Tumor Testis
Disusun Oleh:
Pembimbing :
dr. Aristo, Sp.U.
i
2021
HALAMAN PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 1. Anatomi Testis
Secara histopatologis , testis terdiri atas ± 250 lobuli dan tiap lobulus
terdiri atas Tubuli seminiferi. Didalam Tubulus seminiferus terdapat sel-sel
Spermatogonia dan sel Sertoli, sedang diantara Tubuli seminiferi terdapat
sel-sel Leydig. Sel-sel sperma togonium pada proses spermatogenesis
menjadi sel spermatozoa. Sel-sel sertoli berfungsi memberi makan pada
bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial
testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron.2
Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di Tubuli seminiferi testis
disimpan dan mengalami pematangan/maturasi di epididimis. Setelah
mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari
epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens.
Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas
deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat membentuk cairan semen
atau mani.2
3
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta.
2. Arteri deferensialis cabang dari A. vesikalis inferior
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang A. Epigastrika
Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk
pleksus Pampiniformis.2
Testis merupakan kelenjar ganda, karena secara fungsional bersifat
eksokrin dan juga endokrin. Bagian eksokrin terutama menghasilkan sel
kelamin, sehingga testis dianggap sebagai kelenjar sitogenik. Bagian
endokrin menghasilkan sekret internal yang dilepaskan oleh sel-sel
khusus.5
Testis tergantung di dalam skrotum dan dibungkus oleh simpai testis
yang terdiri atas 3 lapisan:
1. lapisan terluar,tunika vaginalis
2. lapisan tengah, tunika albuginea
3. lapisan terdalam tunika vaskulosa
Tunika vaginalis merupakan selapis sel mesotel gepeng, seringkali rusak
pada saat pembuatan sajian. Lapisan ini merupakan bagian dari sebuah
kantung serosa yang tertutup, berasal dari peritoneum yang membungkus
permukaan lateral dan anterior testis. Lapisan ini terletak diatas lamina
basal yang memisahkannya dari lapisan tengah yang paling jelas yaitu
tunika albuginea. Dulu tunika albuginea digambarkan sebagai lapisan
tebal, terdiri atas jaringan ikat padat fibro elastis, tapi sekarang dapat
diperlihatkan juga adanya sel otot polos. Pada manusia, meskipun
unsur-unsur otot polos tersebar luas, tapi umumnya terdapat paling
banyak di bagian posterior testis dekat epididimis. Lapisan terdalam
simpai testis adalah tunika vaskulosa terdiri atas jala-jala kapiler darah
yang terbenam di dalam jaringan ikat longgar .5
Simpai testis bukan merupakan suatu pembungkus yang kaku, seperti
persangkaan dahulu, melainkan merupakan suatu selaput dinamis yang
mampu berkerut secara berkala. Kerutan-kerutan tersebut mungkin
4
bertujuan untuk mempertahankan tekanan yang sesuai di dalam testis,
mengatur gerakan keluar masuknya cairan ke dalam kapiler-kapiler dan
untuk membantu gerakan peristaltik sistem saluran, sehingga membantu
gerakan spermatozoa ke arah luar. Selain itu, simpai tersebut agaknya
memiliki sifat-sifat selaput yang semipermeable dan turut berperan dalam
beberapa faal testis.5
Tunika albuginea menebal pada permukaan posterior testis dan
menjorok masuk ke dalam kelenjar sebagai mediastinum testis. sekat-sekat
fibrosa yang tipis menyebar dari mediastinum testis ke arah simpai testis
dan membagi permukaan dalam testis menjadi kurang lebih 250 bangunan
berbentuk pyramid yang disebut lobuli testis, dengan bagian puncaknya
menghadap ke mediastinum. Sekat-sekat tersebut memperlihatkan bagian-
bagian yang tidak lengkap, sehingga lobules testis dapat berhubungan satu
dengan lainnya secara bebas. Tiap lobules terdiri dari satu sampai empat
tubulus seminiferous yang sangat berkelok-kelok, dibungkus oleh stroma
jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah, saraf dan
beberapa jenis sel, terutama sel interstitial yang spesifik yaitu sel Leydig.
Sel-sel ini besar, umunya berkelompok, berperan penting karena fungsi
endokrinnya.5
5
mempunyai petanda tumor sejati yang sangat berharga untuk diagnosis, rencana
terapi dan kontrol 6
Tumor germinal testis terdiri atas seminoma dan non seminoma. Seminoma
berbeda sifatnya dengan non-seminoma, antara lain sifat keganasannya, respon
terhadap radioterapi dan prognosis tumor. Tumor yang bukan berasal dari sel-sel
germinal atau non germinal diantaranya adalah tumor sel leydig, sel sertoli, dan
gonadoblastoma. Selain berada di dalam testis, tumor sel germinal juga bisa berada
di luar testis sebagai extragonadal germ cell tumor antara lain dapat berada di
mediastinum, retroperitoneum, daerah sakrokoksigeus, dan glandula pineal.2
Seminoma adalah tumor testis yang berasal dari sel germinal atau
jaringan stroma testis. Tumor ini agak jarang ditemukan dan meliputi kurang
lebih 1% dari keganasan lakilaki. Kebanyakan ditemukan pada usia antara 20-
36 tahun. Tumor ini mempunyai petanda tumor sejati yang berharga sekali
untuk diagnosis, rencana terapi, dan kontrol. Kriptorkismus atau Undescensus
Testis (UDT) adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan gagalnya
penurunan salah satu atau kedua testis secara komplit ke dalam skrotum.13
Tumor sel germinal non-seminomatosa selanjutnya diklasifikasikan
menjadi Yolk Sac Tumor, karsinoma sel embrional, koriokarsinoma, dan
teratoma. Tumor sel germinal non-seminomatosa cenderung menyebar secara
6
limfatik dengan pengecualian koriokarsinoma, yang bermetastasis secara
hematogen. Tumor sisi kanan dan kiri cenderung menetap di sisi masing-
masing pada awalnya, tetapi mungkin tumpang tindih saat menjadi besar. 14
Koriokarsinoma
yang biasanya terlihat dengan peningkatan yang sangat tinggi pada kadar
rendah (stadium IIIC) pada saat didiagnosis dengan kadar HCG serum
yang tinggi dan metastasis organ non-paru. Tidak seperti tumor sel
Karsinoma Embrional
berdiferensiasi yang menyerupai sel epitel primitif dari tahap awal embrio
dan muncul pada sekitar 40% dari semua keganasan testis sel germinal
7
Penampakan mikroskopis tumor ini sangat bervariasi karena mereka dapat
tubular.14
Teratoma
buruk dari setidaknya dua dari tiga lapisan sel germinal: endoderm,
mesoderm, dan ektoderm. Semua komponen yang berasal dari tiga lapisan
disebut teratoma imatur. Pada pria remaja dan dewasa, ahli histopatologi
tidak signifikan.
gigi, rambut, dan epitel skuamosa. Karena temuan ini, teratoma secara
ini memiliki dua komponen fisik, yaitu area padat dan kistik. Biasanya
sedikit peningkatan kadar AFP serum. Kira-kira 47% dari tumor sel
8
dari tumor sel germinal non-seminomatous setelah pengobatan dengan
keduanya.14
merupakan persentase yang sangat kecil dari tumor sel germinal testis
testis yang paling umum pada anak laki-laki berusia 3 tahun dan lebih
muda, terdiri dari sekitar 30% dari semua kanker testis dalam kelompok
usia ini. 14
biasanya tumbuh dalam pola kelenjar, papiler, atau mikro-kistik dan sering
sedangkan pada orang dewasa, tumor ini ditemukan sebagai bagian dari
glomeruli dengan inti fibro-vaskular. Jika ada, ini adalah patognomi untuk
pada anak-anak.14
9
Gambar 3. Klasifikasi Tumor Testis
10
Tumor ganas testis yang paling umum terjadi di antara pria berusia
15-40 tahun, memiliki tiga puncak: bayi sampai usia empat tahun sebagai
teratoma dan yolk sac tumor, usia 25-40 tahun sebagai post-pubertas
seminoma dan non seminoma, dan dari umur 60 sebagai spermatositik
seminoma.Tumor sel germinal pada testis merupakan kanker yang paling
umum pada pria muda antara usia 15 dan 35 tahun.11
2.5 Etiologi
a. Undesendensus Testis
Satu dari faktor resiko dari tumor testis adalah kondisi yang disebut
cryptorchidism atau undesendensus testis. Kondisi tersebut adalah satu atau
kedua testis gagal berpindah dari abdomen ke skrotum sebelum kelahiran.
Laki-laki dengan cryptorchidism lebih beresiko terjadi tumor testis
dibandingkan pada laki-laki dengan turunnya testis secara normal. 10
Normalnya, testis berkembang didalam abdomen saat fetus dan turun ke
skrotum pada saat kelahiran. Namun pada 3% laki-laki, testis tidak turun ke
scrotum pada saat kelahiran. Terkadang, testis menetap diabdomen, pada
kasus yang berbeda testis tetap turun namun berada pada lipatan paha.10
b. Riwayat keluarga
Beberapa literatur menyebutkan bahwa laki-laki yang terinfeksi HIV,
dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor testis. Tidak ada infeksi
lainnya yang terbukti meningkatkan resiko terjadinya tumor testis.10
d. Usia
11
Usia terbanyak terdapat pada usia antara 15-35 tahun, tapi kanker dapat
menyerang semua usia, baik pada anak-anak dan orang tua.10
12
Pada pemeriksaan fisik testis didapatkan adanya benjolan padat, keras,
tidak nyeri pada palpasi dan menunjukkan tanda transiluminasi negatif. Pada
umumnya tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari
epididimis, namun perlu diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus
maupun epididimis. Selain itu perlu dicari kemungkinan adanya massa di
abdomen, benjolan kelenjar supraklavikuler, dan ginekomastia. Pemeriksaan
fisik juga harus mampu menyingkirkan diagnosis banding tumor testis
diantaranya epididimitis, hidrokel, orkitis, hernia, dan torsio testis.3
A. Pemeriksaan Laboratorium
Penanda tumor pada karsinoma testis germinal bermanfaat untuk
membantu diagnosis, penentuan stadium tumor, monitoring respons
pengobatan, dan sebagai indikator prognosis tumor testis. Penanda tumor
yang paling sering diperiksa pada tumor testis adalah :
B. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ultrasonografi dapat membedakan dengan jelas lesi
intratestikuler atau ekstratestikuler pada massa padat atau kistik. Namun
ultrasonografi tidak dapat memperlihatkan tunika albuginea, sehingga
tidak dapat digunakan untuk menentukan staging tumor testis. Berbeda
halnya dengan ultrasonografi, MRI dapat mengenali tunika albuginea
13
secara terperinci sehingga dapat dipakai untuk menentukan luas ekstensi
tumor testis. Pemakaian CT Scan berguna untuk menentukan ada tidaknya
metastasis pada retroperitoneum. Namun, pemeriksaan CT tidak mampu
mendeteksi mikrometastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal. .7
C. Pemeriksaan Histologi
Setiap benjolan pada testis yang tidak hilang atau mengecil setelah
pengobatan yang adekuat dalam waktu dua minggu harus dicurigai dan
dilakukan pemeriksaan biopsi. Testis diinspeksi dan dibuat biopsi insisi
setelah funikulus ditutup dengan jepitan klem untuk mencegah penyebaran
limfogen atau hematogen. Melakukan biopsi langsung melalui kulit
skrotum berbahaya karena dapat menyebabkan pencemaran luka bedah
dengan sel tumor melalui implantasi lokal atau penyebaran ke regio
inguinal. Bila hasil biopsi menunjukkan sel-sel ganas, dilakukan
orkiektomi yang diikuti dengan pemeriksaan luas untuk menentukan jenis
tumor, derajat keganasan dan luasnya penyebaran. Untuk menentukan luas
penyebaran limfogen biasanya dilakukan diseksi kelenjar limfe
retroperitoneal secara trans abdomen. Diagnosis ditentukan dengan
pemeriksaan histologik sediaan biopsi.2
Stadium A atau I : tumor testis terbatas pada testis, tidak ada bukti penyebaran
baik secara klinis maupun radiologis.
Stadium B atau II : tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional
(para aorta) atau nodus limfatikus iliaka. Stadium II A untuk pembesaran
limfonodi para aorta yang belum teraba, stadium II B untuk pembesaran
limfonodi yang telah teraba (>10 cm).
Stadium C atau III : tumor telah menyebar keluar dari kelenjar
retroperitoneum atau telah mengadakan metastasis supradiafragma.
14
Klasifikasi tingkat penyebaran, digunakan sistem TNM Karsinoma Testis
(Purnomo, 2011)
BODEN/GIB
TNM KETERANGAN
B
T Terbatas testis
Tis Intratubuler
T3 Funikulus spermatikus
T4 Skrotum
B1 N1 Tunggal ≤ 2 cm
B2 N2 Tunggal ≥ 2 cm ≤ 5 cm
B3 N3 > 5 cm
> 10 cm
2.11 Diagnosis
Dasar diagnosis tumor testis dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan serangkaian pemeriksaan penunjang yang terdiri dari
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan
histologi sebagai berikut.2
1. Anamnesis
15
Langkah pertama dalam mendiagnosis kanker testis adalah
menanyakan dengan detail dan lengkap tentang masalah kesehatan.
Kondisi kesehatan secara umum, riwayat kesehatan keluarga, faktor resiko
kanker testis, dan gejala yang dirasakan. Pasien biasanya datang dengan
berbagai keluhan sebagai berikut : sebuah benjolan atau pembesaran pada
testis, perasaan berat di skrotum, rasa nyeri di perut atau pangkal paha,
penumpukan cairan secara tiba-tiba di dalam skrotum, nyeri atau
ketidaknyamanan di testis atau skrotum, pembesaran payudara, biasanya
mempengaruhi hanya satu testis.11
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
16
(HCG), βHCG (Human chorionic gonadotropin)adalah suatu glikoprotein
yang pada keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda
tumor ini meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, pada 40-60%
pasien karsinoma embrional dan 5% pada seminoma murni. Pada
penderita dengan seminoma kadar HCG dapat naik sedikit, sering juga
terdapat kenaikan Placenta Like Alkaline Phosphatase (PLAP). Pada
semua penderita tumor sel embrional Laktat Dehidrogenase (LDH) dapat
naik. Penanda tumor ini memiliki waktu paruh 24-36 jam.11
4. Ultrasonografi (USG)
5. CT scan
17
Computed tomography atau CT scan digunakan untuk
mengidentifikasi penyebaran tumor ke kelenjar getah bening.CT scan
dapat digunakan untuk mencari kanker telah menyebar di luar testis
(Kurniawan, 2009). Staging dari tumor testis merupakan indikasi apakah
tumor telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. Staging berguna dalam
menentukan rencana perawatan untuk tumor dan ukuran sejauh mana
tumor telah menyebar.
2.12 Penatalaksanaan
Tumor testis adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan.
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai
penyembuhan. Pemilihan pengobatan bergantung pada tipe sel dan keluasan
anatomi penyakit. Terdapat 3 macam pengobatan yang bisa digunakan untuk
tumor testis, yaitu:
1. Pembedahan
Pembedahan dilakukan dengan pengangkatan testis (orkiektomi).
Berbeda dengan pasien dewasa yang dilakukan “radical inguinal
orchiechtomy”, dimana pengangkatan dilakukan melalui ligasi funikulus
spermatikus dengan insisi di bawah abdomen. Pasien tumor testis pada
18
anak-anak hanya dilakukan pengangkatan jaringan testis yang terkena
tumor. Hal ini karena sebagian besar kasus adalah jinak dan masih ingin
mempertahankan jaringan testisnya untuk mempertahankan fungsinya.
Prosedur pembedahan lainnya juga dapat dilakukan limfadenektomi atau
RPLND (Retroperitoneal Lymph Node Dissection). Terapi ini dilakukan
untuk mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin
dilakukan setelah orkiektomi.9
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi langsung meradiasi sel kanker dengan kekuatan
tinggi, merusak kemampuan sel kanker untuk tumbuh dan berkembang
biak. Terapi ini meggunakan sinar-X atau sinar gamma yang
memancarkan sinar elektron pada daerah sasaran. Perkembangan
terakhir pada terapi radiasi adalah lapangan radiasi luas, dosis radiasi
besar, seperti terapi pada sebagian tubuh. Lapangan radiasi luas dan
dosis radiasi besar memberikan terapi yang efektif dan diterima dengan
baik oleh penderita yang kankernya sudah menyebar.Sebelum operasi,
radiasi dapat mengecilkan tumor sehingga memungkinkan tumor diambil
total. Setelah operasi, radiasi dapat merusak sel-sel kanker yang tidak
terdeteksi selama pembedahan. Ini juga untuk menghilangkan nyeri dan
meningkatkan kualitas hidup penderita kanker terminal.8
3. Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat-obatan (misalnya
cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk membunuh sel-sel
kanker.Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita
tumor non-seminoma. Terapi ini dilakukan untuk :
Menghilangkan kanker keseluruhan
Mengendalikan kanker yang diperkirakan akan timbul kembali dan
berkembang di kemudian hari.
19
Menghilangkan gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker, seperti:
nyeri.
Pada pasien yang mengalami kekambuhan dari kanker testis
sebelumnya juga dapat diberikan obat-obat kemoterapi (ifosfamide,
cisplastin dan etoposid atau vinblastin).
Seminoma
Seminoma merupakan tumor yang sangat sensitif terhadap sinar.
Karena itu sesudah orkidektomi pada seminoma kebanyakan dilakukan
radioterapi pada stasiun-stasiun kelenjar limfe regional, juga jika tidak
dapat ditunjukkan adanya metastasis kelenjar limfe dibaeah diafragma.
Lapangan penyinaran juga harus meliputi sikatriks di daerah inguinal dan
terapinya terdiri atas paling sedikit 30 Gy dalam 3-4 minggu.12
20
sisplatin dan etoposid. Dalam pusat tertentu nilai kombinasi kemoterapi ini
dibandingkan dengan karboplatin, sendirian atau dalam kombinasi.12
Non-seminoma
Penderita dengan tumor non seminoma stadium I tidak membutuhkan
terapi tambahan setelah pembedahan. Penderita stadium IIA dapat
diobservasi saja, kadang diberikan kemoterapi dua seri. Pada stadium IIB
biasanya diberikan empat seri kemoterapi. Penderita stadium IIC dan III
diberikan kemoterapi yang terdiri dari sisplatin, beomisin dan vinblastin.
Bila respon tidak sempurna diberikan seri tambahan dengan sediaan
kemoterapi lain. Bila masih terdapat sisa jaringan di regio retroperitoneal
dilakukan laparatomi eksplorasi. Pada kebanyakan penderita ternyata
hanya ditemukan jaringan nekrotik atau jaringan matur. Jaringan matur
merupakan jaringan yang berdiferensiasi baik dan tidak bersifat ganas
lagi.11
Jika tidak dapat ditunjukkan metastasis dan tumor terbatas pada testis
maka ini disebut stadium I. Sesudah orkidektomi cukup pemantauan yang
sering terhadap penderita (wait and see policy). Dalam hal ini harus
diperhatikan kenyataan bahwa kira-kira 25% penderita selama follow up
menunjukkan pertumbuhan tumor. Dengan kontrol yang sering, dengan
menetapkan zat-zat penanda, pertumbuhan tumor dapat cepat didiagnosis,
dan karena kecilnya massa tumor dapat diterapi kuratif dengan
kemoterapi. Jika dibuktikan adanya metastasis, pertama-tama dinilai
dengan polikemoterapi. Semula kemoterapi ini terdiri atas kombinasi
sisplatin, vinblastin, dan bleomisisn, sesudah itu vinblastin diganti dengan
etoposid. Kombinasi ini sama efektifnya tetapi cukup ringan
toksisitasnya.12
2.13 Prognosis
21
Prognosis tumor testis bukan hanya bergantung kepada sifat
histologiknya, melainkan terutama pada stadium tumor. Ketahanan hidup 5
tahun adalah sebagai berikut 3
Seminoma, stadium I dan II : 95%
Seminoma, stadium III-IV : 70-90%
Non-seminoma, stadium I : 99%
Non-seminoma, tumor sedikit : 70-90%
Non-seminoma, tumor banyak : 40-70%
22
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. D
Umur : 15 Tahun
Alamat : Labuan
Pekerjaan : Siswa
Ruangan : Teratai
II. ANAMNESIS :
Keluhan Utama: Benjolan pada Scrotum Kiri
23
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat kelemahan anggota gerak: disangkal
Riwayat trauma sebelumnya : riwayat terbentur pada kelamin 3 bulan
sebelum benjolan muncul
RIWAYAT KELUARGA
Kake pasien mengalami keluhan yang sama sebelum meninggal ( Benjolan
pada buah zakar)
III.PEMERIKSAAN FISIK:
24
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : Vesikular kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (-), hematom (-), oedem (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan Normal
Palpasi : nyeri tekan dinding perut (-), defans muskular (-)
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)
Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium Darah Lengkap (15-03-2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah rutin:
Leukosit 13,98 103/ul 3,8-10,6
Eritrosit 4,31 106/ul 4,4-5,9
Hemoglobin 11,8 g/dl 13,2-17,3
Hematokrit 31,2 % 40-52
Trombosit 200 103/ul 150-440
Kimia klinik:
25
Urea 26,6 mg/dL 15,0-43,2
Creatinin 1,09 mg/dL 0,60-1.20
GDS 98 mg/dL 70-140
Natrium 137 nmol/L 135-145
Kalium 4,1 nmol/L 3,5-5,5
97
Clorida nmol/L 96-106
USG ABDOMEN
KESAN :
- massa soft tissue dengan microkalsifikasi (+) di scrotum sinistra, ukuran =
6,08 cm x 3,98 cm, Cenderung malignancy
26
Resume
Pasien laki-laki usia 15 tahun datang dengan keluhan benjolan Pada scrotum
kiri yang dirasakan sejak 2 tahun lalu, menurut pasien benjolan makin lama
makin membesar, Awalnya berukuran Kecil sebesar kelereng, tidak nyeri dan
dapat digerakkan. Sekarang sudah sebesar bola tenis dan pasien mengalami
penurunan berat badan 3 bulan terakhir. Demam (-), mual (-), muntah (-). BAB
dan BAK , Riwayat trauma sebelumnya terbentur pada kelamin 3 bulan sebelum
benjolan muncul serta pasien memiliki riwayat keluarga yaitu Kake pasien
mengalami keluhan yang sama sebelum meninggal ( Benjolan pada scrotum).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
dengan kesadaran compos mentis E4 M6 V5, tanda vital didapatkan tekanan
darah: 120/70 mmHg. Status lokalis pada scrotum inspeksi : tampak pembesaran
scrotum sinistra, warna kulit coklat, Palpasi teraba massa bulat, permukan rata,
konsistensi keras, berbatas tegas dan tidak dapat digerakan,Inguinal : pembesaran
KGB (+),
Pada pemeriksaan penunjang lab di dapatkan peningkatan pada WBC
13,98 dan pada pemeriksaan USG Scrotum di dapatkan hasil dengan kesan massa
soft tissue dengan microkalsifikasi (+) di scrotum sinistra, ukuran = 6,08 cm x
3,98 cm, Cenderung malignancy.
Diagnosis kerja
Tumor Testis Sinistra
Diagnosis Banding
- Hernniaa skrotalis
- Hidrokel
27
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
- IVFD RL 15 tpm
- Dexamethasone 5 mg/ 8 jam/ IV
- Paracetamol 1 gr/8 jam/IV
- Ranitidine 50 mg/8 jam/IV
- Phenytoin 100 mg/8 jam/IV
2. Non medikamentosa
a. Operatif
Ekstended orkidektomi sinistra
28
Gambar : Operasi orkidektomi sinistra
29
Operasi dilakukan pada 22 Februari 2021
1. Melanjutkan Operasi dari teman sejawat, pasien posisi supine dalam
regional anstesi
2. Telah dilakukan insisi inguinal kiri diperluasan hingga
hemiskrotum kiri, tampak massa dari hemiskrotum kiri
3. Dipasang taegel pada fenikulus spermatikus, terba limfonodi dua
buah
4. Tumor dibebaskan secara tumpul, kesan testis bebas tumor,
fenikulus spermatikus kiri terinfiltrasi tumor
5. Finikulus di potong dan diligasi dengan side no.2
6. Tumor dan testis kiri dievaluasi, batas tumor dengan tunika dartos
sulit dievaluasi
7. Control perdarahan, cuci luka dengan aquadest
8. Tutup luka operasi lapis demi lapis
9. Operasi selesai
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
30
BAB IV
PEMBAHASAN
dapat digerakkan. Sekarang sudah sebesar bola tenis dan pasien mengalami
penurunan berat badan 3 bulan terakhir. Demam (-), mual (-), muntah (-). BAB
dan BAK , Riwayat trauma sebelumnya terbentur pada kelamin 3 bulan sebelum
benjolan muncul serta pasien memiliki riwayat keluarga yaitu Kake pasien
mengalami keluhan yang sama sebelum meninggal ( Benjolan pada scrotum).
Tumor merupakan pertumbuhan sel baru yang abnormal. Pertumbuhan
sel pada tumor biasanya lebih cepat dari sel yang normal dan akan berlanjut
pertumbuhannya jika tidak ditangani. Tumor testis juga merupakan keganasan
terbanyak pada pria berusia diantara 15-35 tahun dan merupakan 1-2% dari
semua neoplasma pada pria.
Gejala tumor testis berupa Testis membesar atau teraba aneh (tidak
seperti biasanya), Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua
testis, Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah dan Rasa tidak
nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat. Tetapi mungkin juga
tidak ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan
sangat bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak
nyeri.
31
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, dengan kesadaran compos mentis E4 M6 V5, tanda vital didapatkan
tekanan darah: 120/70 mmHg. Status lokalis pada scrotum inspeksi : tampak
pembesaran scrotum sinistra, warna kulit coklat, Palpasi teraba massa bulat,
permukan rata, konsistensi keras, berbatas tegas dan tidak dapat
digerakan,Inguinal : pembesaran KGB (+),
Hal ini dapat terjadi akibat adanya massa pada skrotum ataupu tumor.
Pada umumnya tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari
epididimis, namun perlu diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus
maupun epididimis. Selain itu perlu dicari kemungkinan adanya massa di
abdomen. Pemeriksaan fisik juga harus mampu menyingkirkan diagnosis
banding tumor testis diantaranya epididimitis, hidrokel, orkitis, hernia, dan
torsio testis.
32
Pada kasus ini dilakukan tatalaksana medikamentosa dan non-
medikamentosa. Tatalaksana medikamentosa yang diberikan berupa terapi
simptomatik untuk mengurangi keluhan yang dialami pasien.
Tatalaksana non-medikamentosa berupa pembedahan yaitu dilakukan
Orkidektomi. Pasien tumor testis pada anak-anak hanya dilakukan
pengangkatan jaringan testis yang terkena tumor. Hal ini karena sebagian besar
kasus adalah jinak dan masih ingin mempertahankan jaringan testisnya untuk
mempertahankan fungsinya.
33
BAB V
KESIMPULAN
34
DAFTAR PUSTAKA
9. Einhorn, LH. 2007. Testicular cancer. In: Goldman L, Ausiello D, eds. Cecil
Medicine. 23rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier
11. Einhorn, LH. 2007. Testicular cancer. In: Goldman L, Ausiello D, eds. Cecil
Medicine. 23rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.
35
12. Van de Velde C.J.H., Bosman F.T., Wagener D.J., Onkologi, Tumor Testis,
Edisi 5 Revisi, Panitia Kanker RSUP Sardjito Yogyakarta, Alih Bahasa :
Arjono, 1996, Hlm 556-563.
36