Anda di halaman 1dari 11

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia memiliki iklim tropis karena terletak di garis khatulistiwa sehingga
menyebabkan pancaran sinar matahari yang dapat diterima sangat besar. Sinar
matahari adalah sumber energi utama yang diterima sangat besar. Sinar matahari
merupakan sumber energi terbaharui yang tidak akan habis jika dipakai manusia
dalam kebutuhannya. Prinsip kerja dari sel surya adalah dapat mengubah energi
matahari menjadi energi listrik, peneliti bernama Michael Gratzel telah berhasil
mengembangkan sistem sel surya yang biasa dinamakan Dye-Sensitized Solar Cell
(DSSC). Gratzel berhasil meneliti DSSC ini menggunakan pigmen antosianin dari
alam sebagai fotosensitizer sel surya. (Yoluka, 2014)
Sesuai dengan prinsip kerja sel surya yaitu dapat mengubah energi matahari
menjadi energi listrik, maka Indonesia memiliki potensi sumber tenaga surya yang
sangat besar sebagai sumber energi alternatif. Sebagai sistem yang dapat mengonversi
energi matahari menjadi energi listrik, peneliti bernama Michael Gratzel telah
berhasil mengembangkan sistem sel surya yang tersintesa pewarna atau yang biasa
dinamakan Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC). Gratzel berhasil mengembangkan
sistem sel surya ini menggunakan pigmen antosianin dari alam sebagai fotosensitizer
sel surya. (Yulika, 2014)
DSSC merupakan sel surya yang menggunakan elektrolit sebagai media penyalur
elektron. Selain elektrolit, DSSC terbentuk dari komponen lain, seperti nanomaterial
semikonduktor yang ditempelkan pada kaca konduktor, zat warna (dye) yang
diadsorbsi oleh nanomaterial semikonduktor, serta katalis yang semuanya disusun di
antara dua kaca konduktif.(R. Sastrawan, 2006) Efisiensi konversi dari DSSC yang
sudah tercatat sampai saat ini adalah 8,12 %, 10,10 %, 10,40 %, dan 9,90 % yang
telah diumumkan pada Energy Research Centre of The Netherlands, École
Polytechnique Fédérale de Lausanne, Sharp Corporation and Arakawa group dengan
luas permukaan sekitar 1-5cm2. (F. Kong, et al, 2007) Selain itu, penggunaan
elektroda TiO2 haze tinggi menghasilkan efisiensi konversi DSSC yang paling tinggi,
yaitu 11,10 %. (Y. Chiba, et al., 2011)
Di dalam DSSC, proses perekatan nanomaterial semikonduktor bisa dilakukan
dengan berbagai metode, seperti Doctor Blade, Slip Casting, Spin Coating, dan lain-
lain. Proses penempelan nanomaterial dari doctor blade, slip casting, serta spin
coating menggunakan cara yang sama, yaitu dengan melapiskan nanomaterial yang
sudah dibuat pasta menjadi lapisan tipis pada kaca konduktif. Proses sebelum
pelapisan pasta nanomaterial yaitu dengan membuat larutan terlebih dahulu,
2

kemudian larutan dibuat menjadi nanomaterial yang telah mengalami proses


sintering. Metode-metode tersebut masih memiliki kekurangan seperti langkahnya
terlalu panjang dan dimungkinkan terjadinya kerusakan nanofibernya. Untuk
mengatasi kekurangan tersebut pada penelitian ini kami menginovasi metode baru,
yaitu metode direct deposition..
Pada penelitian ini, akan mengungkap metode baru dalam proses pelapisan
nanomaterial, yaitu dengan proses direct deposition. Dalam penelitian ini, akan
dikembangkan cara pelapisan nanomaterial dengan bahan TiO2 dengan proses
elektrospinning dimana hasil penyemprotan larutan TiO2 akan ditangkap langsung
oleh kaca konduktif, sehingga proses pelapisan TiO2 pada proses perakitan DSSC
akan lebih singkat serta mengurangi kerusakan nanofiber.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas dapat diketahui kebutuhan
listrik mandiri dengan solar cell yang murah sebagai upaya mengatasi
permasalahan, maka permasalahan yang akan dibahas adalah:
1. Bagaimana parameter posisi dari proses manufaktur dssc dengan metode
direct deposition ?
2. Bagaimana kinerja dari dssc dengan metode direct deposition ?
3. Bagaimana efisiensi dssc dari penggunaan metode direct deposition?

1.3. Tujuan
Program kreativitas ini mempunyai tujuan yaitu:
1. Menyelidiki parameter posisi dari proses manufaktur dssc dengan direct
deposition
2. Menyelidiki efektifitas kinerja dari dssc dengan direct deposition
3. Menyelidiki efisiensi solar cell dengan menggunakan direct deposition

1.4. Urgensi
Urgensi dalam penelitian ini adalah diharapkan dapat mempercepatnya proses
manufaktur dari dssc dengan menggunakan metode direct deposition

1.5. Luaran yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dari peneilitian ini adalah publikasi artikel ilmiah
yang akan diterbitkan dalam jurnal internasional (tujuan jurnal) atau konferensi
internasional

1.6. Manfaat
1. Kegunaan ditinjau dari segi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
3

a. Terciptanya sebuah manufaktur dssc dengan metode direct deposition.


b. Penelitian ini diharapkan mampu mempercepat proses produksi dari dssc
2. Kegunaan ditinjau dari segi Masyarakat
a. Sebagai energi alternative terbarukan untuk masyarakat fasilitator energi
listrik untuk kawasan yang belum ada energy listrik
b. Memberikan informasi bahwa energi surya yang lebih hemat dan murah.
3. Kegunaan ditinjau dari segi Mahasiswa
a. Sebagai sumber belajar mahasiswa dalam pembuatan solar cell.
b. Sebagai output dalam bentuk barang kreativitas IPTEK mahasiswa kepada
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Riset Sebelumnya


Di dalam DSSC, proses perekatan nanomaterial semikonduktor, yaitu FTO
bisa dilakukan dengan berbagai metode, seperti Doctor Blade, Slip Casting, Spin
Coating, dan lain-lain. Metode doctor blade dapat membuat lapisan tipis sekitar 15
μm tetapi alat ini harganya mahal dan jarang ditemui. (Liu, et al., 2011) Metode spray
menggunakan alat airbrush yang tersusun dari pipa kecil, pompa udara, dan jarum
kecil. Mekanisme kerjanya diawali dengan membuat larutn lalu dimasukan dalam
tabung airbrush, kemudian disemprotkan ke atas kaca konduktor FTO dengan tekanan
tinggi yang berasal dari kompresor. (Mustikasari, et al., 2013) Metode slip casting
merupakan metode yang paling murah dari metode lainnya, karena alat yang
digunakan mudah ditemukan. Untuk meratakan TiO2 yang sudah diposisikan di FTO,
hanya membutuhkan spatula. Selotip yang digunakan memperngaruhi ketebalan yang
dimiliki metode ini. (Nuryadi, 2011) Metode spin coating digunakan untuk meratakan
lapisan di atas sebuah substrat dengan memanfaatkan gaya setrifugal dengan
menggunakan laju putar spin tertentu dan larutan yang digunakan harus homogen.
(Ciu, et al., 1993)
2.2 DSSC (Dye Sensitized Solar Cell)
Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) pertama kali ditemukan oleh Michael
Gratzel pada tahun 1991 dan telah dipatenkan dengan nama Gratzel cell. DSSC
konvensional telah banyak berkembang dan mencapai efisiensi 13% sejak pertama
kali ditemukan pada 1991 (Mathew, et al., 2014). DSSC mempunyai kelebihan
dibandin- gkan dengan jenis sel surya lainnya yaitu fleksibilitas kimia dan biaya
rendah serta ramah lingkungan (Obotowo, et al, 2016). Karena keuntungannya, DSSC
diperkirakan akan menjadi divais energi untuk generasi yang akan dating (Basheer, et
al., 2014). Sel surya ini tersusun dari lima komponen utama, yaitu substrat konduktif,
4

film tipis semikonduktor (fotoanoda), sensitiser atau zat warna, pasangan redoks
(reduksi oksidasi) berupa elektrolit dan elektroda lawan (counter) (Obotowo, et al.,
2016).
DSSC dikembangkan sebagai konsep alternatif bagi piranti fotovoltaik
konvensional berbasis silikon. Sistem sel surya ini pertama kali dikembangkan oleh
Gratzel sehingga disebut juga sel Gratzel. Beberapa keuntungan sistem sel surya ini
adalah proses fabrikasinya lebih sederhana tanpa menggunakan peralatan rumit dan
mahal sehingga biaya fabrikasinya lebih murah. Efisiensi konversi DSSC telah
mencapai 10-11%. Namun, sel surya ini memiliki kelemahan yaitu stabilitasnya
rendah karena penggunaan elektrolit cair yang mudah mengalami degradasi (Huang,
et al.. 2007). Sel surya TiO2 DSSC terdiri dari lapisannanokristal TiO2 berpori
sebagai fotoanoda, elektrolit redoks, dye sebagai fotosensitizer, dan elektroda lawan
(katoda) yang diberi lapisan katalis (Kay dan Gratzel 1996). Struktur sel surya ini
berbentuk seperti sandwich, dimana dua elektroda yaitu elektroda lawan mengapit
elektrolit dan elektroda TiO2 tersensitisasi dye. Berbeda dengan sel surya silikon,
pada sel surya DSSC, foton diserap oleh dye yang melekat pada permukaan partikel
TiO2. Dalam hal ini dye bertindak sebagai pemberi elektron yang dibangkitkan ketika
menyerap cahaya, mirip fungsi klorofil pada proses fotosintesis. Struktur DSSC dapat
dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur Dye Sensitized Gambar 2.2. Prinsip Kerja


Solar Cell (Kumara dan Prajitno 2012) (Ekasari dan Yudoyono 2013)
2.3 Prinsip Kerja DSSC
Prinsip kerja pada DSSC secara skematik dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Menurut Kumara dan Prajitno (2012) proses yang terjadi di dalam DSSC dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Ketika foton dari sinar matahari menimpa elektroda kerja pada DSSC, energy foton
tersebut diserap oleh larutan dye yang melekat pada permukaan partikel TiO2.
5

Sehingga elektron dari dye mendapatkan energi untuk dapat tereksitasi (D*) dengan
persamaan reaksi (1).
D + cahaya → D*………………………….. (1)
b. Elektron yang tereksitasi dari molekul dye tersebut akan diinjeksikan ke pita
konduksi TiO2 dimana TiO2 bertindak sebagai akseptor / kolektor elektron. Molekul
dye yang ditinggalkan kemudian dalam keadaan teroksidasi (D+) dengan persamaan
reaksi (2).
D* + TiO2 → e-(TiO2) + D+……………….(2)
c. Selanjutnya elektron akan ditransfer melewati rangkaian luar menuju elektroda
pembanding (elektroda karbon).
d. Elektrolit redoks biasanya berupa pasangan iodide dan triiodide (I-/I3-) yang
bertindak sebagai mediator elektron sehingga dapat menghasilkan proses siklus dalam
sel. Triiodida dari elektrolit yang terbentuk akan menangkap electron yang berasal
dari rangkaian luar dengan bantuan molekul karbon sebagai katalis.
e. Elektron yang tereksitasi masuk kembali ke dalam sel dan bereaksi dengan
elektrolit menuju dye teroksidasi. Elektrolit menyediakan elektron pengganti untuk
molekul dye teroksidasi. Sehingga dye kembali ke keadaan awal dengan persamaan
reaksi (3) :
D+ + e-(elektrolit) → elektrolit + D……….(3)

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian
Pembuatan sel surya DSSC dengan metode direct deposition dilakukan di
Laboratorium Nano Bioenergi, Teknik Mesin Sebelas Maret.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang kami gunakan untuk penelitian ini adalah Magnetic stirrer, Elektro-
spinning dan Furnace. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Titanium
(IV) Isopropoxide(TTIP), Asam asetat, Etanol dan PolivynilPyrolidone (PVP).
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplorarasi ekspritif
dalam pengumpulan sampel dari lapangan dan metode eksperimental untuk pengama-
tan di lanoratorium.
3.4. Diagram Alir
Gambar 3.1 menunjukkan diagram air dari penelitian yang akan dilakun kan ini.
Proses penelitian ini menggunakan variasi metode, jarak dan debit. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode direct deposition.
6

Mulai

Fabrikasi Semi
Konduktor

Keterangan Keterangan
Variasi debit (mL/jam) Variasi jarak (cm)
1 Proses 10
2 Elektrospinning 15
3 20
5 25

Sintering
500C selama 1
jam

Karakterisasi
1. Morfologi (SEM)
Pengujian Direct Deposition
2. Kekristalan
(XRD)

N719 Perendaman pada dye selama 24


dye jam

Uji absorbansi dengan


UV-Vis

Perakitan sel surya


DSSC

Pengujian
karakteristik I-V, FF
dan η DSSC

Analisa data

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir


7

3.5. Tahap Penelitian


Proses penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan utama yang diantaranya
adalah
1. Sintesis substrat FTO
Substart TCO (transparant conductive oxide) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis FTO (fluorine doped tin oxide) dari Pilkington Japan.
Substrat ini mempunyai konduktivitas listrik sebesar ±20 S/m dengan
transmitansi cahaya sekitar 80%.
2. Sintesis semikonduktor
Semikonduktor yang digunakan untuk DSSC ini adalah Sintesa nanofiber
TiO2. Untuk menghasilkan morfologi nanofiber, maka dilakukan proses
electrospinning. Sehingga semikonduktor perlu ditambahkan larutan prekusor
yang merupakan polimer dengan konduktivitas listrik lebih baik (Sutanto,2016).
Gambar 3.1 menunjukkan skema sistem peralatan electrospinning. Secara
keseluruhan peralatan electrospinnging terdiri power supply tegangan tinggi DC
positif, pompa infus dan alat suntik dengan jarum berukuran diameter dalam 200
µm serta pelat pengumpul. Sintesis Nanofiber TiO2 dibuat dari material
Titanium (IV) Isopropoxide(TTIP), Asam asetat, Etanol dan PolivynilPyrolidone
(PVP). Pencampuran asam asetat 1 ml dengan etanol diaduk selama 10 menit
setelah itu ditambahkan PVP sebanyak 2,5 gr, diaduk selama 1 jam selama 500
supaya homogen. Kemudian setelah 1 jam, ditambahkan Titanium (IV)
Isopropoxide (TTIP) 0,5 ml, selanjutnya diaduk sampai homogen.

Gambar 3.2. Skema proses elektrospining


(Bhardwaj, 2010)
Larutan yang sudah disintesa dimasukkan ke dalam 1 ml pompa larutan
elektrospining. Jarum pompa. Kemudian larutan diposisikan langsung ke kaca
FTO. Di dalam penyemprotan tersebut menggudnakan 2 variasi, yairu variasi
laju aliran dan variasi jarak. Laju aliran larutan precursor divariasikan (0,5; 1,0;
1,5 dan 2,0) mL/jam, sedangkan jaraknya divariasikan (10,15,20,25) cm..
Selanjutnya, akan diuji menggunakan XEM dan XRD.
8

1. Sintesis Perwarna
Larutan pewarna yang digunakan pada penelitian ini adalah pewarna
sintesis-N719 ([RuL2(NCS)2]: 2TBA (L=2,2’-bipyridyl-4,4’-dicarboxylic acid;
TBA =tetra-n-butylammonium)) dari Dyesol larutan sensitizer dibuat dengan
melarut-kan bubuk N-719 sebanyak 0,02 gram kedalam 100 ml ethanol. Proses
selanjutnya akan dilakukan proses peredaman substrat yang telah terdeposisikan
selama 24 jam, supaya semikonduktor dapat menyerao larutan dengan baik.
2. Larutan Elektrolit
Penelitian ini menggunakan Iodide (I3-) EL-HPE dari Dyesol sebagai larutan
elektrolit. Proses pemberian larutan elektrolit pada struktur DSSC dilakukan
dengan proses injection (penyuntikan secara langsung).
3. Sintesis Counter Electrode
Counter electrode dibuat menggunakan substrat FTO dan diproses dengan
melempar materi suatu zat dari permukaan zat padat atau cair karena tumbukan
partikel berenergi tinggi untuk mendeposisi lapisan platina. Proses ini berjalan
hingga pertukaran momentum terjadi, seperti digambarkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Skema proses sputtering


(Sutanto, 2016)

Target dan substrat FTO memiliki beda potensial sebesar 404 Volt dan arus
125 mA. Beda potensial tinggi dengan kondisi tekanan rendah akan
menembakkan atom gas argon ke permukaan platina. Atom tersebut menuju
substrat FTO yang memiliki beda potensial berlawanan, sehingga atom platina
menempel pada muka substrat FTO. Substrat diputar dengan kecepatan 5 rotasi
per menit untuk mendapatkan deposisi seragam. Proses sputtering ini selama 20
menit. Sehingga substrat FTO terlapisi oleh platina.
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Jadwal Kegiatan
9

Bulan ke-
Kegiatan
1 2 3 4

1. Persiapan
 Tinjauan Pustaka
 Persiapan peralatan rancangan
2. Pelaksanaan
 Perancangan
 Uji coba
 Evaluasi
3. Penyusunan Laporan
 Penyusunan laporan kegiatan
 Pengesahan laporan kegiatan

4.2. Anggaran Biaya


No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang Rp. 4.500.000
2 Bahan habis pakai RP. 5.500.000
3 Perjalanan Rp. 1.000.000
4 Lain-lain Rp. 1.500.000
Jumlah Rp. 12.500.000,00
Daftar Pustaka
M.Grätzel, 2003. “Review Dye-sensitized Solar Cells”. Journal of Photochemistry
and Photobiology C, vol. 4, hal. 145 – 153.
Prasetyowati Rita, 2012. “Sel Surya Berbasis Titania Sebagai Sumber Energi Listrik
Alternatif”.
Yulika Deni, 2014. “Pelapisan TiO2 di atas FTO dengan Teknik Slip Casting dan
Spin Coating untuk Aplikasi DSSC”. Jurnal Fisika Indonesia No: 53, Vol XVIII.
Y. Liu, Y. Lu, Y. Zeng, C. Liao, J. Chung, and T. Wei, Nanostructured Mesoporous
Titanium Dioxide Thin Film Prepared by Sol-Gel Method for Dye-Sensitized Solar
Cell. International Journal of Photoenergy, 2011, pp. 1-9.
10

D. Mustikasari, A. Supriyanto, and R. Suryana, Karakteristik Lapisan TiO2 Metode


Spray dalam Dye-Sensitized Solar Cell, Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika, vol. 01, no.
02, 2013, pp. 105-111.
R. Nuryadi, Efek Adsorpsi Dye ke dalam Lapisan TiO2 dengan Metode
Elektroforesis: DSSC Berbasis Lapisan TiO2 Terbuat dengan Metode Slip Casting
dan Metode Elektroforesis. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, vol.8, no.1,
2011, pp. 35-40.
H. Cui, H-S. Shen, Y-M. Gao, K. Dwight, and A. Wold, Photocatalytic Properties of
Titanium (IV) Oxide Thin Films Prepared by Spin Coating and Spray Pyrolysis.
Materials Research Bulletin, vol. 28, 1993, 195-201.
Bhardwaj, N. & Kundu, S.C. 2010. Electrospinning: A Fascinating Fiber Fabrication
Technique. Biotechnology Advances. 28: 325-347.
Kong F, Dai S, Wang K. Review article: review of recent progress in dye-sensitized
solar cells. 2007. Advances in Opto Electronics. 1–13.
Chiba Y, Islam A, Watanabe Y, Komiya R, Koide N, Han L. Dye-sensitized solar
cells with conversion efficiency of 11.1%. 2006. Japanese Journal of Applied Physics
45: L638–40.
Yusuf, M., 2014, Studi performa sel hibrid DSSC dengan piezoelektrik dalam satu
aktif area semikonduktor serat nano ZnO dan AZO, Teknik Mesin,
Universitas Sebelas Maret, Magister.

Ito, S., Murakami, T.N., Comte, P., Liska, P., Gratzel, C., Nazeeruddin, M.K., et al.,
2008, Fabrication of thin film dye sensitized solar cells with solar to electric
power conversion efficiency over 10%, Thin Solid Films, Vol. 516 pp. 4613-
4619.
Sakai, N., Miyasaka, T., and Murakami, T.N., 2013, Efficiency enhancement of ZnO-
based dye-sensitized solar cells by low-temperature TiCl 4 treatment and dye
optimization, Physical Chemistry, Vol. 117 pp. 10949-10956.
Mathew, S. et al. Dye-sensitized solar cells with 13% efficiency achieved through the
molecular engineering of porphyrin sensitizers. Nat. Chem. 6, 2014, 242–247.
Obotowo, I. N., Obot, I. B. & Ekpe, U. J. Organic sensitizers for dye-sensitized solar
cell (DSSC): Properties from computation, progress and future perspectives. J. Mol.
Struct. 1122, 2016, 80–87.
Basheer, B., Mathew, D., George, B. K. & Reghunadhan Nair, C. P. An overview on
the spectrum of sensitizers: The heart of Dye Sensitized Solar Cells. Sol. Energy 108,
2014, 479–507.
11

Sutanto, B., Arifin, Z., Suyitno, Hadi, S., Pranoto, L. M., Agustina, Y. V., 2016,
Enhancement ZnO nanofiber as semiconductor for dye-sensitized solar cells by using
Al doped, AIP Conference Proceedings, 1717

Anda mungkin juga menyukai