Anda di halaman 1dari 12

Model Pengendalian Faktor Risiko

Stunting pada Anak Usia di Bawah


Tiga Tahun
Jurnal Dipublish Oleh
Erna Kusumawati, Setiyowati Rahardjo, Hesti Permata Sari

KELOMPOK 4 :
FHADHILA INDA THUFAILLAH
RIZKA ALAWIYAH
FATIMAH
stunting Stunting atau terhambatnya pertumbuhan tubuh
merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi
yang ditandai dengan tinggi badan menurut usia
di bawah standar.
KETERANGAN
Anak yang stunting merupakan hasil dari masalah gizi kronis sebagai akibat dari
makanan yang tidak berkualitas, penyakit infeksi, dan masalah lingkungan. Stunting
masa kanak-kanak berhubungan dengan keterlambatan perkembangan motorik dan
tingkat kecerdasan yang lebih rendah. Selain itu, juga dapat menyebabkan depresi
fungsi imun, perubahan metabolik,penurunan perkembangan motorik, rendahnya nilai
kognitif dan rendahnya nilai akademik.

RESIKO
Anak yang menderita stunting akan tumbuh
menjadi dewasa yang berisiko obesitas, glucose
tolerance, penyakit jantung koroner, hipertensi,
osteoporosis, penurunan performa dan
produktivitas.
Tujuan
penelitian

untuk menganalisis faktor risiko terkait faktor anak,


ibu, lingkungan terhadap stunting bawah tiga tahun
(batita) agar dapat dikembangkan model
pengendaliannya.
.
Faktor anak & ibu
Faktor anak meliputi riwayat berat dan Faktor ibu meliputi pengetahuan ibu dan
panjang pola asuh terhadap
badan lahir, pemberian ASI dan Makanan batita. diketahui persentase
Pendamping ASI (MP ASI), penyakit infeksi, pengetahuan kurang dan pola asuh anak
pelayanan kurang baik pada
kesehatan dan imunisasi, jenis kelamin, usia kasus lebih banyak dibandingkan pada
anak. kelompok kontrol
Faktor
lingkungan

Faktor lingkungan yang diteliti diperoleh hubungan


dengan kejadian stunting batita adalah pendidikan
ayah, pendidikan ibu, pendapatan keluarga,
ketersediaan pangan di keluarga dan sanitasi
lingkungan.

Faktor lingkungan yang berisiko terhadap kejadian stunting pada batita adalah sanitasi
lingkungan, hal ini sejalan dengan penelitian Van der Hoek,21 yang menyatakan
bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang mempunyai fasilitas air bersih
memiliki prevalensi diare dan stunting lebih rendah daripada anak-anak dari keluarga
yang tanpa fasilitas air bersih dan kepemilikan jamban.
model pengendalian
faktor risiko stunting
Berdasarkan hasil pembahasan Pada individu (ibu batita), Peningkatan pengetahuan dan
faktor risiko stunting diusulkan karena ibu sebagai pembina kesadaran pangan dan gizi,
model pengendalian faktor pertama dan utama terhadap keterampilan mengelola
risiko stunting melalui pendidikan dan kesehatan anak,pangan dan konsumsi dengan
pemberdayaan keluarga dan pengelola atau gizi seimbang, sanitasi
ditujukan pada level individu penyelenggara makanan dalam lingkungan, untuk
(ibu batita), level masyarakat keluarga, memiliki peranan meningkatkan gizi dan
dan level pelayanan kesehatan. yang besar dalam peningkatan mencegah penyakit infeksi
Perspektif sosial memahami status gizi anggota keluarga. yang sering diderita anak serta
level ganda yang ada di memanfaatkan pekarangan
masyarakat, yaitu level individu sebagai sumber pangan dan
untuk membentuk perilaku, gizi keluar.
level interpersonal untuk
memberikan dukungan, level
masyarakat untuk membentuk
norma, dan level pemerintah
untuk mengubah kebijakan
Next text……

Pada level masyarakat, dilakukan dengan Salah satu fungsi posyandu adalah sebagai
peningkatan peran dan fungsi posyandu. media promosi kesehatan dan gizi, pemantauan
posyandu merupakan salah satu bentuk upaya pertumbuhan balita. Promosi kesehatan adalah
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) suatu kegiatan atau usaha menyampaikan
dalam penyelenggaraan pembangunan informasi kesehatan kepada masyarakat
kesehatan guna memberdayakan masyarakat sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
dan memberikan kemudahan kepada tentang kesehatan yang lebih baik.Pada level
masyarakat dalam memperoleh pelayanan pelayanan kesehatan dan pemangku
kesehatan dasar, pemantauan pertumbuhan kepentingan, perlu dilakukan intervensi
dan perkembangan balita termasuk stunting, peningkatan status gizi melalui advokasi
dan untuk mempercepat penurunan angka kebijakan terkait upaya pencegahan dan
kematian ibu dan bayi. penanggulangan stunting pada batita
Penelitian ini menunjukkan tiga faktor yang secara bersama-sama
mempengaruhi stunting anak usia enam sampai 36 bulan, yaitu penyakit
infeksi, ketersediaan pangan dan sanitasi lingkungan dan yang paling dominan
adalah penyakit infeksi paling sering dialami adalah ISPA dan diare.
Berdasarkan hasil analisis multivariat dan dikaitkan dengan kerangka pikir
UNICEF tahun 1990 dan model promosi multilevel dengan pendekatan MATCH
diusulkan model pengendalian faktor risiko kejadian stunting dilakukan
pemberdayaan keluarga, terutama ibu batita terkait pencegahan penyakit
infeksi memanfaatkan pekarangan sebagai sumber gizi keluarga dan sanitasi
lingkungan. Pada level masyarakat dengan peningkatan peran dan fungsi
posyandu dan pada level pelayanan kesehatan perlu dilakukan intervensi
peningkatan status gizi melalui advokasi kebijakan terkait upaya pencegahan
stunting pada batita.

Rangkuman
Cara
Pendwonloadtan
Aplikasi Pencegah
Stunting
THANK YOU FOR
YOUR ATTENTION

SEE YOU NEXT


PRESENTATION…..

Anda mungkin juga menyukai