Anda di halaman 1dari 39

BAGIAN ILMU BEDAH REFLEKSI KASUS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA Maret 2021


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

Tumor Testis

Disusun Oleh:

Andika Setia Putra


(N 111 17 172)

Pembimbing :
dr. Aristo, Sp.U.

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT BEDAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

i
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Andika Setia Putra


No. Stambuk : N 111 17 172
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Tadulako
Refleksi Kasus : Tumor Testis
Bagian : Bagian Ilmu Penyakit Bedah

Bagian Ilmu Penyakit Bedah


RSUD UNDATA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, Maret 2021


Pembimbing Mahasiswa

dr. Aristo, Sp.U Andika Setia Putra

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2
2.1. Anatomi ..................................................................................................... 2
2.2. Definisi ...................................................................................................... 5
2.3. Epidemiologi a........................................................................................... 7
2.4. Klasifikasi.................................................................................................. 7
2.5. Patofisiologi .............................................................................................. 9
2.6. Pemeriksaaan fisik..................................................................................... 10
2.7. Diagnosis ................................................................................................... 11
2.8. Penatalaksanaan......................................................................................... 12
2.9. Prognosis.................................................................................................... 13
BAB III LAPORAN KASUS ......................................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 23
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Tumor merupakan pertumbuhan sel baru yang abnormal. Pertumbuhan sel


pada tumor biasanya lebih cepat dari sel yang normal dan akan berlanjut
pertumbuhannya jika tidak ditangani. Pada saat berkembang, jaringan sel
abnormal ini juga merusak jaringan sekitarnya. Tumor sendiri dibedakan menjadi
dua, yaitu benign (jinak) dan malignant (ganas).1
Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara
15-35 tahun dan merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria. Akhir-akhir
ini terdapat perbaikan usia harapan hidup pasien yang mendapatkan terapi jika
dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu, karena sarana diagnosis lebih baik,
diketemukan petanda tumor, diketemukan regimen kemoterapi dan radiasi, serta
teknik pembedahan yang lebih baik.2
Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih
dari 90% berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan
tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberi penanganan adekuat.3
Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara
15-35 tahun dan merupakan 1-2 % dari semua neoplasma pada pria. Kira-kira
90% dari semua tumor testis primer terdiri atas tumor sel embrional, selanjutnya
dapat dijumpai tumor sel Sertoli-Leydig dan limfoma maligna. Insiden tumor
testis meningkat pada beberapa dekade terakhir, yakni sebesar 1,2 % per tahun,
walaupun begitu angka kematian cenderung menurun dengan angka harapan
hidup 5 tahun mencapai 95 %. Sekitar 9.000 kasus baru terdiagnosis tiap tahunnya
di Amerika Serikat. Angka insiden bervariasi di berbagai belahan dunia, dengan
kecenderungan penurunan di benua Asia dan Afrika.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Testis


1. Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di scrotum. Ukuran testis
pada orang dewasa adalah 4x3x2,5 cm, dengan volume 15-25 ml
berbentuk ovoid. Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan Tunika
albuginea yang melekat pada testis. Diluar Tunika albuginea terdapat
Tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta
Tunika dartos. Otot kremaster yang berada di sekitar testis
memungkinkan testis dapat digerakkan mendekati rongga abdomen untuk
mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil.2
2. Testis bagian dalam terbagi atas lobulus yang terdiri dari Tubulus
seminiferus, sel-sel Sertoli dan sel-sel Leydig. Produksi sperma atau
spermatogenesis terjadi pada T. seminiferus. Sel-sel Leydig mensekresi
testosteron. Pada bagian posterior tiap-tiap testis terdapat duktus
melingkar yang disebut epididimis, bagian kepalanya berhubungan
dengan duktus seminiferus (duktus untuk aliran keluar) dari testis, dan
bagian ekornya terus melanjut ke vas deferens. Vas deferens adalah
duktus ekskretorius testis yang membentang hingga ke duktus vesikula
seminalis, kemudian membentuk duktus ejakulatorius. Duktus
ejakulatorius selanjutnya bergabung dengan urethra yang merupakan
saluran keluar bersama baik untuk sperma maupun kemih.4

2
Gambar 1. Anatomi Testis

Secara histopatologis , testis terdiri atas ± 250 lobuli dan tiap lobulus
terdiri atas Tubuli seminiferi. Didalam Tubulus seminiferus terdapat sel-sel
Spermatogonia dan sel Sertoli, sedang diantara Tubuli seminiferi terdapat
sel-sel Leydig. Sel-sel sperma togonium pada proses spermatogenesis
menjadi sel spermatozoa. Sel-sel sertoli berfungsi memberi makan pada
bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial
testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron.2
Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di Tubuli seminiferi testis
disimpan dan mengalami pematangan/maturasi di epididimis. Setelah
mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari
epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens.
Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas
deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat membentuk cairan semen
atau mani.2

3
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta.
2. Arteri deferensialis cabang dari A. vesikalis inferior
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang A. Epigastrika
Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk
pleksus Pampiniformis.2
Testis merupakan kelenjar ganda, karena secara fungsional bersifat
eksokrin dan juga endokrin. Bagian eksokrin terutama menghasilkan sel
kelamin, sehingga testis dianggap sebagai kelenjar sitogenik. Bagian
endokrin menghasilkan sekret internal yang dilepaskan oleh sel-sel
khusus.5
Testis tergantung di dalam skrotum dan dibungkus oleh simpai testis
yang terdiri atas 3 lapisan:
1. lapisan terluar,tunika vaginalis
2. lapisan tengah, tunika albuginea
3. lapisan terdalam tunika vaskulosa
Tunika vaginalis merupakan selapis sel mesotel gepeng, seringkali rusak
pada saat pembuatan sajian. Lapisan ini merupakan bagian dari sebuah
kantung serosa yang tertutup, berasal dari peritoneum yang membungkus
permukaan lateral dan anterior testis. Lapisan ini terletak diatas lamina
basal yang memisahkannya dari lapisan tengah yang paling jelas yaitu
tunika albuginea. Dulu tunika albuginea digambarkan sebagai lapisan
tebal, terdiri atas jaringan ikat padat fibro elastis, tapi sekarang dapat
diperlihatkan juga adanya sel otot polos. Pada manusia, meskipun
unsur-unsur otot polos tersebar luas, tapi umumnya terdapat paling
banyak di bagian posterior testis dekat epididimis. Lapisan terdalam
simpai testis adalah tunika vaskulosa terdiri atas jala-jala kapiler darah
yang terbenam di dalam jaringan ikat longgar .5
Simpai testis bukan merupakan suatu pembungkus yang kaku, seperti
persangkaan dahulu, melainkan merupakan suatu selaput dinamis yang
mampu berkerut secara berkala. Kerutan-kerutan tersebut mungkin

4
bertujuan untuk mempertahankan tekanan yang sesuai di dalam testis,
mengatur gerakan keluar masuknya cairan ke dalam kapiler-kapiler dan
untuk membantu gerakan peristaltik sistem saluran, sehingga membantu
gerakan spermatozoa ke arah luar. Selain itu, simpai tersebut agaknya
memiliki sifat-sifat selaput yang semipermeable dan turut berperan dalam
beberapa faal testis.5
Tunika albuginea menebal pada permukaan posterior testis dan
menjorok masuk ke dalam kelenjar sebagai mediastinum testis. sekat-sekat
fibrosa yang tipis menyebar dari mediastinum testis ke arah simpai testis
dan membagi permukaan dalam testis menjadi kurang lebih 250 bangunan
berbentuk pyramid yang disebut lobuli testis, dengan bagian puncaknya
menghadap ke mediastinum. Sekat-sekat tersebut memperlihatkan bagian-
bagian yang tidak lengkap, sehingga lobules testis dapat berhubungan satu
dengan lainnya secara bebas. Tiap lobules terdiri dari satu sampai empat
tubulus seminiferous yang sangat berkelok-kelok, dibungkus oleh stroma
jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah, saraf dan
beberapa jenis sel, terutama sel interstitial yang spesifik yaitu sel Leydig.
Sel-sel ini besar, umunya berkelompok, berperan penting karena fungsi
endokrinnya.5

2.2 Definisi Tumor Testis


Tumor merupakan sel neoplastik yang otonom dalam arti tumbuh dengan
kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan kebutuhan hospes dan fungsi yang sangat
tidak bergantung pada pengawasan homeostasis sebagina besar sel tubuh lainnya.
Pertumbuhan sel neoplastik biasanya progresif, yaitu tidak mencapai keseimbangan,
tetapi lebih banyak mengakibatkan penambahan massa sel yang mempunyai sifat-
sifat yang sama. Neoplasma tidak melakukan tujuan adaptif yang menguntungkan
hospes, tetapi lebih membahayakan.7
Tumor testis merupakan tumor yang berasal dari sel germinal atau jaringan
stroma testis. Lebih dari 90% berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat
keganasan tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberi penanganan adekuat. Tumor ini

5
mempunyai petanda tumor sejati yang sangat berharga untuk diagnosis, rencana
terapi dan kontrol 6

Gambar 2. Tumor Testis

2.3 Klasifikasi Tumor Testis

Tumor germinal testis terdiri atas seminoma dan non seminoma. Seminoma
berbeda sifatnya dengan non-seminoma, antara lain sifat keganasannya, respon
terhadap radioterapi dan prognosis tumor. Tumor yang bukan berasal dari sel-sel
germinal atau non germinal diantaranya adalah tumor sel leydig, sel sertoli, dan
gonadoblastoma. Selain berada di dalam testis, tumor sel germinal juga bisa berada
di luar testis sebagai extragonadal germ cell tumor antara lain dapat berada di
mediastinum, retroperitoneum, daerah sakrokoksigeus, dan glandula pineal.2
Seminoma adalah tumor testis yang berasal dari sel germinal atau
jaringan stroma testis. Tumor ini agak jarang ditemukan dan meliputi kurang
lebih 1% dari keganasan lakilaki. Kebanyakan ditemukan pada usia antara 20-
36 tahun. Tumor ini mempunyai petanda tumor sejati yang berharga sekali
untuk diagnosis, rencana terapi, dan kontrol. Kriptorkismus atau Undescensus
Testis (UDT) adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan gagalnya
penurunan salah satu atau kedua testis secara komplit ke dalam skrotum.13
Tumor sel germinal non-seminomatosa selanjutnya diklasifikasikan
menjadi Yolk Sac Tumor, karsinoma sel embrional, koriokarsinoma, dan
teratoma. Tumor sel germinal non-seminomatosa cenderung menyebar secara

6
limfatik dengan pengecualian koriokarsinoma, yang bermetastasis secara
hematogen. Tumor sisi kanan dan kiri cenderung menetap di sisi masing-
masing pada awalnya, tetapi mungkin tumpang tindih saat menjadi besar. 14

 Koriokarsinoma

Koriokarsinoma adalah kanker testis langka dan sangat agresif

yang biasanya terlihat dengan peningkatan yang sangat tinggi pada kadar

human chorionic gonadotropin (HCG) serum dan penyakit metastasis.

Koriokarsinoma murni jarang terjadi pada hanya 1% dari semua

keganasan testis, tetapi mereka dapat ditemukan sebagai komponen hingga

15% dari semua tumor sel germinal campuran.Mereka biasanya berisiko

rendah (stadium IIIC) pada saat didiagnosis dengan kadar HCG serum

yang tinggi dan metastasis organ non-paru. Tidak seperti tumor sel

germinal non-seminomatosa lainnya, koriokarsinoma dapat menyebar

secara hematogen dengan lokasi metastasis yang umum, termasuk paru-

paru, hati, dan otak.14

 Karsinoma Embrional

Karsinoma embrional terdiri dari sel-sel ganas yang tidak

berdiferensiasi yang menyerupai sel epitel primitif dari tahap awal embrio

dengan inti pleomorfik yang padat. Karsinoma embrional relatif agresif

dan muncul pada sekitar 40% dari semua keganasan testis sel germinal

campuran. Dapat menghasilkan alpha-fetoprotein (AFP) dan HCG. Secara

kasar, karsinoma embrional adalah warna cokelat ke neoplasma kuning

yang sering menunjukkan area perdarahan dan nekrosis yang luas.

7
Penampakan mikroskopis tumor ini sangat bervariasi karena mereka dapat

tumbuh dalam lembaran padat atau pola papiler, kelenjar-alveolar, atau

tubular.14

 Teratoma

Tumor ini mengandung unsur-unsur yang berdiferensiasi baik atau

buruk dari setidaknya dua dari tiga lapisan sel germinal: endoderm,

mesoderm, dan ektoderm. Semua komponen yang berasal dari tiga lapisan

kuman ini bercampur secara khas. Teratoma dewasa didefinisikan sebagai

tumor yang berdiferensiasi baik, sedangkan yang berdiferensiasi buruk

disebut teratoma imatur. Pada pria remaja dan dewasa, ahli histopatologi

tidak membedakan kedua entitas tersebut, dan perbedaannya secara klinis

tidak signifikan.

Teratoma dewasa mungkin termasuk tulang dewasa, tulang rawan,

gigi, rambut, dan epitel skuamosa. Karena temuan ini, teratoma secara

kasar disebut "tumor monster" dalam bahasa Yunani. Penampilan kasar

sangat tergantung pada elemen-elemen di dalamnya. Sebagian besar tumor

ini memiliki dua komponen fisik, yaitu area padat dan kistik. Biasanya

terkait dengan penanda tumor serum normal (LDH, alfa-fetoprotein (AFP),

dan human chorionic gonadotropin (HCG)), tetapi dapat menyebabkan

sedikit peningkatan kadar AFP serum. Kira-kira 47% dari tumor sel

germinal campuran dewasa mengandung unsur-unsur teratomatosa, tetapi

teratoma murni jarang terjadi. Teratoma dewasa sering merupakan sisa

8
dari tumor sel germinal non-seminomatous setelah pengobatan dengan

kemo atau terapi radiasi karena mereka relatif resisten terhadap

keduanya.14

 Yolk Sac Tumor

Yolk Sac Tumor (kadang-kadang disebut tumor sinus endodermal)

merupakan persentase yang sangat kecil dari tumor sel germinal testis

primer dan retroperitoneal dewasa. Mereka paling sering ditemukan di

lokasi mediastinal dan kelompok usia anak. Mereka adalah keganasan

testis yang paling umum pada anak laki-laki berusia 3 tahun dan lebih

muda, terdiri dari sekitar 30% dari semua kanker testis dalam kelompok

usia ini. 14

Usia rata-rata saat diagnosis adalah 18 bulan. Yolk Sac Tumor

biasanya tumbuh dalam pola kelenjar, papiler, atau mikro-kistik dan sering

membuat alfa-fetoprotein. Anak-anak biasanya Yolk Sac Tumor murni,

sedangkan pada orang dewasa, tumor ini ditemukan sebagai bagian dari

keganasan sel germinal campuran. Sebagian besar Yolk Sac Tumor,

hingga 75%, akan menunjukkan badan Schiller-Duvall yang menyerupai

glomeruli dengan inti fibro-vaskular. Jika ada, ini adalah patognomi untuk

Yolk Sac Tumor . Prognosis biasanya baik dengan pengobatan, terutama

pada anak-anak.14

9
Gambar 3. Klasifikasi Tumor Testis

2.4 Epidemiologi Tumor testis


Tumor ganas testis yang paling umum terjadi di antara pria berusia 15-40 tahun,
memiliki tiga puncak: bayi sampai usia empat tahun sebagai teratoma dan yolk sac
tumor, usia 25-40 tahun sebagai post-pubertas seminoma dan non seminoma, dan dari
umur 60 sebagai spermatositik seminoma.Tumor sel germinal pada testis merupakan
kanker yang paling umum pada pria muda antara usia 15 dan 35 tahun .9
Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara 15-35
tahun dan merupakan 1-2 % dari semua neoplasma pada pria. Kira-kira 90% dari
semua tumor testis primer terdiri atas tumor sel embrional, selanjutnya dapat
dijumpai tumor sel Sertoli-Leydig dan limfoma maligna. Insiden tumor testis
meningkat pada beberapa dekade terakhir, yakni sebesar 1,2 % per tahun, walaupun
begitu angka kematian cenderung menurun dengan angka harapan hidup 5 tahun
mencapai 95 %. Sekitar 9.000 kasus baru terdiagnosis tiap tahunnya di Amerika
Serikat. Angka insiden bervariasi di berbagai belahan dunia, dengan kecenderungan
penurunan di benua Asia dan Afrika.6

10
Tumor ganas testis yang paling umum terjadi di antara pria berusia
15-40 tahun, memiliki tiga puncak: bayi sampai usia empat tahun sebagai
teratoma dan yolk sac tumor, usia 25-40 tahun sebagai post-pubertas
seminoma dan non seminoma, dan dari umur 60 sebagai spermatositik
seminoma.Tumor sel germinal pada testis merupakan kanker yang paling
umum pada pria muda antara usia 15 dan 35 tahun.11

2.5 Etiologi
a. Undesendensus Testis
Satu dari faktor resiko dari tumor testis adalah kondisi yang disebut
cryptorchidism atau undesendensus testis. Kondisi tersebut adalah satu atau
kedua testis gagal berpindah dari abdomen ke skrotum sebelum kelahiran.
Laki-laki dengan cryptorchidism lebih beresiko terjadi tumor testis
dibandingkan pada laki-laki dengan turunnya testis secara normal. 10
Normalnya, testis berkembang didalam abdomen saat fetus dan turun ke
skrotum pada saat kelahiran. Namun pada 3% laki-laki, testis tidak turun ke
scrotum pada saat kelahiran. Terkadang, testis menetap diabdomen, pada
kasus yang berbeda testis tetap turun namun berada pada lipatan paha.10

b. Riwayat keluarga
Beberapa literatur menyebutkan bahwa laki-laki yang terinfeksi HIV,
dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor testis. Tidak ada infeksi
lainnya yang terbukti meningkatkan resiko terjadinya tumor testis.10

c. Riwayat menderita kanker testis sebelumnya


Seseorang dengan riwayat kanker testis sebelumnya maerupakan faktor
resiko lainnya terjadi tumor testis. Pada 3-4% pria yang menderita kanker
pada salah satu testisnya, kanker dapat berkembang pada ke testis lainnya.10

d. Usia

11
Usia terbanyak terdapat pada usia antara 15-35 tahun, tapi kanker dapat
menyerang semua usia, baik pada anak-anak dan orang tua.10

2.6 Patofisiologi Tumor Testis


Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya
mengenai.seluruh parenkim testis.  Sel tumor  kemudian  menyebar  ke area
testis, epididimis, funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika
albugenia merupakan barrier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke
organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika albugenia oleh invasi tumor
membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar testis. .3

Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh


limfe menuju ke kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun
pertama, kemudian menuju ke kelenjar me-diastinal dan supraclavikula,
sedangkan kariokarsinoma menyebar secara hematogen ke paru, hepar, dan
otak. .1

2.7 Manifestasi Klinis


Gejala berupa :

1. Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)


2. Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
3. Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah – Ginekomastia
4. Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat.
Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali.
Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan massa atau benjolan
pada testis yang tidak nyeri .10

2.8 Pemeriksaan fisik

12
Pada pemeriksaan fisik testis didapatkan adanya benjolan padat, keras,
tidak nyeri pada palpasi dan menunjukkan tanda transiluminasi negatif. Pada
umumnya tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari
epididimis, namun perlu diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus
maupun epididimis. Selain itu perlu dicari kemungkinan adanya massa di
abdomen, benjolan kelenjar supraklavikuler, dan ginekomastia. Pemeriksaan
fisik juga harus mampu menyingkirkan diagnosis banding tumor testis
diantaranya epididimitis, hidrokel, orkitis, hernia, dan torsio testis.3

2.9 Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Laboratorium
Penanda tumor pada karsinoma testis germinal bermanfaat untuk
membantu diagnosis, penentuan stadium tumor, monitoring respons
pengobatan, dan sebagai indikator prognosis tumor testis. Penanda tumor
yang paling sering diperiksa pada tumor testis adalah :

1. aFP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi


oleh karsinoma embrional, teratokarsinoma, atau tumor yolk sac,
tetapi tidak diproduksi oleh koriokarsinoma murni dan seminoma
murni. Penanda tumor ini mempunyai masa paruh 5-7 hari.
2. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein
yang pada keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas.
Penanda tumor ini meningkat pada semua pasien koriokarsinoma,
pada 40% - 60% pasien karsinoma embrional, dan 5% - 10% pasien
seminoma murni. HCG mempunyai waktu paruh 24-36 jam.10

B. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ultrasonografi dapat membedakan dengan jelas lesi
intratestikuler atau ekstratestikuler pada massa padat atau kistik. Namun
ultrasonografi tidak dapat memperlihatkan tunika albuginea, sehingga
tidak dapat digunakan untuk menentukan staging tumor testis. Berbeda
halnya dengan ultrasonografi, MRI dapat mengenali tunika albuginea

13
secara terperinci sehingga dapat dipakai untuk menentukan luas ekstensi
tumor testis. Pemakaian CT Scan berguna untuk menentukan ada tidaknya
metastasis pada retroperitoneum. Namun, pemeriksaan CT tidak mampu
mendeteksi mikrometastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal. .7

C. Pemeriksaan Histologi
Setiap benjolan pada testis yang tidak hilang atau mengecil setelah
pengobatan yang adekuat dalam waktu dua minggu harus dicurigai dan
dilakukan pemeriksaan biopsi. Testis diinspeksi dan dibuat biopsi insisi
setelah funikulus ditutup dengan jepitan klem untuk mencegah penyebaran
limfogen atau hematogen. Melakukan biopsi langsung melalui kulit
skrotum berbahaya karena dapat menyebabkan pencemaran luka bedah
dengan sel tumor melalui implantasi lokal atau penyebaran ke regio
inguinal. Bila hasil biopsi menunjukkan sel-sel ganas, dilakukan
orkiektomi yang diikuti dengan pemeriksaan luas untuk menentukan jenis
tumor, derajat keganasan dan luasnya penyebaran. Untuk menentukan luas
penyebaran limfogen biasanya dilakukan diseksi kelenjar limfe
retroperitoneal secara trans abdomen. Diagnosis ditentukan dengan
pemeriksaan histologik sediaan biopsi.2

2.10 Stadium dan Penyebaran Tumor Testis


Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden dan
2
Gibb.

 Stadium A atau I : tumor testis terbatas pada testis, tidak ada bukti penyebaran
baik secara klinis maupun radiologis.
 Stadium B atau II : tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional
(para aorta) atau nodus limfatikus iliaka. Stadium II A untuk pembesaran
limfonodi para aorta yang belum teraba, stadium II B untuk pembesaran
limfonodi yang telah teraba (>10 cm).
 Stadium C atau III : tumor telah menyebar keluar dari kelenjar
retroperitoneum atau telah mengadakan metastasis supradiafragma.

14
Klasifikasi tingkat penyebaran, digunakan sistem TNM Karsinoma Testis
(Purnomo, 2011)

BODEN/GIB
TNM KETERANGAN
B

T Terbatas testis

Tis Intratubuler

T1 Testis dan rete testis


A(I)
T2 Menembus tunika albuginea/epididimis

T3 Funikulus spermatikus

T4 Skrotum

Penyebaran ke kelenjar limfe regional


(retroperitoneal)
B(II) N

B1 N1 Tunggal ≤ 2 cm

B2 N2 Tunggal ≥ 2 cm ≤ 5 cm

B3 N3 > 5 cm

> 10 cm

Penyebaran di atas kelenjar retroperitoneal /


C M
metastasis hematogen

2.11 Diagnosis
Dasar diagnosis tumor testis dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan serangkaian pemeriksaan penunjang yang terdiri dari
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan
histologi sebagai berikut.2

1. Anamnesis

15
Langkah pertama dalam mendiagnosis kanker testis adalah
menanyakan dengan detail dan lengkap tentang masalah kesehatan.
Kondisi kesehatan secara umum, riwayat kesehatan keluarga, faktor resiko
kanker testis, dan gejala yang dirasakan. Pasien biasanya datang dengan
berbagai keluhan sebagai berikut : sebuah benjolan atau pembesaran pada
testis, perasaan berat di skrotum, rasa nyeri di perut atau pangkal paha,
penumpukan cairan secara tiba-tiba di dalam skrotum, nyeri atau
ketidaknyamanan di testis atau skrotum, pembesaran payudara, biasanya
mempengaruhi hanya satu testis.11

2. Pemeriksaan fisik

Selama pemeriksaan fisik, bisa didapatkan testis membesar,


membengkak, perubahan payudara (gynecomastia), benjolan pada
abdomen kemungkinan karena pembesaran kelenjar limfe sebagai tanda
penyebaran kanker.6

3. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menyingkirkan diagnosa diferensial diperlukan pemeriksaan


penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, penanda tumor, radiografi,
USG, CT-Scan.

Penanda tumor pada karsinoma testis germinal bermanfaat untuk


membantu diagnosis, penentuan stadium tumor, monitoring respon
pengobatan dan sebagai indikator prognosis tumor testis. Penanda tumor
yang paling sering diperiksa pada tumor testis adalah αFP (alfa feto
protein) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh karsinoma embrional,
teratokarsinoma atau tumor yolk sac, tetapi tidak di produksi oleh
koriokarsinoma murni dan seminoma murni. Penanda tumor ini memiliki
waktu paruh 5-7 hari.11

Pada penderita dengan non-seminoma zat-zat penanda tumor spesifik


dapat ditunjukkan dalam serum yaitu Human Chorion Gonadotropin

16
(HCG), βHCG (Human chorionic gonadotropin)adalah suatu glikoprotein
yang pada keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda
tumor ini meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, pada 40-60%
pasien karsinoma embrional dan 5% pada seminoma murni. Pada
penderita dengan seminoma kadar HCG dapat naik sedikit, sering juga
terdapat kenaikan Placenta Like Alkaline Phosphatase (PLAP). Pada
semua penderita tumor sel embrional Laktat Dehidrogenase (LDH) dapat
naik. Penanda tumor ini memiliki waktu paruh 24-36 jam.11

4. Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi pada testis digunakan untuk menentukan penempatan


suatu massa yang dapat teraba ketika dicurigai adanya tumor pada testis.
Biasanya, lesi ekstra-testikular yang dapat diraba bersifat jinak. Pada sisi
lain, massa intratestikular, terutama jika teraba, bersifat ganas dan harus
segera dioperasi. Oleh karena itu, ultrasonografi bermanfaat untuk
melokalisir kelainan yang dapat diraba dan untuk menentukan tindakan
pembedahan apa yang akan dilakukan .11

Ultrasonografi pada tumor testis membantu membedakan massa intra


atau ekstra testis, soliter atau multiple, uni atau bilateral. Informasi ini
membantu penegakan diagnosis. Lesi intratestikular soliter merupakan
neoplasma, sedangkan lesi ekstratestikular yang bilateral atau multifocal
biasanya jinak. 7

USG testis digunakan untuk menentukan lokasi massa yang dicurigai


karsinoma testis. Secara umum, massa ekstratesticular biasanya jinak,
sedangkan massa intratesticular biasanya ganas dan memerlukan
eksplorasi bedah. Oleh karena itu, USG digunakan untuk menentukan
lokasi massa dan menetukan perlunya tindakan pembedahan.10

5. CT scan

17
Computed tomography atau CT scan digunakan untuk
mengidentifikasi penyebaran tumor ke kelenjar getah bening.CT scan
dapat digunakan untuk mencari kanker telah menyebar di luar testis
(Kurniawan, 2009). Staging dari tumor testis merupakan indikasi apakah
tumor telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. Staging berguna dalam
menentukan rencana perawatan untuk tumor dan ukuran sejauh mana
tumor telah menyebar.

Staging biasanya dilakukan melalui CT scan. CT scan adalah


serangkaian gambar sinar-X yang mewakili potongan tubuh. Dalam kasus
tumor testis, biasanya CT scan akan terbatas pada panggul, perut, dan
dada. Sebelum CT scan, pasien harus minum dua liter larutan barium
sulfat yang akan membuat rasa ingin muntah. Biasanya akan diambil satu
siri gambar tanpa kontras dan kontras. Kontras disuntikkan ke pembuluh
darah melalui infus. Ketika kontras berada dalam sistem tubuh , pasien
akan dapat merasakan operasi sinar-X karena pasien akan merasa sangat
panas. Contoh gambaran CT scan dapat dilihat pada gambar berikutnya.
Pada panah merah menunjukkan proses metastase.

2.12 Penatalaksanaan
Tumor testis adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhkan.
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai
penyembuhan. Pemilihan pengobatan bergantung pada tipe sel dan keluasan
anatomi penyakit. Terdapat 3 macam pengobatan yang bisa digunakan untuk
tumor testis, yaitu:

1. Pembedahan
Pembedahan dilakukan dengan pengangkatan testis (orkiektomi).
Berbeda dengan pasien dewasa yang dilakukan “radical inguinal
orchiechtomy”, dimana pengangkatan dilakukan melalui ligasi funikulus
spermatikus dengan insisi di bawah abdomen. Pasien tumor testis pada

18
anak-anak hanya dilakukan pengangkatan jaringan testis yang terkena
tumor. Hal ini karena sebagian besar kasus adalah jinak dan masih ingin
mempertahankan jaringan testisnya untuk mempertahankan fungsinya.
Prosedur pembedahan lainnya juga dapat dilakukan limfadenektomi atau
RPLND (Retroperitoneal Lymph Node Dissection). Terapi ini dilakukan
untuk mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik mungkin
dilakukan setelah orkiektomi.9

2. Terapi radiasi
Terapi radiasi langsung meradiasi sel kanker dengan kekuatan
tinggi, merusak kemampuan sel kanker untuk tumbuh dan berkembang
biak. Terapi ini meggunakan sinar-X atau sinar gamma yang
memancarkan sinar elektron pada daerah sasaran. Perkembangan
terakhir pada terapi radiasi adalah lapangan radiasi luas, dosis radiasi
besar, seperti terapi pada sebagian tubuh. Lapangan radiasi luas dan
dosis radiasi besar memberikan terapi yang efektif dan diterima dengan
baik oleh penderita yang kankernya sudah menyebar.Sebelum operasi,
radiasi dapat mengecilkan tumor sehingga memungkinkan tumor diambil
total. Setelah operasi, radiasi dapat merusak sel-sel kanker yang tidak
terdeteksi selama pembedahan. Ini juga untuk menghilangkan nyeri dan
meningkatkan kualitas hidup penderita kanker terminal.8

3. Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat-obatan (misalnya
cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk membunuh sel-sel
kanker.Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita
tumor non-seminoma. Terapi ini dilakukan untuk :
 Menghilangkan kanker keseluruhan
 Mengendalikan kanker yang diperkirakan akan timbul kembali dan
berkembang di kemudian hari.

19
 Menghilangkan gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker, seperti:
nyeri.
 Pada pasien yang mengalami kekambuhan dari kanker testis
sebelumnya juga dapat diberikan obat-obat kemoterapi (ifosfamide,
cisplastin dan etoposid atau vinblastin).

Dari hasil pemeriksaan patologi dapat dikategorikan antara seminoma


dan non seminoma.

 Seminoma
Seminoma merupakan tumor yang sangat sensitif terhadap sinar.
Karena itu sesudah orkidektomi pada seminoma kebanyakan dilakukan
radioterapi pada stasiun-stasiun kelenjar limfe regional, juga jika tidak
dapat ditunjukkan adanya metastasis kelenjar limfe dibaeah diafragma.
Lapangan penyinaran juga harus meliputi sikatriks di daerah inguinal dan
terapinya terdiri atas paling sedikit 30 Gy dalam 3-4 minggu.12

Penderita dengan stadium I, IIA, dan IIB, setelah orkidektomi


diradiasi pada regio paraaorta dan regio panggul ipsilateral. Karena kurang
lebih separuh penderita dengan stadium IIC mendapat kekambuhan
dengan terapi penyinaran, pada penderita ini dilakukan kemoterapi.
Kepada penderita stadium III diberikan skema kemoterapi yang berlaku
untuk penderita non seminoma. Bila penanganan bedah sempurna serta
kemoterapi dan penyinaran lengkap prognosis baik sekali.12

Sejak beberapa tahun pada seminoma, jika tidak dapat ditunjukkan


metastasis (stadium I), dalam beberapa pusat yang terspesialisasi cukup
dikerjakan kontrol penderita yang frekuen tanpa radioterapi. Dalam hal
ada metastasis kelenjar retroperitoneal dengan diameter lebih dari 5 cm
dan atau metastasis kelenjar di atas diafragma dan atau metastasis
hematogen maka ini terindikasi untuk kemoterapi. Kebanyakan hal ini
digunakan empat siklus masing-masing 3 minggu yang terdiri atas

20
sisplatin dan etoposid. Dalam pusat tertentu nilai kombinasi kemoterapi ini
dibandingkan dengan karboplatin, sendirian atau dalam kombinasi.12

 Non-seminoma
Penderita dengan tumor non seminoma stadium I tidak membutuhkan
terapi tambahan setelah pembedahan. Penderita stadium IIA dapat
diobservasi saja, kadang diberikan kemoterapi dua seri. Pada stadium IIB
biasanya diberikan empat seri kemoterapi. Penderita stadium IIC dan III
diberikan kemoterapi yang terdiri dari sisplatin, beomisin dan vinblastin.
Bila respon tidak sempurna diberikan seri tambahan dengan sediaan
kemoterapi lain. Bila masih terdapat sisa jaringan di regio retroperitoneal
dilakukan laparatomi eksplorasi. Pada kebanyakan penderita ternyata
hanya ditemukan jaringan nekrotik atau jaringan matur. Jaringan matur
merupakan jaringan yang berdiferensiasi baik dan tidak bersifat ganas
lagi.11

Jika tidak dapat ditunjukkan metastasis dan tumor terbatas pada testis
maka ini disebut stadium I. Sesudah orkidektomi cukup pemantauan yang
sering terhadap penderita (wait and see policy). Dalam hal ini harus
diperhatikan kenyataan bahwa kira-kira 25% penderita selama follow up
menunjukkan pertumbuhan tumor. Dengan kontrol yang sering, dengan
menetapkan zat-zat penanda, pertumbuhan tumor dapat cepat didiagnosis,
dan karena kecilnya massa tumor dapat diterapi kuratif dengan
kemoterapi. Jika dibuktikan adanya metastasis, pertama-tama dinilai
dengan polikemoterapi. Semula kemoterapi ini terdiri atas kombinasi
sisplatin, vinblastin, dan bleomisisn, sesudah itu vinblastin diganti dengan
etoposid. Kombinasi ini sama efektifnya tetapi cukup ringan
toksisitasnya.12

2.13 Prognosis

21
Prognosis tumor testis bukan hanya bergantung kepada sifat
histologiknya, melainkan terutama pada stadium tumor. Ketahanan hidup 5
tahun adalah sebagai berikut 3 
 Seminoma, stadium I dan II : 95%
 Seminoma, stadium III-IV : 70-90%
 Non-seminoma, stadium I : 99%
 Non-seminoma, tumor sedikit : 70-90%
 Non-seminoma, tumor banyak : 40-70%

22
BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. D

Umur : 15 Tahun

Alamat : Labuan

Pekerjaan : Siswa

Ruangan : Teratai

Tgl. MRS : 19-02-2021

II. ANAMNESIS :
Keluhan Utama: Benjolan pada Scrotum Kiri

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien Laki-laki masuk rumah sakit dengan keluhan benjolan Pada buah
zakar kiri yang dirasakan sejak 2 tahun lalu, menurut pasien benjolan makin
lama makin membesar, Awalnya berukuran Kecil sebesar kelereng, tidak nyeri
dan dapat digerakkan. Sekarang sudah sebesar bola tenis dan pasien mengalami
penurunan berat badan 3 bulan terakhir. Demam (-), mual (-), muntah (-).
BAB dan BAK normal.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

 Riwayat Hipertensi : disangkal


 Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

23
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat kelemahan anggota gerak: disangkal
 Riwayat trauma sebelumnya : riwayat terbentur pada kelamin 3 bulan
sebelum benjolan muncul

RIWAYAT KELUARGA
Kake pasien mengalami keluhan yang sama sebelum meninggal ( Benjolan
pada buah zakar)
III.PEMERIKSAAN FISIK:

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
Keadaan gizi : Baik
Kepala : Normocephal
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), raccon eye (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-),
Rhinorrhea (-)
Telinga : Ottorhea(-),
Mulut : bibir sianosis (-), parrese (-)
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-).
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax
Pulmo
- Inspeksi : Simetris statis dan dinamis, retraksi sela iga (-/-), jejas (-),
edem (-), hematom (-), deformitas (-).
- Palpasi : Vocal fremitus simetris kiri dan kanan , nyeri tekan (-/-)

24
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : Vesikular kanan dan kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : datar, jejas (-), hematom (-), oedem (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan Normal
Palpasi : nyeri tekan dinding perut (-), defans muskular (-)
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)

Ekstremitas atas & bawah : dalam batas normal

Status lokalis Genitalia

Scrotum inspeksi : tampak pembesaran scrotum sinistra, warna kulit coklat,


Palpasi teraba massa bulat. permukaan rata, konsistensi keras, berbatas tegas
dan tidak dapat digerakkan.

Inguinal : pembesaran KGB (+)

Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium Darah Lengkap (15-03-2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah rutin:
Leukosit 13,98 103/ul 3,8-10,6
Eritrosit 4,31 106/ul 4,4-5,9
Hemoglobin 11,8 g/dl 13,2-17,3
Hematokrit 31,2 % 40-52
Trombosit 200 103/ul 150-440
Kimia klinik:

25
Urea 26,6 mg/dL 15,0-43,2
Creatinin 1,09 mg/dL 0,60-1.20
GDS 98 mg/dL 70-140
Natrium 137 nmol/L 135-145
Kalium 4,1 nmol/L 3,5-5,5
97
Clorida nmol/L 96-106

2) USG Abdomen (21/02/2021)

USG ABDOMEN

- Tampak lesi hypoechoid inhomogen, tunggal, batas tegas, bulat,


microkalsifikasi(+) di scrotum sinistra, ukuran = 6,08 cm x 3,98 cm

KESAN :
- massa soft tissue dengan microkalsifikasi (+) di scrotum sinistra, ukuran =
6,08 cm x 3,98 cm, Cenderung malignancy

26
Resume
Pasien laki-laki usia 15 tahun datang dengan keluhan benjolan Pada scrotum
kiri yang dirasakan sejak 2 tahun lalu, menurut pasien benjolan makin lama
makin membesar, Awalnya berukuran Kecil sebesar kelereng, tidak nyeri dan
dapat digerakkan. Sekarang sudah sebesar bola tenis dan pasien mengalami
penurunan berat badan 3 bulan terakhir. Demam (-), mual (-), muntah (-). BAB
dan BAK , Riwayat trauma sebelumnya terbentur pada kelamin 3 bulan sebelum
benjolan muncul serta pasien memiliki riwayat keluarga yaitu Kake pasien
mengalami keluhan yang sama sebelum meninggal ( Benjolan pada scrotum).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
dengan kesadaran compos mentis E4 M6 V5, tanda vital didapatkan tekanan
darah: 120/70 mmHg. Status lokalis pada scrotum inspeksi : tampak pembesaran
scrotum sinistra, warna kulit coklat, Palpasi teraba massa bulat, permukan rata,
konsistensi keras, berbatas tegas dan tidak dapat digerakan,Inguinal : pembesaran
KGB (+),
Pada pemeriksaan penunjang lab di dapatkan peningkatan pada WBC
13,98 dan pada pemeriksaan USG Scrotum di dapatkan hasil dengan kesan massa
soft tissue dengan microkalsifikasi (+) di scrotum sinistra, ukuran = 6,08 cm x
3,98 cm, Cenderung malignancy.

Diagnosis kerja
Tumor Testis Sinistra

Diagnosis Banding
- Hernniaa skrotalis
- Hidrokel

27
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
- IVFD RL 15 tpm
- Dexamethasone 5 mg/ 8 jam/ IV
- Paracetamol 1 gr/8 jam/IV
- Ranitidine 50 mg/8 jam/IV
- Phenytoin 100 mg/8 jam/IV

2. Non medikamentosa
a. Operatif
Ekstended orkidektomi sinistra

Gambar : Tumor Testis Sinistra

28
Gambar : Operasi orkidektomi sinistra

Gambar : Tumor Testis

29
Operasi dilakukan pada 22 Februari 2021
1. Melanjutkan Operasi dari teman sejawat, pasien posisi supine dalam
regional anstesi
2. Telah dilakukan insisi inguinal kiri diperluasan hingga
hemiskrotum kiri, tampak massa dari hemiskrotum kiri
3. Dipasang taegel pada fenikulus spermatikus, terba limfonodi dua
buah
4. Tumor dibebaskan secara tumpul, kesan testis bebas tumor,
fenikulus spermatikus kiri terinfiltrasi tumor
5. Finikulus di potong dan diligasi dengan side no.2
6. Tumor dan testis kiri dievaluasi, batas tumor dengan tunika dartos
sulit dievaluasi
7. Control perdarahan, cuci luka dengan aquadest
8. Tutup luka operasi lapis demi lapis
9. Operasi selesai

Hasil Pemeriksaan Histopatologi


Kesimpulan :

 Soft tissue sarkoma suspek malignant periperal nerve sheath tumor


(MPNST)
 Jaringan testis positif tumor
 Jaringan asal kelenjar limfa inguinal kiri positif tumor, dan pada bagian
tepinya terdapat struktur struktur duktus deferens bebas tumor.

Anjuran : pemeriksaan imunohistokimia untuk diagnosa definitif.

Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Diagnosis kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penegakan diagnosis pada Tumor
Testis meliputi anamnesis keluhan-keluhan yang dirasakan penderita, lamanya
keluhan tersebut berlangsung, pola keluhan yang dirasakan apakah semakin hari
semakin berat, riwayat penyakit terdahulu, pemeriksaan fisik pasien meliputi
pemeriksaan kesadaran, status generalis, pemeriksaan status neurologis, dan
dilakukan pemeriksaan USG untuk menunjang anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pasien laki-laki usia 15 tahun datang dengan keluhan benjolan Pada
scrotum kiri yang dirasakan sejak 2 tahun lalu, menurut pasien benjolan makin
lama makin membesar, Awalnya berukuran Kecil sebesar kelereng, tidak nyeri dan

dapat digerakkan. Sekarang sudah sebesar bola tenis dan pasien mengalami
penurunan berat badan 3 bulan terakhir. Demam (-), mual (-), muntah (-). BAB
dan BAK , Riwayat trauma sebelumnya terbentur pada kelamin 3 bulan sebelum
benjolan muncul serta pasien memiliki riwayat keluarga yaitu Kake pasien
mengalami keluhan yang sama sebelum meninggal ( Benjolan pada scrotum).
Tumor merupakan pertumbuhan sel baru yang abnormal. Pertumbuhan
sel pada tumor biasanya lebih cepat dari sel yang normal dan akan berlanjut
pertumbuhannya jika tidak ditangani. Tumor testis juga merupakan keganasan
terbanyak pada pria berusia diantara 15-35 tahun dan merupakan 1-2% dari
semua neoplasma pada pria.
Gejala tumor testis berupa Testis membesar atau teraba aneh (tidak
seperti biasanya), Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua
testis, Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah dan Rasa tidak
nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat. Tetapi mungkin juga
tidak ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan
sangat bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak
nyeri.

31
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, dengan kesadaran compos mentis E4 M6 V5, tanda vital didapatkan
tekanan darah: 120/70 mmHg. Status lokalis pada scrotum inspeksi : tampak
pembesaran scrotum sinistra, warna kulit coklat, Palpasi teraba massa bulat,
permukan rata, konsistensi keras, berbatas tegas dan tidak dapat
digerakan,Inguinal : pembesaran KGB (+),

Hal ini dapat terjadi akibat adanya massa pada skrotum ataupu tumor.
Pada umumnya tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari
epididimis, namun perlu diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus
maupun epididimis. Selain itu perlu dicari kemungkinan adanya massa di
abdomen. Pemeriksaan fisik juga harus mampu menyingkirkan diagnosis
banding tumor testis diantaranya epididimitis, hidrokel, orkitis, hernia, dan
torsio testis.

Pemeriksaan ultrasonografi dapat membedakan dengan jelas lesi


intratestikuler atau ekstratestikuler pada massa padat atau kistik. Namun
ultrasonografi tidak dapat memperlihatkan tunika albuginea, sehingga tidak
dapat digunakan untuk menentukan staging tumor testis dan pemeriksaan
Histopatologi anatomi menunjukkan jenis tumor dan penyebaranya.

Pada pemeriksaan penunjang laboratorium di dapatkan peningkatan


pada WBC 13,98 dan pemeriksaan USG Scrotum, hal ini dilakukan untuk
menegakkan diagnosis, dan di dapatkan hasil dengan kesan massa soft tissue
dengan microkalsifikasi (+) di scrotum sinistra, ukuran = 6,08 cm x 3,98 cm,
Cenderung malignancy. Pemeriksaan Histopatologi: Soft tissue sarkoma
suspek malignant periperal nerve sheath tumor (MPNST), Jaringan testis
positif tumor, Jaringan asal kelenjar limfa inguinal kiri positif tumor, dan pada
bagian tepinya terdapat struktur struktur duktus deferens bebas tumor.

32
Pada kasus ini dilakukan tatalaksana medikamentosa dan non-
medikamentosa. Tatalaksana medikamentosa yang diberikan berupa terapi
simptomatik untuk mengurangi keluhan yang dialami pasien.
Tatalaksana non-medikamentosa berupa pembedahan yaitu dilakukan
Orkidektomi. Pasien tumor testis pada anak-anak hanya dilakukan
pengangkatan jaringan testis yang terkena tumor. Hal ini karena sebagian besar
kasus adalah jinak dan masih ingin mempertahankan jaringan testisnya untuk
mempertahankan fungsinya.

Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden dan


Gibb : 8,9 1) stadium A atau I: tumor testis terbatas pada testis, tidak ada bukti
penyebaran baik secara klinis maupun radiologis, 2) stadium B atau II: tumor
telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta) atau nodus
limfatikus iliaka. Stadium II A untuk pembesaran limfonodi para aorta yang
belum teraba, stadium II B untuk pembesaran limfonodi yang telah teraba (>10
cm), dan 3) Stadium C atau III: tumor telah menyebar keluar dari kelenjar
retroperitoneum atau telah mengadakan metastasis supradiafragma.

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang maka kasus ini dapat didiagnosa dengan
Tumor Testis Jenis Non seminoma Yolk Sac Tumor stadium II, karena adanya
metastasis kelenjar limfe inguinal kiri.
Penderita dengan tumor non seminoma stadium I tidak membutuhkan
terapi tambahan setelah pembedahan. Penderita stadium IIA dapat diobservasi
saja, kadang diberikan kemoterapi dua seri. Pada stadium IIB biasanya
diberikan empat seri kemoterapi. Penderita stadium IIC dan III diberikan
kemoterapi yang terdiri dari sisplatin, beomisin dan vinblastin. Bila respon
tidak sempurna diberikan seri tambahan dengan sediaan kemoterapi lain. Bila
masih terdapat sisa jaringan di regio retroperitoneal dilakukan laparatomi
eksplorasi.

33
BAB V
KESIMPULAN

1. Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara


15-35 tahun dan merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria.
2. Tumor germinal testis terdiri atas seminoma dan non seminoma .
3. Tanda dan gejala yang dapat muncul pada pasien Tumor testis berupa
Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya), Benjolan atau
pembengkakan pada salah satu atau kedua testis, Nyeri tumpul di
punggung atau perut bagian bawah dan Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di
testis atau skrotum terasa berat.
4. Terdapat 3 macam pengobatan yang bisa digunakan untuk tumor testis,
yaitu, Pembedahan dilakukan dengan pengangkatan testis (orkiektomi),
Terapi Radiasi dan Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid).

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Albert, P. 2012. Guidelines of Testicular Cancer. European Association of


Urology.

2. Purnomo, Basuki P. 2009. Tumor Testis. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga.


Jakarta: Sagung Seto.

3. Baskin LS, Copp H, Disandro M, Arnhym A, Champeau A, Kennedy C. 2013.


Testicular Tumors. UCSF Pediatric Urology

4. Price, Wilson M. Lorraine, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Gangguan Pertumbuhan, Proliferasi dan Diferensiasi Sel, Buku 1,
Edisi 4, EGC, Jakarta, Hlm 111 – 126.

5. Sachdeva, Kush. 2011. Testicular Cancer (http://emedicine.medscape.com/


article/279007-overview

6. Netter, Frank. Atlas Of Human Anatomy. 5th Edition. Elsevier, 2013.

7. Kumar, Vinay. 2015. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease.


Neoplasia. Elsevier.

8. Williams, Mark A dan Welser, Joe. 2014. Pediatric Testicular Tumor.


Presentasi Ilmiah. Toronto, Canada

9. Einhorn, LH. 2007. Testicular cancer. In: Goldman L, Ausiello D, eds. Cecil
Medicine. 23rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier

10. American Cancer Society. 2011. Testicular Cancer Overview


(www.cancer.org/acs/ groups/cid/documents/webcontent/003079-pdf.pdf),

11. Einhorn, LH. 2007. Testicular cancer. In: Goldman L, Ausiello D, eds. Cecil
Medicine. 23rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier.

35
12. Van de Velde C.J.H., Bosman F.T., Wagener D.J., Onkologi, Tumor Testis,
Edisi 5 Revisi, Panitia Kanker RSUP Sardjito Yogyakarta, Alih Bahasa :
Arjono, 1996, Hlm 556-563.

13. Althaf, Kiran Shankar, Vishnu Kurpad, M. N. Suma. Seminoma of


undescended testis with urinary bladder metastasis: A case report with review
of literature. Departments of Surgical Oncology and 1 Pathology, Kidwai
Memorial Institute of Oncology, Bengaluru, Karnataka, Indi.
http://www.urologyannals.com on Thursday, April 15, 2021, IP:
180.249.228.147]

14. Muhammad Nauman; Stephen W. Leslie. Nonseminomatous Testicular


Tumors . 2021. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568754)

36

Anda mungkin juga menyukai