KELEMBAGAAN PENGELOLA
IRIGASI
Tahun 2019
KATA PENGANTAR
Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara NSPK
untuk Pengembangan Tata Guna Air (PTGA) dapat menyelesaikan penyusunan modul
ini dengan baik. Modul ini berisi pentingnya seorang Calon Instruktur PTGA memiliki
pemahaman dan kemampuan untuk melakukan bimbingan dalam kegiatan PTGA.
Pembuatan Modul ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan,
keahlian, keterampilan, dan sikap Calon Instruktur Pengembangan Tata Guna Air (PTGA)
di bidang pengelolaan irigasi, agar memiliki kompetensi dasar dalam memahami dan
mengetahui teknik dan tata melakukan bimbingan teknik dalam rangka pengelolaan
irigasi.
Kami menyadari bahwa modul ini masih ada kekurangan dan kelemahannya, baik pada
isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan
berupa kritik dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini bermanfaat
khususnya bagi peserta Pelatihan untuk calon pelatih PTGA.
Jakarta, …. 2019
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Informasi Visual
Petunjuk Penggunaan Modul
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
D. Pengertian
E. Dasar Hukum
F. Materi Pokok & Sub Materi Pokok
PENUTUP
A. Latihan
B. Rangkuman
C. Evaluasi Kegiatan Belajar
D. Umpan Balik & Tindak Lanjut
E. Kunci Jawaban
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARI
3
DAFTAR INFORMASI VISUAL
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
4
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI) terdiri dari tiga unsur kelembagaan, yaitu (1)
kelembagaan instansi pemerintah, baik Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi
maupun unsur pemerintah kabupaten/kota yang membidangi irigasi, (2) kelembagaan
perkumpulan petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A dan (3)
kelembagaan Komisi Irigasi (Komir), baik Komisi Irigasi provinsi, Komisi Irigasi antar
provinsi, dan Komisi Irigasi kabupaten/kota.
Ketiga unsur kelembagaan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan
yang lainnya bila ditinjau dari segi keanggotaanya. Kelembagaan instansi pemerintah
baik Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi maupun unsur pemerintah
kabupaten/kota yang membidangi irigasi para anggotanya semua berasal dari unsur
pemerintah, sedangkan kelembagaan Komisi Irigasi (Komir), baik Komisi Irigasi
provinsi, Komisi Irigasi antar provinsi, dan Komisi Irigasi kabupaten/kota para
anggotanya berasal dari gabungan antara unsur pemerintah dan unsur non-
pemerintah (pemangku kepentingan lainnya), sedangkan kelembagaan perkumpulan
petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A para anggotanya semua berasal
dari unsur masyarakat petani.
Maksud dan tujuan dibentuknya Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI) ini adalah
dalam upaya mewujudkan tertib didalam pengelolaan jaringan irigasi yang telah
dibangun pemerintah.
B. Diskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
6
a. Menjelaskan secara rinci maksud, tujuan dan manfaat kelembagaan
pengelolaan irigasi.
b. Menjelaskan secara rinci ruang lingkup kelembagaan pengelolaan irigasi.
c. Menjelaskan tentang tugas dan fungsi masing lembaga pengelola irigasi
d. Menjelaskan tentang kewenangan dan wilayah kerja masing-masing
lembaga pengelolaan irigasi.
e. Menjelaskan hubungan kerja antar lembaga pengelolaan irigasi.
D. Pengertian
1. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
2. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
3. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
4. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
5. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
6. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
7. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh
masyarakat desa atau pemerintah desa.
8. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran
kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan
pelengkapnya.
10. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi
jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan
7
pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan
kondisi lingkungan daerah irigasi.
11. Operasii dan pemeliharaan jaringan irigasi adalah serangkaian upaya
pengaturan air irigasi termasuk pembuangannya dan upaya menjaga serta
mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik
12. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula
13. Petani pemakai air adalah semua petani yang mendapat manfaat secara
langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi, termasuk irigasi pompa yang
meliputi pemilik sawah, penggarap sawah, penyakap sawah, pemilik kolam ikan
yang mendapat air irigasi, dan badan usaha di bidang pertanian yang
memanfaatkan air irigasi.
14. Perkumpulan petani pemakai air yang selanjutnya disebut P3A adalah
kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam
suatu daerah layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis
oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
15. Gabungan petani pemakai air yang selanjutnya disebut GP3A adalah
kelembagaan sejumlah P3A yang bersepakat bekerja sama memanfaatkan air
irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan
beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi.
16. Induk petani pemakai air yang selanjutnya disebut IP3A adalah kelembagaan
sejumlah GP3A yang bersepakat bekerja sama untuk memanfaatkan air irigasi
dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok primer, gabungan beberapa blok
primer, atau satu daerah irigasi.
17. Pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air adalah upaya penguatan dan
peningkatan kemampuan P3A/GP3A/IP3A yang meliputi aspek kelembagaan,
teknis dan pembiayaan dengan dasar keberpihakan kepada petani melalui
pembentukan, pelatihan, pendampingan, dan menumbuhkembangkan
partisipasi.
18. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
8
19. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan perangkat daerah provinsi lainnya
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
20. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan perangkat daerah
kabupaten/kota lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
21. Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah
irigasi, wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi
kabupaten/kota yang terkait.
22. Komisi irigasi antarprovinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah kabupaten/kota yang terkait, wakil komisi irigasi provinsi yang
terkait, wakil perkumpulan petani pemakai air, dan wakil pengguna jaringan
irigasi di suatu daerah irigasi lintas provinsi.
23. Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat
daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.
24. Dinas adalah instansi pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota yang
membidangi irigasi.
E. Dasar Hukum
9
1.2 Kelembagaan di Tingkat Pemerintah Provinsi
1.3 Kelembagaan di Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota
1.4 Kelembagaan di Tingkat Lapangan
1.5 Wewenang dan Tanggung jawab
2. Materi Pokok 2 : Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
2.1. Perkembangan perkumpulan petani pemakai air
2.2. Azas, Sifat dan Ciri-ciri
2.3. Pembentukan P3A, GP3A dan IP3A
2.4. Organisasi dan Kepengurusan P3A, GP3A, dan IP3A
2.5. Keanggotaan
2.6. Wilayah Kerja
2.7. Hubungan Kerja dan Hubungan Fungsional
3. Materi Pokok 3 : Komisi Irigasi
3.1. Komisi Irigasi Provinsi
3.2. Komisi Irigasi Antar Provinsi
3.3. Komisi Irigasi Kabupaten/Kota
10
MATERI POKOK 1
11
lapangan sehari-hari di sebagian provinsi dilaksanakan oleh Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) yang dikenal dengan Balai Pengelolaan SDA (BPSDA).
C. Kelembagaan Ditingkat Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Pengelolaan irigasi yang menjadi wewenang dan tanggungjawab pemerintah
kabupaten/kota pada prinsipnya sama dengan pelaksanaan pengelolaan
irigasi di tingkat provinsi, yaitu dilaksanakan melalui Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dengan nama yang berbeda-beda dan tidak hanya untuk
lingkup pengelolaan irigasi saja, akan tetapi lebih luas lagi.
12
masyarakat petani atas permintaannya berdasarkan prinsip
kemandirian.
2. Pemerintah Provinsi
Wewenang dan tanggungjawab pemerintah provinsi dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi adalah :
a. Menetapkan kebijakan provinsi dalam pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi diwilayahnya berdasarkan kebijakan nasional dengan
mempertimbangkan kepentinganprovinsi sekitarnya.
b. Melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada
daerah irigasi lintas kabupaten/kota dengan luas 1.000 – 3.000 ha.
c. Melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada
daerah irigasi yang luasnya antara 1000-3000 ha, atau pada daerah
irigasi yang lintas kabupaten/kota.
d. Memberi rekomendasi teknis kepada pemerintah kabupaten/kota atas
penggunaan dan pengusahaan tanah untuk irigasi yang diambil dari
cekungan air tanah lintaskabupatenkota untuk irigasi.
e. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/kota dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
f. Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sistem irigasiprimer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya
antara 1000-3000 ha, atau padadaerah irigasi yang lintas
kabupaten/kota.
g. Memberikan bantuan teknis dalam pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi kepadapemerintah kabupaten/kota
h. Memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi tanggung jawab
masyarakat petani atas permintaannya berdasarkan prinsip
kemandirian.
i. Membentuk komisi irigasi provinsi
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
Wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/kota dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi adalah :
a. Menetapkan kebijakan kabupaten/kota dalam pengembangan dan
pengelolaan system irigasi berdasarkan kebijakan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi nasional dan provinsi dengan memberhatikan
kepentingan kabupaten/kota sekitarnya.
b. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer
dan sekunder pada daerah irigasi utuh dalam 1 (satu) kabupaten/kota
yang luasnya dibawah 1000 ha.
13
c. Menetapkan kebijakan kabupaten/kota pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi.
d. Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sistem irigasiprimer dan sekunder pada daerah irigasi dalam satu
kab/kota yang luasnya dibawah 1000ha.
e. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antar daerah irigasi yang berada
dalam satu kabupaten/kota yang berkaitan dengan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi
f. Melaksanakan pemberdayaan P3A.
g. Memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan
dan pengelolaansistem irigasi yang menjadi tanggung jawab
masyarakat petani atas permintaannyaberdasarkan prinsip
kemandirian.
h. Membentuk komisi irigasi kabupaten/kota
14
1. Tugas pokok dan Fungsi Petugas O&P
a. Pengamat/Ranting/UPTD
b. Mantri/Juru
c. Staf Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas/Korwil
d. Petugas Operasi Bendung (POB)
e. Petugas Pintu Air (PPA)
f. Pekerja/Pekarya Saluran (PS)
15
Pendidikan
Jabatan Kompetensi Fasilitas
Minimal
PENGAMAT / UPTD
PENGAIRAN
16
MATERI POKOK 2
Pada Era Pembangunan Lima Tahun (Pelita), seiring dengan upaya pencapaian
swasembada pangan khususnya beras diupayakan pengembangan jaringan
irigasi, baik pembangunan baru maupun rehabilitasi termasuk pengembangan
jaringan irigasi tersier. Disamping prasarana irigasi tersebut yang juga tidak kalah
penting adalah dukungan kelembagaan petani pemakai air dalam pengelolaan air
di tingkat tersier yang merupakan satu kesatuan dalam sistem pengelolaan air
irigasi dari jaringan primer, sekunder dan tersier. Untuk alasan itulah perlunya
organisasi perkumpulan petani pemakai air didorong pemerintah untuk dibentuk pada
setiap petak tersier.Disamping didorong untuk dibentuk yang juga tidak kalah
pentingnya adalah pemberdayaan secara intensif perkumpulan petani pemakai air
ini dalam upaya peningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan
air di tingkat usaha tani.
Upaya pemberdayaan ini dengan berbagai metode terus menerus dilakukan dalam
upaya membentuk kelembagaan perkumpulan petani pemakai air yang mandiri.
Namun demikian dalam perkembangannya Kelembagaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air semenjak Pelita (Inpres I Tahun 1969) hingga saat ini mengalami
pasang surut sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang
mempengaruhinya, dengan pembinaan berada di Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, namun semenjak diterbitkannya
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
17
Pemerintahan Kabupaten/Kota, dimana pembinaannya dilakukan oleh
Kementerian Pertanian, maka eksistensi dari perkumpulan petani pemakai air ini
menjadi tidak nampak.
18
2. Pembentukan GP3A
a. P3A dapat bergabung untuk membentuk GP3A.
b. GP3A dibentuk secara demokratis dari, oleh, dan untuk beberapa P3A
yang berada dalam daerah layanan/blok sekunder, gabungan beberapa
blok sekunder, atau satu daerah irigasi dengan keanggotaan sesuai
dengan masing-masing daerah layanan yang ada.
c. Pembentukan GP3A dilakukan dengan cara:
mengadakan kesepakatan bersama untuk membentuk GP3A oleh
beberapa P3A yang berlokasi sesuai daerah layanan; dan
menyusun kepengurusan GP3A.
d. Dalam pembentukan kelembagaan GP3A, dapat difasilitasi oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan/atau
fihak lain.
3. Pembentukan IP3A
a. GP3A dapat bergabung untuk membentuk IP3A.
b. IP3A dibentuk dari, oleh dan untuk beberapa GP3A yang berada dalam
satu daerah layanan / blok primer, gabungan beberapa blok primer atau
satu daerah irigasi dengan keanggotaan sesuai dengan masing-masing
daerah layanan yang ada.
c. Pembentukan IP3A dilakukan dengan cara:
mengadakan kesepakatan bersama untuk membentuk IP3A oleh
beberapa GP3A yang berlokasi sesuai daerah layanan; dan
menyusun kepengurusan IP3A.
d. Dalam pembentukan kelembagaan IP3A, dapat difasilitasi oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan/atau
fihak lain.
19
dan mudah dicerna oleh anggota hingga menjadi organisasi yang
mengakar dalam masyarakat. Beberapa contoh struktur organisasi
P3A/GP3A/IP3A huruf a sampai huruf e. Struktur organisasi ini tidak
bersifat kaku tetapi disesuaikan dengan kebutuhan;
c. P3A terus diberdayakan untuk berkembang menjadi suatu organisasi
mandiri dan status/berbadan hukum, tetapi tidak boleh dipaksakan.
Organisasi ini dikembangkan sesuai dengan kemauan dan kemampuan
yang ada serta kebutuhan masyarakat petani melalui pendekatan
partisipatif;
d. Susunan organisasi P3A, GP3A, dan IP3A terdiri dari pengurus dan
anggota;
e. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi di dalam P3A, GP3A, dan
IP3A;
f. Ketua dan Wakil ketua, Ketua bertugas mengatur seluruh organisasi dan
mengorganisasikan berbagai kegiatan seksi; Wakil Ketua berfungsi
membantu ketua; Sekretaris mencatat atau membukukan segala
peristiwa atau kegiatan yang dilakukan oleh organisasi; Bendahara
mencatat keluar masuknya keuangan dan mengendalikan penggunaan
uang; dan Seksi adalah bidang-bidang teknis yang ditangani oleh ketua
seksi yang bertanggungjawab pada ketua; dan
g. Organisasi disebut berfungsi apabila pengurusnya aktif; aktivitas
pengurus menguntungkan anggota; dan anggota memberi kontribusi
terhadap organisasi, termasuk iuran.
20
1) Contoh Struktur Organisasi P3A (Sederhana)
RAPAT
ANGGOTA
KETUA
Sekretaris Bendahara
PelaksanTeknis /
Ulu - ulu
ANGGOTA / PETANI
RAPAT
ANGGOTA
KETUA /
WAKIL KETUA
Sekretaris Bendahara
PelaksanTekni
s/
ANGGOTA / PETANI
21
3) Contoh Struktur Organisasi P3A (Kompleks)
RAPAT ANGGOTA
KETUA /
WAKIL KETUA
Sekretaris Bendahara
Pelaksana Teknis /
Seksi Saprodi Seksi Usaha
Ulu - ulu
22
4) Contoh Struktur Organisasi Gabungan P3A
RAPAT ANGGOTA
KETUA GP3A
ANGGOTA GP3A
KETUA IP3A
SEKRETARIS BENDAHARA
SEKSI SEKSI
ANGGOTA IP3A
23
2. Kepengurusan
a. Kepengurusan P3A dipilih dari anggota P3A dalam rapat anggota;
b. Kepengurusan GP3A dipilih dari wakil unit P3A pada sebagian daerah irigasi
atau pada jaringan irigasi sekunder di wilayah kerjanya;
c. Kepengurusan IP3A dipilih dari wakil unit GP3A yang berada pada satu daerah
irigasi atau jaringan primer / induk di wilayah kerjanya;
d. Susunan pengurus tergantung kebutuhan yang dikehendaki oleh anggota; dan
e. Lama kerja kepengurusan, susunan, kewajiban, tugas dan tanggung jawab diatur
dalam AD dan ART.
E. Keanggotaan
1. Anggota
Anggota P3A terdiri atas petani yang mendapatkan manfaat secara
langsung dari pelayanan petak tersier, irigasi pompa, dan irigasi
perdesaan yang mencakup :
F. Wilayah Kerja
1. Wilayah kerja P3A, GP3A, dan IP3A dapat mengikuti batas wilayah hidrologis
atau wilayah desa;
24
2. Wilayah kerja P3A didasarkan pada daerah layanan/petak tersier atau
wilayah desa dalam satu daerah irigasi sesuai dengan kesepakatan para
anggota;
3. Wilayah kerja GP3A didasarkan pada daerah layanan/blok sekunder dalam
satu daerah irigasi sesuai dengan kesepakatan para anggota; dan
4. Wilayah kerja IP3A didasarkan pada satu daerah irigasi secara utuh sesuai
dengan kesepakatan para anggota.
25
MATERI POKOK 3
KOMISI IRIGASI
A. Pengertian
1. Pengertian Komisi Irigasi (Komir) secara umum adalah lembaga koordinasi
dan komunikasi antara unsur-unsur dari pemerintah, dari perkumpulan petani
pemakai air, dan unsur dari pengguna jaringan irigasi lainnya.
2. Berdasarkan wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan sistem
irigasi, Komir dapat terdiri dari Komir kabupaten/kota, Komir provinsi dan
Komir antarprovinsi, sedangkan pada sistem irigasi multiguna dapat dibetuk
forum koordinasi daerah irigasi.
2. Wilayah Kerja
a. Wilayah kerja Komisi Irigasi provinsi meliputi :
2) daerah irigasi strategis nasional dan daerah irigasi yang luasnya lebih
26
dari 3000 ha yang bersifat lintas kabupaten/kota, baik yang sudah
ditugas- pembantuankan maupun yang belum ditugas-pembantuankan
dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah provinsi.
27
E. Tugas Komisi Irigasi
28
F. Susunan Organisasi
29
Contoh Struktur Organisasi Komisi Irigasi
KETUA
TENAGA KETUA
AHLI HARIAN
TENAGA
SEKRETARIS
TEKNIS
G. Keanggotaan
1. Secara prinsip keanggotaan Komisi Irigasi terdiri atas wakil pemerintah dan
non pemerintah :
a. Wakil pemerintah
b. Wakil perkumpulan petani pemakai air
c. Wakil kelompok pengguna jaringan irigasi lainnya, dan
d. Wakil komisi irigasi kabupaten/kota (untuk komir provinsi)
2. Keanggotaan dari unsur pememerintah meliputi wakil-wakil dari sekretariat
daerah, dinas teknis yang membidangi irigasi, dinas teknis yang
membidangi pertanian, lembaga/badan yang membidangi perencanaan
pembangunan, dan wakil dari dinas teknis terkait lainnya.
3. Keanggotaan dari unsur non-pemerintah meliputi wakil dari unsur
perkumpulan petani pemakai air, dan wakil dari pengguna jaringan irigasi
lainnya yang dilpilih secara proporsional dan keterwakilan.
4. Keanggotaan komisi irigasi antarprovinsi beranggotakan wakil pemerintah
kabupaten/kota terkait, wakil perkumpulan petani pemakai air pada daerah
30
irigasi lintas provinsi, wakil kelompok pengguna jaringan irigasi lintas
provinsi, danwakil komisi irigasi provinsi yang terkait.
5. Keanggotaan Komisi Irigasi Provinsi beranggotakan wakil pemerintah
provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air pada daerah irigasi lintas
kabupaten/kota dan daerah irigasi yang menjadi wewenang provinsi yang
bersangkutan, wakil kelompok pengguna jaringan irigasi lainnya, dan wakil
komisi irigasi kabupaten/kota yang terkait, dengan prinsip keanggotaan
proporsional dan keterwakilan daerah irigasi hulu, tengah, hilir dan luas
daerah irigasi.
6. Keanggotaan komisi irigasi kabupaten/kota beranggotakan wakil
pemerintah dan wakil non-pemerintah yang meliputi wakil petani pemakai
air pada daerah irigasi di wilayah kabupaten/kota dan atau wakil kelompok
pengguna jaringan irigasi lainnya dengan prinsip keterwakilan.
31
PENUTUP
Komisi irigasi sebagai wadah koordinasi dan komunikasi perannya sangat membantu
dalam rangka penentuan pola dan rencana tata tanam termasuk mendukung
keberhasilan dalam proses pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
Perkumpulan petani pemakai air (P3A) wajib dibentuk agar dapat melakukan
pengelolaan sistem irigasi tersier dengan baik terinintegrasi dengan sistem irigasi utama
yang merupakan satu kesatuan sistem irigasi secara utuh mulai jaringan utama dan
tersier.
Hubungan kerja antar komisi irigasi dan dengan instansi terkait bersifat konsultatif dan
koordinatif.
A. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!
2) Basis wilayah kerja P3A pada suatu daerah irigasi sebagaimana tersebut
dibawah ini kecuali :
a. Per-petak tersier
32
b. Per-petak Sekunder
c. Per-Desa
d. Beberapa petak tersier dalam 1 desa
3) Komisi Irigasi yang wilayah kerjanya pada daerah irigasi lintas provinsi disebut :
a. Komisi irigasi kabupaten
b. Komisi irigasi provinsi
c. Komisi irigasi pusat
d. Komisi Irigasi antarprovinsi
4) Komisi irigasi provinsi yang mempunyai wilayah kerja pada daerah irigasi yang
lokasinya di kabupaten/kota, maka pembentukan komirnya oleh :
a. Bupati/walikota
b. Gubernur
c. Gubernur atas usulan bupati/walikota
d. Bupati/walikota atas usulan Gubernur
6) Komisi Irigasi diatur dalam Permen PUPR sebagaimana tersebut dibawah ini :
a. Permen PU : 31/PRT/M/2007
b. Permen PUPR : 17/PRT/M/2015
c. Permen PUPR : 16/PRT/M/2013
d. Permen PUPR : 21/PRT/M/2015
7) Sesuai Permen PUPR yang mengatur tentang Komisi Irigasi, jabatan ketua Komir
dijabat oleh ……..
a. Kepala Bappeda
b. Kepala Bappeda Kabupaten/Kota
c. Kepala Bappeda Provinsi
d. Kepala Dinas yang membidangi irigasi
33
b. UPTD/pengamat, juru/mantri pengairan, POB, PPA
c. Juru/mantri pengairan, POB, PPA, Pekarya
d. Korwil, POB, PPA, Pekarya
9) Tugas dan wewenang P3A dalam pengelolaan sistem irigasi adalah …..
a. Berpartisipasi dalam pengelolaan sistem irigasi utama
b. Pengelolaan sistem irigasi tersier
c. Pengelolaan sistem irigasi sekunder
d. Pengelolaan sistem irigasi desa
B. Rangkuman :
Kegiatan belajar 1 ini membahas mengenai kedudukan, wilayah kerja, tugas dan
fungsi kelembagaan irigasi.
1. Komisi irigasi provinsi berkedudukan di ibukota provinsi yang dibentuk dengan
keputusan gubernur serta bertanggung jawab secara langsung kepada gubernur.
Komisi irigasi provinsi memiliki wilayah kerja meliputi daerah irigasi strategis
nasional dan daerah irigasi yang bersifat lintas kabupaten/kota. Komisi irigasi ini
membentuk garis koordinasi dengan pemerintah provinsi, komisi irigasi
kabupaten/kota serta perkumpulan petani pemakai air disekitar daerah irigasi.
2. Komisi irigasi antar provinsi dibentuk atas kesepakatan para gubernur yang
bersangkutan pada wilayah sistem irigasi lintas provinsi. Komisi ini berkedudukan
disalah satu ibukota provinsi yang telah disepakati dengan tenggang waktu
sekurang-kurangnya satu tahun secara bergiliran.
3. Komisi irigasikabupaten/kota dibentuk dengan keputusan bupati/walikota dan
berada di bawah serta bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota.
Komisi irigasi Kabupaten/Kota berkedudukan di ibukota kabupaten/kota dengan
wilayah kerja di daerah irigasi strategis nasional yang berada dalam satu
kabupaten/kota.
34
4. Tugas pokok, fungsi dan kebutuhan tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan
disesuaikan berdasarkan kedudukan dan tanggung jawab petugas di lapangan.
5. Untuk menjadi seorang petugas pemeliharaan, ada kompetensi dan persyaratan
pendidikan yang harus dipenuhi oleh masing-masing jabatan.
6. Organisasi irigasi dan pelaksanaan OP terdiri dari Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A), Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air (GP3A) dan Panitia
Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) . Ketiga organisasi tersebut pada
pelaksanaannya melakukan kerjasama dengan Dinas Pengairan Kabupaten dan
komisi irigasi.
35
4. Jika peserta dapat menjawab < 40% maka pemahaman terhadap Kelembagaan
Pengelolaan Irigasi kurang.
Sebagai bahan tindak lanjut adalah memperdalam materi tersebut dengan mengacu
pada dasar hukum/peraturan yang terkait kelembagaan pengelolaan irigasi,
pedoman serta daftar pustaka. Disamping itu anda perlu mempraktekkan metode-
metode tersebut selama proses pembelajaran maupun pasca pembelajaran, karena
ilmu tanpa dipraktekkan/diamalkan tidak ada artinya
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara No: 5 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penulisan Modul Pendidikan dan Pelatihan
2. Modul Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatf Edisi ke-3 Desember 2005 oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kerjasama Japan
International Coorperation Agency (JICA)
37
GLOSARI
38