Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

NUTRISI
Untuk memenuhi tugas
Praktik Kebutuhan Dasar Manusia

Disusun oleh:
ANHAR ILMAN WAHID (202914201004)

STIKes SATRIA BHAKTI NGANJUK


PRODI PENDIDIKAN NERS
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
NUTRISI
Yang Bertandatangan Diobawah Ini, Dosen Pembimbing, Pembembing
PK, Dan Ketua Kaprodi Jurusan Pendidikan NERS Stikes Satria Bhakti
Nganjuk Mengatakan Bahwa Laporan Praktek Dari:
ANHAR ILMAN WAHID
201914201004

Dengan judul:

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ELIMINASI


NUTRISI
Telah selesai diperiksa dan dinilai oleh dosen pembimbing dan pembimbing PK

Nganjuk,3 Desember 2021


Disahkan oleh:
Dosen pembimbing Pembimbing PK

………………………………… …………………………………

Ketua Jurusan

……………………………..
BAB I
KONSEP DASAR
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

1) Definisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya
serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
(Wartonah, 2010).
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan
oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh. Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi
aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta
mengatur berbagai proses penyakit (Alimul (2015)).
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana individu
yang mengalami kekurangan asupan nitrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic (Wilkinson Judith M, 2007)
2) Sistem Pencernaan
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana,
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
b. Tenggorokan
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
c. Kerongkongan
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus.
d. Lambung
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
- Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).
- Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan
- Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong.
- Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ini memiliki panjang sekitar 2-4m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
- Kolon asendens (kanan)
- Kolon transversum
- Kolon desendens (kiri)
- Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri
di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K.
g. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
- Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
- Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh
pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik
memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan
dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah
mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar
sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.
h. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat.
i. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
- Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
- Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
3) Etiologi
1) Ketidakmampuan menelan makanan,
2) Ketidakmampuan mencerna makanan,
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme,
5) Adanya faktor ekonomi misalnya finansial yang tidak mencukupi, dan
6) Adanya faktor psikologis seperti stres dan keengganan untuk makan
7) Mual dan muntah
8) Gaya hidup dan kebiasaan (PPNI, 2017).
4) Komponen-Komponen Nutrien
Nutrien memiliki enam komponen utama, yaitu karbohidrat, lemak,
protein, air, vitamin, dan mineral.
a) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan sumber serat pangan.
Sebagai contoh susu, padi-padian, buah-buahan, sirup, sukrosa, tepung,
dan sayu-sayuran.
b) Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D,
E, K yang larut dalam lemak. Menurut sumbernya lemak berasal dari
nabati dan hewani. Lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak
tak jenuh seperti terdapat pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya.
Sedangkan Lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan
rantai panjang seperti pada daging sapi, kambing dan lainnya
c) Protein
Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan
protoplasma sel. Selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup,
penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan serta sebagai
larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari 24 asam
amino, diantaranya 9 asam amino esensial (yang tidak dapat dibuat
didalam tubuh, sehingga harus didatangkan dari luar) dan selebihnya asam
amino non-esensial.
d) Air
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Jumlah air
sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body
mass).
e) Vitamin
Vitamin merupakan bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh
dan berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh dibutuhkan
antara lain vitamin A, B, B2, B12, C, D, E, dan K.
f) Mineral
Mineral merupakan bahan anorganik yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tubuh.
5) Faktor Yang Memengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Manusia
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengatuhi pola konsustnsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan gizi.
2. Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah dengan
cepat hal ini sehubungan dengan factor pertumbuhan dan perkembangan
yang cepat pada usia tersebut. Setelah usia 20 tahun energy basal relative
konstan.
3. Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki laki lebih besar di bandingkan
dengan wanita pada laki laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg BB'jam dan
pada wanita 0,9 kkal/kgBB/jam.
4. Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpaengaruh terhadap luas permukaan tubuh,
semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran panas
sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh juga menyadi lebih besar.
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian tinggi
biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan
masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
6. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat . Anoreksia (kurang
nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat.
7. Faktor Psikologis serti stress dan ketegangan
Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi
individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan
mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang (mis. Susu
menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbulkan kekuatan).
6) Klasifikasi Gangguan Kebutuhan Nutrisi
Menurut Asmadi (2008) menuliskan secara umum, gangguan kebutuhan
nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi,
diabetes militus, hipertensi, jantung coroner, kanker, dan anoreksia nervosa.
a) Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa
(normal) atau risiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan
asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
b) Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebih.
c) Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal.Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan
dalam penggunaan kalori.
d) Malnutrisi
Malnutrisi adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat
gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
e) Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
f) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan seperti penyebab dari obesitas,
serta asupan kalsium, natrium dan gaya hidup yang berlebihan.
g) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok.
Gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang
tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
h) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
konsumsi lemak secara berlebihan.
i) Anoreksia Nervosa
Anoreksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan
energi
7) Gangguan Masalah Nutrisi
a) Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu penyakit malnutrisi protein yang paling
akut di dunia. Hal ini juga dikatakan sebagai malnutrisi protein-kalori
yang mirip dengan marasmus, tapi yang membedakan antara marasmus
dengan kwashiorkor adalah adanya edema yang biasanya terlihat pada
kaki.
Gejala lain dari kwashiorkor antara lain perut buncit, pembesaran hati,
penipisan rambut dan tekstur rambut yang kasar, gigi mudah copot, dan
dermatitis.
b) Marasmus
Marasmus adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangan
protein dan kalori yang sangat parah dan merupakan salah satu penyakit
yang paling umum pada anak-anak.
Pada kondisi marasmus, berat tubuh lebih rendah 80% dari berat
normal yang seharusnya sehingga tubuh seseorang tampak kurus.
Pengecilan otot, kulit kering dan bersisik, dan kulit longgar merupakan
gejala lain dari marasmus.
c) Anemia
Anemia adalah penyakit kurang darah yang paling umum disebabkan
karena kurang gizi. Meskipun anemia dapat dipicu oleh banyak faktor,
tapi salah satu alasan utama terjadinya anemia adalah kekurangan zat besi
dan defisiensi vitamin B12.
Kondisi anemia juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami
sesak napas, kelelahan, pucat dan gejala lain yang menunjukkan
rendahnya jumlah hemoglobin.
d) Gondok
Gondok adalah penyakit yang sebagian besar disebabkan karena
kekurangan yodium dalam makanan. Gejala khas dari gondok ini adalah
pembengkakan kelenjar tiroid. Gejala lainnya mirip dengan gejala
penderita hipotiroidisme, seperti lesu, lemah, tingkat metabolisme yang
rendah, peningkatan kerentanan terhadap dingin, dan lain-lain.
e) Hiponatremia
Hiponatremia adalah suatu kondisi yang disebabkan karena
kekurangan natrium dalam darah. Kekurangan natrium ini merupakan
gangguan elektrolit serius yang biasanya terlihat pada orang yang
memiliki tingkat hormon antidiuretik sangat rendah (konsentrasi natrium
dalam plasma kurang dari 135mEq /L).
Penyakit hiponatremia sering dilihat sebagai akibat dari komplikasi
penyakit medis lainnya yang serius, di antaranya diare, muntah berlebihan,
dan polidipsia. Sementara gejala khas hiponatremia termasuk mual,
muntah, sakit kepala, dan lain-lain.
f) Hipokalemia
Hipokalemia adalah kondisi medis yang disebabkan karena
kekurangan kalium. Dan hipokalemia sering dianggap sebagai komplikasi
dehidrasi atau diare dan gizi buruk. Gejala hipokalemia termasuk kram
otot, gangguan tekanan darah, sembelit, dan lain-lain. Efek serius dari
hipokalemia termasuk depresi pernapasan dan aritmia jantung.
g) Defisiensi Vitamin
1) Vitamin A
Kekurangan vitamin ini termasuk defisiensi vitamin A, vitamin B1,
vitamin B2, vitamin B3, vitamin 12, vitamin C, dan vitamin D.
Kekurangan vitamin A merupakan penyebab umum rabun senja,
kebutaan permanen serta sangat rentan terhadap infeksi, gangguan
nafsu makan, kulit kering dan kasar, kerusakan rambut, kesulitan
dalam penyembuhan luka, dan lain-lain.
2) Vitamin B1
Kekurangan vitamin B1 atau tiamin dapat menyebabkan gejala seperti
badan lesu, menurunnya nafsu makan, dan depresi mental. Penyakit
karena defisiensi tiamin yaitu beri-beri. Penyakit ini disebabkan akibat
makanan yang kaya akan karbohidrat tetapi rendah tiamin.
3) Vitamin B2
Kekurangan vitamin B2 atau riboflavin biasanya sangat berhubungan
dengan penyakit malnutrisi protein dan energi. Gejala defisiensi
riboflavin termasuk sakit tenggorokan dengan pembengkakan dan
kemerahan dari mulut, cheilosis, stomatitis, glositis, dermatitis, dan
lain-lain.
4) Vitamin B3
Kekurangan vitamin B3 dapat menyebabkan penyakit pellagra. Salah
satu gejala pellagra adalah keretakan kulit yang mirip dengan terbakar
sinar matahari, retak, berkerak, dan bersisik. Selain itu kekurangan
vitamin B3 dapat menimbulkan gejala seperti luka sariawan, depresi,
diare, kelelahan, sakit kepala, insomnia, dan nyeri anggota badan.
5) Vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 ditandai dengan gejala seperti kesemutan
pada lidah, anemia, bintik-bintik putih pada kulit, luka pada mulut,
sesak napas, sakit kepala yang mirip serangan migrain, dan lain-lain.
6) Vitamin C
Kekurangan vitamin C atau asam askorbat ini menyebabkan kondisi
yang dikenal sebagai penyakit kudis. Penyakit ini ditandai dengan
gejala seperti gusi berdarah, penyembuhan luka yang sangat lama,
bintik-bintik pada kulit, dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
7) Vitamin D
Kekurangan vitamin D biasanya terjadi karena kurangnya asupan
kalsium ditambah dengan paparan sinar matahari yang tidak memadai.
Gejala kekurangan vitamin D menyebabkan pembentukan tulang
terganggu, sehingga tulang menjadi sangat lunak seperti pada
osteomalacia maupun osteoporosis.

8) Patofisiologi

Penyakit saluran Status kesehatan Gaya hidup dan Kebutuhan


pencaernaan menurun kebiasaaan metabolisme untuk
pertumbuhan
Erosi mukosa Kelemahan otot Kebiasaaan Peningkatan intake
lambung menelan mengkonsumsi nutrisi
makanan yang
tidak sehat
Menurunya tonus Gangguan
dan peristaltik Kebutuhan energi
menelan makanan meningkat
lambung
Kelebihan zat
didalm tubuh yang
Asupan nutrisi
tidak dibutuhkan Mudah lapar
Refluksi tidak terpenuhi
duodenum ke
lambungg
Nafsu makan
Penurunan berat Penyerapan
meningkat
badan didalam tubuh yng
Mual tidak sempurna

Sering makan
Muntah Risiko Ketidakseimbangan
Nutrisi: lebih dari kebutuhan
tubuh Peningkatan
berat badan
Ketidakseimbangan Nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakstabilan Nutrisi:
lebih dari kebutuhan tubuh

9) Tanda dan Gejala


Klien yang mengalami masalah defisit nutrisi yang ditandai minimal 3 dari
tanda dan gejala dibawah ini :
a Mual
b Nyeri abdomen
c Nafsu makan menurun
d Rasa terbakar pada lambung
e Muntah
f Bising usus hiperaktif
g Perut kembung
h Lambung terasa sangat penuh ketika habis makan
i Sering sendawa bila keadaan lapar
j Membrane mukosa pucat (Lathifah, Wibowo, 2013)
 Tanda Klinis Malnutrisi
Area Pemeriksaan Tanda-tanda
Penampilan umum Apatis, tidak semangat, lelah, mudah letih
BB Berlebihan/kurang
Kulit Kering, berlapis, bersisik pucat/berpigmen,
ada petekie/memar, lemak subkutan kurang
Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar,
rapuh
Mata Konjungtiva pucat/merah, kering, kornea
lunak, kornea berawan
Bibir Bengkak, pecah berwarna merah di pinggir
mulut, fisura vertical
Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan
halus
Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah
meradang
Otot Lemah, mengecil
System gastrointestinal Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare,
konstipasi
Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa
terbakar, kesemutan di tangan dan kaki,
iritabilitas
10) Karakteristik Status Nutrisi
Karaktristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index
(BMI) dan Ideal Body Image Weight (IBW).
a) Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index atau indeks masa tubuh merupakan ukuran dari
gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan
dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji
kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan:

BB( kg)
TB(m2)

Interpretasi hasil penghitungan IMT menurut Depkes 2002 dalam


Asmadi (2008):
 IMT < 17,0 : kurus (kurang berat badan tingkat berat)
 IMT 17,0 – 18,5 : kurus (kurang berat badan tingkat sedang)
 IMT 18,5 – 25,0 : normal
 IMT 25,0 – 27,0 : gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
 IMT > 27,0 : gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat)

b) Ideal Body Weight (IBW)


Jumlah tinggi badan dalam sentimeter dikurangi dengan 100 dan
dikurangi 10% dari jumlah itu.
Rumus IBW diperhitungkan:

Berat badan ideal (kg) =


[Tinggi badan (cm) – 100] – [10% (Tinggi badan – 100)]

11) Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan laboratorium : Hb, Leukosit, Trombosit, eritrosit dll
b) USG
c) Rontgen
12) Penatalaksanaan
Pelaksanaan (Tindakan) yang dapat dilakukan pada klien yang
mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
sebai berikut:
a. Pemberian Nutrisi Melalui Oral
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan
cara membantu memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut),
bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan
selera makan pada pasien.
b. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung
Merupakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak
mampu menelan dengan cara memberi makanan melalui pipa lambung
atau pipa penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien.
c. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral
Pemberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian
nutrisi berupa cairan infus yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
dara vena, baik secara sentral (untuk nutrisi parenteral total) ataupun
vena perifer ( untuk nutrisi parenteral parsial). Pemberian nutrisi
melalui parenteral dilakukan pada pasien yang tidak bisa makan
melalui oral atau pipa nasogastric dengan tujuan untuk menunjang
nutrisi enteral yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi
harian.
BAB II

KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI

2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan terhadap masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi, yaitu.
1) Data Subjektif
a) Biodata (Usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas)
b) Kesulitan makan ( gangguan mengunyah atau menelan)
c) Perubahan nafsu makan
d) Perubahan berat badan
e) Ketidakmampuan fisik
2) Data objektif
a) Pemeriksaan fisik umum
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017) :
a. Defisit Nutrisi
Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Penyebab :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3) Peningkatan kebutuhan metabolisme
4) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
5) Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : -
Objektif :
1) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1) Cepat kenyang setelah makan
2) Kram/nyeri abdomen
3) Nafsu makan menurun
Objektif :
1) Bising usus hiperaktif
2) Otot pengunyah lemah
3) Otot menelan lemah
4) Membran mukosa pucat
5) Sariawan
6) Serum albumin turun
7) Rambut rontok berlebihan
8) Diare
Kondisi Klinis Terkait:
1) Stroke
2) Parkinson
3) Mobius syndrome
4) Cerebal palsy
5) Cleft lip
6) Cleft palate
7) Amyotropic lateral sclerosis
8) Kerusakan neuromuskular
9) Luka bakar
10) Kanker
11) Infeksi
12) AIDS
13) Penyakit Crohn’s
14) Enterokolitis
15) Fibrosis kistik

b. Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal


Definisi :
Risiko peningkatan, penurunan atau tidak efektifnya aktivitas peristaltik
pada sistem gastrointestinal.
Faktor risiko:
1) Pembedahan abdomen
2) Penurunan sirkulasi gastrointestinal
3) Intoleransi makanan
4) Refluks gastrointestinal
5) Hiperglikemia
6) Imobilitas
7) Proses penuaan
8) Infeksi gastroinestinal
9) Efek agen farmakologis (mis. antibiotik, laksatif, narkotik/opiat)
10) Prematuritas
11) Kecemasan
12) Stres
13) Kurangnya sanitasi pada persiapan makanan
Kondisi Klinis Terkait:
1) Pembedahan abdomen atau usus
2) Malnutrisi
3) Anemia
4) Kecemasan
5) Kanker empedu
6) Kolesistektomi
7) Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
8) Dialisis peritoneal
9) Terapi radiasi
10) Multiple organ dysfunction syndrome
2.3 Intervensi Keperawatan
a. Defisit Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama …x 24jam, maka Status
Nutrisi Membaik, dengan kriteria hasil:
1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2) Kekuatan otot mengunyah meningkat
3) Kekuatan otot menelan meningkat
4) Serum albumin meningkat
5) Perasaan cepat kenyang menurun
6) Berat badan membaik
7) IMT (Indeks Massa Tubuh) membaik
8) Frekuensi makan membaik
9) Nafsu makan membaik
Intervensi Rasional
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi Mengetahui status nutrisi klien

2) Identitas alergi dan intoleransi Mengetahui alergi dan intoleransi


makanan makanan oleh klien
3) Identifikasi makanan yang Mengetahui makanan yang disukai
disukai klien
4) Identifikasi kebutuhan kalori Mengetahui kebutuhan kalori dan
dan jenis nutrisi jenis nutrisi klien
5) Monitor asupan makanan Memantau asupan makanan klien
6) Monitor berat badan Memantau berat badan klien
7) Monitor hasil pemeriksaan Memantau hasil pemeriksaan klien
laboratorium

Terapeutik
1) Sajikan makanan secara Menambah nafsu klien untuk makan
menarik dan suhu yang sesuai
2) Berikan makanan tinggi serat Mengurangi kontipasi pada klien
untuk mencegah konstipasi
3) Berikan makanan tinggi kalori Menambah asupan makanan yang
dan tinggi protein tinggi kalori dan protein untuk klien

4) Berikan suplemen makanan, Menambahkan suplemen makanan


jika perlu pada klien

Edukasi
1) Ajarkan posisi duduk, jika Mengajarkan klien untuk duduk
mampu
2) Ajarkan diet yang Memberitahu klien tentang diet yang
diprogramkan dipogramkan

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi Membantu dalam proses
sebelum makan ( mis. pereda penyembuhan
nyeri. Antlemetik (anti mual),
jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi Membantu pemenuhan kalori dan
untuk menentukan jumlah nutrisi yang dibutuhkan klien
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

b. Risiko Disfungsi Motilitas Gastrointestinal


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama … x 24jam, maka
Mortilitas Gastrointestinal Membaik, dengan kriteria hasil:
1) Nyeri menurun
2) Mual menurun
3) Muntah menurun
4) Suara peristaltik menurun
Intervensi Rasional
Observasi
1) Identifikasi faktor yang Mengetahui pengetahuan faktor yang
mempengaruhi asupan gizi mempengaruhi klien tentang asupan
(mis. pengetahuan, ketersediaan gizi
makanan, agama atau
kepercayaan, budaya, gangguan
menelan)
2) Identifikasi perubahan berat Memantau berat badan klien
badan
3) Identifikasi kelainan pada kulit Memantau kelainan kulit yang
(mis. memar yang berlebih, luka dialami klien
yang sulit sembuh, dan
perdarahan)
4) Identifikasi kelainan pada Memantau kelainan rambut yang
rambut (mis. kering, tipis, kasar dialami klien
dan mudah patah)
5) Identifikasi pola makan (mis. Mengetahui makanan yang disuka
kesukaan/ketidaksukaan atau tidak disuka klien
makanan, konsumsi makanan
cepat saji)
6) Identifikasi kelainan pada kuku Memantau kelainan kuku yang
(mis. retak, mudah patah, dan dialami klien
bergerigi)
7) Identifikasi kemampuan Mengetahui seberapa jauh
menelan (mis. fungsi motorik kemampuan klien menelan
wajah, refleks menelan)
8) Monitor mual dan muntah Mengetahui banyak sedikitnya klien
mual dan muntah
9) Monitor asupan oral Mengetahui asupan oral pada klien
10) Monitor warna konjungtiva Mengetahui warna konjungtiva klien
11) Monitor hasil laboratorium Mengetahui hasil laboratorium klien
(mis. kadar kolesterol, albumin
serum, transferrin, kreatinin,
hemoglobin, hematokrit dan
elektrolit darah)

Terapeutik
1) Timbang berat badan Mengetahui berat badan klien
2) Hitung perubahan berat badan Memantau perubahan berat badan
klien
3) Atur interval waktu pemantauan Mengatur jangka waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien kondisi klien
4) Dokumentasi hasil pemantauan Mencatat hasil pemantauan yang
dilakukan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur Memberitahu tujuan dan prosedut
pemantauan pemantauan pada klien dan
keluarganya
2) Informasi hasil pemenatauan, Memberitahu hasil pemantauan
jika perlu kepada klien dan keluarga
Daftar Pustaka

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. buku 2.


Jakarta : Salemba Medika.
Lathifah, Wibowo, and F. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien Gastritis
dengan Masalah Resiko Defisit Nutrisi. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi 4. Salemba Medika
Tim Pokja DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperaatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definis dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai