Di susun oleh:
Agung Permana Pamungkas
PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
A.Penyuluhan Pertanian
Menurut UU No. 16 Tahun 2006 dalam Mardikanto (2008), pengertian penyuluhan Pertanian
adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Proses belajar bersama dalam penyuluhan, sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan
belajar secara insidental untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup
secara mandiri dan berkelanjutan.
Evaluasi Penyuluhan Pertanian Adalah kegiatan untuk menilai efektifitas dan efisiensi suatu
kegiatan dengan menggunakan indikator-indikator tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini
dilakukan secara sistematik dan objektif serta terdiri dari evaluasi sebelum kegiatan dimulai,
saat kegiatan berlangsung, dan sesudah kegiatan selesai. Evaluasi penyuluhan pertanian
merupakan upaya penilaian terhadap suatu kegiatan, melalui pengumpulan dan
penganalisisan informasi atau fakta-fakta secara sistematis mengenai perencanaan,
pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan tersebut, untuk menilai hasil relevansi, evektivitas
dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan. (Deptan, 1995).
Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah mengukur dan menilai perubahan-perubahan
tingkah laku yang terjadi. Dengan mengetahui hasil penilaian atau evaluasi, maka pihak yang
dievaluasi misalnya kelompok dan anggotanya dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahannya. Kelompok dan anggota kelompok tersebut akan mengetahui bahwa model
tingkah laku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap.
Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh
evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai
perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas,
efisiensi pencapaian hasil kegiatan, atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya
dari suatu kegiatan. Sedangkan menurut Padmowihardjo (1996)
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi
yang relevan tentang sejauhmana program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu
wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk
mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang
dilakukan.
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan seberapa jauh suatu hal itu berharga,
bermutu dan bernilai. Jadi dalam evaluasi ada dua unsur utama yaitu menilai dan mengukur.
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian terhadap suatu kegiatan, melalui
pengumpulan dan penganalisisan informasi dan fakta-fakta secara sistematis mengenai
perencanaan, pelaksanaan hasil dan dampak kegiatan tersebut, untuk menilai hasil relevansi,
efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan.Analisis data adalah proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Pengolahan dan analisis data dilakukan oleh petugas penyuluh yang bertugas diwilayah BPP
yang bersangkutan. Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan
proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta
konsentrasinya ditentukan sesistematis dan seobjektif mungkin (Van den Ban dan Hawkins,
1999).
Menurut Hornby dan Parnwell (Mardikanto, 1993), kata evaluasi dalam kehidupan sehari-
hari sering diartikan sebagai padanan istilah dari penilaian, yaitu suatu tindakan pengambilan
keputusan untuk menilai sesuatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang
sedang diamati. Casley dan Kumar (1991) melihat pengertian evaluasi dalam perspektif
manajemen, yakni evaluasi sebagai suatu penilaian berkala terhadap relevansi, prestasi,
efisiensi, dan dampak proyek dalam konteks tujuan yang telah disepakati.
Menurut Mardikanto (1993), terdapat beberapa pokok pikiran yang terkandung dalam
pengertian “Evaluasi” yang merupakan kegiatan terencana dan sistematis yang meliputi:
Evaluasi harus dilakukan berdasarkan data atau fakta, bukan berdasarkan intuisi seseorang
dan menggunakan pedoman-pedoman tertentu. Hasil evaluasi harus secara jelas memberikan
gambaran tentang perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat sasaran, baik mengenai
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.
Dalam tulisan ini tujuan evaluasi dibagi menjadi tiga tujuan (Cerbea and Tepping, 1977;
FAO, 1984, dalam Werimon A., 1992), disamping itu tujuan dan manfaat bersifat implisit.
Berikut dijelaskan beberapa aspek atau cakupan tujuan evaluasi :
2) Kekuatan
3) Ketahanan
4) Kecermatan
5) Ketepatan
6) Ketelitian
7) Kerapihan
8) Keseimbangan
D. Bloat
1. Pengertian
Bloat atau tympani merupakan penyakit alat pencernaan yang disertai penimbunan gas dalam
lambung akibat proses fermentasi berjalan cepat. Penyakit ni sering terjadi pada ternak sapi,
kerbau, kambing dan domba). Pembesaran rumenoretikulum oleh gas yang terbentuk, bisa
dalam bentuk busa persisten yang bercampur isi rumen (kembung primer) dan gas bebas yang
terpisah dari ingesta (kembung sekunder).
Bloat atau kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur
organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan
dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi
terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang
terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi
yang menderita kembung perut, biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah
penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami kelumpuhan dengan perut yang kembung,
banyak peternak yang memposisikan sapi mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung
sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit kembung perut tidak membahayakan atau
menular kepada binatang lain atau manusia, daging sapi yang terserang penyakit inipun
masih aman untuk dikonsumsi.
Kembung merupakan akibat mengkonsumsi pakan yang mudah menimbulkan gas di dalam
rumen. Kondisi rumen yang terlalu penuh dan padat yang berujung menurunkan gerakan
rumen dan menurunkan derajat keasaman dari rumen. Pakan hijauan yang masih muda dapat
memicu timbulnya bloat, selain itu tanaman kacang-kacangan juga memicu timbulnya
kembung (Sitepoe, 2008).
1. Pertolongan pertama dengan menempatkan kaki ternak pada tempat yang lebih
tinggi, mulut dibuka dan sepotong kayu dimasukkan melintang pada kedua
ujungnya dikaitkan tali yang dililitkan disamping kepala sampai ke belakang
tanduknya agar tidak lepas dan gas dapat segera keluar.
2. Ternak diberi minyak goreng 100-200 ml atau lebih, minyak kayu putih atau
minyak atsiri lainnya diberikan melalui mulut maupun dicampur air hangat.
3. Memberikan obat-obatan seperti Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone), dosis
sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air, sedang untuk
kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan dengan 250 ml air, kemudian
diminumkan. Wonder Athympanicum, dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram,
sedang untuk kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya,
kemudian diminumkan.
4. Apabila keadaan ternak sudah parah maka upaya pengeluaran gas dengan cara
menusuk perut ternak sebelah kiri dengan trocoar dan cannula.
III. METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian dilaksanakan selama satu bulan yaitu
tanggal 13 Mei sampai 12 Juni 2016, bertempat di Desa Lampuara, Kecamatan Ponrang
Selatan, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan.
B. Penentuan Responden
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan dievaluasi. Dalam kegiatan evaluasi
penyuluhan pertanian sampel yang akan dievaluasi adalah seluruh anggota kelompok tani
yang pernah mendapatkan materi penyuluhan pertanian tentang pengendalian penyakit bloat
pada kambing yaitu sebanyak 2 kelompok tani dengan jumlah anggota sebanyak 52 orang.
Jenis data yang digunakan yaitu data Kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dapat
diinput ke dalam skala pengukuran statistik. Fakta dan fenomena dalam data ini tidak
dinyatakan dalam bahasa alami, melainkan dalam numerik.
Adapun sumber data yaitu data primer di mana evaluator secara langsung memperoleh data
dari responden dengan cara pemberian kuesioner (lampiran 1,2 dan 3).
D. Analisis Evaluasi
Analisis adalah cara mengolah data sehingga menjadi informasi yang mudah dibaca dan
dimengerti dan dapat bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang akan di evaluasi.
Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
adalah dengan menggunakan Rating Scale atau skala nilai kemudian diolah dan ditabulasi
dengan menggunakan garis Continuum.
A. Identifikasi Wilayah
Desa Lampuara disebelah Utara berbatasan dengan desa Olang dan Desa Bassiang Timur,
disebalah Timur berbatasan dengan Teluk Bone sedangkan disebalh Barat berbatasan dengan
Desa Bakti dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jenne Maeja dan Desa To’balo.
1. Administrasi Desa
Pusat pemerintahan Desa Lampuara terletak di Dusun Leppangang dan untuk menuju kantor
Desa dapat dijangkau dengan kendaraan umum atau jalan kaki karena berada di jalan poros
Desa yang telah diaspal, berhubungan langsung dengan pusat ibukota kecamatan ponrang
selatan.
Secara administratif Desa Lampuara terbagi atas empat Dusun yaitu dusun Ujung
membawahi satu RW dan satu RT, dusun Leppangang membawahi satu RW dan dua RT,
dusun Lampuara membawahi satu RW dan satu RT, dusun Tanete membawahi satu RW dan
satu RT.
2. Data Kependudukan
Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
L P L P L P L P L P L P
Lampua 13 17 34 36 35 37 56 55 8 15 1.48 1.62
1.
ra 8 3 7 4 2 1 3 7 8 9 8 4
Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat diketahui jumlah penduduk di Desa Lampuara yang
masuk dalam kategori produktif yaitu umur 15 s/d 59 Tahun sebesar 2.554 jiwa dari total
jumlah penduduk sebanyak 3.112 jiwa.
Persentase jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut.
2. PNS 24 1
3. Polri 5 0,2
4. Dagang 11 0,4
5. Buruh 25 0,8
6. TNI 3 0,2
Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan pokok yang paling banyak
di Desa Lampuara adalah petani dengan persentase 19,7% dibanding pekerjaan lainnya.
Persentase jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel berikut.
1. SD 1000 32,1
DI/DIII/DI
4. 50 1,6
V
5. S1/S2/S3 32 1,0
Tidak
6. Berpendidi 130 4,2
kan Formal
Belum
7. 1.050 33,8
Bersekolah
Jumlah 3.112 100 %
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa 32,1% penduduk berada pada tingkat pendidikan
yang rendah yaitu tamat SD, sedangkan untuk lulusan dari perguruan tinggi hanya 2,6% dari
total penduduk 3.112 jiwa.
B. Identitas Responden
1. SD 15 29
2. SMP 25 48
3. SMA 10 19
4. DI/DIII/DIV 2 4
Jumlah 52 100
Berdasarkan Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 49% responden berada pada tingkat
pendidikan yang rendah yaitu tamat SMP, sedangkan untuk lulusan dari perguruan tinggi
hanya 4% dari total responden 52 orang.
2. Berdasarkan Umur
Tabel 7. Jumlah responden berdasarkan umur.
1. 10 – 20 2 4
2. 21 – 30 5 10
3. 31 – 40 15 29
4. 41 – 50 25 47
5. > 50 5 10
Jumlah 52 100
Dari Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 47% responden berumur 41 – 50 tahun sehingga
hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi bagi responden.
2. 2–5 30 57
3. 5–7 3 6
4. >7 2 4
Jumlah 52 100
Dari Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 57% responden berumur memiliki ternak
kambing berjumlah 2 – 5 ekor, sedangkan 4 % responden memiliki ternak kambing di atas 7
ekor dari jumlah responden 52 orang.
Evaluasi dilakukan untuk mrngukur pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak tentang
penanganan penyakit bloat pada kambing. Evaluasi yang dilakukan terdiri dari evaluasi awal
dan evaluasi akhir. Materi penyuluhan dilakukan dengan menggunakan raling
scale kemudian ditabulasi dan diolah dengan menggunakan garis continuum.
Tingkat pemahaman
Pertanyaan/
No
pernyataan
SM M KM TM
Ciri – ciri
1 0 2 30 20
Bloat
2 Bahaya Bloat 0 3 30 19
Penyebab
3 0 15 15 22
Bloat
Pencegahan
4 0 5 30 17
Bloat
Perbedaan
5 bloat dan 0 3 20 29
bunting
Hewan yang
6 Terkena 0 10 10 32
Bloat
Pengobatan
7 0 5 12 35
Bloat
Metode
8 minuman 0 5 10 37
bersoda
Metode
9 0 2 10 40
Trikorisasi
Metode
10 Batang Daun 0 0 10 42
Pepaya
Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai
berikut :
Secara umum pengetahuan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan baru mencapai 41,35% yaitu responden yang tidak mengetahui
(TM) berjumlah 20 orang (38,46%), kurang mengetahui (KM) 30 orang
(59,61%) mengetahui (M) berjumlah 2 orang (3,85%) sedangkan responden
yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
Secara umum pengetahuan peternak responden tentang hewan apa saja yang
terkena bloat baru mencapai 39,42%, yaitu respoden yang tidak mengetahui
(TM) berjumlah 32 orang (61,53%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 10
orang (19,23%) dan mengetahui (M) berjumlah 10 orang (19,23%).
Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
Dengan demikian pengetahuan responden tentang penanganan penyakit bloat pada k ambing
sebelum penyuluhan adalah :
2.080
0
520
1.040
1.560
SM
TM
KM
789
100%
25%
50%
75%
(37, 93%)
KM = Kurang Mengetahui
M = Mengetahui
SM = Sangat Mengetahui
1. Tingkat sikap
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil
evaluasi awal dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden
dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 5 dan
tabel 10.
Tingkat pemahaman
Pertanyaan/
No
pernyataan
SS S KS TS
Ciri – ciri
1 0 7 32 13
Bloat
2 Bahaya Bloat 0 4 31 17
Penyebab
3 0 10 22 20
Bloat
Pencegahan
4 0 6 31 15
Bloat
bloat dan
5 0 4 21 27
bunting
Hewan yang
6 0 9 13 30
Terkena Bloat
Pengobatan
7 0 6 15 33
Bloat
Metode
8 minuman 0 4 13 35
bersoda
Metode
9 0 3 11 38
Trikorisasi
Metode
10 Batang Daun 0 1 11 40
Pepaya
Secara umum sikap peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan baru mencapai 47,12% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 13 orang (25%), kurang setuju (KS) 32 orang (61,54%) setuju (S)
berjumlah 7 orang (13,46%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS)
tidak ada.
Secara umum sikap peternak responden tentang bahaya Bloat dapat dikatakan
baru mencapai 43,50% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 17
orang (32,69%), kurang setuju (KS) berjumlah 31 orang (59,62%) setuju (S)
berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak
ada.
Secara umum sikap peternak responden tentang perbedaan bloat dan bunting
dapat dikatakan baru mencapai 38,94% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 27 orang (51,92%), kurang setuju (KS) berjumlah 21 orang
(40,38%) setuju (S) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang
sangat setuju (SS) tidak ada.
Secara umum sikap peternak responden tentang hewan yang terkena bloat
Bloat dapat dikatakan baru mencapai 40,87% yaitu responden yang tidak
setuju (TS) berjumlah 30 orang (57,69%), kurang setuju (KS) berjumlah 13
orang (25%) setuju (S) berjumlah 9 orang (7,69%) sedangkan responden yang
sangat setuju (SS) tidak ada.
Secara umum sikap peternak responden tentang Pengobatan Bloat dapat
dikatakan baru mencapai 37,76% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 33 orang (63,46%), kurang setuju (KS) berjumlah 15 orang
(28,85%) setuju (S) berjumlah 6 orang (11,54%) sedangkan responden yang
sangat setuju (SS) tidak ada.
Secara umum sikap peternak responden tentang metode batang daun pepaya
dapat dikatakan baru mencapai 31,25% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 40 orang (76,92%), kurang setuju (KS) berjumlah 11 orang
(21,15%) setuju (S) berjumlah 1 orang (1,92%) sedangkan responden yang
sangat setuju (ST) tidak ada.
Hasil evaluasi awal tingkat sikap yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor 820 maka
dapat dinilai sebagai berikut.
Dengan demikian sikap responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing sebelum
penyuluhan adalah :
2.080
520
1.040
1.560
SS
TS
KS
820
100%
25%
50%
75%
(39,42%)
KS = Kurang Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan dilakukan, sikap peternak
tentang penanganan penyakit bloat pada kambing berada pada skor 820 atau persentase
39,42% yang berarti masih berada pada kriteria “kurang setuju”
1. Tingkat keterampilan
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil
evaluasi awal dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden
dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 6 dan
tabel 11.
Tingkat Pemahaman
Pertanyaan/
No
pernyataan
ST T KT TT
1 Kondisi bloat 0 7 30 15
2 Bahaya bloat 0 4 29 19
Penyebab
3 0 10 20 22
bloat
Pencegahan
4 0 6 29 17
bloat
Bloat dan
5 0 4 19 29
bunting
Hewan yang
6 0 9 11 32
terkena bloat
Pengobatan
7 0 6 13 35
bloat
Metode
8 minuman 0 4 11 37
bersoda
Metode
9 0 3 9 40
trikorisasi
Metode
10 batang daun 0 1 9 42
pepaya
Secara umum keterampilan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan baru mencapai 46,15% yaitu responden yang tidak terampil (TT)
berjumlah 15 orang (28,85%), kurang terampil (KT) 30 orang (57,69%)
terampil (T) berjumlah 7 orang (13,46%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) tidak ada.
Dengan demikian keterampilan responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing
sebelum penyuluhan adalah :
2.080
0
520
1.040
1.560
ST
TT
KT
802
100%
25%
50%
75%
(38,56%)
KT = Kurang Terampil
T = Terampil
ST = Sangat Terampil
Pengertian
1 20 15 10 7
bloat
Bahaya
2 25 20 5 2
bloat
Penyebab
3 25 20 5 2
bloat
Pencegahan
4 15 25 10 2
bloat
Bloat dan
5 30 20 2 0
bunting
Hewan yang
6 45 5 2 0
terkena bloat
Pengobatan
7 20 30 2 0
bloat
Metode
8 minuman 30 15 5 2
bersoda
Metode
9 15 20 15 2
trikorisasi
10 Metode 30 20 2 0
batang daun
pepaya
19
Jumlah 255 58 17
0
25.
Rata – rata 19 5.8 1.7
5
Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai
berikut :
Secara umum pengetahuan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan sudah mencapai 74,52% yaitu responden yang tidak mengetahui
(TM) berjumlah 7 orang (13,46%), kurang mengetahui (KM) 10 orang
(19,23%) mengetahui (M) berjumlah 15 orang (28,84%) dan responden yang
sangat mengetahui (SM) berjumlah 20 orang (38,46%).
Secara umum pengetahuan peternak responden tentang hewan apa saja yang
terkena bloat sudah mencapai 95,67%, yaitu responden yang tidak mengetahui
(TM) tidak ada, kurang mengetahui (KM) berjumlah 2 orang (3,84%) dan
mengetahui (M) berjumlah 5 orang (9,61%). Sedangkan responden yang
sangat mengetahui (SM) berjumlah 45 orang (86,53%).
Dengan demikian pengetahuan responden tentang penanganan penyakit bloat pada k ambing
setelah penyuluhan adalah :
2.080
520
1.040
1.560
SM
TM
KM
M
1.724
100%
25%
50%
75%
82,88%)
KM = Kurang Mengetahui
M = Mengetahui
SM = Sangat Mengetahui
1. Tingkat sikap
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil
evaluasi akhir dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden
dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 8 dan
tabel 13.
Tingkat pemahaman
Pertanyaan/
No
pernyataan
SS S KS TS
Pengertian
1 25 10 10
bloat
2 Bahaya bloat 30 15 5 2
Penyebab
3 30 15 5 2
bloat
Pencegahan
4 20 20 10 2
bloat
Bloat dan
5 35 15 2 0
bunting
Hewan yang
6 50 0 2 0
terkena bloat
Pengobatan
7 25 25 2 0
bloat
Metode
8 minuman 35 10 5 2
bersoda
Metode
9 20 15 15 2
trikorisasi
Metode
10 batang daun 35 15 2 0
pepaya
Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai
berikut :
Secara umum sikap peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan sudah mencapai 76,92% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 7 orang (13,45%), kurang setuju (KS) 10 orang (19,23%) setuju (S)
berjumlah 10 orang (19,23%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS)
berjumlah 25 orang (48,08%).
Secara umum sikap peternak responden tentang bahaya Bloat dapat dikatakan
sudah mencapai 85,10% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 2
orang (3,84%), kurang setuju (KS) berjumlah 5 orang (9,61%) setuju (S)
berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS)
berjumlah 30 orang (57,69%).
Secara umum sikap peternak responden tentang perbedaan bloat dan bunting
dapat dikatakan sudah mencapai 90,87% yaitu responden yang tidak setuju
(TS) tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84%) setuju (S)
berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS)
berjumlah 35 orang (67,30%).
Secara umum sikap peternak responden tentang hewan yang terkena bloat
dapat dikatakan sudah mencapai 98,08% yaitu responden yang tidak setuju
(TS) tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84%) setuju (S) tidak
ada,sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 50 orang
(96,15%)
Secara umum sikap peternak responden tentang metode batang daun pepaya
dapat dikatakan baru mencapai 91,35% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84%) setuju (S) berjumlah
15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (ST) berjumlah
35 orang (67,30%).
Hasil evaluasi awal tingkat sikap yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor 1.774
maka dapat dinilai sebagai berikut.
Skor yang diperoleh : 1.774
Dengan demikian sikap responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing setelah
penyuluhan adalah :
2.080
520
1.040
1.560
SS
TS
KS
1.774
100%
25%
50%
75%
(85,29%)
KS = Kurang Setuju
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Garis continuum di atas menunjukkan bahwa setelah penyuluhan dilakukan, sikap peternak
tentang penanganan penyakit bloat pada kambing berada pada skor 1.774 atau persentase
85,29% yang berarti sudah berada pada kriteria “setuju”
1. Tingkat keterampilan
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil
evaluasi akhir dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden
dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 9 dan
tabel 14.
Tingkat Pemahaman
Pertanyaan/
No
pernyataan
ST T KT TT
1 Kondisi bloat 0 7 30 15
2 Bahaya bloat 0 4 29 19
Penyebab
3 0 10 20 22
bloat
Pencegahan
4 0 6 29 17
bloat
Bloat dan
5 0 4 19 29
bunting
Hewan yang
6 0 9 11 32
terkena bloat
Pengobatan
7 0 6 13 35
bloat
Metode
8 minuman 0 4 11 37
bersoda
Metode
9 0 3 9 40
trikorisasi
Metode
10 batang daun 0 1 9 42
pepaya
Secara umum keterampilan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan sudah mencapai 72,12% yaitu responden yang tidak terampil (TT)
berjumlah 7 orang (13,46%), kurang terampil (KT) berjumlah10 orang
(19,23%) terampil (T) berjumlah 20 orang (38,46%) sedangkan responden
yang sangat terampil (ST) berjumlah 15 orang (28,84%).
Dengan demikian keterampilan responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing
setelah penyuluhan adalah :
2.080
520
1.040
1.560
ST
TT
KT
1.674
100%
25%
50%
75%
(80,48%)
KT = Kurang Terampil
T = Terampil
ST = Sangat Terampil
Selanjutnya hasil evaluasi awal dan hasil evaluasi akhir ditabulasikan untuk mengevaluasi
tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan responden berdasarkan kategori nilai yang
dicapai. Hasil rekapitulasi digunakan untuk mengetahui perubahan perolehan nilai persentase
dan nilai maksimum pada tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil rekapitulasi
dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Rata – Rata Tingkat Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Responden.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan penyuluhan lalu dievaluasi
kembali, ternyata pengetahuan responden meningkat 44,95%, sikap 45,87%, dan
keterampilan sebesar 41,93%.