Anda di halaman 1dari 38

MODUL

KELEMBAGAAN PENGELOLA
IRIGASI

Bimbingan Teknik Pengembangan Tata Guna Air


Dalam Rangka Pelatihan Teknis Instruktur PTGA

Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara NSPK
untuk Pengembangan Tata Guna Air (PTGA) dapat menyelesaikan penyusunan modul
ini dengan baik. Modul ini berisi pentingnya seorang Calon Instruktur PTGA memiliki
pemahaman dan kemampuan untuk melakukan bimbingan dalam kegiatan PTGA.

Berbeda dengan Direktorat yang menangani pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi


jaringan irigasi, peran Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan lebih berperan dalam
penyiapan perangkat lunak / NSPK dan pembinaan penyelenggaraan Operasi dan
Pemeliharaan. Dalam memfasilitasi pembangunan infrastruktur publik dimaksud
dilakukan melalui dua hal, pembentukan iklim yang kondusif bagi investasi, dan
penyiapan kapasitas dan kompetensi berbagai komponen dalam industri konstruksi untuk
melaksanakan pembangunan tersebut. Hal tersebut telah kita ketahui semua bahwa
tuntutan publik atas layanan infrastruktur meningkat lebih cepat dibanding kemampuan
pemerintah menyediakan dana, sehingga untuk infrastruktur publik perlu dibiayai melalui
investasi swasta dengan pengaturan yang memadai, dimana motivasi swasta
berinvestasi sangat dipengaruhi oleh iklim berinvestasi yang kondusif baik dukungan
keamanan investasi dan pengembaliannya.

Pembuatan Modul ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan,
keahlian, keterampilan, dan sikap Calon Instruktur Pengembangan Tata Guna Air (PTGA)
di bidang pengelolaan irigasi, agar memiliki kompetensi dasar dalam memahami dan
mengetahui teknik dan tata melakukan bimbingan teknik dalam rangka pengelolaan
irigasi.

Kami menyadari bahwa modul ini masih ada kekurangan dan kelemahannya, baik pada
isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan
berupa kritik dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini bermanfaat
khususnya bagi peserta Pelatihan untuk calon pelatih PTGA.

Jakarta, …. 2019

Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Informasi Visual
Petunjuk Penggunaan Modul
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
D. Pengertian
E. Dasar Hukum
F. Materi Pokok & Sub Materi Pokok

Materi Pokok 1 : Instansi Pemerintah yang membidangi irigasi


A. Kelembagaan di Tingkat Pemerintah Pusat
B. Kelembagaan di Tingkat Pemerintah Provinsi
C. Kelembagaan di Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota
D. Kelembagaan di Tingkat Lapangan
E. Wewenang dan Tanggung jawab

Materi Pokok 2 : Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)


A. Perkembangan perkumpulan petani pemakai air
B. Azas, Sifat dan Ciri-ciri
C. Pembentukan P3A, GP3A dan IP3A
D. Organisasi dan Kepengurusan P3A, GP3A, dan IP3A
E. Keanggotaan
F. Wilayah Kerja
G. Hubungan Kerja dan Hubungan Fungsional

Materi Pokok 3 : Komisi Irigasi


A. Komisi Irigasi Provinsi
B. Komisi Irigasi Antar Provinsi
C. Komisi Irigasi Kabupaten/Kota

PENUTUP
A. Latihan
B. Rangkuman
C. Evaluasi Kegiatan Belajar
D. Umpan Balik & Tindak Lanjut
E. Kunci Jawaban

DAFTAR PUSTAKA
GLOSARI

3
DAFTAR INFORMASI VISUAL

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. - Kompetensi Petugas Pemeliharaan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Petugas O&P

Gambar 2.2. Struktur Organisasi P3A (Sederhana)

Gambar 2.2. Struktur Organisasi P3A (Semi Komplek)

Gambar 2.3. Struktur Organisasi P3A (Komplek)

Gambar 2.4. Struktur Organisasi Gabungan P3A

Gambar 2.5. Struktur Organisasi Induk P3A

Gambar 3.1. Contoh Struktur Organisasi Komisi Irigasi

4
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

A. Petunjuk Bagi Peserta


Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal, dalam menggunakan modul
Kelembagaan Pengelolaan Irigasi, maka langkah-langkah yang perlu dilaksanakan
antara lain:
1) Bacalah dan pahami dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada
masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, peserta dapat
bertanya pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar.
2) Kerjakan setiap tugas formatif (soal latihan) untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-materi yang dibahas dalam setiap
kegiatan belajar.
3) Untuk kegiatan belajar yang terdiri dari teori dan praktik, perhatikanlah hal-hal
berikut ini:
a. Perhatikan petunjuk-petunjuk yang berlaku.
b. Pahami setiap langkah kerja dengan baik.
4) Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada kegiatan
belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur atau instruktur yang
mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.

B. Petunjuk Bagi Instruktur


Dalam setiap kegiatan belajar instruktur berperan untuk:
1. Membantu peserta dalam merencanakan proses belajar.
2. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap
belajar.
3. Membantu peserta dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab
pertanyaan peserta mengenai proses belajar peserta.
4. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajar.

5
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI) terdiri dari tiga unsur kelembagaan, yaitu (1)
kelembagaan instansi pemerintah, baik Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi
maupun unsur pemerintah kabupaten/kota yang membidangi irigasi, (2) kelembagaan
perkumpulan petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A dan (3)
kelembagaan Komisi Irigasi (Komir), baik Komisi Irigasi provinsi, Komisi Irigasi antar
provinsi, dan Komisi Irigasi kabupaten/kota.

Ketiga unsur kelembagaan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan
yang lainnya bila ditinjau dari segi keanggotaanya. Kelembagaan instansi pemerintah
baik Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi maupun unsur pemerintah
kabupaten/kota yang membidangi irigasi para anggotanya semua berasal dari unsur
pemerintah, sedangkan kelembagaan Komisi Irigasi (Komir), baik Komisi Irigasi
provinsi, Komisi Irigasi antar provinsi, dan Komisi Irigasi kabupaten/kota para
anggotanya berasal dari gabungan antara unsur pemerintah dan unsur non-
pemerintah (pemangku kepentingan lainnya), sedangkan kelembagaan perkumpulan
petani pemakai air, baik P3A, GP3A, maupun IP3A para anggotanya semua berasal
dari unsur masyarakat petani.

Maksud dan tujuan dibentuknya Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (KPI) ini adalah
dalam upaya mewujudkan tertib didalam pengelolaan jaringan irigasi yang telah
dibangun pemerintah.

B. Diskripsi Singkat

Modul pelatihan ini membahas mengenai kelembagaan pengelolaan irigasi yang


meliputi instansi pemerintah yang membidangi irigasi, perkumpulan petani pemakai
air dan komisi irigasi.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran materi tersebut diharapkan instruktur
dapat menjelaskan kepada petugas irigasi dan membimbing P3A tentang
kelembagaan pengelolaan irigasi

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta/instruktur dapat :

6
a. Menjelaskan secara rinci maksud, tujuan dan manfaat kelembagaan
pengelolaan irigasi.
b. Menjelaskan secara rinci ruang lingkup kelembagaan pengelolaan irigasi.
c. Menjelaskan tentang tugas dan fungsi masing lembaga pengelola irigasi
d. Menjelaskan tentang kewenangan dan wilayah kerja masing-masing
lembaga pengelolaan irigasi.
e. Menjelaskan hubungan kerja antar lembaga pengelolaan irigasi.

D. Pengertian

1. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
2. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
3. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
4. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
5. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
6. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas
saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.
7. Jaringan irigasi desa adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh
masyarakat desa atau pemerintah desa.
8. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana
pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran
kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan
pelengkapnya.

9. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan


irigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya. 


10. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi dan kondisi
jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal pelayanan

7
pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan perubahan
kondisi lingkungan daerah irigasi. 

11. Operasii dan pemeliharaan jaringan irigasi adalah serangkaian upaya
pengaturan air irigasi termasuk pembuangannya dan upaya menjaga serta
mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik
12. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan perbaikan jaringan irigasi guna
mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi seperti semula
13. Petani pemakai air adalah semua petani yang mendapat manfaat secara
langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi, termasuk irigasi pompa yang
meliputi pemilik sawah, penggarap sawah, penyakap sawah, pemilik kolam ikan
yang mendapat air irigasi, dan badan usaha di bidang pertanian yang
memanfaatkan air irigasi.
14. Perkumpulan petani pemakai air yang selanjutnya disebut P3A adalah
kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam
suatu daerah layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara demokratis
oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi.
15. Gabungan petani pemakai air yang selanjutnya disebut GP3A adalah
kelembagaan sejumlah P3A yang bersepakat bekerja sama memanfaatkan air
irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan
beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi.
16. Induk petani pemakai air yang selanjutnya disebut IP3A adalah kelembagaan
sejumlah GP3A yang bersepakat bekerja sama untuk memanfaatkan air irigasi
dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok primer, gabungan beberapa blok
primer, atau satu daerah irigasi.
17. Pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air adalah upaya penguatan dan
peningkatan kemampuan P3A/GP3A/IP3A yang meliputi aspek kelembagaan,
teknis dan pembiayaan dengan dasar keberpihakan kepada petani melalui
pembentukan, pelatihan, pendampingan, dan menumbuhkembangkan
partisipasi.
18. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

8
19. Pemerintah provinsi adalah gubernur dan perangkat daerah provinsi lainnya
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
20. Pemerintah kabupaten/kota adalah bupati/walikota dan perangkat daerah
kabupaten/kota lainnya sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
21. Komisi irigasi provinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara wakil
pemerintah provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat daerah
irigasi, wakil pengguna jaringan irigasi pada provinsi, dan wakil komisi irigasi
kabupaten/kota yang terkait.
22. Komisi irigasi antarprovinsi adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah kabupaten/kota yang terkait, wakil komisi irigasi provinsi yang
terkait, wakil perkumpulan petani pemakai air, dan wakil pengguna jaringan
irigasi di suatu daerah irigasi lintas provinsi.
23. Komisi irigasi kabupaten/kota adalah lembaga koordinasi dan komunikasi antara
wakil pemerintah kabupaten/kota, wakil perkumpulan petani pemakai air tingkat
daerah irigasi, dan wakil pengguna jaringan irigasi pada kabupaten/kota.
24. Dinas adalah instansi pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota yang
membidangi irigasi.
E. Dasar Hukum

Peraturan perundang-undangan terkait dengan Kelembagaan Pengelolaan Irigasi


adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air;


2. Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1984 tentang Pembinaan P3A
3. Permen PUPR No. 8/PRT/M/2015 tentang Penetapan Sempadan Jaringan Irigasi
4. Peraturan Menteri PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi;
5. Peraturan Menteri PUPR No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan
Status Daerah Irigasi;
6. Peraturan Menteri PUPR No. 17/PRT/M/2015 tentang Komisi Irigasi;
7. Peraturan Menteri PUPR No. 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi.

F. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok:


1. Materi pokok 1 : Instansi Pemerintah yang membidangi irigasi
1.1 Kelembagaan di Tingkat Pemerintah Pusat

9
1.2 Kelembagaan di Tingkat Pemerintah Provinsi
1.3 Kelembagaan di Tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota
1.4 Kelembagaan di Tingkat Lapangan
1.5 Wewenang dan Tanggung jawab
2. Materi Pokok 2 : Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
2.1. Perkembangan perkumpulan petani pemakai air
2.2. Azas, Sifat dan Ciri-ciri
2.3. Pembentukan P3A, GP3A dan IP3A
2.4. Organisasi dan Kepengurusan P3A, GP3A, dan IP3A
2.5. Keanggotaan
2.6. Wilayah Kerja
2.7. Hubungan Kerja dan Hubungan Fungsional
3. Materi Pokok 3 : Komisi Irigasi
3.1. Komisi Irigasi Provinsi
3.2. Komisi Irigasi Antar Provinsi
3.3. Komisi Irigasi Kabupaten/Kota

10
MATERI POKOK 1

INSTANSI PEMERINTAH YANG MEMBIDANGI IRIGASI

A. Kelembagaan Ditingkat Pemerintah Pusat


1. Instansi pemerintah yang dimaksudkan dalam hal ini adalah instansi-instansi
pemerintah baik ditingkat Pusat, provinsi maupun kabupaten/kota yang
mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam pengelolaan sistem irigasi.
2. Di tingkat Pusat, kementerian yang membidangi Sumber Daya Air (SDA)
berada pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan
secara khusus berada pada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
3. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dalam melaksanakan pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi dilengkapi adanya Direktorat terkait antara lain
: Direktorat Bina Pendayagunaan SDA, Direktorat Pengembangan Jaringan
SDA, Direktorat Irigasi dan Rawa, Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan.
4. Terkait dengan pengelolaan SDA, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat telah dilengkapi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
yang membidangi Sumber Daya Air ditingkat lapangan/daerah yang dikenal
dengan nama Balai Wilayah Sungai atau Balai Besar Wilayah Sungai
(BWS/BBWS) yang jumlahnya saat ini mencapai 34 buah BWS/BBWS
diseluruh Indonesia.
5. Disamping di lingkungan Direktorat Jenderal sumber daya air, sekurang-
kurangnya terdapat tiga kementerian/lembaga yang terkait dengan
pengelolaan sistim irigasi yaitu : (1) Bappenas, (2) Kementerian Dalam Negeri
dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Bangda)
terkait kelembagaan dan masyarakat, dan (3) Kementerian Pertanian dalam
hal ini adalah Direktorat Jenderal Penyediaan Sarana Pertanian terkait
dengan pemanfaatan air irigasi.
B. Kelembagaan Ditingkat Pemerintah Provinsi
1. Pengelolaan irigasi yang menjadi wewenang dan tanggungjawab pemerintah
provinsi pada prinsipnya dilaksanakan melalui Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dengan nama seperti Dinas PU, PU-Pengairan, Kimpraswil,
Pengelolaan SDA, dan sebagainya. Umumnya SKPD yang dibentuk bukan
hanya untuk pengelolaan irigasi saja, akan tetapi lebih luas lagi seperti
pengelolaan SDA, pengelolaan bidang pekerjaan umum, dan bahkan
pengelolaan energi dan sumber daya mineral.

2. Unit yang menangani pengelolaan irigasi berada Kepala Bidang/Subdinas


O&P dan Kepala Seksi OP) dan untuk melaksanakan tugas-tugas OP di

11
lapangan sehari-hari di sebagian provinsi dilaksanakan oleh Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) yang dikenal dengan Balai Pengelolaan SDA (BPSDA).
C. Kelembagaan Ditingkat Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Pengelolaan irigasi yang menjadi wewenang dan tanggungjawab pemerintah
kabupaten/kota pada prinsipnya sama dengan pelaksanaan pengelolaan
irigasi di tingkat provinsi, yaitu dilaksanakan melalui Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dengan nama yang berbeda-beda dan tidak hanya untuk
lingkup pengelolaan irigasi saja, akan tetapi lebih luas lagi.

2. Unit yang menangani pengelolaan irigasi berada Kepala Bidang/Subdinas


O&P dan Kepala Seksi OP) dan untuk melaksanakan tugas-tugas OP di
lapangan sehari-hari di sebagian kabupaten/kota dilaksanakan oleh Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang dikenal dengan
Mantri/Pengamat/Kepala Ranting yang dibantu para Juru Pengairan para
penjaga bendung, penjaga pintu air danpekerja O&P.
D. Wewenang dan Tanggungjawab
1. Pemerintah Pusat
Wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Pusat dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi adalah :
a. Menetapkan kebijakan nasional pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi.
b. Menetapkan status daerah irigasi yang sudah dibangun dengan
melibatkan pemerintah daerah terkait.
c. Melaksanakan pengembangan sistem irigasi pimer dan sekunder pada
daerah irigasi yang luasnya lebih dari 3000 ha, atau pada daerah irigasi
lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis
nasional.
d. Melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada
daerah irigasi yang luasnya lebih besar 3000 ha, atau pada daerah
irigasi yang lintas provinsi, daerah irigasilintas negara dan daerah irigasi
strategis nasional.
e. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antarprovinsi dalam
pengembangan danpengelolaan sistem irigasi.
f. Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya
lebih besar 3000 ha, atau pada daerah irigasi yang lintas provinsi,
daerah irigasi lintas negara dan daerah irigasistrategis nasional.
g. Memberikan bantuan teknis dalam pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi kepada pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota
h. Memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi tanggung jawab

12
masyarakat petani atas permintaannya berdasarkan prinsip
kemandirian.

2. Pemerintah Provinsi
Wewenang dan tanggungjawab pemerintah provinsi dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi adalah :
a. Menetapkan kebijakan provinsi dalam pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi diwilayahnya berdasarkan kebijakan nasional dengan
mempertimbangkan kepentinganprovinsi sekitarnya.
b. Melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada
daerah irigasi lintas kabupaten/kota dengan luas 1.000 – 3.000 ha.
c. Melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada
daerah irigasi yang luasnya antara 1000-3000 ha, atau pada daerah
irigasi yang lintas kabupaten/kota.
d. Memberi rekomendasi teknis kepada pemerintah kabupaten/kota atas
penggunaan dan pengusahaan tanah untuk irigasi yang diambil dari
cekungan air tanah lintaskabupatenkota untuk irigasi.
e. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/kota dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
f. Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sistem irigasiprimer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya
antara 1000-3000 ha, atau padadaerah irigasi yang lintas
kabupaten/kota.
g. Memberikan bantuan teknis dalam pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi kepadapemerintah kabupaten/kota
h. Memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi tanggung jawab
masyarakat petani atas permintaannya berdasarkan prinsip
kemandirian.
i. Membentuk komisi irigasi provinsi

3. Pemerintah Kabupaten/Kota
Wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/kota dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi adalah :
a. Menetapkan kebijakan kabupaten/kota dalam pengembangan dan
pengelolaan system irigasi berdasarkan kebijakan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi nasional dan provinsi dengan memberhatikan
kepentingan kabupaten/kota sekitarnya.
b. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer
dan sekunder pada daerah irigasi utuh dalam 1 (satu) kabupaten/kota
yang luasnya dibawah 1000 ha.

13
c. Menetapkan kebijakan kabupaten/kota pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi.
d. Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan
sistem irigasiprimer dan sekunder pada daerah irigasi dalam satu
kab/kota yang luasnya dibawah 1000ha.
e. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antar daerah irigasi yang berada
dalam satu kabupaten/kota yang berkaitan dengan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi
f. Melaksanakan pemberdayaan P3A.
g. Memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam pengembangan
dan pengelolaansistem irigasi yang menjadi tanggung jawab
masyarakat petani atas permintaannyaberdasarkan prinsip
kemandirian.
h. Membentuk komisi irigasi kabupaten/kota

E. Kebijakan dalam pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi


1. Kebijakan Pemerintah Pusat dalam mengelola sistem irigasi yang menjadi
kewenangannya, khususnya dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi dilaksanakan secara sendiri oleh Pemerintah Pusat dan/atau
dilimpahkan kepada kepada pemerintah daerah secara Tugas Pembantuan
(TP).
2. Tugas Pembantuan (TP) adalah penugasan Pemerintah Pusat kepada
pemerintah daerah, baik kepada pemerintah provinsi maupun pemerintah
kabupaten/kota untuk melaksanakan tugas tertentu, dalam hal ini adalah
pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan irigasi.
3. Tugas Pembantuan (TP) OP Jaringan irigasi kepada pemerintah provinsi
adalah pada daerah-daerah irigasi yang tidak lintas provinsi, artinya DI
Lintas provinsi ini ditangani oleh Pemerintah Pusat melalui BBWS/BWS.
4. Dalam pelaksanaannya TP OP Jaringan irigasi oleh provinsi ini umumnya
dilakukan bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota.
5. Diaharapkan pemerintah provinsi juga dapat memberikan Tugas
Pembantuan (TP) daerah-daerah irigasi yang menjadi kewenangannya
kepada pemerintah kabupaten/kota.
6. BBWS/BWS mempunyai tugas melakukan pemantauan dan evaluasi pada
pelaksanaan TP-OP

F. Organisasi Pelaksana Operasi dan Pemeliharaan di Tingkat Lapangan


Organisasi Pelaksana Operasi dan Pemeliharaan di Tingkat Lapangan bernama
: UPTD/Korwil/Cabang Dinas/Pengamat Pengairan/Irigasi yang dipimpin oleh
Kepala UPTD/Korwil/Cabang Dinas/Pengamat Pengairan/Irigasi dibantu oleh
Juru/Mantri Pengairan, Petugas Operasi Bendung (POB), Petugas Pintu Air
(PPA), Staf Pengamat, dan Pekerja Saluran (Pekarya).

14
1. Tugas pokok dan Fungsi Petugas O&P

a. Pengamat/Ranting/UPTD
b. Mantri/Juru
c. Staf Ranting/Pengamat/UPTD/Cabang Dinas/Korwil
d. Petugas Operasi Bendung (POB)
e. Petugas Pintu Air (PPA)
f. Pekerja/Pekarya Saluran (PS)

2. Kebutuhan Tenaga Pelaksana Operasi dan Pemeliharaan


a) Kepala Ranting/pengamat/ : 1 orang + 5 staff per 5000 – 7500 Ha
UPTD/cabang dinas/korwil
b) Mantri / Juru pengairan : 1 orang per 750 – 1.500 Ha
c) Petugas Operasi Bendung (POB) : 1 orang per bendung, dapat
ditambah beberapa pekerja untuk
bendung besar
d) Petugas Pintu Air (PPA) : 1 orang per 3 – 5 bangunan sadap dan
bangunan bagi pada saluran berjarak
antara 2 - 3 km atau daerah layanan 150 sd.
500 ha
e) Pekerja/pekarya Saluran (PS) : 1 orang per 2-3 km panjang saluran

3. Kompetensi Petugas Pemeliharaan


Tabel 1.3. - Kompetensi Petugas Pemeliharaan
Pendidikan
Jabatan Kompetensi Fasilitas
Minimal

Kepala Ranting/ Mampu melaksanakan Sarjana Muda / Mobil pick up


pengamat/ UPTD/ tupoksi untuk areal D-III Teknik Sipil
Rumah dinas
cabang dinas/ korwil/ irigasi 5.000-7.500 Ha
Pengamat Alat komunikasi

15
Pendidikan
Jabatan Kompetensi Fasilitas
Minimal

Juru / Mantri Mampu melaksanakan STM Bangunan Sepeda motor


Pengairan tupoksi untuk areal
Alat komunikasi
irigasi 750-1.500 Ha

Petugas Operasi Mampu melaksanakan ST, SMP Sepeda


Bendung tupoksi
Alat komunikasi

Petugas Pintu Air Mampu melaksanakan ST, SMP Sepeda


tupoksi
Alat komunikasi

Pekerja/Pekarya Mampu melaksanakan SD Alat kerja pokok


saluran tupoksi

4. Struktur Organisasi Petugas O&P di Lapangan

PENGAMAT / UPTD
PENGAIRAN

STAF TATA STAF OPERASI STAF


USAHA PEMELIHARAAN

JURU JURU JURU


PENGAIRAN PENGAIRAN PENGAIRAN

POB/PPA PPA PPA

Gambar 1.4. Struktur Organisasi Petugas O&P

16
MATERI POKOK 2

PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR

A. Perkembangan perkumpulan petani pemakai air


Organisasi ini ada semenjak air irigasi menjadi bagian dari kehidupan dalam
budidaya pertanian. Pada awalnya, kelembagaan seperti ini umumnya terkait
dengan pemerintahan desa sebagai pusat pengaturan kegiatan kemasyarakatan
di desa, misalnya Jogotirto dan Ulu-ulu di Jawa Timur dan Jawa Tengah, namun
demikian dibeberapa daerah juga sudah terdapat kelembagaan yang mengakar
dalam masyarakat atau mandiri misalnya Subak di Bali.

Pada Era Pembangunan Lima Tahun (Pelita), seiring dengan upaya pencapaian
swasembada pangan khususnya beras diupayakan pengembangan jaringan
irigasi, baik pembangunan baru maupun rehabilitasi termasuk pengembangan
jaringan irigasi tersier. Disamping prasarana irigasi tersebut yang juga tidak kalah
penting adalah dukungan kelembagaan petani pemakai air dalam pengelolaan air
di tingkat tersier yang merupakan satu kesatuan dalam sistem pengelolaan air
irigasi dari jaringan primer, sekunder dan tersier. Untuk alasan itulah perlunya
organisasi perkumpulan petani pemakai air didorong pemerintah untuk dibentuk pada
setiap petak tersier.Disamping didorong untuk dibentuk yang juga tidak kalah
pentingnya adalah pemberdayaan secara intensif perkumpulan petani pemakai air
ini dalam upaya peningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan
air di tingkat usaha tani.

Upaya pemberdayaan ini dengan berbagai metode terus menerus dilakukan dalam
upaya membentuk kelembagaan perkumpulan petani pemakai air yang mandiri.
Namun demikian dalam perkembangannya Kelembagaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air semenjak Pelita (Inpres I Tahun 1969) hingga saat ini mengalami
pasang surut sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang
mempengaruhinya, dengan pembinaan berada di Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, namun semenjak diterbitkannya
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

17
Pemerintahan Kabupaten/Kota, dimana pembinaannya dilakukan oleh
Kementerian Pertanian, maka eksistensi dari perkumpulan petani pemakai air ini
menjadi tidak nampak.

B. Azas, Sifat dan Ciri-ciri


Perkumpulan petani pemakai air merupakan kelembagaan pengelolaan irigasi
yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi
yang dibentuk oleh petani pemakai air sendiri secara demokratis, termasuk
lembaga lokal pengelola irigasi. Setiap daerah boleh mempunyai nama sendiri-sendiri
sesuai dengan kesepakatan dan budaya masing-masing daerah, misalnya
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Jawa Barat disebut Mitra Cai, di Jawa
Tengah disebut Dharma Tirta, di Jawa Timur disebut HIPPA, di Sulawesi Selatan
disebut Mandor Way dan di Bali namanya Subak.
Organisasi perkumpulan petani pemakai air ini bersifat sosial-ekonomi dan
budaya, dan berwawasan lingkungan, serta berasaskan gotong-royong.
Perkumpulan petani pemakai air terbagi atas:
a. perkumpulan petani pemakai air (P3A) atau P3A tunggal;
b. gabungan perkumpulan petani pemakai air (GP3A); dan
c. induk perkumpulan petani pemakai air (IP3A).

C. Pembentukan P3A, GP3A dan IP3A


1. Pembentukan P3A
a. P3A dibentuk dari, oleh dan untuk petani pemakai air secara demokratis
untuk setiap daerah layanan/petak tersier atau desa dengan pengurus
berasal dari unsur petani pemakai air.
b. Pembentukan P3A dilakukan dengan proses pengambilan keputusan
dengan cara sebagai berikut :
 mengadakan kesepakatan bersama untuk membentuk P3A;
 mengikutsertakan sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah petani
pemakai air dalam satu blok layanan tersier; dan
 menyusun kepengurusan P3A.
c. Dalam pembentukan kelembagaan P3A, dapat difasilitasi oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan/atau
fihak lain.

18
2. Pembentukan GP3A
a. P3A dapat bergabung untuk membentuk GP3A.
b. GP3A dibentuk secara demokratis dari, oleh, dan untuk beberapa P3A
yang berada dalam daerah layanan/blok sekunder, gabungan beberapa
blok sekunder, atau satu daerah irigasi dengan keanggotaan sesuai
dengan masing-masing daerah layanan yang ada.
c. Pembentukan GP3A dilakukan dengan cara:
 mengadakan kesepakatan bersama untuk membentuk GP3A oleh
beberapa P3A yang berlokasi sesuai daerah layanan; dan
 menyusun kepengurusan GP3A.
d. Dalam pembentukan kelembagaan GP3A, dapat difasilitasi oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan/atau
fihak lain.

3. Pembentukan IP3A
a. GP3A dapat bergabung untuk membentuk IP3A.
b. IP3A dibentuk dari, oleh dan untuk beberapa GP3A yang berada dalam
satu daerah layanan / blok primer, gabungan beberapa blok primer atau
satu daerah irigasi dengan keanggotaan sesuai dengan masing-masing
daerah layanan yang ada.
c. Pembentukan IP3A dilakukan dengan cara:
 mengadakan kesepakatan bersama untuk membentuk IP3A oleh
beberapa GP3A yang berlokasi sesuai daerah layanan; dan
 menyusun kepengurusan IP3A.
d. Dalam pembentukan kelembagaan IP3A, dapat difasilitasi oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan/atau
fihak lain.

D. Organisasi dan Kepengurusan P3A, GP3A, dan IP3A


1. Struktur Organisasi
a. Organisasi P3A akan berkembang dengan sendirinya sesuai situasi dan
kondisi yang ada serta kebutuhankebutuhan masyarakat itu sendiri;
b. Pengembangan struktur organisasi P3A dimulai dari hal yang sederhana

19
dan mudah dicerna oleh anggota hingga menjadi organisasi yang
mengakar dalam masyarakat. Beberapa contoh struktur organisasi
P3A/GP3A/IP3A huruf a sampai huruf e. Struktur organisasi ini tidak
bersifat kaku tetapi disesuaikan dengan kebutuhan;
c. P3A terus diberdayakan untuk berkembang menjadi suatu organisasi
mandiri dan status/berbadan hukum, tetapi tidak boleh dipaksakan.
Organisasi ini dikembangkan sesuai dengan kemauan dan kemampuan
yang ada serta kebutuhan masyarakat petani melalui pendekatan
partisipatif;
d. Susunan organisasi P3A, GP3A, dan IP3A terdiri dari pengurus dan
anggota;
e. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi di dalam P3A, GP3A, dan
IP3A;
f. Ketua dan Wakil ketua, Ketua bertugas mengatur seluruh organisasi dan
mengorganisasikan berbagai kegiatan seksi; Wakil Ketua berfungsi
membantu ketua; Sekretaris mencatat atau membukukan segala
peristiwa atau kegiatan yang dilakukan oleh organisasi; Bendahara
mencatat keluar masuknya keuangan dan mengendalikan penggunaan
uang; dan Seksi adalah bidang-bidang teknis yang ditangani oleh ketua
seksi yang bertanggungjawab pada ketua; dan
g. Organisasi disebut berfungsi apabila pengurusnya aktif; aktivitas
pengurus menguntungkan anggota; dan anggota memberi kontribusi
terhadap organisasi, termasuk iuran.

20
1) Contoh Struktur Organisasi P3A (Sederhana)

RAPAT
ANGGOTA

KETUA

Sekretaris Bendahara
PelaksanTeknis /
Ulu - ulu

Ketua Blok/ Ketua Blok/ Ketua Blok/ Ketua Blok/

ANGGOTA / PETANI

Gambar 2.5. Struktur Organisasi P3A (Sederhana)


2) Contoh Struktur Organisasi P3A (Semi Komplek)

RAPAT
ANGGOTA

KETUA /
WAKIL KETUA

Sekretaris Bendahara

PelaksanTekni
s/

Ketua Blok/ Ketua Blok/ Ketua Blok/ Ketua Blok/


Kuarter Kuarter Kuarter Kuarter

ANGGOTA / PETANI

Gambar 2.2. Struktur Organisasi P3A (Semi Komplek)

21
3) Contoh Struktur Organisasi P3A (Kompleks)

RAPAT ANGGOTA

KETUA /
WAKIL KETUA

Sekretaris Bendahara

Pelaksana Teknis /
Seksi Saprodi Seksi Usaha
Ulu - ulu

KETUA BLOK/ KETUA BLOK/ KETUA BLOK/ KETUA BLOK/


KWARTER
KWARTER KWARTER KWARTER

ANGGOTA / ANGGOTA / ANGGOTA / ANGGOTA /


PETANI PETANI PETANI PETANI

Gambar 2.3. Struktur Organisasi P3A (Komplek)

22
4) Contoh Struktur Organisasi Gabungan P3A

RAPAT ANGGOTA

KETUA GP3A

WAKIL KETUA GP3A

BENDAHARA PELAKSANA SEKRETARIS

ANGGOTA GP3A

P3A - 1 P3A - 2 P3A - 3 P3A - 4 P3A - 5

Gambar 2.4. Struktur Organisasi Gabungan P3A

5) Contoh Struktur Organisasi Induk P3A

PEMBINA RAPAT ANGGOTA IP3A PENGAWAS

KETUA IP3A

WAKIL KETUA IP3A

SEKRETARIS BENDAHARA

SEKSI SEKSI

ANGGOTA IP3A

GP3A GP3A GP3A GP3A GP3A

Gambar 2.5. Struktur Organisasi Induk P3A

23
2. Kepengurusan
a. Kepengurusan P3A dipilih dari anggota P3A dalam rapat anggota;
b. Kepengurusan GP3A dipilih dari wakil unit P3A pada sebagian daerah irigasi
atau pada jaringan irigasi sekunder di wilayah kerjanya;
c. Kepengurusan IP3A dipilih dari wakil unit GP3A yang berada pada satu daerah
irigasi atau jaringan primer / induk di wilayah kerjanya;
d. Susunan pengurus tergantung kebutuhan yang dikehendaki oleh anggota; dan
e. Lama kerja kepengurusan, susunan, kewajiban, tugas dan tanggung jawab diatur
dalam AD dan ART.

E. Keanggotaan
1. Anggota
Anggota P3A terdiri atas petani yang mendapatkan manfaat secara
langsung dari pelayanan petak tersier, irigasi pompa, dan irigasi
perdesaan yang mencakup :

a. Pemilik atau penggarap sawah;


b. Penyewa atau penyakap sawah;
c. Pemilik atau pengelola kolam ikan ;
d. Pengelola sawah bengkok;
e. Pengguna air irigasi lainnya;
f. Anggotan GP3A adalah wakil-wakil unit P3A yang berada pada daerah
layanan blok sekunder, gabungan beberapa blok sekunder atau satu daerah
irigasi; dan
g. Anggota IP3A adalah wakil-wakil GP3A yang berada pada daerah layanan
blok primer, gabungan beberapa blok primer atau satu daerah irigasi dan
ditambah wakil dari sekurang-kurangnya 1/3 (sepertiga) jumlah P3A pada
setiap gabungan P3A.

F. Wilayah Kerja
1. Wilayah kerja P3A, GP3A, dan IP3A dapat mengikuti batas wilayah hidrologis
atau wilayah desa;

24
2. Wilayah kerja P3A didasarkan pada daerah layanan/petak tersier atau
wilayah desa dalam satu daerah irigasi sesuai dengan kesepakatan para
anggota;
3. Wilayah kerja GP3A didasarkan pada daerah layanan/blok sekunder dalam
satu daerah irigasi sesuai dengan kesepakatan para anggota; dan
4. Wilayah kerja IP3A didasarkan pada satu daerah irigasi secara utuh sesuai
dengan kesepakatan para anggota.

G. Hubungan Kerja dan Hubungan Fungsional


1. Hubungan kerja P3A dengan GP3A dan IP3A dalam Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif (PPSIP) bersifat koordinatif sesuai
dengan tanggung jawab masing-masing.
2. Hubungan kerja P3A/GP3A/IP3A dengan Pemerintah kabupaten/kota
bersifat fungsional dan/atau konsultatif meliputi antara lain :
a. Pemberian bimbingan teknis di bidang organisasi, teknis irigasi dan
pertanian serta keuangan ;
b. Pemberian bantuan dalam pengembangan dan pengelolaan irigasi
atas dasar permintaan ;
c. Partisipasi dalam evaluasi pengelolaan asset jaringan irigasi; dan
d. Penentuan prioritas penggunaan biaya O & P dan rehabilitasi sesuai
dengan ketersediaan dana pemerintah kabupaten/kota.
3. Hubungan kerja P3A/GP3A/IP3A dengan komisi irigasi bersifat koordinatif
untuk menyalurkan aspirasi dan memperjuangkan hak/kepentingan
P3A/GP3A/IP3A dalam pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi
pada suatu wilayah administrasi pemerintahan.
4. Hubungan kerja P3A/GP3A/IP3A dengan Lembaga Non-Pemerintah
sifatnya kooperatif dan konsultatif dalam hal mendapatkan bantuan dan
fasilitas yang tidak mengikat.
5. Hubungan kerja P3A/GP3A/IP3A dengan Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air (TKPSDA) bersifat koordinatif untuk menyalurkan aspirasi
dan memperjuangkan hak/kepentingan dalam pengembangan dan
pengelolaan irigasi partisipatif pada suatu wilayah sungai.

25
MATERI POKOK 3

KOMISI IRIGASI

A. Pengertian
1. Pengertian Komisi Irigasi (Komir) secara umum adalah lembaga koordinasi
dan komunikasi antara unsur-unsur dari pemerintah, dari perkumpulan petani
pemakai air, dan unsur dari pengguna jaringan irigasi lainnya.
2. Berdasarkan wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan sistem
irigasi, Komir dapat terdiri dari Komir kabupaten/kota, Komir provinsi dan
Komir antarprovinsi, sedangkan pada sistem irigasi multiguna dapat dibetuk
forum koordinasi daerah irigasi.

B. Maksud dan tujuan


Maksud dan tujuan dibentuknya Komisi Irigasi (Komir) adalah dalam upaya
mewujudkan keterpaduan dalam pengelolaan sistem irigasi di setiap provinsi atau
kabupaten/kota.

C. Kedudukan Dan Wilayah Kerja


1. Kedudukan
a. Komisi Irigasi provinsi atau kabupaten/kota dibentuk oleh gubernur atau
bupati/walikota dan berkedudukan di ibu kota provinsi atau ibu kota
kabupaten/kota.
b. Komisi Irigasi antar provinsi dapat dibentuk atas kesepakatan para
gubernur yang bersangkutan pada sistem irigasi lintas provinsi dan
berkedudukan di ibu kota provinsi bersangkutan secara bergantian.

2. Wilayah Kerja
a. Wilayah kerja Komisi Irigasi provinsi meliputi :

1) daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung


jawab pemerintah daerah provinsi yang meliputi daerah irigasi yang
luasnya 1000 ha sampai dengan 3000 ha atau pada daerah irigasi yang
bersifat lintas kabupaten/kota; dan

2) daerah irigasi strategis nasional dan daerah irigasi yang luasnya lebih

26
dari 3000 ha yang bersifat lintas kabupaten/kota, baik yang sudah
ditugas- pembantuankan maupun yang belum ditugas-pembantuankan
dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah provinsi.

b. Wilayah kerja Komisi Irigasi antar provinsi meliputi :

1) Daerah irigasi lintas provinsi, baik yang sudah ditugas-pembantuankan


maupun yang belum ditugas-pembantuankan kepada provinsi yang
bersangkutan.

c. Wilayah kerja Komisi Irigasi kabupaten/kota meliputi :

1) daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung


jawab kabupaten/kota yang meliputi daerah irigasi yang luasnya kurang
dari 1000 ha;
2) daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung
jawab pemerintah daerah provinsi yang meliputi daerah irigasi yang
luasnya 1000 ha sampai dengan 3000 ha yang berada dalam satu
kabupaten/kota yang sudah ditugas-pembantuankan dari pemerintah
dareah provinsi kepada pemerintah daerah kabupaten/kota;
3) daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung
jawab Pemerintah Pusat yang meliputi daerah irigasi yang luasnya lebih
dari 3000 ha dan daerah irigasi strategis nasional yang berada dalam
satu kabupaten/kota, baik yang sudah ditugas-pembantuankan maupun
yang belum ditugas-pembantuankan dari Pemerintah Pusat kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota; dan
4) daerah irigasi desa.

D. Fungsi Komisi Irigasi.


Komisi irigasi antarprovinsi/provinsi atau Komisi Irigasi kabupaten/kota
menyelenggarakan fungsi koordinasi dan komunikasi antara pemerintah, komisi
irigasi terkait, perkumpulan petani pemakai air dan pengguna jaringan irigasi
lainnya.

27
E. Tugas Komisi Irigasi

Komisi irigasi mempunyai tugas membantu gubernur atau bupati/walikota dalam


membuat kebijakan sesuai dengan kewenangannya, meliputi:
1. merumuskan rencana kebijakan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kondisi dan fungsi irigasi;
2. merumuskan rencana tahunan penyediaan, pembagian, dan pemberian air
irigasi yang efisien bagi pertanian dan keperluan lain;
3. merekomendasikan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi melalui forum
musyawarah pembangunan;
4. memberikan pertimbangan mengenai izin alih fungsi lahan beririgasi;
5. merumuskan rencana tata tanam yang telah disiapkan oleh dinas instansi
terkait dengan mempertimbangkan data debit air yang tersedia pada setiap
daerah irigasi, pemberian air serentak atau golongan, kesesuaian jenis
tanaman, serta rencana pembagian dan pemberian air;
6. merumuskan rencana pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang
meliputi prioritas penyediaan dana, pemeliharaan, dan rehabilitasi;
7. memberikan masukan dalam rangka evaluasi pengelolaan aset irigasi;
8. memberikan pertimbangan dan masukan atas pemberian izin alokasi air untuk
kegiatan perluasan daerah layanan jaringan irigasi dan peningkatan jaringan
irigasi;
9. memberikan masukan atas penetapan hak guna pakai air untuk irigasi dan
hak guna usaha untuk irigasi kepada badan usaha, badan sosial, ataupun
perseorangan;
10. membahas dan memberi pertimbangan dalam mengatasi permasalahan
daerah irigasi akibat kekeringan, kebanjiran, dan akibat bencana alam lain;
11. memberikan masukan dan pertimbangan dalam proses penetapan peraturan
daerah tentang irigasi;
12. memberikan masukan dan pertimbangan dalam upaya menjaga keandalan
dan keberlanjutan sistem irigasi; dan
13. melaporkan hasil kegiatan kepada gubernur atau bupati/walikota mengenai
program dan progres, masukan yang diperoleh, serta melaporkan kegiatan
yang dilakukan selama 1 (satu) tahun.

28
F. Susunan Organisasi

1. Pengurus komisi irigasi terdiri atas :


a. Ketua;
b. Ketua harian;
c. Sekretaris;
d. Ketua bidang bila diperlukan; dan
e. Anggota
2. Ketua dijabat oleh Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda)
3. Ketua harian dijabat oleh kepala dinas yang membidangi irigasi
4. Sekertaris terdiri atas :
a. Sekretaris I dijabat oleh kepala subdinas yang membidangi
pengembangan dan pengelolaan irigasi
b. Sekretaris II dijabat oleh kepala subdinas atau kepala seksi yang
membidangi pemanfaatan air pada dinas pertanian
5. Kepala Bidang diketuai oleh wakil/unsur nonpemerintah dari wakil
perkumpulan petani pemakai air atau pengguna jaringan irigasi lainnya.
6. Anggota dapat dikelompokkan sesuai dengan kelompok bidang yang
diperlukan dan disepakati.
7. Pengurus dapat didampingi oleh tenaga ahli dan tenaga teknis yang sudah
berpengalaman dan berwawasan luas dalam pengembangan dan
pengelolaan irigasi.
8. Kegiatan ketatausahaan dan administrasi teknis dilakukan di kantor
Sekretariat Tetap yang berada di kantor dinas yang membidangi irigasi.
Sekretariat Tetap dipimpin oleh seorang kepala sekretariat yang dijabat oleh
pejabat dinas provinsi atau kabupaten/kota yang membidangi irigasi, dibantu
oleh pelaksana tetap sekurang-kurangnya satu orang karyawan.

29
Contoh Struktur Organisasi Komisi Irigasi

KETUA

TENAGA KETUA
AHLI HARIAN

TENAGA
SEKRETARIS
TEKNIS

KETUA KETUA KETUA


BIDANG BIDANG BIDANG

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

Gambar 3.1. Contoh Struktur Organisasi Komisi Irigasi

G. Keanggotaan

1. Secara prinsip keanggotaan Komisi Irigasi terdiri atas wakil pemerintah dan
non pemerintah :
a. Wakil pemerintah
b. Wakil perkumpulan petani pemakai air
c. Wakil kelompok pengguna jaringan irigasi lainnya, dan
d. Wakil komisi irigasi kabupaten/kota (untuk komir provinsi)
2. Keanggotaan dari unsur pememerintah meliputi wakil-wakil dari sekretariat
daerah, dinas teknis yang membidangi irigasi, dinas teknis yang
membidangi pertanian, lembaga/badan yang membidangi perencanaan
pembangunan, dan wakil dari dinas teknis terkait lainnya.
3. Keanggotaan dari unsur non-pemerintah meliputi wakil dari unsur
perkumpulan petani pemakai air, dan wakil dari pengguna jaringan irigasi
lainnya yang dilpilih secara proporsional dan keterwakilan.
4. Keanggotaan komisi irigasi antarprovinsi beranggotakan wakil pemerintah
kabupaten/kota terkait, wakil perkumpulan petani pemakai air pada daerah

30
irigasi lintas provinsi, wakil kelompok pengguna jaringan irigasi lintas
provinsi, danwakil komisi irigasi provinsi yang terkait.
5. Keanggotaan Komisi Irigasi Provinsi beranggotakan wakil pemerintah
provinsi, wakil perkumpulan petani pemakai air pada daerah irigasi lintas
kabupaten/kota dan daerah irigasi yang menjadi wewenang provinsi yang
bersangkutan, wakil kelompok pengguna jaringan irigasi lainnya, dan wakil
komisi irigasi kabupaten/kota yang terkait, dengan prinsip keanggotaan
proporsional dan keterwakilan daerah irigasi hulu, tengah, hilir dan luas
daerah irigasi.
6. Keanggotaan komisi irigasi kabupaten/kota beranggotakan wakil
pemerintah dan wakil non-pemerintah yang meliputi wakil petani pemakai
air pada daerah irigasi di wilayah kabupaten/kota dan atau wakil kelompok
pengguna jaringan irigasi lainnya dengan prinsip keterwakilan.

H. Forum Koordinasi Daerah Irigasi

1. Dalam sistem irigasi yang multiguna dapat diselenggarakan Forum


Koordinasi Daerah Irigasi (FKDI).
2. Daerah irigasi multiguna yang dimaksud yang pemanfaatannya untuk
berbagai komodite antara lain : tanaman padi, perikanan, air minum,
penggunaan lainnya
3. FKDI merupakan sarana konsultasi dan komunikasi antara wakil
perkumpulan petani pemakai air, wakil pengguna jaringan irigasi, dan wakil
pemerintah dalam rangka pengelolaan irigasi yang jaringannya berfungsi
multiguna pada suatu daerah irigasi.
4. Pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota memfasilitasi
terselenggaranya Forum Koordinasi Daerah Irigasi (FKDI).

31
PENUTUP

Lembaga Pengelolaan Irigasi keberadaannya sangat menentukan terhadap


keberlangsungan pengelolaan irigasi guna pelayanan irigasi kepada masyarakat petani.

Instansi pemerintah mulai Pusat, provinsi dan kabupaten/kota melaksanakan


pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi sesuai kewenangannya

Komisi irigasi sebagai wadah koordinasi dan komunikasi perannya sangat membantu
dalam rangka penentuan pola dan rencana tata tanam termasuk mendukung
keberhasilan dalam proses pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi

Perkumpulan petani pemakai air (P3A) wajib dibentuk agar dapat melakukan
pengelolaan sistem irigasi tersier dengan baik terinintegrasi dengan sistem irigasi utama
yang merupakan satu kesatuan sistem irigasi secara utuh mulai jaringan utama dan
tersier.

GP3A/IP3A dibentuk agar dapat berpartisifasi dalam pelaksanaan pengelolaan sistem


irigasi utama.

Hubungan kerja antar komisi irigasi dan dengan instansi terkait bersifat konsultatif dan
koordinatif.

A. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang paling
benar!

1) Kelembagaan pengelolaan irigasi terdiri dari 3 (tigas) unsur utama sebagaimana


tersebut dibawah ini kecuali :
a. Instansi Pemerintah yang membidangi irigasi
b. Instansi Pemerintah yang membidangi pertanian
c. Perkumpulan petani pemakai air
d. Komisi Irigasi

2) Basis wilayah kerja P3A pada suatu daerah irigasi sebagaimana tersebut
dibawah ini kecuali :
a. Per-petak tersier

32
b. Per-petak Sekunder
c. Per-Desa
d. Beberapa petak tersier dalam 1 desa

3) Komisi Irigasi yang wilayah kerjanya pada daerah irigasi lintas provinsi disebut :
a. Komisi irigasi kabupaten
b. Komisi irigasi provinsi
c. Komisi irigasi pusat
d. Komisi Irigasi antarprovinsi

4) Komisi irigasi provinsi yang mempunyai wilayah kerja pada daerah irigasi yang
lokasinya di kabupaten/kota, maka pembentukan komirnya oleh :
a. Bupati/walikota
b. Gubernur
c. Gubernur atas usulan bupati/walikota
d. Bupati/walikota atas usulan Gubernur

5) Lembaga/Organisasi pelaksana OP irigasi di tingkat lapangan adalah :


a. UPTD/Pengamat Pengairan
b. PPL
c. Perwakilan Balai
d. UPTD Pertanian

6) Komisi Irigasi diatur dalam Permen PUPR sebagaimana tersebut dibawah ini :
a. Permen PU : 31/PRT/M/2007
b. Permen PUPR : 17/PRT/M/2015
c. Permen PUPR : 16/PRT/M/2013
d. Permen PUPR : 21/PRT/M/2015

7) Sesuai Permen PUPR yang mengatur tentang Komisi Irigasi, jabatan ketua Komir
dijabat oleh ……..
a. Kepala Bappeda
b. Kepala Bappeda Kabupaten/Kota
c. Kepala Bappeda Provinsi
d. Kepala Dinas yang membidangi irigasi

8) Susunan organisasi pelaksana OP di lapangan dengan urutan sebagai berikut :


a. Kasie, UPTD/pengamat, juru/mantri pengairan, PPA

33
b. UPTD/pengamat, juru/mantri pengairan, POB, PPA
c. Juru/mantri pengairan, POB, PPA, Pekarya
d. Korwil, POB, PPA, Pekarya

9) Tugas dan wewenang P3A dalam pengelolaan sistem irigasi adalah …..
a. Berpartisipasi dalam pengelolaan sistem irigasi utama
b. Pengelolaan sistem irigasi tersier
c. Pengelolaan sistem irigasi sekunder
d. Pengelolaan sistem irigasi desa

10) Penyusunan/merumuskan Rencana Tata Tanam (RTT) pada daerah irigasi


dengan luas lebih 3.000 ha yang berlokasi utuh dalam 1 (satu) kabupaten/kota
merupakan tugas dari …..
a. Komisi irigasi provinsi
b. Komisi irigasi kabupaten/kota
c. Komisis irigasi antar provinsi
d. Semua benar

B. Rangkuman :
Kegiatan belajar 1 ini membahas mengenai kedudukan, wilayah kerja, tugas dan
fungsi kelembagaan irigasi.
1. Komisi irigasi provinsi berkedudukan di ibukota provinsi yang dibentuk dengan
keputusan gubernur serta bertanggung jawab secara langsung kepada gubernur.
Komisi irigasi provinsi memiliki wilayah kerja meliputi daerah irigasi strategis
nasional dan daerah irigasi yang bersifat lintas kabupaten/kota. Komisi irigasi ini
membentuk garis koordinasi dengan pemerintah provinsi, komisi irigasi
kabupaten/kota serta perkumpulan petani pemakai air disekitar daerah irigasi.
2. Komisi irigasi antar provinsi dibentuk atas kesepakatan para gubernur yang
bersangkutan pada wilayah sistem irigasi lintas provinsi. Komisi ini berkedudukan
disalah satu ibukota provinsi yang telah disepakati dengan tenggang waktu
sekurang-kurangnya satu tahun secara bergiliran.
3. Komisi irigasikabupaten/kota dibentuk dengan keputusan bupati/walikota dan
berada di bawah serta bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota.
Komisi irigasi Kabupaten/Kota berkedudukan di ibukota kabupaten/kota dengan
wilayah kerja di daerah irigasi strategis nasional yang berada dalam satu
kabupaten/kota.

34
4. Tugas pokok, fungsi dan kebutuhan tenaga pelaksana operasi dan pemeliharaan
disesuaikan berdasarkan kedudukan dan tanggung jawab petugas di lapangan.
5. Untuk menjadi seorang petugas pemeliharaan, ada kompetensi dan persyaratan
pendidikan yang harus dipenuhi oleh masing-masing jabatan.
6. Organisasi irigasi dan pelaksanaan OP terdiri dari Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A), Gabungan Himpunan Petani Pemakai Air (GP3A) dan Panitia
Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) . Ketiga organisasi tersebut pada
pelaksanaannya melakukan kerjasama dengan Dinas Pengairan Kabupaten dan
komisi irigasi.

C. Evaluasi Kegiatan Belajar :


Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk
diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah
cukup untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam
melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:
a. Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku
setelah mengikuti proses pembelajaran / pepelatihan;
b. Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh
peserta belajar itu sendiri (Self Evaluation);
c. Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan;
d. Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau
berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat;
e. Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan
program pendidikan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program;
f. Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan
sikap dan perilaku.

Evaluasi terhadap pemahaman materi sebagai berikut :


1. Jika peserta dapat menjawab > 80% maka pemahaman terhadap Kelembagaan
Pengelolaan Irigasi sangat baik.
2. Jika peserta dapat menjawab 60-79% maka pemahaman terhadap Kelembagaan
Pengelolaan Irigasi baik.
3. Jika peserta dapat menjawab 40-59% maka pemahaman terhadap Kelembagaan
Pengelolaan Irigasi cukup.

35
4. Jika peserta dapat menjawab < 40% maka pemahaman terhadap Kelembagaan
Pengelolaan Irigasi kurang.

D. Umpan Balik & Tindak Lanjut


Setelah peserta mengikuti pelatihan mengenai kelembagaan pengelola irigasi dan
hasil evaluasi belajar, maka instruktur dan peserta dapat menilai seberapa jauh
keberhasilan pepelatihan yang diberikan.

Sebagai bahan tindak lanjut adalah memperdalam materi tersebut dengan mengacu
pada dasar hukum/peraturan yang terkait kelembagaan pengelolaan irigasi,
pedoman serta daftar pustaka. Disamping itu anda perlu mempraktekkan metode-
metode tersebut selama proses pembelajaran maupun pasca pembelajaran, karena
ilmu tanpa dipraktekkan/diamalkan tidak ada artinya

E. Kunci Jawaban Soal


1) b
2) b
3) d
4) b
5) a
6) b
7) a
8) b
9) b
10) b

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara No: 5 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penulisan Modul Pendidikan dan Pelatihan
2. Modul Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatf Edisi ke-3 Desember 2005 oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kerjasama Japan
International Coorperation Agency (JICA)

37
GLOSARI

1. KPI : Kelembagaan Pengelolaan Irigasi


2. P3A : Perkumpulan Petani Pemakai Air
3. GP3A : Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air
4. IP3A : Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air
5. Komir : Komisi Irigasi

38

Anda mungkin juga menyukai