Anda di halaman 1dari 34

RANGKUMAN BAHASA INDONESIA

Di ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu: Dra. Hj. Diana Murni, M.Pd

Disusun Oleh:
Norhalimah (212308296)
No. Presensi: 30

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK SEKOLAH


TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI
2021/2022
Pertemuaan Pertama (13 September 2021)
Persyaratan Nilai Untuk Mendapatkan Nilai Akhir
Perkuliahan Bahasa Indonesia
Kriteria penilaian akhir diambil dari sistem kehadiran 75% untuk memenuhi persyaratan
Ujian nilai 7,5.
1. Kehadiran 10%
2. Keaktifan 10%
3. Tugas Individu 20%
4. Tugas Kelompok 20%
5. UTS 20%
6. UAS 40%
Total 100%
− Nilai 41 Sampai 60 Nilai C
− Nilai 60 Sampai 80 Nilai B
− Nilai 81 Sampai 100 Nilai A

Pertemuan Kedua (20 September 2021)

Kemampuan Dasar Berbahasa (Tulis atau Simak)

Tuliskan kembali kata di bawah ini dengan benar jika menerut kalian salah:
− Fhotocopy
− KalSel
− nasehat
− Shalat duha
− Ijin
− Persentasi
− Merubah
− Hoax
− Resiko
− Apotik
− Memprin
− Ulang Tahun RI ke70
− Ledeng
− Hari raya idulfitri

2
− Dr H. Sriwondo SH.MH

Pertemuan Ketiga (27 September 2021)


Kata serapan asing
− Kata berimbuhan
− Tanda baca
− Tanda koma
− Tanda hubung
− Pengunaan huruf kapital
1. Kata fhotocopy berasal dari bahasa inggris yaitu photocopy. Ph diganti f, c
diganti k, dan y diganti i, sehingga menjadi fotokopi.
• Rumusnya apa yang kita ucapkan itu yang kita tulis, apa yang kita tulis itu
yang kita ucapkan.
2. Penulisan kata Kalsel yang benar Kalsel
Adalah akronim (singkatan) yang diperlakukan seperti kata, sama seperti ABRI
dan Puskesmas.
3. Kata nasehat yang benar menurut kamus KBBI adalah nasihat, dalam kata sehat
untuk kesehatan, sedangkan nasihat tidak berasal dari sehat.
4. Tulisan Shalat duha salah karena di Indonesia tidak dikenal konsonan sh dan
dh, melainkan hanya 4, yaitu sy, ng, ny, dan kh.
Contohnya:
− Is = isyarat
− Mg = berenang
− Ny = nyanyi

3
− Kh = khusus
yang benarnya salat duha
5. Kata ijin salah yang benar adalah izin.
6. Kata presentasi salah karena yang dimaksud adalah persen, jadi ditambahkan “e”,
jadi yang benar adalah persentase, sedangkan yang ditambahkan “i” adalah
presentasi yang berasal dari kata present (hadir).
7. Kata mengubah salah karena kata dasarnya adalah “ubah” bukan “rubah”, dan kata
ubah jika bertemu imbuhan “me” akan menjadi “meng” bukan “mer”, jadi yang
benar adalah mengubah. Sama seperti kata yang berawalan huruf vocal a, i, u, o, e.
contohnya kata ambil menjadi mengambil, ikat menjadi mengikat, dan ukur menjadi
mengukur.
8. Kata hoax dilafalkan hoks, dalam Bahasa Indonesia, x diganti ks, dan jika
dimasukkan ke dalam ejaan bahasa Indonesia menjadi hoaks dilafalkan hoaks.
9. Kata resiko salah karena menurut kamus KBBI yang benar adalah risiko.
10. Kata Apotek salah karena yang benar apotek.
kelompok kata ditulis huruf kecil, kecuali nama orang, instansi, nama hari, bulan dan
tahun, dan lain-lain ditulis mengunakan huruf kapital. Keterampilan menyimak,
memahami pembicaraan/pertanyaan/petunjuk yang disampaikan.
Pertemuan keempat (4 Oktober 2021)
Apa kata absen menurut kamus KBBI? Artinya tidak hadir dan kata presensi artinya
hadir. kata serapan boleh digunakan asal benar pada tempatnya, menambahkan
kekayaan kosa kata Bahasa Indonesia (cinta bahasa).
Pertemuan Kelima (11 Oktober 2021)
Apa itu Bahasa?
Kontribusi bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
bahasa Indonesia memiliki
− multipulau
− multisuku
− multibahasa
− multibudaya

4
PPT 1
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu dan telah ditetapkan sebagai bahasa nasional
sejak para pemuda Indonesia mengikrarkan sumpahnya. Pada 28 Oktober 1928.
Mengapa Bahasa Indonesia Bahasa Melayu
Dipilih Menjadi Bahasa Indonesia
1. Di samping letak geografis yang sangat strategis, daya sebar BM sangat kuat.
2. BM sudah lama dikenal di kalangan semua suku di Indonesia dan digunakan
sebagai perantara antarsuku.
3. Mudah dipelajari tidak memiliki tingkatan seperti bahasa jawa (ngoko, kromo) atau
seperti bahasa sunda (halus, kasar).
4. Adanya kerelaan dari bahasa-bahasa lain menerima BM menjadi bahasa nasional.
5. BM mempunyai kesangupan untuk dipakai sebagai bahasa
kebudayaan. Contoh lain kata untuk belum dengan makna senada:
• Satu orang lagi yang belum mengambil uang lembur.
(artinya yang satu orang ini diharapkan untuk mengambil uang tersebut).
Penulisan kata sapaan. Setiap kata sapaan ditulis dengan huruf kapital.
Pengertian dari kata sapaan adalah bentuk menyapa orang kedua sebagai penganti
kata ganti orang kedua yang menjadi lawan bicara kita. Penulisan tanda baca harus
dipisah
Kata -nya orang ketiga.
Contoh: Ibu menjelaskan, ucapan terima kasih bukan untuk orang lain kan? tetapi
untuk orang kedua, yakni yang Anda (A pada Anda ditulis huruf kapital sebab
termasuk kata sapaan). Jadi yang betul penjelasan Ibu.
Penulisan kata Terimakasih yang benar penulisannya dipisah menjadi Terima Kasih.
Ketika mengunakan kata ganti orang pertama apakah penulisan hurufnya dengan
huruf kapital.
Contoh:

5
“Ayah” memberikan sepotong kue kepada saya”.
kata saya dalam kalimat diatas apakah mengunakan kapital atau tidak. Tidak saya
itu kata ganti, jika kata sapaan itu penganti dari kata ganti untuk lawan bicara kita.
Kamu itu kata ganti orang kedua, penganti dari kata “kamu” itu disebut kata sapaan.
Seperti:
Kamu = Anda
= Ibu
= Saudara
=Tante, Om, Paman.
Bedakan dengan:
1. Dia paman saya
2. Maaf paman, saya berangkat dulu
Paman pada kalimat kedua adalah lawan bicara kita. Berarti kata sapaan.
Pertemuan keenam (18 Oktober 2021)
PPT 2
FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
A. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai
Bahasa Nasional Fungsi:
1. Lambang kebanggaan bangsa
2. Lambang identitas nasional
3. Alat pemersatu bangsa
4. Alat perhubungan antardaerah dan antarkebudayaan.
B. Kedudukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa
Negara Fungsi:
1. Bahasa resmi kenegaraan.
2. Bahasa pengantar dalam Pendidikan.
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional.
4. Alat pengembangan kebudayaan.
C. Keterampilan berbahasa
1. Menulis

6
2. Membaca
3. Menyimak
4. Berbicara
Ke-4 aspek keterampilan di atasa disebut caturtunggal, yakin empat unsur yang
merupakan satu kesatuan. Artinya substansi setiap aspek walaupun memiliki
karakter berbeda tapi tetap terpadu. Catur berarti empat tunggal berarti satu. Jadi,
caturtunggal berarti empat unsur yang terpadu dan saling terikat.
Membaca dan menulis (dwitunggal) merupakan dua unsur yang tidak dapat
dipisahkan.
jika ada yang berbicara pasti ada yang mendengarkan, jika ada yang didengar
pasti ada yang berbicara. Jika ada yang membaca buku pasti ada yang
menulis, dan orang yang mau menulis buku itu karena sadar diperlukan oleh
pembaca. Penulisan kata yang benar
Seperti kata: (p)aham bukan (f)aham.
Pertemuan ketujuh (25 Oktober 2021)
Kata “di” sebagai kata depan penunjuk tempat. penulisannya dipisah. Sebaliknya /di/
sebagai awalan penulisannya dirangkai untuk menunjukkan kata kerja.
− dipukul
− disimak
− ditanggapi
− dipisahkan

− di depan rumah
− di kantor
− Ibu tinggal di Banjar barun
− Mahasiswa kuliah di Amuntai
− Mahasiswa bekerja di Paringin.
Penulisan kata “di’ yang benar dipisah apabila menyertakan tempat. Kata ‘nya’ yang
dipisah itu untuk tuhan tetapi harus diberi tanda hubung (-).

7
Contoh:
− hidayah-Nya
− rahmat-Nya
− kuasa-Nya
pertemuan kedelapan (1 November 2021)
Materi Diskusi:
1. Sejarah (macam) ejaan yang pernah digunakan di Indonesia
2. Pengunaan EBI Huruf Kapital
3. Pengunaan tanda baca
4. Imbuhan (afiks) Bahasa Indonesia. (macam dan makna)
5. Penulisan kata berimbuhan yang benar
6. Penulisan kata gabung yang benar
7. Imbuhan asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia
8. Kata serapan asing (cara memasukkan kata asing kedalam bahasa indonesia)
9. Kata baku
− Materi 1, (kelompok 1)
− Materi 2, dan 3 (kel 2)
− Materi 4, dan 7 (kel 3)
− Materi 5, dan 6 (kel 4)
− Materi 8, dan 9 (kel 5)
− Materi 11 (kel 6)
− Materi 13 (kel 7)
− Materi 14 (kel 8)
− Materi 13 (kel 7)
− Materi 14 (kel 8)

8
Pertemuaan kesembilan (8 November 2021)
Kelompok 1
SEJARAH (MACAM) EJAAN YANG PERNAH DIGUNAKAN DI INDONESIA
A. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia

Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van


Ophuijsen. Setelahnya, ada beberapa perubahan ejaan yang diubah oleh
pamerintah, mulai dari Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, Ejaan
Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Khasustraan
(LBK), Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), hingga Ejaan Bahasa Indonesia
(EIB).
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen
pada 1901. Ejaan ini menggunakan huruf latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda
yang diciptakan oleh Charles A. Van Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.
2. Ejaan Republik/Ejaan Soewendi
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947.Pemerintah berkeinginan
untuk menyempurnakan Ejaan Van Ophuijsen. Adapun hal tersebut di bicarakan
dalam Kongres Bahasa Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa
Indonesia I menghasilkan keuntungan ejaan yang baru yang disebut Ejaan
Republik/Ejaan Soewandi.
3. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)
kongres Bahasa Indonesia II di gelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini
digagas oleh Menteri Mohammad Yamin dalam kongres Bahasa Indonesia II ini,
peserta kongres membicarakan tentang perubahan sistem ejaan untuk
menyempurnakan ejaan soewandi.
4. Ejaan Melindo (1961-1967)
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam perjanjian Persahabatan Indonesia dan
Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang
menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bahasa tersebut
gagal karena adanya Konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
5. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesustraan (LBK)(1967-1972)
Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesustraan yang sekarang bernama Badan
Pengembangan dan pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan

9
Ejaan ini merupakan kelanjutan dari Ejaan melindo yang gagal diresmikan pada
saat itu.
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga
2015 pada masa menteri Mashuni Saleh. Ejaan ini digantikan Ejaan Soewandi yang
berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini mengalami
dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan 2009.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
Ejaan terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia melalui
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya, pemerintah
meyakini bahwa ejaan merupakan salah satu aspek penting dalam pemakaian Bahasa
Indonesia yang benar. Ejaan Bahasa Indonesia ini diresmikan pada 2015 dimasa
pemerintahan Joko Widodo dan Anies Baswedan sebagai menteri penndidikan
dan kebudayaan Republik Indonesia.
Pertemuan kesepuluh (15 November 2021)
Kelompok 2
PENGUNAAN EBI HURUF KAPITAL DAN PENGUNAAN
TANDA BACA
A. Pengertian EBI Huruf Kapital
Huruf Kapital adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus
(lebih besar dari huruf biasa). Biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari
kata pertama dalaam kalimat, huruf pertama nama diri, dan sebagainya.

B. Aturan Pengunaan Huruf Kapital


Terdapat banyak aturan-aturan yang mengatur pengunaan huruf
kapital, diantarannya:
• Huruf kapital atau huruf besar dipakai dipakai pada huruf
pertamapada awal kalimat.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

10
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
tuntuk tuhan.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaanyang diikuti nama orang.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
• Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

11
• Dari aturan-aturan tersebut, terdapat pula larangan tentang penggunaan
huruf kapital, diantaranya: huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak
diikuti nama orang.
• Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
• Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa
sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
• Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
tidak menjadi unsur nama diri.
• Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi
yang digunakan sebagai nama jenis.
• Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan
nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan,
serta nama dokumen resmi.
• Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau
penyapaan.
C. Penggunaan Tanda Baca

1. Tanda Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Tanda
titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya III. Departemen Dalam Negeri.Tanda titik dipakai memisahkan angka
jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. 1.12.08 jam (pukul 1 lewat 12
menit 8 detik). Tanda titik dipakai memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu. Misalnya 1.12.08 jam (1 jam, 12 menit, 8 detik). Tanda
titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir

12
dengan tanda tanya atau tanda sertu dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya, tetapi
tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan
kepala karangan, kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Tanda titik tidak
dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat
penerima surat.
2. Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian
atau pembilangan. Misalnya, Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Tanda koma dipakai untuk mendahului kata sambung
pertentangan di dalam kalimat, misalnya, kata sambung: tetapi,
sedangkan, namun, padahal, walaupun, dan meskipun.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimat. Misalnya, Karena hujan, kami tidak bisa
pergi ke pesta perkawinanmu.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya, Oleh
karena itu, Jadi,
Dengan demikian, dan lain-lain. Tanda titik tidak dipakai pada
akhir judul yang merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi, tabel,
dan sebagainya.
3. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya, Malam semakin larut;
pekerjaan belum selesai juga.
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya,
Ayah mengurus tanamannya di kebun; Ibu sibuk bekerja di dapur.
4. Tanda Titik Dua (:)

13
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian. Misalnya, Kita sekarang memerlukan perabot
rumah tangga: kursi, meja, tempat tidur, dan lemari. Akan tetapi, tanda
titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap untuk mengakhiri pernyataan Misalnya, Kita memerlukan meja,
kursi dan lemari. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian. Misalnya:
− Ketua

− Sekretaris

− Bendahara

Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Ibu: (meletakkan kopor) Bawa kopor ini, Mir!
Amir: Baik, Bu. (mengangkat kopor dan masuk).
Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab
dan ayat dalam kitab suci.
5. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai untuk menyambung suku-suku kata dasar yang
terpisah oleh pergantian baris atau menyambung awalan dengan bagian
kata di belakangnya/ akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian garis. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur-unsur
kata ulang. Tanda hubung dipakai untuk mengeja huruf kata yang dieja
satu per satu dan bagian-bagian tanggal. Tanda hubung boleh dipakai
untuk memperjelas:
• Hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan
• Penghilangan bagian kelompok kata
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital; ke- dengan angka, angka dengan –

14
an, dan berhuruf kapital dengan imbuhan kata dan jabatan
rangkap/Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing.

6. Tanda Pisah (-)


Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat. Tanda pisah menegaskan adanya
keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan,
tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai’.
7. Tanda Elipsis (...)
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Tanda elipsis
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
8. Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Tanda tanya dipakai di dalam
tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.
9. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
rasa emosi yang kuat.
10. Tanda Kurung ( )
Tanda kurung mengapit keterangan tambahan atau penjelasan. Tanda kurung
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan. Tanda kurung mengapit angka atau huruf
yang memerinci satu urutan.
11. Tanda Kurung Siku [ ]

15
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli. Tanda kurung siku mengapit keterangan
dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
12. Tanda Petik (“ “)
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain. Tanda petik mengapit judul syair, karangan
atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Tanda petik mengapit istilah
ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai makna khusus.
Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan.
13. Tanda Petik Tunggal (‘ ‘)
Tanda petik tunggal mengapit ketikan yang tersusun dalam petikan lain.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
ungkapan asing
14. Tanda garis miring (/)
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat serta
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin. Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, tiap.
15. Tanda penyingkat atau apostrof ‘
Tanda penyingkat atau menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun. Misal: Januari ‘09
Kelompok 3
IMBUHAN (AFIKS) BAHASA INDONESIA DAN IMBUHAN ASING
YANG DIGUNAKAN DALAM BAHASA INDONESIA
A. Pengertian Kata Imbuhan
Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata-
entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan di antara tiga imbuhan itu-untuk
membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata yang pertama.
Imbuhan berasal dari kata imbuhan yang artinya tambahan tidak banyak. Imbuhan

16
mendapat surfiks atau akhiran -an di akhir. dalam Bahasa Indonesia imbuhan
juga disebut afiks yang menjadi unsur pentig. dalam mengubah bentuk kata.
jenis kata dan maknanya.
Selain itu, dapat diartikan sebagai bentuk linguistik di dalam suatu kata
merupakan unsur langsung yang bukan kata maupun pokok kata. Imbuhan
mengubah leksem menjadi kata yang mempunyai arti lengkap. Seperti memiliki
subjek, predikat dan objek. Proses pemberian imbuhan itulah yang disebut
afiksasi. Misalnya kata dasar yang diberi kata imbuhan -an di akhir kata menjadi
“minuman”. Karena minuman merupakan bentuk kata kerja dan minuman
merupakan bentuk kata benda yang artinya pasti berbeda.
Sehingga kata imbuhan atau afiks memiliki peranan penting dalam
pembentukan kata dasar menjadi kata jadian yang sudah diberi imbuhan. Para
ahli pun memiliki pandangannya masin-masing mengenai kata imbuhan.
B. Jenis-jenis Imbuhan
− Awalan atau prefiks.
Contoh: meN-, ber-, di-, ter-, peN-, per-, se-, dan ke-.
− Sisipan atau afiks.
Contoh: -el-, -em-, -er-, -e-, dan -in-.
− Akhiran atau sufliks.
Contoh: -kan, -an, -i, dan -nya.
Konfiks atau simulfiks: berupa awalan dan akhiran yang pemakaiannya sekaligus.
Di samping itu terdapat pula imbuhan yang merupakan kata serapan dari basa
asing,
yaitu: -i: -iah: -man: -wan: -wati: -iyah: -is: -sasi: -isme.
Imbuhan tersebut diantaranya sebagai berikut:
Dari bahasa Arab: -ah, -i. funsinya sebagai pembentuk atau penanda kata sifat.
Contoh: manusiawi, alamiah, alami.
Dari bahasa Sanskerta: -man, -wan, -wati. Fungsinya sebagai pembentuk kata
benda.

17
Contoh: budiman, wartawan, peragawati.
Dari bahasa Inggris: -an, -en, -es, -if, -al. Fungsinya sebagai pembentuk kata sifat
contoh: imigran, presiden, egois, deskriptif, Formal.
Pertemuan kesebelas (22 November 2021)
Kelompok 4
A. Penulisan kata Berimbuhan yang benar
Imbuhan adalah bunyi-bunyi yang ditambahkan kepada kata dasar untuk
mengubah atau menambahkan makna pada kata dasarnya. Imbuhan-imbuhan
bisa diletakkan di awal “prefiks”, di tengah/sisipan “infiks”, akhir “suffiks” dan
awalan dan akhiran “konfiks” kata dasar.
dalam bahasa Indonesia, kata dasar yang telah mendapatkan imbuhan tersebut
dengan istilah kata berimbuhan. Adapun dari segi terminology, pengertian kata
berimbuhan adalah kata yang terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, gabungan
awalan, dan akhiran yang ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
B. Fungsi Imbuhan
1. Membentuk kata benda
2. Membentuk kata kerja
3. Membentuk kata sifat
4. Membentuk kata bilangan dan membentuk kata keterangan
C. Jenis-jenis imbuhan
1. Di awal “prefiks”
Contohnya: Me-, Ber-, Di-, Ter-, Pe-, Ke-.
2. Di tengah/Sisipan “infiks”
Contohnya: -El, -Em, -Er.
3. Di akhir “sufiks”
Contohnya: -Kan/i, -An, -Pun, -Kah.
4. Awalan akhiran “konfiks”
Contohnya: Me-kan, Pe-a,Se-nya.
a) Penulisan kata gabung berimbuhan yang benar

18
Gabungan kata menjadi salah satu unsur penting dalam penulisan Bahasa
Indonesia. Seperti Namanya, gabungan kata merupakan pengabungan antara
dua kata yang membentuk suatu kata dan makna yang baru. dalam
penulisannya gabungan kata messtilah ditilus dengan sejumlah kaidah atau tata
cara. b) Tata cara gabungan kata yang benar menurut kaidah PUEBI:
1. Gabungan kata mesti ditulis terpisah, jika gabungan kata tersebut
merupakan kata majemuk ataupun istilah khusus.
2. Gabungan kata yang berpotensi menimbulkan salah persepsi, mesti ditulis
dengan mengunakan tanda penghubung (-).
3. Penulisan gabungan kata yang terpisah mesti tetap ditulis terpisah meskipun
diberi sebuah imbuhan.
4. Jika imbuhan yang dibubuhkan adalah awalan-akhiran (konfiks),
maka gabungan kata harus ditulis secara serangkai.
5. Gabungan kata yang sudah padu mesti ditulis serangkai.
Pertemuan Kedua Belas (29 November 2021)
Kelompok 5

KATA SERAPAN ASING (CARA MEMASUKKAN KATA ASING KE DALAM


BAHASA INDONESIA) DAN KATA BAKU
A. Kata Serapan Asing
Bunyi bahasa dan kosakata merupakan unsur bahasa yang bersifat terbuka/mudah
menerima pengaruh sehingga dalam kontak bahasa proses serap-menyerap unsur
asing akan terjadi.
Hal ini terjadi bisa dikarenakan adanya kebutuhan dan kemampuan seseorang
yang kurang memahami bahasa sendiri.
Dalam proses penyerapan bahasa, pasti akan timbul perubahan-perubahan. Sebab,
tidak ada proses penyerapan yang terjadi secara utuh. Proses penyerapan terjadi
dengan beberapa penyesuaian, baik dalam ejaan antar bahasa maupun ucapan.
B. Cara memasukkan kata asing ke dalam bahasa Indonesia
1) Adopsi

19
Pemakaian bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu
secara keseluruhan.
2) Adaptasi
Pemaian bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan
atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
3) Penerjemahan
Pemakian bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing
itu, lalu kata tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
4) Kreasi
Pemakaian bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa
Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, tetapi tidak menuntut
bentuk fisik yang mirip seperti cara penerjemahan.
C. Kata baku
1. Pengertian kata baku
Kata baku adalah kata yang pengunaanya sudah sesuai dengan kaidah atau
pedoman bahasa Indonesia yang telah ditentukan.
Pengertian kata baku juga dapat didefinisikan sebagai kata yang sudah benar
dari segi aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa
Indonesia ini dikenal sebagai ejaan yang disempurnakan (EYD) atau tata
bahasa baku. Sumber rujukan untuk bahasa baku yaitu kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI).
2. Ciri-ciri kata baku
a. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan.
b. Sesuai dengan konteks kalimat yang dipakai.
c. Tidak terkontaminasi dan tidak racu.
d. Pemakaian imbuhan secara eksplisit.
3. Syarat-syarat kata baku
a. Logis.
b. Tidak ada unsur sia-sia (kata tidak diulang-ulang).
c. Tidak terpengaruh bahasa daerah.
d. Subjek jelas.
4. Funsi kata baku
a. Fungsi pemersatu

20
Yaitu bahasa baku mempersatukan makna menjadi satu
masyarakat bahasa dan dapat meningkatkan proses identifikasi
penutur atau perorangan dengan seluruh masyarakat.
b. Funsi pemberian kekhasan.
Yaitu membendakan bahasa dari bahasa lain.
c. Funsi pembawa wibawa
Pemilihan bahasa baku membawa satu wibawa atau prestasi
seseorang. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha
untuk mencapai Kesederajatan dengan peradapan lain.
d. Fungsi kerangka acuan
Yaitu untuk menerapkan pemakaiannya itu, dan kaidah menjadi dasar
benar tidaknya pemakaian bahasa itu. Oleh karena itu, kumpulan unsur
bahasa yang disebut kosakata perlu adanya pembakuan, misalnya cewek,
nggak, dan entar.
Kelompok 6
Frasa Bahasa Indonesia
A. Pengertian Frasa
Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu makna.
Frasa bersifat nonpredikat atau yang sering dijelaskan sebagai gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis (subjek, objek, keterangan, dan
pelengkap) dalam sebuah kalimat. Dalam susunan kalimat, frasa tidak bisa
dipindah atau dipisahkan, karena bisa mengubah makna kalimatnya.
Frasa adalah satuan gramtik yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonprediktif (lazim) yang terdiri atas satu kata atau lebih tidak melampaui
batas fungsi atau jabatan. Artinya sebanyak apapun kata tersebut asalkan
tidak melebihi jabatannya sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap,
ataupun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
Contoh:
• Gedung sekolah itu

21
• Yang akan pergi
• Sedang membaca
• Besok lusa
• Di depan.
Jika contoh diletakkan dalam sruktur kalimat, kedudukannya tetap pada satu
jabatan saja.

• Gedung Sekolah itu(S) luas (p).


• Dia(S) yang akan pergi (p) besok(ket).
• Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O).
• Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(p).
• Besok lusa(Ket) aku(S) Kembali(P).
• Bu guru(S) berdiri(P) di depan (Ket).
Jadi, walau terdiri atas dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi.
Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang
merupakan pemadu kalimat. Contoh lainnya:

Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.

Kalimat itu terdiri dari satu klausa, yaitu dua orang mahasiswa sedang.
Selanjutnya, klausa terdiri dari empat unsur yang lebih rendah tatarannya, yaitu
dua orang mahasiswa, sedang membaca, buku baru, dan di perpustakaan.
Unsur-unsur itu ada yang terdiri dari dua kata, yakni sedang membaca,
buku baru, di perpustakaan, dan ada yang terdiri dari tiga kata, yaitu dua orang
mahasiswa. Di samping itu, masing-masing unsur itu menduduki satu fungsi.
Dua orang mahasiswa menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi
P, buku baru menempati fungsi O, dan di perpustakaan menempati fungsi KET.
Demikianlah, unsur klausa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi itu merupakan satuan gramatik yang disebut frase. Jadi,

22
frasa ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi unsur klausa.
Subjek adalah bagian dari kalimat yang merupakan pokok pembicaraan.
Predikat adalah bagian dari kalimat yang memberikan penjelasan mengenai
apayang terjadi terhadap pokok pembicaraan itu. Objek adalah bagian kalimat
yang menjelaskan kejadian yang menyangkut pokok pembicaraan. Keterangan
adalah bagian dari kalimat yang menjelaskan mengenai dalam keadaan apa
pristiwa yang dialami pokok pembicaraan yang berlangsung.
B. Konsep Frasa
Frasa tidak dibatasi oleh jumlah kata atau panjang-pendeknya satuan. Frasa
bias terdiri dari dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata, dan seterusnya. Jadi,
ukurannya bukanlah ukuran kuantitatif kata, melainkan ukuran radional subjek dan
predikat. Berapapun panjang satian ataupun jumlah kata dalam satuan itu, jika di
pecahkan tidak menghasilkan subjek maupun predikat, maka satuan itu merupakan
frasa.
Contoh:
• Beberapa mahasiswa.
Beberapa mahasiswa baru.
Beberapa maha siswa baru Unversitas Riau.
• Di kamar.
Di sebuah kamar. Di
sebuah kamar gelap.
Dan seterusnya.
C. Jenis-Jenis Frasa
1. Frasa Eksosentris
Frasa eksosentrik adalah jenis frasa yang pada salah satu unsurnya itu
merupakan kata tugas. Frasa eksosentrik adalah frasa yang tidak memiliki
konstruksi sama seperti komponen pembentuknya.
2. Frasa Endosentris

23
Frasa endosentris adalah jenis frasa yang salah satu unsur dari keduanya
merupakan unsur inti atau pusat. Frasa endosentrik adalah frasa yang punya
distribusi sama atau setara.
Adapun macam-macam frasa endosentris dibagi menjadi 3 macam yaitu frasa
atribut, frasa apositif, frasa koordinatif.
a) Frasa atribut
Frasa atribut adalah jenis frasa endosentris yang unsur
pembentukannya menggunakan diterangkan dan menerangkan atau
menerangkan dan diterangkan.

• Ayah kandung (diterangkan dan menerangkan)


• Seekor nyamuk (menerangkan dan diterangkan)
b) Frasa apositif
Frasa apositif adalah jenis frasa yang salah satu dalam unsur
pembentukannya itu dapat/bisa digunakan sebagai pengganti dari unsur inti.
Contoh frasa apositif:
Sinta, putri Pak Badrun, berhasil menjadi polwan
c) Frasa koordinatif
Frasa koordinatif adalah jenis frasa yang unsur-unsur pembentukannya
itu memiliki peran ialah sebagai unsur inti. Contoh frasa koordinatif:
• Kakek nenek
• Warta berita
• Tua muda
D. Frasa Berdasarkan Jenis Katanya
1. Frasa Nomina
Nomina sendiri merupakan kelas kata yang tidak dapat berubah menjadi
negatif atau dibubuhi kata ‘tidak’. Umumnya adalah kata benda yang bisa
berfungsi sebagai subjek atau objek.

24
2. Frasa verba
merupakan frasa yang terbentuk dari penggabungan kata kerja dan
dapat juga dipakai sebagai pengganti kata kerja.
3. Frasa Adjektiva
Adjektiva adalah salah satu jenis frasa yang menerangkan nomina atau
kata benda. Sedangkan frasa adjektiva terbentuk dari gabungan antara dua
kata sifat atau lebih.
4. Frasa numrelia
Merupakan frasa yang bentuknya kata bilangan untuk dapat menganti
kata bilangan dalam kalimat.
5. Frasa preposisional mmerupakan frasa yang memiliki kata
depan sebagai petunjuk atau unsur penjelas.

Jenis frasa berdasarkan kesatuan makna yang terkandung:

a. Frasa biasa
Frasa biasa adalah frasa yang mempunyai makna
sebenarnya. Contoh frasa biasa: Ibu membeli sayur bayam
b. Frasa idiomatik
Frasa idiomatik adalah frasa yang memiliki makna baru atau makna yang
bukan sebenarnya (denotasi).
Contoh frasa idiomatic: Orang tua saya pergi ke luar kota
c. Frasa ambigu
Frasa ambigu adalah frasa yang mempunyai dua makna atau ganda dalam
suatu kalimat.
Contoh frasa ambigu: tangan panjang
Dalam contoh tangan panjang diatas bisa diartikan bahwa tangan
yang panjang itu adalah orang yang suka mencuri.

25
Pertemuan Ketiga Belas (6 Desember 2021)

Kelompok 7

Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang
berlaku, seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat,
memperhatikan ejaan yang disempurnakan, serta cara memilih kata yang tepat
dalam kalimat.
A. Ciri-ciri dan Contoh Kalimat Efektif
1. Kesepadanan Struktur
Ciri kalimat yang efektif dapat dilihat dari kesepadanan strukturnya. Kalimat
dengan kesepadanan setidaknya memenuhi dua unsur pembentukan kalimat,
yakni subjek dan predikat. Subjek merupakan pokok pembicaraan yang
melakukan aktivitas, bisa berupa orag, benda atau tempat. Sedangkan predikat
adalah kalimat yang menerangkan kegiatan.
Contoh:
• Dalam buku ini menjelaskan tentang biografi tokoh – bukan kalimat
efektif.
• Buku ini menjelaskan tentang biografi tokoh – kalimat efektif.
2. Kehematan Kata
Kehematan kata juga jadi ciri yang harus diperhatikan dalam kalimat efektif.
Artinya sebuah kalimat tidak boleh burus atau mengunakan kata-kata yang tidak
perlu. Sebuah kalimat harus ringkas dan tidak bertele-tele, sehingga kata yang
maknanya sama hendaknya dihilangkan.
Contoh:
• Para Siswa-Siswi sedang belajar di dalam kelas - bukan kalimat efektif.
• Siswa-Siswi sedang belajar di dalam kelas – kalimat efektif.
3. Kesejajaran Bentuk
Ciri kalimat efektif selanjutnya adalah kesejajaran bentuk. Hal ini menyangkut
soal imbuhan dalam kata-kata yang ada di kalimat, sesuai kedudukannya pada
kalimat itu. Jika bentuk pertama mengunakan nomina, maka bentuk kedua dan
selanjutnya juga mengunakan nomina, begitu pula pada jenis kata lain.

26
Contoh:
• Ibu berdagang dengan membeli dan penjualan kembali barang itu –
bukan kalimat efektif.
• Ibu berdagang dengan membeli dnan menjual Kembali barang itu
– kalimat efektif.
4. Ketegasan Makna
Suatu kalimat merupakan penekanan atau suatu perlakukan menonjol pada ide
pokok kalimat. Untuk itu, subjek tidak harus diletakkan di awal kalimat, bisa
juga Kalimat efektif harus mengandung unsur ketegasan makna. Ketegasan pada
di bagian lain untuk memberi efek penegasan.
• Kamu cucilah baju dan celana agar bersih! – bukan kalimat efektif.
• Cucilah baju dan celanamu agar bersih! – kalimat efektif.
5. Kelogisan Kalimat
Kelogisan maksudnya adalah suatu gagasan atau ide yang dapat diterima oleh
akal. Kelogisan berperan penting untuk menghindari kesan ambigu pada
kalimat. Kalimat haruslah masuk akal dan mudah dimengerti oleh pembaca agar
maknanya bisa jelas diterima.
Contoh:
• Kepada Pak Budi, waktu dan tempat kami persilahkan – bukan kalimat
efektif.
• Pak Budi kami persilahkan untuk menyampaikan pidato – kalimat efektif.
6. Kepaduan Gagasan
Ciri kalimat efektif berikutnya adalah adanya kepaduan atau kesatuan gagasan.
Hal ini berarti pernyataan dalam suatu kalimat menyampaikan informasi yang
tidak terpecah-pecah. Kalimat padu disusun secara jelas dan tidak bertele-tele
serta menghindari penggunaan kata tentang atau daripada.
• Berita itu membahas tentang penangkapan koruptor – bukan kalimat efektif.

27
• Berita itu membahas penangkapan koruptor – kalimat efektif.
7. Kecermatan Pemilihan Kata
Kalimat efektif harus memperhatikan pilihan kata yang digunakan. Hal ini
digunakan untuk menghindari adanya makna yang ambigu. Kecermatan dalam
pemilihan dan penyusunan kata menjadi penting, agar makna yang utama dapat
diterima dengan baik oleh pembaca.

• Murid sekolah yang terkenal itu mendapat nilai sempurna – bukan


kalimat efektif.
• Murid sekolah terkenal itu mendapat nilai sempurna – kalimat efektif.

Peretemuan Keempat Belas (13 Desember 2021)


Kelompok 8
Paragraf Deduktif

A. Pengertian Paragraf Deduktif


Paragraf deduktif merupakan jenis paragraf yang memiliki ide pokok pada awal
paragraf kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas untuk mendukung ide
pokok. Biasanyaa ide pokok dalam paragraf deduktif berupa pernyataan umum
yang dikemas dalam kalimat topik. Kemudian kalimat topik tersebut diikuti oleh
kalimat penjelas guna memperjelas informasi pada kalimat topik.
B. Ciri Paragraf Berpola Deduktif
1. Gagasan utama berada diawal paragraf.
Mengikuti arti kata deduktif yang berarti sesuatu yang bersifat deduksi, paragraf
deduktif meletakan gagasan utamanya pada awal paragraf. Gagasan utama ini
berisi kalimat yang akan menjelaskan isi paragraf secara luas, dan menjadi cara
untuk menjadi dasar untuk mengemabangkan isi dari paragraf.
2. Pola pengembangannya dari umum menuju khusus.
Ciri-ciri yang kedua adalah pola pengembangannya dari umum menuju khusus.
Gagasan utama yang bersifat umum akan diikuti oleh kalimat pendukung yang

28
bersifat khusus. Biasanya berisi penjelasan, contoh, ataupun bukti yang bisa
mendukung gagasan utama.
Contoh paragraf deduktif:
Tenaga kerja yang diperlukan dalam persaingan bebas adalah tenaga kerja yang
mempunyai etos kerja tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan
berkepribadian. Tenaga kerja yang pandai adalah tenaga kerja yang mempunyai
kemampuan akademis memadai sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Terampil
artinya mampu menerapkan kemampuan akademis yang dimiliki disertai
kemampuan pendukung yang sesuai untuk diterapkan agar diperoleh hasil
maksimal. Sementara itu, tenaga kerja yang berkepribadian adalah tenaga kerja
yang mempunyai sikap loyal, disiplin, dan jujur. Penjelasan contoh:

Kalimat topik paragraf tersebut adalah tenaga kerja yang diperlukan dalam
persaingan bebas tenaga kerja adalah tenaga kerja yang mempunyai etos kerja
tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian. Kalimat topik itu
kemudian dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat
penjelas itu masing-masing menguraikan butir-butir yang diperlukan untuk
mempertegas informasi dalam kalimat topik tentang etos kerja tinggi, yang
meliputi kepandaian, keterampilan, dan kepribadian tenaga kerja.
• Paragraf induktif ada yang namanya analogi, generalisasi, dan kausalitas.
• paragraf deduktif ada yang namanya silogisme, dan
pula entimem. Jadi paragraf:
1. Deduktif:
a) Analogi
b) Generalisasi
c) Kausalitas
2. Induktif
a) Silogisme
b) Entimem
3. Campuran (deduktif-induktif)

29
Perhatikan kalimat Buku adalah gudang ilmu. Dengan membaca buku, kita dapat
menguasai ilmu pengetahuan. Kita bisa tahu banyak informasi di bidang apa pun dari
buku. Jadi, memang tak salah jika buku dijuluki sebagai jendela dunia. Kalimat utama
terletak di awal paragraf “Buku adalah gudang ilmu”. … perhatikan kalimat pada
paragraf terakhir itu umum atau masih khusus?

Itu merupakan kalimat umum, karena kalimat sebelumnya juga termasuk kalimat
penjelas dari kalimat tersebut. Nama paragraf campuran, Jadi paragraf campuran
diawali dengan pernyataan umum, kemudian dijelaskan dengan kalimat khusus lalu
ditutup dengan kalimat utama yang di awal paragraf tersebut. dan boleh dengan redaksi
yang berbeda tetapi maksudnya tidak jauh berbeda tetap dengan maksud yang sama.
Pertemuan Kelima Belas (20 September 2021)
Contoh paragraf:
Air kelapa muda di samping sebagai minuman segar juga bermanfaat sebagai obat.
Daging buah kelapa muda ini lembut dan enak untuk dibuat kue. Sedikit lebih tua dapat
dijadikan manisan dengan diserut terlebih dahulu. Santan kelapa sering digunakan ibu-
ibu untuk berbagai masakan. Umbut kelapa sangat enak untuk sayur, bunganya untuk
adat mandi pengantin. Adapun tempurung kelapa difungsikan sebagai arang atau di
tangan pengrajin dapat diolah berbagai kreasi hiasan begitu pula dengan sabut kelapa
misalnya pot unik media tanaman anggrek, keset, sikat, dll. Daun muda dari tanaman ini
pun dapat dimanfaatkan untuk tempurung ketupat, juga janur. Tulang daun untuk sapu
lidi, tusuk sate, atau kerajinan lainnya. Dahan kelapa untuk kayu bakar, batang kelapa
untuk tiang atau papan bangunan. Ternyata tanaman kelapa ini sangat besar manfaatnya
bagi kehidupan manusia.

Amati data khusus dan data umum sebagai simpulan. Perhatikan bagaimana kepaduan
kalimat, kehohesian dan kekoherensiannya (hubungan antar kalimat baik dari segi
makna maupun bentuk).

30
• Setelah diamati itu meruapakan contoh dari paragraf induktif. Karena kalimat
utamanya terletak pada bagian akhir paragraf, dan contoh paragraf ini diawali
dengan kalimat-kalimat penjelas yang berupa fakta, manfaat, maupun bukti lalu
disimpulkan dalam satu kalimat pada akhir paragraf.
− Data khusus dari contoh tersebut yaitu menjelaskan tentang manfaat dari
air kelapa, umbut kelapa, tempurung kelapa, tulang daun hingga batang
kelapa.
− Sedangkan data umumnya yaitu menyebutkan tentang manfaat dari
tanaman kelapa bagi kehidupan manusia.
Sekarang bagaimana jika dijadikan paragraf deduktif? Tentu kalimat simpulan atau
gagasan utamanya, kita letakkan di awal kalimat.

Seluruh bagian tanaman kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Hal tersebut
dapat dibuktikan mulai dari, air kelapa muda selain sebagai minuman segar juga
bermanfaat sebagai obat. Daging buah kelapa muda ini lembut dan enak untuk dibuat
kue dan yang lebih sedikit tua dapat dijadikan manisan dengan serut terlebih dahulu
serta santan kelapa yang sering digunakan ibu-ibu untuk berbagai masakan. Umbut
kelapa sangat enak untuk disayur, bunganya untuk adat mandi pengantin. Adapun
tempurung kelapa difungsikan sebagai arang atau ditangan pengrajin diolah sebagai
kreasi hiasan begitu pula dengan sabut kelapa misalnya pot unik media tanaman
anggrek, keset, sikat, dll. Daun muda dari tanaman ini pun dapat dimanfaatkan untuk
tempurung ketupat juga janur. Tulang daun untuk sapu lidi, tusuk sate, atau kerajinan
lainnya. Dahan kelapa untuk tiang atau kayu bakar, batang kelapaa untuk ting atau
papan. Itulah mengapa pohon kelapa tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Jika ditutup kalimat “itulah mengapa pohon kelapa tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia” apakah masih induktif?
Bukan itu merupakan kalimat campuran karena paragraf campuran memiliki 2 kalimat
utama. Kalimat utama paragraf di mana kalimat dan di akhir paragraf di mana kalimat

31
utama di awal topik yang akan dibahas dan kalimat utama di akhir paragraf sebagai
restating atau penegas. Tambahaan kalimat terakhir menyebabkan paragraf itu menjadi
campuran (deduktif-induktif).
Dalam penilaian bahasa, jawaban benar belum berarti sempurna. Kesempurnaan akan
didapat jika pengunaan bahasa juga benar. Misalnya dalam penulisan diletakan (salah)
diletakkan (benar) di+letak+kan
diawal = di awal
diakhir = di akhir.
Bagaimana cara mengetahui kata bahwa itu kata depan jawabnya, jika menunjukkan
tempat. Di awal dan di akhir paragraf itu menunjukkan tempat. Misalnya kita dapat
mengujinya dengan pertanyaan di mana tempatnya? Jawabnya “di awal paragraf”. Salat
itu lebih baik dilaksanakan di awal waktu.
Apakah sudah benar kalimat di atas?
Salat itu lebih baik dilaksanakan pada awal waktu.
Pada malam yang senyap, ibadah terasa nikmat.
Matahari berwarna merah jingga pada waktu senja hari.
− di waktu
− di pagi hari
− di sore hari
− di malam yang gelap
(kata depan/di/dalam penunjukkan waktu biasanya digunakan dalam bahasa sastra).
Kamis (23 Desember 2021)
Sesungguhnya, ada yang dinamakan silogisme dan entimem.
Termasuk dari bagian dari deduktif.
Paragraf
1. Induktif
a) Generalisasi
b) Analogi
c) Kausalitas

32
2. Deduktif
a) Silogisme
b) Entimem/silogisme yang diperpendik
3. Campuran (deduktif-induktif)

Semua mahasiswa yang ingin lulus matakuliah bahasa Indonesia wajib memeroleh nilai
akhir minimal 41-60 dengan kategori C. (pernyataan umum) Andrian seorang
mahasiswa ingin lulus pada mata kuliah bahasa Indonesia. (pernyataan khusus).
Andrian wajib memeroleh nilai akhir minimal.
Kalimat pertama gagasan utamanya mahasiswa ingin lulus. Kalimat kedua dibuat lebih
spesifik/data lebih khusus bagian dari data umum, yakni pilih salah satu mahasiswa
(amati contoh ibu pada kalimat satu). Kalimat tiga, merupakan kesimpulan yang didapat
dari dua pertanyaan di atas.
Dalam kalimat “Andrian wajib memperoleh nilai akhir minimal”. Kata yang tepat
apakah memang “memeroleh” atau “memperoleh”.
Kata dasarnya peroleh, bertemu dengan me-mk konsonan/p/pada kata dasar luluh.
• Paham = memahami bukan mempahami
• pukul = memukul bukan mempukul
• pikir = memikirkan bukan mempikirkan
• periksa = memeriksa bukan memperiksa
• pakai = memakai bukan mempakai
membedakan kelompok kata:
• sekarang = memprakarsai bukan memerakarsai
• protes = memprotes bukan memerotis
• proses = memproses bukan memperoses
• prihatin = memprihatinkan bukan memerihatikan
• prediksi = memprediksi bukan memerediksi
• praktik = memperaktikkan bukan memeraktikkan

33
membedakannya dilihat dari huruf kedua, misalnya pada kata “paham” huruf kedua
pada kata paham adalah huruf vokal, sedangkan kata “proses” itu tidak. Itu namanya
kluster. Me- atau pe- bertemu kluster (konsonan k,t,s,p) seperti/pr/,/kl/,/kr/,tr/,st/ maka
tidak mengalami peluluhan.
Contoh: propaganda, klasifikasi, kredit, tradisi, stop menjadi mempropagandakan,
mengkredit, mentradisi, menstop.
Penjelasan ibu pada awal-awal perkuliahan.
• bom = (menge)bom
• pel = (menge)pel
• sah = (menge)sahkan
• las = (menge)las
• bor = (menge)bor
• bel = (menge)bel
• rem = (menge)rem

masih ingatkah alasanya me + rem menjadi mengerim?


Pada kata rem bertemu/r/, yakni me+rem menjadi me+(nge)rem.
Bandingkan me+rampas menjadi merampas.
Contoh lainnya:
• merembes
• merentak
• merusak
kesimpulannya mengapa me+rem menjadi menge(rim) dan me+rembes
menjadi me(rembes)?
Karena rem termasuk kata dasar bersuku satu, dan rembes termasuk kata
dasar bersuku dua.
• me+ (kata dasar bersuku satu) = menge
• me+ (kata dasar bersuku dua) = me
• me+ (kata dasar yang di awali huruf vokal) = meng

34

Anda mungkin juga menyukai