Anda di halaman 1dari 10

MODUL PERKULIAHAN

Pelaporan
Keuangan
Syariah
Akuntansi Untuk Asuransi Syari’ah

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

15
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi D3 190351040 Sendi Gusnandar A, S.E., M.M., Ak., CA
Yoga Tantular Rachman, S.E., M.Si., Ak.

Abstract Kompetensi
Materi pembukuan dan pencatatan Mahasiswa memiliki kemampuan
ini mencakup bahasan tentang menjelaskan konsep akuntansi
definisi, jenis dan akuntansi untuk akuntansi syari’ah.
akad akuntansi syari’ah .
Bahasan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 108: Akuntansi Transaksi Asuransi
Syariah (PSAK 108) pertama kali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 28 April 2009. Berdasarkan surat Dewan
Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi
syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada
Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI. Setelah pertama kali disahkan di tahun 2009,
PSAK 108 mengalami revisi pada 25 Mei 2016 terkait kontribusi peserta, dana investasi
wakalah, dan penyisihan teknis.

Definisi
Akad asuransi syariah jangka pendek adalah akad asuransi syariah yang memberi
proteksi untuk periode sampai dengan dua belas bulan, atau memberi proteksi untuk
periode lebih dari dua belas bulan dan memungkinkan penyesuaian persyaratan akad pada
ulang tahun polis. Akad asuransi syariah jangka panjang adalah akad asuransi syariah
selain akad asuransi syariah jangka pendek. Dana peserta adalah semua dana milik peserta
secara individual dan kolektif berupa dana tabarru’ dan dana investasi. Kontribusi peserta
adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta untuk porsi risiko dan ujrah. Saldo
dana tabarru’ adalah akumulasi surplus dan defisit underwriting yang ada dalam dana
tabarru’.

Rukun Akad Asuransi Syari’ah


Menurut Mazhab Hanafi, rukun kafalah (asuransi) hanya ada satu, yaitu ijab dan
qabul. Sedangkan menurut para ulama lainnya, rukun dan syarat kafalah (asuransi) adalah
sebagai berikut:
a. Kafil (orang yang menjamin), dimana persyaratannya adalah sudah baligh, berakal,
tidak dicegah membelanjakan hartanya dan dilakukan dengan kehendaknya sendiri.
b. Makful lah (orang yang berpiutang), syaratnya adalah bahwa yang berpiutang
diketahui oleh orang yang menjamin. Disyaratkan dikenal oleh penjamin karena
manusia tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini dilakukan demi kemudahan dan
kedisiplinan.
c. Makful ’anhu, adalah orang yang berutang.
d. Makful bih (utang, baik barang maupun orang), disyaratkan agar dapat diketahui dan
tetap keadaannya, baik sudah tetap maupun akan tetap.

Murtadha Muthahhari mengatakan bahwa asuransi merupakan suatu akad, yaitu


suatu tindakan yang dalam kewenangan dua pihak (nasabah dan perusahaan asuransi).

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Sendi Gusnandar & Yoga Tantular Rachman http://www.widyatama.ac.id
Lebih lanjut beliau menambahkan bahwa terdapat persyaratan dan larangan bagi sahnya
suatu akad. Akad yang tidak memenuhi salah satu dari persyaratan ini atau melanggar dari
salah satu larangan ini adalah batal. Adapun akad yang memenuhi semua persyaratan dan
tercegah dari semua larangan, maka akad itu adalah sah, meskipun akad itu merupakan
akad yang baru.
Di antara sejumlah persyaratan itu misalnya:
a. Baligh (dewasa).
b. Berakal, sudah barang tentu setiap transaksi yang dilakukan oleh orang yang
kehilangan akal adalah tidak sah, maka perasuransiannya pun batal.
c. Ikhtiyar (kehendak bebas), tidak boleh ada paksaan dalam transaksi yang tidak
disukai.
d. Tidak sah transaksi atas suatu yang tidak diketahui. Syarat ini terdapat di dalam
seluruh transaksi. Tidak sah jual beli apabila barang yang di jual tidak diketahui, dan
tidak sah pembayaran harga atas sesuatu yang tidak diketahui. Karena transaksi
tersebut seperti perjudian.
e. Tidak sah transaksi yang mengandung unsur riba.

Ini adalah persyaratan dan larangan bagi sahnya transaksi. Atas dasar ini, maka setiap
transaksi yang baru harus kita anggap sah, sesuai tuntutan prinsip.
Dalam konteks syariah, asuransi merupakan usaha kerjasama untuk saling
melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang dalam menghadapi musibah atau
bencana melalui perjanjian yang disepakati bersama sesuai dengan ajaran Islam.
Perjanjian yang digunakan menggunakan prinsip akad Takafuli yang artinya tolong-
menolong dengan prinsip dasar Tabarru', sedangkan pengelolaan dana menggunakan
prinsip Mudharabah melalui investasi Syariah. Perlu diperhatikan bahwa dalam Asuransi
Syariah harus sesuai dengan Syariah Islam dengan mempertimbangkan larangan yang
harus dihindari yaitu tidak mengandung Gharar (ketidakpastian), Maysir (perjudian), Riba
(bunga), barang haram dan maksiat yang dilarang dalam Islam. Untuk mendukung sistem
syariah perlu digunakan akad yang tepat seperti berikut ini:
1. Akad Tijarah, yang mempunyai tujuan komersial yaitu mencari keuntungan
2. Akad Tabarru, yang mempunyai tujuan non profit yaitu untuk kebajikan dan tolong-
menolong, dan bukan untuk tujuan komersial. Beberapa poin penting dalam Akad
Tabarru yaitu:
• Kesepakatan peserta untuk saling tolong-menolong (ta'awun),
• Hak dan kewajiban peserta serta perusahaan,
• Cara dan waktu pembayaran premi dan klaim,

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Sendi Gusnandar & Yoga Tantular Rachman http://www.widyatama.ac.id
• Ketentuan boleh atau tidak kontribusi ditarik kembali peserta dalam hal terjadi
pembatalan peserta,
• Ketentuan alternatif dan persentase pembagian Surplus Underwriting.
Untuk lebih jelasnya bisa anda lihat di tabel berikut ini mengenai perbedaan asuransi syariah
dan asuransi konvensional.

No Prinsip yang Asuransi Konvensional Asuransi Syari’ah


Digunakan
1 Konsep dan Perusahaan asuransi Konsep kerjasama dari sekumpulan
Akad yang (Penanggung) mengikatkan orang untuk saling membantu,
digunakan diri kepada Tertanggung saling menjamin, dengan cara
dengan menerima premi mengeluarkan dana tabarru' (dana
asuransi untuk tujuan proteksi sosial) dengan akad Tabarru’ dan
dengan akad Jual Beli Akad Tijarah (Mudharabah,
(Mu'awadah, Idz'aan, Gharar, Wakalah, Wadiah, Syirkah)
dan Mulzim)
2. Dewan Tidak ada Ada, berfungsi mengawasi
Pengawas pelaksanaan operasional
Syariah (DPS) perusahaan agar sesuai dengan
prinsip syariah
3. Sistem Transfer of Risk, yaitu transfer Sharing of Risk, di mana terjadi
Perlindungan risiko dari Tertanggung proses saling menanggung antara
Resiko kepada Penanggung satu peserta dengan peserta
lainnya
5. Pengelolaan Tidak ada pemisahan dana, Ada pemisahan dana pengelola
Dana yang berakibat terjadinya dan peserta, sehingga tidak ada
dana hangus dana hangus
6. Status Dana dari premi peserta Dana milik peserta, Asuransi
Kepemilikkan seluruhnya menjadi milik Syariah hanya sebagai pemegang
Dana perusahaan amanah mengelola dana
7. Sumber Sumber biaya klaim adalah Sumber biaya klaim dari rekening
Pembayaran rekening perusahaan tabarru', di mana peserta saling
Klaim menanggung
8. Profit Keuntungan dari Surplus Keuntungan bukan milik
Underwrting, Komisi perusahaan tetapi dilakukan Bagi
Reasuransi, dan Hasil Hasil dengan peserta
Investasi adalah milik
perusahaan

Metode Bagi Hasil yang Dijalankan dalam Asuransi Syariah


Transaksi bisnis syariah identik dengan bagi hasil, tak terkecuali asuransi syariah. Untuk
asuransi syariah, berikut ini ini metode bagi hasil yang dijalankan:

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Sendi Gusnandar & Yoga Tantular Rachman http://www.widyatama.ac.id
1. Surplus operasional diberikan kepada pemegang polis, tanpa memperhatikan
apakah apakah pemegang polis tersebut telah menerima atau belum klaim ganti rugi.
2. Surplus operasional diberikan kepada pemegang polis yang belum pernah menerima
klaim ganti rugi
3. Surplus operasional dibagi kepada pemegang polis yang belum pernah menerima
klaim ganti rugi
4. Surplus operasional dibagi kepada pemegang polis dengan mempertimbangkan
besarnya kontribusi premi yang telah dibayarkan
5. Surplus operasional dibagi antara peserta asuransi dengan perusahaan asuransi
6. Surplus operasional dibagi dengan metode lain sesuai dengan kesepakatan.

Jenis - Jenis Akad Asuransi Syari’ah


Takaful Individu
Produk asuransi syariah ini memberikan perlindungan dan perencanaan yang bersifat
pribadi, dan dibagi menjadi beberapa jenis berikut ini:
1. Takaful Dana Investasi yang menjamin dan memberikan perlindungan hari tua atau
menjadi jaminan dana bagi ahli waris bila nasabah meninggal dunia lebih awal,
2. Takaful Dana Haji yang dipergunakan sebagai perlindungan dana perorangan yang
berencana menunaikan ibadah haji,
3. Takaful Dana Siswa yang memberikan jaminan dana pendidikan mulai sekolah dasar
sampai sarjana,
4. Takaful Dana Jabatan yang memberikan jaminan santunan bagi ahli waris dari
nasabah yang menduduki jabatan penting bila nasabah meninggal dunia lebih awal
atau tidak bekerja lagi dalam masa jabatannya.

Takaful Group
Produk Asuransi Syariah ini memberi perlindungan dan perencanaan untuk pribadi dan
kelompok, misal kelompok dalam sebuah perusahaan yang dibagi menjadi beberapa jenis
berikut ini:
1. Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji sebagai perlindungan bagi karyawan yang
ingin menunaikan ibadah haji, yang didanai iuran bersama dengan keberangkatan
bergilir,
2. Takaful Kecelakaan Siswa yang memberikan proteksi pelajar dari resiko kecelakaan
yang berakibat cacat bahkan yang mengakibatkan meninggal dunia,
3. Takaful Wisata dan Perjalanan yang memberikan proteksi peserta wisata dari resiko
kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dunia atau cacat seumur hidup,

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Sendi Gusnandar & Yoga Tantular Rachman http://www.widyatama.ac.id
4. Takaful Kecelakaan Group, yang memberikan proteksi santunan karyawan dalam
perusahan, organisasi atau perkumpulan lainnya,
5. Takaful Pembiayaan, untuk proteksi pelunasan hutang bagi nasabah yang meninggal
dalam masa perjanjian.
Takaful Umum
Produk Asuransi Syariah ini memberi perlindungan dan perencanaan yang bersifat umum
dan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Takaful Kebakaran, untuk perlindungan dari kerugian yang disebabkan api,
2. Takaful Kendaraan Bermotor, untuk perlindungan terhadap kerugian pada kendaraan
bermotor,
3. Takaful Rekayasa, untuk perlindungan terhadap kerugian pada pekerjaan
pembangunan baik pembangunan rumah, villa, dan bangunan lainnya,
4. Takaful Pengangkutan, untuk perlindungan dari kerugian pada semua barang
setelah dilakukan pengangkutan baik darat, laut, dan udara,
5. Takaful Rangka Kapal, untuk perlindungan dari kerusakan mesin khususnya mesin
kapal dan rangka kapal yang disebabkan kecelakaan atau musibah.

PSAK 108: Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah


PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 108: AKUNTANSI TRANSAKSI
ASURANSI SYARIAH
Asuransi syariah adalah sistem menyeluruh yang pesertanya mendonasikan (me-
tabarru’-kan) sebagian atau seluruh kontribusinya yang digunakan untuk membayar klaim
atas risiko tertentu akibat musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh peserta
yang berhak. Donasi tersebut merupakan donasi dengan syarat tertentu (kontribusi) dan
merupakan milik peserta secara kolektif, bukan merupakan pendapatan entitas pengelola.
Prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling menolong (ta’awuni) dan saling
menanggung (takafuli) antara sesama peserta. Akad yang digunakan dalam asuransi
syariah adalah akad tabarru’ dan akad tijari. Akad tabarru’ digunakan di antara para peserta,
sedangkan akad tijari digunakan antara peserta dengan entitas pengelola. Pembayaran dari
peserta dapat meliputi kontribusi, atau kontribusi dan investasi.
Saldo dana tabarru’ dibentuk dari kontribusi peserta, hasil investasi dana tabarru’,
dan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’. 13. Pembayaran manfaat atau klaim
asuransi berasal dari dana peserta kolektif (dana tabarru’) yang mana risiko ditanggung
secara bersama antar peserta.

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Sendi Gusnandar & Yoga Tantular Rachman http://www.widyatama.ac.id
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
PSAK 108 mengatur mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan transaksi asuransi syariah. Transaksi asuransi syariah yang dimaksud dalam
Pernyataan ini adalah transaksi yang terkait dengan kontribusi peserta, surplus dan defisit
underwriting, penyisihan teknis, dan saldo dana tabarru’.
Berbeda dengan PSAK 108 yang disahkan di tahun 2009, PSAK 108 (revisi 2016)
memberikan definisi asuransi jangka pendek dan jangka panjang. Klasifikasi tersebut
mengacu ke PSAK 28: Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi
Kontrak Asuransi Jiwa.
Akad asuransi syariah jangka pendek adalah akad asuransi syariah yang memberi
proteksi untuk periode sampai dengan dua belas bulan, atau memberi proteksi untuk
periode lebih dari dua belas bulan dan memungkinkan penyesuaian persyaratan akad pada
ulang tahun polis. Sedamgkan akad asuransi syariah jangka panjang adalah akad asuransi
syariah selain akad asuransi syariah jangka pendek.

Pengakuan Awal
Kontribusi peserta diakui sebagai pendapatan dana tabarru’ dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) untuk akad asuransi syariah jangka pendek, kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dana tabarru’ sesuai periode akad asuransi;
b) untuk akad asuransi syariah jangka panjang, kontribusi peserta diakui sebagai
pendapatan dana tabarru’ pada saat jatuh tempo pembayaran dari peserta.
Kontribusi peserta yang diterima bukan merupakan pendapatan entitas pengelola karena
entitas pengelola merupakan wakil para perserta untuk mengelola dana tabarru’ dan
kontribusi peserta tersebut merupakan milik peserta secara kolektif dalam dana tabarru'.
Selain dari kontribusi peserta, perubahan saldo dana tabarru’ juga berasal dari hasil
investasi dana tabarru’ dan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’. Entitas pengelola
melakukan investasi dari dana tabarru’ dalam kedudukannya sebagai wakil para peserta
(jika menggunakan akad wakalah) atau pengelola dana (jika menggunakan akad
mudharabah atau mudharabah musytarakah).
Perlakuan akuntansi untuk investasi dengan menggunakan akad mudharabah,
mudharabah musytarakah, dan wakalah mengacu pada PSAK yang relevan. Bagian
kontribusi untuk ujrah diakui sebagai pendapatan entitas pengelola secara garis lurus
selama masa akad dan menjadi beban dana tabarru’. Biaya akuisisi diakui sebagai beban
entitas pengelola selaras dengan pengakuan pendapatan ujrah tersebut. Pengukuran
Setelah Pengakuan Awal Surplus dan Defisit Underwriting Dana Tabarru'. Penetapan

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Sendi Gusnandar & Yoga Tantular Rachman http://www.widyatama.ac.id
besaran alokasi atas surplus underwriting dana tabarru’ bergantung pada peserta secara
kolektif, regulator, atau kebijakan manajemen. Alokasi surplus underwriting dana tabarru'
adalah sebagai berikut:
a) seluruh surplus underwriting tersebut sebagai penambah saldo dana tabarru;
b) sebagian surplus underwriting tersebut sebagai penambah saldo dana tabarru’ dan
sebagian lainnya didistribusikan ke peserta secara individual; atau
c) sebagian surplus underwriting tersebut sebagai penambah saldo dana tabarru’,
sebagian didistribusikan ke peserta secara individual, dan sebagian lainnya
didistribusikan ke entitas pengelola.
Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang dialokasikan ke peserta secara individual
dan entitas pengelola diakui sebagai pengurang surplus underwriting. Surplus underwriting
dana tabarru’ yang dialokasikan ke entitas pengelola diakui sebagai pendapatan entitas
pengelola. Surplus underwriting dana tabarru’ yang dialokasikan ke peserta disajikan dalam
liabilitas. Ketika dana tabarru’ mengalami kekurangan kas dan setara kas untuk membayar
klaim, maka entitas pengelola wajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk
pinjaman (qardh). Pengembalian pinjaman tersebut berasal dari kontribusi peserta di masa
depan.

Penyisihan Teknis
Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:
a) Kontribusi yang belum menjadi hak dihitung secara individual dari setiap
pertanggungan dan besarnya penyisihan ditetapkan secara proporsional dengan
jumlah proteksi yang diberikan.
b) Manfaat polis masa depan dihitung dengan mencerminkan estimasi pembayaran
seluruh manfaat yang diperjanjikan dan penerimaan kontribusi peserta di masa
mendatang, dengan mempertimbangkan estimasi tingkat imbal hasil investasi dana
tabbaru’.
c) Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar estimasi jumlah klaim yang masih
dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah perkiraan tersebut harus mencukupi
untuk mampu memenuhi klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir
periode pelaporan.
d) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar estimasi jumlah klaim yang
akan dibayarkan pada tanggal pelaporan berdasarkan pada pengalaman masa lalu
yang terkait dengan klaim paling kini yang dilaporkan.
e) Perhitungan penyisihan teknis tersebut memasukan bagian reasuransi atas klaim.
Tes kecukupan dilakukan terhadap penyisihan teknis yang dibentuk dengan
menggunakan estimasi paling kini atas arus kas masa depan berdasarkan akad asuransi

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Sendi Gusnandar & Yoga Tantular Rachman http://www.widyatama.ac.id
syariah. Ketika terjadi kekurangan maka diakui sebagai beban dana tabarru’. Saldo Dana
Tabarru’. Saldo dana tabarru’ digunakan untuk:
a) menutup defisit yang kemungkinan akan terjadi di masa depan; dan
b) tujuan memitigasi dampak risiko kerugian yang luar biasa yang terjadi pada periode
mendatang untuk jenis asuransi (class of business) yang menunjukkan derajat
volatilitas klaim yang tinggi.
Penyisihan teknis disajikan secara terpisah di liabilitas dalam laporan posisi keuangan.
Saldo dana tabarru’ dan saldo dana investasi peserta disajikan di dana peserta yang
terpisah dari liabilitas dan ekuitas dalam laporan posisi keuangan.

PENGUNGKAPAN
Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait kontribusi peserta meliputi, tetapi
tidak terbatas pada:
a) Kebijakan akuntansi untuk: (i) kontribusi yang diterima dan perubahannya; (ii)
pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya;
b) Piutang kontribusi peserta;
c) Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi;
d) Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk bagian risiko dan ujrah
dari total kontribusi peserta per jenis asuransi;
e) Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’;
f) Jumlah pinjaman kepada dana tabarru’ (jika ada).

Entitas pengelola mengungkapkan informasi yang memungkikan pengguna laporan


keuangan untuk mengevaluasi sifat dan luas risiko yang timbul dari akad asuransi syariah
terhadap dana tabarru’ meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
a) Tujuan, kebijakan, dan proses dalam pengelolaan risiko yang timbul dari akad
asuransi syariah, serta metode yang digunakan untuk mengelola risiko tersebut;
b) Informasi tentang risiko asuransi (baik sebelum dan sesudah mitigasi risiko oleh
reasuransi), termasuk informasi tentang: (i) analisis sensitivitas risiko asuransi
terhadap surplus dan defisit underwriting dana tabarru’ dan saldo dana tabarru’ jika
terdapat perubahan variabel risiko yang paling mungkin terjadi pada akhir periode
pelaporan, serta metode dan asumsi yang digunakan dalam menyiapkan analisis
sensitivitas; (ii) informasi kualitatif tentang sensitivitas, serta informasi tentang
persyaratan dan ketentuan akad asuransi syariah yang memiliki dampak material
terhadap jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan dana tabarru’; (iii)
konsentrasi risiko asuransi, termasuk penjelasan bagaimana manajemen
menentukan konsentrasi dan penjelasan dari kesamaan karakteristik yang

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Sendi Gusnandar & Yoga Tantular Rachman http://www.widyatama.ac.id
menandakan masing-masing konsentrasi (contohnya jenis kejadian yang
diasuransikan, area geografis, atau mata uang); (iv) klaim aktual dibandingkan
dengan estimasi sebelumnya (claim development).

Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait dengan dana investasi meliputi,


tetapi tidak terbatas pada:
a) Kebijakan akuntansi untuk pengelolaan dana investasi yang berasal dari peserta;
b) Rincian jumlah dana investasi berdasarkan akad yang digunakan dalam
pengumpulan dan pengelolaan dana investasi.

Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait penyisihan teknis meliputi, tetapi


tidak terbatas pada:
a) Jenis penyisihan teknis (saldo awal, jumlah yang ditambahkan dan digunakan
selama periode berjalan, dan saldo akhir);
b) Dasar yang digunakan dalam penentuan jumlah untuk setiap penyisihan teknis dan
perubahan basis yang digunakan.
Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait saldo dana tabarru’ meliputi, tetapi tidak
terbatas pada:
a) Pihak yang menerima pengalihan saldo dana tabarru’ jika terjadi likuidasi atas
produk atau entitas pengelola;
b) Jumlah yang dijadikan sebagai dasar penentuan alokasi surplus underwriting.
Entitas pengelola mengungkapkan rincian aset dari dana tabarru’, dana investasi peserta,
dan entitas pengelola.

Daftar Pustaka

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2015). Draft Exposur PSAK 108 : Akuntansi Wakaf. Jakarta:
IAI.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). (2020). PSAK 108: AKUNTANSI TRANSAKSI ASURANSI
SYARIAH. Jakarta: IAI. Retrieved from http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-
keuangan/pernyataan-sas-71-psak-108-akuntansi-transaksi-asuransi-syariah
Murtadha Muthahhari, Pandangan Islam Tentang Asuransi dan Riba, Terjemah: Irwan
Kurniawan, Ar-Riba Wa At-Ta’min, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1995), 276.

2020 Pelaporan Keuangan Syari’ah Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Sendi Gusnandar & Yoga Tantular Rachman http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai