Anda di halaman 1dari 64

PETUNJUK PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

IRMA RAHMAWATI, M.Pd.

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI BANDUNG
Jalan Rancabolang No. 104, Kompleks Margahayu Raya Kota Bandung
Telp : (022) 87303963 / Fax  : (022) 7509431
email : info@akfarbumsil.ac.id / akfarbumsilbdg@gmail.com
KATA PENGANTAR

Buku petunjuk praktikum ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa


sebagai panduan dalam melaksanakan praktikum Kimia Dasar, untuk mahasiswa
program studi D3 Farmasi Akademi Farmasi Bumi Siliwangi Bandung. Dengan adanya
buku petunjuk praktikum ini diharapkan akan membantu dan mempermudah
mahasiswa dalam memahami dan melaksanakan praktikum Kimia Dasar sehingga akan
memperoleh hasil yang baik.
Materi yang dipraktikumkan merupakan materi yang sesuai dengan konsep teori
Kimia Dasar dan diharapkan dapat memberikan bekal untuk materi lanjutannya. Untuk
itu dasar teori yang didapatkan saat perkuliahan akan sangat membantu mahasiswa
dalam melaksanakan praktikum Kimia Dasar ini. Buku petunjuk ini masih dalam proses
penyempurnaan. Perbaikan akan terus dilakukan demi kesempurnaan buku petunjuk
praktikum ini dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga buku
petunjuk ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Agustus 2020

Penyusun

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
TATA TERTIB LABORATORIUM KIMIA..................................................................iii
LAPORAN DAN PENILAIAN PRAKTIKUM...............................................................iv
ATURAN KESELAMATAN LABORATORIUM KIMIA................................................1
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA..............................................................5
TEKNIK LABORATORIUM.....................................................................................13
KEGIATAN PRAKTIKUM.......................................................................................20
MODUL 1 DASAR-DASAR PRAKTIKUM.................................................................20
1. Pembuatan Larutan dengan Berbagai Konsentrasi........................................20
2. Pemeriksaan Pendahuluan Zat Kimia.............................................................23
MODUL 2 ANALISIS KUALITATIF : ANALISIS KATION DAN ANION.........................29
1. Analisis Kation................................................................................................29
2. Analisis Anion.................................................................................................35
MODUL 3 ANALISIS KUANTITATIF : METODE TITRASI...........................................41
1. Analisis Kimia Dengan Titrasi Penetralan (Alkali-Asidimetri)..........................41
2. Analisis Kimia Dengan Titrasi Reduksi Oksidasi (Permanganometri)............47
3. Analisis Kimia Dengan Titrasi Pengendapan (Argentometri).........................51

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................56

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | ii


TATA TERTIB
LABORATORIUM KIMIA

1. Setiap peserta harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan. Apabila
peserta terlambat lebih dari 15 (lima belas) menit dari waktu yang telah
ditentukan, maka mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari
itu dan diwajibkan mengikuti praktikum pada hari lain (inhal untuk percobaan
tersebut).
2. Setiap peserta wajib membuat jurnal dan laporan praktikum yang formatnya
sudah ditentukan dan ditandatangani dosen setelah selesai suatu praktikum.
Jurnal praktikum dikumpulkan paling lambat 2 hari sebelum praktikum
dilaksanakan, sedangkan laporan dikumpulkan paling lambat 1 minggu setelah
praktikum atau sesuai kesepakatan dengan dosen/asisten.
3. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai sepatu tertutup (dilarang
mengenakan sandal atau sepatu sandal) dan jas praktikum berwarna putih dan
dikancingkan dengan rapi.
4. Setiap peserta harus mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam keadaan
bersih dan kering. Sebelum meninggalkan ruang praktikum, peserta harus
mengembalikan botol-botol bahan kimia yang telah ditutup rapat ke tempat
semula.
5. Setiap peserta harus menjaga kebersihan Laboratorium, bekerja dengan tertib,
tenang dan teratur. Selama mengikuti praktikum, peserta harus bersikap sopan,
baik dalam berbicara maupun bergaul.
6. Jika ada alat-alat yang rusak atau pecah dan terjadi kecelakaan sekecil apapun,
seperti terkena pecahan kaca atau terbakar, segera laporkan kepada
dosen/asisten.
7. Setiap peserta harus melaksanakan semua mata praktikum dan mematuhi budaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
8. Dilarang membawa atau mengkonsumsi makanan dan minuman di dalam
laboratorium.
9. Bagi mereka yang tidak mengikuti praktikum pada hari yang telah terjadwal,
diperbolehkan inhal (menunda praktikum) apabila memenuhi persyaratan yang
ada, dan dengan mengirim surat permohonan praktikum inhal kepada Dosen yang
mengampu.
10. Apabila peserta praktikum melanggar hal-hal yang telah diatur di atas maka yang
bersangkutan dapat dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan untuk
melanjutkan praktikum pada hari itu. Kegiatan praktikum dinyatakan batal dan
tidak diijinkan untuk inhal.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | iii


11. Hal-hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum
akan diatur kemudian.

LAPORAN DAN PENILAIAN PRAKTIKUM

1. Laporan dibuat dengan format yang telah ditentukan, yaitu:


a. Cover laporan
b. Judul
c. Tujuan
d. Dasar Teori
e. Alat dan bahan
f. Prosedur
g. Hasil pengamatan
h. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi
i. Diskusi dan Pembahasan
Bagian ini memuat interpretasi data yang diperoleh selama percobaan
berlangsung. Pernyataan bahwa prosedur yang telah dilakukan adalah metoda yang
benar atau tidak dapat dinyatakan pada bagian ini. Apabila tidak, berikan saran
perbaikan. Bagian ini memuat diskusi kemungkinan kesalahan yang terjadi dan
bagaimana kesalahan mempengaruhi hasil secara keseluruhan. Penjelasan terhadap
setiap perubahan yang telah dicatat pada pengamatan, kesesuaian capaian
percobaan dengan tujuan percobaan, dan bukti-bukti pendukung berupa reaksi-
reaksi diberikan pada bagian ini. Kualitas sebuah laporan tidak tergantung pada
jumLah lembar tulisan tetapi pada substansi dan kejelasan hal yang dibahas.
j. Kesimpulan
k. Daftar pustaka
2. Laporan harus diserahkan kepada asisten/laboran yang bertugas paling lambat satu
minggu setelah praktikum.
3. Apabila peserta tidak menyerahkan laporan dan jurnal, maka peserta tidak
diperkenankan untuk mengikuti praktikum selanjutnya.
4. Penilaian akhir ditentukan dengan hasil berikut :
a. Laporan akhir praktikum 20%
b. Jurnal praktikum 10%
c. Pretest/Postest 15%
d. Ujian Tengah Semester 20%
e. Ujian Akhir Semester 35%

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | iv


ATURAN KESELAMATAN
LABORATORIUM KIMIA

Praktikum Kimia Dasar merupakan praktikum yang dilaksanakan di


laboratorium kimia dengan aktivitas yang sebagian besar melibatkan bahan
kimia. Bahan kimia terdiri dari berbagai ragam dengan karakter yang sangat
bervariasi dan bahkan beberapa di antaranya banyak yang memiliki risiko bahaya.
Untuk menghindari bahaya bahan kimia hendaknya para mahasiswa dapat
memahami dan mengimplementasikan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di laboratorium kimia.
Keterampilan bekerja di laboratorium dapat diperoleh mahasiswa melalui
kegiatan praktikum. Semakin sering dan serius mahasiswa bekerja di
laboratorium maka mereka akan semakin terampil. Keterampilan ini sangat
diperlukan untuk mendukung kelancaran penelitian tugas akhir atau bahkan sebagai
penunjang kelancaran tugas apabila sudah terjun ke dunia kerja suatu saat nanti.
Mahasiswa, Laboratorium, dan praktikum seolah menjadi suatu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Di sisi lain laboratorium merupakan tempat yang sangat
mengerikan. Karena di dalam laboratorium berisi berbagai alat dan bahan kimia
yang sangat potensial menimbulkan bahaya.
Kemungkinan bahaya tersebut di antaranya adalah akibat adanya bahan-
bahan kimia yang bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) baik karena
uapnya atau karena paparan bahan tertentu di kulit, bahaya kebakaran, bahaya
keracunan, serta pontensi bahaya lainnya. Di samping hal itu orang yang bekerja di
laboratorium (praktikan, laboran, dan lainnya) dihadapkan pada pekerjaan dengan
resiko yang besar, yang disebabkan karena dalam setiap percobaan digunakan:
1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar,
korosif, karsinogenik, dan beracun.
2. Alat-alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh kita.
3. Alat-alat listrik seperti: kompor listrik, oven, lampu pemanas, lampu UV
dan lain sebagainya, yang menyebabkan terjadinya sengatan listrik.
4. Penangas air atau minyak yang bersuhu tinggi yang dapat terpercik.
Untuk menghindari kecelakaan kerja yang mungkin terjadi, mahasiswa
hendaknya menggunakan alat perlindungan diri sesuai ketentuan. Pada table 1
berikut disajikan beberapa alat perlindungan diri yang wajib digunakan peserta
praktikum.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 1


Tabel 1. Alat Pelindung Diri (APD) Laboratorium Kimia
Bagian Tubuh yang
Alat Gambar
Dilindungi
Mata Kacamata Pelindung
(Goggle)

Pernapasan Masker Partikulat

Tangan Sarung Tangan Latex


(sekali pakai, hanya
untuk zat kimia non
korosif)

Tangan Sarung Tangan Nitril


(tahan zat kimia yang
bersifat korosif)

Badan Jas Laboratorium


(lengan panjang)

Kaki Sepatu (Full cover,


anti slip)

Adanya potensi bahaya ini tidak harus ditakuti secara berlebihan


dengan selalu menghindari kegiatan praktikum atau bersifat pasif di dalam

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 2


setiap acara praktikum. Namun kita harus bertindak lebih aktif dan mencari
tahu setiap potensi bahaya yang dapat timbul di dalam laboratorium agar kita
selalu waspada dan berhati-hati dalam setiap tindakan agar selalu terhindar
dari setiap bahaya yang dapat terjadi kapan saja. Hal-hal yang seharusnya kita
lakukan pada saat bekerja di laboratorium antara lain adalah:

A. Persiapan
1. Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) apa yang akan dikerjakan pada
acara praktikum, dengan mambaca petunjuk praktikum, mengetahui tujuan
dan cara kerja serta bagaimana data percobaan akan diperoleh, mengetahui
hal-hal atau tindakan yang harus dihindarkan, misalnya menjauhkan bahan
yang mudah terbakar dengan sumber api, membuang sampah dan limbah
praktikum pada tempat yang telah ditentukan dan sebagainya.
2. Mengetahui sifat-sifat bahan yang akan digunakan apakah bersifat mudah
terbakar, bersifat racun, karsinogenik atau membahayakan dan sebagainya,
sehingga dapat terhindar dari potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari
bahan kimia yang digunakan.
3. Mengetahui alat dan bagaimana merangkai alat serta cara kerja alat yang
akan digunakan.
4. Mempersiapkan peralatan pelindung tubuh seperti, jas laboratorium berwarna
putih lengan panjang, kacamata goggle, sarung tangan karet, sepatu, masker,
dan sebagainya sesuai kebutuhan praktikum.
5. Skema pembagian waktu kerja dibuat sebelumnya, meliputi urutan kerja yang
akan dilakukan. Apa yang dikerjakan lebih dulu dan seterusnya, mana yang
dapat dikerjakan bersam-sama dan sebagainya.
6. Sebelum bekerja hal-hal yang kurang jelas ditanyakan pada dosen.

B. Tahap pelaksanaan
1. Mengenakan peralatan pelindung tubuh dengan baik.
2. Bekerjalah dengan tenang dan hati-hati, teliti bersih dan hemat, tetapi juga
cepat.
3. Mengambil dan memeriksa peralatan dan bahan yang akan digunakan.
4. Merangkai alat yang digunakan dengan tepat, dan mengambil bahan kimia
secukupnya. Penggunaan bahan kimia JANGAN SAMPAI BERLEBIHAN karena
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
5. Membuang sisa percobaan pada tempatnya sesuai dengan sifat sisa bahan
yang digunakan.
6. Ingat kepentingan peserta praktikum yang lain. Kembalikan botol-botol segera
ketempat semula supaya mudah dicari, jangan merebut botol yang sedang
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 3
diperlukan orang lain. Sebaliknya jangan terlalu lambat bekerja sehingga
terpaksa peserta praktikum lain menunggu lama. Sabar menunggu giliran
mempergunakan sesuatu yang diperlukan. Jangan membuat bahaya peserta
lain seperti terkena api, cara pemanasan larutan dan sebagainya.
7. Berbicara seperlunya, perhatikan dengan seksama proses kimia pada
praktikum, dilarang bersenda gurau.
8. Tutup botol segera dipasang kembali pada botolnya untuk menghidari
kekeliruan yang dapat merusak kemurnian isi botol (kontaminasi).
9. Bahan-bahan bakar yang pekat jangan langsung dibuang disaluran atau di
bak air, tetapi diencerkan dulu dengan air dari kran. Setelah membuangnya,
bukalah kran secukupnya untuk menghilangkan daya bahan-bahan pekat
tersebut.
10. Kertas saring dan bahan padatan lainnya dibuang ke tempat sampah.
11. Hematlah penggunaan api, air dan bahan kimia. Api tidak dipasang lebih
besar daripada yang diperlukan, air kran dan air destilasi, serta bahan kimia
untuk reaksi atau pembilas, dipakai seperlunya saja.
12. Jika suatu bahan kimia atau alat digunakan peserta lain, carilah pekerjaan
lain sehingga waktu tidak terbuang untuk menunggu (dalam hal ini perlu
dibuat pembagian waktu yang fleksibel dan harus diketahui betul-betul bahan
yang akan dilakukan).
13. Catatan-catatan pengamatan harus singkat, tegas tetapi jelas dan lengkap.
Catatan panjang lebar dapt menghilangkan gambaran tentang isi keseluruhan
pengamatan).
14. Gunakan waktu yang luang untuk menyusun laporan praktikum (menyalin
konsep laporan, perhitungan-perhitungan dan sebagainya).

C. Tahap pasca pelaksanaan


1. Bersihkan alat-alat, meja dan lain-lain Kembalikan peralatan dan bahan yang
digunakan sesuai posisi semula.
2. Hindarkan bahaya yang mungkin terjadi dengan mematikan peralatan listrik,
kran air, menutup tempat bahan kimia dengan rapat (dengan tutupnya
semula).
3. Periksalah apakah tidak ada kerusakan bila ada segera dilaporkan kepada
dosen atau asisten.
4. Tunggulah ditempat masing-masing. Dosen atau asisten akan berkeliling
mengumpulkan buku jurnal dan memeriksa kebersihan alat-alat.
5. Keluarlah dari laboratorium dengan tertib.
PENGENALAN ALAT DAN BAHAN KIMIA

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 4


A. Pengenalan Alat Laboratorium Kimia
Berikut merupakan daftar beberapa alat kimia yang dipergunakan dalam
beberapa praktikum Kimia Dasar beserta kegunaannya masing-masing :
1 2 3

Batang Pengaduk Bosshead Botol Cuci


Batang kaca yang digunakan sebagai Dipasang pada batang statif, untuk Digunakan untuk membilas atau
pengaduk. Salah satu ujungnya pipih memegang batang klem/cincin mencuci alat-alat gelas seperti buret,
dan dapat digunakan sebagai sendok. bertangkai. tabung reaksi, dan gelas kimia.
Biasanya diisi dengan air suling.
4 5 6

o
Buret Pipa Kaca Bengkok, 110 Neraca Analitik
Digunakan untuk titrasi larutan Terbuat dari gelas borosilikat. Alat ini berfungsi untuk menimbang
(menentukan konsentrasi suatu zat Diapasang pada sumbat karet, bahan dengan ketelitian tinggi
melalui reaksi dengan zat yang untuk mengalirkan gas yang (0.0001 gram). Serta digunakan
diketahui konsentrasinya). dihasilkan pada suatu reaksi kimia. untuk menimbang bahan kimia
dalam proses pembuatan larutan
untuk uji kuantitatif dan proses
standarisasi. Selain itu berfungsi
untuk menimbang sampel / bahan
dalam analisis kuantitatif. Neraca
analitik jenis ini yang sering
digunakan di laboratorium kimia.
7 8 9

Corong Dasar Statif Kaki Statif


Digunakan untuk menyaring zat. Dudukan untuk memasang batang Penyangga statif. Dihubungkan
Sebelum penyaringan, di dalam statif. dengan dasar statif dengan
corong telah diletakkan kertas saring. menggunakan batang statif
pendek/panjang.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 5


10 11 12

Erlenmeyer (Dengan Pipa


Batang Statif Erlenmeyer
Samping)
Batang logam yang terbuat dari Digunakan untuk tempat Digunakan sebagai tempat
stainless. Dipasang pada dasar statif berlangsungnya reaksi kimia, berlangsungnya reaksi,
atau kaki statif. Tersedia dalam 2 misal pada saat titrasi. misalnya reaksi-reaksi yang
ukuran panjang, 250 mm dan 500 menghasilkan gas. Pipa
mm. samping dapat dihubungkan
dengan selang/pipa alir.
13 14 15

Gelas Kimia Kaca Arloji Kaki Tiga

Sebagai wadah untuk zat-zat kimia Digunakan untuk menyimpan zat Digunakan sebagai
pada saat kita melakukan praktikum. yang akan dikeringkan. Dapat juga penyangga, berkaki tiga,
Dapat juga digunakan sebagai digunakan sebagai wadah zat saat terbuat dari batang besi dicat
wadah untuk memanaskan zat kimia. penimbangan. hitam. Tersedia dalam
Tersedia dalam berbagai ukuran berbagai ukuran tinggi,
volume. disesuaikan dengan tinggi
pembakar yang digunakan.

16 17 18

Kawat Kasa Klem Buret Klem Universal

Ukuran kasa 140 x 140 mm, Digunakan untuk memegang Untuk memegang alat-alat
digunakan sebagai alas bagi alat-alat buret saat melakukan titrasi. Klem laboratorium. Dipasang pada
gelas pada saat melakukan dipasangkan pada statif. bosshead yang telah terpasang
pemanasan di atas kaki tiga. pada batang statif.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 6


19 20 21

Labu Volumetrik Lumpang dan Alu Neraca 311 g


Digunakan dalam pembuatan larutan Terbuat dari porselen, digunakan Digunakan untuk menimbang
dengan volume dan konsentrasi untuk menghancurkan dan zat-zat kimia yang berbentuk
tertentu. Tersedia dalam berbagai menghaluskan zat padat yang padatan.
ukuran volume. berbentuk bongkahan. Sebelum menimbang, pastikan
skala timbangan berada pada
posisi nol.
22 23 24

Pembakar Spiritus Pemegang tabung reaksi Pinggan Penguap


Merupakan sumber api dengan Untuk memegang tabung reaksi Digunakan untuk menguapkan
bahan bakar spiritus. Wadah terbuat pada saat melakukan pemanasan larutan atau mengeringkan zat
dari logam, ada juga yang terbuat atau kegiatan lain dalam padat yang basah.
dari kaca. Lengkap dengan penutup laboratorium, alat dijepitkan
sumbu, sumbu kain, dan pengatur dekat mulut tabung reaksi.
ketinggian sumbu.
25 26 27

Pipa Alir Pipet Filler Pipet Ukur (Pipet Mohr)


Alat untuk mengalirkan gas yang Digunakan untuk memompa Untuk mengukur dengan teliti
dihasilkan oleh suatu reaksi kimia. cairan agar masuk ke dalam pipet volume berbagai zat cair. Pipet
volumetrik atau pipet ukur. dilengkapi dengan skala.
Tersedia dalam berbagai
ukuran volume.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 7


28 29 30

Pipet Tetes Plat Tetes Rak Tabung Reaksi


Digunakan untuk memindahkan Terdiri dari 12 lekukan, digunakan Terbuat dari kayu atau plastik,
beberapa tetes zat cair. Terbuat dari misalnya untuk menguji digunakan untuk meletakkan
kaca dengan ujung karet untuk keasaman larutan. Dengan alat tabung reaksi.
menghisap cairan. ini, pemakaian bahan menjadi
hemat.
31 32 33

Tang krus Silinder Ukur Spatula


Digunakan untuk memegang alat Digunakan untuk Berfungsi sebagai sendok
kimia atau benda yang panas, misal mengukur/menakar volume untuk mengambil zat padat
krus atau pinggan penguap porselen. cairan. Tidak digunakan untuk dari dalam botol reagen.
Tidak digunakan untuk memegang melarutkan/melakukan reaksi Terbuat dari plastik atau
alat-alat yang terbuat dari gelas kimia. Tersedia dalam berbagai logam.
Terbuat dari logam tahan karat atau ukuran volume.
besi tempa yang dicat.
34 35 36

Sikat Pipet Volume (Gondok) Sumbat Karet


Digunakan untuk membersihkan alat- Digunakan untuk mengambil Untuk menyumbat mulut
alat kimia, misal tabung reaksi atau larutan dengan volume tepat peralatan gelas yang sempit
buret. Sikat yang pendek digunakan sesuai dengan label yang tertera seperti tabung reaksi,
untuk membersihkan tabung reaksi pada bagian yang erlenmeyer, dll.. Memiliki satu
atau peralatan gelas lainnya. Sikat menggelembung (gondok) pada atau dua lubang atau tanpa
yang panjang digunakan untuk bagian tengah pipet. lubang. Lubang dapat
membersihkan buret. digunakan untuk memasang
pipa alir atau pipa kaca.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 8


37 38 39

Tabung Reaksi Kertas Saring Termometer


Terbuat dari kaca borosilikat dan Digunakan Untuk menyaring Digunakan untuk mengukur
digunakan sebagai wadah untuk larutan suhu larutan. Berisi air raksa
mereaksikan zat-zat kimia atau atau alkohol dengan skala
memanaskan zat-zat kimia. Tahan pembacaan suhu dari
terhadap panas. Tersedia dalam -10 sampai 110oC.
berbagai ukuran.
40 41 42

Bunsen Burner Hot Plate Oven


Merupakan sumber api dengan Alat ini biasa digunakan untuk Biasanya digunakan untuk
bahan bakar gas. Api yang dihasilkan memanaskan larutan di dalam mengeringkan peralatan gelas
lebih panas dari pembakar spirtus, proses analisa air, lemak dan lain laboratorium, zat-zat kimia
sehingga pemanasan zat akan lebih sebagainya. selain itu juga untuk maupun pelarut organik. Dapat
cepat, dan baik untuk uji warna memanaskan aquadest atau pula digunakan untuk
nyala zat kimia. pelarut lainnya dalam pembuatan mengukur kadar air.
larutan.

B. Pengenalan Bahan Kimia


Setiap bahan kimia memiliki sifat dan bahaya masing-masing. Pengenalan akan
sifat dan akibat/bahaya yang dapat ditimbulkan bahan kimia sangatlah penting agar
kita dapat berhati-hati dalam menggunakannya. Pengenalan ini akan membuat kita
tidak ragu dalam melakukan percobaan di laboratorium.
Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, mudah terbakar, berbahaya, iritan,
mudah teroksidasi, mudah meledak, berbahaya bagi lingkungan, atau gabungan
dari beberapa sifat tersebut. Setiap sifat ini dilambangkan oleh simbol tertentu.
Biasanya simbol ini tertera di setiap label kemasan/botol zat kimia disertai dengan
keterangan sifat dan akibat/bahaya yang dapat ditimbulkannya.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 9


Simbol berbahaya
Toxic (sangat beracun) Bahan ini dapat menyebabkan kematian
atau sakit serius bila masuk ke dalam
Huruf kode: T+ tubuh melalui pernapasan, pencernaan
atau melalui kulit

Corrosive(korosif)

Bahan ini dapat merusak jaringan hidup,


Huruf kode: C
menyebabkan iritasi kulit, dan gatal.

Explosive (bersifat
mudah meledak)
Bahan ini mudah meledak dengan
Huruf kode: E adanya panas, percikan bunga api,
guncangan atau gesekan.

Oxidizing
(pengoksidasi) Bahan ini dapat menyebabkan
kebakaran. Bahan ini menghasilkan
Huruf kode: O
panas jika kontak dengan bahan organik
dan reduktor.

flammable (sangat
mudah terbakar)
Bahan ini memiliki titik nyala rendah dan
Huruf kode: F bahan yang bereaksi dengan air untuk
menghasilkan gas yang mudah terbakar.

Harmful (berbahaya)
Bahan ini menyebabkan luka bakar pada
Huruf kode: Xn
kulit, berlendir dan mengganggu
pernapasan.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 10


1. Penyimpanan Bahan Kimia
Hal lain yang perlu diperhatikan tentang bahan/zat kimia adalah cara
penyimpanannya. Zat padat disimpan dalam botol reagen bermulut lebar sedangkan
zat cair disimpan dalam botol reagen dengan mulut sempit. Bahan pembuat botol
reagen pun bermacam-macam, ada botol reagen yang terbuat dari kaca
(bening/gelap) atau dari plastik. Botol dari kaca bening biasanya digunakan untuk
menyimpan zat kimia/larutan biasa sedangkan botol kaca berwarna gelap digunakan
untuk menyimpan zat-zat kimia yang peka terhadap cahaya, misalnya larutan I2.
Botol reagen tersedia dalam berbagai ukuran volume, misal 100 ml, 250 ml, hingga
1000 ml.
Berikut merupakan beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penyimpanan dan pemeliharaan bahan-bahan kimia :
1. Botol-botol yang berisi bahan kimia disimpan di rak. Botol-botol berukuran
besar disimpan di bagian bawah tempat penyimpanan.
2. Jangan menyimpan zat kimia berbahaya pada posisi lebih tinggi dari bahu.
3. Rak penyimpanan harus kuat.
4. Ruang penyimpanan bahan-bahan kimia dilengkapi dengan ventilasi yang
baik.
5. Zat-zat yang tidak tahan panas (bertitik didih rendah) disimpan jauh dari
sumber panas dan tidak dekat pintu.
6. Zat berbahaya tidak disimpan berdekatan untuk menghindarkannya dari
kemungkinan terjadinya reaksi yang tidak diinginkan.
7. Jangan mengisi botol reagen sampai penuh.
8. Botol reagen dengan tutup dari kaca tidak digunakan untuk menyimpan
zat kimia yang bersifat basa.
9. Buatlah label nama zat, konsentrasi, dan tanggal pembuatan serta klasifikasi
bahaya yang dapat ditimbulkannya lalu tempelkan pada badan botol reagen.
10. Label zat yang rusak harus segera diganti dengan yang baru.
11. Saat menuangkan zat kimia yang berbentuk cair dari dalam botol reagen,
peganglah botol pada bagian label zat. Hal ini dimaksudkan agar jika cairan
menetes ke badan botol tidak menyebabkan label zat menjadi basah dan
rusak.
12. Zat-zat padat dalam botol reagen diambil dengan menggunakan spatula.
13. Jangan memasukkan kembali zat kimia yang telah dituang/dikeluarkan dari
botolnya. Ambil zat kimia seperlunya.

2. Pembuangan Sisa Bahan Kimia


Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 11
Saat selesai melakukan praktikum, tugas terakhir yang harus dilakukan adalah
membersihkan peralatan yang sudah dipakai dan membuang sisa-sisa bahan kimia
yang telah digunakan. Bahan kimia ini tidak dapat dibuang begitu saja ke lingkungan
karena masing-masing bahan kimia memiliki bahaya yang berbeda bagi lingkungan.
Beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam pembuangan sisa bahan kimia
adalah:
1) Semua sisa bahan kimia yang mengandung senyawa organik halida harus
dibuang dalam wadah khusus. Senyawa yang mengandung halida
memerlukan pengolahan khusus sebelum dibuang ke lingkungan.
2) Bahan-bahan kimia yang beracun dibuang dalam wadah/botol terpisah
dan diberi label yang bertuliskan zat-zat yang dibuang dalam wadah
tersebut.
3) Logam-logam berat dibuang dalam wadah/botol terpisah dan diberi label
yang bertuliskan jenis-jenis logam yang dibuang dalam wadah tersebut.
4) Semua sisa bahan organik dibuang dalam wadah/botol terpisah. Sisa bahan
kimia yang berbentuk padatan tidak boleh dibuang dalam bak cuci tetapi
dikumpulkan dalam wadah terpisah yang diberi label.
Beberapa bahan kimia lain dapat dibuang langsung ke dalam saluran air
sambil dialiri air dari kran sebanyak 10 hingga 20 kali lipat volume larutan
yang dibuang. Hal ini dapat dilakukan asalkan bahan-bahan tersebut tidak
beracun, tidak mudah terbakar, sangat mudah larut dalam air, dan
biodegradable (dapat terurai secara alami).

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 12


TEKNIK LABORATORIUM

A. Cara Memindahkan Padatan


Gunakan spatula untuk mengambil zat padat dari dalam botol
reagen/wadah lainnya. Sebelum digunakan, spatula dibersihkan terlebih dahulu
dengan air lalu dikeringkan. Jika zat padat yang diambil dari dalam botol reagen
bersisa, jangan dimasukkan kembali ke dalam botol reagen karena dapat
menimbulkan kontaminasi. Zat padat yang tersisa disimpan dalam wadah lain atau
dibuang.

B. Cara Memindahkan Cairan


Tuangkan cairan/larutan dalam botol reagen dengan memegang botol reagen
pada bagian botol yang tertempel label zat. Hal ini dimaksudkan agar jika ada
cairan yang menetes di badan botol tidak mengenai atau merusak label zat. Saat
membuka tutup botol reagen usahakan tutup botol tidak berada jauh dari
botolnya. Hal ini untuk mencegah tertukarnya tutup botol dengan tutup botol
reagen yang lain.
Larutan dalam botol dituang perlahan ke dalam gelas kimia/wadah lainnya
dengan cara mengalirkannya di dinding bagian dalam dari gelas kimia sehingga tidak
ada larutan yang terpercik atau menetes keluar. Larutan dalam gelas kimia yang
hendak dituang ke dalam gelas kimia lain/labu volumetrik/wadah lainnya dapat juga
menggunakan bantuan batang pengaduk. Letakkan batang pengaduk di dekat mulut
gelas kimia lalu alirkan cairan dalam gelas kimia lewat batang pengaduk.

Gambar 1. Cara menuangkan larutan

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 13


C. Cara Menyaring
1. Cara Melipat Kertas Saring
Ada dua cara melipat kertas saring Cara yang pertama adalah kertas
saring berbentuk lingkaran dilipat menjadi dua bagian hingga menjadi bentuk
setengah lingkaran. Lipat lagi hingga berbentuk seperempat lingkaran (1). Buka
lipatan kertas kemudian bentuk menjadi kerucut (2). Robek sedikit sudut lipatan
bagian luar kerucut dan bagian dalam kerucut kemudian kaitkan (3). Tempatkan
kertas saring dalam corong. Pastikan ujung kertas saring tepat berada
beberapa milimeter di bawah bibir corong (4). Basahi kertas saring dengan sedikit
akuades/pelarut yang digunakan dalam larutan yang akan disaring, agar kertas
saring menempel ke dinding corong.

Gambar 2a. Teknik melipat kertas saring

Cara lain dalam melipat kertas saring adalah sama dengan cara pertama
namun setelah dilipat menjadi seperempat lingkaran, kertas saring dilipat lagi
hingga akhirnya berbentuk “akordian” (lihat gambar). Buka lipatan dan atur
bentuk kertas saring menjadi kerucut lalu pasang dalam corong.

Gambar 2b. Teknik melipat kertas saring

2. Cara Menyaring
Teknik penyaringan digunakan untuk memisahkan zat padat dengan zat cair.
Penyaringan dilakukan menggunakan corong dan kertas saring. Cairan yang akan
disaring dapat dituang langsung atau menggunakan bantuan batang pengaduk
(batang pengaduk jangan sampai menyentuh permukaan kertas saring).

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 14


Tuangkan cairan secara perlahan, jangan sampai batas cairan dalam corong
melebihi batas kertas saring. Penyaringan membutuhkan waktu yang lama
sampai semua cairan melewati pori-pori kertas saring. Jika padatan yang tertahan di
kertas saring yang akan dianalisis maka gelas kimia perlu dibilas beberapa kali
menggunakan akuades atau filtratnya sampai tidak ada lagi padatan yang tersisa
dalam gelas kimia.

Gambar 3. Teknik menyaring larutan

D. Cara Menimbang
1. Neraca O’haus 311 g
Sebelum menimbang pastikan skala timbangan berada pada posisi nol.
Gunakan kaca arloji atau gelas kimia yang bersih dan kering sebagai wadah untuk
menimbang padatan. Timbang terlebih dahulu wadah yang masih kosong, geser skala
timbangan hingga diperoleh keadaan setimbang lalu catat berat wadah (Langkah 1).
Masukkan zat padat yang akan ditimbang ke dalam wadah lalu geser skala
timbangan hingga diperoleh keadaan setimbang (Langkah 2). Berat zat padat
merupakan selisih dari wadah yang berisi zat dengan wadah yang kosong
(berdasarkan gambar di bawah ini : berat zat padat = 27,6 – 26,1 = 1,5 gram).

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 15


2. Neraca Analitik Digital
Alat penghitung satuan massa suatu benda dengan teknik digital dan
tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Prinsip kerjanya yaitu dengan penggunaan
sumber tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan peneraan terlebih dahulu
sebelum digunakan kemudian bahan diletakkan pada neraca lalu dilihat angka
yang tertera pada layar, angka itu merupakan berat dari bahan yang ditimbang.
Teknik penggunaan neraca analitik digital adalah sebagai berikut:
a. Disiapkan timbangan analitik dalam kondisi seimbang atau water pass
(dengan mengatur sekrup pada kaki neraca sehingga gelembung air di water
pass tepat berada di tengah).
b. Dibersihkan ruang dalam neraca analitik dengan menggunakan kuas. Piringan
neraca dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan
menggunakan etanol/alkohol.
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 16
c. Ditancapkan stop kontak pada stavolt.
d. Ditekan tombol On kemudian tunggu hingga muncul angka 0,0000 g.
e. Dimasukkan alas bahan (gelas arloji, kertas atau benda tipis) dengan
membuka kaca tidak begitu lebar supaya tidak mempengaruhi perhitungan
karena neraca analitik ini sangat peka.
f. Ditutup kaca neraca analitik.
g. Ditekan tombol zero/tare supaya perhitungan lebih akurat.
h. Dimasukkan bahan yang akan ditimbang dengan membuka kaca tidak begitu
lebar, begitu pun ketika akan menambahkan atau mengurangi bahan untuk
menyesuaikan massa yang diinginkan. Dan ditutup kaca.
i. Ditunggu hingga angka di layar monitor neraca analitik tidak berubah-ubah
dan sesuai dengan massa yang diinginkan.
j. Diambil bahan yang telah ditimbang.
k. Ditekan tombol Off hingga tidak ada angka di layar monitor neraca analitik.
l. Dilepas stop kontak dari stavolt.
m. Dibersihkan ruang dalam neraca analitik dengan menggunakan kuas. Piringan
neraca dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan
menggunakan etanol/alkohol
E. Cara menggunakan Alat pembakar
Alat ini disediakan agar efisien dan efektif, karena kualitas dan kuatitas panas
yang dihasilkannya bias diatur dengan kran penyalur gas dan keeping udara. Cara
menyalakan dan mengatur panas Bunsen Burner:
a. Kran gas ditutup
b. Buka kran pengatur gas dengan memutar ke kiri
c. Tutup rapat keeping udara
d. Nyalakan korek api, buka kran gas dan dekatkan pada mulut atas cerobong
e. Atur keeping udara sampai warna nyala tidak kuning. Besarnya api diatur
dengan kran gas, sedang tingkat panas api diatur dengan keeping udara

F. Cara memanaskan cairan


Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 17
Hal yang harus dihindari pada pemanasan larutan yaitu bumping
(menggelegak tiba-tiba). Memanaskan larutan dalam tabung reaksi :
a. Jangan mengarahkan mulut tabung reaksi kepada peserta lain atau diri
sendiri.
b. Jepitlah tabung didekat mulutnya.
c. Miringkanlah kearah yang aman, panaskan sambal sebentar-sebentar
dikocok.
d. Lakukan pengocokan beberapa saat setelah api dijauhkan.
Memanaskan larutan dalam gelas kimia atau Erlenmeyer harus
menggunakan batang pengaduk atau batu didih. Untuk Erlenmeyer, ketika
pemanasan larutannya digoyangkan atau diputar, sekali-kali diangkat bila
sudah terasa akan mendidih.
G. Menentukan Volume Zat Cair
1. Alat untuk Menentukan Volume Zat Cair
Ada berbagai macam alat gelas yang dapat digunakan sebagai alat untuk
menentukan volume zat cair. Alat-alat ini adalah silinder ukur, pipet ukur, pipet
volumetrik, labu volumetrik, dan buret. Masing-masing alat memiliki tingkat
ketelitian pengukuran yang berbeda. Silinder ukur merupakan alat untuk
memindahkan sejumlah volume tertentu zat cair dengan tingkat ketelitian
terendah. Pipet dan buret memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi
dibandingkan silinder ukur. Buret umumnya digunakan pada proses titrasi. Labu
volumetrik digunakan untuk menyiapkan sejumlah volume tertentu zat cair
dengan tingkat ketelitian yang tinggi, misalnya saat mempersiapkan larutan
standar dengan konsentrasi tertentu.
Alat-alat gelas yang digunakan harus berada dalam keadaan bersih. Alat
gelas dapat dibersihkan dengan air dan sabun, kemudian dibilas berulang kali
dengan air hingga tidak ada bekas sabun yang tersisa. Sebelum digunakan
untuk mengukur volume cairan, bilas dahulu dengan sedikit akuades lalu
dengan sedikit zat cair yang akan ditentukan volumenya.

2. Cara Membaca Meniskus Zat Cair untuk Menentukan Volumenya


Cara pembacaan batas lapisan zat cair sangat penting dalam menentukan
volume zat cair. Meniskus (permukaan) cairan umumnya berbentuk konkaf
(cekung). Titik terendah meniskus cekung digunakan untuk menentukan volume
cairan. Untuk beberapa larutan dengan intensitas warna larutan yang tinggi,
seperti kalium permanganat, volume larutan ditentukan dari batas atas meniskus
karena titik terendah meniskus sukar untuk diamati. Jika cairannya merupakan
raksa, seperti pada termometer, maka meniskus cairan berbentuk konveks
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 18
(cembung) sehingga pembacaannya menggunakan titik tertinggi meniskus
cembung.

Gambar 4. Teknik mengukur volume

H. Memindahkan Zat Cair dengan Pipet


Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah volume larutan, yang
biasanya disebut dengan aliquot. Pipet yang digunakan, baik pipet ukur maupun
pipet volumetrik, harus dibilas terlebih dahulu dengan beberapa mililiter larutan
yang akan dipipet. Jangan mempipet cairan langsung dengan mulut tetapi gunakan
pipet filler untuk memompa cairan masuk ke dalam pipet. Larutan yang akan
dipipet disiapkan dalam gelas kimia yang bersih. Jangan langsung mempipet larutan
dari dalam botol reagen karena akan mengkontaminasi larutan yang tersisa dalam
botol reagen.
Masukkan ujung pipet ke dalam gelas kimia yang berisi larutan yang akan
dipipet. Pipet larutan sampai melewati sedikit di atas batas skala pada pipet (1).
Tempelkan ujung pipet ke dinding gelas kimia yang dimiringkan (posisi pipet harus
tegak lurus dan batas skala pada pipet sejajar dengan mata). Keluarkan larutan
sampai tepat di batas skala (2). Pindahkan pipet ke wadah lain yang akan dimasukkan
larutan tersebut. Keluarkan isi larutan dalam pipet (3). Diamkan pipet sesaat hingga
tidak ada larutan yang keluar lagi. Biarkan sisa larutan yang ada di ujung pipet, jangan
ditiup (4).

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 19


Gambar 5. Teknik menggunakan pipet volumetrik
I. Cara Menggunakan Pipet Filler

Tekan A dan labu karet secara bersamaan. Masukkan ujung pipet ke dalam
larutan lalu tekan S untuk menghisap/memompa larutan masuk ke dalam pipet.
Tekan E untuk mengeluarkan larutan dari dalam pipet.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 20


MODUL 1
DASAR-DASAR PRAKTIKUM

1. PEMBUATAN LARUTAN DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI


A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menghitung massa dan volume zat yang dibutuhkan untuk membuat larutan
dengan konsentrasi tertentu.
2. Membuat larutan dari bahan dasar zat kimia padat dan zat kimia cair dengan
konsentrasi tertentu.
B. Prinsip Dasar
Larutan adalah campuran yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang
bercampur secara homogen. Komponen terdiri dari 2 yaitu : Solut : zat yang
larut, dan Solvent : pelarut (zat yang melarutkan solut dan biasanya jumlahnya
lebih besar). Larutan yang dipergunakan dalam praktikum kimia perlu
dipersiapkan sebelum praktikum dimulai. Proses pembuatan larutan berbeda
sesuai dengan jenis bahan kimia yang digunakan, zat padat atau zat cair.
Beberapa larutan yang digunakan dalam percobaan kimia memerlukan
konsentrasi tertentu. Berikut konsentrasi dalam larutan yang sering digunakan
dalam praktikum kimia dasar.
Massa zat terlarut ( gram)
 Mol zat terlarut (mol) = gram
Massamolekul relatif zat terlarut ( )
mol
Mol zat terlarut (mol)
 Molaritas (mol/liter) =
Volume larutan(liter)
Mol zat terlarut x ekivalen( ek)
 Normalitas (ek/liter) =
Volume larutan(liter)
Volume zat terlarut (mL)
 % Volume (v/v) = x 100 %
100 mL larutan(mL)
Massa zat terlarut (gram)
 % Berat (b/v) = x 100 %
100 mL larutan (mL)
Massa zat terlarut ( mg)
 ppm = x 100 %
Volume Larutan ( L)
1. Larutan dari Bahan Dasar Berupa Zat Padat
Jika bahan dasar larutan berupa zat padat maka sebelumnya perlu diketahui
massa molekul relatif (Mr) dari zat padat tersebut, misalkan, senyawa NaOH memiliki
Mr sebesar 40 gram/mol. Tentukanlah volume dari larutan yang akan dibuat dan
besar konsentrasi larutan yang diinginkan. Volume dapat dinyatakan dalam liter

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 21


maupun mililiter. Sebagai contoh, banyaknya NaOH yang dibutuhkan untuk
membuat larutan NaOH 1 M sebanyak 100 ml dapat ditentukan dengan cara :

Jadi, untuk membuat larutan NaOH dengan konsentrasi 1 M sebanyak 100 ml


dibutuhkan 4 gram NaOH.
2. Larutan dari Bahan Dasar Berupa Zat Cair
Untuk membuat larutan dari larutan pekat seperti HCl dan H 2SO4 terlebih
dahulu perlu diketahui konsentrasi dari larutan pekat tersebut. Konsentrasi
larutan pekat dapat dihitung dengan rumus :
 x % x 10
M
Mr
Keterangan: M = molaritas, % = kadar (%), ρ = berat jenis, dan Mr = massa molekul
relatif
Untuk pembuatan larutan dengan bahan dasar berupa zat cair, maka
dilakukan pengenceran. Konsentrasi larutan ditentukan oleh persamaan :

dengan M1 dan V1 adalah molaritas dan volume dari larutan induk sedangkan M2
dan V2 adalah molaritas dan konsentrasi larutan yang diinginkan. Sebagai contoh,
banyaknya HCl pekat (± 11,74 M) yang dibutuhkan untuk membuat larutan HCl 1 M
sebanyak 100 ml dapat ditentukan dengan cara :

Jadi, untuk membuat larutan HCl dengan konsentrasi 1 M sebanyak 100 mL


dibutuhkan 8,55 ml larutan HCl 11,74 M.
C. Alat dan Bahan
No
Nama Alat/Bahan Jumlah
.
1 Gelas Kimia 4 Buah
2 Pipet tetes 2 Buah
3 Labu Ukur 100 mL 4 Buah
4 Batang Pengaduk 1 Buah

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 22


No
Nama Alat/Bahan Jumlah
.
5 Kaca arloji 2 Buah
6 Gelas ukur 10 mL 1 Buah
7 Neraca Analitik 1 Buah
8 Kertas saring/ Tisu 1 lembar
9 NaOH Secukupnya
10 H2C2O4.2H2O Secukupnya
11 Aquades Secukupnya
12 HCl pekat (11,7 M) Secukupnya
13 H2SO4 pekat (18 M) Secukupnya
14 Botol Reagen 4 Buah

D. Prosedur Praktikum
 Pembuatan Larutan dari bahan kimia padat
1. Hitunglah massa zat yang dibutuhkan untuk membuat 100 mL larutan NaOH
0,1 M dan H2C2O4.2H2O 0,1 N.
2. Timbang sejumlah yang diperlukan untuk membuat larutannya dengan
konsentrasi tertentu menggunakan neraca analitik dengan teliti.
3. Masukkan padatan yang telah ditimbang kedalam gelas kimia.
4. Padatan dilarutkan dalam gelas kimia dengan sedikit pelarut, gunakan
batang pengaduk untuk membantu melarutkan.
5. Setelah larut seluruhnya, masukkan ke dalam labu ukur yang telah dipasangi
corong.
6. Sisipkan lipatan kertas saring di antara mulut labu dengan batang corong.
7. Larutan dapat juga dituang dengan bantuan batang pengaduk saja tanpa
menggunakan corong.
8. Bilas corong dengan sedikit pelarut lalu tepatkan volume larutan sesuai
dengan batas garis dalam labu.
9. Pasang penutup labu lalu kocok larutan dalam labu hingga homogen.
10. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
11. Masukkan kedalam botol reagen dan beri label yang berisi nama zat,
konsentrasi, tanggal pembuatan, dan nama pembuat.

 Pembuatan Larutan dari bahan kimia cair


1. Hitunglah volume yang dibutuhkan untuk membuat 100 mL larutan HCl 0,1
M dan H2SO4 0,1 N.
2. Siapkan larutan yang akan diencerkan dengan sejumlah volume tertentu
dalam gelas ukur.
3. Gunakan pipet volumetrik atau pipet ukur untuk mendapatkan ukuran
volum yang lebih tepat.
4. Siapkan labu volumetrik yang telah dipasangi corong.
5. Sisipkan lipatan kertas saring di antara mulut labu dengan batang corong.
6. Tuangkan larutan ke dalam labu volumetrik yang telah dipasangi corong.
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 23
7. Bilas corong dengan akuades lalu tepatkan volum larutan dalam labu.
8. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
9. Masukkan kedalam botol reagen dan beri label yang berisi nama zat,
konsentrasi, tanggal pembuatan, dan nama pembuat

E. Data Hasil Pengamatan

Perubahan
Perlakuan
Sebelum Setelah

F. Pertanyaan
 Pertanyaan Pra Lab
1. Berapakah massa zat yang dibutuhkan untuk membuat larutan NaCl 0,1 M
sebanyak 100 mL? Buktikan dengan perhitungan!
2. Jika seorang praktikan akan membuat 100 mL larutan HNO 3 0,2 N dari larutan
HNO3 pekat 69%, dan diketahui massa jenis larutan HNO3 pekat 69% = 1,49
g/mL; berat molekul larutan HNO3 pekat 69% = 63.01 g/mol. Berapakah
volume HNO3 pekat yang harus ditambahkan?
3. Tuliskanlah rumus kimia dan nama zat kimia yang digunakan pada praktikum
ini sesuai IUPAC!

 Pertanyaan Post Lab


1. Tuliskanlah perhitungan massa zat dan volume zat yang dibutuhkan dalam
praktikum pembuatan larutan ini!
2. Jelaskan mengapa pembuatan larutan pada praktikum ini menggunakan labu
ukur?
3. Mengapa larutan yang telah dibuat harus mencantumkan tanggal pembuatan
pada botol reagennya?

4. Bagaimana cara kita mengetahui bahwa larutan yang telah kita buat memiliki
konsentrasi yang tepat seperti dalam perhitungan?

2. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN ZAT KIMIA

A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
melakukan analisis pendahuluan untuk analisis kualitatif pada tingkat makro.
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 24
B. Prinsip Dasar
Dalam bidang kimia analitik, suatu analisis harus melalui bebrapa tahapan seperti
pemilihan dan penyiapan sampel (sampling), perlakuan awal (pretreatment),
pemisahan, pengukuran, dan analisis data. Kimia analitik dibagi menjadi dua yaitu
analisis secara kualitatif dan analisis secara kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan
dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah.
Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat
dalam larutan. Dalam analisis secara kualitatif tahap awal yang dilakukan adalah uji
organoleptis sebagai hipotesis awal untuk mengetahui kandungan zat dalam suatu
sampel. Sampel diamati sifat-sifat fisik dan kimiawinya dengan beberapa metode
analisis pendahuluan, dengan tujuan mendapatkan informasi awal untuk menduga
komponen yang terkandung didalamnya. Pemeriksaan pendahuluan meliputi
pengamatan fisik secara organoleptik, pengamatan bentuk dan warna pada
pemanasan, uji kelarutan dan warna nyala. Analisis kualitatif menggunakan dua
macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering diterapkan untuk analisis zat-
zat padat, sedangkat reaksi kering digunakan untuk analisis zat-zat dalam larutan.
Pengamatan secara organoleptik merupakan langkah awal dalam pemeriksaan
pendahuluan yang meliputi:
1. Warna:
Tiap-tiap zat/ion mempunyai warna tertentu, mahasiswa hendaknya
memahami warna-warna dari bermacam-macam zat/ion, misalnya:
 Hitam : PbS, CuS, CuO, HgS, FeS, MnO, CoS, NiS, Ag2S, dan C.
 Biru : Garam-garam Co anhidrat, garam Cu2+ terhidrat (biru prusi).
 Hijau : Cr2O3, Hg2I2; Cr(OH)3, garam-garam Fe2+ seperti
FeSO4.7H2O, FeSO4, (NH4)2SO4.6H2O, FeCl2.4H2O, garam-
garam Ni2+.
 Merah : Pb3O3, As2S2, HgO, HgI2, HgS, Sb2S3, K3 [Fe(CN)6], Cu2O,
Cr2O7 merah jingga, permanganat dan tawas krom (aluminium)
berwarna ungu kemerahan.
 Merah jambu/pink : garam dari Mn & Co terhidrat.
 Kuning : CdS, As2S3, SnS2, PbI2, HgO (yang diendapkan), AgI,
K4[FeCN)6], garam CrO4+, garam Fe+, dan sebagainya.
 Putih : MgO, ZnO, CaO
 Coklat : SnS, Fe2O3, Fe(OH)3 dan sebagainya.
2. Bentuk kristal
Beberapa zat mempunyai bentuk kristal yang khas, misal CaSO4.2H2O berupa
jarum-jarum panjang/berbentuk prisma mono klinik.
PbCl2 : berupa jarum
Ca oxalat : berupa prisma
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 25
Sn oxalat : berupa prisma
Untuk melihat bentuk-bentuk kristal ini dapat digunakan mikroskop.
3. Sifat higroskopis
Beberapa zat mempunyai sifat higroskopis, misal: CaCl2, MgCl2, dan FeCl3. Zat
tersebut mudah menjadi basah/mencair bila terkena udara dan tidak dapat/sukar
menjadi kering bila larutannya diuapkan.
4. Bau
Beberapa zat mempunyai bau yang khas, sehingga sering memberikan
petunjuk yang penting dalam analisa. Misal : garam (basa) NH4 berbau amoniak,
garam (asam) asetat berbau cuka, garam (asam) sulfit berbau belerang, garam (asam)
sulfida berbau telur busuk, garam (asam) nitrat/nitrit berbau gas oksida nitrogen.
5. Kelarutan zat dalam bermacam-macam pelarut
Setelah tahap pemeriksaan secara organoleptik, maka tahap selanjutnya adalah
uji kelarutan. Pemeriksaan kelarutan bertujuan untuk memeriksa apakah zat tersebut
larut dalam air atau tidak dimana jika diketahui kelarutannya maka bisa dihilangkan
kemungkinan-kemungkinan lain. Misalnya, jika suatu zat sukar larut maka sudah pasti :
1. Zat tersebut bukan garam-garam dari unsur Na, K, atau NH4.
2. Zat tersebut bukan garam-garam dari persenyawaan Nitrat. kecuali Sb, Bi,
Stano, dan Merkuro dimana Unsur tesebut sebagian terhidrolisis oleh air.
3. Zat tersebut merupakan Logam atau Oksida Logam kecuali oksida dari Na, K,
Ba, Sr, dan Ca.
Dalam analisis pendahuluan klasik meliputi pula uji mutu boraks , uji nyala, dan
uji reaksi dengan asam sulfat encer dan pekat. Pengamatan pada uji mutu boraks
dilakukan dengan mengamati pembentukan warna tertentu suatu senyawa yang
melekat pada manik yang dipanaskan. Beberapa logam membentuk warna yang khas
pada manik yang dipanaskan pada nyala.
Uji nyala dapat mengamati warna nyala senyawa yang dipanaskan dengan
pembakar Bunsen. Beberapa logam memberikan warna spektrum yang khas apabila
dikenakan pada nyala Bunsen. Natrium memberikan nyala kuning keemasan, kalium
memberikan nyala lembayung, borat memberikan nyala hijau dan sebagainya.

C. Alat dan Bahan


No. Nama Alat/Bahan Jumlah No Nama Alat/ Bahan Jumlah
1 Tabung reaksi 6 buah 17 AgNO3 secukupnya
2 Rak tabung reaksi 1 buah 18 CuSO4 secukupnya
3 Kaca arloji 6 buah 19 Cd(NO3)2 secukupnya
4 Gelas kimia 1 buah 20 BiCl3 secukupnya
5 Pipet tetes 3 buah 21 FeCl3 secukupnya
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 26
No. Nama Alat/Bahan Jumlah No Nama Alat/ Bahan Jumlah
6 Mikroskop 1 buah 22 Cr(NO3)2 secukupnya
7 Spatula 6 buah 23 CoCl2 secukupnya
8 Kawat Nikrom 1 buah 24 NiSO4 secukupnya
9 Pembakar spiritus 1 buah 25 Ba(NO3)2 secukupnya
10 Kaki tiga dan kassa 1 buah 26 Ca(NO3)2 secukupnya
11 Kertas lakmus 3 lembar 27 NH4NO3 secukupnya
merah
12 Kertas lakmus biru 3 lembar 28 Aquades secukupnya
13 Kertas saring 1 buah 29 HCl encer (0,1 M) secukupnya
14 HgNO3 secukupnya 30 HCl pekat secukupnya
15 Pb(NO3)2 secukupnya 31 HNO3 encer (0,1 M) secukupnya
16 HNO3 pekat secukupnya 32 Air raja (HCl pekat + secukupnya
HNO3 pekat, 3:1)

D. Prosedur Praktikum
a) Uji Organoleptis
1. Diamati warna dari tiap garam yang tersedia. Bahan (sampel) tetap dalam
tempat/wadahnya. Dicatat data pengamatan.
2. Diamati bentuk beberapa garam dengan mata telanjang dan mikroskop.
3. Diambil dalam jumlah secukupnya dengan spatula.
4. Ditempatkan pada gelas arloji.
5. Dilakukan pengamatan bentuk dengan mata telanjang.
6. Dibandingkan dengan menggunakan mikroskop untuk beberapa senyawa
(garam dari perak, tembaga, kadmium, besi (III), kromium, kobalt, dan
nikel).
7. Dicatat hasil pengamatan.
b) Uji Pemanasan
1. Dicelupkan ujung kawat nikrom ke dalam HCl pekat.
2. Ditempatkan sepucuk garam tembaga (II)sulfat berhidrat di kawat nikrom.
3. Dilakukan pemanasan di api Bunsen yang terpanas, diamati warna sebelum
dan setelah pemanasan.
4. Dicatat data pengamatan.
5. Diulang prosedur tersebut untuk masing-masing garam kobalt klorida dan
nikel sulfat.
c) Uji Kelarutan
1. Diambil sedikit garam seujung sendok spatula.
2. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 27


3. Dilakukan uji kelarutan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Urutan
pelarut pertama adalah air dingin. Ditambahkan secukupnya (kurang lebih
3 ml).
4. Dikocok hingga homogen atau diaduk dengan pengaduk gelas.
5. Jika tidak larut, dilanjutkan keurutan pelarut selanjutnya yaitu asam klorida
encer dalam keadaan dingin.
6. Apabila belum larut, dilanjutkan pada urutan pelarut selanjutnya hingga
diperoleh pelarut yang sesuai.
7. Dihentikan jika sampel sudah dapat larut, jangan melompat urutan
penggunaan pelarut.
8. Dicatat data hasil pengamatan.
E. Data Hasil Pengamatan
a) Pengamatan dengan mata langsung
Sampel Bentuk/wuju
No Warna Sifat lain
(nama dan rumus kimia) d

b) Pengamatan menggunakan mikroskop


Sampel Bentuk/wuju
No Warna Sifat lain
(nama dan rumus kimia) d

c) Uji Nyala
Perubahan
No Sampel
Sebelum Sesudah

d) Uji Kelarutan

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 28


Kesimpulan
Pelarut

No Sampel
HCl HCl HNO3 HNO3 Air
Air NH4OH
encer pekat encer pekat raja
d p d p d d p p d p d p d p

Ket: ceklis jika larut (√), d = dingin, p = panas

F. Pertanyaan
 Pertanyaan Pra Lab
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pemeriksaan kering dan
pemeriksaan basah!
2. Gambarkan dengan jelas bagian-bagian nyala api pada Bunsen burner untuk
teknik uji nyala zat!
3. Tuliskan zat dan warna api yang akan dihasilkan pada uji nyala pada
praktikum di atas berdasarkan prinsip dasarnya!
4. Tuliskanlah rumus kimia dan nama zat kimia yang digunakan pada praktikum
ini sesuai IUPAC!
 Pertanyaan Post Lab
1. Jelaskanlah hasil pengamatan dari uji organoleptik praktikum di atas,
bandingkan dengan prinsip dasar, apakah hasilnya sesuai?
2. Jelaskanlah hasil pengamatan dari uji nyala praktikum di atas, bandingkanlah
kesesuaian hasil dengan prinsip dasar!
3. Jelaskan mengapa pada uji nyala, kawat nikrom harus di celupkan dengan
sedikit HCl pekat terlebih dahulu?
4. Jelaskanlah hasil pengamatan dari uji kelarutan praktikum di atas,
bandingkanlah kesesuaian hasil dengan prinsip dasar!
5. Jelaskanlah hasil pengamatan dari uji ion amonium praktikum di atas,
bandingkanlah kesesuaian hasil dengan prinsip dasar!

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 29


MODUL 2
ANALISIS KUALITATIF: ANALISIS KATION DAN ANION

1. ANALISIS KATION
A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat melakukan
analisis kualitatif untuk identifikasi kation Pb2+, Ag+, Hg2+, Cu2+, Cd2+, Al3+, Co2+, Ca2+ dan
Ba2+.

B. Prinsip Dasar
Untuk tujuan analisis kualitatif kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan
berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap reagensia. Dengan menggunakan reagensia
golongan secara sistematik, kita dapat menentukan ada tidaknya golongan-golongan
kation dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih
lanjut. Reagensia golongan yang digunakan untuk klasifikasi kation yang paling umum
adalah asam klorida (HCl), hidrogen sulfida (H 2S), ammonium sulfida ((NH 4)2S), dan
ammonium karbonat (((NH4)2CO3). Analisis kation memerlukan pendekatan yang
sistematis, umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu pemisahan dan identifikasi
(pemastian).
1. Pemisahan dilakukan dengan cara mengendapkan suatu kelompok kation dari
larutannya. Kelompok kation yang mengendap dipisahkan dari larutan dengan cara
sentrifus dan menuangkan filtratnya ke tabung uji yang lain. Larutan yang masih
berisi sebagian besar kation kemudian diendapkan kembali membentuk kelompok
kation baru. Jika dalam kelompok kation yang terendapkan masih berisi
beberapa kation maka kation-kation tersebut dipisahkan lagi menjadi kelompok
kation yang lebih kecil, demikian seterusnya sehingga pada akhirnya dapat
dilakukan uji spesifik untuk satu kation
2. Identifikasi (pemastian) kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan
melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit
mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu umumnya
dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan pengendapan
golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus
dilarutkan dahulu.
Pada bagian ini hanya akan dibahas pemisahan kation berdasarkan skema H 2S
menurut bragmen yang diperkuat oleh Fresenius, Treadwell dan Noyes. Kelima
golongan kation dan ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut.
1. Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida
encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg.
2. Golongan II : Kation golongan ini tidak membentuk dengan asam klorida,
tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 30


mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, Cd, As, Sb, Sn.
3. Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer,
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun
kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana
netral / amoniakal. Kation golongan ini Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
4. Golongan IV : Kation golongan ini tidak membentuk endapan dengan pereaksi
golongan I, II, III. Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat
dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam.
Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
5. Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-
regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir.
Kation golongan ini meliputi : Mg2+, K+, NH4+.
Kelima golongan diatas dapat dibedakan dengan pereaksi-pereaksi yang khas
dari setiap logam. Secara sederhana bagan penggolongan berdasarkan reaksi
pengendapan adalah sebagai berikut:
Tabel Pemisahan kation berdasarkan metode H2S
Ke dalam ± 5 mL larutan contoh diteteskan HCl 2N bila terbentuk endapan
penambahan HCl diteruskan sampai tidak keluar endapan lalu disaring
Endapan Filtrat
Golongan  Tidak boleh menimbulkan endapan kembali jika ditetesi dengan HCl
HCl 2N
(Gol I)  Tambah HCl 4N ± 5 mL
 Dipanaskan hampir sampai mendidih ( ±80 oC ) lalu dialiri gas H2S
selama 2 atau 3 menit
 Baik ada endapan ataupun tidak, larutan diencerkan sampai ± 100 mL
dengan aquades sampai keasaman menjadi 0,2 N (diperiksa dengan
metil lembayung)
 Filtrat kemudian dipanaskan kembali hampir sampai mendidih
(±80oC) lalu dialiri H2S selama 10 menit dan terus disaring
Endapan Filtrat
golongan  Tidak boleh ada endapan lagi dengan H2S
H2 S  Larutan dimasak/dipanaskan untuk mengeluarkan H2S
(Gol II) dicek dengan kertas Pb asetat
 Ditambah ± 2 mL HNO3 dan dimasak/dipanaskan 2
menit
 Ditambahkan ± 2 mL NH4Cl
 Ditambah NH4OH sampai alkalis lemah
 Terbentuk endapan (NH4)2S tidak berwarna
 Larutan dimasak lalu disaring
 Endapan dikertas saring merupakan endapan Golongan

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 31


Endapan Filtrat
Golongan Tidak boleh mengeluarkan endapan lagi
(NH4)2S dengan (NH4)2S
(Gol III) Larutan dipekatkan dengan pemanasan/
dikisatkan sampai ± 10 mL
 Ditambah NH4OH dan (NH4)2S berlebihan
Dipanaskan sebentar ± 60oC
Biarkan 5 menit kemudian disaring
Endapan Filtrat
(Gol IV)  Larutan dibagi 2 yang tidak sama
 Bagian yang kecil dikisatkan
sampai kering, residu (sisa) putih
menunjukkan adanya golongan
sisa (Gol V)

Pada praktikum kali ini, akan dilakukan kegiatan identifikasi pemastian kation-
kation.
C. Alat dan Bahan

No. Nama Alat/Bahan Jumlah No Nama Alat/ Bahan Jumlah


1 Tabung reaksi 8 buah 22 Pb(NO3)2 0,1 M secukupnya
2 Rak tabung reaksi 1 buah 23 HCl 1 M secukupnya
3 Pipet tetes 7 buah 24 HgCl2 0,1 M secukupnya
4 Gelas kimia 250 mL 3 buah 25 KI 0,1 M secukupnya
5 Kaki tiga 1 buah 26 KOH 0,1 M secukupnya
6 Kassa asbes 1 buah 27 CuSO4.5H2O 0,1 M secukupnya
7 Pembakar spirtus 1 buah 28 CdSO4 0,1 M secukupnya
8 Penjepit tabung 1 buah 29 AlCl3 0,1 M secukupnya
9 Spatula 3 buah 30 Na2CO3 0,1 M secukupnya
10 Batang pengaduk 1 buah 31 CaCl2.2H2O 0,1 M secukupnya
11 Kertas Lakmus secukupnya 32 H2SO4 0,1 M secukupnya
12 Kawat Nikrom 8 buah 33 CoCl2.6H20 0,1 M secukupnya
13 (NH4)2CO3 0,1 M secukupnya 34 HNO3 0,1 M secukupnya
14 Ba(NO3)2 0,1 M secukupnya 35 KSCN 0,1 M secukupnya
15 AgNO3 0,01 M secukupnya 36 NaOH 0,1M secukupnya
16 CH3COOH 0,1 M secukupnya 37 KNO2 secukupnya
17 K4[Fe(CN)6] 0,1 M secukupnya 38 α-nitro β-nathol secukupnya
18 amilalkohol secukupnya 39 K2CrO4 0,5M secukupnya
19 CHCl3 secukupnya 40 NH4Cl 2M secukupnya
20 NH4OH secukupnya 41 Na2HPO4 0,1M secukupnya
21 Na3[Co(NO2)6] 0,1M secukupnya
D. Prosedur Praktikum
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 32
a) Identifikasi Kation Golongan I
a. Uji untuk kation Pb2+
1. Tabung 1, Tambahkan HCl 1M (panas/dingin), maka akan muncul
endapan putih.
2. Tabung 2, Tambahkan larutan KI 0,1M, setelah terbentuk endapan
panasi, maka akan terbentuk endapan kuning setelah dingin.
b. Uji untuk kation Ag+
1. Tabung 1, tambahkan dengan HNO3 encer, hingga terbentuk endapan
putih, catat perubahan yang terjadi.
2. Tabung 2, tambahkan dengan beberapa tetes KI 0,1 M, hingga terbentuk
endapan kuning muda, catat perubahan yang terjadi.
b) Identifikasi Kation Golongan II
2+
a. Identifikasi Kupri (Cu )
1. Tabung 1, tambahkan larutan KOH/NaOH, muncul endapan biru. Bila
dipanasi menjadi endapan hitam.
2. Tabung 2, tambahkan karutan KI, muncul endapan putih dengan warna
larutan coklat.
3. Tabung 3, tambahkan beberapa tetes CH3COOH 0,1 M kedalam sampel,
kemudian tambahkan beberapa tetes larutan K4[Fe(CN)6] 0,1 M, jika
terdapat endapan coklat kemerahan (Cu ada).
4. Tabung 4, tambahkan beberapa tetes larutan KSCN 0,1 M, hingga
terbentuk endapan hitam tembaga (II) tiosianat (Cu ada)
2+
b. Identifikasi Kadmium (Cd )
1. Tabung 1, tambahkan larutan KI, tidak ada endapan
2. Tabung 2, tambahkan larutan KOH/NaOH, muncul endapan putih bila
didihkan tidak larut. Larut dengan HCl encer
c. Uji untuk kation Hg2+
1. Tabung 1, tambahkan larutan KI 0,1 M tetes pertetes hingga terbentuk
endapan merah, catat perubahan. Kemudian teteskan kembali hingga KI
berlebih, amati yang terjadi.
c) Identifikasi Kation Golongan III
3+
a. Identifikasi Aluminium (Al )
1. Tambahkan larutan KOH/NaOH, muncul endapan putih seperti dadih.
2. Tambahkan larutan Na2CO3 sedikit demi sedikit muncul endapan yang
akan larut dalam reagen berlebih.

2+
b. Identifikasi Kobal (Co )

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 33


1. Tabung 1, tambahkan larutan NaOH, muncul endapan biru bila
dipanaskan muncul endapan merah
2. Tabung 2, tambahkan larutan KNO2 pekat, akan terbentuk endapan
kuning dari kompleks Kalium heksa nitritokokobaltat (III)
3. Tabung 3, tambahkan KSCN padat dan amilalkohol, maka akan
terbentuk warna biru.
4. Tabung 4, tambahkan HCl 2M, 2 tetes α-nitro β-nathol dan 3tetes CHCl 3
maka akan terbentuk warna merah.
3+
c. Identifikasi Besi (Fe )
1. Tabung 1, sampel ditambahkan setetes larutan K 4Fe(CN)6 maka akan
terbentuk warna biru tua.
2. Tabung 2, sampel ditambah KSCN 2M, jika terbentuk larutan merah
sampel positif mengandung Fe3+
2+
d. Identifikasi Besi (Fe )
1. Tabung 1, sampel ditambahkan setetes larutan K 4Fe(CN)6 maka akan
terbentuk warna biru muda.
2. sampel ditambah KSCN 2M, jika terbentuk larutan coklat kekuningan
maka sampel positif mengandung Fe2+.
d) Identifikasi Kation Golongan IV
2+
a. Identifikasi Kalsium (Ca )
1. Tabung 1, sampel ditambahkan ammonium karbonat 0,1 M beberapa
tetes, jika terbentuk endapan amorf putih.
2. Tabung 2, tambahkan larutan H2SO4 encer, muncul endapan putih.
3. Tabung 3, pertegas dengan uji nyala Ca 2+ dengan kawat nikrom, warna
nyala merah-kekuningan yang khas pada Bunsen, sampel positif
mengandung Ca2+.
2+
b. Identifikasi Barium (Ba )
1. Tabung 1, tambahkan larutan (NH4)2CO3, muncul endapan putih,
kemudian tambahkan HCl / CH3COOH encer akan larut kembali.
2. Tabung 2, tambahkan larutan H2SO4 encer, muncul endapan putih.
3. Tabung 3, tambahkan beberapa tetes K2CrO4 0,5M, jika terbentuk
endapan kuning, sampel positif mengandung Ba2+.
e) Identifikasi Kation Golongan V
a. Identifikasi Magnesium (Mg2+)
1. Sampel ditambahkan NH4Cl 2M, NH4OH berlebih dan Na2HPO4 0,1M. Jika
terbentuk endapan putih, sampel positif mengandung Mg2+.
b. Identifikasi Kalium (K+)
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 34
1. Sampel ditambahkan beberapa tetes larutan Na 3[Co(NO2)6] 0,1M. Jika
terbentuk endapan kuning, sampel positif mengandung K+.
2. Pertegas dengan uji nyala K+ dengan kawat nikrom, warna nyala
lembayung kemerahan yang khas pada Bunsen, sampel positif
mengandung K+.
c. Identifikasi Ammonium (NH4+)
1. Sampel ditambahkan dengan larutan NaOH 0,1M, kemudian panaskan
tabung dalam penangas air, cium uap yang dihasilkan dengan hati-hati.
Simpan kertas lakmus merah dan biru di mulut tabung. Reaksi positif
tehadap NH4+ jika tercium bau pesing dan lakmus merah berubah nenjadi
biru.
E. Data Hasil Pengamatan

Perubahan Kandungan
Perlakuan
Sebelum Setelah Kation

F. Pertanyaan
1. Tuliskanlah rumus kimia dan nama zat kimia yang digunakan pada praktikum
ini sesuai IUPAC!
2. Tuliskanlah reaksi kimia yang terlibat pada praktikum identifikasi kation ini
beserta dengan perubahan warna yang dihasilkan!
3. Jelaskanlah bagaimana bentuk dari endapan amorf putih?
4. Jelaskanlah bagaimana teknik penegasan kation dengan cara uji nyala?
5. Jelaskanlah bagaimana teknik yang baik dan tepat dalam mencium aroma/
uap dari suatu larutan?

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 35


2. ANALISIS ANION

A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
melakukan analisis anion golongan A dan B.

B. Prinsip Dasar
Analisa kualitatif untuk anion melalui reaksi spesifik, kation harus dalam keadaan
tunggal tidak tercampur dengan anion lain, untuk menghindari reaksi gangguan yang
mungkin terjadi. Namun untuk beberapa anion dapat dikerjakan dalam keadaan
tercampur paling banyak dua atau tiga. Dalam pengambilan reagen pereaksi tidak
boleh menggunakan pipet untuk reagen yang berbeda, satu pipet untuk satu reagen.
Metode yang tersedia untuk mendeteksi anion tidaklah sesistematis seperti
metode yang telah diuraikan dalam bab-bab terdahulu untuk kation. Pemisahan anion-
anion dalam golongan utama, bergantung pada kelarutan garam peraknya, garam
kalsium, dan garam zinknya. Skema klasifikasi yang berikut ternyata telah berjalan
dengan baik dalam praktik. Skema ini bukanlah skema yang kaku karena beberapa
anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan, lagipula tak punya dasar teoritis.
Pada hakekatnya, proses-proses yang dipakai dapat dibagi ke dalam:
1. Proses yang melibatkan identifikasi produk-produk yang mudah menguap
yang diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam (kelas A).
2. Proses yang bergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan (Kelas B).
Kelas A dibagi lagi ke dalam sub kelas (i) gas-gas yang dilepaskan dengan asam
klorida encer atau asam sulfat encer, dan (ii) gas atau uap dilepaskan dengan asam
sulfat pekat. Kelas B dibagi lagi ke dalam subkelas (i) reaksi pengendapan dan (ii)
oksidasi dan reduksi dalam larutan. Pada praktikum kali ini, kita akan mengidentifikasi
anion pada kelas A. Penggolongan kelas A sebagai berikut.
1. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer : karbonat,
hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfida, nitrit, hipoklorit,
sianida, dan sianat.
2. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat. Ini meliputi zat-zat
dari (i) plus zat yang berikut : fluorida, heksaflurosilikat, klorida, bromida,
iodida, nitrat, klorat, perklorat, permanganat, bromat, borat, heksasianoferat
(II), heksasianoferat (III), tiosianat, format, asetat, oksalat, tartrat, dan sitrat.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 36


Tabel Reaksi sampel garam dengan asam sulfat pekat dingin
Anion Pengamatan Reaksi
Bergelembung, tidak berwarna, bau
Cl- menusuk, asap putih pada udara NaCl + H2SO4 → NaHSO4- + HCl
lembab, lakmus biru menjadi merah
Bergelembung, berwarna coklat, bau
NaBr + 2H2SO4 → HBr + NaHSO4-
Br- menusuk, berasap, lakmus biru
2HBr + H2SO4 → Br2 + SO2 + 2H2O
menjadi merah
Bergelembung, uap ungu jika NaI + H2SO4 → NaHSO4 + HI
I-
dipanaskan, bau seperti H2S. H2SO4 + HI → H2S + 4H2O + 4I2
S2- Bau khas gas H2S ZnS + H2SO4 → ZnSO4 + H2S
CO32 Bergelembung, tidak berwarna dan Na2CO3 + H2SO4 → Na2SO4 + H2O +
- tidak berbau CO2
Bergelembung, tidak berwarna, bau Na2SO3 + H2SO4 → Na2SO4 + H2O +
SO32-
sengak SO2
CrO4 Perubahan warna dari kuning 2K2Cr2O4 + H2SO4 → K2Cr2O7 +
2- menjadi jingga H2O + K2SO4

Penggolongan kelas B sebagai berikut.


1. Reaksi Pengendapan: Sulfat, peroksodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat,
arsenit, kromat, dikromat, silikat, heksaflurosilikat, salisilat, benzoat dan suksinat.
2. Okidasi dan Reduksi dalam larutan: Manganat, permanganat, kromat, dan dikromat.
Untuk memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu, dikelompokkan
bersama-sama, ini meliputi asetat, format, oksalat, tartrat, sitrat, salisilat, benzoat, dan
suksinat sendiri, membentuk suatu golongan yang lain lagi, semuanya memberi
pewarnaan atau endapan yang khas setelah ditambahkan larutan besi (III)
kloridakepada suatu larutan yang praktis netral.
Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk memudahkan
reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-sama. Hal ini meliputi
asetat, formiat, oksalat, sitrat, salisilat, dan benzoat. Metode untuk mendeteksi anion
memang tidak sistematis seperti yang digunakan untuk kation. Namun skema
klasifikasi pada anion bukanlah skema yang kaku karena beberapa anion termasuk
dalam lebih dari satu golongan.
Anion-anion dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Anion sederhana seperti O2, F- atau CN-
2. Anion oksodiskret seperti NO3- atau SO42-
3. Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosterkondensasi.
4. Anion kompleks halide seperti TaF6 dan komples anion berbasa banyak.

C. Alat dan Bahan

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 37


No. Nama Alat/Bahan Jumlah No Nama Alat/ Bahan Jumlah
1 Tabung reaksi 15 buah 28 NaCO3 0,1M 100 mL
2 Rak tabung reaksi 1 buah 29 NaHCO3 0,1M 100 mL
3 Pipet tetes 15 buah 30 K2CrO4 0,1M 100 mL
4 Pembakar spiritus 1 buah 31 H2SO4 2M 100 mL
5 Penjepit tabung 1 buah 31 BaCl2 0,1M 100 mL
6 Timbal asetat 0,1 M 100 mL 33 Ba(OH)2 0,1M 100 mL
7 FeCl3 0,1M 100 mL 34 Na2S2O3 0,1 M 100 mL
8 H2SO4 1M 100 mL 35 Air brom 100 mL
9 K4[Fe(CN)6].2H2O 0,1M 100 mL 36 Ba(NO3)2 0,1M 100 mL
10 AgNO3 1M 100 mL 37 HCl 2M 100 mL
11 H2SO4 pekat 5 mL 38 KIO3 0,1 M 100 mL
12 KI 0,1M 100 mL 39 Amilum 100 mL
13 KMnO4 0,1M 100 mL 40 Na2S 0,1 M 100 mL
14 CaCl2 1M 100 mL 41 KNO2 0,1 M 100 mL
15 H2C2O4 0,1M 100 mL 42 KSCN 0,1M 100 mL
16 (NH4)2CO3 2M 100 mL 43 FeSO4 pekat (25%) 100 mL
17 Kertas kunyit 1 lembar 44 NaCl 0,1M 100 mL
18 NaOH 10% 100 mL 45 HNO3 2M 100 mL
19 H2SO4 0,5M 100 mL 46 SiO2 padat 100 mL
20 CH3COOH 0,1M 100 mL 47 KBr 0,1 M 100 mL
21 KMnO4 0,1M 100 mL 48 N2SO4 0,1M 100 mL
22 H2SO4 pekat 5 mL 49 BaCl2 0,1M 100 mL
23 Natrium salisilat 0,5M 100 mL 50 Na2SiO3 0,1M 100 mL
24 Metanol 100 mL 51 NH4Cl 0,1M 100 mL
25 Etanol 100 mL 52 AgNO3 0,1M 100 mL
26 H3PO4 0,1M 100 mL 53 K2CrO4 0,1M 100 mL
27 Amonium molibdat 100 mL 54 Kalium Benzoat 100 mL
28 FeCl3 0,1M 100 mL
D. Prosedur Praktikum
a) Identifikasi Anion Golongan A
1. Sampel karbonat, ditambahkan K2CrO4 0,1M dan H2SO4 2M, kemudian
dipanaskan dan dimulut tabung diletakan batang pengaduk yang sudah
dicelupkan larutan Ba(OH)2 0,1M. Jika air menjadi keruh sampel positif
mengandung CO32-.
2. Sampel sulfit, ditambahkan BaCl2 0,1M atau Ba(NO3)2 0,1M dan air Brom. Jika
terbentuk endapan putih sampel positif mengandung SO32-.
3. Sampel tiosulfat, ditambahkan HCl 2M. Jika ditambahkan KIO 3 dan diteteskan
amilum berubah menjadi biru, endapan putih sampel positif mengandung
S2O32-.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 38


4. Sampel sulfide, ditambahkan larutan timbal asetat 0,1 M. Jika terbentuk noda
hitam sampel positif mengandung S2-.
5. Sampel nitrit, ditambahkan setetes larutan H 2SO4 1M dan 2 tetes pereaksi
thioureum (CS(NH2)2) 10%. Dibiarkan 5 menit, kemudian ditambahkan HCl 2M
dan FeCl3 0,1M, jika terbentuk warna merah sampel positif mengandung NO 2-
atau sampel ditambahkan AgNO3 1M, jika terbentuk endapan kristalin putih
maka sampel positif mengandung NO2-.
6. Sampel nitrat, ditambahkan setetes H2SO4 1M dan FeSO4 pekat, kemudian
ditambahkan H2SO4 pekat secara perlahan sampai terbentuk cincin coklat. Jika
terbentuk cincin coklat sampel positif mengandung NO3-.
7. Sampel tiosianat, ditambahkan setetes larutan FeCl 3 0,1M. Jika terbentuk
warna merah darah sampel positif mengandung SCN-.
8. Sampel [Fe(CN)6]4-, ditambahkan setetes larutan FeCl3 0,1M. Jika terbentuk
warna biru prusia sampel positif mengandung [Fe(CN)6]4-.
9. Sampel klorida, ditambahkan AgNO3 1M dan HNO3 2M, endapan putih yang
terbentuk dicuci dengan air dan dilarutkan kembali (NH 4)2CO3 2M. Jika
terdapat endapan putih, sampel positif mengandung Cl-.
10. Sampel bromide, ditambahkan AgNO3 1M dan HNO3 2M, endapan kuning
pucat yang terbentuk dicuci dengan air dan tidak larut (NH 4)2CO3 2M. Atau
sampel ditambah H2SO4 pekat, jika terbentuk endapan coklat kemerahan
sampel positif mengandung Br-.
11. Sampel iodide, ditambahkan setetes AgNO 3 1M dan HNO3 1M (endapan
kuning). Atau sampel ditambahkan larutan HgCl 2 0,1M. Jika terbentuk
endapan kuning dan endapa merah scarlet, sampel positif mengandung I-.
12. Sampel fuorida, ditambahkan SiO2 padat dan H2SO4 pekat. Jika larutan
menjadi keruh atau terbentuk pasta maka sampel poditif mengandung F-.
13. Sampel borat, ditambahkan pada kertas kunyit (turmerik), dikeringkan pada
100oC dan ditambahkan NaOH 10%. Jika timbul noda hijau-hitam sampel
positif mengandung BO3-.
14. Sampel oksalat, ditambahkan CaCl2 1M hingga terbentuk endapan putih,
endapan dicuci dengan aquades. Endapan yang terbentuk ditambahkan H 2SO4
0,5M dan larutan KMnO4 0,1M, dipanaskan jika warna ungu hilang dan
endapan hilang sampel positif mengandung C2O42-.
15. Sampel asetat, ditambahkan FeCl3 0,1M, akan terbentuk endapan merah tua
yang jika dipanaskan warna akan berubah menjadi merah kecoklatan, sampel
positif mengandung COO-.
b. Identifikasi Anion Golongan B
1. Sampel sulfat, ditambahkan BaCl2 0,1M. Jika terbentuk endapan putih sampel
positif mengandung SO42-.
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 39
2. Sampel silikat, ditambahkan NH4Cl 0,1M, jika menghasilkan endapan seperti
gelatin, atau sampel ditambahkan AgNO3 0,1M terbentuk endapan kuning,
sampel positif mengandung SiO32-.
3. Sampel fosfat, ditambahkan larutan HNO3 6M dan reagensia amonium molibdat
terbentuk endapan kuning atau sampel ditambahkan FeCl 3 0,1M akan
terbentuk endapan putih-kekuningan, sampel positif mengandung PO43-.
4. Sampel kromat, ditambahkan BaCl2 0,1M, jika terbentuk endapan kuning-muda,
atau sampel ditambahkan AgNO3 0,1M terbentuk endapan merah-kecoklatan
maka sampel positif mengandung CrO42-.
5. Sampel permanganat, ditambahkan H2SO4 pekat, warna ungu larutan akan
berubah menjadi coklat, maka sampel positif mengandung MnO4-.
6. Sampel salisilat, ditambahkan 1,5 mL H 2SO4 pekat dan 3 mL methanol, sumbat
tabung reaksi dan panaskan. Jika terdapat aroma minyak gandapura, maka
sampel positif mengandung salisilat.
7. Sampel benzoate, ditambahkan 1,5 mL H2SO4 pekat dan 3 mL etanol, sumbat
tabung reaksi dan panaskan. Jika terdapat bau aromatis yang khas, maka
sampel positif mengandung benzoat.
E. Data Hasil Pengamatan

Perubahan
Tabung Perlakuan
Sebelum Setelah

F. Pertanyaan
 Pertanyaan Pra Lab
1. Tuliskanlah rumus kimia dan nama zat kimia yang digunakan pada praktikum
ini sesuai IUPAC!
2. Jelaskanlah mengapa anion dibagi menjadi golongan A dan B?
3. Sebutkanlah anion-anion yang termasuk kedalam golongan A!
4. Sebutkanlah anion-anion yang termasuk kedalam golongan B!
5. Tuliskanlah reaksi kimia yang terlibat pada praktikum anion golongan A dan B
beserta dengan perubahan warna yang dihasilkan!
 Pertanyaan Post Lab
1. Jelaskanlah bagaimana proses terbentuknya cincin coklat pada identifikasi
anion NO3-?

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 40


2. Jelaskanlah mengapa pada identifikasi kation SCN - dan [Fe(CN)6]4-,
penambahan FeCl3 menghasilkan warna endapan yang berbeda?
3. Jelaskanlah fungsi kertas kunyit (turmerik) dalam uji borat?
4. Jelaskan mengapa pada pengujian salisilat dan benzoat hasil identifikasi
menghasilkan aroma yang berbeda dan khas?
5. Jelaskanlah mengapa pada identifikasi anion MnO 4-, warna ungu larutan
berubah menjadi hijau ketika ditambahkan H2SO4 pekat?

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 41


MODUL 3
ANALISIS KUANTITATIF: METODE TITRASI

1. TITRASI PENETRALAN (ALKALIMETRI- ASIDIMETRI)


A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Melakukan analisis alkalimetri untuk menetapkan kadar asam asetat cuka
perdagangan.
2. Menentukan kandungan karbonat dan hidrogen karbonat dalam soda kue
dengan titrasi asidimetri
B. Prinsip Dasar
Titrasi netralisasi (asam-basa) : yaitu suatu proses titrasi yang tidak
mengakibatkan terjadinya baik perubahan valensi maupun tebentuknya endapan dan
atau terjadinya suatu senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi. Yang
termasuk dalam reaksi netralisasi adalah :
a. Titrasi Asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam-
garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar
asam.
b. Titrasi Alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan
garam-garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dengan larutan
standar basa.
Pada titrasi asam-basa, pH titik akhir titrasi ditentukan dengan banyaknya
konsentrasi H+ yang berlebihan dalam larutan, yang besarnya tergantung pada sifat
asam, basa dan konsentrasi larutan. Oleh karena itu, pada penambahan titran yang
lebih lanjut pada titik akhir titrasi akan menyebabkan perubahan pH yang cukup besar
dan indikator yang digunakan harus berubah warna sehingga perubahan indikator
asam-basa tergantung pada pH titik ekivalen.
a. Titrasi Alkalimetri
Konsep titrasi penetralan ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
untuk menganalisis kadar suatu sampel asam atau basa. Dengan perhitungan
Normalitas standarisasi sebagai berikut.
(Nasam oksalatx Vasam oksalat) = (NNaOH x VNaOH)
( N asamoksalat x V asamoksalat )
NNaOH =
V NaOH
Sedangkan perhitungan kadar sampel:
( N NaOH x V NaOH ) x BE sampel x Fp
% Kadar sampel = x 100%
V sampel

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 42


Dengan Fp = faktor pengenceran, yaitu volume yang diambil dibagi dengan volume
pelarut.
b. Titrasi Asidimetri
Titrasi asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam-
garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar asam.
Aplikasi dari konsep ini adalah pada penentuan kadar Karbonat dan hidrogen karbonat
dalam campurannya. Karbonat dan hidrogen karbonat dalam campurannya dapat
ditentukan dengan titrasi asam basa menggunakan dua buah indikator. Pada
percobaan ini digunakan indikator fenolftalein dan metil jingga. Karena karbonat lebih
basa dari hidrogen karbonat maka pada titrasi, HCl akan bereaksi terlebih dahulu
dengan karbonat menurut reaksi berikut:
CO32- (aq) + H+(aq) → HCO3-(aq) (1)
Setelah seluruh karbonat yang ada dalam sampel berubah menjadi hidrogen
karbonat, penambahan HCl lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya reaksi antara
hidrogen karbonat dengan HCl menurut reaksi berikut :
HCO3- (aq) + H+(aq) → H2CO3(aq) (2)
Hidrogen karbonat yang bereaksi dengan HCl adalah HCO 3- hasil reaksi (1) dan
HCO3- yang sudah ada dalam sampel, jika digunakan fenolftalein sebagai indikator
maka reaksi titrasi adalah reaksi (1). Volume HCl untuk titrasi ini adalah volume titrasi
menggunakan indikator fenolftalein (Vpp) dapat digunakan untuk menghitung kadar
karbonat yang terdapat di dalam sampel. Jika digunakan metil jingga pada titrasi,
volume HCl untuk titrasi ini adalah volume titrasi menggunakan indikator metil jingga
(Vmj) digunakan untuk bereaksi dengan :
1) Karbonat yang ada dalam sampel menurut reaksi (1)
2) Hidrogen karbonat hasil reaksi (1)
3) Hidrogen karbonat yang ada dalam sampel
Volume HCl yang digunakan untuk bereaksi dengan hidrogen karbonat yang ada
dalam sampel adalah (Vmj - 2Vpp). Dengan perhitungan Normalitas standarisasi sebagai
berikut.
(NNa2CO3 x V Na2CO3) = (NHCl x VHCl)
( N Na 2CO 3 x V Na 2CO 3 )
NHCl =
V HCl
Sedangkan perhitungan kadar sampel:
( N HCl x V HCl ) x BE NaHCO 3 x Fp
% Kadar sampel = x 100%
V sampel
Dengan Fp = faktor pengenceran, yaitu volume yang diambil dibagi dengan volume
pelarut.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 43


C. Alat dan Bahan
No. Nama Alat/Bahan Jumlah No Nama Alat/ Bahan Jumlah
1 Pipet Volumetrik 10mL 3 buah 13 Kaki tiga 1 buah
2 Labu ukur 100 ml 3 buah 14 Kassa asbes 1 buah
3 Neraca analitik 1 buah 15 Statif 1 buah
4 Labu Erlenmeyer 3 buah 16 Klem buret 1 buah
5 Pipet Filler 1 buah 17 NaOH 0,4 gram
6 Buret 50 mL 1 buah 18 H2C2O4.2H2O 0,63 gram
7 Gelas Kimia 250 mL 3 buah 19 indikator fenolftalein secukupnya
(PP)
8 Pipet tetes 1 buah 20 Akuades 300 mL
9 Pembakar spirtus 1 buah 21 Cuka perdagangan 10 mL
10 Na2CO3 1,3 gram 22 Soda kue Secukupnya
11 Indikator metil jingga 300 mL 23 HCl 36% secukupnya
12 Aquades 10 mL
D. Prosedur Praktikum
ALKALIMETRI
a) Membuat Larutan Standar H2C2O4.2H2O 0,1 N
1. Timbang dengan tepat asam oksalat dihidrat sebanyak 0,63 gram pada kaca
arloji.
2. Larutkan dalam gelas kimia kemudian pindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
dan tambahkan aquades sampai tanda batas.
3. Simpan larutan standar H2C2O4.2H2O 0,1 N yang telah dibuat pada gelas
kimia yang telah diberi label.
b) Standarisasi Larutan Standar NaOH 0,1 N
1. Panaskan aquades sebanyak kurang lebih 1 liter di gelas kimia, jangan lupa
menyimpan batu didih atau menyelipkan batang pengaduk untuk
menghindari terjadinya ”bumping”, biarkan mendidih sekitar 5-10 menit.
Setelah itu dinginkan.
2. Timbang 0,4 gram kristal NaOH, larutkan kristal tersebut dan diencerkan
hingga 100 ml aquades bebas karbonat (labu ukur).
3. Tutup wadah larutan hingga akan digunakan agar tidaj bereaksi dengan CO 2
di udara.
4. Masukkan larutan standar NaOH 0,1 N pada buret hingga tanda batas.
5. Pipet 10 mL larutan standar H2C2O4.2H2O 0,1 N ke dalam labu erlenmeyer.
6. Beri 1-2 tetes indikator PP lalu dititrasi dengan larutan NaOH yang akan
distandarisasi hingga terjadi perubahan warna.
7. Catat volume NaOH yang ditambahkan, lakukan triplo.
c) Penentuan kadar asam asetat pada cuka

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 44


1. Sebanyak 10 mL larutan asam cuka perdagangan diambil dengan
menggunakan pipet ukur, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan
dengan akuades sampai tanda batas (pengenceran 10 kali, Fp = 10)
2. Ambil 10 mL larutan yang telah diencerkan tersebut dengan pipet kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator pp
3. Larutan tersebut kemudian dititrasi dengan larutan NaOH yang telah
distandardisasi/dibakukan sampai terjadi perubahan warna (perubahan
warna tidak akan berubah apabila digoyang-goyangkan).
4. Catat volume akhir titrasi NaOH dan hitung kadar asam asetat dalam cuka
tersebut. Lakukan triplo.
ASIDIMETRI
a) Pembuatan Larutan Standar Na2CO3 0,1 N
1. Timbang dengan tepat Na2CO3 sebanyak 1,3 gram pada kaca arloji.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 45


2. Larutkan dalam gelas kimia kemudian pindahkan ke dalam labu ukur 250 mL
dan tambahkan aquades sampai tanda batas.
3. Simpan larutan standar Na2CO3 0,1 N yang telah dibuat pada gelas kimia yang
telah diberi label.
b) Standarisasi Larutan HCl
1. Pipet 8,3 mL larutan HCl pekat dan larutkan dalam gelas kimia dengan sedikit
aquades.
2. Masukkan kedalam labu ukur 1 L dan tambahkan aquades sampai tanda
batas.
3. Tempatkan larutan HCl 0,1 N ke dalam buret.
4. Pipet 25 mL larutan standar Na2CO3 ke dalam erlenmeyer, kemudian
tambahkan tiga tetes indikator metil jingga dan 25 mL aquades.
5. Titrasi larutan HCl hingga terjadi perubahan warna. Lakukan triplo.
c) Penentuan kadar hidrogen karbonat dalam sampel
1. Timbang dengan tepat sampel hidrogen karbonat sebanyak 10 gram
kemudian encerkan ke dalam labu ukur 250 mL.
2. Pipet 25 mL larutan tersebut ke dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan
tiga tetes indikator fenolftalein dan sedikit aquades, kemudian titrasi dengan
HCl sampai terjadi perubahan warna (Vpp, TE 1). Lakukan triplo.
3. Pipet 25 ml larutan sampel ke dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan tiga
tetes indikator metil jingga dan sedikit aquades, kemudian titrasi dengan
larutan HCl hingga larutan terjadi perubahan warna (V mj, TE 2). Lakukan
triplo.
4. Jika warna pada TE 2 tidak jelas, maka larutan didihkan pada saat mendekati
atau sebelum TE 2 dicapai, dan setelah dididihkan, larutan didinginkan
kembali kemudian titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna.
5. Tentukan kadar hidrogen karbonat yang ada dalam sampel.
E. Data Hasil Pengamatan
ALKALIMETRI
 Standarisasi NaOH
Percobaan Volume Volume Perubahan Kimia
Ke- H2C2O4.2H2O NaOH Sebelum Setelah
1
2
3
Rata-Rata
 Penentuan kadar asam asetat
Percobaan Volume Volume Perubahan Kimia
Ke- sampel NaOH Sebelum Setelah
1
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 46
2
3
Rata-Rata
ASIDIMETRI
 Standarisasi HCl
Percobaan Volume Volume Perubahan Kimia
Ke- Na2CO3 HCl Sebelum Setelah
1
2
3
Rata-Rata
 Penentuan kadar Hidrogen karbonat dalam soda kue
Percobaan Volume Volume Perubahan Kimia
Ke- sampel HCl Sebelum Setelah
Indikator PP
1
2
3
Rata-Rata
Indikator MJ
1
2
3
Rata-Rata
F. Pertanyaan
 Pertanyaan Pralab
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan titrasi alkalimetri?
2. Jelaskanlah pengertian dari titrasi asidimetri!
3. Jelaskan perbedaan antara larutan standar primer dan sekunder dalam
analisis kimia!
4. Sebutkan contoh larutan standar primer dan sekunder masing-masing 5
contoh!
5. Tuliskanlah rumus kimia dan nama larutan yang digunakan pada
parktikum ini sesuai IUPAC!
 Pertannyaan Postlab
1. Jelaskanlah mengapa larutan NaOH harus dilakukan standarisasi terlebih
dahulu?
2. Jelaskanlah mengapa aquades yang digunakan dalam pembuatan larutan
NaOH harus di panaskan hingga mendidih terlebih dahulu?
3. Jelaskanlah mengapa pada praktikum ini menggunakan indikator PP?
apakah ada indikator lain yang cocok untuk praktikum ini? Jika ya,
jelaskan!
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 47
4. Jelaskanlah mengapa pada praktikum uji kadar hidrogen karbonat diatas
menggunakan dua indikator yaitu fenolftalein dan metil jingga?
5. Sebutkan contoh penerapan titrasi asam basa dalam bidang farmasi!

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 48


2. TITRASI REDUKSI OKSIDASI (PERMANGANOMETRI)
A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat m enentukan
kadar Besi (Fe) dalam sampel bijih besi secara permanganometri.

B. Prinsip Dasar
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya
adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung jika terjadi interaksi dari
senyawa/unsur/ion yang bersifat oksidator dengan unsur/senyawa/ion bersifat
reduktor. Jadi jika larutan bakunya oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau
sebaliknya. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang bersifat
sebagai oksidator. Salah satu teknik titrasi dengan oksidimetri adalah titasi
permanganometri.
Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasar atas reaksi oksidasi
reduksi dengan KMnO4 mengalami reduksi. Dalam suasana asam reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:
MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O
Dengan demikian berat ekivalennya seperlima dari berat molekulnya atau 31,606.
Untuk larutan tidak berwarna, tidak perlu menggunakan indikator, karena 0,01 mL
kalium permanganat 0,1 N dalam 100 mL larutan telah dapat dilihat warna ungunya.
Untuk memperjelas titik akhir dapat ditambahkan indikator redoks seperti feroin, asam
N-fenil antranilat.
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan
cara yang berbeda-beda. Karena daya oksidasi yang besar dalam keadaan asam,
banyak titrasi yang dapat dilaksanakan dengan cara langsung atas analat yang dapat
dioksidasi seperti Fe2+, asam/ garam oksalat yang dapat larut, dan sebagainya. Pada
praktikum titrasi permanganometri kali ini, zat yang akan ditentukan kadarnya adalah
Fe2+ dalam bijih besi. Bijih besi yang utama adalah oksida atau oksida terhidrasi;
hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4), dan siderite (FeCO3).
Pada penentuan kadar besi dengan metode titrasi permanganat, digunakan
larutan standar primer natrium oksalat karena merupakan bahan baku yang sangat
murni, stabil selama pengeringan dan tidak higroskopis. Pada proses standarisasi, Na-
oksalat dititrasi dalam larutan asam dengan reaksi:
5 H2C2O4 + 2 MnO4- + 6 H+ → 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
Dan setelah dilakukan titasi penentuan kadar Fe dalam bijih besi, akan terjadi reaksi:
5 Fe2+ + MnO4- + 8 H+ → 5 Fe3+ + Mn2+ + 4 H2O
Dengan perhitungan Normalitas standarisasi sebagai berikut.
(N H2C2O4 x V H2C2O4) = (N MnO4- x V MnO4-)
( N H 2 C 2 O 4 x V H 2C 2 O 4 )
N MnO4- =
V MnO 4 −¿ ¿
Sedangkan perhitungan kadar sampel:
% Fe2+ = ¿ ¿ x 100%

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 49


C. Alat dan Bahan

No. Nama Alat/Bahan Jumlah No Nama Alat/ Bahan Jumlah


1 Neraca analitik 1 buah 12 Pembakar spirtus 1 buah
2 Labu ukur 100 ml 1 buah 13 Kaki tiga 1 buah
3 Labu ukur 50 mL 1 buah 14 Kassa asbes 1 buah
4 Kaca arloji 2 buah 15 Vacuum pump 1 buah
5 Glass filtration set 1 buah 16 Termometer 1 buah
6 Pipet volumetrik 10 mL 2 buah 17 Aquades 1,5 liter
7 Pipet filler 1 buah 18 KMnO4 3,2 gram
8 Gelas kimia 250 mL 1buah 19 H2C2O4 0,63 gram
9 Gelas kimia 1500 mL 1 buah 20 H2SO4 4N 5 mL
10 Buret amber 50 mL 1 buah 21 Bijih besi 0,5 gram
11 Erlenmeyer 250mL 3 buah

D. Prosedur Praktikum
a. Pembuatan larutan
 Larutan baku primer (H2C2O4.2H2O)
1. Timbang dengan tepat asam oksalat dihidrat sebanyak 0,63 gram pada
kaca arloji.
2. Larutkan dalam gelas kimia kemudian pindahkan ke dalam labu ukur 100
mL dan tambahkan aquades sampai tanda batas.
3. Simpan larutan standar H2C2O4.2H2O 0,1 N yang telah dibuat pada gelas
kimia yang telah diberi label.
 Larutan baku sekunder (KMnO4.5H2O) BE = 1/5 BM
1. Timbang sekitar 3,2 g kalium permanganat pada kaca arloji (KMnO4
merupakan oksidator kuat sehingga harus ditimbang dalam kaca arloji).
2. Pindahkan zat ke dalam gelas kimia 1500 mL dan tambahkan 1 liter
aquades, tutup gelas kimia.
3. Panaskan larutan hingga mendidih selama 15-30 menit dan biarkan
larutannya mendingin di suhu ruangan.
4. Saring larutan melalui corong mengandung sumbat glasswol, atau, lebih
sederhana, melalui sintered glass atau penyaring porselain.
5. Filtrat ditampung dalam botol bersih bebas lemak (dibersihkan dengan
campuran asam kromat kemudian dicuci bersih aquades) dan ditutup.
6. Larutan yang di saring harus disimpan dalam botol tertutup yang bersih,
dan disimpan di tempat yang gelap, kecuali ketika akan digunakan:
alternatif, disimpan dalam botol kaca coklat gelap.
7. Bila selama penyimpanan terbentuk lagi endapan, maka harus disaring
lagi sebelum distandarisasikan.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 50


b. Pembakuan larutan KMnO4
1. Pipet 10 mL asam oksalat, masukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 6 mL H2SO4 4N, panaskan pada temperatur 80-90oC.
3. Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai terbentuk warna rose.
4. Catat volume KMnO4, lakukan titrasi triplo dan hitung sebelum distandarkan.
c. Penetapan sampel
1. Menimbang dengan teliti sekitar 0,5 gram sampel bijih besi didalam gelas
kimia 250 mL.
2. Tambahkan 10 mL larutan HCl 12 M dan tutup dengan kaca arloji.
3. Panaskan diatas hot plate dibawah titik didih sampai sampel larut (sekitar
20-50 menit) yaitu larutan sampai berubah menjadi kuning.
4. Larutan diuapkan sampai sekitar 5 mL dan tambahkan aquades sampai 15
mL, kemudian larutan dipanaskan sampai mendidih, dinginkan.
5. Encerkan di dalam labu ukur 50 mL hingga tanda batas.
6. Pipet 10 mL larutan sampel, masukkan ke dalam labu erlemeyer.
7. Tambahkan 6 mL H2SO4 4N, panaskan pada temperatur 80-90oC.
8. Titrasi dengan larutan KMnO4 sampai terbentuk warna rose.
9. Catat volume KMnO4, lakukan titrasi triplo.
E. Data Hasil Pengamatan
 Standarisasi KMnO4

Percobaan Volume Volume Perubahan Kimia


Ke- H2C2O4 KMnO4 Sebelum Setelah
1
2
3
Rata-Rata
 Penentuan kadar Fe dalam bijih besi

Percobaan Volume Volume Perubahan Kimia


Ke- sampel KMnO4 Sebelum Setelah
1
2
3
Rata-Rata

F. Pertanyaan
 Pertanyaan Pra Lab
1. Tuliskanlah rumus kimia dan nama zat kimia yang digunakan pada praktikum
ini sesuai IUPAC!
2. Tuliskanlah reaksi reduksi dari KMNO4 dan hitunglah Berat Ekivalen (BE)-nya!
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 51
3. Sebutkanlah larutan standar primer yang digunakan pada titrasi
permanganometri penentuan kadar Fe ini!
4. Hitunglah konsentrasi dari H2C2O4.2H2O yang dibuat pada praktikum ini!
5. Tuliskanlah reaksi kimia pada pengolahan sampel bijih besi!

 Pertanyaan Post Lab


1. Jelaskanlah mengapa larutan KMNO4 harus disimpan di dalam wadah gelap
atau di tempat yang gelap?
2. Jelaskanlah mengapa pada pembuatan KMNO 4, larutan harus dipanaskan dan
dilakukan penyaringan?
3. Jelaskanlah mengapa pada praktikum ini tidak digunakan indikator eksternal?
4. Jelaskanlah mengapa pada standarisasi dan penentuan kadar Fe, larutan
KMNO4 ditambahkan dengan H2SO4 4N tidak dengan HCl?
5. Bandingkanlah hasil perhitungan uji kadar Fe ini dengan kadar Fe sesuai teori
yang seharusnya!
6.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 52


3. TITRASI PENGENDAPAN (ARGENTOMETRI)
A. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat m enentukan
kadar Klorida (Cl) dalam sampel garam dapur secara permanganometri.

B. Prinsip Dasar
Titrasi Pengendapan adalah titrasi yang berdasarkan pada pembentukan
endapan atau kekeruhan. Perak nitrat (AgNO 3) adalah bahan kimia yang paling banyak
digunakan sebagai senyawa pengendap yang digunakan dalam titrasi ini sehingga
titrasi pengendapan dikenal juga sebagai titrasi argentometri. Argentometri
merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl -, Br-, I-) atau anion
lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (Argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan
membentuk endapan perak halida (AgX), menurut persamaan reaksi :
Ag+ + X- → AgX ↓
Penentuan titik akhir titrasi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Metode Gay Lussac
Pada cara ini tidak digunakan indikator untuk penentuan titik akhir karena
sifat dari endapan AgX yang membentuk larutan koloid bila ada ion sejenis yang
berlebih. AgX tidak mengendap melainkan berupa kekeruhan yang homogen.
Menjelang titik ekuivalen (1% sebelum setara) akan terjadi koagulasi dari larutan
koloid tersebut, karena muatan ion pelindungnya tidak kuat lagi untuk menahan
penggumpalan. Dalam keadaan ini didapat endapan AgX yang berupa endapan
kurdi (gumpalan) dengan larutan induk yang jernih. Titik akhir titrasi dicapai bila
setetes pentiter yang ditambahkan tidak lagi memberikan kekeruhan.
2. Metode Mohr
AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna
putih. Bila semua Cl- sudah habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3, maka kelebihan
sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO4 2- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan,
ini berarti titik akhir titrasi telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata
dari endapan Ag2CrO4. Reaksinya :
Ag+ + Cl- → AgCl ( putih)
Ag+ + CrO42- → Ag2CrO4 (merah bata)
Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl berpengaruh pada
titrasi. Titrasi dengan metode Mohr dilakukan pada pH 8. Jika pH terlalu asam
(pH<6), sebagian indikator K2CrO4 akan berbentuk HCrO4-, sehingga larutan AgNO3
lebih banyak yang dibutuhkan untuk membentuk endapan Ag 2CrO4. Pada pH basa
(pH>8), sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi perak karbonat atau perak

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 53


hidroksida, sehingga larutan AgNO3 sebagai penitrasi lebih banyak yang
dibutuhkan.
Dengan perhitungan Normalitas standarisasi sebagai berikut.
(N NaCl x V NaCl) = (N AgNO3 x V AgNO3)
( N NaCl x V NaCl )
N AgNO3 =
V AgNO 3
Sedangkan perhitungan kadar sampel:
( N AgNO 3 x V AgNO 3 ) x BE NaCl x Fp
% NaCl = x 100%
Berat sampel (mg)
Dengan Fp = faktor pengenceran, yaitu volume yang diambil dibagi dengan volume
pelarut.
3. Metode Volhard
Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO 3 ditambahkan
secara berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion halida (X -). Sisa larutan
standar AgNO3 yang tidak bereaksi dengan Cl - dititrasi dengan larutan standar
tiosianat ( KSCN atau NH4SCN ) menggunakan indikator besi (III) (Fe 3+). Reaksinya
sebagai berikut ;
Ag+ + X- → AgX + sisa Ag+ (berlebih)
Ag+ + SCN- → AgSCN (sisa)
SCN- + Fe3+ → Fe(SCN)2+ (merah)
Hitung kadar (%) NaCl dalam garam dapur dengan persamaan :
( ( N AgNO3 x V AgNO 3 )−( N NH 4 SCN x V NH 4 SCN ) )x BE NaCl x Fp
% NaCl = x 100%
Berat sampel(mg)
4. Metode Fajans
Pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada dua tahap untuk
menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi (fluorescein). Selama
titrasi berlansung (sebelum TE) ion halida (X -) dalam keadaan berlebih dan
diabsorbsi pada permukaan endapan AgX sebagai permukaan primer.
Ag+ + X- → AgX : X- Na+
Setelah titik ekivalen tercapai dan pada saat pertama ada kelebihan AgNO 3
yang ditambahkan Ag+ akan berada pada permukaan primer yang bermuatan
positif menggantikan kedudukan ion halida (X -). Bila hal ini terjadi maka ion
indikator (Ind) yang bermuatan negatif akan diabsorpsi oleh Ag + (atau oleh
permukaan absorpsi).
AgX : Ag+ + Ind- → AgX : Ag+ Ind- (merah muda)
Jadi titik akhir titrasi tercapai bila warna merah telah terbentuk. Hitung kadar (%)
NaCl dalam garam dapur dengan persamaan :

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 54


( N AgNO 3 x V AgNO3 ) x BE NaCl x Fp
% NaCl = x 100%
Berat sampel (mg)
C. Alat dan Bahan
No. Nama Alat/Bahan Jumlah No Nama Alat/ Bahan Jumlah
1 Neraca analitik 1 buah 12 Aquades 1,5 liter
2 Labu ukur 1000 ml 2 buah 13 NaCl 3 gram
3 Labu ukur 100 ml 1 buah 14 AgNO3 5,1 gram
4 Kaca arloji 2 buah 15 K2CrO4 5 gram
5 Pipet volumetrik 25 mL 2 buah 16 Garam dapur 5 gram
6 Pipet filler 1 buah 17 HNO3 4N 15 mL
7 Gelas kimia 250 mL 1buah 18 Fe(NH4)SO4 1N 15 mL
8 Gelas kimia 1500 mL 1 buah 19 Nitro benzena 6 mL
9 Buret Amber 50 mL 1 buah 20 Dikhlorofluorescein 1 mL
10 Erlenmeyer 250mL 3 buah 21 Dekstrin 1 gram
11 Oven 1 buah
D. Prosedur Praktikum
a) Pembuatan Larutan Natrium Klorida (NaCl) 0,01 N
1. Lebih kurang 3 gram NaCl dikeringkan dahulu di dalam oven pada
temperatur 500 – 6000C (±1 jam), kemudian disimpan di dalam desikator.
2. Setelah dingin baru ditimbang dengan teliti 0,585 gram dan dilarutkan dalam
air suling sampai tepat tanda batas pada labu ukur 1 liter.
b) Pembuatan Larutan Perak Nitrat (AgNO3) 0,01 N
1. Lebih kurang 5,1 gram AgNO3 ditimbang dalam kaca arloji.
2. Larutkan dengan aquades pada labu ukur 1 L sampai tanda batas.
c) Pembuatan Indikator Kalium Kromat 5%
1. Timbang 5 gram kalium kromat.
2. Larutkan dengan sedikit aquades di dalam gelas kimia.
3. Masukkan larutan ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahkan aquades
hingga tanda batas.
d) Standarisasi AgNO3 menurut cara Mohr
1. Pipet 25 ml larutan standar NaCl 0,01 N masukkan ke dalam erlenmeyer 250
ml.
1. Tambahkan 1 ml indikator K2CrO4 5% ke dalam labu Erlenmeyer.
2. Titrasi dengan larutan AgNO3 (dikocok kuat-kuat, terutama menjelang titik
akhir titrasi), hingga terbentuk endapan merah bata.
3. Lakukan minimal tiga kali titrasi (triplo).
e) Penentuan kadar sampel klorida cara Mohr
1. Larutkan 1,00 gram sampel garam dapur (telah dikeringkan dalam oven
selama 1 jam, suhu 110oC) dengan aquades di dalam labu ukur 250 mL.
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 55
2. Pipet 25 ml sampel kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml,
tambahkan 1 ml indikator K2CrO4 5%.
3. Kemudian dititrasi dengan larutan AgNO 3 (dikocok kuat-kuat, terutama
menjelang titik akhir titrasi), sampai terbentuk endapan merah bata.
4. Lakukan minimal tiga kali titrasi (triplo).
f) Penentuan klorida secara Volhard
1. Siapkan larutan standar NH 4SCN 0,01 N dengan melarutkan 0,76 gram
NH4SCN dengan aquades pada labu ukur 1 L hingga tanda batas.
2. Larutkan 1,00 gram sampel garam dapur (telah dikeringkan dalam oven
selama 1 jam, suhu 110oC) dengan aquades di dalam labu ukur 250 mL.
3. Ambil 25,00 mL larutan tersebut dengan pipet volume tuangkan ke dalam
labu erlenmeyer 250 ml.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 56


4. Tambahkan 1 mL HNO3 4N dan 5 mL larutan Fe(NH4)SO4 1N.
5. Tambahkan larutan standar AgNO3 (dalam keadaan berlebih tetapi harus
diketahui volumenya dengan pasti) ke dalam larutan yang ada dalam
erlenmeyer.
6. Tambahkan 1-2 mL nitro benzena, kemudian labu Erlenmeyer ditutup dan
dikocok secara merata sehingga semua endapan AgCl dilapisi oleh nitro
benzena.
7. Sisa AgNO3 yang bereaksi dengan ion klorida (Cl -) dititrasi dengan larutan
standar NH4SCN menggunakan indikator larutan Fe(NH 4)SO4 1N sebanyak 5
mL. Titik akhir titrasi dicapai pada saat pertama kali terbentuk warna merah
coklat.
8. Percobaan dilakukan 3 kali (triplo).
g) Penentuan klorida secara Fajans
1. Dilarutkan 1,00 gram garam dapur (yang telah dikeringkan dalam oven
selama 1 jam dengan suhu 110 0C) ke dalam aquades di dalam labu ukur 250
mL.
2. Diambil 25,00 mL larutan tersebut dengan pipet volume, dituangkan
kedalam labu erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 0,4 mL larutan
dikhlorofluorescein dan 0,1 gram dekstrin.
3. Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai pertama kali terbentuk warna
merah muda pada permukaan endapan AgCl, berarti titik akhir titrasi
tercapai.
4. Percobaan diulang 3 kali (triplo).
E. Data Hasil Pengamatan
 Standarisasi AgNO3

Percobaan Volume Volume Perubahan Kimia


Ke- AgNO3 NaCl Sebelum Setelah
1
2
3
Rata-Rata
 Penentuan kadar klorida dalam sampel

Percobaan Volume Volume Perubahan Kimia


Ke- sampel AgNO3 Sebelum Setelah
1
2
3
Rata-Rata

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 57


F. Pertanyaan
 Pertanyaan Pra Lab
1. Tuliskanlah rumus kimia dan nama zat kimia yang digunakan pada praktikum
ini sesuai IUPAC!
2. Apa yang dimaksud dengan titrasi pengendapan (argentometri)?
3. Jelaskanlah mengapa dalam suatu reaksi kimia dapat menghasilkan endapan?
4. Jelaskanlah perbedaan dari metode Mohr, Volhard dan Fajans!

 Pertanyaan Post Lab


1. Jelaskanlah tentukan konsentrasi klorida dalam sampel, bandingkan dengan
hasil ketiga metode yang dilakukan!
2. Sebutkanlah zat yang bertindak sebagai indikator pada uji dengan metode
Mohr, Volhard dan Fajans!
3. Jelaskan mengapa pada saat menjelang titik akhir titrasi pada metode Mohr
harus dilakukan pengocokan labu erlenmeyer kuat-kuat!
4. Jelaskan mengapa pada metode Volhard ditambahkan HNO3 4N pada larutan?
5. Jelaskan mengapa pada metode Fajans ditambahkan dekstrin pada larutan?

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J.et.al, A. Hadayana Pudjaatmaka dan L.Setiono (Alih bahasa). (1994). Buku
Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi 4. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Jilid 1 (Ed. Ketiga).
Terjemahan oleh M.A Martoprawiro, dkk. Jakarta: Erlangga.

Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti, Jilid 2 (Ed. Ketiga).
Terjemahan oleh M.A Martoprawiro, dkk. Jakarta: Erlangga.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 58


Day, R.A., dan Undewood, A.L. (1996). Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Harjadi, W. (1986). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.

Harvey, David. (2000). Modern Analitycal Chemistry. New York: McGraw-Hill


Companies.

Svehla, G., A. Hadayana Pudjaatmaka dan L.Setiono (Alih bahasa). (1990). Vogel : Buku
Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi 5, Bagian I.
Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.

Svehla, G., A. Hadayana Pudjaatmaka dan L.Setiono (Alih bahasa). (1990). Vogel : Buku
Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi 5, Bagian II.
Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.

Yunita. (2009). Panduan Pengelolaan Laboratorium Kimia. Bandung: CV. Insan Mandiri.

Petunjuk Praktikum Kimia Dasar | 59

Anda mungkin juga menyukai