Pdman Ukp Ok 2021 Covid, Finished
Pdman Ukp Ok 2021 Covid, Finished
1. Kepala Puskesmas, seluruh penanggung jawab pelayanan klinis dan penanggung jawab
Upaya Kesehatan Perorangan Puskesmas wajib berpartisipasi dalam pemberian
pelayanan klinis dan keselamatan pasien mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi.
2. Para pemimpin wajib melakukan kaloborasi dalam pelaksanaan pelayanan klinis dan
kesehatan pasien yang diselenggarakan di seluruh jajaran Puskesmas.
4. Setiap petugas yang terkait dalam pelayanan klinis mengetahui kebijakan dan prosedur
serta menerapkan dalam rencana terapi.
a. Disusun dengan tahapan waktu yang jelas, mempertimbangkan resiko dan efek
samping obat.
DITETAPKAN DI : GEROKGAK
PADA TANGGAL : 1 FEBRUARI 2021
KEPALA PUSKESMAS GEROKGAK I
NOBELLA
LAMPIRAN 2. : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
GEROKGAK 1
TENTANG : PELAYANAN KLINIS DI PUSKESMAS
GEROKGAK I
NOMOR : 440/167/SK/R-01/C/II/2021
TANGGAL : 1 FEBRUARI 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
B. TUJUAN PEDOMAN.
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran dari pedoman ini adalah semua penyelenggara pelayanan klinis baik itu staf
medis (dokter/dokter gigi), paramedis ( perawat, bidan ) tenaga kesehatan lainnya
(nutrisionis / ahli gizi, sanitarian, analis / laboratorium, apoteker / farmasi, tenaga kesehatan
masyarakat, dan tenaga non kesehatan ( administrasi, loket dan rekam medik, sopir,
cleaning service ) serta pasien yang terkait untuk bekerjasama dalam pelaksanaan
pelayanan klinis di Puskesmas Gerokgak I dan jaringannya seperti Puskesmas Pembantu
dan Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes )
Ruang lingkup pedoman pelayanan klinis ini adalah rawat jalan tingkat pertama.
Rawat jalan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi
observasi diagnosis pengobatan tanpa tinggal diruang rawat inap disarana kesehatan strata
pertama.
Ruang Pemeriksaan klinik rawat jalan puskemas Gerokgak I memiliki beberapa unit
pelayanan klinis :
E. BATASAN OPERASIONAL
a. Pelayanan Administrasi
Unit loket pendaftaran dan rekam medis adalah unit yang melayanii pendaftaran
pasien baru dan pasien lama yang akan mendapatkan pelayanan rawat jalan beserta
rekam medisnya.
Pasien saat datang untuk berobat, mengambil nomor antrian terlebih dahulu,
kemudian di panggil sesuai urutan antrian untuk dicatat datanya dan jenis tanggungan
jaminan kesehatan (umum, BPJS) serta dicarikan rekam mediknya, selanjutnya
diarahkan ke unit layanan rawat jalan yang dituju sesuai dengan keluhan pasien.
3. Ruang Pemeriksaan Gigi dan mulut (BP Gigi) : Menangani penyakit gigi dan mulut
dengan didukung oleh tenaga dokter gigi dan perawat gigi
5. Unit Pelayanan Gizi : Menangani Konsultasi Gizi dan menangani gizi pada balita (gizi
buruk dan kurang). Didukung oleh tenaga S1 dan D3 Gizi
6. Unit Pelayanan PKPR (pelayanan kesehatan peduli remaja) ; menangani konsultasi
remaja usia 10-19 tahun dan menangani keluhan penyakit usia remaja (10-19 tahun).
Didukung oleh bidan .
7. Ruang MTBS : Menangani pasien balita umur 0 bulan sampai dengan umur 5 tahun.
Didukung oleh dokter, bidan dan paramedik.
8. Ruang Imunisasi : pelayanan imunisasi di dalam gedung dilakukan setiap hari Selasa
jam 08.00-13.00 wita. Didukung oleh tenaga perawat dan bidan.
9. Ruang Pemeriksaan IMS / VCT HIV AIDS : menangani pasien dengan keluhan
keputihan maupun konsultasi dari unit pelayanan puskesmas yang memerlukan
konsultasi dan pemeriksaan IMS/VCT HIV AIDS
10. Unit Pelayanan Akupressur : menangani pasien dengan keluhan nyeri kepala
sebelah ( migraine ), nyeri otot ( myalgia ), nyeri gigi dll dengan cara menekan titik-
titik akupressur dengan penekanan menggunakan jari atau benda tumpul
dipermukaan tubuh, dalam rangka mendukung upaya promotif, preventif, dan
rehabilitatif. Didukung oleh perawat.
11. Ruang Konsultasi Berhenti Merokok : menangani pasien yang ingin berkonsultasi
untuk berhenti merokok dan memberikan tips bagi perokok yang ingin berhenti
merokok. Didukung oleh perawat.
12. Unit Pelayanan Laboratorium, unit pelayanan yang melayani pemeriksaan darah
rutin (hemoglobin, leukosit, eritrosit, trombosit, hematokrit), pemeriksaan glukosa
strip, cholesterol strip, asam urat strip , malaria, golongan darah, widal test, urine
rutin (warna, kejernihan, albumin, reduksi bilirubin, urobilin, sedimen urine), test
kehamilan / PPT, sputum / BTA. Didukung oleh analis kesehatan.
13. Ruang Gawat Darurat dan Rawat Inap, adalah unit pelayanan yang menanganii
pasien yang membutuhkan pertolongan segera atau rujukan dari Ruang
Pemeriksaan umum / gigi yang memerlukan tindakan 5oord dan melakukan rujukan
emergensi ke Rumah Sakit bila diperlukan dan rawat inap adalah unit yang melayani
pasien yang memerlukan rawat inap, didukung oleh tenaga dokter, perawat dan
bidan.
14. Unit pelayanan persalinan adalah unit pelayanan yang melayani ibu hamil yang akan
melahirkan, didukung oleh tenaga bidan.
15. Unit Obat dan kefarmasian adalah unit pelayanan yang melayani pemberian obat
melalui resep dokter atau dokter gigi, bidan dan perawat yang telah diberikan
pendelegasian wewenang dari dokter / dokter gigi, didukung oleh tenaga farmasi,
bidan dan perawat
16. Unit Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan
berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di puskesmas dalam ruang lingkup
wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan
dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia.
17. Puskesmas keliling memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya
bergerak (mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan bagi
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh
pelayanan dalam gedung Puskesmas.
18. Praktik Bidan merupakan praktik bidan yang memiliki Surat Izin Praktik
Bidan (SIPB) di Puskesmas, dan bertempat tinggal serta mendapatkan
penugasan untuk melaksanakan praktik kebidanan dari Pemerintah Daerah
pada satu desa/kelurahan dalam wilayah kerja Puskesmas yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam pelayanan klinis mulai dari
Kepala Puskesmas, dokter ,perawat, bidan, D3 gizi, analis laboratorium, S1 apoteker, asisten
apoteker, D3 kesling, Sarjana kesehataan masyarakat,petugas administrasi (loket dan rekam
medis) serta petugas keamanan (satpam) dan petugas kebersihan (cleaning service).
Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di pelayanan klinis puskesmas adalah :
1.Tenaga Medis
Tenaga medis yang ada di pelayanaan klinis adalah tenaga medis yang bersertifikat,dan
berkompeten dibidangnya dalam arti sudah lulus dari pendidikan kedokteran umum sebagai
dokter umum atau lulus dari pendidikan kedokteran gigi sebagai dokter gigi.
2. Tenaga Perawat
Untuk menunjang pelayanan klinis di puskesmas harus di dukung oleh tenaga perawat yang
memiliki keterampilan, pendidikan dan pelatihan yang mendukung dalam pelayanan klinis.
3. Tenaga Bidan
Untuk menunjang pelayanan klinis di puskesmas harus di dukung oleh tenaga bidan yang
memiliki keterampilan, pendidikan dan pelatihan yang mendukung dalam pelayanan klinis.
Dalam hal ini tenaga kesehatan lain juga juga diperlukan dalam pelayanan klinis untuk
mendukung berjalannya pelayanan Klinis,diantaranya ahli gizi,farmasi,dan pekarya kesehatan
yang terdidik dan terlatih (petugas administrasi).
B. Distribusi Ketenagaan
Jejaring
NO Jenis Ketenagaan Puskesmas (Pustu, Jumlah
poskesdes)
Kepala Puskesmas +
1 5 5
Dokter umum
2 Dokter Gigi 1 1
3 Farmasi 1 1
Tenaga Kesehatan
4 1 1
Masyarakat
5 Perawat gigi 1 1
6 Perawat 17 1 18
7 Bidan 16 8 24
8 Analis kesehatan 1 1
9 Nutrisionis 2 2
10 Sanitarian 2 2
12 Sopir 0 0
13 Petugas Kebersihan 2 2
Jumlah 54 9 63
Waktu Pelayanan
No Jenis Pelayanan
Hari Jam
1 Unit Pendaftaran dan Rekam
Senin s/d Kamis 07.30 – 14.30
Medik
Jumat 07.30 – 11.30
Pengaturan jadwal jaga UGD dan rawat inap dikoordinir oleh penanggung jawab UGD dan
rawat inap yang disesuaikan dengan jadwal kegiatan puskesmas lainnya (jadwal posyandu,
jadwal jaga Ruang Pemeriksaan ,dan lain-lain)
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang:
B. Standar Fasilitas
TATALAKSANA PELAYANAN
Lingkup kegiatan pelayanan klinis ini untuk melakukan tata laksana pelayanan
terhadap pasien, yaitu :
1. Layanan rawat Jalan Pasien umum,Pasien BPJS ( PNS / TNI POLRI, Kartu
Indonesia Sehat, BPJS Mandiri, BPJS Ketenagakerjaan )
2. Layanan gawat darurat.
B. METODE
a. Pendaftaran Pasien
Metode yang dilakukan pada pendaftaran pasien menggunakan metode antrian dan
untuk metode rekam medis menggunakan Family Folder. Family Folder memuat data seluruh
anggota keluarga dengan satu no Rekam medis.Pemberian kartu berobat pada pasien yang
baru pertama kali berkunjung ke Puskesmas berdasarkan no urut registrasi kedatangan
b. Metode Pengkajian, keputusan, rencana layanan klinis dan pelaksanaan layanan serta
rencana rujukaan dan pemulangan pada pasien meliputi :
1. Anamnesis
Hasil Anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering
disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien ( Subjective ). Penelusuran riwayat penyakit
yang diderita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor risiko, riwayat keluarga, riwayat
sosial, dan riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini. Pada beberapa penyakit,
bagian ini memuat informasi spesifik yang harus diperoleh dokter dari pasien atau keluarga
pasien untuk menguatkan diagnosis penyakit.
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang spesifik,
mengarah kepada diagnosis penyakit ( pathogenesis ). Meskipun tidak memuat rangkaian
pemeriksaan fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap
harus dilakukan oleh dokter layanan primer untuk memastikan diagnosis serta menyingkirkan
diagnosis banding.
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan anamnesis,
dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil pemeriksaan penunjang untuk
memastikan diagnosis atau karena telah menjadi standar algoritma penegakkan diagnosis.
Selain itu, bagian ini juga memuat klasifikasi penyakit, diagnosis banding, dan komplikasi
penyakit.
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada pasien (patient
centered) yang terbagi atas dua bagian yaitu penatalaksanaan non farmakologi dan
farmakologi. Selain itu, bagian ini juga berisi edukasi dan konseling terhadap pasien dan
keluarga ( family focus ), aspek komunitas lainnya (community oriented) serta kapan dokter
perlu merujuk pasien ( kriteria rujukan ).
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari kriteria “TACC” (Time-
Age-Complication Comorbidity) berikut:
Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi kronis atau melewati Golden
Time Standard.
Age : jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan meningkatkan risiko komplikasi
serta risiko kondisi penyakit lebih berat.
Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang memperberat kondisi pasien.
Selain empat kriteria di atas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar bagi
dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan penatalaksanaan dengan
persetujuan pasien.
C. LANGKAH KEGIATAN
Tata laksana palayanan dalam instalasi rawat jalan pada umumnya dikerjakan secara team
work, dilakukan sesuai pelayanan klinis dokter, asuhan keperawatan, asuhan kebidanan dan
terdokumentasikan dengan baik.
a. Pendaftaran pasien
Pada proses pendaftaran pasien dipandu dengan prosedur yang jelas dan
dilakukan oleh petugas pendaftaran. Identitas pasien harus dipastikan minimal
dengancara identifikasi, yaitu : nama pasien, tanggal lahir/umur, alamat dan nomor
rekam medis.
Adanya informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi lain
yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi : tarif, jenis, dan informasi tentang kerjasama
dengan fasilitas kesehatan yang lain harus dapat disediakan di tempat pendaftaran. Hak
dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses pelayanan yang
dimulai dari pendaftaran.
1. Hak – hak pasien meliputi
Kewajiban Pasien:
(1) mematuhi peraturan yang berlaku di Puskesmas;
(2) menggunakan fasilitas Puskesmas secara bertanggungjawab;
(3) menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan
serta petugas lainnya yang bekerja di Puskesmas ;
(4) memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
(5) memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya;
(6) mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan
di Puskesmas dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
(7) menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau
tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam
rangka penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
(8) memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
Dalam proses pemberian informasi Hak, kewajiban dan informasi lainnya maka
petugas melakukan identifikasi kendala fisik, Bahasa, dan budaya serta penghalang
lainnya dalam pelayanan. Hasil identifikasi tersebut disampaikan dalam rapat untuk
ditindak lanjuti.
Pengkajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga yang kompeten
melakukan pengkajian. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian
kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan
diidentifikasi serta dicatat dalam rekam medis dengan langkah SOAP . Proses kajian
tersebut mengacu pada standar profesi masing-masing profesi. Dimana proses
pelaksanaan pelayanan klinis ini harus didukung oleh peralatan dan tempat yang
memadai dan menjamin keamanan bagi petugas dan pasien. Untuk tiap pasien rencana
layanan yang disusun dikelola dengan rencana layanan terpadu dan
berkesinambungan dan melibatkan pasien serta mempertimbangkan kebutuhan
biologis, psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan tata nilai budaya pasien.
Pemberian informasi mengenai efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan
pengobatan diberitahukan kepada pasien begitu juga hal-hal yang memuat pendidikan
dan penyuluhan pasien dilakukan dalam rencana layanan klinis. Semua hal yang
dilakukan selama pengkajian dicatat di rekam medis.
Pada pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan dalam pelayanan
berdasarkan sop triase/pedoman triase. Adanya pembentukan tim kesehataan antar
profesi diperlukan bila dilakukan pelayanan klinis secara tim.
Pendelegasian wewenang pada layanan klinis diperlukan untuk diperlukan agar terjaga
kesinambungan pelayanan dan pelayanan terjaga dan tertata dengan baik sehingga
penanganan pasien dapat dilakukan dengan baik. Namun dalam pelaksanan
pendelegasian wewenang baik dalam kajian mapun keputusan layanan harus dilakukan
melalui proses pendelegasian wewenang dan pendelegasian wewenang diberikan
kepada tenaga kesehatan profesional yang memenuhi persyaratan dimana diatur dalam
SOP pendelegasian wewenang
c. Pelaksanaan layanan;
Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien
dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
Pelaksanaan penyuluhan/pendidikan kesehatan
Pada tahap pelaksanaan disesuaikan dengan kebutuhan pasien/keluarga
terhadap pendidikan/penyuluhan yang dibutuhkan. Informasi yang diberikan oleh
petugas seperti pemberian informasi oleh dokter tentang penyakit, kondisi pasien,
pelaksanaan pengobatan dan perawatan, tindakan medis yang perlu dilakukan
bila perlu, efek samping dan resiko pengobatan, rujukan, pemulangan pasien serta
alternative pengobatan lainnya.
Pemberian penyuluhan/pendidikan juga dilaksanakan dalam layanan terpadu di
puskesmas dengan melaksanakan rujukan internal dengan Ruang Pemeriksaan
lain seperti KIA/KB, Kesehatan Gilut, Lansia, Laboratorium, UGD/rawat inap, Gizi
dan remaja. Di masing-masing Ruang Pemeriksaan pasien/keluarga akan
diberikan penkes sesuai dengan kebutuhannya.
Bagi pasien/keluarga yang dalam pelaksanaan pengobatannya memerlukan
koordinasi dengan pemegang program di Puskesmas maka petugas akan
mengarahkan pasien/kelurga kepada pemegang program yang berkaitan dengan
penyakitnya untuk diberikan penkes sesuai kebutuhan.
Verifikasi
Setelah dilakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan sesuai dengan
kebutuhannya, pasien/keluarga diminta oleh petugas untuk melaksanakan
konfirmasi terhadap penkes yang sudah diberikan untuk mengetahui sejauh mana
pasien/keluarga sudah mengerti dan memahami penyuluhan yang sudah
diberikan.
Petugas diharapkan selalu melaksanakan verifikasi kepada pasien/keluarga
setelah melaksanakan penyuluhan/pendidikan kesehatan dengan cara :
menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan dan meminta pasien/keluarga
mengulang kembali informasi yang telah diberikan
Untuk pasien rawat jalan didokumentasikan pada form KIE pada lembar rekam
medis dengan cara dicawang dan dicatat informasi dan edukasi yang
diberikan.
Untuk Pasien rawat inap didokumentasikan dalam rekam medis rawat jalan
pada form KIE terintegrasi dan diisi secara lengkap informasi dan edukasi
yang diberikan oleh dokter dan profesi lainnya.
Untuk pasien yang dirujuk ditulis dalam form KIE yang sudah disediakan
sedangkan untuk pasien yang dipulangkan dari rawat inap ditulis dalam form
ringkasan/resume keluar dan perencanaan pasien pulang (Discharge
Planning).
Bila dalam pelaksanaan layanan dilakukan tindakan medis / pengobatan yang beresiko
( Anestesi, pembedahan dan tindakan lainnya ) maka dilakukan pemberian informasi
kepada pasien dan adanya persetujuan pasien (pasien mengisi from informed consent )
serta didokumentasikan pada rekam medis. Pasien berhak untuk menolak pengobatan,
berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain. Jika pasien menolak untuk
pengobatan atau rujukan, maka pasien diberikan informasi tentang hak pasien untuk
membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan
dengan keputusan tersebut. Pelaksanaan Persetujuan Tindakan kedokteran dianggap
benar jika memenuhi persyaratan dibawah ini :
1. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan untuk tindakan
kedokteran yang dinyatakan secara spesifik (The Consent must be for what will be
actually performied)
2. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan tanpa paksaan
(Voluntary)
3. Persetujuan atau Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan oleh seseorang
(pasien) yang sehat mental dan yang memang berhak memberikannya dari segi
hukum
4. Persetujuan dan Penolakan Tindakan Kedokteran diberikan setelah diberikan
culcup (adekuat) informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang perlunya
tindakan kedokteran dilakukan.
5. Informasi dan penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika sekurang- kurangnya
mencakup :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran (contemplated medical
procedure)
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
c. Alternatif tindakan lain, dan risikonya (alternative medical procedures and
risk);
d. Risiko (risk inherent in such medical procedures) dan komplikasi yang
mungkin terjadi;
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan (prognosis with and without
medical procedures);
f. Risiko atau akibat pasti jika tindakan kedokteran yang direncanakan tidak
dilakukan;
g. Informasi dan penjelasan tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan
kedokteran yang dilakukan (purpose of medical procedure);
h. Informasi akibat ikutan yang biasanya terjadi sesudah tindakan kedokteran.
Untuk Kasus-kasus yang tidak bisa ditangani di puskesmas dan memerlukan rujukan ke
fasilitas yang lengkap dilaksanakan rujukan ke rumah sakit dengan system berjenjang
1. Sistem Informasi Rujukan :
a. Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan
dicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan,
yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal dan jam pengiriman, status
jaminan kesehatan yang dimiliki pasien baik pemerintah atau swasta, tujuan
rujukan penerima, nama dan identitas pasien, resume hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa, tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk
pemeriksaan penunjang diagnostik, kemajuan pengobatan, nama dan tanda
tangan dokter/bidan yang memberikan pelayanan serta keterangan tambahan
yang dipandang perlu.
b. Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim denganmengisi surat
rujukan spesimen, yang berisikan antara lain : nomor surat, tanggal, status
jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima, jenis/bahan/asal
spesimen, nomor spesimen yang dikirim, tanggal pengambilan spesimen, jenis
pemeriksaan yang diminta, nama dan identitas pasien, serta diagnosis klinis.
Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk dibuat oleh
pihak laboratorium penerima dan segera disampaikan pada pihak pengirim
dengan menggunakan format yang berlaku di laboratorium yang bersangkutan.
2. Kegiatan rujukan meliputi pengiriman:
Rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap
a. Prosedur klinis
1) Petugas puskesmas (dokter / perawat / bidan) melakukan anamesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan
diagnosa utama dan diagnosa banding.
2) Dokter memberikan instruksi tindakan pra rujukan sesuai kasus. Instruksi
mencakup kapan mendapatkan pelayanan yang mendesak.
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas medis / paramedis
yang berkompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan puskesmas keliling atau
ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di UGD
tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan
kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
6) Selama proses rujukan secara langsung semua pasien selalu dimonitor dan
kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai dengan kondisi pasien.
b. Prosedur Administratif
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2) Membuat catatan rekam medis pasien.
3) Memberi informed consent (persetujuan / penolakan rujukan)
4) Memberikan alternative pemilihan rumah sakit tujuan kepada
pasien/keluarga pasien.
5) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 lembar pertama dikirim ke tempat
rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua disimpan
sebagai arsip. Surat rujukan memuat nomor rujukan, status kepesertaan
jaminan kesehatan, identitas pasien yang dirujuk, diagnose dan tujuan
dirujuk serta tanda tangan dokter yang merujuk
6) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
7) Membuat resume klinis pasien rangkap 2 lembar, satu dilampirkan ke rumah
sakit yang dituju, lembar kedua sebagai arsip. Resume kliins memuat
identitas pasien, keluhan utama, hasil pemeriksaan fisik, diagnose, tindakan
yang telah dilakukan, terapi yang sudah diberikan dan alasan pasien dirujuk
dan dibubuhi nama dokter yang merawat/merujuk
8) Membuat bukti pemberian KIE rujukan kepada pasien/keluarga pasien pada
lembar KIE/penyuluhan dan dibuat rangkap 2 lembar, satu lembar
dilampirkan ke rumah sakit yang dituju, lembar kedua disimpan sebagai arsip
9) Menyiapkan sarana transportasi ambulan
10) Dokter puskesmas/yang merujuk menghubungi pihak rumah sakit yang
dituju, kemudian mencatat hasil komunikasi dengan rumah sakit pada lembar
KIE sebagai bukti telah diterimanya rujukan pasien ke rumah sakit.
11) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi
yang bersangkutan.
3. Persiapan Rujukan
a. Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah :Melakukan pertolongan
pertama dan atau tindakan stabilisasi kondisi pasien sesuai indikasi medis serta
sesuai dengan kemampuan untuk tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan
rujukan
b. Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh
minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten.
c. Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien,
serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus ikut
mengantar pasien ke tempat rujukan.
d. Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas pasien,
alasan rujukan, tindakan dan obat-obatan yang telah diberikan pada pasien.
e. Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
f. Persiapan Obat, membawa obat-obatan esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk.
g. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai
tempat rujukan secepatnya. Kelengkapan ambulance, alat, dan bahan yang
diperlukan.
h. Persiapan biaya, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah cukup
untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat
rujukan jika tidak memiliki jaminan kesehatan.
i. Rujukan berupa spesimen atau penunjang diagnostik lainnya dan Rujukan bahan
pemeriksaan laboratorium
a) Pemberi Pelayanan Kesehatan/Petugas Kesehatan wajib mengirimkan
rujukan berupa spesimen atau penunjang diagnostik lainnya jika memerlukan
pemeriksaan laboratorium, peralatan medik/tehnik, dan/atau penunjang
diagnostik yang lebih tepat, mampu, dan lengkap.
b) Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya dapat dikirim dan diperiksa
dengan atau tanpa disertai pasien yang bersangkutan.
c) Jika sebagian spesimen telah diperiksa di laboratorium pelayanan kesehatan
asal laboratorum rujukan dapat memeriksa ulang dan memberi validasi hasil
pemeriksaan pertama.
d) Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan spesimen atau
penunjang diagnostik lainnya wajib mengirimkan laporan hasil pemeriksaan
atas spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang telah diperiksa ke
fasilitas pelayanan kesehatan asal.
LOGISTIK
Untuk kebutuhan logistik bahan habis pakai medis unit layanan meminta kebutuhan
tersebut sesuai dengan keperluan kepada unit layanan farmasi. Logistik bahan habis pakai
medis di unit layanan klinis berupa kasa kotak steril, kasa gulung, jarum, spuit 3/5/10cc,
benang, povidene iodine (Betadine), plester, Nacl 0,9%, surflo, infuse set, obat-obat
emergency, oksigen, dll.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
B. Manajemen Resiko
Manajemen resiko adalah suatu proses mengenal, mengevakuasi, mengendalikan, dan
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh.
Lingkup Manajemen Resiko dalam pelayanan Kesehatan:
1. Resiko yang terkait dengan pelayanan pasien atau kegiatan pelayanan kesehatan :
adalah rersiko yang mungkin dialami oleh pasien atau sasaran kegiatan UKM atau
masyarakat akibat pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas.
2. Risiko yang terkait degan petugas klinis yang memberikan pelayanan : adalah risiko
yang mungkin dialami oleh petugas klinis ketika memberikan pelayanan.
3. Risiko yang terkait dengan petugas non klinis yang memberikan pelayanan : adalah
risko yang mungkin dialami petugas non klinis, seperti petugas kebersihan, sopir dan
lainnya.
4. Risiko terkait dengan sarana tempat pelayanan : adalah risko yang mungkin dialami
oleh petugas, pasien, sasaran kegiatan pelayanan, masyarakat maupun lingkungan
akibat fasilitas pelayanan.
5. Risiko financial : adalah risiko kerugian financial yang mungkin dialami oleh
Puskesmas akibat pelayanan yang disediakan.
6. Risiko-risko lain yang tidak termasuk pada lingkup risiko misalnya kecelakaan
ambulan, kecelakaan kendaraan dinas yang digunakan.
Tahapan manajemen risiko :
1. Menetapkan lingkup manajemen risiko
Menganalisis dan menetapkan lingkup manajemen risiko, missal resiko yang terkait
dengan pelayanan pasien, pelayanan UKM, risiko terkait staf klinis dan non klinis dan
resiko terkait fasilitas.
2. Mengenal risiko
Identifikasi risiko yang mungkin terjadi kemudian disusun daftar risiko (register risiko)
3. Kajian risiko :
Kajian tingkat keparahan (severity Assessment) risiko : kajian ini dilakukan untuk
menentukan tingkat keparahan risiko, dengan memperhatikan dua variable, yaitu
dampak risiko (severity), dan kemungkinan terjadinya (probability).
Setelah dilakukan penilaian terhadap dampak dan kemungkinan terjadinya, maka tingkat
keparahan risiko ditetapkan dengan matriks sebagai berikut :
DAMPAK
P 1 2 3 4 5
5
R
O
4
B
A
B 3
I
L 2
I
T 1
A
S
Jika hasil kajian masuk kategori merah (risiko ektrem) dan kuning (risiko tinggi), maka
harus dilakukan Root Cause Analysis (RCA). Jika masuk kategori hijau (risiko
Sedang), atau biru (risiko rendah), maka cukup dilakuakan investigasi sederhana.
4. Root Cause Analysis (RCA)
Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu proses untuk mengeksplorasi semua factor
yang mungkin berhubungan dengan suatu kejadian dengan menanyaklan apa
kejadian yang terjadi, mengapa kejadian tersaebut terjadi, dan apa yang dapat
dilakukan untuk mencegah kejadian tersebut terjadi lagi dimasa mendatang.
5. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Merupakan suatu pendekatan untuk mengenali dan menemukan kemungkinan
terjadinya kegagalan pada system dan strategi untuk mencegah terjadinya kegagalan
tersebut. Jadi hasil akhir dari FMEA adalah disusunya disain baru atau prosedur baru
Adapun langkah-langkah menggunakan FMEA adalah sebagai berikut :
a) Memberntuk tim FMEA yang terdiri dari orang-orang yang menjadi pemilik proses.
b) Menetapkan tujuan analisis, keterbatasan yang dimiliki tim tersebut, dan
menyusun jadwal kegiatan tim untuk melaksanakn FMEA
c) Menetapkan peran dari setiap anggota tim saat melakukan analisis dengan FMEA
d) Menggambarkan alur proses yang ada sekarang
e) Mengenali model-model kegagalan atau kesalahan pada proses tersebut
f) Mengenali penyebab terjadinya kegagalan aatu kesalahan untuk setiap model
tersebut
g) Mengenali akibat dari kegagalan untuk setiap model tersebut
h) Melakukan penilaian terhadap setiap mode; kegagalan atau kesalahan
i) Menghitung Risk Priority Number (RPN)
j) Menentukan batasan (cut-off point) RPN untuk menentukan urutan prioritas dari
model-model yang diindentifikasi
k) Menyusun kegiatan untuk mengatasi (Design actions/solution)
l) Menentukan cara memvalidasi untuk menilai keberhasilan solusi yang
direncanakan
m) Menggambarkan alur proses yang baru.
Kinerja pelaksanaan pelayanan klinis dimonitor dan dievaluasi dengan indikator sebagai
berikut:
A. Ketersediaan jenis-jenis unit-unit layanan klinis yang sesuai dengan standar pelayanan
minimal Puskesmas
B. Ketepatan pelaksanaan pelayanan klinis sesuai dengan jadwal
C. Kesesuaian petugas yang melaksanakan pelayanan klinis
D. Memperhatikan keselamatan pasien (6 sasaran keselamatan)
E. Kepuasan pelanggan
Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini maupun pada audit internal.
BAB IX
PENUTUP
Pada prinsipnya pelayanan klinis adalah bagian dari pelayanan kesehatan Puskesmas
yang mengedepankan tanggung jawab, disiplin dan kebersamaan dan mengutamakan
keselamatan pasien. Semoga dengan adanya pedoman pelayanan klinis ini, pelayanan klinis
dapat berjalan dengan baik serta semakin dipercaya oleh masyarakat.
LAMPIRAN
Menerapkan triase/skrining terhadap setiap pengunjung yang datang
Memperkuat proses triase merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan pada saat ini.
Beberapa hal yang mendasari perlunya memperkuat triase yaitu adanya kelompok
orang tanpa gejala (OTG) pada kasus COVID-19 serta belum memiliki atau belum
memadai jumlah ketersedian rapid diagnostic test (RDT) untuk menentukan kondisi
reaktif atau non reaktif seseorang. Kemampuan petugas triase dalam melakukan
anamneses awal merupakan hal yang perlu dilatih bersama antara tenaga medis dan
tenaga kesehatan Puskesmas. Petugas triase pada saat pengunjung datang, melakukan
screening suhu tubuh, memastikan semua pengunjung menggunakan masker dan
telah mencuci tangan kecuali untuk kondisi gawat darurat. Petugas triase selain
menanyakan keluhan atau tujuan pengunjung ke Puskesmas, harus mampu juga
menggali dengan baik hal- hal terkait kemungkinan kasus COVID-19. Petugas
Puskesmas memberikan pelayanan dengan sepenuh hati dengan menggunakan
komunikasi yang efektif, agar pengunjung dapat: 1) memberikan informasi yang benar,
jelas, lengkap dan jujur, 2) mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan
keluarga, 3) mengajukan pertanyaan- pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti, 4)
memahami dan menerima konsekuensi pelayanan, 5) mematuhi instruksi dan
menghormati peraturan fasilitas Kesehatan/ Puskesmas dan 6) memperlihatkan
sikap menghormati dan tenggang rasa.
1. Warna merah adalah alur pelayanan untuk pasien terkait kasus COVID-19 tanpa
kegawatdarutan atau kasus COVID-19 dengan kegawatdaruratan atau kasus gawat
darurat bukan kasus COVID-19, Terdiri dari jalur :
a. Kasus bukan gawat darurat: nomor 124676810811, dilanjutkan ke
nomor:
1) 1315 (untuk pasien pulang), atau;
2) 14 (untuk pasien dirujuk)
b. Kasus gawat darurat: nomor 13103, dilanjutkan ke nomor:
1) 1315 (untuk pasien pulang), atau;
2) 14 (untuk pasien dirujuk)
2. Warna hijau adalah alur pelayanan untuk pasien tidak terkait kasus COVID-19, yaitu
pasien dengan keluhan lain selain ISPA pada semua kelompok umur, Ibu hamil yang
memerlukan kontrol kehamilan (ANC), bayi atau balita yang memerlukan Imunisasi,
Pasangan Usia Subur (PUS) yang akan melakukan KB, pelayanan gigi, pelayanan gizi,
pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan TBC, IMS, HIV, pemeriksaan khusus, konsultasi,
dan lain-lain.
3. Puskesmas harus mengkondisikan SOP awal dan akhir pelayanan (*) yang
dilaksanakan.
4. Ruang tunggu (**) untuk pasien ISPA dan bukan ISPA dikondisikan terpisah, dengan
ventilasi cukup agar sirkulasi udara dalam ruang runggu tersebut dalam keadaan
baik.
5. Ruang laboratorium (***) untuk pemeriksaan penunjang terkait kasus COVID-19
dikondisikan terpisah dengan pemeriksaan laboratorium/penunjang lainnya untuk
meminimalkan risiko penularan antar pasien. Pemeriksaan laboratorium di
Puskesmas yang dapat dilakukan pada kasus terkait kasus COVID-19 adalah
pemeriksaan rapid test, bila pada kasus terkait COVID-19 diperoleh hasil pemeriksaan
rapid test pertama adalah reaktif, Puskesmas melakukan pengambilan spesimen (swab
nasofaring- orofaring atau sputum) untuk dikirim guna pemeriksaan RT-PCR ke
laboratorium yang dapat melakukan pemeriksaan RT-PCR.
6. Ruang farmasi (****) untuk pengambilan obat terkait kasus COVID-19 dan bukan
terkait kasus COVID-19 dikondisikan harus tetap memperhatikan prinsip pencegahan
dan pengendalian infeksi.
7. Untuk kasus terkait kasus COVID-19 (*****), dilakukan tata laksana:
a. OTG:
1) Bila dengan rapid test pertama hasilnya non reaktif dilakukan karantina
mandiri sesuai dengan protokol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-
19 pemeriksaan ulang rapid test dilakukan pada hari ke-10. Bila pada
pemeriksaan rapid test kedua hasilnya positif, dilakukan pengambilan
spesimen (swab nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan pemeriksaan
RT-PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium yang dapat melakukan RT-PCR.
2) Bila hasil pertama rapid test reaktif karantina mandiri sesuai dengan
protokol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19 dilakukan
pengambilan spesimen (swab nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan
konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium
yang dapat melakukan RT-PCR.
Bila OTG yang terkonfirmasi positif kemudian menunjukkan gejala
selama masa
karantina:
1) Gejala ringan isolasi diri di rumah
2) Gejala sedang isolasi di RS darurat
3) Gejala berat isolasi di RS rujukan
b. ODP
1) Bila hasil pertama rapid test non reaktif isolasi diri di rumah, sesuai
dengan protokol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19 pemeriksaan
ulang rapid test dilakukan pada hari ke-10
2) Bila hasil pertama rapid test reaktif isolasi diri di rumah sesuai dengan
protokol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19 dilakukan
pengambilan spesimen (swab nasofaring-orofaring, sputum)
untuk dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR 2 kali
berturut-turut di laboratorium yang dapat melakukan RT-PCR.
Bila ODP yang terkonfirmasi positif mengalami gejala perburukan:
2) Gejala sedang isolasi di RS darurat
3) Gejala berat isolasi di RS rujukan
Isolasi di RS darurat dapat juga dilakukan pada pasien dengan
usia > 60 tahun atau pada pasien yang kondisi rumahnya tidak
memungkinkan untuk dilakukan isolasi mandiri.
c. PDP
1) Bila hasil rapid test pertama non reaktif:
a) Gejala ringan isolasi diri di rumah
b) Gejala sedang isolasi di RS darurat
c) Gejala berat isolasi di RS rujukan
Pemeriksaan ulang rapid test hari ke
10
2) Bila hasil rapid test pertama reaktif dilakukan pengambilan spesimen
(swab nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan konfirmasi dengan
pemeriksaan RT-PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium yang dapat
melakukan RT-PCR.
Bila PDP terkonfirmasi positif mengalami gejala perburukan:
1) Gejala ringan menjadi sedang isolasi di RS darurat
2) Gejala sedang menjadi berat isolasi di RS rujukan
8. Saat pasien atau pengunjung didiagnosis terkait kasus COVID-19, Puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan pemantauan dan kegiatan-
kegiatan lain terkait COVID-19, yaitu:
a. Notifikasi kasus 1x24 jam ke dinkes
b. Penyelidikan Epidemiologi (PE)
c. Pengambilan dan pengiriman spesimen
d. Melakukan pemantauan harian, mencatat dan melaporkan pemantauan harian
e. Pelacakan kontak erat
f. Identifikasi kontak erat, pendataan kontak erat
g. Edukasi pasien
h. Komunikasi risiko, keluarga dan masyarakat
PEDOMAN UKP PUSKSMAS GEROKGAK I 42