Nim: 11910320196
A. Teori Adler
Menurut Adler manusia bukan sekedar memuaskan dorongan-dorangannya tetapi juga di motivasi
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan pemenuhan kebutuhannnya untuk mencapai sesuatu.
Tingkah laku individu ini di tentukan oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan, pembawaan, individu
itu sendiri dalam mencapai tujuan untuk merubah konsep diri klien, mengkoreksi persepsi klien tentang
lingkungannya dengan mengembangkan tujuan-tujuan baru yang hendak dicapai serta membangun
kembali SI klien.
Dalam corak terapi ini perhatian utama diberikan pada kebutuhan seseorang untuk menempatkan diri
dalam kelompok sosialnya. Ketiga konsep pokok dalam corak terapi ini adalah rasa rendah diri
(inferiority feeling), usaha untuk mencapai keunggulan (striving for superiority), dan gaya hidup
peperilakuan.
B. Manusia
1. Manusia tidak semata-mata bertujuan untuk memuaskan dorongan-doronganya tetapi secara jelas
juga termotivasi untuk melaksanakan:
a. Lingkungan
b. Pembawaan
a. Persepsi dan interpretasi itu membentuk fiksi yang menjadi tujuan bagi tingkah laku individu
( Fictional goal)
b. Life Goal (LG) fictional goal menjadi arah dari tingkah laku individu untuk mengatasi kelemahannya
dalam menghadapi dunianya. Fictional goal ini menjadi LG
c. Life Style (LS). Life goal yang menjadi arah tingkah laku itu lebih jauh akan membentuk LS
d. Social Interest (SI): manusia dilahirkan sebagai mahluk sosial, dan apapun yang akan dilakukannya
selalu dalam hubungannya dengan kelompok sosial.
C. Kepribadian
1. Perkembangan Kepribadian:
(2) Teleologis
(3) Holistik
2. Individu sukar menyadari sepenuhnya LS-nya sendiri. Untuk menjelaskannya biasanya diperlukan
orang lain.
D. Kasus
1. Sebab utama TLSS (tingkah laku salah suai) adalah perasaan FOI yang amat sangat yang ditimbulkan
oleh:
a. Cacat mental atau fisik
c. Penelantaran
Apabila ke tiga hal tersebut dibesar-besarkan maka FOI akan semakin berkembang (menjadi-jadi).
2. TLSS adalah hasil dari pengaruh lingkungan, yang pada umumnya berawal dari tingkah laku orang
tua sewaktu anak masih kecil. Demikian pula dengan anak-anak yang ditelantarkan.
3. Apabila pada diri anak berkembang situasi tegang karena memuncaknya perasaan FOI, maka
tingkah laku abnormal mulai berkembang:
b. SI terganggu:
E. Tujuan
2. Mengkoreksi persepsi klien tentang lingkungannya dan mengambangkan tujuan-tujuan baru yang
hendak dicapai melalui tingkah laku baru klien
F. Teknik
1. Membangun hubungan yang baik antara klien dengan konselor. Jangan sampai klien sampai takut:
b. Objektif
3. Teknik
a. Analisis LS:
(1) Memahami cacat fisik dan mental, penganiayaan dan/ atau penelantaran yang pernah dialami.
(2) Memahami tingkah laku klien, dalam kaitannya dengan no. (1).
Konselor mendiskusikan dengan klien ingatan/ kenangan klien di masa lampau, pada masa umur 10
tahun. Berbagai kejadian dan perasaan terhadap kejadian-kejadian itu diungkapkan. Hasilnya akan
memberikan gambaran tentang bagaimana klien memandang diri sendiri, orang lain dan LS-nya sendiri.
c. Interpretasi
Setelah klien menyadari berbagai hal tentang dirinya, tibalah waktunya klien menyadari “kesalahan-
kesalahan yang mendasar” dalam menjalani hidupnya. Selanjutnya dikembangkan pemahaman-
pemahaman baru untuk menghadapi hidup. Untuk ini klien perlu didorong, dibangkitkan kebaraniannya
untuk menghadapi kehidupannya dengan cara-cara baru yang lebih efektif dan membahagiakan.
Prayitno (1998:50-53).
(1) Terlalu banyak menekankan pada tilikan intelektual dalam upaya perubahan.
(2) Penekanan yang berlebihan pada pengalaman, nilai dan minat subjektif sebagai penentu perilaku.
(4) Terlalu banyak menekankan tanggung jawab pada keterampilan diabnostik konselor.
(2) Penekanan pada hubungan konseling sebagai suatu media untuk mengubah klien.
(3) Menekankan bahwa masyarakat tidak sakit atau salah, akan tetapi manusianya yang sakit atau salah.