22 AgusSachari YanYanSunarya TINJAUANDESAIN
22 AgusSachari YanYanSunarya TINJAUANDESAIN
net/publication/306012610
CITATIONS READS
2 42,053
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Yan Yan Sunarya on 09 August 2016.
TINJAUAN DESAIN
Agus Sachari
Yan Yan Sunarya
penerbit itb
159
DAFTAR ISI
BAGIAN SATU:
PENDAHULUAN
1.1 Terminologi Desain
1.2 Pengertian Desain
1.3.Makna Desain Modern
1.4 Teori-Teori Tentang Tinjauan Desain
BAGIAN DUA:
MODEL TINJAUAN HISTORIS
2.1 Sejarah Desain dan Desain Sejarah
2.2 Model Tinjauan Historis Desain Barat Modern
2.3 Model Tinjauan Historis Desain Modern di Indonesia
BAGIAN TIGA:
MODEL TINJAUAN SEMIOTIKA
3.1.Teori Semiotika
3.2.Desain :Bahasa Rupa : Sistem Tanda
3.3.Mengadopsi Teori Semiotika Pierce dan Umberto Eco
3.4.Model Tinjauan Semiotika Karya Desain
BAGIAN EMPAT:
MODEL TINJAUAN TRANSFORMASI BUDAYA
4.1.Teori Tentang Transformasi Budaya
4.2.Transformasi Budaya dan Perubahan Sistem Nilai
4.3.Tinjauan Proses Transformasi Budaya di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
160
Prakata
Tinjauan Desain merupakan mata kuliah wajib bagi para mahasiswa desain, namun
jumlah buku ajar untuk menunjang perkuliahan ini amatlah terbatas. Hal ini
menggugah penulis untuk menyusun buku ajar tentang: "Pengantar Tinjauan
Desain", yang diharapkan dapat membantu memperluas wawasan para mahasiswa
dalam memahami teori-teori desain.
Tinjauan Desain hakikatnya merupakan perluasan dari “Kritik Desain” yang lebih
menekankan kepada kajian spesifik masalah gaya dan bahasa rupa karya desain.
Sedangkan perkuliahan “Tinjauan Desain” , cenderung mengupas desain dari
pelbagai fenomena, baik karya, hal yang melatarbelakangi, situasi sosial, program
pembangunan, tokoh, pemikiran, hingga pendidikannya.
Atas bantuan semua pihak, terutama penerbit ITB yang telah menerbitkan buku ajar
ini, penulis ucapkan banyak terimakasih.
Januari 2000
Agus Sachari
Yan Yan Sunarya
161
BAGIAN SATU
PENDAHULUAN
“Aku memandang jaman.
Aku melihat gambaran ekonomi
Di etalase toko penuh merk asing,
dan jalan-jalan bobrok antar desa
Yang tidak memungkinkan pergaulan.”
(Rendra dari “Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon” )
mengkritisi suatu fenomena desain ( karya desain, falsafah, strategi desain, sejarah
desain, teori-teori desain, metoda desain, nilai estetika, perubahan gaya hidup)
maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan dunia perancangan secara umum. Baik
yang bersifat teraga (karya fisik) maupun tak teraga (konseptual) hingga dampaknya
pada masyarakat. Ilmu mengenai tinjauan desain belum berkembang secara mantap
dibandingkan ilmu sejarah desain ataupun metodologi desain. Sebaliknya, ilmu
tentang Kritik Seni (Art Critique) berkembang sejalan dengan teori-teori seni.1
Dalam wacana seni secara umum, desain memang belum banyak disentuh oleh para
pemikir estetika, beberapa telah memasukkan arsitektur, craft dan seni dekorasi
sebagai bagian kajian kritisnya. Namun secara historis, tinjauan desain yang
1
Dapat dibaca pada Charles Harrison, et al, ed, 1996, Art in Theory 1900-1990, An Anthology of
Changing Ideas, Blackell Pub, Cambridge.
162
dipaparkan oleh Pevsner dan Adolf Loose merupakan perintisan yang memaparkan
desain dalam kajian kritis diparuh pertama abad ke 20.
Pada periode tahun 80-an, kita tentu perlu menghormati John Heskett, Penny
Sparke,Charles Jencks, Peter Dormer, Victor Papanek, dan lain lain, yang telah
163
memantapkan wacana keilmuan Tinjauan Desain. Dari tangan-tangan merekalah,
kemudian disiplin Desain berkembang, tidak hanya sebagai praksis, tetapi juga
memantapkan diri sebagai suatu wilayah kajian baru yang unik dan bermakna.
Sejak tahun 80-an itulah Tinjauan Desain mengalami perluasan kajian, tidak hanya
sekadar mengapresiasi karya, tetapi juga meninjau teori-teori desain, falsafah
kebendaan, nilai-nilai estetik, pendidikan desain, sejarah artifak, gaya hidup dan
juga model-model pembangunan desain di sejumlah negara.
2
Dapat dicerrmati pada Agus Sachari & Yanyan Sunarya, 2001, Sejarah Desain Barat’ ; dan juga
164
KARYA & PROSES
DESAIN
TEORI DESAIN
TINJAUAN
NILAI-NILAI
DESAIN ESTETIK
KARYA DESAIN
GAYA HIDUP
DAMPAK SOSIAL
DESAIN
DESAIN DAN
PEMBANGUNAN
SEJARAH DESAIN
165
1.1 Peristilahan Desain
Desain merupakan kata baru berupa peng-Indonesiaan dari kata design (bhs
Inggris), istilah ini menggeser kata ‘rancang/rancangan/merancang’ yang dinilai
kurang mengekspresikan keilmuan, keluasan dan kewibawaan profesi. Sejalan
dengan itu, para kalangan insinyur menggunakan istilah rancang bangun, sebagai
pengganti istilah desain. Namun dikalangan keilmuan senirupa, istilah ‘desain’ tetap
secara konsisten dan formal dipergunakan. Hal itu ditindaklanjuti pada pembakuan
nama program studi di perguruan tinggi, nama cabang ilmu, nama organisasi
profesi, nama majalah, nama jurnal serta istilah yang dipergunakan pada beberapa
undang-undang perlindungan intelektual.
Dalam kurun hampir tiga dekade, istilah ‘desain’ telah masuk dalam kosa kata
bahasa Indonesia yang mantap dan dipergunakan meluas dalam percaturan keilmuan
maupun profesi, dibandingkan istilah ‘rancangan’ yang mengandung pengertian
amat umum.
a. Asal Kata
Akar-akar istilah desain, hakikatnya telah ada sejak zaman purba, dengan pengertian
yang amat beragam. Istilah ‘Arch’, ‘Techne’, ‘Kunst’, ‘Kagunan’, ‘Kabinangkitan’,
’Anggitan’, dsb, merupakan bukti-bukti bahwa terdapat istilah-istilah yang berkaitan
dengan kegiatan desain, hanya penggunaannya belum menyeluruh dan dinilai belum
bermuatan aspek-aspek modernitas seperti yang dikenal sekarang. Diawal
perkembangan istilah ‘desain’ tersebut masih berbaur dengan ‘seni’ dan ‘kria’.
Namun ketika seni modern mulai memantapkan diri dalam wacana ekspresi murni,
justru ’desain’ memantapkan diri pada aspek fungsi dan industri. Di Indonesia,
hingga tahun 1970, masih terdapat ‘kebauran’ antara istilah ‘desain’, ‘seni terapan’
dan ‘kerajinan’.
166
Secara etimologis kata ‘desain’ diduga berasal dari kata designo (Itali) yang artinya
gambar (Jervis, 1984). Kata ini diberi makna baru dalam bahasa Inggris di abad ke
17, yang dipergunakan untuk membentuk School of Design tahun 1836. Makna
baru tersebut dalam praktek kerap semakna dengan kata craft (keterampilan
adiluhung), kemudian atas jasa Ruskin dan Morris - dua tokoh gerakan anti
Industri di Inggris pada abad ke 19, kata ‘desain’ diberi bobot sebagai seni
berterampil tinggi (art and craft ).
Pada masa Revolusi Industri dan beberapa dekade sesudahnya, kegiatan desain
dikenal sebagai Industrial Art, Commercial Art, Applied Art, Machine Art,
Decorative Art dan seterusnya. Dalam kamus Oxford kata design (noun) berarti
mental plan; scheme of attack; purpose; end in view; adaption of means to end;
preliminary sketch for picture; delineation; pattern; artistic or literary groundwork,
general idea, construction, plot, faculty of evolving these, invention; (verb) set
(thing) apart of person; destine (person, thing) for a service; contrive; plan;
intend; make preliminary sketch of (picture); draw plan of (building etc to be
executed by others); be adesigner; concieve mental plan of, (book, work of art).
Dalam dunia senirupa di Indonesia, kata desain kerap dipadankan dengan : reka
bentuk, reka rupa, tata rupa, perupaan, anggitan, rancangan, rancang bangun,
gagas rekayasa, perencanaan, kerangka, sketsa ide, gambar, busana, hasil
keterampilan, karya kerajinan, kriya , teknik presentasi, penggayaan, komunikasi
rupa, denah, layout, ruang (interior), benda yang bagus, pemecahan masalah
rupa, senirupa, susunan rupa, tata bentuk, tata warna, ukiran, motif, ornamen,
grafis, dekorasi, ( sebagai kata benda) atau ; menata, mengkomposisi, merancang,
merencana, menghias, memadu, menyusun, mencipta, berkreasi, menghayal,
merenung, menggambar, meniru gambar, menjiplak gambar, melukiskan,
menginstalasi, menyajikan karya ( sebagai kata kerja) dan pelbagai kegiatan yang
berhubungan dengan proses perupaan dalam arti luas.
Pada tahun 50-an, pemerintah Indonesia pada waktu itu menggunakan kata
“rancangan” untuk kegiatan perencanaan yang sifatnya makro (dalam bahasa
Melayu istilah ini masih tetap bepengertian sama hingga sekarang), seperti Dewan
Perancang Nasional dan Biro Perancang Nasional (perancang=perencanaan
pembangunan). Kata ‘rancangan’, kemudian mengalami ‘penyempitan makna’
sejalan perkembangan kebahasaan dan diterapkan pada kegiatan yang terbatas.
167
Sedangkan sebagai kata pengganti untuk lembaga pemerintah ini kemudian
menggunakan istilah ‘perencanaan’ (planning); yang diterapkan menjadi Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPENAS) menggantikan Biro Perancang
Nasional.
Secara historis penggunaan kata ‘desain’ secara historis, tidak bisa dipisahkan dari
kegiatan senirupa dalam arti luas. Kerancuan muncul ketika pada tahun 30-an
pelbagai kalangan, terutama sastrawan memadankan kata Art dalam bahasa
Inggris dengan kata ‘seni’ yang bermakana sebagai segala sesuatu yang indah-
indah, elok, khas dan unik. Namun demikian, S.Sudjojono sebagai tokoh
pembaharu tetap menggunakan istilah ‘gambar’ pada penamaan PERSAGI (
Persatuan Akhli Gambar Indonesia). Selain itu Simon Admiral dan Reis Mulder
sebagai menggunakan istilah ‘guru gambar’ untuk pendidikan senirupa di THS
pada tahun 40-50-an (sekarang ITB) dan tetap menggunakan istilah ‘gambar’ untuk
pelbagai kegiatan perupaan dan desain, termasuk di dalamnya arsitektur. Baru
kemudian setelah ada kebijakan pemerintah menggunakan istilah senirupa untuk
pendirian Akademi Senirupa Indonesia (ASRI), menyebabkan kegiatan perupaan
dan keterampilan yang luas sebelumnya, berubah menjadi spesifik dan mengarah
kepada kegiatan ‘olah rasa’ dan keterampilan berekspresi. Setelah itu istilah
‘senirupa’ kemudian dipakai secara luas dan formal dipadankan dengan dengan kata
‘fine-art’. 3
Pada akhir tahun 80-an, kecenderungan yang kurang meluas dalam menggunakan
sebutan “seniman” bagi mereka yang berkarya seni, oleh para pengamat seni dirubah
menjadi “perupa” sebagai sebutan baru bagi mereka yang menggunakan sarana
mix-media, juga ‘seni instalasi’ dan pembuat karya rupa yang sarat dengan konsep
pembaruan.
Dalam UU Pendidikan Tinggi tahun 1980, bidang senirupa dan desain ditempatkan
di bawah naungan ilmu budaya. Kebijakan ini kurang menguntungkan ditinjau
dari sudut pengembangan kelembagaan dan prioritas pengembangan
pembangunan yang lebih menekankan kepada iptek. Padahal di negara-negara
maju, justru kegiatan desain mengalami pelbagai perkembangan yang pesat sejalan
dengan industrialisasi dan persaingan produk yang semakin ketat. Akibatnya, di
3
Untuk beberapa hal, istilah ‘fine art’ dipakai juga istilah ‘pure art’, ‘visual art’, atau hanya ‘art’
saja. Sedang pengindonesiaannya juga jadi amat bervariasi, seperti senirupa, senimurni, seni gambar,
seni lukis untuk kegiatan yang sama.
168
kalangan industri dan lembaga pemerintah di tanah air, kurang mengenal profesi ini
dengan baik, sehingga menyulitkan dalam kerjasama riset atau pengembangan
profesi.
Pengertian desain dapat dilihat dari pelbagai sudut pandang dan konteksnya. Pada
awal abad ke –20, “desain” mengandung pengertian sebagai suatu kreasi seniman
untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan cara tertentu pula (Walter Gropius, 1919).
Dekade ini merupakan satu tahap transformasi dari pengertian-pengertian desain
sebelumnya yang lebih menekankan kepada unsur dekoratif dan kekriaan dari pada
fungsi.
4
Pengakuan secara formal untuk memakai sebutan sarjana desain telah berlangsung lebih dari 20
tahun, untuk membedakan dari sarjana ilmu-ilmu seni murni. Hal itu penting, disamping sebagai
pengakuan profesi, juga dalam meraih kesempatan pekerjaan bagi para alumnus perguruan tinggi
desain.
169
Pengertian-pengertian desain yang rasionalistis mengalami puncaknya pada
tahun 60-an, sebagaimana terungkap pada pelbagai pengertian yang diutarakan
sebagai berikut :
• Desain merupakan temuan unsur fisik yang paling obyektif (Alexander, 1963)
atau
Sejalan dengan itu, gaya estetik Modernisme yang kering, mengalami kritik-kritik
yang keras dari para seniman lainnya, yang kemudian melahirkan kelompok Dada,
Art Deco, de Stijl, Pop, dsb. Namun dilain pihak, substansi dan pengertian desain
juga mengalami pengembangan-pengembangan. Pengertian desain pada dekade
selanjutnya amat variatif karena tumbuhnya profesi ini di pelbagai negara. Salah
satu tokoh yang mengevaluasi pengertian desainnya adalah Bruce Archer, yang
mengemukakan bahwa,
• Desain adalah salah satu bentuk kebutuhan badani dan rohani manusia yang
dijabarkan melalui pelbagai bidang pengalaman, keahlian dan
pengetahuannya yang mencerminkan perhatian pada apresiasi dan adaptasi
terhadap sekelilingnya, terutama yang berhubungan dengan bentuk,
komposisi, arti, nilai dan pelbagai tujuan benda buatan manusia (Archer,
1976).
170
Inspirasi kebudayaan global dan era perekonomian terbuka pada tahun 90-an,
membuat dunia dilanda “demam” kompetisi disemua sektor, termasuk desain.
Pengertian desainpun mengalami pergeseran-pergeseran dan fokus kepada demam
kompetisi tersebut, seperti :
Demikian pula pengertian desain yang ada di Indonesia, mengalami pelbagai proses
transformasi sejalan dengan pertumbuhan pola pikir masyarakat. Jika menengok
sejarah, pengertian yang berkembang di tanah air, dapat dikatakan merupakan
“proses panjang” sejak pemahaman yang dibawa oleh para desainer Belanda,
yang kemudian mengalami pelbagai perubahan setelah kemerdekaan.
Sebagaimana diutarakan pada buku pedoman pendidikan senirupa dan desain
ITB, bahwa “desain” adalah pemecahan masalah dalam konteks teknologi dan
estetik. Selanjutnya diperkuat oleh kongres Ikatan Akhli Desain Indonesia (IADI)
yang tertuang dalam anggaran dasarnya, bahwa ‘desain’ adalah pemecahan
masalah yang menyuarakan budaya zamannya. Hal itu diperkuat oleh pelbagai
seminar tentang desain Indonesia pada tahun 75-an, bahwa pengertian-
pengertian desain pada lingkup akademisi dan profesional hakikatnya perlu
disejalankan dengan pemikiran dunia internasional.
171
• Desain adalah pemaknaan fakta-fakta nyata menjadi fenomen-fenomen yang
subyektif (Nimpoeno, 1981).
Pengertian ini merupakan penegasan bahwa dunia materi dapat diberi pemaknaan
baru menjadi satu bagian dari diri manusia dan kehidupannya oleh kegiatan desain.
Sedangkan, Solichin Gunawan seorang desainer interior profesional, menyatakan :
• Desain adalah terjemahan fisik dari aspek sosial, ekonomi dan tata hidup
manusia dan merupakan cermin budaya zamannya (Gunawan, 1986).
• Desain adalah salah satu manifestasi kebudayaan yang berujud dan merupakan
produk nilai-nilai untuk kurun waktu tetentu (Widagdo, 1993).
Desain :
• menyiapkan rencana pendahuluan ; perencanaan
172
• membentuk atau memikirkan sesuatu di dalam benak kita; merancang
“rencana”
• menetapkan dalam fikiran; tujuan; maksud.
• garis besar, sketsa; rencana, seperti dalam kegiatan seni, bangunan, gagasan
tentang mesin yang akan diwujudkan.
• merencanakan dan memberi sentuhan artistik yang dikerjakan dengan
kepakaran yang tinggi.
• pelbagai detil gambar, bangunan; wahana lainnya untuk pekerjaan artisitik.
• merupakan pekerjaan artisitik.
(The American College Dictionary)
Desain :
• gambar atau garis besar tentang sesuatu yang akan dikerjakan atau dibuat.
• susunan atau rencana suatu lukisan, buku, bangunan, mesin, dan lainnya
(Readers Dictionary, Oxford Progressive English)
Desain :
Menunjukkan suatu cara bagaimana setiap bagian menyempurnakan suatu
obyek secara bersama. Baik yang ditemukan di alam atau buatan manusia, dan
setiap obyek tersebut memiliki susunannya masing-masing. Ketika obyek itu
dilihat sebagai satu keseluruhan, maka pada saat itu pula kita melihat itu
sebagai satu desain. Kesatuan ini merupakan unsur yang paling penting dalam
satu desain yang berhasil.
(The New Book of Knowledge)
Desain :
Desain :
• merupakan rencana atau susunan garis, bentuk, massa dan ruang dalam satu
kesatuan.
• penciptaan untuk melayani kebutuhan fungsional, seperti arsitektur, desain
produk industri, dan lain-lain, atau dapat pula sebagai ekspresi estetis yang
bersifat pribadi.
173
• tahap-tahap persiapan suatu pekerjaan seni; atau merupakan elemen-elemen
yang dikomposisikan pada suatu karya seni.
(The Columbia Encyclopedia)
Desain :
• Panduan untuk menyelesaikan gambar; susunan yang digunakan untuk
melengkapi karya secara keseluruhan; kelayakan penempatan bahan-bahan
dalam sebuah karya.
• Pengembangan gagasan-gagasan lama menjadi satu bentuk yang baru.
(Everyman”s Encyclopaedia)
Desain :
• merupakan susunan elemen rupa pada satu pekerjaan seni.
• elemen rupa pada benda-benda dekoratif.
( Mc Graw-Hill Dictionary of Art)
Desain :
• Sketsa gagasan yang memuat konsep bentuk yang akan dikerjakan.
• Gambar awal atau model yang dibuat oleh seorang pelukis atau pematung.
(Webster Dictionary)
Desain :
• Dorongan keindahan yang diwujudkan dalam suatu bentuk komposisi; rencana
komposisi; sesuatu yang memiliki kekhasan; atau garis besar suatu komposisi,
misalnya bentuk yang berirama, desain motif, komposisi nada, dan lain-lain.
(Encyclopedia of The Art)
Lingkup desain dapat tidak memiliki batas yang pasti, hal tersebut dikarena setiap
saat terjedai pengembangan-pengembangan sejalan dengan wacana kebudayaan
dunia. Desain melingkupi semua aspek yang memungkinkan untuk dipecahkan
oleh imaji dan kreatifitas manusia. Dalam perkembangan di dunia internasional,
terdapat wilayah profesi yang tegas terdiri dari Desain Produk Industri (Industrial
Design), Desain Grafis (Graphic Design) dan Desain Interior (Interior Design),
Desain Multi Media (Multi Media Design), Desain Komukasi Visual (Visual
Communication Design). Bukan berarti kegiatan desain di luar ketiga profesi itu
tidak dapat dikategorikan sebagai suatu karya desain, misalnya rancang bangun
(engineering design), arsitektur ( building design) dst; tetapi masing-masing telah
memiliki sejarah dan wilayah tersendiri yang mapan, sehingga diletakkan di luar
bidang kesenirupaan, meskipun interaksi atau ‘grey area’ profesi bisa saja terjadi.
Perluasan lingkup desain diakhir abad ke 20, juga meliputi Desain Informasi (
Information Design), Desain Ruang (Space Design) dan Desain Paranormal
(Paranormal Design).
174
Di Indonesia kegiatan desain secara praktis dapat dikelompokkan kepada tiga bagian
besar terdiri dari :
Desain Produk Industri merupakan terjemahan dari Industrial Design, beberapa ada
yang menerjemahkan Desain Produk dan ada pula yang menerjemahkan sebagai
Desain Industri (ctt : penterjemahan yang terakhir dirasa kurang tepat, karena yang didesain bukan
industrinya, melainkan produknya). Dalam perkembangan selanjutnya profesi ini terbagi
atas beberapa kelompok kegiatan (yang mungkin dapat berkembang lagi sejalan
dengan tuntutan zaman) :
175
• Desain Alat Transportasi Laut
• Desain Alat Transportasi Udara
• Desain Alat Transportasi Tak Bermesin
• Desain Alat Transportasi Amfibi
• Desain Interior Alat Transportasi
• Alat transportasi alternatif lainnya.
Di Indonesia, dikenal dua kegiatan kriya, yaitu Desain Kria di bawah keilmuan
desain produk dan kegiatan Seni Kriya di bawah keilmuan Seni Murni. Namun
dalam pelaksanaannya, kerap tumpang tindih. Desain Kriya memiliki kesenderungan
ke arah pengembangan industri kecil kerajinan yang tujuan memproduksi produk-
produk kria, sedangkan Seni Kria memiliki kecenderungan sebagai wahana
pengembangan estetik dan ekspresi kreatif .
Desain Grafis kerap disebut sebagai Desain Komunikasi Visual, tetapi organisasi
176
profesi desain grafis internasional (ICOGRADA) tetap menggunakan istilah
“Graphic Design” untuk perofesi ini. Namun perkembangan terakhir mencatat,
bahwa tidak semua karya desain grafis berupa karya cetak, melainkan juga sebagai
karya audio-visual dan multi media, maka beberapa lembaga pendidikan
menggunakan istilah Desain Komunikasi Visual dengan konsekuensi baru, desain
ditempatkan pada ilmu-ilmu komunikasi.
e. Multi Media
• Komputer Grafis dan Animasi Digital
• Grafis Presentasi, Tele-Conference, Tele Media, Tele Video
• Video klip, manipulasi fotografi,
• Internet Graphic, Home Page
177
• Kaligrafi
• Ilustrasi
• Komik/Cergam/Humor
• Karikatur
• Segala Bentuk Fotografi
Desain interior awalnya kerap disebut sebagai Home Decoration, Seni Interior,
kemudian Interior Architectur. Namun Federasi Interior Internasional (IFI)
melalaui kesepakatan internasional, demikian pula Himpunan Desainer Interior
Indonesia (HDII) tetap menggunakan istilah Interior Design, kemudian di
Indonesiakan menjadi Desain Interior atau ada pula yang memakai istilah Teknik
Desain Interior dan ada juga yang menggunakan istilah Desain Ruang Dalam
(Derudal). Perimbangan-pertimbangan untuk menempatkan diri menjadi bagian dari
arsitektur oleh beberapa pihak kurangl strategis dari sudut pengembangan keilmuan.
Untuk itu, penggunaan nama keilmuan menjadi Arsitektur Interior kemudian
dievaluasi untuk tetap menggunakan nama Desain Interior yang memiliki
kesempatan kesetaraan dengan disiplin Arsitektur yang jauh lebih tua usianya.
Lingkup kegiatannya :
178
• Gedung Olah Raga dan Kesenian
• Bangunan komersial lainnya.
Lingkup Desain di atas dapat diurai dalam butir-butir yang lebih kecil dan tema-
tema desain baru yang senantiasa berkembang. Semula kegiatan desain tekstil
merupakan kegiatan tersendiri di perguruan tinggi sejajar dengan program studi
desain lainnya, namun karena kurang berkembang kemudian kegiatannya dibagi
dua, desain tekstil industri ikut kelompok desain produk dan desain tekstil seni,
dimasuk ke dalam program studi kria seni. Selain itu dalam kegiatan profesi dikenal
pula daerah ‘tumpang tindih’ (grey area) yang dapat diklaim oleh dua kelompok
profesi atau lebih, misalnya kemasan (desain produk dan desain grafis), interior
transportasi (desain inerior dan desain produk), perangkat pameran (desain produk,
desain interior dan desain grafis), mebel (desain produk dan desain interior), dan
seterusnya.
179
ilmu komunikasi, atau bahkan antara pelbagai bidang desain dalam wahana ke
senirupaan. Akibat dari itu, wilayah-wilayah profesi menjadi transparan dan kabur
terutama setelah semakin majunya komputer grafik mampu tinggi yang mampu
menyajikan tampilan multi media yang kemudian menjadi alat utama dalam
mendesain menggantikan meja gambar.
Desain modern secara historis tidak bisa dilepaskan dari sejarah seni dan logika
yang dimulai sejak zaman Yunani, karena dua unsur itulah yang diyakini
membentuk pola pikir barat beberapa abad kemudian. Dari segi metodologi, desain
--sama halnya dengan sains --berkembang dari konsep-konsep pemikiran
Aristoteles mengenai berpikir induktif, deduktif dan silogisma, hingga
berkembangnya natural science dan mekanika Newton yang kemudian melahirkan
peradaban teknologis hingga sekarang. Sedangkan dari segi budaya, desain juga
tidak bisa dilepaskan dari sejarah seni sejak zaman Yunani, yang kemudian
merupakan dasar perkembangan peradaban Barat modern.
Dalam konteks yang luas, seni dapat diindikasi sebagai wahana nilai-nilai, jiwa
zaman, gaya hidup, citra peradaban, cita rasa, dan fenomena budaya yang dapat
diterapkan pada segala aspek kehidupan yang diperbedakan dengan alam,
permesinan atau “sesuatu “ yang tidak bernilai.
180
terbentuknya karya-karya fisik fungsional. Dalam konteks antroplogi budaya,
dapat diambil contoh seperti karya tembikar, karya arsitektur, karya kerajinan,
karya rancangan hingga karya keterampilan-keterampilan praktis yang melibatkan
unsur estetik di dalamnya. Beberapa kritikus modern mengelompokkannya sebagai
Minor-Art, Applied-Art, Populer-Art, Decorative-Art, Industrial-Art, dst yang dalam
wacana senimurni sering dikategorikan sebagai ‘sampah’.
Dalam konteks yang luas, seni dapat diindikasi sebagai wahana nilai-nilai, jiwa
zaman, gaya hidup, citra peradaban, cita rasa, dan fenomena budaya yang dapat
diterapkan pada segala aspek kehidupan yang diperbedakan dengan alam,
permesinan atau “sesuatu “ yang bebas nilai.5 Runtuhnya paradigma bahwa
terdapatnya seni tinggi (high art) dan seni rendah (kerajinan, desain, arsitektur),
merupakan pertanda teori kritik seni mengalami perubahan yang mendasar. Micahel
Angelo, Raphael maupun Leonardo da Vinci, hakikatnya tidak membedakan hirarki
seni semacam itu, karena yang dikerjakannya juga meliputi seni pesanan gereja atau
para bangsawan.Demikian pula aksi mental Marcel Duchamp ketika menyajikan
‘peturasan’ dalam pameran seni modern, hakikatnya ingin merubah citra seni elitis
yang ditekstualisasi oleh para pedagang seni yang menilai karya seni sebagai
keagungan yang dimiliki oleh seniman-seniman ‘feodalis’.
Perkembangan peradaban manusia modern, secara umum tidak bisa terlepas dari
tanda-tanda yang dibuat oleh “penanda” atau pencipta karya desain. Demikian pula
seni, tidak terlepas dari aspek tanda-tanda kesejarahan, baik dilihat sudut teknik,
gaya, perubahan sosial, pemakaian bahan, media maupun aspek penunjang. Bahkan
muncul perkembangan seni yang dipicu oleh kemajuan iptek yang memberi tanda-
tanda rupa khusus, misalnya Machine-Art, Optic-Art, Computer-Art, Light-Art, Hi-
Tech, dst.
5
Lihat Agus Sachari, Estetika, Penerbit ITB, 2001.
181
karena penafsir diberi “eksistensi” untuk memberi makna berdasar pengalaman
subyektifnya. Semua obyek budaya benda yang bernilai dapat ditempatkan sebagai
suatu komunikasi rupa, suatu yang menyiratkan latar seniman dan kehidupannya.
Namun demikian, kajian semiotik juga dapat memaparkan bahasa rupa apa adanya.
Pengamat dapat memahami ‘struktur’ bahasa rupa, baik yang berkaitan dengan ikon,
indeks, tanda, paradigma, sintagma ataupun kode budaya yang terdapat di dalamnya.
Desain modern juga dihujat sebagai alat ekonomi kaum kapitalis dan terkungkung
dalam kepicikan keilmuan dan terlalu didikte oleh perkembangan teknologi, serta
semata dituduh sebagai alat propaganda konsumtifisme, sudah menjadi ungkapan
sehari-hari para kritikus dan budayawan. Untuk itulah muncul ide tentang
pentingnya “Renesans” atau pencerahan kembali desain yang mendorongnya
menjadi bagian pemanusiaan kehidupan. Desain dituntut menjadi wacana budaya
baru yang lebih mampu mengangkat harkat kemanusiaan di muka bumi.
Karya desain sebagai barang mati atau artefak belaka, tetapi merupakan karya yang
bermuatan nilai-nilai. Sudah menjadi kelaziman, bahwa desain bukanlah suatu
hasilan yang berdiri sendiri; melainkan sebagai suatu tatanan peradaban yang hidup.
Bahkan para ahli sejarah berpendapat, bahwa desain adalah suatu bentuk gabungan
interaktif-sinergis antara manusia, alam, dan lingkungan sosialnya dalam arti yang
luas.
Desain, sebagai karya budaya fisik, lahir dari pelbagai pertimbangan pikir, gagas,
rasa, dan jiwa penciptanya, yang didukung oleh faktor luar menyangkut penemuan
di bidang ilmu dan teknologi, lingkungan sosial, tata nilai, dan budaya, kaidah
estetika, kondisi ekonomi dan politik, hingga proyeksi terhadap perkembangan yang
mungkin terjadi di masa depan.Sementara itu, di masyarakat Indonesia, desain masih
merupakan hal yang ‘tak disadari’ (unconsious activity).
182
bangsa, yang mewahani perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, seni, dan nilai-
nilai dalam masyarakat. Hal itu terbukti dari banyaknya buku-buku dan karya tulis
mengenai desain bahkan sangat populer, di samping menjamurnya perguruan tinggi
desain, penghargaan profesi yang tinggi, kegiatan pameran, seminar, dan pusat-pusat
riset desain.
Singapura misalnya, yang pada tahun 1980-an belum dikenal sebagai "negara
desain", tetapi atas insiatif Kepala Negara dan Kementrian Luar Negerinya,
melakukan terobosan untuk menyelenggarakan International Design Forum dan
usaha-usaha memajukan pendidikan tinggi desain di dalam negeri. Maka pada
dekade 90-an, negara ini menjadi negara yang diperhitungkan dalam khasanah
karya-karya desainnya. Demikian pula dengan Malaysia dan Thailand, mengalami
kemajuan pesat dalam program pengembangan desainnya. Dan jauh sebelumnya
Philipina, atas insiatif Ibu Negara pada waktu itu,Ny. Imelda Marcos, mendirikan
sentra-sentra desain kriya, negara ini kemudian menjadi kekuatan tersendiri dalam
bidang desain di belahan timur.
183
Pokok pembicaraan industri Singapura sudah berlanjut pada pendayagunaan
competitive edge, bahwa "desain" sebagai salah satu titik perhatian utamanya. Tidak
mengherankan kalau saat ini, Singapura menempuh pelbagai cara mengatasi
masalah keterbatasan lahan industri dan tenaga kerja dengan menawarkan konsep
segitiga pertumbuhan Singapura-Malaysia-Indonesia (SIJORI: Singapura-Johor-
Riau), yang dalam kerjasama ini Singapura menjadi motornya. Hasilnya sudah dapat
dilihat di Indonesia, saat negara Singapura ini sudah melakukan ekstensifikasi
industri ke propinsi Riau di pulau Bintan (untuk industri ringan), di pulau Batam
(untuk industri menengah), dan di pulau Karimun (untuk industri berat). Dan kini
Singapura dengan percepatannya telah berhasil menjadi negara ‘desain yang
diperhitungkan secara internasional, terutama setelah berhasil menyelenggarakan
beberapa forum desain internasional.
Di pihak lain, peran desain dinilai semakin penting dalam peradaban manusia,
terutama guna menunjang pertumbuhan industri dan peningkatan kualitas hidup
manusia. Namun demikian, sejarah menunjukkan bahwa dampak sosial yang
ditimbulkannya juga tidak kecil. Kenyataan mencatat, bahwa karya desain dan
desainer tak dapat mengelak dari tanggungjawab sosial dan moral masyarakat, di
samping juga sebagai "tanda-tanda" positif kemajuan bangsa yang beradab.
184
teks sosial yan bermakna. Melalui desain, pengamat dapat mencermati konsep
berpikir setiap peradaban, bahkan kebijakan politik, budaya, tingkat teknologi dan
juga konsep ekonomi yang menyertainya. Lingkup kajian sejarah sosial desain
diantaranya dapat memaparkan hal-hal sebagai berikut :
Harapan yang ingin dicapai, adalah untuk memberikan gambaran secukupnya bagi
kerangka tinjauan sejarah sosial desain secara luas, dan masukan bagi kajian desain
dari sudut lain. Di samping itu, aspek yang utama dari tulisan ini adalah munculnya
apresiasi dan kesadaran, bahwa negara-negara maju memiliki identitas kuat pada
karya-karya desainnya.
DAFTAR PUSTAKA
AHIMSA PUTRA, Heddy Shri, 2001, Strukturalisme Levi Strauss, Galang Press, Yogyakarta.
ALISYAHBANA, Sutan Takdir, Seni dan Sastera Ditengah-tengah Pergolakan Masyarakat dan Kebudayaan,
Dian Rakyat,1985.
AZIZ, Imam, ed,2001, Galaksi Simulacra, Esai-esai Jean Baudrillard, LKIS, Yogyakarta.
BARTHES, Roland, 1988, The Semiotic Challenge, Hill and Wang, New York.
---------------------, 1988, The Semiotic Challenge, Hill and Wang, New York.
185
BLOOM, 1980,Deconstruction and Criticism, London.
BRANNEN,Julia, 1996, Mixing Method : Qualitative and Quantitative Research, diindonesiakan oleh Nuktah A,
Pustaka Pelajar Offset.
CLAUDE, Levi Strauss, 1967, Antropologie Structurale, diterjemahkan oleh oleh Claire Jacobson, : Structural
Anthropology, Volume I, Anchor Books, New York.
COLLINS, Michael, 1987, Towards Post Modernsm, British Museum Publications, London.
DURKHEIM, Emile, 1950, The Rules of Sociological Method, Catlin University of Chicago.
DURLING, David, ed, 2000, Doctoral Edication in Design Foundations For The Future, Staffordshire
University Press.
FISHER, Volker,, ed, 1989, Design Now, Industry or Art ?, Prestell-Verlag, Munich.
GHOSE, Rajeswari, ed, Design and Development in South and Southeast Asia, Centre of Asian Studies,
University of Hongkong, 1990.
HAKS, Leo, 1995, Lexicon Foreign Artists Who Visualized Indonesia (1600-1950), Archipelago Press,
Singapore.
HAMILTON, Peter, 1983,Reading From Talcott Parsons yang diedit oleh Peter Hamilton, Ellis Horwood.
HARRISON, Charles , et al, ed, 1996, Art in Theory 1900-1990, An Anthology of Changing Ideas, Blackell Pub,
Cambridge.
HERATY, Tutty, 1978, Aku Dalam Budaya, Disertasi Program Studi Filsafat UI yang diterbitkan oleh Pustaka
Jaya, Jakarta.
HOLT Claire, 1967, Art in Indonesia : Continuities and Change, Cornel University Press, New York.
186
HUNTINGTON,Samuel, 1976, The Change to Change : Modernization, Development and Politics dalam Cyril
E Black (ed), Comparative Modernization : A Reader, The Free Press, New York.
JASPER,, 1912-1927, De Inlandsche Kunstnijverheid in Nederlansch Indie, 5 Jilid, The Hague, Mouton.
KAYAM, Umar, 1990, Transformasi Budaya Kita dalam Menerawang Masa Depan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Seni Indonesia, Penerbit ITB.
KLEDEN, Ignas, 1987, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, LP3ES Jakarta.
KREOBER, A.L , 1948, Anthropology, Harcourt, Brace & Co, New York.
LOMBARD, Dennys, 1996, Nusa Jawa : Silang Budaya, Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris, Volume 3,
Gramedia, Jakarta.
MARK, Abrahmson, 1981, Sociological Theory, A Introduction to Concepts, Issues and Research, Englewood
Cliffs,NJ; Prentice Hall, Inc, 1981.
NADEL, Laure , 1990, Sixth Sense, Prentice Hall Press, New York.
ROSE, Margaret, 1991, The Post Modern & The Post Industrial A Critical Analysis, Cambridge University
Press.
ROY, Robin.,ed., 1986, Product Design and Technological Innovation, Open University Press, Philadelphia.
SACHARI, Agus, & Yanyan S, 2001, Tinjauan Historis Desain dan Kesenirupaan Indonesia dalam Wacana
Transformasi Budaya, Penerbit ITB, Bandung.
187
------------------, 1998, Pengantar Desain, Penerbit ITB, Bandung.
-----------------,1990,Dekonstruksi Nilai Nilai Estetik Pada Desain Furniture Tradional Masyarakat Jawa
Modern,Toyota Foundation.
SAUSSURE, Ferdinand de, 1970, On The Nature of Language, dalam Lane, Michael, ed, Introduction to
Structuralism, Basic Book, Noew York.
SEDYAWATI, Eddy, “Seni Pertunjukkan Dalam Perspektif Sejarah”, dalam Jurnal Seni Pertunjukkan
Indonesia, Th IX,1998/1999, Keragaman dan Silang Budaya.
SOEJITO, Irawan Soejito, Sejarah Pemerintahan Daerah di Indonesia, Pradnya Paramitra, Jakarta, 1984.
SOEMARSAID,Moertono, State and Statecraft in Old Java : A Study of The Later Mataram Period 16th to 19th
Century, Monograph Series, Modern Indonesia Project, South East Asia Program, Departement of Asian Studies,
Cornell University, Ithaca, New York.
SOROS, George, 1997, Soros On Soros, Berjalan Mendahului Kurva, diindonesiakan oleh Agus Maulana,
Profesional Books.
----------------------, 1998, The Crisis of Global Capitalism (Open Society Endangered), Brown and Company,
diindonesiakan oleh penerbit Qalam, Yogyakarta.
SPARKE, Penny , 1986, An Introduction to Design and Culture in the Twentieth Century, Allen & Unwin,
London.
-----------------------, 1986, The Age of Streamlining, dalam Design Source Book, Macdonald Orbis, London.
STRAUSS, Claude Levi, 1997, Mitos, Dukun & Sihir, Kanasius, Yogyakarta.
SUMINTARDJA, Djauhari, 1981, Kompedium Sejarah Arsitektur (Jilid I),Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, Bandung.
TABRANI, Primadi, 1995, Belajar Dari Sejarah dan Lingkungan, Penerbit ITB, Bandung.
TAHKOKALLIO, Paivi, et al,ed, 1994, Design-Pleasure or Responsibility ?, University of Art and Design
Helsinki UIAH, Finland.
TAWNEY, RH, 1958, dalam pengantar The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, Charles Sribners
Sons, New York, diindonesiakan oleh Yusup Priyasudiarja
TOFFLER, ALvin, 1980, The Third Wave, Terjemahan Penerbit Panca Simpati Jakarta.
188
VAN ZOEST, Aart, 1978, Semiotiek, Basisboeken, Baarn.
VEEGER, KJ, Realitas Sosial, Refleksi Filasafat Sosial Atas Hubungan Individu-Masyarakat Dalam
Cakrawala Sejarah Sosiologi, Gramedia, Jakarta.
WALKER, John A, 1989, Design History and History of Design, Billing & Sons Ltd, Worcester;
WETHEIM, W F,1999, Indonesian Society in Transition, a Study of Social Change, diindonesiakan oleh
penerbit Tiara Wacana, Jogyakarta,.
WONG, Wucius, 1992, Two Dimensional Design, diindonesiakan oleh Penerbit ITB, Bandung.
ZOETMULDER, 1983,PJ, Kalangwan Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang, Terjemahan Dick Hartoko,
Penerbit Jambatan, Jakarta.
TENTANG PENULIS
Agus Sachari lahir tahun 1956 di Bandung, ayah seorang Sunda asli dan ibu dari
Jawa. Sejak kecil ia memiliki kesenangan menggambar dibanding mata pelajaran
lain. Meskipun demikian, gambar-gambarnya hanya menghiasi kamarnya
saja.Sejak menamatkan pendidikannya di bidang desain, kemudian bekerja sebagai
desainer di Industri Pesawat Terbang Nusantara antara tahun 1980-1995, kerinduannya
terhadap tulis menulis sempat melahirkan beberapa buku, seperti editor buku Paradigma
Desain Indonesia (1984), kemudian menulis sebuah buku Desain Gaya dan Realitas
(1985) dalam bentuk liris. Ia juga menjadi editor buku Desain,Seni dan Teknologi volume
I dan II, (1986,1989) menulis buku Estetika Terapan (1989). Buku berjudul ‘Modernisme’
yang ditulis oleh Agus Sachari bersama Yanyan Sunarya memperoleh penghargaan Buku
Terbaik Nasional bidang sains dan teknologi dari Menteri Pendidikan Nasional tahun
2000. Ia kini menjadi staf pengajar di Departemen Desain FSRD dan mengajar di
program Pasca Sarjana bidang Desain di ITB. Selain itu, ia juga terlibat dalam pelbagai
kegiatan penelitian desain yang dibiyai oleh pemerintah, maupun swasta, serta juga
mempersiapkan beberapa buku ajar untuk ilmu desain dan kesenirupaan.
189
YanYan Sunarya lahir di Bandung, berpendidikan Pasca-sarjana bidang kajian
Senirupa dan Desain di ITB, Aktif meneliti dan melakukan pengembangan di bidang
Tekstil dak Kriya, kegiatan sehari-harinya adalah dosen tetap di Fakultas Senirupa
dan Desain ITB. Selain, itu giat pula menulis artikel mengenai desain dan
permasalahan sosial di pelbagai media, disamping menjadi kurator seni dan
konsultan desain di beberapa lembaga swasta. Bukunya yang telah diterbitkan
adalah : Batik Indonesia (1996) dan buku Modernisme : Tinjauan Histori Desain
Modern, bersama Agus Sachari.
190