Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa Khulafaur Rasyidin dimulai saat umat islam ditinggalkan oleh nabi
besarnya, Nabi Muhammad SAW. Rasulullah meninggal tanpa berwasiat perkara
pengganti kepemimpinan umat muslim. Sebelum Rasulullah dimakamkan, Kaum
Anshar berkumpul di ruang rapat Bani Sa’idah. Saat itu, terjadi perlambatan
pemakaman karena adanya sukresi memperebutkan kepemimpinan. Ada beberapa
kelompok yang ingin memperebutkan kedudukan Rasul.
Berita itu lalu tedengar oleh Abu Bakar, Umar, dan Abu Ubaidah. Mereka pun
segera menemui saudara mereka dari Kaum Anshar. Lantas, orang-orang Anshar
berkata “Harus ada seorang pemimpin dari kaum kamu dan seorang pemimpin lagi
dari kalian.” Kemudian, Umar berkata, “Dua pedang dalam satu sarung itu tidak
baik.”
Setelah berkata seperti itu, Umar mendekat kepada Abu Bakar, memegang
tangannya lalu berseru, “Siapakah orang yang telah mengalami tiga situasi? Ketika ia
berkata pada sahabatnya, ’Siapa sahabatnya?’ Ketika mereka berada dalam gua.
‘Siapa mereka berdua?’” Orang-orang Anshar serta merta menjawab, “Nabi
Muhammad SAW dan Abu Bakar”. Lalu, Umar bertanya lagi “Sesungguhnya Allah
bersama kita. Bersama siapa?” Orang-orang Anshar menjawab, “bersama Nabi
Muhammad SAW dan Abu Bakar.” Masih ingin menyakinkan, Umar bertanya lagi
“Siapakah diantara kalian yang paling pemurah dan mampu mengalahkan Abu
Bakar?” Orang-orang Anshar menjawab, “Kami berlindung kepada Allah untuk
mengaku-ngaku dapat mengalahkan Abu Bakar.”
Setelah itu Umar menghadap Abu Bakar dan menyuruh Abu Bakar untuk
mengulurkan tanganya. Yang kemudian membaiatnya beserta semua yang hadir saat
itu. Dengan dibaiatnya Abu Bakar, periode Khulafur Rasyidin dimulai.
Sepeninggal Raslullah, empat orang pengganti beliau adalah para pemimpin
yang adil dan benar. Mereka mmenyelamatkan dan mengembangkan dasar-dasar
tradisi dari sang Guru Agung bagi kemajuan Islam dan umatnya. Oleh karena itu,
gelar Al-Khulafa Ar-Rasyidin yang mendapat bimbingan di jalan lurus diberikan
kepada mereka. Periode yang dimulai dari 11H hingga 41H (632M-661M) ini, umat
islam benar-benar berada dalam manhaj islam yang depan.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peradaban Islam pada Kepemimpinan Abu Bakar?


2. Bagaimana Peradaban Islam pada Kepemimpinan Umar bin Khatab?
3. Bagaimana Peradaban Islam pada Kepemimpinan Utsman bin Affan?
4. Bagaimana Peradaban Islam pada Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib?

B. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk menginformasikan tentang sejarah peradaban
islam pada umumnya, dan saat periode Khulafaur Rasyidin pada khususnya.
BAB 2

PEMBAHASAN

1. KHALIFAH ABU BAKAR

A. SEJARAH PEMERINTAHAN

Abu bakar adalah pemerintahan Syura dari pembentukannya yang prtama dengan
segala kecendrungannya pemerintahan abu bakar adalah pemerintahan Syurah pemerintah
dengan dasar pemusyawaratan. Abu bakar dibiat atas dasar pemilihan umum yang dipilih
karena sifat-sifat kepribadiannya serta kedudukannya disisi rasulullah

Setelah abu bakar dibaiat seseorang memanggilnya dengan kata-kata,‘’Ya


Khalifahtullah.’’ Abu bakar tidak membiarkan orang itu meneruskan bicaranya, melainkan
langsung diputus: ‘’Aku bukan khalifah Allah,tapi khalifah Rasulullah.’’

Kata-kata ini diungkapkan oleh para sejarawan sebagai bukti tentang sifat Abu Bakar
yang sangat rendah hati dan bijak. Pada saat itu sudah semakin banyak bangsa dengan raja-
raja dan penguasa-penguasanya yang menganggap diri khalifah allah, wakil tuhan di bumi.
Oleh Terpilihnya pengikut-pengikutnya emang dianggap demikian. Dengan begitu mereka
menyandang ke sucian yang tak ada pada orang lain, seperti halnya di Mesir pada zaman
firaun dahulu kala, di antara mereka ada yang berkata kepada bangsa-bangsanya: ‘’Akulah
Tuhanmu yang tertinggi,’’ kebanyakan orang mesir ketika itu mempercayai sifat-sifat
ketuhanan itu pada raja-raja mereka, lalu kepercayaan demikian tambah diperdalam oleh
propaganda para pendetanya. Demikian pula halnya di Asiria, di iran, di india dan lain-lain
yang sesama dengan firaun. Raja-raja yang paling rendah hati masa itu menganggap diri
wakil tuhan dibumi.

Pemilihan abu bakar karena sudah pilihan allah yang diberi kitab dengan segala
kebenarannya agama orang-orang beriman yang sudah dilengkapi dengan kenikmatan, sudah
disempurnakan bagi mereka dan juga Abu bakar lebih tua, beliau selalu dekat dengan
rasulullah , dia juga seorang yang dermawan, abu bakar disenangi orang-orang quraisy dan
otaknya cerdas mau bekerja keras untuk ummat islam.
B. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

1. Pemerintahan berdasarkan musyawarah apabila terjadi suatu perkara, abu bakar


selalu mencari hukumnya dalam kitab allah. Jika beliau tidak memperolehnya maka
beliau mempelajari bagaimana rosul bertindak dalam suatu perkara. Dan jika tidak
ditemukannya apa yang dicari, beliapun mengumpulkan tokoh-tokoh yang terbaik dan
mengajak mereka bermusyawarah adapun yang diputuskan mereka setelah
pembahasan, diskusi, dan penelitian menjadikannya sebagai suatu keputusan dan
suatu peraturan. Abu bakar tidak melakukan sesuatu pekerjaan sebelum mengadakan
musyawarah terlebih dahulu sekalipun saat perang masih berlanjut pemerintah tetap
berpegang pada musyawarah.

2. Konsep pemerintahan politik dalam pemerintahan abu bakar telah beliau jaelaskan
sendiri kepada masyarakat dalam sebuah pidatonya:’’Wahai manusia! Aku telah
diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padaha aku bukanlah yang terbaik diantara
kamu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik , maka bantulah
(ikutilah)aku,tetapi jika aku salah maka luruskanklah! Orang yang kamu anggap kuat,
aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Sedangkan orang
yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan hak
kepadanya. Maka hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada allah dan
rasul-nya, kamu tidaklah perlu mentaaiku.

3. Kekuasaan undang-undang abu bakar tidak perna menempatkan diri beliau diatas
undang-undang. Beliau juga tidak perna memberi sanak karabatnya suatu kekuasaan
yang lebih dari undang-undang.dan mereka itu dihadapan undang-undang adalah
sama seperti rakyat yang lain, baik kaum muslim maupun non-muslim.

C. MASA KEJAYAAN

Abu bakar telah berhasil menumpas orang-orang arab yang murtad dan memberontak,
yang berkobar setelah rasulullah wafat dan seluruh semenanjung arab menyala manjadi
lautan api. Setelah itu ia berhasil membebaskan irak dan hampir pula pasukannya memasuki
mada’in ibu kota persia, yang telah maju membebaskn syam.dengan kemenangannya itu
bendranya pun berkibar pula di Damsyik. Sementara kemenangan-kemenangan ini membuat
mata dunia terbelalak, abu bakar sendiri membentuk pemerintahan arab di negeri arab atas
dasar musyawrah. Juga ia telah berhasil mengumpulkan kitabullah, sehingga semua
mengakui bahwa diyalah muslim yang paling besar jasanya mengumpulkan Qur’an dalam
satu buku inilah pekerjaan-pekerjaan besar yang telah memantapkan agama tauhid yang
hanif ini ditempat turunnya wahyu, dan membuka pula jalan untuk mendirikan kedaulatan
islam yang besar serta menyebarkan agama islam di kawasan itu dan menegakkan hukum
bagi penduduk atas dasar keadilan. semua itu diselesaikan dalam waktu dua tahun tiga bulan.

D. AKHIR PEMERINTAHAN

Abu bakar sakit dimulai ketika pada hari yang sangat dingin beliau mandi. Lalu sela
lima belas hari beliau merasa demam, tidak keluar rumah untuk melaksanakan sholat. Tetapi
selama dua minggu dalam sakit sampai wafatnya itu pikiran abu bakar selalu bertumpu pada
nasib kaum muslimin selalu membuat perhitungan dengan dirinya, apa yang telah di
lakukannya sejak beliau memegang pimpinan umat. Sejak sakitnya itu kuat sekali
perasaannya bahwa ajalnya sudah dekat dan beliau akan bertemu tuhan. Menghadapi itu
beliau sangat gembira, merasa puas, karena saat itu beliau sudah mencapai usia ketika
rasulullah berpulang ke rahmatullah, dan beliau merasa sudah melaksanakan kewajibannya
kepada allah. akan tetapi yang banyak menyita waktu abu bakar selama sakitnya itu ialah
kerisawannya terhadap nasib kaum muslimin sesudah ditinggalkannya kelak setelah abu
bakar wafat.

2. KHALIFAH UMAR BIN KHATHAB

A. SEJARAH PEMERINTAHAN

Bentuk Musyawarah

Dengan musyawarah itu kekuasaan penuh tetap ditangan khalifah. Dia bertanggung jawab
kepada Allah, kepada dirinya sendiri dan kepada umat yang telah mengangkatnya. Kalau dia
sampai melampui hak itu dan melanggar ketentuan Allah dan Rosul-Nya, dan perhitungan
dengan Allah dan dirinya sudah tidak pula dapat menanhannya, maka umatlah yang akan
meluruskannya dengan mata pedang.

Pada masa pemerintahan Umar, banyak yang mendampingi dari tokoh-tokoh sahabat
muhajirin dan ansar, menggodok pendapat-pendapat mereka yang pemecahannya tak terdapat
dalam kitabullah atau dalam Sunnah Rosulallah antara lain: Abbas bin Abdul-Muttalib,
Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf dll.

System musyawarah ialah dasar yang harus diterapkan diseluruh agama. Diperintahkannya
itu kepada para pejabat dan pemimpin-pemimpin militer. Begitu juga yang telah ia lakukan
terhadap
pejabat-pejabat yang lain, yang bertugas dalam perang ataupun yang lain.

Umar bertahan di Masjid Madinah


Kedaulatannya sudah meluas pada masanya itu namun Umar tidak tergoda ingin duduk diatas
tahta selain masjid, karena Umar mengikuti keadaan umatnya pada saat itu. Ketika Sa’ad bin
Abi Waqqas di Mad’in, istana Iwan Kisra dijadikan tempat kedudukannya, sesudah pindah ke
Kufah Umar mendirikan sebuah bangunan untuk dirinya dan diberi nama “Istana Sa’ad”.
Tetapi Umar, selama empat tahun pertamapemerintahannya ia tidak mau mengadakan
perubahan sedikit pun dimasjid itu. Setelah masyarakat semakin banyak dan masjid tidak
dapat menampung lagi maka Umar mengadakan perluasan. Peran masjid itu oleh penduduk
Madinah digunakan juga untuk tempat pertemuan, mereka membicarakan urusan
perdagangan serta tempat berdagang. Sesudah diadakan perluasan Umar mengambil tempat
disamping Masjid dan diberi nama “Butaiha”,

Pengangkatan para hakim dan pendapatnya tentang hokum

Dalam menjalankan keadilan Umar tidak pernah membedakan antara si ningrat dengan jelata,
antara pejabat tinggi dengan rakyat biasa. Menurut Umar kedudukan para pejabat itu terhadap
dia sama dengan kedudukan rakyat terhadap para pejabat. Umar bertanggung jawab mereka,
sama seperti pejabat bertanggung jawab terhadap orang-orang yang menjadi bawahan
mereka. Jika pejabat itu berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat, maka mereka juga harus
dihukum sama seperti yang berlaku terhadap siapa saja ayang berlaku sewenang-wenang
terhadap orang lain di negeri itu. Sifat Umar menyebabkan pemerintahannya disukai oleh
orang, dan beberapa tindakannya yang dulu terasa begitu tegas dank eras bagi mereka kini
bukan masalah, dan kewibawaannya tidak pula membuat orang banyak menjauhinya. Karena
siikapnya yang tegas dank eras itu sampai kalau Umar mengangkat cambuk menghajar siapa
saja yang melanggar tata tertib umum yang sudah berlaku. Umar tidak akan membedakan
siapa dari mereka, tua muda yang harus kena. Dengan membawa tongkat orang makin segan
dan takut kepadanya, disamping kepercayaan mereka akan pengabdiannya, keadilan, dan
kasih sayangnya. Oleh karena itu Umar memerintahkan para pejabatnya berlaku lebih
bijaksana, adil, memberikan pengabdian dan kasih saying, semua orang Arab semenanjung
supaya diperlakukan sama, lepas dari kedudukan mereka yang berbeda-beda.

Kebijakan Umar terhadap para pejabatnya

Umar mengirimkan surat kepada para pejabatnya tersebut. Mereka dikirim kepada orang-
orang Arab pedalaman itu bukan untuk merendahkan mereka, melainkan untuk menegakkan
hukum Allah seadil-adilnya. Sumber-sumber menyebutkan mengenai cerita-cerita tentang
ketatnya Umar mengadakan pengawasan yang hampir-hampir tidak dapat dipercaya. Umar
sudah sering memecat seorang pejabat tinggi dari jabatannya bukan karena kecurigaan, tetapi
dengan pemecatannya itu Umar mengharapkan adanya perbaikan. Setiap tahun pada musim
haji Umar mengumpulkan para pejabatnya di Mekkah. Umar menanyai mereka tentang tugas-
tugas yang mereka jalankan, menanyakan tentang mereka kepada orang yang datang, untuk
melihat kejelian mereka dalam menjalankan kewajiban dan kebersihan mereka dalam
menggunkan penghasilan untuk diri dan untuk keluarga mereka. Setelah melakukan
pemerikasaan adakalanya kekayaan mereka dirampas dengan mengatakan kepada mereka: “
kami mengirimkan kalian sebagai pejabat bukan pedagang”.
Tetapi ketatnya pengawasan terhadap para pejabat itu tidak dimaksudkan untuk merendahkan
dan melemahkan kekuasaan atau kewibawaan mereka. Kepada mereka diberi kekuasaan
penuh, keputusan mereka berlaku dan kekuasaan mereka sama dengan kekuasaan Umar
sepanjang mereka menjalankan keadilan dan tetap berpegang teguh.

B. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Sistem pemerintahan Madinah dimasa Umar bin Khattab didasarkan pada


pemerintahan masa Rasulallah dan masa Abu Bakar setelah itu. Dasarmya ada syura
(musyawarah), yang mengacu pada firman Allah: “...dan persoalan mereka dimusyawarakan
diantara sesame mereka…”(asy-Syuro/42;38). Sesudah digantikan oleh Abu Bakar dan
memulai langkahnya dengan mengirim Usamah bin Zaid untuk menghadapi Romawi, beliau
meminta izin kepada Usamah agar Umar tetap tinggal di Madinah, karena beliau diperlukan
untuk diajak bermusyawarah bersama sahabat-sahabat yang lain. Begitu juga Umar
musyawarah itu dijadikannya dasar pemerintahannya.
Tidak pernah membedakan antara si ningrat dengan jelata, antara pejabat tinggi
dengan rakyat biasa. Menurut Umar kedudukan para pejabat itu terhadap beliau sama dengan
kedudukan rakyat terhadap para pejabat. Umar bertanggung jawab atas mereka, sama seperti
pejabat bertanggung jawab terhadap orang-orang yang menjadi bawahan mereka. Jika pejabat
itu berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat, maka mereka juga harus dihukum sama
seperti yang berlaku terhadap siapa saja ayang berlaku sewenang-wenang terhadap orang lain
di negeri itu. Sifat Umar menyebabkan pemerintahannya disukai oleh orang, dan beberapa
tindakannya yang dulu terasa begitu tegas dank eras bagi mereka kini bukan masalah, dan
kewibawaannya tidak pula membuat orang banyak menjauhinya. Karena siikapnya yang
tegas dank eras itu sampai kalau Umar mengangkat cambuk menghajar siapa saja yang
melanggar tata tertib umum yang sudah berlaku. Umar tidak akan membedakan siapa dari
mereka, tua muda yang harus kena. Dengan membawa tongkat orang makin segan dan takut
kepadanya, disamping kepercayaan mereka akan pengabdiannya, keadilan, dan kasih
sayangnya. Oleh karena itu Umar memerintahkan para pejabatnya berlaku lebih bijaksana,
adil, memberikan pengabdian dan kasih saying, semua orang Arab semenanjung supaya
diperlakukan sama, lepas dari kedudukan mereka yang berbeda-beda.

Mereka dikirim kepada orang-orang Arab pedalaman itu bukan untuk merendahkan
mereka, melainkan untuk menegakkan hukum Allah seadil-adilnya. Sumber-sumber
menyebutkan mengenai cerita-cerita tentang ketatnya Umar mengadakan pengawasan yang
hampir-hampir tidak dapat dipercaya. Umar sudah sering memecat seorang pejabat tinggi dari
jabatannya bukan karena kecurigaan, tetapi dengan pemecatannya itu Umar mengharapkan
adanya perbaikan. Setiap tahun pada musim haji Umar mengumpulkan para pejabatnya di
Mekkah. Umar menanyai mereka tentang tugas-tugas yang mereka jalankan, menanyakan
tentang mereka kepada orang yang datang, untuk melihat kejelian mereka dalam menjalankan
kewajiban dan kebersihan mereka dalam menggunkan penghasilan untuk diri dan untuk
keluarga mereka. Setelah melakukan pemerikasaan adakalanya kekayaan mereka dirampas
dengan mengatakan kepada.

Ijtihad mengenai hukum fikih antara lain: Umar menetapkan nenek dari pihak ibu
dapat menerima waris, tetapi nenek dari pihak ayah tidak. Tidak sesedikit peran Umar dalam
berijtihad dengan pikiran, yang sebagian diperkuat oleh Qur’an, dan sebagian lagi disetujui
oleh Rosulallah yang begitu kagum kepadanya. Disamping itu masih banyak sekali ijtihad
Umar di berbagai bidang lain. Cukup kalau kita sebut misalnya ijtihadnya mengenai sanksi
minuma keras dan dalam menjahui kota yang terkena wabah serta tindakannya menjahui
kota-kota lain. Membeda-bedakan tunjangan kepada Muslimin sesuai dengan lamanya dalam
islam serta kekerabatannya dengan Rosulallah. Banyak lagi hal lain diluar itu yang telah
membawa perubahan di semenanjung Arab dan negeri-negeri yang sudah ditaklukan.

C. MASA KEJAYAAN

Umar sudah mengadakan ijtihad dalam bidang fikih, dalam bidang politik, ekonomi,
dan social dengan pengaruh yang begitu besar dalam masyarakat islam maupun masyarakat
Arab semua, baik yang tinggal disemenanjung atau yang bermukim di negeri-negeri yang
sudah dibebaskan. Umar membuat peraturan dalam soal ekonomi dan social yang begitu
keras, yang menurut perhitungannya kebersihan dan kemurnian prinsip-prinsip agama yang
benar akan tetap terjamin. Teladan yang ditanamkan kedalam hati orang-oramg Arabitu dari
segi keberanian dan strategi perang tetap terjaga kuat. Umar melarang prajurit Arabnya
mengolah tanah di Irak, Syam dan Mesir. Mereka harus tetap berada dalam barak-barak
prajurit pejuang. Kedaulatan islam yang sudah sangat luas berakibat langsung dengan
kebijakan ini. Ijtihad Umar ini telah membangkitkan kesadaran mental bagi orang Arab
dalam bidang-bidang yang belum pernah mereka masuki.

D. AKHIR PEMERINTAHAN

Umar menjabat sebagai Amirulmukminin selama sepuluh tahun sekian bulan,


mengabdikan diri kepada Allah dan agama, dengan melupakan diri dan keluarganya sama
sekali.

Tanggal 4 Dzulhijjah tahun ke-23 Hijri Umar keluar dari rumahnya hendak
menunaikan sholat subuh berjama’ah dimasjid. Baru saja Umar memulai niat sholat hendak
bertakbir tiba-tiba muncul seorang lelaki didepannya berhadap-hadapan dan menikamnya
dengan khanjar tiga/enam kali yang sekali mengenai bawah pusar. Umar merasakan betapa
panasnya senjata itu didalam dirinya. Kemuadian Umar menyuruh jama’ah lain untuk
mengejar dan ternyata orangnya ialah Abu Lu’lu’ah fairuz, budak al-Mungirah. Dalam
suasana kacau begitu barisan orang untuk sholat kembali sudah tidak teratur, sementara Umar
tergeletak bercucuran darah didepan mereka, kemudian Umar dibawah pulang kerumahnya
didekat masjid dalam kedaan sadar atau pingsan karena dahsyatnya tikaman itu.
Tentang siapa yang akan menggantikan Umar, itulah yang lebih banyak menyita
pikiran Umar dan pikiran mereka. Sumber-sumber menyebutkan bahwa pemilihan khalifah
belum lagi mempunyai ketentuan yang sudah pasti dalam islam, juga menunjukkan bahwa
sejak pertama kali kedaulatan membentang luas muslimin ketika itu sudah memulai bersaing
satu sama lain dan saling iri hati. Adanya ambisi buruk inilah yang membuat Umar ragu
untuk menunjuk orang sebagai penggantinya.

Umar memulai pemerintahannya hanya semenanjung yang ada ditangannya, tetapi


Umar meninggalkan kedaulatan islam sudah meliputi Persia, Irak, Syam dan Mesir. Umar
menyamakan dirinya dengan kaum muslimin yang lainnya itu sebabnya, orang merasa
terpukul dan begitu sedih atas kematian beliau. Setelah tiba waktunya Umar dimandikan dan
dikafani dengan tiga lapis kain, kemudian Umar dibawa ke masjid dan diletakkan diantara
makam Rosulallah dengan mimbar untuk disholatkan. Kemudian Suhaib yang maju dan
melaksanakan sholat dengan bertakbir empat kali. Mereka masuk ke bilik Rosulallah, dan
jenazah itu diturunkan ketempat peraduan terakhir. Kepala Abu Bakar ditempatkan dibagian
bahu Nabi, dan kepala Umar dibagian bahu Abu Bakar. Dan Abdullah bin Umar yang
bertindak meletakkan jasad tersebut ketempatnya. Yang juga turun bersama-sama dia kelima
anggota majelis syuro: Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdur-Rahman bin Auf, Sa’ad
bin Abi Waqqas dan Zubair bin Awwam. Selesai menguburkan dan menimbun liang lahad,
orang-orang yang berada didekat tempat itu berkumpul di masjid dengan kesedihan
mendalam mencekam kalbu mereka. Rasa duka telah meremas jantung mereka, kematian
seorang tokoh yang jarang ada tolak bandingnya Amirulmukminin seorang pemimpin umat
beriman yang selama ini berkorban demi kepentingan mereka, mereka yang merasa gemang
dan gentar menghadapi ketegasan dan tindakkannya yang keras, yang selama sepuluh tahun
enam bulan bersama-sama mereka. Selama itu Umar dikenal sebagai seorang pemimpin yang
paling banyak berbakti, paling adil dan sangat bertakwa. Karena itu, makin lama kecintaan
mereka kepadannya makin besar.
3. UTSMAN BIN AFFAN

A. SEJARAH PEMERINTAHAN

Utsman adalah khalifah ketiga setelah khalifah Umar bin Khattab. Utsman merupakan
keturunan Bani Umayyah, Ustman dilahirkan pada tahun ke enam tahun gajah. Beliau lebih
muda dari nabi enam tahun

Pembai’atan Utsman sebagai khalifah berdasarkan kesepakatan enam orang sahabat


termasuk dirinya yang telah ditunjuk langsung oleh Umar bin khattab untuk menjadi
penggantinya yang akan melanjutkan kepemimpinan dan perjuangannya dalam menyebarkan
islam ke penjuru dunia. Utsman diangkat menjadi khalifah pada saat beliau berusia 70 tahun
pada bulan muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintahaan islam telah benar
benar mapan dan terstruktur.

B. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

1. Mempertahankan dan melanjutkan perjuangan panji islam sebab berbagai


ancaman dan rintangan akan semakin berat untuknya mengingat pada masa
sebelumnya telah tersiar tanda tanda adanya negeri yang pernah ditaklukkan
oleh islam hendak berbalik memberontak padanya.
2. Menyeragamkan bacaan Qur’an dan membakar mushaf mushaf selain mushaf
Utsman. Orang kepercayaan utsman diutus untuk menyebarkan al-qur’an hasil
modifikasinya ke beberapa daerah penting antara lain Makkah, Syiria, Kuffah,
Syam, Bashrah, dan Yaman.
3. Rencana perluasan masjid. Utsman bermusyawarah dengan beberapa pemuka
dan mereka sepakat untuk merubuhkan masjid itu lalu membangun kembali
dan memperluasnya. Utsman menambah perluasan masjid secara besar
besaran
4. Mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus
untuk mahkamah dan untuk mengadili suatu perkara, dan pembentukan
armada laut islam pertama kali.

C. MASA KEJAYAAN
Beliau sanggup meredakan dan menumpas segala pembangkangan mereka, bahkan
pada masa ini islam berhasil tersebar hampir ke seluruh belahan dunia mulai dari Anatolia,
Asia kecil, Aljazair, Tunisia, Maroko dan Ethiopia.

Pandangan Utsman mengenai masalah masalah umum dan khusus juga merupakan
pandangan orang yang dalam segala hal sesuai dengan seleranya itu. Masjid nabawi di
madinah adalah pusat pemerintahan. Masjid nabawi pada mulanya dibangun sangat
sederhana sekali, dinding dari bata jemur, langit langit dari pelepah daun kurma dan tiang
tiangnya dari pohon kurma. Selama enam tahun berturut turut keadaan masjid tetap seperti
itu. Tidak ada yang dirubah sementara islam sudah berkembang dan kota medinah sudah
bertambah makmur dan Allah sudah melimpahkan rezeki kepada penduduknya. Sesudah
muslimin membebaskan khaibar dan kota medinah khusus hanya untuk kaum muslimin
jumlah orang yang dibukakan hatinya oleh Allah ke pada Islam sudah bertambah banyak,
maka mau tak mau bangunan masjid itu harus diperluas. Sesudah kekhalifahan beralih tangan
Utsman, maka yang pertama disampaikannya kepada umum ialah rencana perluasan masjid.
Utsman bermusyawarah dengan beberapa pemuka dan mereka sepakat untuk merubuhkan
masjid itu lalu membangun kembalidan memperluasnya. Utsman menambah perluasan
masjid secara besar besaran.

D. AKHIR KEPEMIMPINAN

Pemerintahan Utsman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa


kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat islam kepadanya.
Kepemimpinan Utsman memang berbeda dengan Umar . Ini karena fitnah dan hasutan dari
Abdullah bin Saba’ Al Yamani salah seorang yahudi yang berpura pura masuk islam. Ibnu
saba’ ini sering berpindah pindah dari suatu tempat ke tempat lain untuk menyebar fitnah
pada kaum muslimin yang baru masuk islam. Salah satu faktor yang menyebabkan benyak
rakyat yang berburuk sangka terhadap Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat
keluarga dalam kedudukan tinggi. Setelah banyak keluarganya yang menduduki jabatan
penting, Utsman hanya menjadi boneka dihadapan keluarganya itu.

Kepemimpinan Utsman berakhir setelah beliau wafat yaitu pada tanggal 17 dzulhijah
35 H. Sebelum Utsman wafat para pemberontak yang sakit hati karena mereka diturunkan
dari jabatannya (sebab mereka kurang cakap dalam memerintah) mengepung beliau selama
40 hari mulai dari bulan ramadhan sampai dzulhijah. Meskipun Utsman mempunyai kekuatan
untuk menyingkirkan mereka, namun dengan kelembutannya beliau tidak ingin ada
pertumpahan darah terhadap mereka. Ketika para pemberontak berhasil masuk rumahnya
Utsman dibunuh dalam keadaan membaca al-qur’an pada Hari Jumat. Beliau mati dalam
keadaan syahid, persis dengan apa yang dikatakan oleh nabi Muhammad SAW mengenai
kematianya itu. Utsman dimakamkan di makam Baqi’ di Madinah.

4. KHALIFAH ALI BIN ABI TALIB


A. SEJARAH PEMERINTAHAN

Muslimin dalam kesedihan yang sangat mendalam, dan dalam kebingunan setelah
kematian Usman. Selam lima hari berikutya mereka tanpa pemimpin. Sejarah sedang kosong
buat Madinah, selain pemberontak yang selama itu pula membuat kekacauan dan
menanamkan ketakutan di hati orang.

Kaum pemberontak mengadaka pendekatan kepada Ali bin Abi Talib dengan maksud
mendukungnya sebagai khalifah, dipelopori oeh al-Gafiqi dari pemberontak Mesir sebagai
kelompok terbesar. Tetapi Ali menolak. Setelah Khalifah Usman taka da orang lain yang
pantas menjadi khalifah dari pada Ali bin Abi Talib. Dalam kenyataannya Ali memang
merupakan tokoh paling popular saat itu. Di samping itu, mayoritas umat Muslimin di
Madinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan pilihannya pada Ali, kendati ada
juga beberap kalagan, kebanyakan dari kalangan Bani Umayyah yang tidak mau membaiat
Ali, dan sebagian dari mereka ada yang pergi ke Suria.

Sebenarnya bukan ini yang diiginkan oleh Ali.Kedudukannya sekarang memang serba
sulit.Tetapi kalu dia mundur, juga salah.Mayoritas mereka tetap mendesak agar Ali bersedia
dibaiat. Umat tak boleh terlalu lama tanpa imam, tanpa pemimpin.Dalam keadaan yang masih
kacau setelah terjadi pemberontakan sampai Khalifah terbunuh, keadaan memang sangat
eksplosif. Akibatnya perpecahan akan bertambah parah, umat akan saling curiga. Bukan tidak
mungkin akan berakibat pecah perang saudara justru di Madinah. Jalan tengah baginya harus
menerima kenyataan, atas pertimbangan itu akhirnya Ali pun setuju memikul tanggung jawab
yang amat berat itu.

Beliau pun pergi ke Masjid. Pada tanggal 21 Dzulhijah 35/20 Juli 656 itu Ali bin Abi
Talib di baiat, dan orang pertama yang membaiat adalah Talhal bin Ubaidillah, seraya
berkata: “Yang pertama melakukan baiat tangan yang sudah lumpuh ini,” katanya. Setelah itu
baiat disusul oleh Zubair ada juga yang menyebutkan bahwa Zubair tidak segera
membaiatnya. Sumber lain menyebutkan, bahwa baiat pertama oleh para pegemuka
pemberontak, diikuti oleh jemaah yang lain di Madinah. Tetapi Talhah bin Ubaidillah dan
Zubair bin Awwam belum mau membaiatnya sebelum soal pembunuhan Usman dapat
diselesaikan. Sunguhpun begitu, di bawah tekanan kaum pemberontak akhirnya mereka juga
membaiatnya dengan syarat “Anda (yakni Ali) menyelesaikan maslah ini berdasarkan Qur’an
dan Sunah dan akan menjatuhkan hukuan kepada yang bersalah sesuai dengan hukum
Islam.”Imam Ali r.’a.setuju.

Sesudah Ali bin Abi Talib dibaiat sebagai khalifah menggantikan almarhum Khalifah
Usman, tidak berarti segalanya sudah selesai sampai di situ. Bani Umayyah seolah mendapat
alasan untuk menuntut kematian Usman. Dalam suasana demikian ini dengan mudah sekali
pihak-pihak tertentu turun tangan dan menyiramkan bahan bakar kedalam percikan api itu,
yang kemudian dibakar dengan kerusuhan membabi buta. Di seluruh Kedaulatan itu
Muslimin pecah: satu golongan membela Bani Hasyim dan golongan yang lain membela
Bani Umayyah. Hal ini membekas cukup lama dalam sejarah Islam kemudian. Cobaan
peninggalan lama ini sungguh berat buat Khalifah yang baru ini.

Mengapa Ali terus menolak dan menarankan mencari yang lain menjadi pengganti
Usman. Agaknya ia sudah membayangkan hal-hal yang oleh sebagian besar mereka tidak
disadari.

Tak lama usai insiden Unta (Waq’at al-Jamal) penduduk dan pemuka-pemuka di
Basrah membaiat Ali.Sebelum baiat itu Amirulmukminin telah menyampaikan khutbahnya di
Masjid Basrah.Khutbah itu sangat menyentuh hati Muslimin, dan mereka yakin Ali adalah
Khalifah yang adi. Amirulmukminin memasuki Basrah sebagai orang terhormat dan sangat
dihormati, ia memberikan amnesti umum kepada semua yang terlibat dalam pertempuran
melawannya, termasuk Marwan bin Hakam dan orang-orang dari Bani Umayyah yang lain.
Seperti dikatakannya sendiri: “Saya memperlakukan penduduk Basrah seperti Rasulullah
salallahu ‘alaihi wasallam memperlakukan penduduk Mekah.”

B. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Mengorbankan diri demi keadilan dan kebenaran. Sepertinya sudah mendarah daging buat
Ali bin Abi Talib ‘ mengatak yang benar sekalipun pahit,’ mengatakan yang benar itu benar
dan yang salah itu salah. Ia selalu berterus terang dalam mempertahankan kebenaran dan tak
mau bermuka-muka, kendati akan berakibat merugikan politiknya, karir dan pribadinya. Dan
untuk itu ia menjadi korban. Itulah sebabnya, seperti sedah disebutkan di bagian lain dalam
buku ini, kalau berkelok-kelok dan mengorbankan keadilan dan kebenaran, suara hatinya
menolak.Ia akan tetap mempertahankan kejujuran kendati dalam arti politik akan
merugikannya, seperti yang sudah kita lihat dulu dalam pemilihan khalifah di Majelis Syura.
Terlihat sekali ia bukan tokoh politik, dan karenanya, bolehjadi ia akan menjadi korban
politik.

Kekhalifaan baginya adalah suatu amanat Allah kepada hamba-Nya agar menciptakan
perdamaian, keamanan dan kesejahteraan bagi umat, bukan untuk kekuasaan atau untuk
kepentingan pribadi.Ia melihat bahwa dalam banyak peristiwa para gubernur yang diangkat
oleh Usman harus bertanggung jawab. Tanpa basa-basi ia akan memecat mereka yang enggan
memberikan perhatian terhadap kegiatan para pemberontak di daerah mereka masing-masing.
Menurut keyakinannya, kebenaran dan keadilan tak boleh dimanfaatkan untuk mengambi
keuntungan politik demi keuntungan dirinya atau golongan, yang sifatnya duniawi.

C. MASA KEJAYAAN

Setelah terbunuhnya Utsman, kaum muslimin meminta kesediaan Ali untuk


dibaiat menjadi khalifah. Mereka beranggapan bahwa kecuali Ali, tidak ada lagi orang
yang patut menduduki kursi khalifah setelah Usman. Mendengar permintaan rakyat
banyak itu, Ali berkata, “Urusan ini bukan urusan kalian. Ini adalah
perkara yang teramat penting, urusan tokoh-tokoh Ahl asy-Syura bersama para pejuang
Perang Badr.1
Sebenarnya Ali bin Abi Thalib pernah masuk masuk nominasi pada saat
pemilihan khalifah Usman bin Affan, tetapi saat itu dia masih dianggap sangat muda.
Dengan terbaiatnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah menggantikan Usman
bin Affan, sebagian orang yang masih terpaut keluarga Usman mulai beranggapan bahwa
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib akan mengurangi kesenangan mereka apalagi untuk
memperoleh kekayaan yang dapat mereka lakukan sebelumnya.
Ali Terpilih menjadi khalifah sebenarnya menimbulkan pertentangan dari pihak
yang ingin menjadi khalifah dan dituduh sebagai orang yang bertanggung jawab atas
terbunuhnya khalifah Usman bin Affan.2
Bila pemerintahan dipegang oleh Ali, maka cara-cara pemerintahan Umar yang
keras dan disiplin akan kembali dan akan mengancam kesenangan dan kenikmatan hidup
dimasa pemerintahan Usman bin Affan yang mudah dan lunak menjadi keadaan yang
serba teliti, dan serba diperhitungkan, hingga banyak yang tidak menyukai Ali. bagi kaum

1
Ibid, h.284
2
Hadariansyah AB, Pemikiran-Pemikiran Teologi dalam Sejarah Pemikiran Islam, Antasari Press,
Banjarmasin, 2008, h. 13
Umaiyah sebagai kaum elit dan kelas atas dan khawatir atas kekayaan dan kesenangan
mereka akan lenyap karena keadilan yang akan dijalankan Ali.3
Dalam menjalankan kepemerintahan Ali melakukan kebijakan politik seperti
sebagai berikut:
1. Menegakkan hukum finansial yang dinilai nepotisme yang hampir menguasai seluruh
sektor bisnis.
2. Memecat Gubernur yang diangkat Usman bin Affan dan menggantinya dengan
gubernur yang baru
3. Mengambil kembali tanah-tanah negara yang dibagi-bagikan Usman bin Affan
kepada keluarganya, seperti hibah dan pemberian yang tidak diketahui alasannya
secara jelas dan memfungsikan kembali baitul maal.4
Meskipun dalam pemerintahan Ali perluasan Islam yang dilakukan sedikit
mengalami kendala yaitu hanya memperkuat wilayah Islam di daerah pesisir Arab dan
masih tetap peranan penting negara Islam di daerah yang telah ditaklukkan Abu Bakar di
daerah Yaman, Oman, Bahrain, Iran Bagian Selatan. Umar bin Khattab di Persia, Syiria,
Pantai Timur Laut Tengah dan Mesir. Serta pada masa Usman di Sijistan, Khurasa,
Azarbaijan, Armenia hingga Georgia.5
Ali bin Abi Thalib juga dikenal juga seorang penyair ternama. Seperti syair
berikut:
“Janganlah kamu berlaku aniaya jika kamu mampu berlaku adil, karena tindak
aniaya akan berujung pada ....., 6
Syair-syair Ali akhirnya dibukukan dalam kitab Nahj Al-Balaghah.
Masa pemerintahan Ali yang kurang lebih selama lima tahun (35-40 H/656-661
M) tidak pernah sunyi dari pergolakan politik, tidak ada waktu sedikitpun dalam
pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Akhirnya praktis selama memerintah, Ali
lebih banyak mengurus masalah pemberontkan di berbagai wilayah kekuasaannya. Ia
lebih banyak duduk di atas kuda perang dan di depan pasukan yang masih setia dan
mempercayainya dari pada memikirkan administrasi negara yang teratur dan mengadakan
ekspansi perluasan wilayah (futuhat). Namun demikian, Ali berusaha menciptakan

3
Syalabi, Loc. Cit. h. 283
4
Ibid, 284-285 juga di dapat penjelasan lebih lanjut oleh Marshall GS Hudgson, The Venture of Islam,
Iman dan Sejarah dalam Peradaban Islam, Terj. Mulyadi Kartanegara, Paramadina, Jakarta, 1999, h. 312
5
As’ari, Hasan, Menguak Syarah Mencari Ibrah, Citapustaka Media, Bandung, 2006, h. 253.
6
Mursi, Syeikh Muhammad Sa’id, Tokoh-Tokoh Islam Sepanjang Sejarah, Terj. Khoiril Amru Harahap,
Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2007, h. 22
pemerintahan yang bersih, berwibawa dan egaliter. Ia ingin mengembalikan citra
pemerintahan Islam sebagaimana pada masa Abu Bakar dan Umar sebelumnya.
Sebenarnya pembaiatan Ali sebagai khalifah adalah hal yang sangat wajar dan
pertentangan itu adalah hal yang wajar pula sebagai akibat pertentangan dan peristiwa-
peristiwa sebelumnya karena untuk memperebutkan kekuasaan yang diselingi kasus
penuntutan atas terbunuhnya Usman dan juga pemecatan-pemecatan pejabat serta
pengembalian harta milik yang tidak jelas.
D. AKHIR PEMERINTAHAN

Dengan terjadinya berbagai pemberontakan dan keluarnya sebagian pendukung Ali,


menyebabkan banyak pengikut Ali gugur dan berkurang serta dengan hilangnya sumber
kemakmuran dan suplai ekonomi khalifah dari Mesir karena dikuasai oleh Muawiyah
menjadikan kekuatan Khalifah menurun, sementara Muawiyah makin hari makin bertambah
kekuatannya. Hal tersebut memaksa Khalifah untuk menyetujui perdamaian dengan
Muawiyah.
Perdamaian antara Khalifah dengan Muawiyah, makin menimbulkan kemarahan kaum
Khawarij dan menguatkan keinginan untuk menghukum orang-orang yang tidak disenangi.
Karena itu mereka bersepakat untuk membunuh Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al-
Asy’ari. Namun mereka hanya berhasil membunuh Ali yang akhirnya meninggal pada
tanggal 19 Ramadhan tahun 40 H./661M, oleh Abdurrahman ibn Muljam, salah seorang yang
ditugasi membunuh tokoh-tokoh tersebut. Sedangkan nasib baik berpihak kepada Mu’awiyah
dan Amr bin Ash, mereka berdua luput dari pembunuhan tersebut.7
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa
bulan. Namun, karena Hasan tentaranya lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat, maka
Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali
dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain,
perjanjian itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun
41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (’am
jama’ah). Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur
Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.8

7
Ibid
8
http://www.cybermq.com
BAB III

PENUTUP

- Kesimpulan

Periode Khulafaur Rasyidin yang dimulai dari Abu Bakar Ash-Shidiq hingga
Ali bin Abi Thalib, merupakan masa kekuasaan khalifah islam yang berhasil dalam
mengembangkan wilayah islam lebih luas. Nabi Muhammad yang telah meletakkan
dasar agama Islam di Arab, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan
oleh para Khulafaur Rasyidin. Pengembangan agama Islam yang dilakukan
pemerintah Khulafaur Rasyidin dalam waktu yang singkat telah membuahkan hasil
yang gilang-gemilang. Dari hanya wilayah Arabia, ekspansi kekuasaan islam
menembus ke luar Arabia memasuki wilayah-wilayah Afrika, Syiria, Persia, bahkan
menembus ke Bizantium dan Hindia.
Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaan, dalam waktu
tidak lebih dari setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu
bangsa yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat,
antara lain sebagai berikut.
1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia
dengan tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan
masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat nabi tertanam keyakinan yang sangat kuat
tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh
penjuru dunia.
3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang mnguasai Timur Tengah pada
waktu itu mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena
sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoaln-
persoalan dalam negeri masing-masing.
4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya
kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak
kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang
karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik
dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk
islam.
6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina, dan bangsa Hami di Mesir
memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa
Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
7. Mesir, Syiria, dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu
membantu penguasa islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih
jauh.

Anda mungkin juga menyukai