Anda di halaman 1dari 5

Resume bab V

KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL ADLER

Nama: Nur Hidayah Nasution

Nim: 11910320196

Referensi: Prayitno "Konseling Pancawaskita."

Mohammmad Surya "Teori-teori Konseling."

A. Teori Adler

Menurut Adler manusia bukan sekedar memuaskan dorongan-dorangannya tetapi juga di motivasi
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan pemenuhan kebutuhannnya untuk mencapai sesuatu.
Tingkah laku individu ini di tentukan oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan, pembawaan, individu
itu sendiri dalam mencapai tujuan untuk merubah konsep diri klien, mengkoreksi persepsi klien tentang
lingkungannya dengan mengembangkan tujuan-tujuan baru yang hendak dicapai serta membangun
kembali SI klien.

Dalam corak terapi ini perhatian utama diberikan pada kebutuhan seseorang untuk menempatkan diri
dalam kelompok sosialnya. Ketiga konsep pokok dalam corak terapi ini adalah rasa rendah diri
(inferiority feeling), usaha untuk mencapai keunggulan (striving for superiority), dan gaya hidup
peperilakuan.

B. Manusia

1. Manusia tidak semata-mata bertujuan untuk memuaskan dorongan-doronganya tetapi secara jelas
juga termotivasi untuk melaksanakan:

a. Tanggung jawab sosial

b. Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai sesuatu

2. Tingkah laku ditentukan oleh:

a. Lingkungan

b. Pembawaan

c. Individu itu sendiri

3. Tingkah laku ditentukan oleh:


Tingkah laku tidak ditentukan oleh kejadian yang diluar individu, melainkan oleh bagaimana individu
mempersepsi dan menginterpretasikan kejadian itu:

a. Persepsi dan interpretasi itu membentuk fiksi yang menjadi tujuan bagi tingkah laku individu
( Fictional goal)

b. Life Goal (LG) fictional goal menjadi arah dari tingkah laku individu untuk mengatasi kelemahannya
dalam menghadapi dunianya. Fictional goal ini menjadi LG

c. Life Style (LS). Life goal yang menjadi arah tingkah laku itu lebih jauh akan membentuk LS

d. Social Interest (SI): manusia dilahirkan sebagai mahluk sosial, dan apapun yang akan dilakukannya
selalu dalam hubungannya dengan kelompok sosial.

C. Kepribadian

1. Perkembangan Kepribadian:

a. Dasar kepribadian terbentuk pada usia 4-5 Tahun pertama.

b. Pada awalnya manusia dilahirkan dengan feeling of inferiority (FOI) yang


selanjutnya menjadi dorongan bagi perjuangannya kearah feeling of superiority (FOS)

c. Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan kemampuan dasarnya dan


menginterpretasikan lingkungannya itu.

d. Dalam pada itu social interestnya pun berkembang.

e. Selanjutnya terbentuklah LS yang unik untuk masing-masing individu---


Human individuality yang bersifat :

(1) Self determenistik

(2) Teleologis

(3) Holistik

f. Sekali terbentuk LS sukar untuk berubah, perubahannya akan membawa


kepedihan.

2. Individu sukar menyadari sepenuhnya LS-nya sendiri. Untuk menjelaskannya biasanya diperlukan
orang lain.

D. Kasus

1. Sebab utama TLSS (tingkah laku salah suai) adalah perasaan FOI yang amat sangat yang ditimbulkan
oleh:
a. Cacat mental atau fisik

b. Penganiayaan oleh orang tua

c. Penelantaran

Apabila ke tiga hal tersebut dibesar-besarkan maka FOI akan semakin berkembang (menjadi-jadi).

2. TLSS adalah hasil dari pengaruh lingkungan, yang pada umumnya berawal dari tingkah laku orang
tua sewaktu anak masih kecil. Demikian pula dengan anak-anak yang ditelantarkan.

3. Apabila pada diri anak berkembang situasi tegang karena memuncaknya perasaan FOI, maka
tingkah laku abnormal mulai berkembang:

a. Upaya mengejar superioritas yang berlebihan:

(1) terlalu keras sehingga menjadi kaku

(2) Perfeksionistik tidak wajar

b. SI terganggu:

(1) Hubungan sosial tidak menyenangkan

(2) Selfish, mengisolasi diri

E. Tujuan

1. Membantu klien mengubah konsep tentang diri sendiri:

a. Menstruktur dan menyadari LS klien

b. Mengurangi penilian negatif tentang diri sendiri dan perasaan inferiornya.

2. Mengkoreksi persepsi klien tentang lingkungannya dan mengambangkan tujuan-tujuan baru yang
hendak dicapai melalui tingkah laku baru klien

3. Membangun kembali SI klien.

F. Teknik

1. Membangun hubungan yang baik antara klien dengan konselor. Jangan sampai klien sampai takut:

a. Konselor mampu berkomunikasi dengan baik

b. Objektif

c. Mampu mendengarkan dengan baik

2. Tiga tahap dalam proses koseling:


a. Mengembangkan pemahaman tentang LG dan LS klien

b. Menginterpretasikan tingkah laku klien sehingga klien menyadari bagaimana


menyadari tujuan-tujuan (yang termuat dalam tingkah lakunya itu) menimbulkan gangguan ataupun
kesulitan.

c. Apabila kesadaran tersebut muncul dikembangkan SI klien.

3. Teknik

a. Analisis LS:

(1) Memahami cacat fisik dan mental, penganiayaan dan/ atau penelantaran yang pernah dialami.

(2) Memahami tingkah laku klien, dalam kaitannya dengan no. (1).

(3) Memahami pola asuh orang tua dimana klie dibesarkan.

(4) Interpretasi yang tajam---hubungan antara (1), (2) dan (3).

b. Interpretasi early recollections (ER)

Konselor mendiskusikan dengan klien ingatan/ kenangan klien di masa lampau, pada masa umur 10
tahun. Berbagai kejadian dan perasaan terhadap kejadian-kejadian itu diungkapkan. Hasilnya akan
memberikan gambaran tentang bagaimana klien memandang diri sendiri, orang lain dan LS-nya sendiri.

c. Interpretasi

Setelah klien menyadari berbagai hal tentang dirinya, tibalah waktunya klien menyadari “kesalahan-
kesalahan yang mendasar” dalam menjalani hidupnya. Selanjutnya dikembangkan pemahaman-
pemahaman baru untuk menghadapi hidup. Untuk ini klien perlu didorong, dibangkitkan kebaraniannya
untuk menghadapi kehidupannya dengan cara-cara baru yang lebih efektif dan membahagiakan.
Prayitno (1998:50-53).

G. Kritik dan Kontribusi

Beberapa kritik yang disampaikan pada psikologi individual antara lain:

(1) Terlalu banyak menekankan pada tilikan intelektual dalam upaya perubahan.

(2) Penekanan yang berlebihan pada pengalaman, nilai dan minat subjektif sebagai penentu perilaku.

(3) Meminimalkan faktor biologis dan riwayat masa lalu

(4) Terlalu banyak menekankan tanggung jawab pada keterampilan diabnostik konselor.

Sementara itu kontribusi psikologi individual antara lain:


(1) Keyakinan yang optimistik bahwa setiap orang dapat berobah, dapat mencapai sesuatu, arah evaluasi
manusia bersifat positif.

(2) Penekanan pada hubungan konseling sebagai suatu media untuk mengubah klien.

(3) Menekankan bahwa masyarakat tidak sakit atau salah, akan tetapi manusianya yang sakit atau salah.

(4) Menekankan bahwa kekuatan sebagai pusat pendorong perilaku

Anda mungkin juga menyukai