Anda di halaman 1dari 4

PAPER KEBUDAYAAN

TARI TOR-TOR ( SUMATERA UTARA)

Tari Tortor adalah jenis tarian purba dari suku Batak yang berasal dari
provinsi Sumatra Utara yang meliputi daerah kabupaten Tapanuli Utara, Humbang
Hasundutan, Toba, Samosir, dan Tapanuli Tengah. Dan saat ini, tari tortor menjadi
bagian penting dalam adat suku Batak Toba, baik dalam acara adat pernikahan
ataupun pentas seni di seluruh Indonesia. Melalui tarian ini lah masyarakat adat Batak
menyampaikan harapan dan seluruh doa-doanya. Peragaan sikap dan perasaan
melalui tortor selalu menggambarkan kondisi dan situasi yang dialami.

Namun, saat ini tema dan makna filosofi tortor sebagai sarana ritual
keagamaan telah beralih fungsi menjadi sarana hiburan sekaligus media komunikasi
sesama warga. akan tetapi, tari Tor- tor tidak hanya dilakukan untuk penyambutan
tamu saja. Tari Tor- Tor juga juga dilakukan pada saat ada yang meninggal. Tarian
Tor- tor ini akan disebut sebagai manortot matee (tarian mati). Adapun perbedaannya
hanya terletak pada ekspresi wajah penari. pada saat tor- tor untuk yang sudah
meninggal ekspresi penari akan terlihat sedih dan tarian akan dilakasanakan dengan
khidmat, kebalikan dengan tari Tor- tor untuk persembahan ataupun perkawinan.
tidak semua orang yang meninggal yang akan mengadakan tari Tor- tor. Hanya orang
tua yang telah anak yang sudah menikah semua atau sudah lepas tanggung jawab
dalam hal mengurus anak- anak mereka dan telah memiliki cucu dari anak- anak
mereka dan disetujui oleh keluarga dan kepala adat.

SEJARAH

Nama Tortor berasal dari bunyi hentakan kaki pada lantai rumah adat suku
batak yang terbuat dari kayu sehingga menghasilkan suara berbunyi “tor” “tor” . Tari
Tortor merupakan salah satu jenis tari yang berasal dari suku Batak yang tinggal si
Sumatra Utara yang diperkirakan telah ada di dalam kebudayaan Batak sejak sekitar
abad ke-13.Pada awalnya, tarian ini hanya menyebar di kawasan Samosir, Toba dan
sebagian kawasan Humbang.Namun, setelah penyebaran Agama Kristen di kota
Silindung. Tarian ini pun dikenal sebagai salah satu tarian modern yang menjadi
kebudayaan dari suku Batak.

Adapun makna simbol dalam tiap gerakan Tortor masing-masing mempunyai arti
yang menjelaskan bagaimana proses menghargai dan memberi penghormatan antar
marga sebagai bentuk hubungan yang baik. Dalam unsur kekerabatan masyarakat
Batak antara hula-hula, dongan sabutuha dan boru gerakan itu semua menjelaskan
proses tersebut melalui simbol gerakan yang akan dibawakan oleh panortor.Tortor
adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gordang. Secara fisik, tortor
merupakan tarian, namun makna yang lebih dari hanya sekadar gerakan-gerakannya
menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang
disajikan terjadi interaksi antarpartisipan upacara. Gerakan menarikan tortor disebut
manortor.

Tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum
acara dilakukan, secara terbuka, terlebih dahulu tuan rumah (hasuhutan) melakukan
acara khusus yang dinamakan 'mambuat tua ni gondang', meminta berkat dari
gondang sabangunan. Praktik dulu dianggap animistik ini kini ditujukan kepada
Tuhan agar memberkati acara.Dalam pelaksanaan tarian tersebut salah seorang dari
hasuhutan akan meminta kepada para pemain gondang dengan kata-kata yang sopan
dan santun.
Adapun jenis permintaan jenis lagu yang akan dibunyikan adalah seperti:
Permohonan kepada Dewa dan pada roh-roh leluhur agar keluarga suhut yang
mengadakan acara diberi keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang
berlimpah ruah, dan upacara adat yang akan dilaksanakan menjadi sumber berkat
bagi suhut dan seluruh keluarga, serta para undangan.

Setiap penari tortor harus memakai ulos dan mempergunakan alat


musik/gondang (Uninguningan). Ada banyak pantangan yang tidak diperbolehkan
saat manortor, seperti tangan si penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke
atas, bila itu dilakukan berarti si penari sudah siap menantang siapa pun dalam bidang
ilmu perdukunan, atau adu pencak silat (moncak), atau adu tenaga batin dan lain-lain.

Konsep Gondang masa kini

Dalam hal ini, konsep margondang pada masa sekarang dapat dibagi dalam
tiga bagian besar, yaitu:

1.Margondang pesta, suatu kegiatan yang menyertakan gondang dan merupakan suatu
ungkapan kegembiraan dalam konteks hiburan atau seni pertunjukan, misalnya:
gondang pembangunan gereja, gondang naposo, gondang mangompoi jabu
(memasuki rumah) dan sebagainya.

2.Margondang adat, suatu kegiatan yang menyertakan gondang, merupakan


aktualisasi dari sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu, misalnya: gondang mamampe
marga (pemberian marga), gondang pangoli anak (perkawinan), gondang saur matua
(kematian), kepada orang di luar suku Batak Toba, dan sebagainya.

3.Margondang religi, upacara ini sekarang hanya dilakukan oleh organisasi


keagamaan yang masih berdasar pada kepercayaan Batak purba. Misalnya parmalim,
parbaringin, dan parhudamdam Siraja Batak. Konsep adat dan religi pada setiap
pelaksanaan upacara oleh kelompok ini masih mempunyai hubungan yang sangat erat
karena titik tolak kepercayaan mereka adalah Mula Jadi na Bolon. Segala kegiatan
mereka berhubungan dengan adat serta hukuman dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan tata aturan yang dititahkan Raja Sisingamangaraja XII yang dianggap
sebagai wakil Mula Jadi na Bolon.
Gerakan Tari Tortor

-Pangurdot : Merupakan gerakan seluruh badan di mana pusat daya gerakannya


bertumbuh pada telapak kaki dan tumit.

-Pangeal : Daya tarik Tortor ini ada pada pangeal ni gonting (gerakan pinggang yang
gemulai). Gerakan ini diikuti oleh anggota tubuh lain, seperti tangan, jemari dan
kepala.

-Pandenggal : Gerakan pendenggal memiliki rotasi. Kedua telapak tangan yang


terbuka di angkat ke atas secara berlahan-lahan, lalu secara perlahan diturunkan ke
bawah dengan menelungkupkan telapak tangan yang terbuka tersebut, seolah-olah
jatuh secara elatis menuju pinggang sebelah kiri dan ke kanan.

-Siangkupna : merupakan menggerakan bagian leher. Di mana gerakannya seirama


dengan gondang dan urdot.

-Hapunanna : adalah ekspresi yang tampak dari wajah penortor penari. Di mana dari
wajah bisa diketahui situasi kegembiraan atau suak duka cita. Ekspresi wajah penari
harus seirama, maka tortor bisa berkomunikasi kepada penonton yang hadir
menyaksikan.

Anda mungkin juga menyukai