Oleh :
Agung Rai Tri Angga WIjanata
Dari:
SMAN 9 BINSUS MANADO
KATA PENGANTAR
Om Om Swastyastu,
Atas Asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa)
saya telah dapat menyusun/menyelesaikan makalah Agama Hindu ini. Adapun tujuan judul
makalah yang kami sajikan ini adalah “ berfikir kreatif dan religious berpatokan pada Catur
Asrama”.
Sudah tentu kehadiran makalah ini banyak terdapat kelemahan dan kekurangannya.
Tegur sapa dan kritik yang membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini
semoga bermanfaat bagi kita semua.
Om Santi Santi Santi om.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASA
2.1 Pengertian Pengertian Catur Asrama.......................................................... 3
2.2 Bagian-bagian Catur Asrama...................................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 7
3.2 Saran........................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama Hindu memiliki kerangka dasa yang dapat dipergunakan oleh umat sebagai
landasan untuk memahami, mendalami, dan menagamalkan ajaran-ajarannya dalam
kehidupan sehari -hari. Kerangka dasar tersebut terdiri dari tiga unsur yaitu
Tattwa/filsafat, susila/etika, dan upacara/Ritual. Ketiga unsur kerangka dasar itu merupakan
satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. Untuk dapat memahami, mendalami, dan
mengamalkan ajaran Agama Hindu secara utuh dalam kehidupan sehari-hari maka setiap umat
Hindu memiliki kewajiban menjadikan kerangka dasar sebagai pedoman. Dengan demikian,
mereka dapat mewujutkan hidup dan kehidupan ini menjadi sejahtera dan bahagia. Untuk kali
ini kami disini akan membahas mengenai susila/etika.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa Hindu kaya akan ajaran-ajaran
mengenai Ketuhanannya. Diantaranya seperti, panca Sraddha, Panca Yadnya, Tri Hita Karana,
Catur Asrama, Catur Purusa Artha, dan masih banyak yang lainnya. Agama Hindu memberikan
tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan hidup manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Catur Asrama?
2. Apa Bagian – Bagian Catur Asrama
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengertian Catur Asrama
2. Untuk mengetahui apa bagian – bagian Catur Asrama
BAB 2
PEMBAHASAN
Brahma cari terdiri dari dua kata yaitu Brahma yang berarti ilmu pengetahuan dan cari
yang berarti tingkah laku dalam mecari dan menuntut ilmu pengetahuan. Brahmacari berarti
tingkatan hidup bagi orang-orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan. Kehidupan para
pelajar di mulai dengan upacara Upanayana, sebagai hari kelahirannya yang kedua. Mereka
harus dibuat tabah dan sederhana dalam kebiasaan – kebiasaan mereka harus bangun pagi –
pagi, mandi melakukakn sandhya & java gayatri serta mempelajari kitab – kitab suci.
Menurut ajaran agama hindu, dalam brahmacari asrama, para siswa dilarang
mengumbar hawa nafsu sex. Adapun hubungan antara perilaku seksual dan brahmacari dapat
di ketahui melalui istilah berikut :
1) Sukla Brahmacari
Sukla Brahmacari yaitu orang yang tidak kawin sejak dari kecil sampai tiba ajalnya
atau mati. Orang yang melaksanakan Sukla Brahmacari dengan sungguh maka dalam
ingatannya tidak ada terlintas nafsu seksual, beristri.
2) Sawala Brahmacari
Sawala Brahmacari ialah orang yang kawin beristri atau bersuami hanya sekali
saja. Selanjutnya tidak akan kawin lagi, walaupun suami atau istrinya meninggal
dunia. Dalam hidupnya mereka sudah bertekad hanya kawin sekali saja .
Walaupun dalam Tṛṣṇa Brahmacari disebutkan boleh kawin lebih dari satu kali, namun
ada aturan yang harus ditaati agar ketenteraman rumah tangga tetap dapat terbina. Aturan
atau syarat-syarat yang harus ditaati bagi yang mau menjalankan kehidupan Tṛṣṇa Brahmacari
adalah:
a. Mendapatkan persetujuan dari istri-istrinya.
b. Suami harus bersifat adil terhadap istri-istrinya secara lahir dan batin.
c. Suami sebagai seorang ayah harus dapat berlaku adil terhadap anak-anak yang dilahirkan
2. Grhastha
Gṛhaṣtha ialah tingkat kehidupan pada waktu membina rumah tangga yaitu sejak kawin.
“Kata Grha: berarti rumah atau rumah tangga. “Sta/stand artinya berdiri atau membina.
Tingkat hidup Gṛhaṣtha yaitu menjadi pimpinan rumah tangga yang bertanggung jawab penuh
baik sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat serta sekaligus sebagai
warga negara jenjang kehidupan Grhasta dapat dilaksanakan apabila keadaan fisik maupun
psikis dipandang sudah dewasa, dan bekal pengetahuan sudah cukup memadai.
setelah memasuki tingkat hidup Grhasta, bukan berarti masa belajar atau menuntut ilmu itu
berakhir sampai disitu saja. Belajar tidak mengenal batas usia. Belajar berlangsung selama
hayat dikandung badan. Maka orang bilang masa muda adalah masa belajar. Hal ini
mengandung arti bahwa tidak ada istilah tua dalam hal belajar. Karena ilmu pengetahuan itu
sifatnya berkembang terus. Ilmu yang didapatkan dalam jenjang Brahmacari itu lebih
diperdalam serta ditingkatkan lagi setelah menginjak hidup berumah tangga (Gṛhaṣtha).
Dalam hidup berumah tangga ini ada beberapa kewajiban yang perlu dilaksanakan yaitu:
a. Melanjutkan keturunan
b. Membina rumah tangga
c. Bermasyarakat
d. Melaksanakan Pañca Yajña .
3. Wanaprastha
Jenjang kehidupan yang ketiga dari Catur Asrama ialah wanaprastha. Wanaprastha terdiri
dari dua rangkaian kata sansekerta yaitu wana artinya pohon kayu, hutan semak belukar
danprastha artinya berjalan/berdoa paling depan dengan baik. Pengertian Wanaprastha
dimaksudkan berada dalam hutan, mengasingkan diri dalam arti menjauhi dunia ramai secara
perlahan-lahan untuk melepaskan diri dan keterikatan duniawi. Dalam upaya melepaskan diri
yang dimaksud adalah berusaha membatasi dan mengendalikan diri dari unsur Triguna yaitu
sifat Rajas dan Tamas, agar dalam Satwam kerohaniannya lebih mantap dan diberkahi oleh
Hyang Widhi sebagai tujuannya menjadi lebih dekat
Adapun manfaat menjalankan hidup Wanaprastha adalah:
a) Untuk mencapai ketenangan Rohani.
b) Memanfaatkan sisa-sisa kehidupan di dunia ini untuk mengabdi dan berbuat amal kebajikan
kepada masyarakat umum.
c) Melepaskan segala keterikatan terhadap duniawi
4. Bhiksuka/Sanyasin
Bhiksuka juga sering disebut Sanyasin. Kata Bhiksuka berasal dari kata Bhiksu sebutan untuk
pendeta Budha. Bhiksu artinya meminta-minta. Bhiksuka ialah tingkat kehidupan yang lepas dari ikatan
keduniawian dan hanya mengabdikan diri kepada Hyang Widhi dengan jalan menyebarkan ajaranajaran
kesusilaan. Dalam pengertian sebagai peminta-minta dimaksudkan ia tidak boleh mempunyai apa-apa
dalam pengabdiannya pada Hyang Widhi dan untuk makannyapun ditanggung oleh murid-murid
pengikutnya ataupun umatnya sendiri. Dalam pengertian sebagai Sanyasin dimaksudkan meninggalkan
keduniawiaan dan hanya mengabdi kepada Hyang Widhi dengan memperluas ajaran-ajaran kesucian.
Bagi orang yang telah menjalankan hidup Bhiksuka, akan mencerminkan suatu sifat dan tingkah laku
yang baik serta bijaksana. Orang Bhiksuka akan selalu memancarkan sifat-sifat yang menyebabkan
orang lain menjadi bahagia. Dia akan tetap menyebarkan angin kesejukan, angin kebenaran, tidak
mudah diombangambing oleh gelombang kehidupan duniawi. Dia telah mampu menundukkan musuh-
musuh yang ada dalam dirinya seperti: Sad Ripu, Sapta Timira, Sad Atatayi dan Tri Mala.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Atau catur asrama dapat pula diartikan sebagai empat lapangan atau tingkatan hidup
manusia atas dasar keharmonisan hidup dimana pada tiap- tiap tingkat kehidupan manusia
diwarnai oleh adanya ciri- ciri tugas kewajiban yang berbeda antara satu masa (asrama)
dengan masa lainnya, tetapi merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ajaran catur asrama sangat
berkaitan dan sangat baik jika digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan di masa kehidupan ini. Ajaran catur asrama yakni brahmacari, grahasta,