Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI OLEH IBU T

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Epidemiologi Kesehatan Reproduksi

Dosen Pengampu:
Rahma Hida Nurrizka, SKM., MKM..

Disusun Oleh:

Monica Juliana 1810713116

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia masalah jumlah penduduk yang besar dan distribusi yang tidak
merata merupakan masalah tersendiri. Kondisi penduduk yang terus meningkat dari tahun
ke tahun dianggap tidak menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk akan menjadi beban pada suatu negara, seperti
yang terjadi di Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah
penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta yaitu No.4 terbesar di dunia, dan diperkirakan
pada tahun 2050 akan mencapai 400 juta jiwa. Pada tahun 2016 laju pertumbuhan
penduduk di Indonesia naik 0.9% menjadi 258,7 juta jiwa dengan jumlah peserta
KB sekitar 74.8%.
Akibat adanya laju pertumbuhan penduduk tersebut, maka pemerintah
membuat kebijakan yang dilakukan untuk menyikapi perkembangan pertumbuhan
penduduk dengan mengeluarkan kebijakan yaitu UU RI No 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Secara umum, Keluarga
Berencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengatur kelahiran anak, jarak
kelahiran, usia ideal melahirkan serta untuk mengatur kehamilan.
Keluarga berencana memungkinkan orang untuk mendapatkan jumlah anak yang
diinginkan, dan untuk menentukan jarak kehamilan mereka. Ini dicapai melalui
penggunaan metode kontrasepsi dan pengobatan infertilitas. Metode kontrasepsi terbagi
menjadi dua yaitu metode kontrasepsi berdasarkan jangka waktu dan metode kontrasepsi
berdasarkan komposisinya. Metode kontrasepsi berdasarkan jangka waktu terbagi
menjadi jangka waktu pendek seperti suntikan, pil, kondom dan jangka panjang seperi
kontrasepsi mantap; AKDR; dan AKBK. Lalu komposisi terdapat hormonal dan non
hormonal.

1.2. Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi masalah kesehatan gizi terutama
mengenai kesehatan gizi terkait diare di masyarakat.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertetu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga1. Keluarga berencana memungkinkan orang
untuk mendapatkan jumlah anak yang diinginkan, dan untuk menentukan jarak
kehamilan mereka. Ini dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan pengobatan
infertilitas.
Informasi dan layanan kontrasepsi sangat penting bagi kesehatan dan hak asasi
semua individu. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan membantu menurunkan
kesakitan ibu dan jumlah kematian terkait kehamilan. Menunda kehamilan pada remaja
putri yang berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan sejak melahirkan dini, dan
mencegah kehamilan pada wanita yang lebih tua yang juga menghadapi peningkatan
risiko, merupakan manfaat kesehatan penting dari keluarga berencana2.
Dengan mengurangi tingkat kehamilan yang tidak diinginkan, kontrasepsi juga
mengurangi kebutuhan akan aborsi yang tidak aman dan mengurangi penularan HIV dari
ibu ke bayi baru lahir. Ini juga dapat bermanfaat bagi pendidikan anak perempuan dan
menciptakan peluang bagi perempuan untuk berpartisipasi secara lebih penuh dalam
masyarakat, termasuk pekerjaan yang dibayar2.
Di antara 1,9 miliar kelompok Perempuan Usia Reproduksi (15-49 tahun) di
seluruh dunia pada Tahun 2019, sebanyak 1,1 miliar WUS membutuhkan keluarga
berencana; dari jumlah tersebut, 842 juta menggunakan metode kontrasepsi, dan 270 juta
memiliki kebutuhan kontrasepsi yang belum terpenuhi 3. Diperkirakan 222 juta wanita di
negara berkembang ingin menunda atau berhenti melahirkan anak tetapi tidak
menggunakan metode kontrasepsi apa pun. Menurut perkiraan tahun 2017, sekitar 214
juta wanita usia subur di negara berkembang memiliki kebutuhan kontrasepsi yang belum
terpenuhi. Beberapa alasannya antara lain :
- akses terbatas ke kontrasepsi
- pilihan metode yang terbatas
- ketakutan atau pengalaman efek samping
- oposisi budaya atau agama
- kualitas buruk dari layanan yang tersedia
- hambatan berbasis gender2.
Penggunaan kontrasepsi mencegah 218 juta kehamilan yang tidak diinginkan di
negara berkembang di 2012, dan, dari 55 juta kelahiran yang tidak direncanakan, 138 juta
aborsi (40 juta diantaranya adalah tidak aman), 25 juta keguguran dan 118.000 kematian
ibu. Oleh karena itu, sangat penting untuk pemerintah menyelenggarakan program
dimana program tersebut harus memastikan bahwa kebutuhan kontrasepsi kelompok
rentan seperti remaja perempuan, perempuan miskin dan perempuan pedesaan terpenuhi
dan ketimpangan informasi dan akses berkurang4.
Keluarga berencana harus tersedia secara luas dan mudah diakses melalui petugas
kesehatan terlatih bagi siapa saja yang aktif secara seksual, termasuk remaja. Diperlukan
banyak kader kesehatan yang dilatih untuk menyediakan (jika diizinkan) metode
kontrasepsi yang tersedia secara lokal dan dapat diterima secara budaya termasuk dokter
dan bidan. Petugas kesehatan terlatih lainnya, misalnya petugas kesehatan masyarakat,
juga memberikan penyuluhan dan beberapa metode KB, misalnya pil dan kondom. Untuk
metode seperti sterilisasi, wanita dan pria perlu dirujuk ke dokter.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan untuk tahun 2030 perlu
memastikan bahwa layanan kesehatan seksual dan reproduksi tersedia dan digunakan
secara luas. Ini termasuk mendukung layanan kontrasepsi melalui kebijakan pemerintah
yang efektif dan penyediaan layanan berkualitas tinggi bagi individu.

B. Metode Kontrasepsi
Memastikan akses bagi semua orang ke metode kontrasepsi pilihan mereka
mewujudkan beberapa hak asasi manusia termasuk hak untuk hidup dan kebebasan,
kebebasan berpendapat dan berekspresi dan hak untuk bekerja dan pendidikan, serta
membawa kesehatan yang signifikan dan manfaat lainnya3.
Penggunaan kontrasepsi mencegah risiko kesehatan terkait kehamilan bagi
perempuan, terutama bagi remaja perempuan, dan ketika kelahiran dipisahkan kurang
dari dua tahun, angka kematian bayi 45% lebih tinggi dibandingkan saat kelahiran 2-3
tahun dan 60% lebih tinggi. dibandingkan saat kelahiran berjarak empat tahun atau lebih.
Ini menawarkan berbagai manfaat non-kesehatan potensial yang mencakup kesempatan
pendidikan yang diperluas dan pemberdayaan bagi perempuan, dan pertumbuhan
penduduk yang berkelanjutan dan pembangunan ekonomi untuk negara-negara3.
Prevalensi kontrasepsi modern pada wanita menikah usia reproduksi (MWRA)
meningkat di seluruh dunia antara tahun 2000 dan 2019 sebesar 2,1 poin persentase dari
55,0% (95% UI 53,7% –56,3%) menjadi 57,1% (95% UI 54,6% –59,5%). Alasan untuk
peningkatan yang lambat ini meliputi: pilihan metode yang terbatas; akses terbatas ke
layanan, terutama di kalangan orang muda, lebih miskin dan belum menikah; ketakutan
atau pengalaman efek samping; oposisi budaya atau agama; kualitas buruk dari layanan
yang tersedia; bias pengguna dan penyedia terhadap beberapa metode; dan hambatan
berbasis gender untuk mengakses layanan3.
Berikut beberapa manfaat dari penggunaan alat kontrasepsi, anatara lain :
- Mencegah morbiditas dan mortalitas ibu
- Mengurangi aborsi tidak aman dari kehamilan yang tidak diinginkan,
- Mengurangi kehamilan remaja
- Mengurangi kematian bayi
- Membantu mencegah HIV / AIDS
- Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan pendidikan
- Mengurangi kehamilan remaja
- Memperlambat pertumbuhan populasi4.
Jenis pemilihan metode kontrasepsi terbagi menjadi 3 yaitu berdasarkan Jangka
waktu pemakaian, dan berdasarkan komposisinya1.
a. Berdasarkan Jangka waktu pemakaian
Jenis pilihan metode kontrasepsi berdasarkan jangka waktu pemakaian terbagi
menjadi metode kontrasepsi jangka panjang dan jangka pendek.
Jenis pilihan metode kontrasepsi jangka panjang terdiri atas:
- kontrasepsi mantap;
Kontrasepsi mantap terdiri atas metode operasi wanita atau tubektomi; dan
metode kontrasepsi pria atau vasektomi;
- AKDR; dan
- AKBK.
Sedangkan untuk jenis pilihan metode kontrasepsi jangka pendek terdiri atas:
- suntikan;
- pil; dan
- kondom1.
b. Berdasarkan Komposisi
Jenis pilihan metode kontrasepsi berdasarkan komposisi terbagi menjadi
metode kontrasepsi hormonal dan metode kontrasepsi non homonal.
Jenis pilihan metode kontrasepsi hormonal terdiri atas:
- progestin; dan
- kombinasi, terdiri dari progestin dan esteregon
Jenis pilihan metode kontrasepsi non hormonal terdiri atas:
- kontrasepsi mantap;
- AKDR;
- kondom; dan
- metode amenoroe laktasi1
C. Metode Kontrasepsi MOW atau Tubektomi
Ligasi Tuba atau Tubektomi adalah prosedur pembedahan untuk mencegah
kehamilan. Ini biasanya disebut "mengikat tabung" yang juga disebut sterilisasi wanita.
Tuba mengacu pada tuba falopi. Setiap bulan, sel telur dilepaskan dari ovarium dan
berjalan melalui tuba falopi ke rahim. Dan Ligasi artinya mengikat. Ini mencegah sel
telur dan sperma pria terhubung untuk mencegah kehamilan5. Tubektomi juga dapat
diartikan sebagai metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita
bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong
atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat membuahi ovum.
Ligasi tuba atau tubektomi adalah alat kontrasepsi permanen. Meskipun dapat
dibalik dengan operasi lain, hanya sekitar 50% sampai 80% wanita yang bisa hamil
setelah saluran tuba dipasang kembali. Operasi ini tidak mencegah penyakit menular
seksual sehingga masih perlu untuk mempraktikkan seks aman5.
Berikut beberapa hal yang perlu ketahui mengenai MOW berdasarkan Peraturan
Kepala Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 24 Tahun 2017
Tentang Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan Dan Pasca Keguguran, antara
lain :
a. MOW atau Metode Operasi Wanita dapat dilakukan di Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat FKRTL;
b. MOW bagi ibu bersalin dengan Sectio Caesaria dapat dilakukan bersamaan disaat
bayi dikeluarkan;
c. MOW bagi ibu bersalin dengan persalinan normal, dilakukan dengan bantuan
laparoskopi;
d. MOW dapat dilakukan sebelum 1 minggu pasca persalinan atau diatas 4 (empat)
minggu setelah persalinan;dan
e. MOW tidak akan menggangu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu yang
akan menyusui bayinya1.
Keuntungan dari metode Tubektomi ini antara lain6 :
- Efektivitas tinggi 99,5% dan tidak mempengaruhi proses menyusui
- Tidak bergantung pada factor senggama
- Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
- Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Keterbatasan dari metode ini :
- Harus dipertimbangkan sifat permanen ini (Tidak dapat dipulihkan kecuali
lewat operasi rekanalisasi)
- Rasa sakit dan tidak nyaman jangka pendek setelah tindakan
- Harus dilakukan dengan dokter terlatih
- Tidak melindungi diri dari IMS, Hepatitis, HIV/AIDS
Efek Samping dari metode ini :
- Rasa sakit dan tidak nyaman jangka pendek setelah tindakan
- Resiko komplikasi kecil.
BAB 3
ISI

3.1 Data Responden


Nama : Tiur Rotua Pasaribu
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 48 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jalan Perintis No. 109, Ceger, Cipayung Jakarta Timur
Status : Menikah

3.2 Karakteristik Responden


Pertama kali melahirkan : Tahun 2000
Jumlah Anak : 3 orang
Jenis Kontrasepsi : Tubektomi
Tahun memakai kontrasepsi : 2011

3.3 Data Suami Responden


Nama : Taufan Rufianto
Usia : 55 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta

3.4 Transkrip Hasil Wawancara


Pewawancara : Selamat pagi ibu, terimakasih atas kesediaannya untuk diwawancarai,
berikut pertanyaan yang akan saya tanyakan..
Responden : iya silahkan
Pewawancara : Kalau boleh tahu, ibu sejak kapan memakai tubektomi ini dan dimana
melakukannya?
Responden : Sterilisasi dilakukan pada saat anak lahir kelahiran anak yang ketiga itu
tahun 2011 ya bulan November 2011 tepatnya dan dilakukan di rumah
sakit Pangeran Jayakarta tepatnya berada di Pulogadung Jakarta Timur.
Pewawancara : Apa alasan ibu memilih metode kontrasepsi ini?
Responden : Alasannya karena memang sudah faktor usia ya, saat itu umur ibu sudah
39 tahun dan memang ini adalah alat kontrasepsi untuk yang aman ya
karena memang selama ini dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi
suntik yang memang efeknya jadi membuat badan jadi gemuk.Jadi untuk
lebih amannya makanya dilakukan untuk sterilisasi ini.
Pewawancara : apakah ibu pernah mencoba metode kontrasepsi yang lain?
Responden : Ya, untuk kontrasepsi sebelumnya memang menggunakan alat suntik ya
yang per-3 bulan yang itu efeknya ya Badan terasa gemuk. kemudian
pernah minum pil juga tapi suka tidak teratur minum nya itu aja.
Pewawancara : Apakah ada dukungan dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan
suami?
Responden : kalau dukungan sih pasti ya dari keluarga dan juga suami karena
memang itu salah satu alat kontrasepsi yang memang aman buat kesehatan
Pewawancara : Kalau boleh tahu, apa yang ibu ketahui mengenai alat kontrasepsi ini?
Responden : Proses secara detail memang kurang tau ya. Tapi secara global aja jadi
memang selesai proses kelahiran memang itu langsung dokter sudah
menyarankan sterilisasi itu dan memang itu semuanya sudah dilakukan di
rumah sakit gitu loh untuk prosesnya itu saja sih sebatas itu aja.
Pewawancara : Apakah menurut ibu metode kontrasepsi ini efektif dalam mencegah
kehamilan?
Responden : Ya kalau untuk efektifnya ya sangat efektif ya karena memang Kita
terbebas dari kemungkinan  untuk hamil lagi itu aja sih
Pewawancara : Apakah sejauh ini terdapat efek samping yang ibu rasakan?
Responden : sejauh ini sih baik-baik saja tidak ada keluhan yang terlalu serius tidak
ada baik-baik saja
Pewawancara : Menurut ibu apakah keuntungan dari metode kontrasepsi ini
dibandingkan dengan yang lainnya?
Responden : untuk kelebihannya ya sangat bermanfaat ya, karena memang prosesnya
sangat simpel dan tidak ada resiko untuk kedepannya.Kalau untuk pil KB
ini karena memang kurang disiplin ya untuk minum obat itu kayaknya
kurang disiplin gitu, tidak bisa rutin gitu lho itu aja. Kemudian kalau
suntik ya memang resikonya ya memang kadang ada keluhan-keluhan nya
juga kadang dingin menggigil seperti itu dan emang lebih nyaman nya ya
sterilisasi ini.
Pewawancara : Baik kalau begitu, sekian wawancara dari saya, terimakasih ibu
Responden : iya sama-sama dek.

Keluarga Berencana merupakan suatu program yang memungkinkan orang untuk


mendapatkan jumlah anak yang diinginkan, serta untuk menentukan jarak kehamilan
mereka. Hal ini dicapai melalui penggunaan metode kontrasepsi dan pengobatan
infertilitas. Metode kontrasepsi terbagi menjadi 2 jenis yaitu menurut lama
penggunaannya dan menurut komposisinya.
Terdapat beberapa faktor yang mendukung seseorang untuk memutuskan
memakai suatu metode kontrasepsi, seperti antara lain :
- Umur
- Paritas
- Dukungan keluarga
- Dukungan suami
- Pendidikan
- Pelayanan kesehatan

Wawancara ini dilakukan dengan seorang responden bernama Tiur Rotua


Pasaribu. Ibu Tiur saat ini berusia 48 Tahun dan telah memakai kontrasepsi jenis
Tubektomi setelah kelahira anak 3 pada tahun 2011. Dari hasil wawancara ini dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa faktor pendukung dari diambilnya
keputusan oleh beliau untuk memakai kontrasepsi tubektomi ini, antara lain :

1. Umur
Dalam wawancara ini, beliau mengatakan bahwa salah satu alasan mengapa
beliau memutuskan untuk memakai metode kontrasepsi ini adalah karena
umur beliau yang sudah tua dan beresiko apabila harus hamil dan melahirkan
lagi,
2. Paritas
Selain umur yang sudah tidak muda lagi, Ibu Tiur mengatakan bahwa jumlah
anak yang beliau memiliki sekarang sudah cukup dan tidak ingin menambah
anak lagi. Dari pernyataan yang dituturkan oleh Ibu Tiur dapat diambil
kesimpulan bahwa salah satu faktor yang mendukung beliau untuk memakai
alat kontrasepsi adalah paritas,
3. Dukungan suami dan keluarga
Dalam wawancara yang dilakukan, Ibu Tiur mengatakan bahwa terdapat
dukungan dari suami dan keluarga ketika beliau memutuskan untuk memakai
metode kontrasepsi tubektomi ini. Beliau mengatakan bahwa menurut suami,
metode ini tepat dan juga tidak memiliki dampak negatif bagi kesehatan
sehingga baik untuk dilakukan.

Rekomendasi untuk responden :

- Apabila terdapat keluhan maka segera memeriksakannya ke dokter ahli.


BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keluarga Berencana merupakan upaya yang dilakukan untuk mengatur kelahiran
anak, jarak kelahiran, usia ideal melahirkan serta untuk mengatur kehamilan. Keluarga
berencana memungkinkan orang untuk mendapatkan jumlah anak yang diinginkan, dan
untuk menentukan jarak kehamilan mereka. Ini dicapai melalui penggunaan metode
kontrasepsi dan pengobatan infertilitas.
Terdapat beberapa manfaat dari penggunaan kontrasepsi seperti antara lain
mencegah morbiditas dan mortalitas ibu, mengurangi aborsi tidak aman dari kehamilan
yang tidak diinginkan, mengurangi kehamilan remaja, mengurangi kematian bayi dan
membantu mencegah HIV / AIDS.
Terdapat beberapa jenis alat kontrasepsi baik berdasarkan jangka waktu
pemakaian maupun komposisinya. Dalam kasus ini, responden memakai metode
kontrasepsi MOW atau metode operasi wanita dimana dapat diartikan sebagai sebagai
metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin
hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang
cincin) sehingga sperma tidak dapat membuahi ovum. Diketahui bahwa efektivitas dari
metode ini adalah sebesar 99,5% dan tidak terdapat efek jangka panjang dari pemakaian
metode kontrasepsi jenis MOW ini.

4.2 Saran
- Untuk petugas kesehatan puskesmas agar lebih proaktif dalam menjalankan
promosi serta edukasi kesehatan mengenai metode kontrasepsi ini kepada
seluruh warga yang berada dibawah lingkup wilayahnya sebagai upaya dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
- Saran untuk pasangan muda yang baru menikah untuk merundingkan satu
sama lain mengenai program keluarga berencana ini sedini mungkin sehingga
dapat merencanakan jumlah anak dan jarak kelahirannya sejak awal.
- Saran untuk Pasangan yang sudah memiliki anak 1 untuk segera
merencanakan program keluarga berencana ini dan tidak perlu untuk
menunggu sampai jumlah anak lebih dari 3.
DAFTAR PUSTAKA

1. BKKBN. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA


BERENCANA NASIONAL NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN
KELUARGA BERENCANA PASCA PERSALINAN DAN PASCA KEGUGURAN.
2017.

2. WHO. Contraception [Internet]. 2017 [dikutip 1 Desember 2020]. Tersedia pada:


https://www.who.int/health-topics/contraception#tab=tab_3

3. WHO. Family planning/contraception methods [Internet]. 2014 [dikutip 1 Desember


2020]. Tersedia pada: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/family-planning-
contraception

4. WHO. Reducing unsafe abortion from unintended pregnancies [Internet]. 2014 [dikutip 1
Desember 2020]. Tersedia pada: http://www.guttmacher.org/

5. Tubal Ligation | Johns Hopkins Medicine [Internet]. [dikutip 1 Desember 2020]. Tersedia
pada: https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/tubal-ligation

6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di


Fasilitas Kesehatan. Pedoman Pelayanan Kel Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas
Kesehat. 2014;74.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai