

LATAR BELAKANG
Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang
terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km 2. Kabupaten Banyuwangi
juga dikenal dengan sebutan “The Sunrise Of Java” dan memiliki beberapa suku yang tinggal di
Kabupaten Banyuwangi yaitu suku Osing, Jawa, Melayu, Madura, Tionghoa, Bali dan Bugis.
Perbedaan suku inilah yang melahirkan tiga macam Bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Osing dan
Jawa.1
Penduduk asli Kabupaten Banyuwangi bersuku Osing yang biasa disebut “Lare Osing”.
Karena memiliki cukup banyak perbedaan inilah yang menjadikan Kabupaten Banyuwangi memiliki
banyak kebudayaan yang ada di setiap sudut Kabupaten Banyuwangi. Suku Osing adalah suku asli
Banyuwangi, dimana suku Osing menjadi mayoritas tinggal di Desa Kemiren. Berbagai macam
kesenian masih bisa dijumpai di desa ini seperti seni Barong, Kuntulan, jaran Kincak (kuda menari),
Mocopatan (membaca lontar kuno) serta Tari Gandrung yang mayoritas penari gandrung terkenal
berasal dari desa Kemiren.

Kemiren adalah nama sebuah desa di Banyuwangi, dimana desa ini dijadikan Desa Adat
Wisata oleh pemerintah Banyuwangi. Memiliki luas 117.052 Ha dengan penduduk ± 3000. Kemiren
merupakan kepanjangan dari Kemronyok Mikul Rencana Nyata prinsipnya yaitu bersama–sama dan
gotong royong, hal ini dicetuskan oleh Kelompok Sadar Wisata Desa Kemiren atau POKDARWIS.
Sedangakan Kemiren sendiri berasal dari nama “Kemirian” karena banyak pohon kemiri, duren dan
aren, masyarakat setempat menyebutnya daerah tersebut Kemiren, maka nama daerah tersebut
disebut Kemiren hingga saat ini. Dijadikannya desa adat wisata karena Kemiren memiliki berbagai
keunikan mulai dari adat, tradisi, kesenian, kuliner serta pola hidup masyarakatnya masih menjaga
tradisi yang ada sejak dulu.2
Salah satu kesenian yang masih dilestarikan sampai saat ini adalah kesenian Tari Gandrung.
Tari Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik yang khas yaitu
dengan gamelan osing. Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari
gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju". Tari Gandrung sering dipentaskan
pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan dan acara-acara resmi maupun tak
resmi lainnya di Kabupaten Banyuwangi.

TUJUAN
Agar mengetahui kebudayaan Jawa timur itu apa saja

BAB II : ISI / PEMBAHASAN

1 Di kutip dari www.wikipedia.com Update, diakses pada 11 September 2018


2 Di kutip dari www.kemiren.com Update, diakses pada 11 September 2018
Jawa Timur yang memiliki luas wilayah memliki luas wilyah sekitar 47.922 Km2 dan jumlah pendudukny
sektitar 42,030,633 jiwa ketika disensus pada tahun 2017. Provinsi ini memiliki wilayah paing luas di antara
6 provinsi yang ada di Pulau Jawad an memiliki total penduduk yang terbanyak kedua setelah Jawa Barat di
Indonesia.

Dengan angka-angka tersebut, tentunya Jawa Timur memiliki budaya dan tradisi yang begitu kaya. Berikut
enam budaya dan tradisi di Jawa Timur yang wajib kamu ketahui.

1. Festival Bandeng
Festival ini biasa digelar setiap tahunnya sebelum Hari Raya Idul Fitri atau dalam rangka menyambut /
memperingati hari besar Islam lainnya. Hal itu karena merupakan sebuah budaya tradisional tahunan dari
masyarakat serta upaya dari Pemerintah Sidoarjo untuk melestarikan ikan bandeng, karena Sidoarjo
terkenal sebagai penghasil ikan jenis ini, itu terbukti dari logo Kabupaten Sidoarjo.

Dahulu, sebelum lumpur lapindo melanda, festival ini nggak cuma memamerkan ikan bandeng ukuran
jumbo milik petani tambak, tapi juga ada kegiatan lelang bandeng kawak (Bahasa Indonesia: Besar)

2. Ganjuran
Ini merupakan sebuah serangkaian acara yang ada / untuk sebuah pernikahan. Umumnya, di kebanyakan
wilayah Indonesia, pihak pria yang akan melamar, tetapi sebuah budaya / tradisi ganjuran, si pihak
wanitalah yang melamar pria. Tradisi ini biasa dilakukan di Jawa Timur di daerah Bojonegoro, Gresik,
Lamongan dan Tuban.

3. Karapan Sapi
Pulau Madura yang secara administratif masuk dalam Provinsi Jawa Timur, memiliki sebuah acara dan
tradisi unik bernama Karapan Sapi. Yaitu, sapi untuk beradu kecepatan yang dipasangkan untuk menarik
kereta dari kayu sebagai tempat joki berdiri serta mengendalikan sapi. Acara ini biasa diselenggarakan
pada bulan Agustus-Oktober, dengan bulan terakhir untuk acara final.

Dahulu ini bukanlah sebuah acara perlombaan yang memperebutkan sebuah piala bergilir yang dulu
bernama Piala Presiden dan berubah menjadi Piala Gubernur sejak tahun 2013. Melainkan, sebuah cara
untuk mencari sapi yang kuat untuk membajak sawah.

Oh iya, karapan sapi ini juga dikritik bahkan sudah keluar fatwa pelarangan mengenai karapan sapi.
Karena, dianggap menyiksa sapi dengan cara rekeng.

4. Pingitan
Pingitan berasal dari kata pingit yang berarti mengurung diri di dalam rumah. Apakah cuma berdiam diri
saja di dalam rumah? Justru pingitan adalah sebuah pendidikan bagi wanita yang beranjak dewasa
sampai akan menikah. Pada saat itulah wanita mulai belajar bekerja membantu ibu di dapur dan belajar
urusan rumah tangga.

Dan khususnya dalam pernikahan, pingitan ini bertujuan untuk menjaga wanita tetap suci dan terhindar
dari marabahaya. Karena, kata Orang Jawa Kuno, orang yang akan menikah itu rentan oleh penyakit
yang nggak terlihat (sambekala, sarap dan sawan). Dengan kata lain, sesuatu yang bisa membuat
kecemasan dan halangan.
Namun, sekarang ini sudah jarang yang melakukannya. Karena, kesibukan dari si wanita yang
kebanyakan adalah wanita karir dan libur cutinya nggak boleh terlalu lama. Karena pingitan prosesnya
lama, ada yang 1-2 bulan dan paling singkat 7 hari.

5. Ritual Tumpeng Sewu


Tumpeng Sewu merupakan tradisi adat Suku Osing, suku asli Banyuwangi yang digelar setiap tahunnya
seminggu sebelum Hari Raya Idul Adha sebagai rasa syukur mereka kepada Yang Maha Kuasa.
Uniknya, nggak jarang warga dari luar desa, luar kota bahkan luar negeri juga datang ke sini demi ingin
mengikuti tradisi yang sejak dulu ada dan turun temurun ini.

Sebelum makan tumpeng sewu, warga melakukan mepe kasur (menjemur kasur) secara masal di
halaman rumah pada pagi hari, kemudian pembacaan doa dan ritual. Sekarang, nggak cuman mepe
kasur, doa dan ritual, tapi ada pertunjukan seninya juga.

6. Upacara Kasada
Upacara Kasada / Sukasada adalah hari raya adat suku Tengger yang diadakan setiap hari ke-14 pada
bulan Kasada dalam kalender Jawa. Upacara ini dimaksudkan sebagai persembahan untuk Sang Hyang
Widhi dan leluhur. Dalam pelaksanaannya, suku Tengger melempar berbagai sesajen berupa buah-
buahan, produk ternak, sayuran bahkan uang ke kawah Gunung Bromo.

Orang Tengger sendiri adalah pemeluk Hindu lama yang beribadah di danyang, poten dan punden. Nah,
poten inilah yang digunakan sebagai tempat di mana Upacara Kasada dilangsungkan. Poten adalah
sebidang tanah di lautan pasir di kaki Gunung Bromo dan terdiri dari beberapa bangunan yang disusun
sedemikian rupa.

Upacara Kasada juga membawa banyak manfaat bagi masyarakat suku Tengger itu sendiri. Selain
sebagai peringatan pengorbanan Raden Kesuma (anak Jaka Seger-Lara Anteng) dan juga sarana untuk
meminta keselamatan, Upacara Kasada telah mampu menarik perhatian wisatawan untuk datang
menontonnya, sehingga ada pemasukan lebih untuk kawasan wisata Gunung Bromo.

BAB III : PENUTUP

Kesimpulan
Itulah 6 budaya dan tradisi di Jawa Timur yang harus kita ketahui. Menarikkan budaya dan tradisinya.
Banggalah dengan apa yang menjadi keragaman Indonesia, dan jangan sampai tradisi seperti ini bisa
hilang. Oleh karena itu kita generasa udah harus terus melestrarikan kebudayaan kita masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/riyan-sumarno/tradisi-jawa-timur-c1c2
https://tambahpinter.com/contoh-paper/
https://thegorbalsla.com/contoh-paper/

Anda mungkin juga menyukai