Anda di halaman 1dari 46

Laporan Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Penanganan Penyakit Bloat pada Kambing

Di susun oleh:
Agung Permana Pamungkas

PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
 

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Penyuluhan Pertanian

Menurut UU No. 16 Tahun 2006 dalam Mardikanto (2008), pengertian penyuluhan Pertanian
adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Proses belajar bersama dalam penyuluhan, sebenarnya tidak hanya diartikan sebagai kegiatan
belajar secara insidental untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah penumbuhan dan pengembangan semangat belajar seumur hidup
secara mandiri dan berkelanjutan.

B.Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Evaluasi Penyuluhan Pertanian Adalah kegiatan untuk menilai efektifitas dan efisiensi suatu
kegiatan dengan menggunakan indikator-indikator tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini
dilakukan secara sistematik dan objektif serta terdiri dari evaluasi sebelum kegiatan dimulai,
saat kegiatan berlangsung, dan sesudah kegiatan selesai. Evaluasi penyuluhan pertanian
merupakan upaya penilaian terhadap suatu kegiatan, melalui pengumpulan dan
penganalisisan informasi atau fakta-fakta secara sistematis mengenai perencanaan,
pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan tersebut, untuk menilai hasil relevansi, evektivitas
dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan. (Deptan, 1995).

Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah mengukur dan menilai perubahan-perubahan
tingkah laku yang terjadi. Dengan mengetahui hasil penilaian atau evaluasi, maka pihak yang
dievaluasi misalnya kelompok dan anggotanya dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahannya. Kelompok dan anggota kelompok tersebut akan mengetahui bahwa model
tingkah laku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap.

Evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian atas sesuatu kegiatan oleh
evaluator, melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara sistematik mengenai
perencanaan, pelaksanaan, hasil dan dampak kegiatan untuk menilai relevansi, efektivitas,
efisiensi pencapaian hasil kegiatan, atau untuk perencanaan dan pengembangan selanjutnya
dari suatu kegiatan. Sedangkan menurut Padmowihardjo (1996)
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses sistematis untuk memperoleh informasi
yang relevan tentang sejauhmana program tujuan program penyuluhan pertanian disuatu
wilayah dapat dicapai sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, kemudian digunakan untuk
mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang
dilakukan.

Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan seberapa jauh suatu hal itu berharga,
bermutu dan bernilai. Jadi dalam evaluasi ada dua unsur utama yaitu menilai dan mengukur.
Evaluasi penyuluhan pertanian adalah upaya penilaian terhadap suatu kegiatan, melalui
pengumpulan dan penganalisisan informasi dan fakta-fakta secara sistematis mengenai
perencanaan, pelaksanaan hasil dan dampak kegiatan tersebut, untuk menilai hasil relevansi,
efektivitas dan efisiensi pencapaian hasil kegiatan.Analisis data adalah proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Pengolahan dan analisis data dilakukan oleh petugas penyuluh yang bertugas diwilayah BPP
yang bersangkutan. Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan
proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta
konsentrasinya ditentukan sesistematis dan seobjektif mungkin (Van den Ban dan Hawkins,
1999).

Menurut Hornby dan Parnwell (Mardikanto, 1993), kata evaluasi dalam kehidupan sehari-
hari sering diartikan sebagai padanan istilah dari penilaian, yaitu suatu tindakan pengambilan
keputusan untuk menilai sesuatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang
sedang diamati. Casley dan Kumar (1991) melihat pengertian evaluasi dalam perspektif
manajemen, yakni evaluasi sebagai suatu penilaian berkala terhadap relevansi, prestasi,
efisiensi, dan dampak proyek dalam konteks tujuan yang telah disepakati.

Menurut Mardikanto (1993), terdapat beberapa pokok pikiran yang terkandung dalam
pengertian “Evaluasi” yang merupakan kegiatan terencana dan sistematis yang meliputi:

1. Pengamatan untuk pengumpulan data dan fakta.


2. Penggunaan pedoman yang telah ditetapkan.
3. Pengukuran atau membandingkan hasil pengamatan dengan pedoman-
pedoman yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
4. Pengambil keputusan atau penilaian.
Evaluasi biasa dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode ilmu-ilmu sosial, tetapi
sebagian besar dilakukan oleh agen penyuluhan. Evaluasi sebagai pemberi informasi
digunakan agen penyuluhan sebagai dasar pengambilan keputusan. Evaluasi dalam program
penyuluhan merupakan umpan balik dalam proses komunikasi. Agen penyuluhan yang
bekerja tanpa informasi evaluasi, tidak mengetahui apakah masih menempuh jalur yang
benar.

Evaluasi harus dilakukan berdasarkan data atau fakta, bukan berdasarkan intuisi seseorang
dan menggunakan pedoman-pedoman tertentu. Hasil evaluasi harus secara jelas memberikan
gambaran tentang perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat sasaran, baik mengenai
pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.

Prinsip-prinsip evaluasi yang merupakan acuan dasar dalam melaksanakan evaluasi


penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi harus berdasarkan fakta.
2. Evaluasi penyuluhan merupakan bagian integral dari proses kegiatan atau
program penyuluhan.
3. Evaluasi hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan tujuan dari
program penyuluhan bersangkutan.
4. Evaluasi penyuluhan pertanian harus menggunakan alat ukur yang berbeda,
untuk mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.
5. Evaluasi penyuluhan pertanian perlu dilakukan terhadap hasil-hasil kuantitatif
dan kualitatif.
6. Evaluasi penyuluhan pertanian harus dilakukan terhadap metode penyuluhan
yang digunakan.
7. Evaluasi perlu di pertimbangkan dengan teliti.
8. Evaluasi harus dijiwai dengan prinsip mencari kebenaran.
C.Karakteristik proses evaluasi:

1. Evaluasi merupakan proses terstruktur


2. Evaluasi didasarkan pada indikator yang dapat diamati
3. Evaluasi menganalisis hal-hal rumit menjadi sederhana
4. Evaluasi menghasilkan informasi yang tidak memihak dan disetujui semua
orang dankeputusan yang andal masuk akal.
5. Evaluasi mengeliminir pengaruh pribadi evaluator`
Tujuan dan manfaat evaluasi adalah dua konsepsi yang berbeda yang dapat mengundang
perdebatan tentang pengertiannya ditinjau dari segi bahasa (language),istilah teknis (technical
or scientificconcept), dan tingkat analisis (levelof analysis).

Dalam tulisan ini tujuan evaluasi dibagi menjadi tiga tujuan (Cerbea and Tepping, 1977;
FAO, 1984, dalam Werimon A., 1992), disamping itu tujuan dan manfaat bersifat implisit.
Berikut dijelaskan beberapa aspek atau cakupan tujuan evaluasi :

1. Tujuan Kegiatan (activity objective)


1. Mengumpulkan data yang penting untuk perencanaan program (keadaan
umum daerah, sosial, teknis,ekonomis, budaya, masalah, kebutuhan dan minat,
sumber daya, faktor-faktor pendukung).
2. Mengetahui sasaran/tujuan program/kegiatan telah tercapai.
3. Mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi sebagai akibat intervensi
program/kegiatan penyuluhan.
4. Mengetahui strategi yang paling efektif untuk pencapaian tujuan program.
5. Mengidentifikasi “strongdan weak points” dalam perencanaan dan
pelaksanaan program.
6. Mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan.
 

2. Tujuan Managerial (managerial objective)


1. Memberikan data /informasi sebagai dasar pertimbangan untuk pengambilan
keputusan.
2. Memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan program
3. Berkomunikasi dengan masyarakat dan penyandang dana/stake holder.
4. Menimbulkan rasa persatuan dan motivasi untuk bekerja lebih baik.
5. Tujuan Program (Program objective)
Menilai efisiensi, efektifitas, dan manfaat dari program selain untuk memenuhi beberapa
tujuan tersebut di atas, alasan lain mengapa perlu dilakukan evaluasi adalah karena mungkin:

1. Telah terjadi perubahan dalam sifat dari masalah


2. Telah terjadi perubahan struktur dan program dari lembaga-lembaga terkait
3. Telah terjadi perubahan kebutuhan, aspirasi, dan harapan dari masyarakat.
Manfaat melakukan evaluasi adalah:

1. Menentukan tingkat perubahan perilaku petani setelah penyuluhan


dilaksanakan;
2. Perbaikan program, sarana, prosedur,pengorganisasian petani dan pelaksanaan
penyuluhan pertanian;
3. Penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian.
Langkah-langkah evaluasi penyuluhan pertanian yaitu menetapkan obyek, menetapkan data
atau informasi yang akan dikumpulkan,cara pengumpulannya, alat/instrumen yang
digunakan, cara mengolah data/informasi serta melaporkan hasil-hasilnya.

Langkah-langkah evaluasi yang dilakukan sebagai berikut:

1. Memahami tujuan-tujuan penyuluhan yang akan dievaluasi. Unsur-unsurnya


dalam tujuan penyuluhan antara lain:
2. Sasaran (S)
3. Perubahan perilaku yang dikehendaki (P)
4. Materi (M)
5. Kondisi/situasi (K)
6. Menetapkan indikator-indikator untuk mengukur kemajuan-kamajuan yang
dicapai. Indikator-indikatornya meliputi:
7. Indicator perubahan kognitif
1)   Penguasaan pengetahuan (knowledge)

2)   Penguasaan pengertian (comprehension)

3)   Kemampuan menerapkan (application)

4)   Kemampuan analisis (analisis)

5)   Kemampuan sintesis (synthesis)

1. Indikator perubahan kemampuan afektif


1)   Menyadari atau mau memilih

2)   Tanggap atau mau

3)   Yakin atau mau mengikuti


4)   Menghayati atau selalu menerapkan

5)   Menghayati atau selalu menerapkan.

1. Indikator perubahan psikomotor


1)   Kecepatan

2)   Kekuatan

3)   Ketahanan

4)   Kecermatan

5)   Ketepatan

6)   Ketelitian

7)   Kerapihan

8)   Keseimbangan

Menarik sampel (sampling) dan melakukan pengumpulan data merupakan langkah


penting,hindari sampling error, usahakan sample yang representative (mewakili). Ada
beberapa macam cara menarik sampel, tergantung tujuan dan keadaan populasinya, tetapi
yang perlu diperhatikan sample hendaknya benar-benar menggambarkan /mewakili populasi
yang dievaluasi. Sampel dalam evaluasi penyuluhan pertanian mengacu pada keterwakilan
dari petani/kelompoktani yang merupakan sasaran penyuluhan. Tidak dapat dipastikan berapa
jumlah sampelnya secara tepat, tetapi prinsipnya sampel tersebut mewakili populasi
(reprensentatif) petani/kelompok tani yang menerima penyuluhan

3. Melakukan analisis dan interpretasi data


Proses ini merupakan langkah akhir yang menentukan :

1. Lakukan cleaning data dengan cara editing di lapangan,hapuskan data yang


“nyleneh” (out lier)
2. Lakukan coding, pemberian kode untuk memudahkan pada saat memasukan
data
3. Lakukan tabulasi (tally,sheet, tabulasi sheet).
4. Analisis/interpretasi data dapat dilakukan dengan cara :
5. Presentase
6. Deskriptif (mean, modus, median, rerata, Standart Deviasi)
7. Statistik inferensial
Analisa data ini tergantung tujuan evaluasi dan kesimpulan yang akan diambil serta
pertimbangan-pertimbangan yang akan dihasilkan. Dalam melakukan pengolahan data dapat
memanfaatkan alat komputasi seperti program excel, Program SPSS, atau dihitung secara
manual dengan kalkulator. Pada prinsipnya, penulisan laporan evaluasi tidak berbeda dengan
penulisan laporan penelitian pada umumnya, baikdalam sistimatika, pokok-pokok isi laporan
yang disampaikan, hanya bahasa sertatata tulis yang digunakan lebih populer, mudah
dipahami karena para pembaca laporan evaluasi lebih bervariasi dalam hal tingkat pendidikan
dan pengalaman.

D. Bloat

1. Pengertian
Bloat  atau tympani merupakan penyakit alat pencernaan yang disertai penimbunan gas dalam
lambung akibat proses fermentasi berjalan cepat. Penyakit ni sering terjadi pada ternak sapi,
kerbau, kambing dan domba). Pembesaran rumenoretikulum oleh gas yang terbentuk, bisa
dalam bentuk busa persisten yang bercampur isi rumen (kembung primer) dan gas bebas yang
terpisah dari ingesta (kembung sekunder).

Bloat atau kembung perut yang diderita sapi, dapat menyebabkan kematian karena struktur
organ sapi yang unik. Dimana pada sapi, jantungnya terletak disebelah kanan perut, bukan
dibagian dada seperti halnya manusia. Hal tersebut akhirnya menyebabkan jantung sapi
terhimpit oleh angin dan asam lambung saat menderita kembung. Karena kembung yang
terjadi, mendesak dan mengakibatkan perut sapi membesar kesamping. Kematian pada sapi
yang menderita kembung perut, biasanya rentan terjadi karena ketidaktahuan dan salah
penanganan oleh peternak. Saat sapi mengalami kelumpuhan dengan perut yang kembung,
banyak peternak yang memposisikan sapi mereka telentang. Hal itu menyebabkan, jantung
sapi terhimpit dengan lebih cepat. Namun penyakit kembung perut tidak membahayakan atau
menular kepada binatang lain atau manusia, daging sapi yang terserang penyakit inipun
masih aman untuk dikonsumsi.

Kembung merupakan akibat mengkonsumsi pakan yang mudah menimbulkan gas di dalam
rumen. Kondisi rumen yang terlalu penuh dan padat yang berujung menurunkan gerakan
rumen dan menurunkan derajat keasaman dari rumen. Pakan hijauan yang masih muda dapat
memicu timbulnya bloat, selain itu tanaman kacang-kacangan juga memicu timbulnya
kembung (Sitepoe, 2008).

2. Faktor Penyebab Bloat/ Kembung Perut


3. Penyebab primer, akibat fermentasi makanan yang berlebihan dan hewan tidak
mampu mengeluarkan gas, terjadi akumulasi gelembung gas
4. Penyebab sekunder berupa gangguan fisikal pada daerah esophagus oleh
benda asing, stenosis atau tekanan dari perluasan jalan keluar esophagus.
5. Faktor individu
 Ternak dalam keadaan bunting atau dalam kondisi kurang baik cenderung
mudah mengalami kembung
 Susunan dan derajat keasaman (Ph) air liur
1. Faktor pakan:
 Pemberian leguminosa, Centrocema dan alfafa secara berlebihan. Pemberian
rumput terlalu muda yang banyak mengandung air dan berprotein tinggi secara
berlebihan atau karena tidak dilayukan.
 Pemberiaan makanan konsentrat yang terlalu banyak
 Adanya sumbatan pada kerongkongan
 Merumput pada lahan yang baru dipupuk, memakan racun dan ubi atau
tanaman sejenis yang dapat menahan keluarnya gas dari perut.
 Terlalu banyak mengkonsumsi rumput basah atau berembun.
 Pergantian jenis makanan tertentu yang memyebabkan produksi gas
berlebihan
3. Gejala Klinis
4. Ternak nampak resah dan berusaha menghentakkan kaki atau mengais-ais
perutnya
5. Sisi perut sebelah kiri nampak membesar dan kencang.
6. Apabila bagian perut ditepuk/dipukul dengan jari akan terdengar suara mirip
suara drum
7. Ternak mengalami kesulitan bernapas atau sering bernpas melalui mulut.
8. Nafsu makannya menurun drastis, bahkan tidak mau makan sama sekali.
9. Mata merah, namun segera berubah menjadi kebiruan yang menandakan
adanya kekurangan oksigen dan mendekati kematian
10. Pulsus nadi meningkat, terdengar eruktasi
Pencegahan

1. Tidak membiarkan ternak dalam kondisi terlalu lapar


2. Memberikan tempat bagi ternak untuk leluasa melakukan gerakan seperti
berjalan-jalan, Sebelum diberikan hijauan segar diberikan terlebih dahulu
jerami kering atau rumput kering
3. Menghindari pemberian hijauan terutama legum maksimal 50%.
4. Apabila ternak di gembalakan usahakan setelah tidak ada embun
Pengobatan

1. Pertolongan pertama dengan menempatkan kaki ternak pada tempat yang lebih
tinggi, mulut dibuka dan sepotong kayu dimasukkan melintang pada kedua
ujungnya dikaitkan tali yang dililitkan disamping kepala sampai ke belakang
tanduknya agar tidak lepas dan gas dapat segera keluar.
2. Ternak diberi minyak goreng 100-200 ml atau lebih, minyak kayu putih atau
minyak atsiri lainnya diberikan melalui mulut maupun dicampur air hangat.
3. Memberikan obat-obatan seperti Anti Bloat  (bahan aktif: Dimethicone), dosis
sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air, sedang untuk
kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan dengan 250 ml air, kemudian
diminumkan. Wonder Athympanicum, dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram,
sedang untuk kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya,
kemudian diminumkan.
4. Apabila keadaan ternak sudah parah maka upaya pengeluaran gas dengan cara
menusuk perut ternak sebelah kiri dengan trocoar dan cannula.
III. METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian dilaksanakan selama satu bulan yaitu
tanggal 13 Mei sampai 12 Juni 2016, bertempat di Desa Lampuara, Kecamatan Ponrang
Selatan, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan.
B. Penentuan Responden

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan dievaluasi. Dalam kegiatan evaluasi
penyuluhan pertanian sampel yang akan dievaluasi adalah seluruh anggota kelompok tani
yang pernah mendapatkan materi penyuluhan pertanian tentang pengendalian penyakit bloat
pada kambing yaitu sebanyak 2 kelompok tani dengan jumlah anggota sebanyak 52 orang.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan yaitu data Kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dapat
diinput ke dalam skala pengukuran statistik. Fakta dan fenomena dalam data ini tidak
dinyatakan dalam bahasa alami, melainkan dalam numerik.

Adapun sumber data yaitu data primer di mana evaluator secara langsung memperoleh data
dari responden dengan cara pemberian kuesioner (lampiran 1,2 dan 3).

D. Analisis Evaluasi

Analisis adalah cara mengolah data sehingga menjadi informasi yang mudah dibaca dan
dimengerti dan dapat bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang akan di evaluasi.

Prosedur Analisis evaluasi:

1. Tahap mengumpulkan data, dilakukan melalui instrumen pengumpulan data.


2. Tahap editing, yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan pengisian
instrumen pengumpulan data.
3. Tahap koding, yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan
yang terdapat dalam instrumen pengumpulan data menurut variabel-variabel
yang diteliti.
4. Tahap tabulasi data, yaitu mencatat atau entri data ke dalam tabel induk
penelitian.
5. Tahap pengujian kualitas data, yaitu menguji validitas dan realiabilitas
instrumen pengumpulan data.
6. Tahap keputusan, yaitu tahap terakhir dengan melihat hasil dari tabel /
diagram yang nantinya akan dijadikan sebagai kesimpulan evaluasi.
 

Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
adalah dengan menggunakan Rating Scale atau skala nilai kemudian diolah dan ditabulasi
dengan menggunakan garis Continuum.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

Tingkat pengetahuan = jumlah jawaban yang diperoleh x 100%

Nilai tertinggi yang dicapai


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Wilayah

1. Gambaran Umum Desa


Secara Historis Desa Lampuara dibentuk menjadi Desa persiapan tahun 1989 dari pemekaran
Desa Bakti. Desa Lampuara definitive tahun 1993, terdiri atas empat dusun yaitu ; dusun
Ujung, dusun Leppangang, dusun Lampuara dan dusun Tanete. Nama Desa Lampuara berasal
dari kata “lampu” dan “ara”. Lampu berasal dari lampu Mercusuar dan kata ara berarti
muara sungai.

1. Kondisi Geografis Desa


Desa Lampuara adalah salah satu Desa yang terletak di wilayah kecamatan Ponrang Selatan,
Kabupaten Luwu. Jarak tempuh wilayah Desa Lampuara dari ibukota Kabupaten Luwu 20
km. desa Lampuara memiliki wilayah darat 1726 km2, dan wilayah laut 4250 km 2 dengan
potensi lahan yang sangat produktif diantaranya perkebunan, persawahan dan perikanan.

Desa Lampuara disebelah Utara berbatasan dengan desa Olang dan Desa Bassiang Timur,
disebalah Timur berbatasan dengan Teluk Bone sedangkan disebalh Barat berbatasan dengan
Desa Bakti dan sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jenne Maeja dan Desa To’balo.

1. Administrasi Desa
Pusat pemerintahan Desa Lampuara terletak di Dusun Leppangang dan untuk menuju kantor
Desa dapat dijangkau dengan kendaraan umum atau jalan kaki karena berada di jalan poros
Desa yang telah diaspal, berhubungan langsung dengan pusat ibukota kecamatan ponrang
selatan.

Secara administratif Desa Lampuara terbagi atas empat Dusun yaitu dusun Ujung
membawahi satu RW dan satu RT, dusun Leppangang membawahi satu RW dan dua RT,
dusun Lampuara membawahi satu RW dan satu RT, dusun Tanete membawahi satu RW dan
satu RT.

2. Data Kependudukan
Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin.

N Desa Jumlah penduduk


o

0-14 15-29 30-44 45-59 >60


Jumlah
Thn Thn Thn Thn Thn

L P L P L P L P L P L P
Lampua 13 17 34 36 35 37 56 55 8 15 1.48 1.62
1.
ra 8 3 7 4 2 1 3 7 8 9 8 4

Total 311 711 723 1120 247 3.112

Sumber : Kantor BP3K Tahun 2015

Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat diketahui jumlah penduduk di Desa Lampuara yang
masuk dalam kategori produktif yaitu umur 15 s/d 59 Tahun sebesar 2.554 jiwa dari total
jumlah penduduk sebanyak 3.112 jiwa.

Persentase jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan

N Pekerjaa Jumlah         Persenta


o n (Jiwa) se

1. Petani 613 19,7

2. PNS 24 1

3. Polri 5 0,2

4. Dagang 11 0,4

5. Buruh 25 0,8

6. TNI 3 0,2

7. Dll 500 16,1


Belum
8. 1.931 62
Bekerja

Jumlah 3.112 100 %

Sumber : Kantor BP3K Tahun 2015

Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan pokok yang paling banyak
di Desa Lampuara adalah petani dengan persentase 19,7% dibanding pekerjaan lainnya.

Persentase jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

N Tingkat Jumlah         Persent


o Pendidikan (Jiwa) ase

1. SD 1000 32,1

2. SMP 300 9,6

3. SMA 550 17,7

DI/DIII/DI
4. 50 1,6
V

5. S1/S2/S3 32 1,0

Tidak
6. Berpendidi 130 4,2
kan Formal

Belum
7. 1.050 33,8
Bersekolah
Jumlah 3.112 100 %

Sumber : Kantor BP3K Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa 32,1% penduduk berada pada tingkat pendidikan
yang rendah yaitu tamat SD, sedangkan untuk lulusan dari perguruan tinggi hanya 2,6% dari
total penduduk 3.112 jiwa.

B. Identitas Responden

1. Berdasarkan tingkat pendidikan


Tabel 6. Jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Jumlah Persentase


No
Pendidikan (Jiwa) (%)

1. SD 15 29

2. SMP 25 48

3. SMA 10 19

4. DI/DIII/DIV 2 4

Jumlah 52 100

Sumber : Data primer setelah diolah. 2016

Berdasarkan Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 49% responden berada pada tingkat
pendidikan yang rendah yaitu tamat SMP, sedangkan untuk lulusan dari perguruan tinggi
hanya 4% dari total responden 52 orang.

2. Berdasarkan Umur
Tabel 7. Jumlah responden berdasarkan umur.

No Umur Jumlah Persentase


(tahun) (Jiwa) (%)

1. 10 – 20    2 4

2. 21 – 30    5 10

3. 31 – 40 15 29

4. 41 – 50 25 47

5. > 50    5 10

Jumlah 52 100

Sumber : Data primer setelah diolah. 2016

Dari Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 47% responden berumur 41 – 50 tahun sehingga
hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi bagi responden.

3. Berdasarkan jumlah kambing yang dimiliki


Tabel 8. Jumlah responden jumlah kambing yang dimiliki.

Kambing Jumlah Persentase


No
(ekor) (Jiwa) (%)
1. 1–3 17 33

2. 2–5 30 57

3. 5–7 3 6

4. >7 2 4

Jumlah 52 100

Sumber : Data primer setelah diolah. 2016

Dari Tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 57% responden berumur memiliki ternak
kambing berjumlah 2 – 5 ekor, sedangkan 4 % responden memiliki ternak kambing di atas 7
ekor dari jumlah responden 52 orang.

C. Analisis Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Evaluasi dilakukan untuk mrngukur pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak tentang
penanganan penyakit bloat pada kambing. Evaluasi yang dilakukan terdiri dari evaluasi awal
dan evaluasi akhir. Materi penyuluhan dilakukan dengan menggunakan raling
scale kemudian ditabulasi dan diolah dengan menggunakan garis continuum.

1. Hasil Evaluasi awal


1. Tingkat pengetahuan.
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil
evaluasi awal dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden
dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 4 dan
tabel 9.

Tabel 9. Pembahasan Hasil Evaluasi Awal Tingkat Pengetahuan

Tingkat pemahaman
Pertanyaan/
No
pernyataan
SM M KM TM
Ciri – ciri
1 0 2 30 20
Bloat

2 Bahaya Bloat 0 3 30 19

Penyebab
3 0 15 15 22
Bloat

Pencegahan
4 0 5 30 17
Bloat

Perbedaan
5 bloat dan 0 3 20 29
bunting

Hewan yang
6 Terkena 0 10 10 32
Bloat

Pengobatan
7 0 5 12 35
Bloat

Metode
8 minuman 0 5 10 37
bersoda

Metode
9 0 2 10 40
Trikorisasi

Metode
10 Batang Daun 0 0 10 42
Pepaya

Jumlah 0 50 177 293


Rata – rata 0 5 17.7 29.3

Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017

Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai
berikut :

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan baru mencapai 41,35% yaitu responden yang tidak mengetahui
(TM) berjumlah 20 orang (38,46%), kurang mengetahui (KM) 30 orang
(59,61%) mengetahui (M) berjumlah 2 orang (3,85%) sedangkan responden
yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang bahaya penyakit bloat


baru mencapai 42 %, yaitu responden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah
19 orang (36,54%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 30 orang (57,69%),
mengetahui (M), berjumlah 3 orang (5,77%), sedangkan responden yang
sangat mengetahui (SM) tidak ada.
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang penyebab penyakit


bloat baru mencapai 47,06% yaitu responden yang tidak mengetahui (TM)
berjumlah 19 orang (36,54%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 30 orang
(57,69%), mengetahui (M), berjumlah 3 orang (5,77%), sedangkan responden
yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang pencegahan penyakit


bloat baru mencapai 44,23% yaitu responden yang tidak mengetahui (TM)
berjumlah 30 orang (57,69%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 17 orang
(32,69%), mengetahui (M), berjumlah 5 orang (9,62%), sedangkan responden
yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang Perbedaan bloat dan


bunting baru mencapai 37,50%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM)
berjumlah 29 orang (55,77%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 20 orang
(38,46%) dan mengetahui (M) berjumlah 3 orang (5,76%). Sedangkan
responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang hewan apa saja yang
terkena bloat baru mencapai 39,42%, yaitu respoden yang tidak mengetahui
(TM) berjumlah 32 orang (61,53%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 10
orang (19,23%) dan mengetahui (M) berjumlah 10 orang (19,23%).
Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang pengobatan penyakit


bloat baru mencapai 36,22 %, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM)
berjumlah 35 orang (67,31%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 12 orang
(23,08%) dan mengetahui (M) berjumlah 5 orang (9,61%). Sedangkan
responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang metode pengobatan


menggunakan minuman bersoda baru mencapai 34,62%, yaitu respoden yang
tidak mengetahui (TM) berjumlah 37 orang (71,15%), kurang mengetahui
(KM) berjumlah 10 orang (19,23%) dan mengetahui (M) berjumlah 5 orang
(9,61%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) tidak ada.
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden metode trikorisasi baru


mencapai 31,73%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 40
orang (76,92%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 10 orang (19,23%) dan
mengetahui (M) berjumlah 2 orang (3,85%). Sedangkan responden yang
sangat mengetahui (SM) tidak ada.
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang Perbedaan bloat dan


bunting baru mencapai 30,00%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM)
berjumlah 42 orang (80,77%), dan kurang mengetahui (KM) berjumlah 10
orang (19,23%). Sedangkan responden yang mengetahui (M) dan sangat
mengetahui (SM) tidak ada.
Hasil evaluasi awal tingkat pengetahuan yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor
789, maka dapat dinilai sebagai berikut.

Skor yang diperoleh                             : 789

Sko tertinggi yang diperoleh              : 52 x 10 x 4 = 2.080

Skor terendah yang diperoleh                       : 52 x 10 x 1 = 520

Dengan demikian pengetahuan responden tentang penanganan penyakit bloat pada k ambing
sebelum penyuluhan adalah :

2.080
0

520

1.040

1.560

SM

TM

KM

789

100%

25%

50%

75%

(37, 93%)

Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :


 

Gambar 1. Garis continuum tingkat pengetahuan pada evaluasi awal

Ket :    TM = Tidak Mengetahui

KM = Kurang Mengetahui

M = Mengetahui

SM = Sangat Mengetahui

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan dilakukan, pengetahuan


peternak tentang penangana penyakit bloat pada kambing berada pada skor 789 atau
persentase 37,93% yang berarti masih berada pada kriteria “kurang mengetahui”

1. Tingkat sikap
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil
evaluasi awal dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden
dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 5 dan
tabel 10.

Tabel 10. Pembahasan Hasil Evaluasi Awal Tingkat Sikap

Tingkat pemahaman
Pertanyaan/
No
pernyataan
SS S KS TS

Ciri – ciri
1 0 7 32 13
Bloat
2 Bahaya Bloat 0 4 31 17

Penyebab
3 0 10 22 20
Bloat

Pencegahan
4 0 6 31 15
Bloat

bloat dan
5 0 4 21 27
bunting

Hewan yang
6 0 9 13 30
Terkena Bloat

Pengobatan
7 0 6 15 33
Bloat

Metode
8 minuman 0 4 13 35
bersoda

Metode
9 0 3 11 38
Trikorisasi

Metode
10 Batang Daun 0 1 11 40
Pepaya

  Jumlah 0 54 200 268

  Rata – rata 0 5.4 20 26.8

Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017


Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai
berikut :

 Secara umum sikap peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan baru mencapai 47,12% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 13 orang (25%), kurang setuju (KS) 32 orang (61,54%) setuju (S)
berjumlah 7 orang (13,46%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS)
tidak ada.
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang bahaya Bloat dapat dikatakan
baru mencapai 43,50% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 17
orang (32,69%), kurang setuju (KS) berjumlah 31 orang (59,62%) setuju (S)
berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) tidak
ada.
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang penyebab Bloat dapat


dikatakan baru mencapai 43,50% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 17 orang (32,69%), kurang setuju (KS) berjumlah 31 orang
(59,62%) setuju (S) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang
sangat setuju (SS) tidak ada.
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang pencegahan Bloat dapat


dikatakan baru mencapai 45,67% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 15 orang (28,85%), kurang setuju (KS) berjumlah 31 orang
(59,62%) setuju (S) berjumlah 6 orang (11,54%) sedangkan responden yang
sangat setuju (SS) tidak ada.
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang perbedaan bloat dan bunting
dapat dikatakan baru mencapai 38,94% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 27 orang (51,92%), kurang setuju (KS) berjumlah 21 orang
(40,38%) setuju (S) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang
sangat setuju (SS) tidak ada.
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang hewan yang terkena bloat
Bloat dapat dikatakan baru mencapai 40,87% yaitu responden yang tidak
setuju (TS) berjumlah 30 orang (57,69%), kurang setuju (KS) berjumlah 13
orang (25%) setuju (S) berjumlah 9 orang (7,69%) sedangkan responden yang
sangat setuju (SS) tidak ada.
 
 Secara umum sikap peternak responden tentang Pengobatan Bloat dapat
dikatakan baru mencapai 37,76% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 33 orang (63,46%), kurang setuju (KS) berjumlah 15 orang
(28,85%) setuju (S) berjumlah 6 orang (11,54%) sedangkan responden yang
sangat setuju (SS) tidak ada.
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang metode minuman bersoda


dapat dikatakan baru mencapai 35,10% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 35 orang (83,33%), kurang setuju (KS) berjumlah 13 orang (25%)
setuju (S) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat setuju
(SS) tidak ada.
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang metode trikorisasi dapat


dikatakan baru mencapai 33,17% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 38 orang (73,08%), kurang setuju (KS) berjumlah 11 orang
(21,15%) setuju (S) berjumlah 3 orang (5,77%) sedangkan responden yang
sangat setuju (SS) tidak ada.
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang metode batang daun pepaya
dapat dikatakan baru mencapai 31,25% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 40 orang (76,92%), kurang setuju (KS) berjumlah 11 orang
(21,15%) setuju (S) berjumlah 1 orang (1,92%) sedangkan responden yang
sangat setuju (ST) tidak ada.
Hasil evaluasi awal tingkat sikap yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor 820 maka
dapat dinilai sebagai berikut.

Skor yang diperoleh                             : 820

Sko tertinggi yang diperoleh              : 52 x 10 x 4 = 2.080

Skor terendah yang diperoleh                       : 52 x 10 x 1 = 520

Dengan demikian sikap responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing sebelum
penyuluhan adalah :

2.080

520
1.040

1.560

SS

TS

KS

820

100%

25%

50%

75%

(39,42%)

Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :

 
 

Gambar 2. Garis continuum tingkat sikap pada evaluasi awal

Ket :    TS = Tidak Setuju

KS = Kurang Setuju

S  = Setuju

SS = Sangat Setuju

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan dilakukan, sikap peternak
tentang penanganan penyakit bloat pada kambing berada pada skor 820 atau persentase
39,42% yang berarti masih berada pada kriteria “kurang setuju”

1. Tingkat keterampilan
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil
evaluasi awal dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden
dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 6 dan
tabel 11.

Tabel 11. Pembahasan Hasil Evaluasi Awal Tingkat Keterampilan

Tingkat Pemahaman
Pertanyaan/
No
pernyataan
ST T KT TT

1 Kondisi bloat 0 7 30 15
2 Bahaya bloat 0 4 29 19

Penyebab
3 0 10 20 22
bloat

Pencegahan
4 0 6 29 17
bloat

Bloat dan
5 0 4 19 29
bunting

Hewan yang
6 0 9 11 32
terkena bloat

Pengobatan
7 0 6 13 35
bloat

Metode
8 minuman 0 4 11 37
bersoda

Metode
9 0 3 9 40
trikorisasi

Metode
10 batang daun 0 1 9 42
pepaya

  Jumlah 0 54 180 288

  Rata – rata 0 5.4 18 28.8

Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017


Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai
berikut :

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan baru mencapai 46,15% yaitu responden yang tidak terampil (TT)
berjumlah 15 orang (28,85%), kurang terampil (KT) 30 orang (57,69%)
terampil (T) berjumlah 7 orang (13,46%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) tidak ada.
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang bahaya Bloat dapat


dikatakan baru mencapai 42,50% yaitu responden yang tidak terampil (TT)
berjumlah 19 orang (36,54%), kurang terampil (KT) 29 orang (55,77%)
terampil (T) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) tidak ada.
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang penyebab Bloat dapat


dikatakan baru mencapai 44,61% yaitu responden yang tidak terampil (TT)
berjumlah 22 orang (42,31%), kurang terampil (KT) 20 orang (38,46%)
terampil (T) berjumlah 10 orang (19,23%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) tidak ada.
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang pencegahan Bloat


dapat dikatakan baru mencapai 44,61% yaitu responden yang tidak terampil
(TT) berjumlah 17 orang (32,69%), kurang terampil (KT) 29 orang (55,77%)
terampil (T) berjumlah 6 orang (11,54%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) tidak ada.
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang perbedaan bloat dan


bunting dapat dikatakan baru mencapai 37,98% yaitu responden yang tidak
terampil (TT) berjumlah 29 orang (55,77%), kurang terampil (KT) 19 orang
(36,54%) terampil (T) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang
sangat terampil (ST) tidak ada.
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang hewan yang terkena


Bloat dapat dikatakan baru mencapai 39,90% yaitu responden yang tidak
terampil (TT) berjumlah 32 orang (61,54%), kurang terampil (KT) 11 orang
(21,15%) terampil (T) berjumlah 9 orang (17,31%) sedangkan responden yang
sangat terampil (ST) tidak ada.
 
 Secara umum keterampilan peternak responden tentang pengobatan Bloat
dapat dikatakan baru mencapai 36,73% yaitu responden yang tidak terampil
(TT) berjumlah 35 orang (67,31%), kurang terampil (KT) 13 orang (25%)
terampil (T) berjumlah 6 orang (11,54%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) tidak ada.
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode minuman


bersoda dapat dikatakan baru mencapai 35,10% yaitu responden yang tidak
terampil (TT) berjumlah 37 orang (71,15%), kurang terampil (KT) 11 orang
(21,15%) terampil (T) berjumlah 4 orang (7,69%) sedangkan responden yang
sangat terampil (ST) tidak ada.
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode trikorisasi


dapat dikatakan baru mencapai 32,21% yaitu responden yang tidak terampil
(TT) berjumlah 40 orang (76,92%), kurang terampil (KT) 9 orang (17,31%)
terampil (T) berjumlah 3 orang (5,77%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) tidak ada.
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode batang daun


pepaya dapat dikatakan baru mencapai 30,29% yaitu responden yang tidak
terampil (TT) berjumlah 42 orang (80,77%), kurang terampil (KT) 9 orang
(17,31%) terampil (T) berjumlah 1 orang (1,92%) sedangkan responden yang
sangat terampil (ST) tidak ada.
Hasil evaluasi awal tingkat keterampilan yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor
802 maka dapat dinilai sebagai berikut.

Skor yang diperoleh                             : 802

Sko tertinggi yang diperoleh              : 52 x 10 x 4 = 2.080

Skor terendah yang diperoleh                       : 52 x 10 x 1 = 520

Dengan demikian keterampilan responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing
sebelum penyuluhan adalah :

Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :

2.080

0
520

1.040

1.560

ST

TT

KT

802

100%

25%

50%

75%

(38,56%)

 
 

Gambar 3. Garis continuum tingkat keterampilan pada evaluasi awal

Ket :         TT = Tidak Terampil

KT = Kurang Terampil

T  = Terampil

ST = Sangat Terampil

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan dilakukan, keterampilan


peternak tentang penangana penyakit bloat pada kambing berada pada skor 802 atau
persentase 38,56% yang berarti masih berada pada kriteria “kurang terampil”

2. Hasil Evaluasi Akhir


1. Tingkat pengetahuan.
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil
evaluasi akhir dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden
dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 7 dan
tabel 12.

Tabel 12. Pembahasan Hasil Evaluasi Akhir Tingkat Pengetahuan


Tingkat pemahaman
Pertanyaan
N
/
o
pernyataan K
SM M TM
M

Pengertian
1 20 15 10 7
bloat

Bahaya
2 25 20 5 2
bloat

Penyebab
3 25 20 5 2
bloat

Pencegahan
4 15 25 10 2
bloat

Bloat dan
5 30 20 2 0
bunting

Hewan yang
6 45 5 2 0
terkena bloat

Pengobatan
7 20 30 2 0
bloat

Metode
8 minuman 30 15 5 2
bersoda

Metode
9 15 20 15 2
trikorisasi

10 Metode 30 20 2 0
batang daun
pepaya

19
  Jumlah 255 58 17
0

25.
  Rata – rata 19 5.8 1.7
5

Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017

Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai
berikut :

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan sudah mencapai 74,52% yaitu responden yang tidak mengetahui
(TM) berjumlah 7 orang (13,46%), kurang mengetahui (KM) 10 orang
(19,23%) mengetahui (M) berjumlah 15 orang (28,84%) dan responden yang
sangat mengetahui (SM) berjumlah 20 orang (38,46%).
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang bahaya penyakit bloat


sudah mencapai 82,69 %, yaitu responden yang tidak mengetahui (TM)
berjumlah 2 orang (3,84%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 5 orang
(9,61%), mengetahui (M), berjumlah 20 orang (38,46%), dan responden yang
sangat mengetahui (SM) sebanyak 25 orang (48,08%).
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang penyebab penyakit


bloat sudah mencapai 82,69% yaitu responden yang tidak mengetahui (TM)
berjumlah 2 orang (3,84%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 5 orang
(9,61%), mengetahui (M), berjumlah 20 orang (38,46%), sedangkan
responden yang sangat mengetahui (SM) sebanyak 25 orang (48,08%).
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang pencegahan penyakit


bloat sudah mencapai 75,48% yaitu responden yang tidak mengetahui (TM)
berjumlah 2 orang (3,84%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 10 orang
(19,23%), mengetahui (M), berjumlah 25 orang (48,08%), sedangkan
responden yang sangat mengetahui (SM) berjumlah 15 orang (28,85%).
 
 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang Perbedaan bloat dan
bunting sudah mencapai 88,46%, yaitu responden yang tidak mengetahui
(TM) tidak ada, kurang mengetahui (KM) berjumlah 2 orang (3,84%) dan
mengetahui (M) berjumlah 20 orang (38,46%). Sedangkan responden yang
sangat mengetahui (SM) berjumlah 30 orang (57,69%).
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang hewan apa saja yang
terkena bloat sudah mencapai 95,67%, yaitu responden yang tidak mengetahui
(TM) tidak ada, kurang mengetahui (KM) berjumlah 2 orang (3,84%) dan
mengetahui (M) berjumlah 5 orang (9,61%). Sedangkan responden yang
sangat mengetahui (SM) berjumlah 45 orang (86,53%).
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang pengobatan penyakit


bloat sudah mencapai 83,82 %, yaitu responden yang tidak mengetahui (TM)
tidak ada, kurang mengetahui (KM) berjumlah 2 orang (3,84%) dan
mengetahui (M) berjumlah 30 orang (57,69%). Sedangkan responden yang
sangat mengetahui (SM) berjumlah 20 orang (38,46%).
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang metode pengobatan


menggunakan minuman bersoda sudah mencapai 85,10%, yaitu responden
yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 2 orang (3,84 %), kurang mengetahui
(KM) berjumlah 5 orang (9,61%) dan mengetahui (M) berjumlah 15 orang
(28,84%). Sedangkan responden yang sangat mengetahui (SM) berjumlah 30
orang (57,69%).
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden metode trikorisasi sudah


mencapai 73,08%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM) berjumlah 2
orang (76,92%), kurang mengetahui (KM) berjumlah 15 orang (19,23%) dan
mengetahui (M) berjumlah 20 orang (3,85%). Sedangkan responden yang
sangat mengetahui (SM) berjumlah 15 orang.
 

 Secara umum pengetahuan peternak responden tentang Perbedaan bloat dan


bunting sudah mencapai 88,94%, yaitu respoden yang tidak mengetahui (TM)
tidak ada, kurang mengetahui (KM) berjumlah 2 orang (3,84%), mengetahui
(M) berjumlah 20 orang (38,46%) sedangkan responden yang sangat
mengetahui (SM) berjumlah 30 orang (57,69%).
Hasil evaluasi awal tingkat pengetahuan yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor
1.724, maka dapat dinilai sebagai berikut.

Skor yang diperoleh                             : 1.724


Sko tertinggi yang diperoleh              : 52 x 10 x 4 = 2.080

Skor terendah yang diperoleh                       : 52 x 10 x 1 = 520

Dengan demikian pengetahuan responden tentang penanganan penyakit bloat pada k ambing
setelah penyuluhan adalah :

2.080

520

1.040

1.560

SM

TM

KM
M

1.724

100%

25%

50%

75%

82,88%)

Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Garis continuum tingkat pengetahuan pada evaluasi akhir

Ket :    TM = Tidak Mengetahui

KM = Kurang Mengetahui

M = Mengetahui

SM = Sangat Mengetahui

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa setelah penyuluhan dilakukan, pengetahuan


peternak tentang penanganan penyakit bloat pada kambing berada pada skor 1.724 atau
persentase 82,88% yang berarti sudah berada pada kriteria “Mengetahui”
 

1. Tingkat sikap
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil
evaluasi akhir dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden
dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 8 dan
tabel 13.

Tabel 10. Pembahasan Hasil Evaluasi Akhir Tingkat Sikap

Tingkat pemahaman
Pertanyaan/
No
pernyataan
SS S KS TS

Pengertian
1 25 10 10
bloat

2 Bahaya bloat 30 15 5 2

Penyebab
3 30 15 5 2
bloat

Pencegahan
4 20 20 10 2
bloat

Bloat dan
5 35 15 2 0
bunting

Hewan yang
6 50 0 2 0
terkena bloat

Pengobatan
7 25 25 2 0
bloat
Metode
8 minuman 35 10 5 2
bersoda

Metode
9 20 15 15 2
trikorisasi

Metode
10 batang daun 35 15 2 0
pepaya

  Jumlah 305 140 58 10

  Rata – rata 30.5 14 5.8 1

Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017

Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai
berikut :

 Secara umum sikap peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan sudah mencapai 76,92% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 7 orang (13,45%), kurang setuju (KS) 10 orang (19,23%) setuju (S)
berjumlah 10 orang (19,23%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS)
berjumlah 25 orang (48,08%).
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang bahaya Bloat dapat dikatakan
sudah mencapai 85,10% yaitu responden yang tidak setuju (TS) berjumlah 2
orang (3,84%), kurang setuju (KS) berjumlah 5 orang (9,61%) setuju (S)
berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS)
berjumlah 30 orang (57,69%).
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang penyebab Bloat dapat


dikatakan baru mencapai 85,10% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 2 orang (3,84%), kurang setuju (KS) berjumlah 5 orang (9,61%)
setuju (S) berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat
setuju (SS) berjumlah 30 orang (57,69%).
 
 Secara umum sikap peternak responden tentang pencegahan Bloat dapat
dikatakan sudah mencapai 77,88% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 2 orang (), kurang setuju (KS) berjumlah 10 orang (3,84%) setuju
(S) berjumlah 20 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju
(SS) berjumlah 20 orang (67,30%).
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang perbedaan bloat dan bunting
dapat dikatakan sudah mencapai 90,87% yaitu responden yang tidak setuju
(TS) tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84%) setuju (S)
berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS)
berjumlah 35 orang (67,30%).
 Secara umum sikap peternak responden tentang hewan yang terkena bloat
dapat dikatakan sudah mencapai 98,08% yaitu responden yang tidak setuju
(TS) tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84%) setuju (S) tidak
ada,sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 50 orang
(96,15%)
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang Pengobatan Bloat dapat


dikatakan sudah mencapai 86,27% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84) setuju (S) berjumlah
25 orang (48,07%) sedangkan responden yang sangat setuju (SS) berjumlah 25
orang (48,07%).
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang metode minuman bersoda


dapat dikatakan sudah mencapai 87,50% yaitu responden yang tidak setuju
(TS) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang setuju (KS) berjumlah 5 orang
(9,61%) setuju (S) berjumlah 10 orang (19,23%) sedangkan responden yang
sangat setuju (SS) berjumlah 35 orang (67,30%).
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang metode trikorisasi dapat


dikatakan sudah mencapai 75,48% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
berjumlah 2 orang (3,84%), kurang setuju (KS) berjumlah 15 orang (28,84%)
setuju (S) berjumlah 15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat
setuju (SS) sebanyak 20 orang (38,46%).
 

 Secara umum sikap peternak responden tentang metode batang daun pepaya
dapat dikatakan baru mencapai 91,35% yaitu responden yang tidak setuju (TS)
tidak ada, kurang setuju (KS) berjumlah 2 orang (3,84%) setuju (S) berjumlah
15 orang (28,84%) sedangkan responden yang sangat setuju (ST) berjumlah
35 orang (67,30%).
Hasil evaluasi awal tingkat sikap yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor 1.774
maka dapat dinilai sebagai berikut.
Skor yang diperoleh                             : 1.774

Sko tertinggi yang diperoleh              : 52 x 10 x 4 = 2.080

Skor terendah yang diperoleh                       : 52 x 10 x 1 = 520

Dengan demikian sikap responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing setelah
penyuluhan adalah :

Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :

2.080

520

1.040

1.560

SS

TS

KS

1.774

100%
25%

50%

75%

(85,29%)

Gambar 5. Garis continuum tingkat sikap pada evaluasi akhir

Ket : TS = Tidak Setuju

KS = Kurang Setuju

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa setelah penyuluhan dilakukan, sikap peternak
tentang penanganan penyakit bloat pada kambing berada pada skor 1.774 atau persentase
85,29% yang berarti sudah berada pada kriteria “setuju” 

1. Tingkat keterampilan
Dari responden yang berjumlah 52 orang dengan jumlah pertanyaan untuk tingkat
pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan dengan 4 (empat) kriteria. Adapun tabel tabulasi hasil
evaluasi akhir dan pembahasan hasil evaluasi serta rekapitulasi skala nilai jawaban responden
dengan skala nilai (rating scale) untuk tingkat pengetahuan terdapat pada lampiran 9 dan
tabel 14.

Tabel 14. Pembahasan Hasil Evaluasi Awal Tingkat Keterampilan

Tingkat Pemahaman
Pertanyaan/
No
pernyataan
ST T KT TT

1 Kondisi bloat 0 7 30 15
2 Bahaya bloat 0 4 29 19

Penyebab
3 0 10 20 22
bloat

Pencegahan
4 0 6 29 17
bloat

Bloat dan
5 0 4 19 29
bunting

Hewan yang
6 0 9 11 32
terkena bloat

Pengobatan
7 0 6 13 35
bloat

Metode
8 minuman 0 4 11 37
bersoda

Metode
9 0 3 9 40
trikorisasi

Metode
10 batang daun 0 1 9 42
pepaya

  Jumlah 0 54 180 288

  Rata – rata 0 5.4 18 28.8

Sumber. Data Primer, diolah Tahun 2017


Berdasarkan jawaban responden pada tabel diatas, maka diperoleh pemahaman sebagai
berikut :

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang ciri – ciri Bloat dapat
dikatakan sudah mencapai 72,12% yaitu responden yang tidak terampil (TT)
berjumlah 7 orang (13,46%), kurang terampil (KT) berjumlah10 orang
(19,23%) terampil (T) berjumlah 20 orang (38,46%) sedangkan responden
yang sangat terampil (ST) berjumlah 15 orang (28,84%).
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang bahaya Bloat dapat


dikatakan sudah mencapai 80,29% yaitu responden yang tidak terampil (TT)
berjumlah 2 orang (3,84%), kurang terampil (KT) berjumlah 5 orang (9,61%)
terampil (T) berjumlah 25 orang (48,07%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) berjumlah 20 orang (38,46%).
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang penyebab Bloat dapat


dikatakan sudah mencapai 80,29% yaitu responden yang tidak terampil (TT)
berjumlah 2 orang (3,84%), kurang terampil (KT) berjumlah 5 orang (9,61%)
terampil (T) berjumlah 25 orang (48,07%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) berjumlah 20 orang (38,46%).
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang pencegahan Bloat


dapat dikatakan sudah mencapai 73,08% yaitu responden yang tidak terampil
(TT) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang terampil (KT) 10 orang (19,23%)
terampil (T) berjumlah 30 orang (57,69%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) berjumlah 10 orang (19,23%).
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang perbedaan bloat dan


bunting dapat dikatakan sudah mencapai 86,06% yaitu responden yang tidak
terampil (TT)tidak ada, kurang terampil (KT) berjumlah 2 orang (3,84%)
terampil (T) berjumlah 25 orang (48,07%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) berjumlah 25 orang (48,07%).
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang hewan yang terkena


Bloat dapat dikatakan sudah mencapai 93,27% yaitu responden yang tidak
terampil (TT) tidak, kurang terampil (KT) berjumlah 2 orang (3,84%) terampil
(T) berjumlah 10 orang (19,23%) sedangkan responden yang sangat terampil
(ST) berjumlah 40 orang (76,92%).
 
 Secara umum keterampilan peternak responden tentang pengobatan Bloat
dapat dikatakan sudah mencapai 81,37% yaitu responden yang tidak terampil
(TT) tidak ada, kurang terampil (KT) berjumlah 2 orang (3,84%) terampil (T)
berjumlah 35 orang (67,37%) sedangkan responden yang sangat terampil (ST)
berjumlah 15 orang (28,85%).
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode minuman


bersoda dapat dikatakan sudah mencapai 82,69% yaitu responden yang tidak
terampil (TT) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang terampil (KT) 5 orang
(9,61%) terampil (T) berjumlah 20 orang (38,46%) sedangkan responden yang
sangat terampil(ST) berjumlah 25 orang (48,08%).
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode trikorisasi


dapat dikatakan sudahmencapai 70,67% yaitu responden yang tidak terampil
(TT) berjumlah 2 orang (3,84%), kurang terampil (KT) berjumlah 15 orang
(28,85%) terampil (T) berjumlah 25 orang (48,08%) sedangkan responden
yang sangat teampil (ST) berjumlah 10 orang (19,23%).
 

 Secara umum keterampilan peternak responden tentang metode batang daun


pepaya dapat dikatakan sudah mencapai 86,54% yaitu responden yang tidak
terampil (TT) tidak ada, kurang terampil (KT) berjumlah 2 orang (3,84%)
terampil (T) berjumlah 25 orang (48,08%) sedangkan responden yang sangat
terampil (ST) berjumlah 25 orang (48,08%).
Hasil evaluasi awal tingkat keterampilan yang dilakukan dari 52 responden, diperoleh skor
1.674 maka dapat dinilai sebagai berikut.

Skor yang diperoleh                             : 1.674

Sko tertinggi yang diperoleh              : 52 x 10 x 4 = 2.080

Skor terendah yang diperoleh                       : 52 x 10 x 1 = 520

Dengan demikian keterampilan responden tentang penanganan penyakit bloat pada kambing
setelah penyuluhan adalah :

2.080

520
1.040

1.560

ST

TT

KT

1.674

100%

25%

50%

75%

(80,48%)

Jika digambarkan dengan garis continuum adalah sebagai berikut :

 
 

Gambar 6. Garis continuum tingkat keterampilan pada evaluasi awal

Ket :       TT = Tidak Terampil

KT = Kurang Terampil

T = Terampil

ST = Sangat Terampil

Garis continuum di atas menunjukkan bahwa setelah penyuluhan dilakukan, keterampilan


peternak tentang penanganan penyakit bloat pada kambing berada pada skor 1.674 atau
persentase 80,48% yang berarti masih berada pada kriteria “terampil”

Selanjutnya hasil evaluasi awal dan hasil evaluasi akhir ditabulasikan untuk mengevaluasi
tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan responden berdasarkan kategori nilai yang
dicapai. Hasil rekapitulasi digunakan untuk mengetahui perubahan perolehan nilai persentase
dan nilai maksimum pada tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil rekapitulasi
dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Rata – Rata Tingkat Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Responden.

Nilai yang diperoleh Perubahan


Nila
Deskripsi i
E. E.
max Nil
Aw % Akhi % %
ai
al r

Pengetahu 2.08 37,9 1.72 82,8 44,9


789 935
an 0 3 4 8 5
2.08 39,4 1.77 85,2 45,8
Sikap 820 954
0 2 4 9 7

keterampil 2.08 38,5 1.67 80,4 41,9


802 872
an 0 5 4 8 3

Sumber : Data primer setelah diolah. 2016

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan penyuluhan lalu dievaluasi
kembali, ternyata pengetahuan responden meningkat 44,95%, sikap 45,87%, dan
keterampilan sebesar 41,93%.

Anda mungkin juga menyukai