Radioterapi & Onkologi - Melanoma
Radioterapi & Onkologi - Melanoma
PENDAHULUAN
Melanoma merupakan keganasan agresif yang berasal yaitu sekitar 75% dari semua kasus kanker ku-
dari sel penghasil pigmen (melanosit). 95% kasus lit.1,2,3Pembedahan merupakan modalitas utama dan
ditemukan pada kulit, namun dapat juga ditemukan paling efektif pada kasus melanoma. Namun pada kon-
pada berbagai organ seperti mata, telinga, mulut, disi dimana pembedahan tidak dapat dilakukan atau
saluran cerna, mukosa genital dan leptomeningen. terdapat faktor komorbid serta prognostik yang buruk
Risiko metastasis melanoma lebih besar dibandingkan dari hasil histopatologi post operasi, maka diperlukan
kanker kulit lain seperti karsinoma sel basal dan terapi adjuvan post operasi lain yang juga efektif. Saat
karsinoma sel skuamosa. Meskipun kejadian melanoma ini radioterapi menjadi salah satu pilihan terapi yang
lebih jarang dibandingkan kedua kanker kulit tersebut, dinilai cukup efektif dan aman baik untuk tujuan
namun melanoma lebih sering menyebabkan kematian, kuratif maupun paliatif pada kasus melanoma. 4
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.10 (1) Januari 2019:22-26 23
rekomendasikan penggunaan regimen hipofraksinasi, Radiasi KGB regional pasca diseksi dengan gam-
namun toleransi radiasi pada jaringan normal harus baran patologi risiko tinggi
benar-benar diperhatikan untuk mencegah terjadinya Faktor risiko kekambuhan regional post diseksi KGB
kerusakan ireversibel akibat radiasi.16-18 meliputi adanya residu post diseksi atau batas sayatan
positif, ekstensi ekstra kapsular, keterlibatan KGB mul-
Indikasi radiasi pada lesi primer tiple, ukuran KGB > 3 cm serta kasus rekuren pada
Melanoma dengan batas sayatan suboptimal nodal basin yang sebelumnya telah didiseksi. Menurut
Pada sebagian besar kasus melanoma post operasi studi A ustralasian Trans-Tasman Radiation Oncology
dengan batas sayatan suboptimal, dilakukan re-eksisi Group (TROG), kriteria jumlah KGB yang berisiko
dengan margin yang lebih lebar. Namun pada beberapa tinggi meliputi ≥ 1 KGB ukuran berapapun untuk pa-
lokasi khususnya didaerah kepala leher, batas sayatan rotid, ≥ 2 KGB untuk cervical dan/atau ukuran ≥ 3 cm,
yang lebar mungkin sulit dicapai tanpa disertai defisit ≥ 2 KGB untuk aksila dan/atau ukuran ≥ 4 cm serta ≥ 3
kosmetik yang besar. Radioterapi dapat dipertim- KGB untuk inguino-femoral dan/atau ukuran ≥ 4 cm.
bangkan pada kasus ini. Didapatkan local control rate Radioterapi adjuvan pada kasus ini dapat mengurangi
sebesar 88% post kombinasi operasi dan radioterapi kekambuhan regional hingga < 15%.16,18,21,22
dengan regimen hipofraksinasi (30 Gy dalam 5
fraksi).16 Radiasi profilaksis pada KGB
Berkembangnya Sentinel Lymph Node Biopsy (SLNB)
Lentigo maligna melanoma dalam menentukan staging patologis KGB melanoma
Lentigo Maligna Melanoma sering terdapat pada telah mengurangi peran terapi profilaksis pada KGB.
daerah kepala leher, terutama pada orang tua. Sifatnya Namun pada kondisi ketiadaan fasilitas SLNB atau di-
lebih ekstensif dengan gambaran yang lebih buruk. Hal putuskan menghindari diseksi KGB post SLNB positif,
ini menyebabkan batas sayatan yang optimal sulit di- radioterapi elektif berperan penting. Sebelum era
capai karena lokasi tumor atau adanya komorbiditas SLNB rutin, radioterapi elektif merupakan pendekatan
pada pasien. Radioterapi sangat efektif dengan recur- yang lebih disukai untuk mengobati melanoma primer
rence rate sebesar 7% dan merupakan pilihan yang pada daerah kepala dan leher dengan ketebalan lebih
baik untuk pasien berusia lanjut.14,16,19 dari 1.5 mm atau Clark level IV - V karena terapi ini
Studi prospektif oleh Tsang, dkk. Terhadap 36 pasien efektif menekan rekurensi regional dan terkait dengan
dengan lentigo maligna yang menjalani radioterapi angka morbiditas yang lebih rendah daripada diseksi
definitif di Princess Margaret Hospital Toronto menun- KGB elektif.16,17,20
jukkan 5-year local control rate sebesar 86%. Studi
lain oleh Farshad, dkk dari University of Zurich DOSIS DAN FRAKSINASI
melaporkan 150 pasien yang terdiri dari 93 pasien Fraksinasi dosis pada melanoma bervariasi dari fraksi
lentigo maligna, 54 pasien lentigo maligna melanoma konvensional (2 Gy per fraksi setiap hari) hingga
dan 3 pasien dengan keduanya. Semuanya mendapat- hipofraksinasi (6–7.5 Gy per fraksi 2 kali seminggu).
kan radioterapi definitif, 101 pasien diikuti setidaknya Dosis per fraksi yang besar terkait dengan tampilan
selama 2 tahun (rata-rata 8 tahun) dan didapatkan local kosmetik yang lebih inferior. Total dosis bervariasi dari
control rate sebesar 93%.20 60 Gy dengan fraksinasi konvensional hingga 30–48
Gy pada hipofraksinasi, tergantung dosis per fraksi
Lesi satelit yang diberikan.16,18,19
Adanya lesi satelit atau metastasis in-transit yang Salah satu studi yang cukup besar terkait radioterapi
berdekatan merupakan indikasi potensial pemberian adjuvan pada melanoma dilakukan oleh peneliti dari
radioterapi adjuvan, hal ini terjadi karena \adanya M.D.Anderson Cancer Center. Studi ini menggunakan
penyebaran tak terlihat yang lebih ekstensif dengan regimen hipofraksinasi yaitu 30 Gy dalam 5 fraksi sela-
skip lesions atau menyebabkan batas sayatan optimal ma lebih dari 2.5 minggu dengan reduksi dosis pada
sulit dicapai.16,21 medula spinalis dan/atau sistem syaraf pusat pada 24
Gy. Radiasi diberikan 2 kali seminggu dengan
Lesi ulserasi yang tebal jarak 2–3 hari.16,20
Lesi T4b (> 4 mm dan ulseratif) memiliki local relapse Hipofraksinasi yang lebih panjang seperti yang
rate post operasi sebesar 10% – 15%. Pada kasus ini digunakan pada protokol TROG yaitu 48 Gy dalam 20
direkomendasikan margin operasi > 3 cm.16 fraksi diberikan setiap hari selama 4 minggu juga dapat
digunakan. Dosis pada jaringan otak dan medula
Radioterapi & Onkologi Indonesia Vol.10 (1) Januari 2019:22-26 25
spinalis dibatasi hingga 40 Gy; laring dan plexus bra- noma : A Pictorial Review. Ulster Med J. 2014;83
chialis < 45 Gy; dan kolumna femur < 35 Gy.16 (2):103-10
Total dosis radiasi > 30 Gy berhubungan dengan per- 2. Markovic SN, Erickson LA, Rao RD, et al. Malignant
baikan gejala dan kesintasan yang lebih lama pada melanoma in the 21st century, part 1: epidemiology,
risk factors, screening, prevention, and diagnosis.
pasien melanoma dengan metastasis dibandingkan do-
Mayo Clin Proc. 2007;82(3):364-80
sis yang lebih rendah.
3. Tan ST, Dewi IP. Melanoma Maligna. CDK. 2015;
Studi yang dilakukan oleh Olivier, dkk. bertujuan un-
42 (12):908-13
tuk membandingkan total dosis > 30 Gy dengan ≤ 30 4. Strojan P. Role of radiotherapy in melanoma manage-
Gy, didapatkan median survival 8 bulan vs. 2 bulan (p< ment. Radiol Oncol. 2010;44(1):1-12
0.0001) dan median freedom from disease progression 5. Jemal A, Siegel R, Xu J, et al. Cancer Statistic 2010.
adalah 7 bulan vs. 4 bulan (p = 0.01).23 CA Cancer J Clin. 2010;60(5):277-300
6. Welch HG, Woloshin S, Schwartz LM. Skin biopsy
TARGET VOLUME rates and incidence of melanoma: population based
Untuk lesi primer, Gross Tumour V olume (GTV) me- ecological study. Online First bmj.com. 2005;p1-4
7. Bataille V, de Vries E. Melanoma--Part 1: epidemiol-
masukkan seluruh lesi makroskopik yang teridentifi-
ogy, risk factors, and prevention. BMJ.
kasi, Clinical Target V olume (CTV) meliputi surgical
2008;337:1287-91
bed dengan margin 3 cm dan Planning Target V olume
8. Goggins WB, Tsao H. A Population-Based Analysis
(PTV) meliputi CTV ditambah margin 0.5 cm.16 of Risk Factors for a Second Primary Cutaneous Mel-
Target volume KGB tergantung pada lokasi lesi pri- anoma among Melanoma Survivors. Cancer. 2003;97
mer. Terdapat tiga lokasi KGB utama yang diradiasi (3):63943
post diseksi KGB regional.16,24 9. Bradford PT, Freedman DM, Goldstein AM, et al.
Kepala leher : memasukkan seluruh skar, parotid bed Increased Risk of Second Primary Cancers After a
ipsilateral, KGB pre dan post aurikular untuk lesi pri- Diagnosis of Melanoma. Arch Dermatol. 2010;146
mer di wajah bagian atas dan kulit kepala serta KGB (3):265–72
10. Difronzo LA, Wanek LA, Elashoff R, et al. Increased
level I ipsilateral hingga KGB level V, termasuk fosa
Incidence of Second Primary Melanoma in Patients
supraklavikula ipsilateral.
With a Previous Cutaneous Melanoma. Annals of
Aksila : memasukkan seluruh skar dan KGB aksila
Surgical Oncology. 1999;6(7):705–11
level I - III ipsilateral. Untuk lesi bulky di aksila bagian 11. Watt AJ, Kotsis SV, Chung KC. Risk of Melanoma
atas, menyertakan fosa supraklavikula dan KGB Arising in Large Congenital Melanocytic Nevi : A
servikal bawah. Systematic Review. American Society of Plastic Sur-
Inguino-femoral : memasukkan seluruh skar dan dae- geon. 2003;113(7):1968-74
rah dengan KGB positif post biopsi. Pada kasus lim- 12. Engels EA, Pfeiffer RM, Fraumeni JF, et al. Spec-
fadenopati inguinal positif, memasukkan KGB iliaka trum of Cancer Risk among U.S. Solid Organ Trans-
eksternal meskipun dapat meningkatkan toksisitas. plant Recipients: The Transplant Cancer Match
Study. JAMA. 2011;306(17):1891–1901
13. Akbarian F, Aarabi M, Vahidirad A, et al. Cutaneous
KESIMPULAN
Malignant Melanoma : Screening and Diagnosis.
Melanoma merupakan keganasan yang berasal dari sel
Journal of Current Clinical Care. 2013;3(3):28-44
penghasil pigmen (melanosit) dimana 95% kasus 14. Dummer R, Hauschild A, Lindenblatt N, et al. Cuta-
ditemukan pada kulit, sedang sisanya ditemukan pada neous melanoma : ESMO Clinical Practice Guide-
organ lain. Keluhan utama melanoma kulit adalah ter- lines for diagnosis, treatment and follow-up†. Annals
jadinya perubahan pigmentasi kulit yang dapat disertai of Oncology. 2015;26 (Supplement 5):v126–v132
dengan perdarahan, pengerasan kulit dan rasa gatal. 15. M.B. Amin et al. (eds.), AJCC Cancer Staging Manu-
Modalitas pengobatan utama pada melanoma adalah al. Eighth Edition. DOI 10.1007/978-3-319-40618-
pembedahan. Pada beberapa kondisi dimana dibutuh- 3_47
kan modalitas pengobatan lainnya, radioterapi merupa- 16. Back MF. Chapter 35 : Cutaneous Malignant Mela-
noma. In : Brady LW, Heilmann HP, Molls M,
kan pilihan yang dapat dipertimbangkan. Total dosis
Nieder C. Radiation Oncology An Evidence-Based
bervariasi dari 60 Gy dengan fraksinasi konvensional
Approach. Berlin : Springer-Verlag Berlin Heidel-
hingga 30–48 Gy pada hipofraksinasi, tergantung dosis berg. 2008. p. 513-27
per fraksi yang diberikan. 17. Guadagnolo BA, Ang KK, Ballo MT. Chapter 6 : The
skin. In : Cox JD, Ang KK. Radiation Oncology -
DAFTAR PUSTAKA Rationale, Technique, Result. 9th Ed. Philadelphia :
1. McCourt C, Dolan O, Gormley G. Malignant Mela- Mosby Elsevier. 2010. p 141-54
Peran Radioterapi pada Melanoma Kulit
26 Fathiya Juwita Hanum, Nana Supriana
18. Peñagarícano JA, Ratanatharathorn V. Chapter 34 : ma. Version 3.2016. In National Comprehensive Can-
Cutaneous Malignant Melanoma. In : Brady LW, cer Network (NCCN) Clinical Practice Guidelines in
Heilmann HP, Molls M, Nieder C. Decision Making Oncology (NCCN Guidelines)
in Radiation Oncology. Vol 2. Berlin : Springer- 22. Berk LB. Radiation Therapy as Primary and Adjuvant
Verlag Berlin Heidelberg. 2011. p 977-94 Treatment for Local and Regional Melanoma. Cancer
19. Barrett A, Dobbs J, Morris S, Roques T. Chapter 7 : Control. 2008 ; 15(3) : 233-8
Skin. In : Barrett A, Dobbs J, Morris S, Roques T. 23. Olivier KR, Schild SE, Morris CG. A Higher Radio-
Practical Radiotherapy Planning. 4th Ed. London : therapy Dose Is Associated With More Durable Palli-
Hodder Arnold. 2009. p 80-1 ation and Longer Survival in Patients With Metastatic
20. Mendenhall WM, Mancuso AA, Kirwan JM, et al. Melanoma. Cancer. 2007;110(8):1791-5
Chapter 33 : Skin. In : Halperin EC, Wazer DE, Perez 24. Kaprealian T, Rembert J, Margolis LW, Yom SS.
CA, Brady LW. Perez and Brady’s Principles and Chapter 1 : Skin Cancer. In : Hansen EK, Roach M.
Practice of radiation oncology. 6th Ed. Philadelphia : Handbook of Evidence-Based Radiation Oncology.
Lippincott Williams & Wilkins. 2013. p 626-37 2nd Ed. London : Springer New York Heidelberg
21. Coit DG, Thompson JA, Andtbacka R, et al. Melano- Dordrecht London. 2010. p 13-24