Anda di halaman 1dari 19

PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Konseling Keluarga
Dosen pengampu: Khairina Ulfa Syaimi, M.Pd

10141

DISUSUN OLEH:

Abdul Latif Syafwan 0303183202


Azrin Anjelina 0303181055
Sri Agustina 0303181021
Ummi Hayati 0303181026

PRODI BIMBINGANKONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha


Kuasa.Hanya berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga tugas ini dapat
terselesaikan dengan lancar, baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam
senantiasa tersanjungkan kepangkuan Rasulullah Saw, beserta keluarga, sahabat-
sahabatnya dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari jalan yang gelap
gulita ke jalan yang terang benderang ke jalan agama islam. Dengan
terselesaikannya tugas yang berjudul “Peran Keluarga Dalam Pendidikan”.
Penulis dengan ikhlas menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantunya baik langsung maupun tidak langsung khususnya kepada dosen
pengampu.
Sebagai manusia biasa yang tak lepas dari kekhilafan, demi perbaikan tugas
ini selalu di harapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga tugas ini
bermafaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Akhirul
kalam semoga segala usaha kita dalam peningkatan mutu pendidikan mendapat
ridho dari Allah SWT aamiin.

Medan, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Masalah................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................
A. Masalah Belajar................................................................................2
B. Bahaya Narkoba...............................................................................7
C. Pendidikan Anti Narkoba.................................................................10
D. Dinamika Kelompok........................................................................11
E. Hambatan dan Ketahanan Keluarga.................................................13
BAB III PENUTUP....................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................17
B. Saran.................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan dasar dari segala bidang untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa baik formal maupun non formal. Pendidikan diselenggarakan
untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi peserta didik.
Pendidik diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas
mandiri.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam
keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan.
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan hidup keagamaan, karena sifat dan tabiat anak sebagian
besar diambil dari kedua orangtuanya dan dari anggota keluarga yang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Masalah Dalam Belajar?
2. Apa Saja Bahaya Narkoba?
3. Apa Itu Pendidikan Anti Narkoba?
4. Bagaimanakah Dinamika Kelompok?
5. Apa saja Hambatan dan Ketahanan dalam Keluarga?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Masalah-masalah Dalam Belajar
2. Mengetahui Bahaya Narkoba.
3. Mengetahui Tentang Pendidikan Anti Narkoba
4. Mengetahui Bagaimana Dinamika Kelompok
5. Mengetahui Hambatan dan Ketahanan dalam Keluarga.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Belajar
a. Pengertian Masalah Belajar
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, adayang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula
yangmengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno
(1985)mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai
adanya,menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau
perludihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakansuatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai
hasil dariinteraksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.Pengertian belajar dapat didefinisikan "Belajar ialah sesuatu proses
yangdilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
barusecara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya"
Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasildari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya.
Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan
ataudidefinisikan sebagai berikut :
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid
danmenghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatuperubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

b. Jenis-jenis Masalah Belajar


Dalam pengertian masalah belajar di atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis
siswayang mengalami permasalahan dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
1. Siswa yang tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar
sesuaidengan pencapaian teman-teman seusianya yang ada dalam kelas
yang sama.Sesuai dengan tujuan belajar yang tercantum dalam Kurikulum

2
bahwa siswadikatakan lulus atau tuntas dalam suatu pelajaran jika telah
memenuhi KriteriaKetuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh
tiap-tiap guru bidangstudi. KKM dibuat berdasarkan intake (pencapaian)
siswa di dalam kelas.Apabila seorang siswa tidak mencapai kriteria
tersebut, maka yangbersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran
tersebut.
2. Siswa yang mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa
yangdiperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak
menggunakankemampuannya secara optimal. Belum tentu semua siswa
yang terdapat dalamsatu kelas memiliki kemampuan yang sama, ada
beberapa siswa dengankemampuan intelegensi diatas rata-rata bahkan
super. Kondisi inilah yangmenyebabkan si siswa cerdas ini harus
menyesuaikan kebutuhan asupankecerdasannya dengan kemampuan
teman-teman sekelasnya, sehingga siswayang seharusnya sudah berhak
diatas teman-teman sebayanya dipaksamenerima kondisi sekitarnya.
3. Siswa yang secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri
(tingkatIQ yang diatas rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki
intelegensidiatas rata-rata normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang
optimal.Misalnya KKM pada Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian
nilai yangdicapainya 70. Padahal seharusnya dengan tingkat intelegensi
seperti itu, yangbersangkutan bisa mendapat nilai minimal 80 bahkan
lebih.
4. Siswa yang sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang
memilkibakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan
untukmendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus. Siswa yang
mengalamikondisi seperti ini yakni siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah dalam
pembelajaran. Seringkali Gurukehabisan ide untuk menangani siswa yang
seperti ini, bimbingan pelajarantambahan atau ekstra menjadi salah satu
alternatif penyelesaian masalahsemacam ini.
5. Siswa yang kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau
kondisisiswa yang kurang bersemangat dalam belajar seperti jera dan

3
bermalas-malasan. Siswa yang seperti ini biasanya didukung oleh kondisi
ataulingkungan apatis, yang tidak peduli terhadap perkembangan belajar
siswa.Lingkungan keluarga yang apatis, yang tidak berperan dalam proses
belajaranak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga
belajar menjadikebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat
yang merupakanmedia sosialisasi turut berperan penting dalam proses
memotivasi siswa itusendiri.
6. Siswa yang bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar,
yaitukondisi siswa yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-
hariantagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas,
mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal
yang tidakdiketahui dan sebagainya. Besarnya kesempatan yang diberikan
oleh Guruuntuk menyelesaikan tugas menyebabkan siswa mengulur-ulur
pekerjaan yangseharusnya diselesaikan segera setelah diperintahkan, Guru
yang terlaludisiplin dan berwatak tegas juga menjadi faktor berkurangnya
perhatian(attention) yang seharusnya diberikan oleh siswa kepada Guru.
7. Siswa yang sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas,
yaitusiswa-siswa yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam
jangka waktuyang cukup lama sehingga kehilanggan sebagian besar
kegiatan belajarnya.Seringkali materi pelajaran yang telah disampaikan
oleh Guru pada pertemuan jauh sebelumnya kemudian siswa dituntut
untuk mengikuti dan menguasaimateri pelajaran dalam waktu yang relatif
singkat menyebabkan si siswamenjadi tertekan dan terbebani oleh materi
belajar yang banyak.
8. Siswa yang mengalami penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama)
dalamhubungan intersosial. Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak
seumurandan tidak mengeyam bangku pendidikan menyebabkan si anak
atau siswaterpengaruh dengan pola perilaku dan pergaulan yang
serampangan, sepertiberbicara dengan nada yang tinggi dengan orang yang
lebih tua, seringmembuat kegaduhan atau keributan di dalam masyarakat.
Kemudian siswayang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut
kedalam lingkungansekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman

4
lainnya terpengaruhdengan pola perilakunya, baik dalam berbicara
ataupun dalam memperlakukanorang lain.

c. Penanganan Masalah Belajar


1. Guru melakukan sosialisasi tentang motivasi kepada siswa,
motivasi yangdiberikan bisa dalam bentuk ceramah singkat yang
diberikan sebelum memulai proses pembelajaran. Selain itu, guru
bersama guru matapelajaran secara aktif berdiskusi dalam rangka
menciptakan motivasisehingga siswa-siswanya tidak mengalami
kekurangan motivasi. GuruBimbingan Konseling juga memiliki
peranan yang cukup besar dalam halmemotivasi siswa, guru secara
berkelanjutan memberikan penyuluhan danmotivasi kepada siswa
baik secara perorangan (individu) maupun secarakelompok.
2. Perubahan strategi/metode belajar sesuai dengan kondisi real
siswa. Saatini, metode belajar yang populer di Indonesia yang
dikenal denganPAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif danMenyenangkan). Aktif artinya ketika proses
pembelajaran guru harusmenciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif untukbertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Inovatif artinyabagaimana guru
menciptakan pembelajaran yang bisa membuat siswanyaberpikir
bahwa learning is fun, sehingga tertanam didalam pikiransiswanya
tidak akan ada lagi perasaan tertekan dengan tenggat
waktupengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya. Kreatif artinya
agar gurumenciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagaitingkat kemampuan siswa. Efektif artinya
bagaimana guru mampumenciptakan apa yang harus dikuasai oleh
siswa selama kegiatanpembelajaran berlangsung tanpa menyia-
nyiakan waktu. DanMenyenangkan artinya suasana belajar-
mengajar yang menyenangkansehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah
perhatiannya (“time on task”) tinggi.

5
3. Penggunaaan media belajar yang inovatif, yang mampu menarik
perhatiandan meotivasi siswa. Penggunaan perangkat tambahan
seperti LCDProjector atau OHP selain merupakan sarana untuk
mempermudahpenyampaian guru juga berfungsi sebagai sarana
untuk meningkatkanperhatian belajar siswa. Sebab ada siswa yang
mampu belajar cepat secaraaudio visual dan nonaudio visual.
4. Orang tua, dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang paling
pentingdalam memotivasi anaknya. Sebab sebagian besar waktu
yang dihabiskan anak setelah sekolah yaitu di rumah. Setiap orang
tua memiliki cara yangberebeda-beda dalam hal memotivasi anak-
anaknya. Ada orang tua yangmenunjang anaknya dengan sarana
pelengkap belajar seperti pengadaankomputer, buku referensi,
maupun peralatan tambahan yang mampudigunakan untuk
mengakses internet. Adapula orang tua yang memberikanmotivasi
atau dorongan kepada anak-anaknya melaui wejangan-
wejangan,penggunaann model, dan lain sebagainya.
5. Masyarakat, dalam hal ini peranannya dalam menciptakan
lingkunganyang kondusif, aman, nyaman dan tenteram. Seminimal
mungkin tidakmenciptakan suasana buruk yang bisa
mempengaruhi bahkan merubahmental anak dalam hal ini siswa.
Melakukan aksi-aksi yang dapat merubahtatanan paradigma dalam
kehidupan bermasayarakat, sehingga dapatmengubah cara
pandangan anak terhadap cara berperilaku. Lingkunganmasyarakat
memiliki peranan yang sangat penting, bagaimana
lingkunganmemciptakan suasana bahwa siswa tidak hanya
merasakan suasana belajardi dalam lingkungan sekolah, tetapi juga
merasakannya di dalamlingkungan sekitar. Contohnya, Jogjakarta
dan Malang merupakan kotadengan tujuan Pelajar dan Mahasiswa
terbanyak. Kita bisa melihatbagaimana masyarakatnya menjaga
kondusifitas suasana lingkungannyadan menjaga seminimal
mungkin agar pelajarnya merasa bahwalingkungan saya
mendukung untuk belajar dan saya harus belajar, karenatidak ada

6
masyarakat yang akan memberikan pengaruh buruk terhadap
mereka.

B. Bahaya Narkoba
1. Pengertian Narkoba
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan
menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang
tersebut. Yang termasuk jenis narkotika adalah:
a) Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko),
opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
b) Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campurancampuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut
di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-
Undang No. 5/1997). Terdapat empat golongan psikotropika menurut undang-
undang tersebut, tetapi setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang
narkotika, maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan
narkotika. Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika hanya
menyangkut psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997.
Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Sedatin (Pil BK), Rohypnol,
Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat,
Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic
Diethylamide) dan sebagainya.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis
maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang
dapat mengganggu sistem saraf pusat, seperti: Alkohol yang mengandung ethyl
etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang

7
menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang
beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat,
aceton, ether dan sebagainya.
2. Dampak Negatif Narkoba
a. Dampak Fisik
1) Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi .
2) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
3) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses),
alergi, eksim.
4) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaranbernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
5) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu
tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
6) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan
padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
7) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan
antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).
8) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian
jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada
obatnya.
9) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over
Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian

b. Dampak Psikis
1) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.
2) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga.

8
3) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal.
4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
6) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
7) Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
8) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.

C. Pendidikan Anti Narkoba


Pendidikan anti narkoba adalah pendidikan yang ditujukan kepada individu
atau sekelompok masyarakat, terutama anak dan remaja, untuk mencegah dan
mengurangi atau menghentikan pemakaian narkoba, dengan mengubah perilaku
dan pola pikir anak dan remaja, serta memberikan ketrampilan psikososial yang
diperlukannya. Pendidikan anti narkoba adalah bagian dari pendidikan umum
sebagai upaya jangka panjang untuk membina generasi muda. Upaya ini perlu
dilkakukan sedini mungkin, mulai dari SD hingga SMA, bahkan pada anak usia
balita. Hasilnya akan baru tampaka setelah 5-6 tahun jika program dilaksanakan
secara berkesisnambungan dan dengan metode yang efektif. Strategi pendidikan
anti narkoba terbagi menjadi 4 yaitu strategi pendidikan bagi individu, strategi
pendidikan bagi teman sebaya, strategi pendidikan bagi orang tua, dan strategi
pendidikan bagi sekolah atau guru.
1) Pendidikan anti narkoba dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti Kurikulum 2013 tingkat SMP, meliputi:
Pendidikan anti narkoba dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kelas VII Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016, antara lain:
a) Terdapat bentuk pendidikan pengembangan sosial individu tepatnya
peningkatan keterampilan menolak narkoba dengan fokus teguh pada
pendirian dan keyakinan (istiqamah).
b) Terdapat bentuk pendidikan pengembangan sosial individu tepatnya
peningkatan keterampilan mengambil keputusan dengan fokus
kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.

9
c) Terdapat bentuk pendidikan pengembangan sosial individu tepatnya
peningkatan keterampilan sosial dengan fokus mengasah keberanian
mengambil inisiatif interaksi.

D. Dinamika Kelompok
1. Pengertian Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu
atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang
satu dengan yang lain. Dinamika kelompok menguraikan kekuatan-kekuatan yang
terdapat dalam situasi kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan
anggotanya.
Pengertian dinamika kelompok merupakan suatu metode dan proses
yang bertujuan meningkatkan nilai kerjasama kelompok ini berusaha
menumbuhkan dan membangun kelompok yang semula terdiri dari kumpulan
individu yang belum saling mengenal satu sama lain menjadi satu kesatuan
kelompok dengan satu tujuan,satu norma,dan satu cara pencapaiannya yang
disepakati bersama.

2. Tujuan dan Manfaat Dinamika Kelompok


Tujuan kelompok merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok.
Tujuan perlu memberi artah pada kegiatan dan memberi kerangka bagi
pengambilan keputusan yang rasional tentang jenis dan jumlah kegiatan yang
harus dilakukanoleh kelompok yang menjadi kriteria pengukur kemajuan.
Tujuan dinamika kelompok :
1) Meningkatkan proses interaksi antara anggota kelompok
2) Meningkatkan produktivitas anggota kelompok
3) Mengembangkan kelompok ke arah yang lebih baik dan lebih maju
4) Meningkatkan kesejahteraan hidup anggotanya

Manfaat dinamika kelompok


Dinamik kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang
hidup dalam sebuah kelompok, Manfaat dinamika kelompok antara lain :

10
1) Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan
hidup ( Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain )
2) Memudahkan segala pekerjaan ( Banyak pekerjaan yang tidak dapat
dilaksanakan tanpa bantuan orang lain)
3) Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan
mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih
cepat, efektif dan efisien (pekerjaan besar dibagi- bagi sesuai bagian
kelompoknya masing-masing/ sesuai keahlian)
4) Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat (setiap
individu bisa memberkan masukan, berintraksi dan peran yang sama
dalam masyarakat)

3. Jenis Kelompok Sosial


Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang mengadakan interaksi sosial agara ada pembagian tugas, struktur
dan norma yang ada.
Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi
beberapa, antara lain:
1. Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang
anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.
Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang
yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya
sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka)
tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok
agama, dan lain-lain.
2. Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan
sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih
objektiv. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.
3. Kelompok Formal

11
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran
Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat
oleh organisasi.Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang
memiliki AD/ART.
4. Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya
tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak
teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan
kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal
dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati Misalnya: kelompok arisan,

E. Hambatan dan Ketahanan Keluarga


Banyak faktor yang membentuk ketahanan dan faktor-faktor tersebut saling
berinteraksi sepanjang kehidupan manusia, karena sepanjang kehidupan, orang
menghadapi berbagai tantangan, serta sumber-sumber potensial yang tersedia
beraneka ragam. Perorangan (individu) yang berketahanan mampu memanfaatkan
sumber-sumber yang terdapat dalam dirinya dan potensi-potensi yang ada
dilingkungan untuk menghadapi tantangan.

1. Faktor-faktor Resiko, Kerawanan, dan Protektif


Faktor-faktor resiko, kerawanan dan protektif saling berinteraksi (saling
mempengaruhi) pada diri seseorang yang mengalami tekanan, dan mempengaruhi
keadaan atau tingkat ketahanannya, serta bervariasi (berubah-ubah) sepanjang
kehidupannya dan juga berbeda-beda pada seseorang dengan orang lainnya.
Resiko (risk) merupakan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan yang penuh
tekanan atau kondisi lingkungan yang bersifat menyulitkan yang dapat
meningkatkan kerawanan (keadaan tidak mampu bertahan dan keadaan tidak
berdaya) pada perorangan (individu) atau sistem lainnya.
Faktor-faktor resiko dapat lebih dikenali dari sudut peristiwa-peristiwa spesifik
(misalnya: kehilangan pekerjaan, kematian orang tua, kesulitan membaca) atau
faktor-faktor resiko gabungan /tambahan, yaitu sejumlah peristiwa yang ikut
menyebabkan terjadinya hasil yang negatif. Faktor resiko tambahan menjadi lebih

12
diperhatikan dengan mempertimbangkan “tidak ada penyebab tunggal dari banyak
masalah sosial.
Kerawanan keluarga adalah kondisi hubungan antar pribadi dan organisasi
keluarga yang rapuh. Faktor-faktor kerawanan mengacu pada orang-orang yang
memiliki faktor-faktor resiko cenderung akan mengalami hasil yang negatif
dibandingkan dengan orang lain (orang yang tidak memiliki faktor-faktor resiko).
Faktor kerawanan adalah ciri dari seseorang atau suatu keluarga yang berada
dalam keadaan mudah kena oleh ancaman (suatu peristiwa negatif) dalam
perkembangan kehidupannya. Kerawanan dapat berwujud beberapa bentuk yang
terkait dengan aspek-aspek biologis, psikologis, perkembangan dari seseorang
atau satu keluarga serta tidak ada seorangpun yang kebal karena luka yang
disebabkan oleh berbagai peristiwa kehidupan.
Faktor-faktor protektif adalah aspek-aspek kehidupan yang menyangga akibat
negatif dari faktor-faktor resiko. Faktor-faktor protektif bisa saja berada di dalam
diri orang (misalnya: inteligensi/kecerdasan, dan perasaan berkemampuan), bisa
juga merupakan bagian dukungan keluarga (misalnya: orang tua yang menyayangi
), atau dukungan lingkungan sosial yang lebih luas (misalnya: dukungan dari
tokoh masyarakat, sekolah yang baik, kesempatan kerja).
Faktor-faktor protektif memiliki tiga peran. Faktor protektif dapat menyangga
faktor resiko sehingga dapat melindungi dari akibat pengalaman kehidupan yang
tidak menyenangkan (misalnya: ibu tiri berperan dengan kasih sayang pada dua
anak yang kehilangan ibu dan tidak mendapat perhatian dari ayahnya). Faktor
protektif dapat juga terjadi dengan cara memotong akibat berantai dari resiko
sehingga faktor protektif menghilangkan hubungan diantara peristiwa yang tidak
menyenangkan dengan akibat negatif (misalnya: orang tua memperoleh
pertolongan dari seorang konselor yang mengatasi tekanan-tekanan yang
diakibatkan oleh kesulitan ekonomi).

2. Ketahanan Keluarga
Ketahanan bukanlah kegembiraan karena dapat mengatasi pengalaman hidup
yang sulit, penderitaan dan kepedihan. Ketahanan adalah kemampuan menghadapi
ini semua dengan susah payah. Walaupun trauma bersifat tidak menyenangkan

13
tapi memberikan pelajaran berharga dan membentuk sikap berhati-hati. Ketahanan
adalah pengetahuan dan kemampuan-kemampuan yang diperoleh dari proses
identifikasi yang terus menerus terhadap saling pengaruh dari resiko dan
perlindungan yang terjadi dalam proses kehidupan di dunia. Tidak ada keluarga
yang bebas dari tekanan atau masalah. Suatu keluarga yang sehat bukanlah suatu
keluarga yang bebas dari masalah, kalau demikian halnya tentulah tidak ada
keluarga yang sehat. Semua keluarga menghadapi tuntutan, tekanan, tantangan
dan kesempatan.
Ketahanan merupakan suatu proses lebih dari sekedar suatu ciri-ciri statis atau
sekumpulan sifat-sifat; ketahanan akan muncul secara jelas dalam kondisi adanya
dukungan dan hubungan sosial. Ketahanan merupakan hasil dari perpaduan
diantara faktor bawaan dan lingkungan. Petugas pemberdayaan keluarga yang
menangani ketahanan wajib secara teliti memperhatikan dengan sungguh-sungguh
makna terpenting dari hubungan-hubungan sosial yang terjadi dengan kerabat,
rekan-rekan yang akrab, dan pembimbing-pembimbing seperti pelatih atau guru,
yaitu orang-orang yang memberikan dukungan, orang-orang yang meyakini pada
potensi orang lain dan orang-orang yang memberikan dorongan agar giat dan
bekerja keras dalam kehidupan mereka. Perspektif ketahanan sosial keluarga
mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kekuatan-kekuatan dan
keterbatasan-keterbatasan yang mungkin di miliki oleh orangtua. Pandangan ini
mengubah pandangan yang melihat dari kekurangan-kekurangan orang, yaitu
pandangan yang beranggapan bahwa orang sebagai tidak berfungsi atau terganggu
menjadi memandang orang sedang menghadapi tantangan dari situasi kehidupan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid
danmenghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatuperubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika digolongkan
menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang
tersebut.
Pendidikan anti narkoba adalah pendidikan yang ditujukan kepada individu
atau sekelompok masyarakat, terutama anak dan remaja, untuk mencegah dan
mengurangi atau menghentikan pemakaian narkoba, dengan mengubah perilaku
dan pola pikir anak dan remaja, serta memberikan ketrampilan psikososial yang
diperlukannya.
Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau
lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu
dengan yang lain. Dinamika kelompok menguraikan kekuatan-kekuatan yang
terdapat dalam situasi kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan
anggotanya.

B. Saran
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk pembuatan
/perbaikan makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua amin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Af’idah, Sofia Anisatul , “Metode Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis


Satuan Tugas Anti Narkoba Sekolah”, Skripsi, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2015.
Alang, Sattu. 2015. Urgensi Diagnosis Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar.
Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Anwar Hafid dkk,2013,Konsep Dasar Ilmu Pendidikan,PT Alfabeta: Bandung.
Maskun dan Valensy Rachmedita. 2018. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syamsul Bambang. 2015, Dinamika Kelompok Bandung : CV Pustaka Setia.

16

Anda mungkin juga menyukai