rasa nyeri pada bekas luka saaat melahirkan merupakan suaru hal yang normal dan wajar. hal ini terjadi ksrena
adanya tekanan dari kepala bayi dan menyebabkan robekan. rasa sakit yang di alami tergantung dari berapa dalam
robekan dari perineum tersebut.
Derajat 1: Robekan kecil pada kulit dan epitel vagina yang tidak melibatkan jaringan di bawahnya
Derajat 2: Robekan mengenai fascia dan otot perineum, tetapi tidak mengenai otot sfingter anal
Derajat 3: Robekan mengenai fascia dan otot perineum, serta sudah mengenai otot sfingter anal
Derajat 4: Robekan mengenai fascia dan otot perineum, serta sfingter anal dan mukosa anorektal
Patofisiologi
Patofisiologi nyeri perineum yang dialami oleh ibu postpartum adalah ketika persalinan terjadi dilatasi serviks, pada
corpus rahim distensi, peregangan pada segmen bawah rahim, peregangan pada leher rahim dan nyeri dilanjutkan ke
dermaton terdapat pada segmen tulang belakang dengan menerima respons dari rahim dan leher rahim. Ketegangan
jaringan selama persalinan terjadi di perineum dan tekanan pada otot perineum, rasa sakit yang disebabkan oleh
rangsangan struktur somatik dangkal dan digambarkan sebagai lokal, terutama di daerah saraf pudendus (Oxorn,
1996: 451-452)
indikasi penjahitan luka episiotomi adalah semua wanita yang menjalani prosedur episiotomi saat persalinan.
Penjahitan luka episiotomi bertujuan untuk hemostasis dan menyatukan kembali lapisan vagina dan perineum yang
mengalami trauma surgikal.[2]
Beberapa klinisi mempercayai bahwa episiotomi perlu dilakukan secara rutin untuk mencegah robekan serius saat
persalinan. Di lain pihak, dilakukannya episiotomi sudah menjamin seorang wanita akan mengalami trauma dan
penjahitan perineum. Tinjauan sistematik Cochrane yang dipublikasikan pada tahun 2017 menyebutkan bahwa
manfaat penggunaan episiotomi secara rutin belum didukung oleh bukti ilmiah yang adekuat. [5] Apabila episiotomi
dilakukan, penjahitan luka episiotomi harus dilakukan sesegera mungkin. Tidak menjahit luka episiotomi telah
dikaitkan dengan penyembuhan luka yang lebih buruk setelah 6 minggu
Nah, umumnya masyarakat lebih mengenal obat aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen sebagai pereda nyeri. Dua
diantaranya, yatu aspirin dan ibuprofen termasuk dalam obat non-steroid anti-inflamasi (NSAID).
Obat dengan kategori NSAID biasanya digunakan untuk meredakan nyeri haid atau gigi serta gangguan pada sendi,
otot, saraf, dan tendon. Sedangkan, acetaminophen lebih berguna pada orang yang mengalami nyeri selama flu
menyerang.
Akan tetapi, ketiganya sama-sama digunakan untuk mengurangi demam. Supaya Anda lebih mengenali apa saja
perbedaan antara aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen, mari diulas satu persatu.
1. Cara kerja
Aspirin dan ibuprofen
Sebagai obat NSAID, aspirin dan ibuprofen dapat menghambat prostaglandin. Prostaglandin merupakan zat kimia
dalam tubuh yang mirip seperti hormon. Zat ini berguna dalam sistem reproduksi dan penyembuhan luka, termasuk
meredakan sakit.
Biasanya, senyawa kimia ini diproduksi selama menstruasi dan merangsang otot rahim agar berkontraksi. Jika
kadarnya terlalu tinggi, prostaglandin dapat menyebabkan nyeri haid dan radang sendi.
Acetaminophen
Jika aspirin menghambat produksi prostaglandin, justru acetaminophen meningkatkan senyawa prostaglandin di
otak manusia agar rasa sakit Anda mereda.
Acetaminophen lebih baik dalam mengatasi demam dibandingkan dengan ibuprofen atau aspirin. Selain itu,
acetaminophen aman digunakan untuk ibu hamil dan anak bayi.
Dosis Aspirin
Normalnya, dosis rata-rata orang dewasa adalah 325-1000 miligram (mg) setiap empat sampai enam jam sesuai
kebutuhan. Jika Anda minum obat ini, jangan sampai minum lebih dari 4 gram per hari.
Dosis Acetaminophen
Sebenarnya, dosis acetaminophen pada orang dewasa hampir sama dengan dosis penggunaan obat aspirin, yaitu
325-100 mg setiap empat sampai enam jam. Selain itu, konsumsi harian acetaminophen juga tidak boleh lebih dari 4
gram.
Dosis Ibuprofen
Jika aspirin dan acetaminophen memiliki persamaan dalam dosis penggunaan, ibuprofen mempunyai aturan dosis
yang berbeda dengan keduanya. Dosis ibuprofen pada orang dewasa adalah 200-400 mg setiap empat sampai enam
jam.
Efek samping
Setelah mengetahui perbedaan antara aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen dalam dosis penggunaan, kenali apa
saja efek samping yang ditimbulkan dari ketiga obat ini.
Aspirin
Seperti yang dilansir dari laman U.S National Library of Medicine, terdapat beberapa efek samping yang
ditimbulkan ketika Anda mengonsumsi aspirin, yaitu:
Diare
Gatal-gatal
Nyeri perut
Ruam kulit
Mual
Bahkan mungkin saja Anda mengalami gangguan pendengaran atau telinga berdering. Bila hal ini terjadi, sebaiknya
segera ke unit gawat darurat karena hal ini bisa jadi tanda overdosis obat.
Maka itu, sebelum mengonsumsi aspirin, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter dahulu, terutama penderita maag,
ibu hamil, dan memiliki masalah perdarahan.
Acetaminophen
Sebenarnya, acetaminophen termasuk obat penghilang nyeri yang memiliki efek samping yang sedikit jika
dikonsumsi sesuai anjuran. Akan tetapi, ketika seseorang menggunakannya secara berlebihan, tentu akan
menimbulkan berbagai efek samping, seperti:
Mual
Sakit perut
Kehilangan nafsu makan
Sakit kepala
Ruam kulit dan gatal
BAB berwarna tanah
Urine berwarna gelap
Mengonsumsi acetaminophen secara berlebihan pun dapat meningkatkan risiko kerusakan hati, terutama pada
pecandu alkohol. Hal tersebut dikarenakan alkohol membuat tubuh memiliki tingkat toleransi acetaminophen yang
lebih rendah, sehingga dosisnya diturunkan menjadi 2 gram per hari.
Ibuprofen
Ada beberapa efek samping lainnya yang perlu Anda ketahui, yaitu:
Pusing
Iritasi mata dan penglihatan terganggu
Pembengkakan pada pergelangan kaki.
Reaksi alergi tingkat sedang.
Kesemutan dan mati rasa pada kaki dan tangan
Sering buang air kecil
Parasetamol ialah salah satu obat golongan anti-piretik dan analgetik, yang berarti berfungsi untuk pengobatan
demam dan mengatasi nyeri. Parasetamol bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin, suatu zat
peradangan dan pemicu demam, dan terutama bekerja di otak.
Kami menemukan 35 penelitian dengan 5136 wanita yang memeriksa 16 NSAID yang berbeda (aspirin, ibuprofen,
dll.). Kami memasukkan penelitian hingga 9 Desember 2019. Penelitian yang kami temukan hanya mencakup
wanita yang mengalami trauma perineum dan yang tidak menyusui. Studi dilakukan antara 1967 dan 2013 dan
memiliki beberapa wanita di dalamnya.
Studi menunjukkan bahwa dosis tunggal NSAID dapat memberikan pereda nyeri yang lebih besar pada empat jam
(bukti dengan kepastian rendah) setelah mengonsumsi obat bila dibandingkan dengan plasebo (pil tiruan) atau tanpa
pengobatan pada wanita yang tidak menyusui yang mengalami trauma perineum. saat melahirkan. Kami tidak yakin
apakah ada perbedaan antara NSAID dan plasebo dalam mencapai pereda nyeri yang memadai dalam enam jam.
Wanita yang menerima dosis tunggal NSAID mungkin kurang membutuhkan penghilang rasa sakit tambahan dalam
empat jam (bukti dengan kepastian sedang) setelah mengonsumsi obat dibandingkan dengan wanita yang menerima
plasebo atau tanpa pengobatan. Kami tidak yakin apakah ada perbedaan antara NSAID dan plasebo untuk wanita
yang membutuhkan pereda nyeri tambahan dalam enam jam (bukti dengan kepastian yang sangat rendah). Tidak
semua penelitian menilai efek samping obat, tetapi beberapa penelitian melaporkan efek samping ibu seperti kantuk,
sakit kepala, kelemahan, mual, ketidaknyamanan lambung. Bukti sangat tidak pasti tentang perbedaan efek samping
ibu antara NSAID dan plasebo pada enam jam setelah pemberian (bukti kepastian sangat rendah). Satu penelitian
kecil (90 wanita) melaporkan bahwa tidak ada efek samping pada ibu
Efek pada empat jam setelah administrasi. Tak satu pun dari penelitian mengukur kemungkinan efek samping pada
bayi.
NSAID juga mungkin lebih baik daripada parasetamol dalam memberikan pereda nyeri pada pemberian empat jam
setelah pemberian. Kami tidak yakin apakah ada perbedaan antara NSAID dan parasetamol dalam mencapai
penghilang rasa sakit yang memadai pada enam jam atau dalam jumlah wanita yang membutuhkan penghilang rasa
sakit tambahan pada empat jam setelah pemberian. Wanita yang menerima NSAID mungkin kurang membutuhkan
penghilang rasa sakit tambahan pada enam jam dibandingkan dengan wanita yang menerima parasetamol. Satu studi
melaporkan bahwa tidak ada efek samping ibu yang diamati pada empat jam (210 wanita). Tiga penelitian kecil
melaporkan efek samping ibu pada enam jam setelah pemberian tetapi kami tidak yakin apakah ada perbedaan
antara kelompok. Efek samping pada bayi tidak dilaporkan dalam salah satu penelitian yang disertakan dan semua
penelitian mengecualikan wanita yang sedang menyusui.
Perbandingan NSAID yang berbeda dan dosis yang berbeda dari NSAID yang sama tidak menunjukkan perbedaan
yang jelas dalam efektivitasnya pada salah satu hasil utama yang diukur dalam tinjauan ini. Namun, sedikit
informasi yang tersedia untuk beberapa NSAID. Tak satu pun dari studi yang disertakan melaporkan hasil sekunder
tinjauan ini, termasuk: perpanjangan masa tinggal di rumah sakit atau masuk kembali ke rumah sakit karena nyeri
perineum; menyusui; nyeri perineum pada enam minggu setelah melahirkan; pandangan wanita, depresi
pascapersalinan atau ukuran kecacatan karena nyeri perineum.