Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PRODUKSI UDANG VANNAMEI PADA SALINITAS RENDAH


MENGGUNAKAN TERPAL SKALA RUMAH TANGGA

PKM - KEWIRAUSAHAAN

Diusulkan Oleh :

1. I wayan angga adnyana 20743014


2. Mohammat Arif 20744048
3. Bagus Sanjaya 20744005
4. Ilham ariski 20733050
5.sri maila sari 18713038

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


TAHUN PELAJARAN
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PKM KEWIRAUSAHAAN

1. Judul Kegiatan : Produksi Udang Vannamei Pada Salinitas Rendah


Menggunakan Terpal Skala Rumah Tangga.
2. Bidang kegiatan : PKM Kewirausahaan.
3. Ketua pelaksana
a. Nama : Bagus Sanjaya.
b. NIM : 20744005.
c. Jurusan : Teknologi Pembenihan Ikan.
d. Institusi : Politeknik Negeri Lampung.
e. Alamat rumah/hp : RT 25 rw 5 dusun malang desa bumi daya kecamatan palas
kabupaten lampung selatan.
f. Alamat email : sanjayabagus0202@gmail.com
4. Anggota pelaksana : 5 Orang.
5. Dosen Pendamping
a. Nama : Agung Adi Candra,S,K, M.Si
b. NIDN : 002118102
c. Alamat rumah/hp : Jln Bayangkara Gg cendrawasih Lk I RT 08 Rajabasa Raya,
Rajabasa, Bandar Lampung 081369547707.
6. Biaya kegiatan total
a. Dikti : Rp. 1.578.000,00
b. Sumber lain : -
7. Jangka Waktu : 3 Bulan
Pelaksanaan
Bandar Lampung, 17 Maret 2021

Menyetujui,
Ketua Jurusan Ketua Pelaksana

Pindo Witoto,S.Pi.,M.P. Bagus Sanjaya

NIP198110212003121002 NPM 20744005

Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

Ir. Beni Hidayat., M.Si Agung Adi Candra,S,KH,M.Si


NIP 196701141992031005 NIP 198110212003121002
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan Amerika


Latin yang masuk ke dalam famili Penaidae. Udang vaname merupakan komoditas air
payau yang banyak diminati karena memiliki keunggulan seperti lebih tahan terhadap
penyakit, tahan terhadap perubahan suhu air, dan oksigen terlarut, serta mampu
memanfaatkan kolom air dibandingkan udang jenis lain, dan tingkat pertumbuhan
yang relatif lebih tinggi masa pemeliharaan 90 – 100 hari. Selain itu udang vaname
juga dapat di budidayakan pada salinitas lebar (0,5 – 45 ppt), kebutuhan protein
rendah (20 – 35 %) di bandingkan dengan udang windu, mampu mengkonfersi pakan
lebih baik (FCR 1,2 – 1,6), serta dapat di tebar dengan padat tebar tinggi hingga lebih
dari 160 ekor/m2.

Permintaan udang vaname dari tahun ke tahun semakin meningkat. Volume ekspor
udang vaname Indonesia pada tahun 2010 mencapai USD 1,57 miliar atau 63,3 % dari
total nilai ekspor hasil perikanan Indonesia sebesar USD 2,34 miliar. Sejak tahun
2005, Pemerintah mencanangkan budidaya udang vaname sebagai salah satu
komoditas unggulan revitalisasi perikanan. Untuk mencapai target produksi udang
sebesar 540.000 ton, diperlukan induk sedikitnya 900.000 ekor dan benur udang 52,31
milyar ekor. Produksi udang vaname selama ini dikembangkan dengan teknologi semi
intensif dan intensif. Melalui manajemen budidaya yang lebih baik ditargetkan
produksinya dapat meningkat sebesar 17,38% per tahun, yaitu: 275 ribu ton pada
tahun 2010 menjadi 500 ribu ton tahun 2014 (Ditjen Perikanan Budi Daya, 2014).

Akan tetapi sayangnya pada era sekarang ini media budidaya udang sudah banyak
tercemar mulai dari limbah yang berasal dari sungai atau limbah dari pabrik dan
limbah laut sendiri. Oleh karena itu salah satu hal yang dapat di lakukan untuk
menghindari hal tersebut perlu di lakukan usaha budidaya udang vanname pada
salinitas rendah. Pada pemeliharaan dengan salinitas rendah ini udang vanname di
tebar dengan kepadatan tinggi, kepadatan tinggi tersebut di harapkan tidak terjadi
penurunan kualitas dan pertumbuhan yang di hasilkan.

Peningkatan daya tahan tubuh udang vanname dapat dilakukan dengan


penambahan vitamin C pada pakan yang diberikan. Vitamin C diketahui dapat
meningkatkan kelangsungan hidup dan daya tahan tubuh larva udang windu (Irmasari,
2002). Metode peningkatan nutrien berupa vitamin C dalam pakan buatan masih
kurang tepat dikarenakan vitamin C yang diberikan bersamaan dengan pakan buatan
akan mengalami leaching selama berada di media pemeliharaan benur, sehingga
memperkecil kesempatan benur untuk memperoleh nutrien vitamin C tersebut.
Vitamin C merupakan senyawa yang sangat mudah larut dalam air, tidak stabil,
mempunyai sifat asam dan sifat pereduksi yang kuat (Zafran,2000).

Upaya pemberian vitamin C dapat dilakukan melalui metode pengkayaan terhadap


pakan alami, sebab udang vaname pada stadium awal memiliki saluran pencernaan
yang masih sangat sederhana sehingga membutuhkan nutrisi pakan jasad renik yang
memiliki nilai gizi yang tinggi seperti Artemia sp. Artemia sp merupakan sumber
protein yang baik bagi larva udang sebab memiliki kandungan protein hingga 63%
dari berat keringnya. Akan tetapi Artemia sp mempunyai kandungan vitamin C yang
rendah yaitu 19,99 µg/g bobot kering (Irmasari, 2002) sehingga perlu dilakukan
peningkatan kandungan vitamin C melalui pengkayaan guna meningkatkan kualitas
benur udang vaname.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, maka program ini bertujuan untuk :

2. Bagaimana cara melakukan budidaya udang vaname pada salinitas rendah


menggunakan kolam terpal skala rumah tangga.
3. Bagaimana cara pengembangan budidaya udang vaname pada salinitas rendah
menggunakan kolam terpal skala rumah tangga.
1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat di rumuskan beberapa


masalah di antaranya :
1. Melakukan budidaya udang vaname pada salinitas rendah menggunakan kolam
terpal skala rumah tangga. Sebagai salat satu cara alternatif mengatasi
permasalahan tercemarnya media budidaya.

2. Mengembangkan usaha budidaya udang vaname pada salinitas rendah


menggunakan kolam terpal skala rumah tangga sebagai salah satu usaha untuk
meningkatkan angka produksi budidaya udang vaname.
3. Menciptakan lapangan pekerjaan baru guna menekan angka pengangguran yang
ada.
4. Membantu meningkatkan perekonomian yang ada.

1.4 KegunaanBagi mahasiswa

1. Menumbuhkan jiwa wirausaha yang memiliki kemampuan dalam mengembangkan


tatanan kehidupan bisnis yang kreatif dan mandiri dalam mengembangkan usaha.
2. Mengaplikasikan ilmu dalam bidang teknologi pengolahan hasil perikanan.

3. Menjadi peluang usaha baru.

4. Mendapatkan profit dari hasil usaha budidaya udang vaname pada salinitas rendah
menggunakan kolam terpal skala rumah tangga.

Bagi masyarakat

1. Memberikan alternatif usaha untuk menekan angga pengangguran.

2. Memberikan lapangan pekerjaan baru.

Bagi Pemerintah

1. Mengurangi masalah tingkat kemiskinan dan penggangguran di Indonesia.

2. Pendukung program diversifikai pangan.


3. Upaya pemberdayaan sektor ekonomi perikanan kreatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udang Vannamei

2.1.1 Klasifikasi
Menurut Suryadhi (2011) klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub-kelas : Malacostraca
Series : Eumalacostraca
Super order : Eucarida
Order : Decapoda
Sub order : Dendrobranchiata
Infra order : Penaeidea
Famili : Penaeidae
Genus : Penaeus
Sub genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

Secara morfologi tubuh udang terdapat dua bagian, menurut Suryadhi (2011)
bagian itu adalah Cephalothorax (bagian.kepala dan badan yang dilindungi Carapace)
dan Abdomen (bagian perut terdiri dari segmen/ruas-ruas). Anatomi Udang dapat
dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Anatomi udang (Suryadhi, 2011)


Keterangan gambar:
1. Carapace a. Oesophagus
2. Rosturm b. Ruang cardiac
3. Mata majemuk c. Ruang pyloric
4. Antenules d. Cardiac plate
5. Prosartema e. Gigi – gigi cardiac
6. Antena f. Cardiac ossicle
7. Maxilliped g. Hepatopancreas
8. Pereopoda h. Usus (Mid gut)
9. Pleopoda i. Anus
10. Uropoda
11. Telson

2.1.2 Morfologi
Pada ruas kepala terdapat mata majemuk yang bertangkai. Selain itu, memiliki dua
antena yaitu: antenna I dan antenna II. Antena I dan antenulles mempunyai dua buah
flagellata pendek berfungsi sebagai alat peraba atau penciuman. Antena II atau
antenae mempunyai dua cabang, exopodite berbentuk pipih disebut prosantema dan
endopodite berupa cambuk panjang yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba.
Juga, pada bagian kepala terdapat mandibula yang berfungsi untuk menghancurkan
makanan yang keras dan dua pasang maxilla yang berfungsi membawa makanan ke
mandibula.

Bagian dada terdiri 8 ruas, masing-masing mempunyai sepasang anggota badan


disebut thoracopoda. Thoracopoda 1-3 disebut maxiliped berfungsi pelengkap bagian
mulut dalam memegang makanan. Thoracopoda 4-8 berfungsi sebagai kaki jalan
(periopoda); sedangkan pada periopoda 1-3 mempunyai capit kecil yang merupakan
ciri khas udang penaeidae. Bagian abdomen terdiri dari enam ruas. Ruas 1-5 memiliki
sepasang anggota badan berupa kaki renang disebut pleopoda (swimmered). Pleopoda
berfungsi sebagai alat untuk berenang bentuknya pendek dan ujungnya berbulu
(setae). Pada ruas ke 6, berupa uropoda dan bersama dengan telson berfungsi sebagai
kemudi. Pada rostrum ada 2 gigi disisi ventral, dan 9 gigi disisi atas (dorsal). Pada
badan tidak ada rambut-rambut halus (setae).
Pada jantan Petasma tumbuh dari ruas Coxae kaki renang No:1. Yaitu protopodit
yang menjulur kearah depan. Panjang petasma kira-kira 12 mm. Lubang pengeluaran
sperma ada dua kiri dan kanan terletak pada dasar coxae dari pereopoda (kaki jalan)
no.5 . Pada betina thelycum terbuka berupa cekungan yang ditepinya banyak
ditumbuhi oleh bulu-bulu halus, terletak dibagian ventral dada/thorax, antara ruas
coxae kaki jalan no: 3 dan 4. Yang juga disebut “Fertilization chamber”. Lubang
pengeluaran telur terletak pada coxae kaki jalan no:3. Coxae ialah ruas no:1 dari kaki
jalan dan kaki renang (Suryadi, 2011).

2.1.3 Habitat dan Penyebaran


Daerah penyebaran alami L. Vannamei ialah pantai Lautan Pasifik sebelah barat
Mexiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana suhu air laut sekitar 20 °C
sepanjang tahun. Sekarang L. Vannamei telah menyebar, karena diperkenalkan
diberbagai belahan dunia karena sifatnya yang relatif mudah dibudidayakan, termasuk
di Indonesia (Suryadi, 2011).
BAB III
TAHAPAN KEGIATAN

3.1 Menyiapkan Peralatan


A. Peralatan Yang di Siapkan.
1. Selang aerasi dan senar. 11. Blower.
2. T aerasi dan keran aerasi. 12. Bak tandan.
3. Timah pemberat. 13. Pompa air.
4. Paralon. 14. Selang.
5. Termometer. 15. DO meter.
6. T paralon. 16. Timbangan (pakan).
7. L paralon. 17. Timbangan(sampling).
8. Keran paralon. 18. Seser.
9. Anco. 19. Baskom dan dakron.
10. Refraktor. 20. Kertas lakmus.

B. Cara Menyiapkan Peralatan.


1. Siapkan semua peralatan yang di butuhkan.
2. Melakukan sterilisasi alat yang akan di gunakan menggunakan sabun.
3. Simpan alat seperti timbangan pakan, sampling, seser, baskom, dan dakron pada
tempat yang bersih.
4. Melakukan pemasangan alat penunjang utama pemeliharaan.

a. Ukur kebutuhan peralatan, kemudian pasang peralatan dan hubungkan pada


blower.
b. Ukur luas kolam untuk menentukan titik aerasi dan jumlah aerasi Serta selang yang
di butuhkan.
c. Catat hasilnya secara teliti.
d. Kemudian pasang senar sesuai ukuran.
e. Meletakkan pelubangan pada paralon sebagai lubang udara sesuai kebutuhan.
f. Pasang instalasi aerasi seperti keran aerasi, selang, timah pemberat.
g. Lakukan penentuan titik anco.
h. Setelah semua siap siapkan dan bersihkan bak tandan.
i. Letakan pada tempat yang tidak jauh dari kolam pemeliharaan

C. Pembahasan
Pemasangan peralatan merupakan menjadi faktor utama menunjang kebersihan
proses pemeliharaan. Lakukan pengecekan secara berskala agar semua yang di
gunakan dapat berfungsi dengan baik dan sesuai harapan. Setelah semua selesai,
maka siap di gunakan.

Adapun tujuan dari pemasangan peralatan sendiri antara lain:


1. Menjaga kesetabilan oksigen terlarut (DO) pada kolam.
2. Menjaga suhu di dalam air supaya tetap optimal.
3. Menjaga dan mengetahui kualitas air kolam.

3.2 Menyiapkan Wadah Dan Media


a. Jenis wadah : Kolam Terpal.
b. Ukuran wadah : 3 x 2m

A. Cara menyiapkan Wadah


1. Melakukan pencucian kolam terpal hingga bersih.
2. Melakukan pengeringan.
3. Memasang sarana prasarana penunjang seperti instalasi aerasi
4. Melakukan pengetelan aearsi pada peralatan dan blower

B. Cara menyiapkan media


a. Melakukan pengukuran pada kolam terpal dan catat hasilnya.
b. Mengkonverensikan pengukuran untuk menentukan perbandingan air blower dan
air bak.
c. Melakukan pengisian kolam menggunakan air laut dan air tawar yang telah di
treatment.
d. Setelah siap, siap dilakukan penyebaran bibit.
3.3 Menebar Benih
a. Persyaratan Kualitatif Benur
1. Warna coklat orange.
2. Gerakan berenang aktif, periode bergerak lebih lama di bandingkan periode diam.
3. Kondisi organ tubuh lengkap.
4. Respon terhadap rangsangan bersifat fototaksis positif.

b. Ciri Benih Yang Akan Di Tebar


1. Berwarna cerah (Tembus Pandang)
2. Memiliki bentuk tubuh yang utuh (lengkap).
3. Ukuran seragam (sama).
4. Aktif bergerak.
5. Bergerak melawan arus.
6. Berasal dari indukan yang baik/asli (F1).
7. Memiliki setifikat lulus uji penyakit (tidak berpenyakit).

c. Cara Aklimatisasi
1. Benur biasanya datang pada pagi hari atau sore hari.
2. Kantong luar benur di bilas.
3. Kemudian apung – apungkan pada kolam pemeliharaan.
4. Tunggu 5 – 10 menit hingga kantung benur berembun.
5. Apabila sudah mengembun suhu perairan dan air dalam kantung sudah sama.
6. Buka ikatan karet benur.
7. Miringkan secara perlahan dan masukkan air sedikit demi sedikit.
8. Biarkan benur keluar sendiri secara perlahan.
3.4 Kualitas Air Pemeliharaan
Hasil pengukuran parameter kualitas air media pemeliharaan

1. Suhu : 27 oC berdasarkan pengukuran yang dilakukan rata - rata suhu


air kolam 28 oC.
2. Salinitas ppt : Salinitas yang digunakan dari minggu pertama mengalami
penurunan di setiap minggunya hingga 1,24 ppt.
3. pH : 8 : Rata rata pH berdasarkan pengukuran yaitu 8.
4. Do : >4 : Rata rata DO berdasarkan pengukuran yaitu 4.

3.5 Melakukan Sampling


a. Cara Melakukan Sampling
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil air sesuai kebutuhan menggunakan beaker glass timbang dan catat
hasilnya.
3. Mengambil sampling secara acak kemudian masukkan ke dalam air sampling dan
timbang lalu catat hasilnya.
4. Menghitung ABW yaitu : Air + wadah + udang – Air + wadah lalu catat hasilnya.
5. Lakukan selama 5 kali
6. Jumlah hasil setiap kali hasil sampling lalu bagi jumlah udah kemudian tentukan
ABW.
7. Bersihkan semua alat dan simpan kembali.

3.6 Panen
Pemanenan udang di lakukan apabila udang sudah memasuki umur 90 - 120 hari
dengan pertumbuhan yang optimal. Cara Pemanenan :

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Melakukan pengeringan air kolam sebanyak 50 % dengan membuka saluran
pembuangan.
3. Mengambil udang dengan seser hingga habis/tinggal sedikit.
4. Melakukan pengeringan total.
5. Mengambil sisa udang yang masih tersisa.
6. Menimbang hasil panen.
3.7 Analisa Usaha

NO BIAYA OPERASIONAL JUMLAH HARGA SATUAN TOTAL

1. Kolam Terpal 2 Rp.300.000,00 Rp.600.000,00

2. Pakan 2 Rp.250.000,00 Rp.500.000,00

3. Kaporit 1 Rp.28.000,00 Rp.28.000,00

4. Probiotik 1 Rp.100.000,00 Rp.100.000,00

5. Garam 5 Rp.50.000,00 Rp.250.000,00

6. Aerator 2 Rp.50.000,00 Rp.100.000,00

TOTAL BIAYA (Rp) Rp.1.578.000,00

LABA USAHA

Pendapatan Panen = 50 KG

Harga Satuan = Rp.100.000,00

Total Pendapatan Kotor = Rp.5.000.000,00

Total Pendapatan Bersih = Total Pendapatan Kotor – Biaya Operasional

= Rp.5.000.000,00 - Rp.1.578.000,00

= Rp.3.422.000,00

Dari proses perhitungan di atas proses budidaya di nyatakan berhasil karena total
keuntungan lebih besar dari total biaya.
LAMPIRAN USAHA

Anda mungkin juga menyukai