Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilu sebagai mekanisme pokok prosedur demokrasi mendapatkan jaminan

konstitusional sebagai hasil dari perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945), yang diatur dalam satu bab tersendiri.

Ketentuan yang diatur dalam Pasal 22E ayat (1) UUD NRI 1945 itu memberikan

pedoman dasar baik yang bersifat prosedural maupun substansial. Dari sisi

procedural, pemilu harus dilakukan lima tahun sekali, secara langsung, umum, dan

rahasia. Dari sisi substansial pemilu harus dilakukan secara bebas, jujur, dan adil.

Oleh karena itu dalam konteks negara hukum demokratis diperlukan landasan hukum

yang kuat agar proses demokrasi prosedural lewat pemilihan umum dapat melahirkan

wajah demokrasi yang substantif, yakni pemilu demokratis, transparan dan

dilaksanakan oleh penyelenggara pemilu yang independen.1

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara konstitusional diatur dalam Pasal 18

ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945

bahwa Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah

daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis. Pasal 1 ayat (2)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa

kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar,

1
Lihat Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Perubanahan Keempat (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 14), Putusan Rapat MPR Ke-6
(Enam) Tahun 2002.

1
yang direfleksikan melalui Pemilihan kepala daerah secara demokratis. Dalam sejarah

kepemiluan di Indonesia, pemilu dilakukan untuk memilih anggota legislatif pada

tingkatan Dewan Perwakilal Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD, baik DPRD Provinsi maupun DPRD kabupaten), serta Dewan Perwakilan

Daerah (DPD), selain itu pemilu dilakukan pula untuk memilih presiden dan wakil

presiden.

Sejak tahun 2005, sejarah pemilihan umum di Indonesia mencatat dimulainya

pemilihan untuk menentukan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, yang lebih

dikenal dengan istilah Pilkada. Melalui pengesahan Undang-Undang No. 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satu unsur didalamnya mengatur

tentang pemilihan kepala daerah secara langsung, maka bulan Juni 2005 menjadi

sejarah pertama pelaksanaan Pilkada langsung.

Pelaksanaan pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah

(KPUD) masing masing, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh Badan Pengawas

Pemilu (BAWASLU). Beberapa tahapan disusun oleh KPUD sebagai petunjuk dan

jadwal bagi pelaksanaan setiap tahapan dalarn Pilkada tersebut. Setelah disahkannya

Undang-Undabg No. 27 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu dan menjadikan

Pilkada sebagai bagian dari Pemilu mata istilah Pilkada berubah rnenjadi Pemilihan

Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada). Demikian pula

dengan Undang-undang yang dijadikan dasar pelaksanaannya, bukan lagi terbatas

pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tetapi juga digunakan Undang-Undang No.

2
l2 tahun 2008 tentang perubahan atas UU No 32 tahun 2004 tersebut, yang dibuat lagi

kebijakan teknis dan petunjuk pelaksanaannya kedalam beberapa Peraturan KPU.

Pada tahun 2020 diselenggarakan pilkada serentak di beberapa Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 serentak

akan dilaksanakan pada 9 Desember 2020. Pilkada serentak tersebut rencananya akan

dilaksanakan di 270 wilayah di Indonesia, meliputi 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37

kota.2 Sulawesi Tenggara khususnya menyelenggarakan pilkada serentak di tujuh

kabupaten.3 Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Tenggara memastikan tujuh

kabupaten siap menyelenggarakan Pilkada Serentak 2020 pada 9 Desember. Tujuh

kabupaten itu yakni, Konawe Utara, Kolaka Timur, Konawe Kepulauan, Wakatobi,

Buton Utara, Konawe Selatan dan Muna.

Persoalan pelaksanaan pemilukada terlihat dari banyaknya pemilih yang tidak

terdaftar, kasus pernilih ganda, tidak validnya DPT, dan masih tercantumnya nama-

nama pemilih yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai pemilih. Ditambah lagi

dengan hilangnya hak pemberian suara sekian warga negara dikarenakan mereka

tidak tercantum dalam kategori orang-orang yang berhak memberikan suara.

Sementara di beberapa tempat terjadi yang sebaliknya orang yang sudah meninggal

atau anak-anak dibawah umur mendapatkan panggilan untuk memilih. Pada tahap

2
Nur Rohmi Aida, Berikut Daftar 270 Daerah yang Gelar Pilkada Serentak Tahun 2020,
https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/05/193100165/berikut-daftar-270-daerah
yang-gelar-pilkada-serentak-9-desember-2020, diakses pada hari Selasa 15 Juni 2021 Pukul
18.30 Wita
3
Mel 7Kabupaten Di Sultra Siap Selenggarakan Pilkada
https://www.medcom.id/pilkada/news-pilkada/nbwj2G5N-7-kabupaten-di-sultra-siap-
selenggarakan-pilkada diakses pada hari Selasa 15 Juni 2021 Pukul 18.35 Wita

3
pencalonan, KPU belum sepenuhnya siap untuk melakukan verifikasi dukungan atas

bukti dukungan Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi calon perseorangan

(independent).4

Permasalahan administratif juga muncul ketika KPU tidak secara transparan

dan akuntabel melakukan verifikasi dan pembuatan berita acara verifikasi

administratif atas seluruh berkas dan lampiran berkas pencalonan dari calon yang

diusung melalui partai ataupun koalisi partai, yang tidak kalah menarik adalah

persoalan jumlah dukungan partai politik yang dibatasi minimal 20%, seringkali

terjadi adanya upaya politisasi sehingga KPU terjebak dalam peraturan intemal

masing-masing partai politik (parpol) pengusung calon.

Konteks pelaksanaan penyelenggaraan Pemilihan kepala daerah (Pilkada) oleh

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD), bukan merupakan perkara mudah yang

dapat dilaksanakan dengan mulus tanpa adanya suatu masalah  atau dinamika dan

kendala teknis dalam penerapan dan implementasi dari pelaksanaan regulasi terkait

Pilkada, karena pada kenyataannya dalam menjalankan seluruh proses tahapan

penyelenggaraan Pilkada selalu saja didapati masalah-masalah yang timbul baik itu

akibat dari Penyelenggara Pilkada yang melanggar ketentuan undang-undang

dan/atau keliru dalam memahami suatu regulasi, Peserta Pemilihan maupun dari

masyarakat atau pendukung pasangan calon yang akan bereaksi dan melakukan

protes ketika Penyelenggara tidak profesional dalam menjalankan tugasnya, sehingga

4
Mursalin Massuanna, 2012, Implementasi Kebijakan Pencalonan Kepala Daerah Tahun 2010
(Studi Kasus Pada KPU Kabupaten Gowa), Makassar, Hlm. 3

4
tidak mudah bagi penyelenggara menyelenggarakan tahapan Pilkada ditengah

masyarakat yang semakin sadar dan paham akan pentingnya berdemokrasi dalam

negara hukum, namun bukan berarti dengan beban tanggung jawab yang berat dalam

menjalankan tahapan Pilkada, sehingga KPU tidak memperhatikan undang-undang

dengan baik dan cermat.5

Sesuai Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 5 Tahun 2020

tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pilkada 2020, Komisi

Pemilihan Umum Kabupaten Muna pada tanggal 23-24 September 2020 yang lalu

telah menetapkan dan melakukan pengundian nomor urut Pasangan Calon dalam

Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Muna Tahun 2020, atas nama Pasangan Calon

Laode Rusman Emba dan Bachrun Labuta sebagai Pasangan Calon Nomor Urut 1. 6

Penetapan dan pengundian nomor urut Pasangan Calon dalam Pemilihan Bupati dan

Wakil Bupati Muna Tahun 2020, berdasarkan Surat Keputusan Nomor 252/PL.02.3-

Kpt/7403/KPU-KAB/IX/2020 tentang Penetapan Pasangan Calon dalam Pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati Muna Tahun 2020, berkas pencalonan atau dokumen di

Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-El) yang bersangkutan dengan nama (La

Ode Muhammad Rusman Emba) berbeda dengan identitas Ijazah miliknya dengan

5
Irvan Mawardi, 2013, Penegakkan Hukum Administrasi Terhadap Sengketa Penetapan
Pasangan Calon Oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah Dalam Pemilihan Kepala Daerah,
Universitas Hasanuddin, Makassar, hlm.21
6
Heeryl Pilkada Muna: Rusman Nomor Urut Satu, Rajiun Nomor Urut Dua
http//:kendaripos.co.id/2020/09/pilkada-muna-rusman-nomor-urut-satu-rajiun-nomor-urut-
dua/html, diakses pada 20, Maret 2021, Pukul 19.20 Wita.

5
nama La Ode Muhammad Rusman Untung sebagaimana diatur dalam Keputusan

KPU.7

Urgensi syarat administratif penetapan pasangan calon kepala daerah secara

hukum, khusus mengenai hak pencalonan, dapat dilihat pada ketentuan Pasal 7 ayat

(1) Undang-Undang No 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu),

disebutkan “setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk

mencalonkan diri dan dicalonkan sebagai calon Gubernur dan Calon Wakil

Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon

Wakil Walikota”.8 Pemenuhan syarat dimaksud, tak lain adalah KTP-el. Komisi

Pemilihan Umum (KPU) telah menerbitkan pedoman teknis pencalonan pilkada yakni

Keputusan KPU No.394/PL.02.2-Kpt/06/KPU/VIII/2020 tentang Pedoman Teknis

Pendaftaran, Penelitian dan Perbaikan Dokumen Persyaratan, Penetapan, Serta

Pengundian Nomor Urut Pasangan Calon Dalam Pemilihan Gubernur, Bupati Dan

Wakil Bupati, Dan/Atau Walikota Dan Wakil Walikota (Juknis KPU). Keberadaan

Juknis KPU menjadi acuan KPU Provinsi/Kota/Kabupaten menyelenggarakan

tahapan pencalonan. Tersirat, UU Administrasi Kependudukan mengkehendaki

seluruh sendi interaksi kewarganegaraan yang membutuhkan identitas kependudukan,

menggunakan KTP-el. Misalnya, data pajak, data kepegawaian dan tak terkecuali

dalam pemilihan, semuanya menggunakan KTP-el.9

7
http//:jdih.kpu.go.id/sultra/muna, diakses pada 20, Maret 2021,pukul 19 30 Wita.
8
Lihat Pasal 7 ayat (1) UU No 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Umum
9
http://inilahsultra.com/2020/10/06/beda-identitas-mencalon/ diakses pada 20 Maret Pukul
21.05 Wita

6
KTP-el secara hirarki memiliki kedudukan paling awal disebutkan dalam syarat

mencalon pilkada di Undang-Undang Pemilihan Sebab KTP mencatumkan elemen

data penduduk, sehingga identitas yang termuat dalam KTP-el menjadi verifikator

atas identitas yang termuat dalam turunan syarat calon dan pencalonan yang lain.

Setelah syarat KTP-el, barulah disebutkan syarat lainnya, misalnya minimum

pendidikan paling rendah sekolah lanjutan atas yang dibuktikan dengan Ijazah, dan

seterusnya. Termasuk syarat pencalonan yakni surat dukungan Partai Politik (B.1-

KWK Parpol) harus sesuai dengan identitas yang tercantum dalam KTP. Identitas

yang termuat dalam KTP-el harus sama-identik dengan identitas yang termuat dalam

syarat calon dan pencalonan lainnya, termasuk ijazah dan B.1-KWK Parpol.

Salah satu daerah yang menyelenggarakan pemilukada di Provinsi Sulawesi

Tenggara yakni Kabupaten Muna, terdapat pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati

berbeda identitas nama di KTP-el dan Ijazah yang menjadi syarat administratif

penetapan pasangan calon kepala daerah. Nama yang terterah di KTP-el La Ode

Muhammad Rusman Emba sedangkan nama untuk Ijazah La Ode Muhammad

Rusman Untung. Sebagai syarat administratif tentunya ini sangat penting untuk

dijadikan sebagai dasar penetapan pasangan calon kepala daerah dan KPU wajib

memeriksa dokumen kelengkapan syarat pencalonan dengan teliti dan seksama guna

menghindari perbuatan melawan hukum terkait dengan pemalsuan dokumen. Setelah

KPU melakukan ferifikasi syarat administrasi selanjutnya menetapkan pasangan

calon kepala daerah. KPU menetapkan pasangan calon kepala daerah di Kabupaten

Muna tanggal 23 September 2020 sehari sebelum adanya putusan Pengadilan Negeri

7
Raha Nomor 20/pdt.P/PN/2020. Jadi terdapatnya perbedaan pada kartu tanda

penduduk (KTP) dan ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) serta ijazah perguruan

tinggi terakhir dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum. Alasannya,

nama sebagai identitas tidak boleh berbeda dengan dokumen lainnya karena nama

adalah identitas tunggal untuk memastikan bahwa nama di KTP dan Ijazah dimiliki

oleh orang yang sama. Apabila terjadi perbedaan seharusnya dilakukan perbaikan

melalui putusan pengadilan karena Indonesia adalah negara hukum.

Berdasarkan temuan perbedaan tersebut terjadi pro dan kontra di tengah

masyarakat kabupaten Muna pada khususnya. Hal tersebut menjadi pro dan kontra

karena KPU meloloskan pasangan calon Rusman Emba dan Bachrun Labuta. Salah

satu pihak yang merasa dirugikan adalah pasangan calon LM Rajiun Tumada dan La

Pili. Salah seorang warga Muna melaporkan kasus ini pada Ombdusman Sulawesi

Tenggara pada 07 Oktober 2020. Hari ini Rabu 07 Oktober 2020 kita telah melapor

ke Ombudsman, terkait kepemilikan KTP atas nama La Ode Muhammad Rusman

Emba yang terjadi sebelum adanya putusan pengadilan sebagaimana dengan nomor

register perkara 20/PDT.P/2020/PN Raha diatas Putusan ini membuktikan

penggunaan nama Rusman Emba selama ini tidak sah secara hukum. Masyarakat

Muna terluka atas kepercayaan selama ini.10 Juru bicara pasangan calon LM Rajiun

Tumada dan La Pili Wahidin Kusuma Putra menanggapi persoalan ini dan meminta

berkas pencalonan Rusman Emba dan Bachrun Labuta ditinjau Kembali oleh KPUD

Abdul Rasyid S, Perbedaan Identitas Rusman Diadukan Ke Ombdusman, https://detiksultra.
10

com/berita-daerah-sulawesi-tenggara/muna/perbedaan-identitas rusman-diadukan-ke-
ombudsman/ diakses pada hari Selasa 15 Juni 2021 Pukul 18.4Wita

8
Kabpaten Muna. Menurutnya pergantian Namanya belum sah secara hukum karena

belum ada ketetapan pengadilan.11 Ketua KPU Muna, Kubais mengaku, ada

perbedaan indentitas Rusman pada KTP dan ijazah. Di mana pada KTP, identitasnya

bernama La Ode Muhammad Rusman Emba sementara di ijazah tertulis La Ode

Muhammad Rusman Untung.

Terhadap perbedaan itu, KPU melakukan prosedur kerja sesuai dengan yang

tertulis dalam Keputusan KPU-RI Nomor 394/Pl.02.2-Kpt/06/KPU/VIII/2020 tentang

pedoman teknis pendaftaran, penelitian dan perbaikan dokumen persyaratan,

penetapan serta pengundian nomor urut Paslon dalam Pilgub, bupati dan wakil bupati

dan/atau wali kota dan wakil wali kota.12

Berdasarkan pemaparan di atas maka hal-hal yang dikemukakan tersebut

mendasari penulis untuk membuat penulisan hukum dengan judul “Kedudukan

Hukum Kartu Tanda Penduduk Sebagai Syarat Administrasi Pasangan Calon

Dalam Pemilihan Kepala Daerah)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarakan pada uraian latar belakang di atas penulis menyusun suatu

rumusan masalah yang diuraikan sebagai berikut:

11
Husain, Kpud Kabupaten Muna Diminta Tinjau Ulang Berkas Pencalonan Paslon Nomor
Urut 1, Rusman Emba atau Rusman Untung? https://penasultra.com/kpud-muna-diminta-
tinjau-kembali-berkas-paslon-nomor-urut-1-rusman-emba-atau-rusman-untung/ diakses pada
hari Selasa 15 Juni 2021 Pukul 18.57 Wita
12
Sunaryo, Perbedaan Identitas Rusman Tak Pengaruhi Pencalonan,
https://telisik.id/news/perbedaan-identitas-rusman-tak-pengaruhi-pencalonan, diakses pada hari
Selasa 15 Juni 2021 Pukul 19.34 Wita

9
1. Bagaimana kedudukan hukum KTP pasangan calon di Pilkada berbeda dengan

identitas lainnya sebagai syarat administrasi ?

2. Bagaimana kepastian hukum administrasi Pemilu terhadap perbedaan KTP dan

identitas lainnya bagi calon kepala daerah ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penulisan hukum ini penulis mempunyai tujuan yang hendak

dicapai untuk memberikan arah dalam proses penelitian. Adapun tujuan yang hendak

dicapai dalam proses peneletian ini terbagi atas dua yakni sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Mengetahui pengaturan kedudukan hukum KTP pasangan calon di Pilkada

berbeda dengan identitas lainnya sebagai syarat administrasi

b. Mengetahui tentang kepastian hukum administrasi Pemilu terhadap

perbedaan KTP dan identitas lainnya bagi calon kepala daerah

2. Tujuan Subjektif

a. Memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan keilmuan dari segi

hukum berdasarkan penelitian yang penulis lakukan.

b. Menambah informasi tentang kajian hukum dan bahan referensi hukum

berdasarkan penelitian penulis untuk kebutuhan penulisan hukum ilmiah,

sekaligus melatih kemampuan penulis dalam menerapkan teori semasa

dibangku perkuliahan.

c. Memenuhi persyaratan akademisi guna dalam rangka memperoleh gelar

kesarjanaan dibidang Ilmu Hukum Tata Negara (HTN) pada khususnya dan

10
bidang keilmuan hukum pada umumnya di Fakultas Hukum Universitas Halu

Oleo (UHO).

D. Manfaat Penelitian

Berkenaan dengan penelitian yang penulis lakukan hendak memberikan

manfaat bagi berbagai pihak yang terkait dalam penelitian penulisan hukum ini yakni

khususnya mahasiswa hukum dan penyelenggara pemilihan umum serta masyarakat

pada umumnya. Menurut penulis nilai dari sebuah penelitian ditentukan seberapa

besar manfaat penelitian terhadap para pembaca dan pendalam di bidang hukum.

Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini terbagi atas dua yakni

manfaat dari segi akademisi (teoritik) dan dari segi praktisi (praktik). Maksud dari

manfaat penulis tersebut sebagai berikut:

1. Manfaat Akademisi (Teoritik)

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan

sumbangan bagi pengembangan keilmuan dibidang Hukum Tata Negara

(HTN) khususnya dan ilmu hukum pada umumnya.

b. Hasil penelitian imi diharapkan dapat membantu memberikan kontribusi atau

masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stake holder) terkait dengan

masalah yang sedang diteliti, serta bermanfaat bagi masyarakat pada umunya

dan pembaca pada khususnya.

11
2. Manfaat Praktis

Memberikan bahan masukan maupun referensi bagi pihak-pihak yang hendak

melakukan penelitian terkait dengan kedudukan hukum KTP sebagai syarat

administrasi pasangan calon dalam pilkada.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Tentang Hukum Administrasi Negara

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara

Pengertian administrasi negara menurut Jhon M Pfifiner mengemukakan

bahwa: “Administrasi negara adalah pelaksanaan kebijakan negara yang telah

digariskan oleh badan-badan politik yang representatif”.13

Hukum administrasi negara adalah seperangkat peraturan yang

memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsinya, sekaligus juga

melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara, dan melindungi

administrasi negara tersebut. HAN sebagai menguji hubungan hukum istimewa

yang diadakan akan memungkinkan para pejabat (ambtsdrager) administrasi

negara melakukan tugas mereka yang khusus.14

Menurut J.H.P. Bellefroid mendefinisikan hukum administrasi negara

yakni sebagai berikut: 15

Hukum tata usaha atau hukum tata pemerintahan ataupun disebut hukum
administrasi negara adalah keseluruhan aturan tentang cara alat
perlengkapan pemerintahan dan badan kenegaraan dan majelis pengadilan
khusus yang diserahi pengadilan tata usaha dalam memenuhi tugasnya.
Menurut paham ini, hukum tata usaha pada pokoknya hanya bersangkutan
dengan alat-alat perlengkapan yang tugas pokoknya pemerintahan.

13
Soekarna, 2011, Dasar-dasar Manajemen, Bandung, Mandar Maju, hlm.13.
14
Sahya Anggara, Hukum Administrasi Negara, Bandung, Pustaka Setia, hlm.16
15
Ibid, hlm.12.

13
Istilah hukum administrasi negara adalah terjemahan dari istilah

Administrasi recht (bahasa Belanda). Hukum Administrasi Negara merupakan

peraturan hukum mengenai administrasi dalam suatu negara, dimana hubungan

antar warga negara dan pemerintahannya dapat berjalan dengan baik dan aman.

Hukum Administrasi Negara menjelasakan peraturan-peraturan mengenai segala

hal ihwal penyelenggaran negara yang dilakukan oleh aparatur negara guna

mencapai tujuan negara. Dalam Hukum administrasi Negara juga menjelasakan

seperangkat peraturan yang memungkinkan administrasi Negara menjalankan

fungsinya, yang sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak

administrasi Negara, dan melindungi administrasi Negara itu sendiri.16

2. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara

Menurut Prajudi Atmosudirdjo, untuk keperluan studi ilmiah, ruang

lingkup studi hukum administrasi negara meliputi sebagai berikut:17

1) Hukum tentang dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum dari


administrasi negara.
2) Hukum tentang organisasi dari administrasi negara
3) Hukum tentang aktivitas-aktivitas administrasi negara, terutama yang
bersifat yuridis
4) Hukum tentang sarana-sarana dari administrasi negara, terutama
mengenai kepegawaian negara dan keuangan negara.
5) Hukum administrasi pemerintahan daerah dan wilayah yang dibagi
menjadi:
a. hukum administrasi kepegawaian;
b. hukum administrasi keuangan;
c. hukum administrasi materil;
d. hukum administrasi perusahaan negara;

16
Yusri Munaf, 2016, Hukum Administrasi Negara, Riau, Marpoyan Tujuh Publishing,
hlm.9.
17
Sahya Anggara, Hukum Administrasi Negara,op.cit, hlm.23

14
6) Hukum tentang peradilan administrasi negara.

3. Konsep Hukum Administrasi Negara

Konsep hukum administrasi negara (HAN) menurut Nasarudin dibentuk

dengan 3 (tiga) bagian, yaitu: 1) Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan,

pembuatan kebijakan, dan pembuatan keputusan.

1. Praturan Perundang-Undangan

Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norms yang

sifatnya mengikat umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal

yang bersifat umum (general).18

Menurut Penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara, peraturan perundang-undangan adalah semua

peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang dikeluarkan oleh Badan

Perwakilan Rakyat bersama pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat

daerah yang juga mengikat secara umum. Rumusan pengertian peraturan

perundang-undangan seperti demikian ini mencakup pengertian materiil dan

formil.19

Berdasarkan rumusan penjelasan Pasal 1 angka 2, UU No. 5 Tahun 1986

tersebut, dapat disimpulkan bahwa keputusan dari badan atau pejabat tata usaha

negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum (besluit van algemene

18
Mahfud.MD, 2006, Membangun Politik Hukum, Menegakan Konstitusi, Jakarta, Pustaka
LP3ES, hlm.94.
19
Marbun, 2011, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia,
Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia. hlm.182

15
strekking) termasuk peraturan perundang-undangan (algemeen verbindende

voorschriften).20

Menurut seorang sarjana Jerman, Paul Laband, undang-undang dapat

diartikan secara formil dan secara materiil (wet in formele zin dan wet in

materiele zin). Undang-undang dalam arti formil (wet in formele zin) adalah

setiap peraturan (keputusan pemerintah) yang dikaitkan dengan cara terjadinya

atau cara pembentukannya. Sementara di Indonesia, pengertian Undang-Undang

dalam arti formil adalah setiap produk hukum yang dibuat oleh Presiden bersama

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Sedangkan Undang-Undang dalam arti

materiil adalah suatu penetapan kaidah hukum dengan tegas sehingga kaidah

hukum itu mempunyai sifat mengikat. Menurut Paul Laband sifat mengikatnya

suatu aturan hukum harus memerlukan dua unsur, yakni penetapan secara tegas

(anordnung) dan peraturan atau isi hukumnya itu sendiri (rechtsstaat). Menurut

Buys dalam bukunya De Grond wet, Toelichting en Kritiek (1883),

mengemukakan bahwa yang dimaksud undang-undang dalam arti materiil adalah

setiap keputusan pemerintah (overheid) yang isinya mengikat langsung pada

setiap penduduk.21

Peraturan perundang-undangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:22

20
Philipus. M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the
Indonesian Administrative, Yogyakarta, Universitas Gadja Mada, hlm.151.
21
Marbun, 2011, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di
Indonesia,op.cit, hlm.182.
22
Rdwan.HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, Depok, Raja Grafindo, hlm.130.

16
1) Bersifat umum dan komprehensif, yang dengan demikian merupakan

kebalikan dari sifat-sifat yang khusus dan terbatas.

2) Bersifat universal. Ia diciptakan untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang

akan datang yang belum jelas bentuk konkretnya. Oleh karena itu, ia tidak

dapat dirumuskan untuk mengatasi peristiwa-peristiwa tertentu saja.

3) Ia memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri.

Adalah lazim bagi suatu peraturan untuk mencantumkan klausul yang

memuat kemungkinan dilakukannya peninjauan kembali.

Menurut Pasal 1 angka 2 UU No. 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, yang dimaksud dengan peraturan perundang-

undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau

pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Peraturan perundang-

undangan yang bersifat mengikat umum (algemeen verbindend voorschrift)

disebut juga dengan istilah undang-undang dalam arti materiil (wet in materiele

zin), yaitu ieder rechtsvoorschrift van de overheid met algemeen strekking (semua

hukum tertulis dari pemerintah yang mengikat umum). Berdasarkan kualifikasi

norma hukum di atas peraturan perundang-undangan itu bersifat umum-abstrak.

Perkataan bersifat umum-abstrak dicirikan oleh unsur-unsur sebagai berikut :

1) Tijd (een regel geldt niet slechts op een moment); Waktu (tidak hanya berlaku

pada saat tertentu);

17
2) Plaats (een regel geldt niet slecht op een plaats); Tempat (tidak hanya berlaku

pada tempat tertentu);

3) Persoon (een regel geldt niet slechts voor bepaalde persoon); Orang (tidak

hanya berlaku pada orang tertentu); dan

4) Rechtsfeit (een regel geldt niet voor een enkel rechtsfeit, maar voor

rechtsfeitendie herhaalbaar zijn, dat wil zeggen zich telkens voor kunnen

doen). Fakta hukum (tidak hanya ditujukan pada hukum tertentu, tetapi untuk

berbagai fakta hukum yang dapat berulang-ulang, dengan kata lain untuk

perbuatan yang berulang-ulang)

2. Kebijakan

Kebijaksanaan atau Freies Ermessen dalam bahasa Jerman berasal dari

kata frei yang berarti bebas, merdeka, tidak terikat. Kata freis berarti orang

bebas, sedangkan kata ermessen berarti mempertimbangkan, menilai, menduga,

penilaian, pertimbangan atau keputusan. Bahasa Inggris menyebutnyadiscretion

yang berarti kebijaksanaan, keleluasaan, kehati-hatian, atau discretionnaire (kata

sifat), yang berarti menyerahkan kepada kebijaksanaan dengan kebebasan untuk

menentukan atau memilih.23

Berbeda dengan Hans J. Wolf dalam bukunya Verwaltungsrecht I,

sebagaimana dikutip oleh Marcus Luqman, ia menyatakan bahwa freies

Ermessen tidak boleh diartikan secara berlebihan, seakan-akan badan atau

23
Marbun, 2011, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia, op.cit.
hlm.186-187

18
pejabat administrasi negara boleh bertindak sewenang-wenang atau tanpa dasar

atau dengan dasar yang tidak jelas ataupun dengan pertimbangan yang subjektif-

individual. Karena itu menurut Hans J. Wolf lebih baik dikatakan mereka

bertindak berdasarkan kebijaksanaan.24

Jika freies Ermessen dilihat dari kerangka sistem regim administrasi di

Jerman, maka freies Ermessen merupakan sarana yang memberikan ruang gerak

bagi administrasi negara untuk mengambil tindakan yang tidak terikat

sepenuhnya pada undang-undang. Sedangkan dalam sistem ketatanegaraan

Inggris, menurut A.V. Dicey, sebagaimana dikutip oleh Bagir Manan,

“...discretionary power itu berisi kebebasan mahkota atau aparatnya untuk

melakukan persetujuan atau pengaturan oleh parlemen. Jadi discretionary

bersumber pada prerogratif dan tidak pada undang-undang”.25

Sjachrab Basah, memberikan pengertian freies Ermessen sebagai

keleluasaan dalam menentukan kebijakan-kebijakan melalui sikap tindak

administrasi negara yang harus dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian

freies Ermessen adalah kebebasan untuk bertindak atas inisiatif sendiri

menyelesaikan persoalan-persoalan penting dan mendesak yang muncul secara

tiba-tiba hukum tidak mengaturnya, serta harus dapat dipertanggungjawabkan

baik secara hukum maupun moral.26

24
Marcus Lukman, 1998, Semiotika Reformasi Hukum Res Republika, Res Konstitusi, dan
Ke- Tuhanan, Surabaya, Universitas Wijaya Kusuma, hlm.149.
25
Marbun, 2011, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia,
op.cit hlm.188
26
Ibid.

19
3. Keputusan

Keputusan merupakan salah satu objek studi penting dalam hukum

administrasi, utamanya karena keputusan merupakan objek sengketa yang

menjadi kompetensi absolut peradilan administrasi menurut UU No. 5 Tahun

1986. Kecuali itu keputusan merupakan salah satu instrumen yuridis

pemerintahan yang banyak digunakan oleh pemerintah dalam melakukan

tindakan-tindakannya untuk menyatakan kehendaknya.27

Istilah keputusan merupakan terjemahan dari istilah beschikking yang

berasal dari bahasa Belanda, sedangkan dalam bahasa Perancis disebut istilah

acte administratif, dan dalambahasa Jerman disebut verwaltungsakt. Istilah

beschikkingdi Indonesia diperkenalkan pertama kali oleh WF. Prins. yang berarti

ketetapan (Ridwan HR, 2011, 140).28 Djenal Hoesen mengatakan bahwa

penggunaan istilah keputusan barangkali akan lebih tepat untuk menghindari

kesimpangsiuran pengertian dengan istilah ketetapan. Menurutnya, di Indonesia,

istilah ketetapan sudah memiliki pengertian teknis yuridis, yaitu sebagai

ketetapan MPR yang berlaku ke luar dan ke dalam.29

Mr. Drs. E. Utrecht dalam bukunya Pengantar Hukum Tata Usaha

Indonesia, menyatakan beschikking (ketetapan) adalah suatu perbuatan

27
Ibid.
28
Rdwan.HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, op.cit hlm.140.
29
Koesoemahatmadja, Pengantar Kearah Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia,
Bandung, Bina Cipta, hlm.47

20
hukum publik yang bersegi satu yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan

berdasarkan suatu kekuasaan istimewa.

Berdasarkan beberapa definisi dari para sarjana tersebut, tampak ada

beberapa unsur yang terdapat dalam beschikking, yaitu :30

1) Pernyataan kehendak sepihak (enjizdige schriftelijke wilsverklaring);

2) Dikeluarkan oleh organ pemerintahan (bestuursorgaan);

3) Didasarkan pada kewenangan hukum yang bersifat publik

(publiekbevoegdheid);

4) Ditujukan untuk hal khusus atau peristiwa konkret dan individual;

5) Dengan maksud untuk menimbulkan akibat hukum dalam bidang

administrasi.

Dari berbagai definisi tersebut, bahwa beschikking (keputusan), ialah suatu

perbuatan hukum publik bersegi satu, yang dilakukan oleh alat pemerintahan

(dalam arti sempit) berdasarkan suatu kekuasaan atau wewenang istimewa

dengan maksud terjadinya perubahan hubungan hukum.31

4. Hubungan Kartu Tanda Penduduk dengan Hukum Administrasi Negara

Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan hukum administrasi negara memiliki

hubungan yang sangat erat. KTP merupakan syarat dokumen kependudukan yang

sangat penting dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 (UU No.24 Tahun

2013) tentang Administrasi Kependudukan. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 8

30
Rdwan.HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, loc.cit
31
Ibid..

21
menyatakan bahwa: “Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang

diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai

alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan Pendaftaran Penduduk dan

Pencatatan Sipil.” Kemudian ketentuan mengenai KTP itu sendiri terdapat dalam

Pasal 1 angka 14 UU No.24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan

menyatakan bahwa: Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya disingkat

KTP-el, adalah Kartu Tanda Penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan

identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi

Pelaksana.32 Ketentuan tersebut mengkoherensikan antara kedudukan KTP

dengan hukum administrasi yang mengisyaratkan bahwa antara keduanya tidak

ada pertentangan norma.33

Kemanfaatan data administrasi kependudukan juga memiliki hubungan

dengan ruang lingkup hukum administrasi negara. Pasal 58 ayat (4) UU No.24

Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan menyatakan bahwa:34

Data Kependudukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) yang digunakan untuk semua keperluan adalah Data
Kependudukan dari Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan dalam negeri, antara lain untuk pemanfaatan:
a. pelayanan publik;
b. perencanaan pembangunan;
c. alokasi anggaran;
d. pembangunan demokrasi; dan
e. penegakan hukum dan pencegahan kriminal.
32
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5475).
33
Afdhal, 2018, Keabsahan Identitas dalam Administrasi Kependudukan, Tarakan,
Universitas Borneo, hlm. 3-4.
34
Lihat Pasal 58 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013, loc.cit.

22
B. Syarat Administrasi Pencalonan Kepala Daerah

1. Pengertian Syarat Administrasi

Syarat administrasi menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” (KBBI)

adalah suatu tuntutan atau permintaan saha dan kegiatan yang meliputi penetapan

tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi yang

berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan.35

2. Tinjauan umum syarat administratif calon kepala daerah menurut Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

Syarat-syarat bagi Warga negara Indonesia yang dapat menjadi Calon

Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati,

serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota adalah yang memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

c. berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat;

d. dihapus;

https://kbbi.web.id/Syarat-dministrasi, diakses pada tanggal 21 Juni 2021, Pukul 09.24


35

WITA

23
e. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk Calon Gubernur dan Calon

Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati dan

Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota;

f. mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dari penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim;

g. tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara

terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan

mantan terpidana;

h. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap;

i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat

keterangan catatan kepolisian;

j. menyerahkan daftar kekayaan pribadi;

k. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara

badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan

negara;

l. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap;

m. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi;

n. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil

Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam

24
jabatan yang sama untuk Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon

Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota;

o. belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Bupati, dan Walikota untuk Calon

Wakil Gubernur, Calon Wakil Bupati, dan Calon Wakil Walikota;

p. berhenti dari jabatannya bagi Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil

Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain

sejak ditetapkan sebagai calon;

q. tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur, penjabat Bupati, dan penjabat

Walikota;

r. dihapus;

s. menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta

Pemilihan;

t. menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Tentara Nasional

Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Pegawai Negeri Sipil

serta Kepala Desa atau sebutan lain sejak ditetapkan sebagai pasangan calon

peserta Pemilihan; dan

u. Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah sejak ditetapkan sebagai calon.36

36
Lihat Pasal 169 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2oi7 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negam Republik Indonesi,A Nomor 6109).

25
3. Syarat Administrasi Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1

Tahun 2020

Persyaratan administrasi dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor

1 Tahun 2020 (PKPU No.1 Tahun 2020) tentang perubahan ke-3 (ketiga) atas

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017 (PKPU No.3 Tahun

2017) tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan

Wakil Bupati, dan/ atau Walikota dan Wakil Walikota. Sayarat yang dimaksud

dalam Peraturan tersebut terdapat dalam Pasal 4 yang menyatakan bahwa: “Warga

Negara Indonesia dapat menjadi Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan

Wakil Bupati, atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota dengan memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, citacita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

c. berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat;

d. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk Calon Gubernur dan Wakil

Gubernur dan 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati dan Wakil

Bupati atau Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota terhitung sejak penetapan

Pasangan Calon;

26
e. mampu secara jasmani, rohani dan bebas penyalahgunaan narkotika

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter yang

terdiri dari dokter, ahli psikologi dan Badan Narkotika Nasional (BNN);

f. tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang

diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali terhadap

terpidana yang melakukan tindak pidana kealpaan atau tindak pidana politik

dalam pengertian suatu perbuatan yang dinyatakan sebagai tindak pidana

dalam hukum positif hanya karena pelakunya mempunyai pandangan politik

yang berbeda dengan rezim yang sedang berkuasa;

f1. bagi terpidana yang tidak menjalani pidana didalam penjara meliputi:

1. terpidana karena kealpaan; atau

2. terpidana karena alasan politik;

3. dihapus,wajib secara jujur atau terbuka mengemukakan kepada publik;

g. bagi Mantan Terpidana yang telah selesai menjalani masa pemidanaannya

wajib secara jujur atau terbuka mengemukakan kepada publik;

g1. bukan sebagai pelaku kejahatan yang berulangulang;

h. bukan Mantan Terpidana bandar narkoba atau bukan Mantan Terpidana

kejahatan seksual terhadap anak;

i. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap;

27
j. tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

k. menyerahkan daftar kekayaan pribadi kepada instansi yang berwenang

memeriksa laporan harta kekayaan penyelenggara negara;

l. tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara

badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan

negara;

m. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap;

n. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi;

o. belum pernah menjabat sebagai Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau

Wakil Bupati, atau Wali Kota atau Wakil Wali Kota selama 2 (dua) kali masa

jabatan dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur atau Calon Wakil

Gubernur, Calon Bupati atau Calon Wakil Bupati dan/atau Calon Wali Kota

atau Calon Wakil Wali Kota, dengan ketentuan:

1. penghitungan 2 (dua) kali masa jabatan dihitung berdasarkan jumlah

pelantikan dalam jabatan yang sama, yaitu masa jabatan pertama selama 5

(lima) tahun penuh dan masa jabatan kedua paling singkat selama 2 ½ (dua

setengah) tahun, dan sebaliknya;

2. jabatan yang sama sebagaimana dimaksudpada angka 1, adalah jabatan

Gubernur dengan Gubernur, jabatan Wakil Gubernur dengan Wakil Gubernur,

jabatan Bupati/ Wali Kota dengan Bupati/Wali Kota, dan jabatan Wakil

Bupati/Wali Kota dengan Wakil Bupati/ Wali Kota;

28
3. 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama, meliputi:

a) Telah 2 (dua) kali berturut-turut dalam jabatan yang sama;

b) Telah 2 (dua) kali dalam jabatan yang sama tidak berturut-turut; atau

c) 2 (dua) kali dalam jabatan yang sama di daerah yang sama atau di daerah

yang berbeda;

4. perhitungan 5 (lima) tahun masa jabatan atau 2 ½ (dua setengah) tahun masa

jabatan sebagaimana dimaksud pada angka 1, dihitung sejak tanggal

pelantikan sampai dengan akhir masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur,

atau Bupati dan Wakil Bupati atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota yang

bersangkutan; dan

5. ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 4,

berlaku untuk:

a) jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, atau Bupati dan Wakil Bupati

atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota yang dipilih secara langsung melalui

Pemilihan, dan yang diangkat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota; atau

b) jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, atau Bupati dan Wakil Bupati

atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota karena perubahan nama provinsi

atau kabupaten/kota

p. belum pernah menjabat sebagai:

29
1. Gubernur bagi calon Wakil Gubernur, calon Bupati, calon Wakil Bupati,

calon Wali Kota atau calon Wakil Wali Kota di daerah yang sama;

2. Wakil Gubernur bagi calon Bupati, calon Wakil Bupati, calon Wali Kota

atau calon Wakil Wali Kota di daerah yang sama; atau

3. Bupati atau Wali Kota bagi Calon Wakil Bupati atau Calon Wakil Wali

Kota di daerah yang sama;

q. Berhenti dari jabatannya sejak ditetapkan sebagai calon bagi:

1. Bupati atau Wakil Bupati, Wali Kota atau Wakil Wali Kota yang

mencalonkan diri sebagai Bupati atau Wakil Bupati, Wali Kota atau

Wakil Wali Kota di kabupaten/kota lain;

2. Bupati atau Wakil Bupati, Wali Kota atau Wakil Wali Kota yang

mencalonkan diri sebagai Gubernur atau Wakil Gubernur di provinsi lain;

atau

3. Gubernur atau Wakil Gubernur yang mencalonkan diri sebagai Gubernur

atau Wakil Gubernur di provinsi lain;

r. menyatakan secara tertulis bersedia cuti di luar tanggungan negara selama

masa kampanye bagi Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Wali

Kota, atau Wakil Wali Kota yang mencalonkan diri di daerah yang sama;

s. tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur, penjabat Bupati atau penjabat Wali

Kota;

t. menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah atau Dewan Perwakilan

30
Rakyat Daerah bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai

calon;

u. menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Tentara

Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pegawai Negeri

Sipil, kepala desa atau sebutan lain dan perangkat desa sejak ditetapkan

sebagai calon;

v. berhenti dari jabatan pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik

Daerah yang tidak dapat ditarik kembali sejak ditetapkan sebagai calon; atau

w. berhenti sebagai Anggota KPU Republik Indonesia, KPU Provinsi/KIP Aceh,

KPU/KIP Kabupaten/Kota, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu

Kabupaten/Kota sebelum pembentukan PPK dan PPS.

C. Konsep Negara Hukum

Berdasarkan gagasan yang dikemukaan oleh Plato, dapat dicerna bahwa arti

dari konsep negara hukum adalah negara yang berlandaskan atas hukum dan keadilan

bagi warganya. Dalam arti bahwa segala kewenangan dan tindakan alat perlengkapan

negara atau penguasa, semata-mata berdasarkan hukum atau dengan kata lain diatur

oleh hukum.37

Gagasan Plato tentang negara hukum kemudian semakin tegas ketika didukung

dan dikembangkaan oleh muridnya Aristoteles, yang kemudian dituangkan dalam

bukunya yang berjudul politica. Pengertian negara hukum menurut Aristoteles di


37
Thahir Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia, Jakarta:Universitas Indonesia Press, hlm.19.

31
dalam bukunya terikat kepada polis. Aristoteles berpendapat bahwa pengertian negara

hukum timbul dari polis yang mempunyai wilayah negara kecil, seperti kota dan

berpenduduk sedikit, tidak seperti negara-negara sekarang ini yang mempunyai

wilayah yang luas dan penduduk yang banyak (vakte staat). Dalam polis itu, segala

urusan negara dilakukan dengan musyawara (eclessia), dimana seluruh warga

negaranya ikut serta dalam urusan penyelenggaran negara.38

Konsep negara hukum tersebut selanjutya berkembang dalam dua sistem

hukum, yaitu sistem hukum Eropa Kontinental dengan istilah rechtsstaat dan Sistem

Hukum anglo saxondengan istilah rule of law.

1. Sistem Hukum Eropa Kontinental (rechtsstaat)

Menurut Philipus M. Hadjon, konsep rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan

menentang absolutism, sehingga sifatnya revolusioner. Konsep rechtsstaat

bertumpu pada sistem hukum kontinental yang disebut civil law, dengan

karakteristik administratif.39 Konsep negara hukum rechtsstaat dipelopori oleh

Frederich Julius Stahl. Menurut Frederich, konsep ini ditandai oleh empat unsur

pokok yaitu:40

1) Pengakuan dan perlindungan terhadap hal-hak asasi manusia.

2) Negara didasarkan pada teori trias politica.

3) Pemerintahan diselenggarakan berdasarkan undang-undang (wetmatig

bertuur).

38
Moh. Kusnardi, 1987, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta:Sinar Bakti, hlm. 153.
39
Ni’ matul Huda, 2006, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 74.
40
Ibid, hlm.24.

32
4) Terdapat peradilan administrasi negara yang bertugas menangani kasusu

perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah (onrechtmatig overheidstaad).

2. Sistem Hukum anglo saxon (rule of law)

Menurut Philipus M. Hadjon, konsep rule of law bertumpu atas sistem

hukum common law dengan karakteristik judicial. Sistem ini berkembang di

negara-negara anglo saxon, seperti di Amerika Serikat. Konsep negara hukum

rule of law dipelopori oleh A.V. Dicey. Menurut A.V. Dicey konsep rule of law

menekankan pada tiga unsur pokok, yaitu:

1) Supermasi hukum (supremacy of law).

2) Persamaan dihadapan (equality before the law).

3) Konstitusi yang didasarkan atas hak-hak perorangan (the constitution based

on individual rights).41

Melihat praktek penyelenggaraan negara hukum dewasa ini, pada umumnya

diakui bahwa yang dimaksud negara hukum tidak sekedar memenuhi formalitas

dalam bentuk lahirnya yaitu adanya ketentuan hokum yang digunakan sebagai

landasan penyelegaraan negara/pemerintahan, serta mengatur warga negara. Tetapi

harus memperhatikan pula segi isi, nilai, serta kemanfaatan aturan hukum

itu.Apakah secara material isi dan nilai hukum telah sesuai dengan kesadaran etis

dan kesadaran hukum masyarakat, sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa

yang bersangkutan.

D. Konsep Kepastian Hukum


41
Ibid.

33
Konsep kepastian hukum merupakan suatu asas yang menurut Gustav Radbruch

termasuk ke dalam nilai dasar hukum. Kemudian Gustav Radbruch menyatakan

bahwa:

Asas ini pada pokoknya mengharapkan dan mewajibkan hukum dibuat secara
pasti dalam bentuk yang tertulis. Keberadaan asas ini menjadi penting karena
akan menjamin kejelasan dari suatu produk hukum positif yang ada. Makna
penting dari asas ini pun memiliki suatu kesamaan (similarity) dengan gagasan
utama yang ada pada konstruksi penalaran positivisme hukum, yakni kejelasan
(certainty). Oleh karena itu, pada tulisan ini hendak dicapai pemahaman
mengenai asas kepastian hukum dengan menggunakan konstruksi penalaran
positivisme hukum.42

Keberadaan asas kepastian hukum merupakan sebuah bentuk perlindungan bagi

yustisiabel (pencari keadilan) terhadap tindakan sewenangwenang, yang berarti

bahwa seseorang akan dan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam

keadaan tertentu. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Van

Apeldoorn bahwa kepastian hukum memiliki dua segi, yaitu dapat ditentukannya

hukum dalam hal yang konkret dan keamanan hukum. Hal memiliki arti bahwa pihak

yang mencari keadilan ingin mengetahui apa yang menjadi hukum dalam suatu hal

tertentu sebelum ia memulai perkara dan perlindungan bagi para pencari keadilan.43

42
Sudikno Mertokusumo, 1993, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung, Citra Aditya
Bakti, hlm.43
43
Misalnya J. Gijssels, 1999 dikutip dari “Bruggink, Refleksi tentang Ilmu Hukum, Alih
Bahasa, Arief Sidharta,: Bandung, Citra Adytya Bakti, hlm. 33.

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian hukum normatif (normative law research) menggunakan studi kasus

normatif berupa produk hukum, misalnya mengkaji Undang-Undang. Pokok

kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang belaku

dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang. Sehingga penelitian

hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin

35
hukum, penemuan hukum dalam perkara in concreto, sistematik hukum, taraf

sinkronisasi, perbandingan hukum dan sejarah hukum.44

Penilitian normative berbeda dengan jenis penelitian hukum empiris, penelitian

hukum normative memiliki kecenderungan dalam mencitrakan hukum sebagaidisiplin

preskriptif dimana hanya melihat hukum dari sudut pandang norma-normanya saja,

yang tentunya bersifat preskriptif. Masih menurut Soekanto menguraikan tema-tema

penelitiannya mencakup:45

1) Penelitian terhadap asas-asas hukum;


2) Penelitian terhadap sistematika hukum;
3) Penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertical dan horizontal;
4) Perbandingan hukum;dan
5) Sejarah hukum

Jenis penelitian normative yang gunakan oleh penulis merupakan metode untuk

menelusuri terkait kepastian hukum tentang syarat administratif pasangan calon kepala

daerah (studi kasus calon kepala daerah). Penggunaan metode penelitian normative

dalam upaya penelitian dan penulisan sikripsi ini dilator belakangi dengan kesesuaian

metode penelitian yang dibutuhkan penulis.

B. Pendekatan Penelitian

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, dengan pendekatan

tersebut peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang

sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Metode pendekatan dalam penelitian ini

adalah pendekatan peraturan perundang-undangan dan pendekatan konsep.


44
Muhammad Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm.52
45
Soerjono Soekantodan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.2-6

36
1. Pendekatan perundang-undangan (statue aproach) yakni dengan menggunakan

peraturan perundang-undangan sebagai bahan primer. Pendekatan perundang-

undangan dilakukan dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang

bersangkutan dengan permasalah (isu hukum) yang sedang ditangani.46 Menurut

Peter Mahmud Marzuki pendekatan perundang-undangan dalam penelitian

hukum normatif memiliki kegunaan baik secara praktis maupun akademik. Bagi

penelitian kegunaan praktis pendekatan Undang-Undang ini akan membuka

kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian

antara suatu Undang-Undang dengan Undang-Undang lainnya atau antara

Undang-Undang dengan Undang-Undang Dasar atau regulasi dengan Undang-

Undang. Hasil dari argumen tersebut merupakan argumen untuk memecahkan isu

yang dihadapi. Sedangkan bagi penelitian untuk kegunaan akademis, Jika peneliti

memahami kandungan filosofis suatu Undang-Undang maka peneliti dapat

menyimpulkan mengenai ada tidaknya benturan filosofis antara Undang-Undang

dengan isu yang dihadapi.47

2. Pendekatan Konsep (conceptual appoarch) yaitu konsep memiliki banyak

pengertian yang diantaranya adalah unsur-unsur abstrak yang mewakili kelas-

kelas fenomena dalam suatu bidang studi yang kadang merujuk pada hal-hal

yang partikular.48 Pendekatan ini berfungsi untuk memunculkan suatu objek yang

46
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, Hlm.29
47
Ibid.,
48
Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia
Publishing, Malang, Hlm.309

37
menarik perhatian dari sudut pandang praktis dan sudut pandang pengetahuan

dalam pikiran dan atribut-atribut tertentu. Dalam menggunakan pendekatan ini,

peneliti perlu merujuk pada prinsip-prinsip hukum. Prinsip ini ditemukan dalam

Undang-Undang maupun pandangan (doktrin) para sarjana.49

C. Jenis Sumber Bahan Hukum

1. Jenis Bahan Hukum

Lazimnya didalam penelitian, dibedakan antara data diperoleh langsung

dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Yang pertama disebut data primer atau

data dasar (primary data atau basic data) dan yang kedua dinamakan data

sekunder (secondary data). Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama,

yakni perilaku masyarakat, melalui penelitian. Data sekunder, antara lain,

mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang

berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya.50 Ada juga yang disebut data

tersier, yakni, bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum Primer dan sekunder, contohnya adalah kamus,

ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.51

2. Sumber Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

49
Ibid.
50
Soerjono Soekanto, Op. Cit., Hlm.12
51
Ibid.

38
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat yakni

beberapa peraturan dasar baik yang pernah berlaku dan baik yang masih

berlaku. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020

Tentang Tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2015 Tentang Penetapan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

Menjadi Undang-Undang

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Penetapan Pertaturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 Tentang

Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang

Penetapan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014

Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-

Undang

5. PKPU Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan

Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pencalonan

Pemilihan Gubernur,Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Walikota Dan

Wakil Walikota

6. Keputusan KPU RI Nomor 394/PL.02.2-Kpt/06/KPU/VIII/2020

Tentang Pedoman Teknis Pendaftaran,Penelitian Dan Perbaikan

39
Dokumen,Persyaratan,Penetapan,Serta Pengundian Nomor Urut

Pasangan Calon Dalam Pemilihan Gubernur,Bupati Dan Wakil

Bupati,Dan/Atau Walikota Dan wakil Walikota.

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui study kepustakaan (library research), yaitu metode pengumpulan data

dengan mencari, mencatat, menginventarisasi, mempelajari buku-buku, literatur-

literatur, peraturan perUndang-Undangan, hasil peneliti dan dokumentasi yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti, Kepastian Hukum Tentang Syarat

Administratif Pasangan Calon Kepala Daerah (Studi Kasus Perbedaan Identitas

Pasangan Calon Kepala Daerah).

E. Teknik Analisis Bahan Hukum

Setelah data ini selesai, tahap berikutnya yang harus dilakukan adalah

menganalisis data, pada tahap ini data yang dikumpulkan akan diolah dan

dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan menjawab permasalahan.

Pada dasarnya pengelolaan, analisa dan kontruksi data dapat dilakukan secara

kwalitatif dan/atau kwantitatif.52 Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis data secara deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh setelah

disusun secara sistematis, untuk kemudian dianasisis secara deskriptif kualitatif

dalam bentuk uraian, agar dapat ditarik kesimpulan untuk dapat dicapai kejelasan
52
Ibid..

40
mengenai permasalahan yang akan diteliti. Hasil penelitian kepustakaan akan

dipergunakan untuk menganalisis data, kemudian data dianalisis secara deskriptif

kualitatif untuk menjawab permasalahan dalam penulisan proposal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Afdhal, 2018, Keabsahan Identitas dalam Administrasi Kependudukan, Tarakan,


Universitas Borneo.

Irvan Mawardi, 2013, Penegakkan Hukum Administrasi Terhadap Sengketa


Penetapan Pasangan Calon Oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah Dalam
Pemilihan Kepala Daerah, Makassar, Universitas Hasanuddin.

Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang,
Banyumedia Publishing.

Koesoemahatmadja, Pengantar Kearah Sistem Pemerintahan Daerah di Indonesia,


Bandung, Bina Cipta.

Mahfud.MD, 2006, Membangun Politik Hukum, Menegakan Konstitusi, Jakarta,


Pustaka LP3ES.

Marbun, 2011, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia,


Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia.

41
Marcus Lukman, 1998, Semiotika Reformasi Hukum Res Republika, Res Konstitusi,
dan Ke- Tuhanan, Surabaya, Universitas Wijaya Kusuma.

Misalnya J. Gijssels, 1999 dikutip dari “Bruggink, Refleksi tentang Ilmu Hukum, Alih
Bahasa, Arief Sidharta,: Bandung, Citra Adytya Bakti.

Moh. Kusnardi, 1987, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta:Sinar Bakti.

Muhammad Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti.

Mursalin Massuanna, 2012, Implementasi Kebijakan Pencalonan Kepala Daerah


Tahun 2010 (Studi Kasus Pada KPU Kabupaten Gowa), Makassar.

Ni’ matul Huda, 2006, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana.

Philipus. M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the


Indonesian Administrative, Yogyakarta, Universitas Gadja Mada.

Rdwan.HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, Depok, Raja Grafindo.

Sahya Anggara, Hukum Administrasi Negara, Bandung, Pustaka Setia.

Soekarna, 2011, Dasar-dasar Manajemen, Bandung, Mandar Maju.

Soerjono Soekantodan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif; Suatu


Tinjauan Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Sudikno Mertokusumo, 1993, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Bandung, Citra


Aditya Bakti.

Thahir Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia, Jakarta:Universitas Indonesia Press.

Yusri Munaf, 2016, Hukum Administrasi Negara, Riau, Marpoyan Tujuh Publishing.

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Perubanahan


Keempat (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 14), Putusan Rapat MPR Ke-6
(Enam) Tahun 2002.

42
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475).
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Umum, (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Republik Negara Nomor 5898)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negam
Republik Indonesi,A Nomor 6109).
Sumber Internet

Nur Rohmi Aida, Berikut Daftar 270 Daerah yang Gelar Pilkada Serentak Tahun
2020,https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/05/193100165/berikut-daftar-
270-daerah yang-gelar-pilkada-serentak-9-desember-2020, diakses pada hari
Selasa 15 Juni 2021 Pukul 18.30 Wita
https://www.medcom.id/pilkada/news-pilkada/nbwj2G5N-7-kabupaten-di-sultra-siap-
selenggarakan-pilkada diakses pada hari Selasa 15 Juni 2021 Pukul 18.35 Wita
Heeryl Pilkada Muna: Rusman Nomor Urut Satu, Rajiun Nomor Urut Dua
http//:kendaripos.co.id/2020/09/pilkada-muna-rusman-nomor-urut-satu-rajiun-
nomor-urut-dua/html, diakses pada 20, Maret 2021, Pukul 19.20 Wita.
http//:jdih.kpu.go.id/sultra/muna, diakses pada 20, Maret 2021,pukul 19 30 Wita.
Abdul Rasyid S, Perbedaan  Identitas Rusman Diadukan Ke Ombdusman, https://det
iksultra.com/berita-daerah-sulawesi-tenggara/muna/perbedaan-identitas rusman
-diadukan-ke-ombudsman/ diakses pada hari Selasa 15 Juni 2021 Pukul
18.4Wita
Husain, Kpud Kabupaten Muna Diminta Tinjau Ulang Berkas Pencalonan Paslon
NomorUrut-1, Rusman Emba atau Rusman Untung
https://penasultra.com/kpud-muna-diminta-tinjau-kembali-berkas-paslon-
nomor-urut-1-rusman-emba-atau-rusman-untung/ diakses pada hari Selasa 15
Juni 2021 Pukul 18.57 Wita
Sunaryo, Perbedaan Identitas Rusman Tak Pengaruhi Pencalonan,
https://telisik.id/news/perbedaan-identitas-rusman-tak-pengaruhi-pencalonan,
diakses pada hari Selasa 15 Juni 2021 Pukul 19.34 Wita
https://kbbi.web.id/Syarat-dministrasi, diakses pada tanggal 21 Juni 2021, Pukul
09.24 WITA

43
http://inilahsultra.com/2020/10/06/beda-identitas-mencalon/ diakses pada 20 Maret
Pukul 21.05 Wita

44

Anda mungkin juga menyukai