Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA

OLEH

KELOMPOK III :

EVANDER UMBU PRAING HAY SELE

FERJINIA SAIRLAY

IMANUEL WELEM WABANG

IRGI DIMAS BORA’A

INES FATIMA DE ARAUJO SOARES

ISAK LUTU NDAPA KAMANG

PROGRAM STUDI ILMU S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA
KUPANG 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus yang berjudul
“Pasien Lansia dengan Demensia” ini dapat kami selesaikan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kulaih
Keperawatan Gerontik, selain itu menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Kami menyadari bahwa laporanyang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kupang, 11 November 2021

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan dan Manfaat ................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Demensia................................................................................ 4
2.2. Etiologi Demensia .................................................................................... 4
2.3. Klasifikasi ................................................................................................ 5
2.4. Patofisiologi ............................................................................................. 5
2.5. Phatway
2.6. Gejala Klinis ............................................................................................ 6
2.7. Pencegahan............................................................................................... 7
2.8. Penatalaksanaan ....................................................................................... 8
2.9. Prognosis .................................................................................................. 9
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian ................................................................................................ 11
3.2. Diagnosa................................................................................................... 12
3.3. Intervensi .................................................................................................. 13
3.4. Implementasi ............................................................................................. 13
3.5. Evaluasi ..................................................................................................... 14
BAB IV LAPORAN KASUS
4.1. Pengkajian ................................................................................................ 15
4.2. Analisa Data ............................................................................................. 15
4.2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 16
4.3. Intervensi Keperawatan............................................................................ 17
4.4. Implementasi Keperawatan ...................................................................... 18
4.5. Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 19
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 19
5.2. Saran......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau
progresif di mana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi,termasuk
memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,kemampuan, bahasa, dan
penilaian kesadaran tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang biasanya disertai,
kadang-kadang didahului, oleh kemerosotandalam pengendalian emosi, perilaku sosial,
atau motivasi. Sindrom terjadi pada penyakit Alzheimer, di penyakit serebrovaskular, dan
dalam kondisi lain terutama atau sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan
Barlow, 2006).
Menurut data Asia Pasifik tahun 2006, jumlah orang yang menderita demensia di
wilayah Asia Pasifik pada 2025 diperkirakan meningkat lebih daridua kali lipat dan
peningkatan ini akan lebih cepat dibandingkan dengan yangterjadi di negara-negara barat.
Sementara di dunia, pada tahun 2040 jumlahpenderita demensia diperkirakan menjadi
sekitar 80 juta orang. (Demensia dikawasan asia pasifik, 2006).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi, tetapi
bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,penurunan emosi atau
perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara, penderita
menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,menggunakan kata-kata yang tidak tepat
atau tidak mampu menemukan kata-katayang tepat. Ketidakmampuan mengartikan tanda-
tanda bisa menimbulkankesulitan dalam mengemudikan kendaraan. Pada akhirnya
penderita tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.
Demensia banyak menyerang mereka yang telah memasuki usia lanjut.Bahkan,
penurunan fungsi kognitif ini bisa dialami pada usia kurang dari 501tahun. Sebagian
besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh para
Lansia, kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapasaja dari semua tingkat usia dan
jenis kelamin (Harvey, R. J. et al. 2003). Untuk mengurangi risiko, otak perlu dilatih
sejak dini disertai penerapan gaya hidupsehat. (Harvey, R. J., Robinson, M. S. & Rossor,
M. N, 2003).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, adapun permasalahan yang
hendak kelompok kemukakan dalam penulisan makalah ini, yaitu mengenai bagaimana
gambaran klinis dari polisitemia serta bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien
dengan demensia ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
1. Melakukan pengkajian keperawatan pasien lansia dengan demensia
2. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pasien lansia dengan demensia
3. Melakukan tindakan keperawatan dalam berbagai pendekatan tindakan keperawatan
pasien lansia dengan demensia
4. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pasien lansia dengan demensia
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DEMENSIA
1. Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang
dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali
menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian
(behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu
(non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004)
menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga
terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi
aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
(Mickey Stanley, 2006). Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang
terjadi pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim
informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali
kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi.
Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi,
2010).
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati
secara abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan
penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan
emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua
orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak
terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-
gejala boleh diperolehi. Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang
biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran,
penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian.

2. Etiologi Demensia
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat
menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa
penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan
(Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat
bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit
vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan
sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah
penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati
sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya
(Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan
membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir Untuk demensia tipe
Alzheimer ada beberapa penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam,
gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri, trauma,
neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament predisposisi heriditer. Dasar kelainan
patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan
penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau
asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel
tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium
intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau
terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah
penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor
non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai
pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan
dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi
yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan
metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein
abnormal yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi
beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga
ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.
Beberapa factor lain yang menyebabkan alzeimer :
• Faktor genetic Faktor infeksi
• Faktor lingkungan
• Faktor imunologis
• Faktor trauma
• Faktor neurotransmitter

3. Klasifikasi
a. Demensia Tipe Alzheimer
Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe
ini. Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois
Alzheimer sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :
• Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,
• Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia,
gangguan
• fungsi eksekutif, Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,
• Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),
• Kehilangan inisiatif.
Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti
penyebabnya, walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post
mortem telah ditemukan lose selective neuron kolinergik yang strukturnya dan
bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.
b. Demensia Vaskuler
Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan
Alzheimer tetapi terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :
• Peningkatan reflek tendon dalam,
• Respontar eksensor,
• Palsi pseudobulbar,
• Kelainan gaya berjalan,
• Kelemahan anggota gerak.
Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada
lansia, sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer. Pencegahan pada
demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko misalnya ;
hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan MRI
dan aliran darah sentral.
Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :
• Terdapat gejala demensia
• Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata
• Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal
❖ Menurut Umur :
1. Demensia senilis (>65th)
2. Demensia prasenilis (<65th)
❖ Menurut Penjelasan Penyakit
1. Reversibel
2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

4. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang
dijumpai pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa
kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-
amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan
neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan
rusaknya ukuran otak. Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer
melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan
amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan
morfologik (structural) dan biokimia pada neuron – neuron. Perubahan morfologis
terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma
dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar
terdiri dari protein “tau”. Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat
pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan
komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi
abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga
tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama – sama. Tau yang abnormal
terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing – masing
terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah
yang pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan
neuron yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-
beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel
neuronal. Abeta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan
normal melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan
pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah
satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa
larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya
membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan
diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta
menghasilkan radikal bebas sehingga menggagu hubungan intraseluler dan
menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin rentannya
neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga
berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada otak.
5. Phatway
6. Gejala Klinis
Demensia yang paling banyak ditemukan yaitu tipe Alzheimer
Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia
akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif
lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang
massif. Kematian selsel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu
30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan
penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan
mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun
yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala
neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri
barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau),
depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.
❖ Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :
Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan
memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang
terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami
Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia.
Gejalanya antara lain: Disorientasi, gangguan bahasa (afasia), Penderita mudah
bingung, penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat
melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak
ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi, dan ada
gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di
lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”
Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala
klinisnya antara lain: Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak dan membisu,
daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya
sendiri, tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil, kegiatan sehari-hari
membutuhkan bantuan ornag lain, kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri
bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya
mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa
khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali
lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak
istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik
penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sebagai berikut:
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,
“lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,
bulan, tahun, tempat penderita demensia berada
3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,
mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah

7. Penatalaksanaan
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk
memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan
keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala
perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang
mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam
pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk
pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian
terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang
menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi
kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota
keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka
merawat pasien selama periode waktu yang lama.
❖ Obat untuk demensia
1. Cholinergic-enhancing agents
2. Cholinedan lecithin
3. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
4. Nootropic agents
5. Nootropic agents

8. Pencegahan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
ataupun menunda terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya
ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
• Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
• Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang
memiliki persamaan minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
5. Jagalah pikiran anda agar tetap aktif. Kegiatan merangsang mental dapat
meningkatkan kemampuan anda untuk menangani dan mengkompensasi
perubahan yang berhubungan dengan demensia. Ini mencakup teka teki dan
permainan kata,belajar bahasa,bermain alat music,membaca,menulis,atau
menggambar. Tidak hanya kegiatan ini yang membantu menunda terjadinya
demensia,tetapi juga membantu menurunkan efek. Semakin sering melakukan
aktivitas maka semakin menguntungkan.
6. Turunkan kadar homosistein. Penelitian awal menunjukkan bahwa tiga dosis
tinggi vitamin B-asam folat-B6 dan B12 membantu menurunkan kadar
homosistein dan berguna untuk memperlambat perkembangan penyakit
Alzheimer.
7. Turunkan kadar kolesterol. Endapan yang terjadi dalam otak orang-orang dengan
kolesterol tinggi merupakan salah satu penyebab demesia vaskuler.
8. Pertahankan pola makan sehat. Diet yang sehat adalah penting karena menurut
penelitian bahwa makanan seperti buah-buahan,sayuran dan omega 3 dan asam
lemak. Biasanya ditemukan pada ikan dan kacangkacangan tertentu dapat
memiliki efek perlindungan dan menurunkan resiko terkena demensia.
9. Dapatkan vaksinasi. Mereka yang menerima vaksinasi untuk
influenza,tetanus,difteri dan polio tampaknya secara signifikan mengurangi
resiko demensia karena memiliki efek perlindungan terhadap berkembangnya
demensia.

9. Prognosis
Pada sebagian besar demensia stadium lanjut terjadi penurunan fungsi
otak yang hampir menyeluruh. Penderita lebih menarik dirinya dan tidak mampu
mengendalikan perilakunya. Suasana hatinya sering berubah-ubah dan senang
berjalan-jalan (berkelana). Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti suatu
percakapan dan bisa kehilangan kemampuan berbicara.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Menurut Aspiani (2014) Pengertian pengkajian adalah langkah pertama pada proses
keperawatan, meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menghasilkan diagnosis
keperawatan.
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat. Pada pengkajian umur
didapatkan data umur pasien memasuki usia lanjut.
b. Keluhan utama Keluhan Utama yang sering ditemukan pada klien dengan masalah
psikososial Demensia adalah klien kehilangan ingatan.
c. Keluhan Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai keadaan klien saat ini mulai
timbulnya keluhan yang dirasakan sampai dilakukan pengkajian.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat adanya masalah psikososial sebelumnya
dan bagaimana penanganannya.
e. Riwayat kesehatan
keluarga Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan
psikologi seperti yang dialami oleh klien, atau adanya penyakit genetik yang
mempengaruhi psikososial.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Keadaan umum klien lansia yang mengalami masalah
psikososial demensia biasanya lemah
2) Kesadaran : Biasanya Composmentis
3) Tanda-tanda Vital
a) Suhu dalam batas normal (37°.C)
b) Nadi normal (N: 70-82x/mnt).
c) Tekanan darah kadang meningkat atau menurun.
g. Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya masalah psikososial demensia :
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
2) Pola tidur dan istirahat
3) Pola aktivitas
4) Pola hubungan dan peran
5) Pola sensori dan kognitif
6) Pola persepsi dan Konsep diri
7) Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping
8) Spiritual
9) Personal Hygine

2. Diagnosa Keperawatan
1. Sindrom stres relokasi berhubungan dengan perubahan dan aktifitas kehidupan
sehari-hari.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan psikologis.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi transmisi
ditandai dengan cemas, apatis dan gelisah.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi NIC
NOC
Sindrom stres relokasi Setelahdiberikan keperawatan 1. Jalin hubungan saling
berhubungan dengan diharapkan klien dapat mendukungn dengan
perubahan aktifitas beradaptasi dengan perubahan klien.
sehari-hari 1. aktifitas sehari-hari. 2. Orientasi-kan pada
2. Rasa cemas dan takur ber- lingkungan dan
kurang. rutinitas baru.
3. Membuat pernyataan 3. Kaji tingkat stresor..
tentang lingkungan yang 4. Tentukan jadwala
baru ktifitas yang wajar dan
masukkan dalam
kegiatan rutin.
5. Berikan penjelasan
informasi yang
menyenang-kan.
Perubahan proses pikir 1. Setelah diberikan tindakan 1. Kembangkan
berhubungan dengan diharapkan klien mampu lingkungan yang
perubahan psikologis. mengenali perubahan mendukung dan
dalam berpikir. hubungan klien dengan
2. Klien mampu menginga perawat yang
nama perawat dengan terapeautik.
kriteria tidak menanyakan 2. Tatap wajah ketika
nama perawat setelah berbicara dengan klien.
tindakan keperawatan. 3. Pertahankan
lingkungan yang
menyenangkan dan
tenang.
4. Lakukan pendekatan
kepada klien secara
verbal dan tindakan.
5. Sebutkan nama
perawat tiap bertemu
dan menanyakan
kembali ketika
berpisah.
6. Kurangikonfusi
lingkungan, dengan
cara:
a. Dekati pasien
dengan cara
menyenangkan.
b. Jaga lingkungan
tetap sederhana.
c. Pertahan-kan
jadwal sehari-hari.
7. Tingkat-kan isyarat
lingkungan, dengan
cara:
a. Perkenal-kan diri
perawat
ketikaberinteraksi
dengan klien.
b. Panggil klien
dengan menyebut
nama.
c. Berikanisyarat
lingkungan untuk
orientasi waktu,
tempat dan orang
Perubahan persepsi 1. Setelah diberikan tindakan 1. Kembang-kan
sensori berhubungan keperawatan diharapkan lingkungan yang
dengan perubahan perubahan persepsi supportik dan
persepsi transmisi sensori klien dapat hubungan perawat
ditandai dengan cemas, berkurang atau terkontrol dengan klien
apatis dan gelisah terapeautik.
2. Kaji derajat sensori
atau gangguan persepsi
dan bagaimana hal
tersebut mempengaruhi
klien termasuk
penurunan penglihatan.
4. Implementasi keperawatan
Menurut Kholifah (2016) tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada lansia,
teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari lansia dan memahami tingkat perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan
keperawatan diarahkan untuk mengoptimalkan kondisi agar lansia mampu mandiri dan
produktif.

5. Evaluasi keperawatan
Kholifah (2016) menjelaskan bahwa evaluasi keperawatan gerontik adalah
penilaian keberhasilan rencana dan pelaksanaan keperawatan gerontik untuk memenuhi
kebutuhan lansia. Beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat dalam evaluasi
keperawatan antara lain:
a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan,
c. Mengukur pencapaian tujuan,
d. Mencatat keputusan atau hasil pencapaian tujuan,
e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu
BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien :
Nama : Ny. N
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMP
Sumber Informasi : Suami
Diagnosis Medis : Demensia

2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang :
❖ Keluhan Utama
Menurut pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 November 2021 Ny. N
memiliki gangguan fungsi kognitif dan daya ingat.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat alergi : Tidak ada
b. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
c. Riwayat di rawat di RS : Pernah dirawat karena Gastritis
d. Riwayat pemakaian obat : Obat Magh
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan orang tua pernah mengalami strok, suami klien mengalami
penyakit asma dan klien mengalami gastritis / dimensia.
5. Riwayat Psikososial dan Spiritual
a. Orang terdekat dengan klien : Suami Baru
b. Masalah yang mempengaruhi klien : Perubahan Perilaku dan Ingatan
c. Mekanisme koping terhadap stres : Pemecahan masalah
d. Persepsi klien terhadap penyakitnya
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
1. Frekuensi makan : 3x sehari
2. Nafsu makan : Biasa
3. Jenis makanan : Nasi, lauk dan sayur
4. Makanan yang tidak disukai / pantangan : Santan
5. Kebiasaan sebelum makan : Berdoa dan cuci tangan
6. BB / TB : 50 kg / 150 cm
7. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : Tidak suka yang Pedas
b. Eliminasi
1. Berkemih
a. Frekuensi : 6x sehari
b. Warna : Kuning jernih
c. Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada
2. Defekasi
a. Frekuensi : 1x sehari
b. Waktu : Pagi hari
c. Warna : Kuning
d. Bau : Biasa
e. Konsistensi : Padat
f. Keluhan yang berhubungan dengan defikasi : Tidak ada
g. Pengalaman makan laksatif : Tidak ada
3. Personal Hygiene
a. Mandi
1. Frekuensi : 2x sehari
2. Pakai sabun : Iya
b. Hygiene Oral
1. Frekuensi : 2x sehari
2. Waktu : Mandi pagi dan sore
c. Cuci Rambut
1. Frekuensi : 1x dalam 2 hari
2. Pakai sampo : Iya
d. Gunting Kuku
1. Frekuensi : 1x seminggu
e. Istirahat dan Tidur
1. Lama tidur : 8 jam
2. Tidur siang : Kadang-kadang
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum ( TTV ) :
TD : 130 / 90
Nadi : 86x / menit
Pernafasan : 23x / menit
Suhu : 36,3°C
b. Rambut : Putih dan ikal
c. Mata : Simetris dan bersih
d. Hidung : Dalam keadaan baik dan tidak ada pendarahan
e. Telinga : Simetris dan bersih
f. Mulut dan bibir : Bersih dan tidak ada gangguan
g. Leher : Dalam keadaan baik
8. Pengkajian Status Mental
a. Daya orientasi : Tidak bisa mengenal waktu, tempat dan orang
b. Daya ingat : Terganggu
c. Kontak mata : Kurang
d. Afek : Normal
9. Pengkajian Status Fungsional
Klien mandiri dalam hal makan, kontinen ( defekasi / berkemih ), berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian dan mandi.
B. Analisa Dataa
No Diagnosa Masalah Etiologi
1. Ds : Sindrom stres Penurunan daya ingat
Klien mengatakan lupa berada relokasi. dan kognitif.
dimana.
Do :
Klien nampak bingung.
2. Ds : Perubahan proses Ketidak sanggupan
Klien mengatakan anak dan pikir penilaian tentang diri
cucu sudah mencampakkan seseorang.
dan menelantarkannya.
Do :
Klien tampak sedih dan
menangis.
3. Ds : Perubahan persepsi Ketidak pahaman
Klien mengatakan tidak ada sensori. tentang hal dan
yang peduli dan diacuhkan. kondisi sekarang.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Sindrom stres relokasi perubahan dan aktifitas kehidupan sehari-hari.
2. Perubahan proses pikir dan perubahan psikologis.
3. Perubahan persepsi sensori

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi NIC
NOC
Sindrom stres relokasi Setelah diberikan keperawatan 1. Jalin hubungan saling
berhubungan dengan diharapkan klien dapat mendukungn dengan
perubahan aktifitas beradaptasi dengan perubahan klien.
sehari-hari 1. Aktifitas sehari-hari. 2. Orientasi-kan pada
2. Rasa cemas dan takur ber- lingkungan dan
kurang. rutinitas baru.
3. Membuat pernyataan 3. Kaji tingkat stresor.
tentang lingkungan yang 4. Tentukan jadwala
baru ktifitas yang wajar dan
masukkan dalam
kegiatan rutin.
5. Berikan penjelasan
informasi yang
menyenang-kan.
Perubahan proses pikir 1. Setelah diberikan 1. Kembangkan
berhubungan dengan tindakan diharapkan lingkungan yang
perubahan psikologis. klien mampu mendukung dan
mengenali perubahan hubungan klien dengan
dalam berpikir. perawat yang
2. Klien mampu terapeautik.
menginga nama 2. Tatap wajah ketika
perawat dengan berbicara dengan klien.
kriteria tidak 3. Pertahankan
menanyakan nama lingkungan yang
perawat setelah menyenangkan dan
tindakan keperawatan. tenang.
4. Lakukan pendekatan
kepada klien secara
verbal dan tindakan.
5. Sebutkan nama
perawat tiap bertemu
dan menanyakan
kembali ketika
berpisah.
6. Kurangikonfusi
lingkungan, dengan
cara:
a. Dekati pasien
dengan cara
menyenangkan.
b. Jaga lingkungan
tetap sederhana.
c. Pertahan-kan
jadwal sehari-hari.
7. Tingkat-kan isyarat
lingkungan, dengan
cara:
a. Perkenal-kan diri
perawat
ketikaberinteraksi
dengan klien.
b. Panggil klien
dengan menyebut
nama.
c. Berikanisyarat
lingkungan untuk
orientasi waktu,
tempat dan orang
Perubahan persepsi 1. Setelah diberikan 1. Kembang-kan
sensori berhubungan tindakan keperawatan lingkungan yang
dengan perubahan diharapkan perubahan supportik dan
persepsi transmisi persepsi sensori klien hubungan perawat
ditandai dengan cemas, dapat berkurang atau dengan klien
apatis dan gelisah terkontrol terapeautik.
2. Kaji derajat sensori
atau gangguan persepsi
dan bagaimana hal
tersebut mempengaruhi
klien termasuk
penurunan penglihatan.

❖ Catatan Keperawatan
Tanggal / jam Diagnosa Tindakan Keperawatan Tanda Tangan
Keperawatan dan Respon Klien
Rabu, 10 Sindrom stres Tindakan Keperawatan :
November 2021 relokasi perubahan a. Memberikan
Jam 14.00 dalam aktifitas kesempatan
kehidupan b. Menerima hasil kerja
seharihari. c. Berkomunikasi
dengan lembut
Respon Klien :
a. Merasa dimengerti
b. Merasa dihargai
c. Merasa diperhatikan
Kamis, 11 Perubahan proses Tindakan Keperawatan :
November 2021 pilur perubahan a. Melakukan
Jam 15.30 fisiologis. komunikasi pada
keluarga
b. Selalu
mengingatkan
c. Mencatat hal-hal
yang harus
dilakukan agar bisa
diingat dan dilihat
Respon Klien :
a. Merasa ada teman
b. Merasa dipedulikan
c. Bahagia dan senang
Jumat, 12 Perubahan proses Tindakan Keperawatan :
November 2021 sensori a. Membina
Jam 14.00 huubungan
teraupetik
b. Mengajarkan
strategi untuk
mengurangi stres
Respon Klien :
Merasa tenang

E. Implementasi Keperawatan
Hari / Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Rabu, 10 Sindrom stres 1. Menjalin S : Klien mengata-kan
November 2021 relokasi perubahan hubungan saling cemas dan lupa berada
Jam 15.00 dalam aktifitas mendukung dimana.
kehidupan dengan klien. O : Klien tampak
seharihari. 2. Menorientasikan gelisah dan pandangan
pada lingkungan mata kemanamana.
dan rutinitas A : Masalah
baru. berinteraksi.
P : Intervensi
dilanjutkan.
Kamis, 11 Perubahan proses 1. Mengurangi S : Klien belum
November 2021 pilur perubahan konfusi mampu menyebutkan
Jam 15.30 fisiologis. lingkungan. nama.
2. Mendekati klien O : Pera-wat tanpa
dengan cara menanyakann ya lagi.
menyenangkan A : Masalah
dan membuat berinteraksi.
suasana tenang. P : Lanjutkan
3. Menatap wajah intervensi.
klien ketika
berbicara.
4. Menyebut-kan
nama perawat
dan menanyakan
kembali ketika
berpisah.
Jumat, 12 Perubahan persepsi 1. Mengkaji derajat S : Klien mengata-kan
November 2021 sensori berhubungan sensori. dia mudah lupa
Jam 14.00 dengan perubahan 2. Mengajarkan dengan terapi yang
persepsi transmisi bagaimana diberikan.
ditandai dengan strategi untuk O : Klien tampak
cemas, apatis dan mengurangi stres. berusaha untuk
gelisah menghilangkan stres
dan mencoba
melakukan terapi yang
diberikan.
A : Masalah belum
teratasi.
P : Intervensi
dilanjutkan
BAB V
PENUTUP

❖ Kesimpulan
Berdasarkan pelaksaan asuhan keperawatan pada klien Ny.N dengan Demensia
didapatkan kesimpulan :
1. Perawat mampu melakukan hasil pengkajian pada klien tentang masalah dimensia
di wilayah kerja puskesmas Balai Selasa.
2. Perawat mampu melakukan rumusan diagnosa keperawatan pada klien tentang
masalah dimensia di wilayah kerja puskesmas Balai Selasa.
3. Perawat mampu melakukan rencana keperawatan dengan masalah hipertensi pada
klien tentang masalah dimensia di wilayah kerja puskesmas Balai Selasa.
4. Perawat mampu melakukan implementasi keperawatan dengan masalah dimensia
pada klien tentang masalah hipertensi di wilayah kerja puskesmas Balai Selasa.
5. Perawat mampu melakukan evaluasi keperawatan dengan masalah dimensia klien
tentang masalah hipertensi di wilayah kerja puskesmas Balai Selasa.
6. Perawat mampu melakukan dokumentasi keperawatan dengan masalah dimensia
pada klien tentang masalah hipertensi di wilayah kerja puskesmas Balai Selasa.

❖ Saran
➢ Bagi Mahasiswa
Diharapkan dari hasil laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bisa
dijadikan bahan untuk asuhan keperawatan selanjutnya. Serta diharapkan dapat
lebih memaksimalkan hasil temuan bagi perawat yang melakukan pembinaan
pada pasien Demensia kedepannya.
➢ Bagi Pasien dan Keluarga
Dalam merawat pasien dengan Demensia tidak hanya penderita yang
menjadi objek utama dalam mencegahkambuhnya penyakit, tapi juga
dukungan penuh dari keluarga dalam ikut mencegah perilaku yang dapat
menyebabkan penderita menjadi kambuh.
➢ Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan mampu mengenali tanda dan gejala Demensia,
sehingga komplikasi dari penyakit tersebut dapat segera diatasi. Dan bagi
masyarakat diharapkan mampu mengendalikan pola hidup yang tidak baik
sehingga bisa terhindar dari berbagai penyakit terutama Demensia. Diharapka
juga bagi keluarga bersikap lebih terbuka dalam memberikan informasi yang
akan sangat berguna untuk melakukan rencana tindakan yang tepat nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/93394/MELISA%20DI
A%20PITALOKA%20162303101073.pdf?sequence=1&isAllowed=y
http://repo.stikesperintis.ac.id/163/1/44%20ERNANINGSIH.pdf

Anda mungkin juga menyukai