Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Jika definisi itu diterapkan di rumah sakit, maka dapat dibuat rumusan
sebagai berikut: Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien adalah :
Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan
keselamatan pasien secara terus menerus, melalui pemantauan, analisa dan tindak
lanjut adanya penyimpangan dari standar yang ditentukan.
LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu itu sendiri merupakan salah
satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang, termasuk pelayanan di rumah
sakit. Pendekatan mutu yang ada saat ini berorientasi pada kepuasan pelanggan
atau pasien. Salah satu faktor kunci sukses pelayanan kesehatan di rumah sakit
adalah dengan mengembangkan mutu pelayanan klinis sebagai inti pelayanan
(Wijono, 2000).
Dasar Hukum
Landasan Peraturan
BAB II
Berdiri sebelum tahun 1933 “Regenthshap Ziekenhius”. Luas tanah 1.037 m²,
terdiri dari : ruang berobat jalan, rawat inap, gawat darurat, dan tata usaha.
Pada Tahun 1952-1956 Rumah Sakit Umum Bondowoso dengan kapasitas
150 TT.
2. Perda No. 66 tahun tahun 1996 à RSU menjadi RSD (tahun 2000).
4. Sejak tahun 1999 Perda No. 7 Tahun 1999 menjadi swadana penuh.
B. Aspek Legal
C. Lokasi Bisnis
A. Nilai Dasar
Era globalisasi saat ini ditandai dengan semakin ketatnya persaingan bidang
usaha, termasuk bidang pelayanan kesehatan, serta tuntutan masyarakat yang
semakin tinggi, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan persepsi
masyarakat tentang pelayanan kesehatan. Maka tidak dapat dielakkan lagi
pelayanan kesehatan bergeser pada penyediaan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan harapan masyarakat
agar diterima, diminati dan memuaskan masyarakat (customer) Bondowoso
pada khususnya dan masyarakat sekitar Kabupaten Bondowoso pada
umumnya.
Oleh karena itu maka membentuk dan membangun budaya kerja Rumah Sakit
dapat dilaksanakan dengan memegang nilai-nilai dasar sebagai acuan bagi
RSU Dr H Koesnadi Bondowoso dalam berperilaku untuk tercapainya Visi
dan Misi. Nilai dasar tersebut, nantinya diharapkan dapat menjadi budaya
organisasi di RSU Dr H Koesnadi Bondowoso. Nilai dasar tersebut adalah :
Penjelasan :
Penjelasan :
Penjelasan :
B. Visi
Penjelasan :
Visi antara tersebut adalah kondisi yang akan dicapai RSU Dr H Koesnadi
Bondowoso tahun 2014.
Dalam upaya mencapai visi tersebut diatas, Rumah Sakit Umum Dr. H.
Koesnadi Kabupaten Bondowoso memiliki misi sebagai berikut :
1. Salam.
2. Sapa
3. Senyum
4. Sopan
5. Santun
6. Sepenuhhati dan
7. Sabar
G. Kebijakan Mutu
KOMITE
KOMITE WAKIL DIREKTUR ADMINISTRASI WAKIL DIREKTUR PELAYANAN
DAN KEUANGAN
KELOMPOK SATUAN
MEDIK DAN KEPERAWATAN
JABATANPENGAWAS
INTERNAL
FUNGSIONAL
A. VISI
B. MISI
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Agar buku pedoman yang merupakan konsep dasar dan prinsip upaya
peningkatan mutu ini dapat digunakan oleh pimpinan dan pelaksana Rumah
Sakit Umum dr. H. Koesnadi sebagai acuan dalam melaksanakan Upaya
Peningkatan Mutu Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi
2. Tujuan Khusus :
BAB VII
A. Pengertian Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang
1. Konsumen
5. Masyarakat
6. Pemerintah
7. Ikatan profesi
D. Dimensi Mutu
1. Keprofesian
2. Efisiensi
3. Keamanan pasien
4. Kepuasan pasien
Mutu suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan
yang rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu
sistem. Aspek tersebut terdiri dari struktur, proses dan outcome.
Adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya keuangan dan
sumber daya lain-lain pada fasilitas pelayanan kesehatan. Baik tidaknya
struktur dapat diukur dari kewajaran, kuantitas, biaya dan mutu komponen-
komponen struktur itu.
2. Proses :
Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien:
evaluasi, diagnosa, perawatan, konseling, pengobatan, tindakan, penanganan
jika terjadi penyulit, follow up. Baik tidaknya proses dapat diukur dari
relevansinya bagi pasien, efektifitasnya dan mutu proses itu sendiri.
Pendekatan proses adalah pendekatan paling langsung terhadap mutu asuhan.
3. Outcome :
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain
terhadap pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya serta
kepuasan provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada
mutu struktur dan mutu proses yang baik. Sebaiknya outcome yang buruk
adalah kelanjutan struktur atau proses yang buruk.
Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi adalah suatu institusi pelayanan kesehatan
yang komplek, padat karya dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena
pelayanan di Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi menyangkut berbagai fungsi
pelayanan, pendidikan serta mencakup berbagai tingkatan maupun jenis disiplin.
Agar Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi mampu melaksanakan fungsi yang
Pengukuran mutu medis di Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi sudah diawali
dengan penilaian akreditasi Rumah Sakit yang mengukur dan memecahkan
masalah pada tingkat struktur dan proses. Pada kegiatan ini Rumah Sakit Umum
dr. H. Koesnadi harus melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah
ditetapkan. Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi dipacu untuk dapat menilai diri
(self assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur
yang lain yaitu instrumen mutu pelayanan Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi
yang menilai dan memecahkan masalah pada hasil (Outcome). Tanpa mengukur
hasil kinerja Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi tidak dapat mengetahui apakah
struktur dan proses yang baik telah menghasilkan outcome yang baik pula.
Pelaksanaan indikator mutu Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi disusun dengan
mengacu pada Buku Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Rumah Sakit yang
telah diterbitkan oleh World Health Organization dan Direktorat Jenderal
Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1998.
A. Keselamatan Pasien
a. Kejadian Sentinel
2) Kesalahan obat yang signifikan dan efek obat yang tidak diharapkan
a. Bangunan
1) Atap pecah / bocor
2) Tembok retak
3) Plafon retak
4) Plafon berlubang
5) Plafon bocor
6) Ubin pecah/berlubang
7) Lantai berlumut
8) Kaca retak
9) Jendela rusak
10) Pintu rusak
11) Pipa air bocor
12) Keran air bocor
13) Talang air bocor / meluap
14) Saluran pembuangan air tersumbat
15) Lantai basah/licin
16) Tanda peringatan tidak terpasang saat lantai basah
c. Alat Medis
1) Umum
a) Masa kalibrasi alat terlewati
b) Tensi air raksa bocor
c) Syring pump tidak berfungsi optimal
d) Defibriltor dalam kondisi rusak / tidak siap pakai
e) Alat monitor yang rusak / tidak siap pakai
f) Alat ECG rusak / tidak siap pakai
g) Ventilator dalam kondisi tidak siap pakai
h) Alat spirometri tidak berfungsi dengan benar
i) Alat treadmill tidak berfungsi dengan benar
j) Alat suction tidak berfungsi dengan baik
2) Laboratorium
a) Alat analisa tidak berfungsi / rusak
b) Jarak antar bed terlalu dekat
3) Kamar Operasi
a) Kauter tidak berfungsi dengan baik
b) Warmer tidak berfungsi dengan baik
4) Kamar Bersalin
a) Alat NST tidak berfungsi dengan benar
b) Incubator tidak siap pakai/rusak
c) Alat Doppler tidak berfungsi
5) Hemodialisa
a) Alat HD tidak berfungsi
b) Cairan bikarbonat masa kadaluarsa < 3 bulan
6) Radiologi
a) Alat tidak berfungsi dengan baik
d. Obat
1) obat high alert tidak tertandai dengan benar
2) penyimpanan obat high alert yang tidak benar
3) penyimpanan obat tidak sesuai aturan prosedur
4) tidak tersedia / tidak lengkap – nya obat emergency setelah di
gunakan
5) penyimpanan obat pasien tidak dilakukan dengan benar
DOKUMEN / CATATAN
PROSES KETERANGAN
MUTU
Selesai
Hasil RCA dilaporkan kepada unit terkait dan tim KPRS, dan dilakukan
monitoring keefektifan dari tindak lanjut yang sudah dilakukan. Bila tindak lanjut
sudah efektif dan berkaitan dengan prosedur makan dilanjutkan dengan
pembuatan prosedur baru, bila belum efektif maka dilakukan analisa ulang
terhadap insiden yang terjadi.
Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis) adalah : Suatu proses terstruktur
untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya penyimpangan kinerja, termasuk KTD.
PROBABILITAS/FREKUENSI/LIKELYHOOD
DAMPAK KLINIS/CONSEQUENCES/SEVERITY
Potencial Concequences
Likelihood 1 2 3 4 5
(Bebrp x /thn)
(1-2 thn/x)
(2-5 thn/x)
TINDAKAN
a. Skor Risiko
Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada asesmen risiko
ditemukan dua insiden dengan hasil skor risiko yang nilainya sama, maka
untuk memilih prioritasnya dapat menggunakan warna bands risiko.
b. Bands Risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna
yaitu: biru, hijau, kuning, dan merah .
1. Pengertian
Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang
mengidentifikasi akar masalah dari suatu insiden, dan proses ini cukup
adekuat untuk mencegah terulangnya insiden yang sama. RCA berusaha
menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :
Akar masalah (underlying cause/root cause) adalah satu dari banyak faktor
(kejadian, kondisi) yang mengkontribusi atau menciptakan proximate cause,
dan jika dieliminasi atau dimodifikasi dapat mencegah terjadinya insiden.
Biasanya suatu insiden memiliki lebih dari satu akar masalah.
4. Tim sering kali menemui masalah pada tahap ini; sering berhenti pada
penyebab langsung dan tidak terus mencari akar masalahnya.
2. Apakah insiden akan terulang oleh karena hal yang sama jika “cause”
dikoreksi atau dieliminasi?
Apabila ketiga jawabab adalah “tidak”, maka cause tersebut adalah “root
cause”
Apabila salah satu jawaban adalah “ya”, maka cause tersebut adalah
“contributing cause”.
c. Kumpulkan data
Suatu penulisan cerita apa yang terjadi berdasarkan tanggal dan waktu,
dibuat berdasarkan kumpulan data saat investigasi.
Nilai negatif :
2) Timeline
3) Tabular timeline
b) dari tabel tersebut, kolom sebelah kiri berisi daftar staf yang
terlibat
Nilai positif :
Nilai negatif :
Masalah yang terjadi dalam pelayanan, baik itu melakukan tindakan atau tidak
4. Analisis Informasi
1) penghalang fisik
2) penghalang natural
4) penghalang adminstrasi
d. Fish bone
Faktor
Faktor Faktor Faktor Orang &
pasien petugas tim manajemen
CMP
Faktor
Faktor Faktor Faktor eksternal/
komunikasi Lingkungan tugas di luar RS
kerja
Komponen
c. Peraturan Nasional
Komponen Subkomponen
b. Pengawasan
c. Kontrak Service
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan diklat
i. Manajemen Risiko
j. Manajemen K3
k. Quality Improvement
a. Ketersediaan
SDM
b. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan Staf
yang Berbeda
Komponen Subkomponen
b. Penilaian Ergonomik
c. Fungsionalitas
Lingkungan a. Housekeeping
b. Ketidaktersediaan
c. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
Komponen Subkomponen
b. Cepat Tanggap
Komponen Subkomponen
Komponen Subkomponen
b. Ketersediaan SOP
c. Kualitas Informasi
d. Prosedur Investigasi
Personal a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi
Komponen Subkomponen
INSIDEN : __________________________________________________
Tim :
Ketua :
2. ________ 5. ________
3. ________ 6. ________
-Dokumentasi: 1. ______________________
2. ______________________
3. ______________________
4. ______________________
5. ______________________
1. _______________________________________
2. _______________________________________
3. _______________________________________
4. _______________________________________
5. _______________________________________
Waktu
Kejadian
Informasi tambahan
Good Practice
Masalah Pelayanan
waktu
MASALAH
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Tingkat
Sumber daya
Faktor rekomendasi Penanggung Bukti
Tindakan Waktu yang paraf
kontributor (individu, tim, jawab penyelesaian
dibutuhkan
direktorat, RS)
b. Bentuk Tim
Langkah 1 & 2
a. Pilih Proses yang berisiko tinggi terhadap Keselamatan Pasien dan bentuk
Tim
Langkah 3A
Pada Tahapan Proses dijelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan
prosedur yang berlaku dan jika proses terlalu kompleks, dapat memilih satu
proses atau sub proses untuk ditindak lanjuti
1 2 3 4 5 6
Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub Tahapan sub
Tahapan sub
Langkah 3B
Jelaskan Sub Proses kegiatan yang dipilih untuk ditindak lanjuti, isikan pada
kotak A,B,C,D,E.
Masing – masing Sub Proses sampai Sub Proses terakhir dicari modus
kegagalannya, isikan pada baris 1, 2, 3, 4, 5
A B C D
E
Langkah 4
Isikan masing – masing modus kegagalan dan effek analisisnya pada lembar
kerja
Apa yang anda amati ketika kesalahan terjadi, masing – masing beri nilai pada
nomor selanjutnya
Nilai 10 = Hampir sering muncul dalam waktu yang relatif singkat (beberapa
kali dalam 1 tahun)
4. Pendeteksian / Detectability ( D )
5. RPN
Hasil perkalian S X O X D
6. Peringkat : untuk prioritas penyebab yang akan ditindak lanjuti pada langkah
5 berdasarkan nilai tertinggi pada RPN ( Risk Priority Number )
PROCESS & S O D
FAILURE PROXIMATE ACTION
SUB EFFECTS RPN RANK
MODE CAUSES PLAN
PROCESSES
Lembar Kerja
Langkah 6
Langkah 7
1. Bila proses yang baru sudah selesai dibuat, perlu dilakukan proses FMEA
yang baru untuk menguji apakah proses tersebut masih berpotensi
menimbulkan kegagalan
2. Untuk Failure mode dengan high RPN, jangan lupa mencari banyak jalan
untuk mengeliminasi / meminimalkan risiko
Langkah 8
Implementasi dan monitor proses yang baru. Ulangi beberapa waktu, sesudah
beberapa failure mode di-eliminasi
C. Clinical Pathway
Clinical Pathway (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang
merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar
pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang
terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit. Clinical pathway
diterapkan kepada semua pasien rawat inap yang terdiagnosis : Acute Ischemik
Stroke, maupun pasien dengan tindakan: Sectio Caesarea, Tonsilectomi
(termasuk Adenotonsilectomi), Coronary Angiography (PAC), Temporary Pace
Maker (TPM), Permanent Pace Maker (PPM), Percutaneus Coronary
Intervention (PCI).
Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan tindakan
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan
untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi
A. Indikator
B. Kriteria
C. Standar :
- Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat
baik.
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih
untuk dimonitor
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik
dan mutu yang tidak baik.
Indikator adalah : suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dan
merupakan variabel yang digunakan untuk menilai perubahan
1. Asesmen pasien
2. Pelayanan laboratorium
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Denominator
Standar 0 kasus
Hasil laborat dari PU / IGD ( Blood Cell Counter K. Klinik, Urine rutin,
Widal, DHF ) tidak melebihi 2,5 jam
Definisi Hasil laborat dari PU / IGD ( Blood Cell Counter K. Klinik, Urine
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah Turn around time hasil pemeriksaan FBC 2,5 jam
Standar 90.00%
Menekan angka pengulangan sampling darah pasien rawat jalan karena salah
sampling
Frekuensi 1 bulan
Standar 90.00%
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Kwitansi pembayaran
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 0 kasus
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 0 kasus
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Denominator Jumlah pendaftaran tindakan operasi dari rawat inap setiap bulan
Standar 90.00%
Target 100.00%
Denominator Jumlah pasien yang akan dioperasi electif dari RI setiap bulan
Standar 80.00%
insiden report
Standar 100.00%
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Numerator Jumlah pasien AMI yang diberi Aspirin 24 jam sejak pasien
masuk di IGD
Standar 100.00%
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 100.00%
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 100.00%
Insiden report
Definisi operasional Tidak adanya kejadian salah penyerahan darah tranfusi sesuai
permintaan kepada unit yang meminta
Denominator
Standar 0 kasus
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 0 kasus
4. Rekam Medis
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 95.00%
Definisi operasional Ketepatan indexing rawat jalan dalam mengentri SHRJ & SH
IGD di komputer
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 95.00%
.Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 90.00%
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Standar 70.00%
Definisi operasional Menekan kejadian infeksi jarum infus adalah menekan adanya
kejadian infeksi daerah pemasangan infus
Definisi operasional Menekan kejadian infeksi luka operasi adalah menekan adanya
kejadian infeksi daerah luka operasi pada operasi bersih
Standar 0
Denominator
Standar 12 /tahun
Standar Max 5%
Respon time untuk barang non rutin maksimal 1 minggu dari pengajuan
unit s/d informasi spesifikasi harga
Judul Respon time untuk barang non rutin maksimal 1 minggu dari
pengajuan unit s/d informasi spesifikasi harga
K3
Standar 100.00%
Standar 100.00%
Standar 100.00%
Definisi operasional Pemantauan baku mutu air RO untuk TDS tiap hari.
Standar 100.00%
Standar 0
Quality Assurance
Definisi operasional Ketepatan waktu pelaporan insiden KNC, KTD, sentinel dari
unit kepada tim QA
Standar 80.00%
Housekeeping
Ketepatan waktu pembersihan kamar kosong dirawat inap, siap dalam 2 jam
Definisi operasional Ketepatan waktu pembersihan kamar kosong dirawat inap, siap
Standar 90.00%
Standar 90.00%
Sumber data Jadwal dan laporan realisasi preventive maintenance alat non
medis .
Standar 85.00%
Definisi operasional Pelaksanaan Kalibrasi / Verifikasi alat non medis sesuai jadwal
adalah : Realisasi jadwal Kalibrasi / Verifikasi alat non medis
sesuai jadwal yang sudah ditetapkan .
Standar 85.00%
Respon time terhadap laporan kerusakan alat non medis tidak lebih dari 2 jam
Judul Respon time terhadap laporan kerusakan alat non medis tidak
lebih dari 2 jam
Definisi operasional Respon time terhadap laporan kerusakan alat non medis tidak
lebih dari 2 jam adalah : Tenggang waktu antara laporan
kerusakan alat non medis tertulis dari unit dengan respon
petugas tekniknon medis
Standar 90.00%
Medical Equipment
Respon time terhadap laporan kerusakan alat medis tidak lebih dari 2 jam
Judul Respon time terhadap laporan kerusakan alat medis tidak lebih
Definisi operasional Respon time terhadap laporan kerusakan alat medis tidak lebih
dari 2 jam adalah : Tenggang waktu antara laporan kerusakan
tertulis dari unit dengan respon petugas teknik medis
Standar 90.00%
Sumber data Jadwal dan laporan realisasi preventive maintenance alat medis
Standar 80.00%
Standar 80.00%
Humas
Definisi operasional Komplain customor ditindak lanjuti tidak lebih dari 2 hari kerja
adalah : kompali pasien yang ditindak lanjuti tidak lebih dari 2
hari kerja .
Standar 90.00%
Definisi operasional Waktu tunggu obat racikan rawat jalan ≤ 30 menit adalah :
tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai
dengan pasien menerima obat jadi pada pasien non ASKES
Numerator Jumlah resep obat racikan rawat jalan non ASKES yang
dilayani < 30 menit
Denominator Jumlah resep obat racikan rawat jalan non ASKES yang
dilayani
Waktu tunggu resep obat rawat inap ≤ 30 menit untuk resep cito
Judul Waktu tunggu resep obat rawat inap ≤ 30 menit untuk resep
cito
Definisi operasional Waktu tunggu resep obat rawat inap ≤ 30 menit untuk resep
cito adalah : tenggang waktu mulai penerimaan resep cito sapai
penyerahan obat
Numerator Jumlah resep obat rawat inap cito yang dilayani < 30 menit
Marketing
Standar Min 95 %
Denominator
Standar 48 x / tahun
Jumlah publikasi
Denominator
Standar 50 x / tahun
Human Resourse
Standar 80.00%
Standar 80.00%
Standar 100.00%
Standar 90.00%
Denominator
Definisi operasional Pemantauan SIP / STR medis tiap 1 bulan dan para medis tiap
6 bulan
Numerator Jumlah pemantauan SIP / STR medis dan non medis sesuai
jadwal
Denominator Jumlah SIP / STR medis dan non medis yang harus dipantau
Standar 2X / tahun
Insiden report
Standar 0 kasus
Standar 95.00%
Numerator Jumlah konsul dokter Rehab dari rawat inap yang telah
diperiksa dan dijawab < 1x 12 jam
Standar 95.00%
Definisi operasional Kejadian drop out pasien terhadap pelayanan Rehab yang
direncanakan , dalam jangka minimal 2 bulan untuk 6x
kunjungan , kecuali : pasien sudah sembuh , pasien
melanjutkan program keluar kota , melanjutkan pelayanan
rehab medik dirumah , dan kunjungan tidak teratur .
Definisi operasional Respon time pelayanan di IGD < 5 menit adalah saat pasien
datang di IGD sampai mendapat pelayanan dokter / perawat .
Standar 95.00%
Standar 80.00%
Numerator Jumlah komplain terkait pasien rawat inap yang diantar oleh
petugas IGD
Definisi operasional Tidak ada kejadian perdarahan pada pasien post HD akses AV
Fistula
Indikator klinis
Definisi operasional Kesiapan obat citos 1x 24 jam sebelum pasien datang untuk
citostatica
Definisi operasional Kelancaran Hemodialisa pada akses double lumen selam proses
HD
Pemenuhan HD di ICU
Indikator klinis
Klinik
Standar 95.00%
Definisi operasional Hasil medical cek up jadi tidak lebih dari 1 hari
Standar 90.00%
Definisi operasional Hasil Radiologi pasien MCU jadi tidak lebih 3 ½ jam setelah
foto
Numerator Jumlah Hasil Radiologi pasien MCU jadi tidak lebih 3 ½ jam
Standar 90.00%
Definisi operasional Respon time pemeriksaan pasien klinik umum 30 menit sejak
mendaftar di KU sampai pasien diperiksa dokter
Standar 90.00%
Definisi operasional Hasil Laboratorium pasien MCU jadi pukul 13.00 – 14.00
Numerator Jumlah hasil lab pasien MCU yang sudah jadi pukul 13.00 –
14.00
Standar 80.00%
Definisi operasional Kecukupan penyediaan linen bersih siap pakai dengan adanya
komplain kekurangan linen bersih siap pakai dari RI
Denominator
Penyediaan linen bersih siap pakai dalam kondisi sesuai standar kualitas di
RI dan RJ
Definisi operasional Penyediaan linen bersih siap pakai dalam kondisi sesuai standar
kualitas di RI dan RJ dengan adanya komplain linen tidak sesuai
standar dari RI dan RJ
Denominator
Security
Definisi operasional Kejadian yang direspon < 5 menit adalah : Kejadian yang
direspon < 5 menit sejak petugas security mendapat laporan
kejadian oleh petugas security .
Standar 90.00%
Finance
Definisi operasional Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Radiologi 99%
benar
Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Rehab medik 99% benar
Definisi operasional Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian Rehab medik
99% benar
Definisi operasional Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di bagian MCU 99%
Definisi operasional Pembuatan rincian biaya dan kwitansi di seluruh unit klinik
Spesialis I , kecuali klinik gigi 99% benar
Gizi
Insiden report
Standar 95.00%
Menjamin jumlah dan jenis diet yang diserahkan sesuai permintaan rawat
inap
Definisi operasional Menjamin jumlah dan jenis diet yang diserahkan sesuai
permintaan rawat inap
Standar 100.00%
Definisi operasional Menjamin jumlah kunjungan pasien baru pada hari kerja untuk
VIP
Numerator Jumlah pasien baru VIP yang dikunjungi petugas gizi pada hari
kerja
Standar 80.00%
Denominator
Standar 70.00%
Insiden report
Standar 1 kasus / TW
Definisi operasional Kesalahan identitas pasien adalah : kesalahan yang terjadi salah
orang dalam memberikan tindakan , pelaksanaan pemeriksaan
penunjang , memberikan obat memberikan tranfusi dll kepada
pasien
Insiden report
Angka Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama < 72
jam
Definisi operasional Angka Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus
yang sama dalam waktu < 72 jam
Standar Max 3%
Study : data sebelum dan setelah perubahan dan merefleksikan apa yang telah
dipelajari
Perubahan apa yang dapat kita buat yang akan menghasilkan perbaikan?
Ada banyak potensi perubahan yang bisa kita laksanakan di Tim kita . Namun, bukti
dari literatur ilmiah dan program perbaikan sebelumnya menunjukkan bahwa ada
sejumlah kecil perubahan yang paling mungkin untuk menghasilkan perbaikan.
Ada kemungkinan bahwa siklus PDSA beberapa berjalan berurutan (gambar 2), atau
bahkan secara bersamaan (gambar 3).
Gambar 2
Pengendalian kualitas berdasarkan siklus P-D-S-A hanya dapat berfungsi jika sistem
informasi berjalan dengan baik .Pelaksanaan PDSA dengan enam langkah P-D-S-A
yang terdapat dalam gambar 3 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tujuan dan insiden yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan. Penetapan insiden tersebut ditentukan oleh Direktur rumah
sakit.Penetapan insiden didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi.
Insiden ditetapkan secara konkret dalam bentuk insiden, harus pula diungkapkan
dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan. Semakin
rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan dan
tujuan, semakin rinci informasi.
Penetapan tujuan dan insiden dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai
tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan
harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan
untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang akan
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar
dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para karyawan
untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan
standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat berubah.
Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat dijadikan
modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan
karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
PENGORGANISASIAN
Managing
Director
Quality Assurance
Manager
PPI QCC
ISO/Akreditasi
URAIAN JABATAN
- Mengkoordinir pelaksanaan
program kerja dan kegiatan divisi
3. Melaporkan pelaksanaan
kegiatan Manajemen Resiko Klinik
WEWENANG
Pelaksanaan program K3 V
Pelaksanaan program 6 V
International Patient Safety Goals
HUBUNGAN KERJA
Internal :
1. Seluruh unit di Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan perbaikan terus menerus
RS
Eksternal:
Pihak yang
Tujuan Interaksi
berhubungan
Pelaksanaan Total Membuat jadwal tahunan audit dan Sesuai jadwal masing-
Quality Hospital meninformasikannya ke unit terkait masing SMF
SPESIFIKASI JABATAN
Kompetensi :
Pelaksanaan program K3 V
HUBUNGAN KERJA
Internal :
Pihak yang
Tujuan Interaksi
berhubungan
1. Seluruh unit Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan perbaikan terus menerus
di RS
2. Komite Medis Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan perbaikan terus menerus
/ SMF
Eksternal:
Pihak yang
Tujuan Interaksi
berhubungan
SPESIFIKASI JABATAN
Kompetensi :
Pelatihan K3
Contributor
Area Pengambilan Keputusan Prime Share
y
HUBUNGAN KERJA
Internal :
1. Seluruh unit di RS Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan perbaikan terus menerus
2. Division Manager Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan perbaikan terus menerus
3. Komite Medis / SMF Koordinasi untuk penyelesaian masalah dan perbaikan terus menerus
Eksternal:
Pelaksanaan Total Membuat jadwal tahunan audit dan Sesuai jadwal masing-masing
Quality Hospital meninformasikannya ke unit terkait SMF
SPESIFIKASI JABATAN
Kompetensi :
BAB XIV
Quality Assurance
Pembahasan hasil audit klinis SMF terkait untuk dianalisa dan tindak
lanjut temuan
BAB XV
Kegiatan orientasi
BAB XVI
Penetapan Target
Penilaian Kinerja
1. Cek jumlah dan data karyawan apakah sudah akurat dan benar
Memberikan informasi yang relevan, umpan balik dan masukan kepada pihak
yang relevan and membangun hubungan jangka panjang. Mempromosikan
komunikasi dan partisipasi terbuka pada semua level dan berbagi pengalaman,
ide dan informasi
Kegiatan
5. Clinical Pathway
9. Akreditasi RS
Bila terjadi insiden pada unit, maka unit akan melapor kepada tim mutu
sesuai
Sesudah laporan insiden diterima, maka tim mutu akan membuat Risk
Matrix Grading sesuai dengan kasusnya
Membentuk tim
Mengadakan pertemuan
Dari hasil pembahasan tim disusun laporan dan diberikan kepada pimpinan
RS sebagai
wujud keterlibatan pimpinan dalam proses peningkatan mutu dan kepada unit
terkait.
Tindak lanjut
Hasil tindak lanjut dari unit terkait akan dimonitoring keefektifannya melalui
Form
Unit terkait / tim mutu memasukkan data indikator klinis berdasarkan dari rekam
medis pasien
Rekapitulasi data
Melakukan analisa terhadap hasil rekapitulasi data selama 1 tahun untuk dapat
melihat perbandingan persentase pencapaian target dan kemudian menyusun
laporan kepada pimpinan RS
Tindak lanjut
Menyusun Rencana tindak lanjut bersama ketua SMF dan manajemen dan
kemudian melaksanakan rencana tindak lanjut
Penetapan Topik
Ketua Komite Medik bersama Tim Mutu rumah sakit mengadakan rapat
tahunan untuk menentukan topik audit klinik berdasarkan masukan dari
SMF. Penentuan topik juga memperhatikan masukan dari Direksi dan
pihak-pihak lain.
Latar belakang
Pengumpulan data
Berdasarkan instrumen audit klinik yang telah disusun maka Tim Mutu (Staf Rekam
Medis) dan SMF (bila perlu) akan melakukan proses pengukuran.
Hasil pengukuran ditulis di lembar audit atau di dalam bentuk file komputer (excel
atau SPSS).
Pengambilan sample audit akan diverifikasi oleh orang kedua yang tidak terlibat
dalam pengambilan data yang pertama untuk memastikan validitas data. Bila terjadi
Analisa data
Berdasarkan hasil pengukuran, Tim Mutu dan SMF melakukan analisa dan evaluasi
untuk mengidentifikasi masalah yang ada, mencari akar permasalahan (dengan
menggunakan diagram fish bone atau metode lain) dan mengusulkan rencana
6. Tindak Lanjut
Berdasarkan laporan tersebut maka Komite Medis dan direksi memutuskan apakah
menyetujui rencana perbaikan yang disampaikan, bila berhubungan dengan anggaran
dan proses bisnis. Bila disetujui maka rencana perbaikan tersebut perlu didiskusikan
dengan Direksi untuk persetujuan anggaran yang diperlukan. Bila diperlukan maka
Komite Medis dan Tim Mutu Pelayanan menjadi supervisor dari rencana tersebut.
Berdasarkan pengumpulan data kedua, Komite Medis dan Tim Mutu Pelayanan
melakukan review apakah terdapat perbaikan atau tidak. Bila ada perbaikan maka
audit dinyatakan selesai. Bila tidak ada perbaikan maka perlu dilakukan perbaikan
rencana pada point E (tindak lanjut).
Tim Mutu dan SMF menyusun laporan akhir untuk disampaikan kepada Ketua
Komite Medik dan Direksi.
5. Clinical Pathway
6. Pendidikan staf
7. Quality Champion
Melaksanakan kegiatan
Membuat pelaporan
a. Angka dekubitus
Kegiatan meliputi pemeriksaan kualitas air minum, air bersih dan air
cadangan secara rutin.
Sterilisasi
Melakukan kegiatan Audit Mutu Internal secara rutin dua kali/ tahun,
yang meliputi seluruh area RS, dengan agenda kegiatan :
- Opening Meeting
- Kegiatan Audit
- Closing Meeting
Keluhan pelanggan
Sasaran mutu unit ( indikator mutu ) yang sudah ditetapkan dimonitor sesuai
dengan periode yang sudah disepakati dan dilakukan analisa bila pencapaian tidak
sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dengan menerbitkan Form TIndakan
Korektif dan Pencegahan. Hasil pemantauan indikator mutu ini akan dikirimkan
ke unit-unit terkait sebagai masukan dari unit untuk melakukan tindakan
perbaikan dan sebagai penghargaan bagi unit bila target yang sudah ditetapkan
tercapai secara konsisten.
Fasilitas dan Peralatan disediakan oleh unit Quality dan unit terkait sesuai
program yang dilakukan
PERTEMUAN / RAPAT
1. Rapat Rutin
- Incident Report
2. Rapat Insidentil diselenggarakan sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal
yang perlu dibahas segera
4 Audit Klinis Tiap selesai Tiap selesai Tiap akhir Melalui laporan
Pelayanan pelaksanaan audit pelaksanaan tahun realisasi audit klinis
Medis audit
6 Pendidikan & Tiap selesai Tiap selesai Tiap akhir Melalui laporan
Pelatihan pelaksanaan pelaksanaan tahun realisasi pencapa ian
PMKP program program program kerja QA
Pelaporan
Monitoring
Evaluasi Kegiatan
Evaluasi dilaksanakan setiap akhir tahun untuk ditindak lanjuti sesuai masalah /
kendala yang ada. Jika pencapaian tidak sesuai dengan target yang sudah ditetapkan,
maka pimpinan ( QMR, pimpinan RS, Bupati ) mengambil tindakan yang diperlukan,
termasuk didalamnya melakukan perubahan terhadap program ataupun proses / SPO
yang ada saat ini
Dokumen Bukti
3. Laporan RCA
PENUTUP
Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien ini kami susun agar
dapat digunakan sebagai acuan Tim Quality & Assurance dalam merencanakan,
melaksanakan, monitoring dan evaluasi program upaya peningkatan mutu dan
Keselamatan pasien di RSU dr. H. Koesnadi.
Namun demikian upaya – upaya ini akan lebih berhasil jika didukung oleh pimpinan
rumah sakit dan kerja sama yang baik dari seluruh unit kerja di RSU dr. H. Koesnadi
ini.
Semoga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala selalu memberkati sumua upaya – upaya yang
kita kerjakan.