Makalah Dasar-Dasar Filsafat
Makalah Dasar-Dasar Filsafat
MAKALAH FILSAFAT
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Antologi,Epistemologi,Aksiologi"
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Filsafat.Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Antologi,Epistemologi,Aksiologi bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pak Dr.
Madalle Agil, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar filsafat . Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................2
B. RUMUS MASALAH....................................................................................2
C. TUJUAN........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................3
A. ONTOLOGI...................................................................................................3
B. EPISTEMOLOGI..........................................................................................4
1. ALIRAN-ALIRAN EPISTEMOLOGI............................................. 5
a) Golongan yang Mengemukakan Asal atau Sumber Pengetahuan
.....................................................................................................6
b) Golongan yang Mengemukakan Hakikat Pengetahuan Manusia
.....................................................................................................6
C. AKSIOLOGI..................................................................................................6
1. KELOMPOK ILMU....................................................................7
a) Ilmu Bebas Nilai...........................................................................7
b) Teori Tentang Nilai..................................................................... 8
2. MANFAAT AKSIOLOGI.................................................................9
BAB III..................................................................................................................... 10
PENUTUP............................................................................................................... 10
A. KESIMPULAN.............................................................................................10
B. SARAN.........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjalananan dan kajian keilmuan, kita tahu bahwa sejarah filsafat
tidak selalu lurus terkadang berbelok kembali ke belakang dan terkadang juga ke
depan, sedangkan sejarah ilmu selalu maju. Dalam sejarah pengetahuan manusia,
filsafat dan ilmu selalu berjalan bersamaan, beriringan, saling membutuhkan dan
berkaitan. Filsafat dan ilmu mempunyai titik singgung dalam mencari kebenaran.
Secara historis ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Ilmu bertugas melukiskan
dan filsafat bertugas menafsirkan fenomena semesta, kebenaran berada
disepanjang pemikiran, sedangkan kebenaran ilmu berada disepanjang
pengalaman. Hal demikian menjadi tampak bahwa perkembangan ilmu
memperkuat keberadaan filsafat.
Tujuan befilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya. Jika
kebenaran itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika
filsafat itu biasanya terbagi menjadi tiga cabang besar filsafat, yatu teori hakikat,
teori nilai, dan teori pengetahuan.
Keberadaan ilmu pengetahuan sebagai produk kegiatan berpikir merupakan
obor peradaban dimana manusia menemukan dirinya, memahami eksistensinya
dan menghayati hidup lebih sempurna. Munculnya masalah dalam diri manusia
telah mendorong untuk berfikir, bertanya, lalu mencari jawaban segala sesuatu
yang ada, dan akhirnya manusia menjadi mahluk yang mampu menemukan dan
mencari sinar kebenaran dalam hidupnya.
Pengembangan ilmu pengetahuan dilatarbelakangi oleh adanya tiga dorongan.
Pertama dorongan untuk mengetahui yang lahir dari keterpaksaan untuk
mempertahankan hidup. Kedua dorongan manusia untuk memenuhi kebutuhan
yang mendalam dan menemukan tata susunan yang sesungguhnya. Ketiga
dorongan menyangkut penilaian mengenai realitas eksistensi manusia itu sendiri.
Pada dasarnya aktifitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan yang didasarkan
pada tiga masalah pokok yakni: Apakah yang ingin diketahui, bagaimana cara
memperoleh pengetahuan dan apakah nilai pengetahuan tersebut. Kelihatannya
pertanyaan tersebut sangat sederhana, namun mencakup permasalahan yang
sangat asasi. Maka untuk menjawabnya diperlukan sistem berpikir secara radikal,
sistematis dan universal sebagai kebenaran ilmu yang dibahas dalam filsafat
keilmuan.
Ilmu tidak terlepas dari landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Ontologi membahas apa yang ingin diketahui mengenai teori tentang “ ada“
dengan perkataan lain bagaimana hakikat Objek yang ditelaah sehingga
membuahkan pengetahuan. Epistemologi membahas tentang bagaimana proses
memperoleh pengetahuan. Dan aksiologi membahas tentang nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dengan membahas ketiga
unsur ini manusia akan mengerti apa hakikat ilmu itu. Tanpa hakikat ilmu yang
sebenarnya, maka manusia tidak akan dapat menghargai ilmu sebagaimana
mestinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membahas tentang ontologi,
epistemologi dan aksiologi dalam keilmuan sebagai unsur yang sangat penting
dalam filsafat ilmu, yang dipandang sebagai satu kesatuan utuh yang tidak
terpisahkan.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas pada makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa itu ontologi?
2. Apa itu epistemologi?
3. Apa itu aksiologi?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ontologi
Kata ontologi berasal dari kata yunani, On:being, Logos:logic. Jadi ontologi
adalah pemikiran mengenani yang ada dan keberadaannya. Kata Epistemologi
berasal dari bahasa Yunani artinya knowledge yaitu pengetahuan. Kata tersebut
terdiri dari dua suku kata yaitu logia artinya pengetahuan dan episteme artinya
tentang pengetahuan. Jadi pengertian etimologi tersebut, maka dapatlah
dikatakan bahwa epistemologi merupakan pengetahuan tentang pengetahuan. Dan
kata Aksiologi berasal dari kata “Axios” yang berarti “bermanfaat”. Ketiga kata
tersebut ditambah dengan kata “logos” berarti”ilmu pengetahuan, ajaran dan teori.
Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.
Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata
ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Epistemologi adalah ilmu yang
membahas secara mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan yang
benar. Sedangkan Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat
nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan.
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Kajian ini ingin mendapatkan
pengetahuan tentang objek yang dipelajari, membahas apa yang ingin kita ketahui,
seberapa jauh kita ingin tahu atau suatu pengkajian mengenai teori tentang ada.
Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari
metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat.
Objek telaah ontologi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan
tertentu, ontologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha
mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam
semua bentuknya.
Setelah menjelajahi segala bidang utama dalam ilmu filsafat, seperti filsafat manusia,
alam dunia, pengetahuan, kehutanan, moral dan sosial, kemudian
disusunlah uraian ontologi. Maka ontologi sangat sulit dipahami jika terlepas dari
bagian-bagian dan bidang filsafat lainnya. Dan ontologi adalah bidang filsafat
yang paling sukar.
Ditinjau dari segi ontologi, ilmu membatasi diri pada kajian yang bersifat
empiris. Objek penelaah ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat
diuji oleh panca indera manusia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal
yang sudah berada diluar jangkauan manusia tidak dibahas oleh ilmu karena tidak
dapat dibuktikan secara metodologis dan empiris, sedangkan ilmu itu mempunyai
ciri tersendiri yakni berorientasi pada dunia empiris.
Dalam ontologi ilmu pengetahuan hendaknya diuraikan secara: metodis,
sistematis, koheren, rasional, komprehensif, radikal, universal.
Berdasarkan objek yang ditelaah dalam ilmu pengetahuan dua macam:
a. Objek material (obiectum materiale, material object) ialah seluruh lapangan
atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu.
b. Objek Formal (obiectum formale, formal object) ialah penentuan titik
pandang terhadap objek material.
Beberapa asumsi mengenai objek empiris yang dibuat oleh ilmu, yaitu:
a. Menganggap objek-objek tertentu mempunyai kesamaan antara yang satu
dengan yang lainnya.
3
b. Menganggap bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka
waktu tertentu.
c. Determinisme yakni menganggap segala gejala bukan merupakan suatu
kejadian yang bersifat kebetulan.
Asumsi tersebut dapat dikembangkan jika pengalaman manusia dianalisis
dengan berbagia disiplin keilmuan dengan memperhatikan beberapa hal: Pertama,
asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan.
Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis.
Kedua, asumsi harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan
“bagaimana keadaan yang seharusnya”.
B. Epistemologi
4
dan aksiologi. Epistemologi itu sendiri selalu dikaitkan dengan ontologi dan
aksiologi ilmu. Persoalan utama yang dihadapi oleh setiap epistemologi
pengetahuan pada dasarnya adalah bagaimana cara mendapatkan pengetahuan
yang benar dengan mempertimbangkan aspek ontologi dan aksiologi masing-
masing ilmu.
Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu
datang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan
lainnya, jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai
sesuatu hal.
Landasan yang ada dalam tataran epistemologi ini adalah proses apa yang
memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara
dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni,
apa yang disebut dengan kebenaran ilmiah, kebaikan moral, dan keindahan seni.
Untuk dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan tidak
hanya cukup dengan berpikir secara rasional ataupun sebaliknya berpikir secara
empirik saja karena keduanya mempunyai keterbatasan dalam mencapai
kebenaran ilmu pengetahuan. Jadi pencapaian kebenaran menurut ilmu
pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah yang merupakan gabungan atau
kombinasi antara rasionalisme dengan empirisme sebagai satu kesatuan yang
saling melengkapi. Langkah inilah yang ditelaah dalam epistemologi ilmu yang
juga disebut dengan metode ilmiah.
Secara sederhana semua teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama yaitu:
a. Harus konsisten dengan teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya
kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
b. Harus cocok dengan fakta empiris sebab yang bagaimanapun konsistennya
sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima
kebenarannya secara ilmiah.
Kerangka dasar prosedur ilmu pengetahuan dapat diuraikan dalam enam
langkah sebagai berikut:
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah
b. Pengamatan dan pengumpulan data yang relevan
c. Penyusunan atau klarifikasi data
d. Perumusan hipotesis
e. Deduksi dari hipotesis
f. Tes pengujian kebenaran (Verifikasi)
Keenam langkah yang terdapat dalam metode keilmuan tersebut masing-
masing terdapat unsur-unsur empiris dan rasional.
Proses metode keilmuan pada akhirnya berhenti sejenak ketika sampai pada
titik “pengujian kebenaran” untuk mendiskusikan benar atau tidaknya suatu ilmu.
Ada tiga ukuran kebenaran yang tampil dalam gelanggang diskusi mengenai teori
kebenaran, yaitu teori korespondensi, koherensi dan pragmatis.25 Penilaian ini
sangat menentukan untuk menerima, menolak, menambah atau merubah hipotesa,
selanjutnya diadakanlah teori ilmu pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera mempunyai
metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah:
a. Metode induktif adalah metode yang menyimpulkan pernyataan-
pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang
lebih umum.
b. Metode deduktif adalah metode yang menyimpulkan data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
5
c. Metode positivisme adalah metode yang berpangkal dari apa yang telah
diketahui, faktual, yang positif.
d. Metode kontemplatif adalah metodenyang mengatakan adanta
keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan.
e. Metode Dialektis adalah Metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan
filsafat.
Aliran-aliran Epistemologi
Dalam teori epistemologi terdapat beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut
mencoba menjawab pertanyaan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan.
Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan yaitu aliran:
a. Rasionalisme, yaitu aliran yang mengemukakan, bahwa sumber
pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa.
b. Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia
berasal dari pengalaman manusia itu sendiri, melalui dunia luar yang
ditangkap oleh panca inderanya.
c. Kritisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu berasal dari dunia luar dan dari jiwa atau pikiran
manusia sendiri.
Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia inklusif di
dalamnya aliran-aliran:
a. Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia
adalah gambaran yang baik dan tepat tentang kebenaran. Dalam
pengetahuan yang baik tergambar kebenaran seperti sesungguhnya.
b. Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan hanyalah
kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kanyataan yang diketahui
manusia semuanya terletak di luar dirinya.
C. Aksiologi
Muncul sebuah pertanyaan: Apakah kegunaan ilmu itu bagi kita? Tak dapat
dipungkiri bahwa ilmu telah banyak mengubah dunia dalam memberantas
berbagai termasuk penyakit kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah kehidupan
yang duka. Namun apakah hal itu selalu demikian: ilmu selalu merupakan berkat
dan penyelamat bagi manusia. Seperti mempelajari atom kita bisa memanfaatkan
wujud tersebut sebagai sumber energy bagi keselamatan manusia, tetapi dipihak
lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya, yakni membawa manusia kepada
penciptaan bom atom yang menimbulkan malapetaka.
Landasan dalam tataran aksiologi adalah untuk apa pengetahuan itu
digunakan? Bagaimana hubungan penggunaan ilmiah dengan moral etika?
Bagaimana penentuan Objek yang diteliti secara moral? Bagimana kaitan
prosedur ilmiah dan metode ilmiah dengan kaidah moral?
Demikian pula aksiologi pengembangan seni dengan kaidah moral, sehingga
ketika seni tari dangdut Inul Dartista memperlihatkan goyangnya di atas panggung
yang ditonton khalayak ramai, sejumlah ulama dan seniman menjadi berang.
Berkaitan dengan etika, moral, dan estetika maka ilmu itu dapat dibagi
menjadi dua kelompok:
6
a. Ilmu Bebas Nilai
7
Dari berbagai pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa, ilmu yang
dibangun atas dasar ontologi, epistemologi dan aksiologi haruslah
berlandaskan etika sehingga ilmu itu tidak bebas nilai.
1. Nilai etika.
2. Nilai estetika
8
Orang hanya mencari nilai nikmat tanpa mempersoalkan apakah ia baik
atau buruk. Nilai estetika tanpa diikat oleh ukuran etika dapat berakibat
mudarat kepada estetika, dan dapat merusak.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian
baik dan buruk terletak pada manusia itu sendiri. Namun dalam Islam
penilaian baik dan buruknya sesuatu mempunyai nilai yang pasti dan dapat
dipertanggungjawabkan yaitu al-Qur’an dan hadis.
Manfaat Aksiologi
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Adib, Muhammad. 20144. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ash-Shadr, Muhammad Baqir. 1991. Falsafatuna terhadap Belbagai Aliran
Filsafat Dunia. Cet. VII; Bandung: Mizan.
Bakhtiar, Amsal. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: rajawali Pers.
Gazalba, Sidi. 2014. Sistematika Filsafat Buku: IV. Jakarta: Bulan Bintang.
Jalaluddin&Idi, Abdullah. 1998. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media
Pratama.
Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: rajawali Pers.
Kattsoff, Louis. 1992. Pengantar Filsafat . Cet. V; Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mahmud, Moh. Natsir. 2000. Epistemologi dan Studi Islam Kontemporer. Cet.I;
Makassar.
Rahmat, Aceng dkk. 2015. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Prenamedia group.
Saefuddin et.al. 1998. Desekularisasi Pemikiran: landasan Islamisasi. Cet. IV;
Bandung: Mizan,
Salam, Burhanuddin . 2000. Logika Material Filsafat Materi. Cet. I; Jakarta:
Rineka Cipta.
Suariasumantri, Jujun. 1991. Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan
tentang Hakekat Ilmu. Cet. IX; Jakarta: Gramedia.
. 1991. Ilmu dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan
tentang Hakekat Ilmu. Cet. IX; Jakarta: Gramedia.
Supriyanto, Stefanus. 2013. Filsafat Ilmu. Surabaya: Prestasi Pustaka.
Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cet. X;
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Syafii, Inu Kencana. 2004. Pengantar Filsafat. Cet. I; Bandung: Refika Aditama.
11