Anda di halaman 1dari 6

Accelerat ing t he world's research.

KONDISI IKLIM INDONESIA PADA


MASA INTERGLASIAL (HOLOSEN)
Ibrahim Kholilullah

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

SKENARIO T SUNAMI MENGGUNAKAN DATA PARAMET ER GEMPABUMI BERDASARKAN KONDIS…


Wiko Set yonegoro

MET EOROLOGI DAN KLIMAT OLOGI : KAJIAN PALEOKLIMAT OLOGI DAN UNSUR PROXY IKLIM
Adit ya Pradana

MAT ERI GEOLOGI DASAR


Murnilah Mad
KONDISI IKLIM INDONESIA PADA MASA INTERGLASIAL (HOLOSEN)

Ibrahim Kholilullah

Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan


Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
NRK : C551160231 e-mail: kholilullahibrahim@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia berada pada perbatasan lempeng Eurasia dan lempeng Australia mengkibatkan banyak
menyimpan catatan fosil yang membuatnya sangat menarik untuk diteliti bagaimana kondisinya pada
zaman purba. Rekontruksi iklim purba menggunakan rasio kandungan 18O/16O dalam sedimen dasar laut,
fosil dan ice core. Masa interglasial atau holosen adalah masa paling muda dari usia bumi. Kondisi iklim
Indonesia saat interglasial  10.000 tahun lalu mengalami peningkatan suhu yang sangat tajam,
hingga pada puncak zaman interglasial diperkirakan  6.000 tahun yang lalu permukaan air laut
mencapai  3 m lebih tinggi dari muka laut sekarang.

Kata kunci : Iklim, Interglasial, Holosen,

PENDAHULUAN alam yang tentu saja berpengaruh terhadap


ekologi manusia prasejarah yang menghuni pada
Paleoseanografi adalah ilmu yang kala tersebut (Sujud, 2013).
mempelajari sejarah lautan yang meliputi aspek Masa interglasial atau holosen adalah
oseanografi, klimatologi, biologi, kimia dan masa paling muda dari usia bumi. Dimana
geologi (Meissner et al., 2008). Dimana yang lempengan-lempengan bumi tidak lagi
kita ketahui kondisi laut sangat mempengaruhi mengalami pergerakan secara besar-besaran.
banyak kehidupan dan kejadian yang terjadi di Hali ini memungkinkan pengkajian akan kondisi
bumi, salah satunya adalah iklim. bumi dimasa lampau bisa dilakukan lebih akurat
Paleoklimatologi memainkan peranan dari pada masa-masa sebelumnya.
penting dalam ilmu iklim, karena memberikan Catatan sejarah suhu dan kondisigas
landasan dalam menjawab pertanyaan penting atmosfer masalalu tersimpan dalam struktur
dalam membuat model iklim dan menjadi cincin pohon, karang es, danau, koral dan
sumber informasi tentang akibat yang mungkin sedimen laut (Reid et al., 2009). Sedimen laut
terjadi akibat perubahan suhu terhadap dalam memberikan data yang relatif lengkap dan
ekosistem di masa depan (Reid et al., 2009). tidak terganggu hingga jutaan tahun, sedangkan
Sejak bumi ini terbentuk, keadaan koral dapat memberikan data dengan resolusi
lingkungan di bumi telah mengalami perubahan tinggi tetapi terbatas hanya di daerah tropis dan
sehingga menjadi keadaan lingkungan seperti umur maksimal ribuan tahun.
yang terlihat sekarang ini. Pada zaman kuarter Inter-koneksi laut-darat-atmosfer
yang terbagi atas kala plestosen dan holosen menyebabkan dibutuhkannya informasi
telah terjadi beberapa kali perubahan iklim. mengenai kondisi atmosfer yang terekam dalam
Sejak awal kehadiran manusia plestosen di ice core, stalagmit dan tree rings. Oleh karena
muka bumi ini senantiasa diikuti oleh peristiwa

Makalah Paleoceanografi | Desember 2016 1


itu paleoseanografi sangat terkait erat dengan Indonesia yang merupakan negara
paleoklimatologi. kepulawan, dulunya mempunyai Paparan Sunda
dan Sahul yang sekarang menjadi lautan.
Indonesia memiliki biodiversitas laut paling
banyak didunia, serta merupakan salah satu
negara segitiga coral, menyumbangkan 18% dari
luas coral di dunia (Reid at al., 2009). Indonesia
Gambar 1. Sedimen dasar laut juga berada pada perbatasan lempeng Eurasia
Sumber : (Larerveiledning) dan lempeng Australia yang menyababkan
banyak menyimpan catatan fosil, membuatnya
sangat menarik untuk diteliti bagaimana
kondisinya pada zaman purba.
Berdasarkan urayan diatas,
permasalahan yang muncul adalah
1. bagaimana kondisi iklin Indonesia
pada saat interglasial.

PEMBAHASAN

Untuk mengetahui kondisi iklim


Indonesia pada saat interglasial harus dilakukan
Gambar 2. ice core penelitian tentang kandungan oksigen isotop
18
Sumber : (google.com) O/16O pada sedeman dasar laut di indonesia.
Salah satu penelitian yang di lakukan oleh
Oksigen dalam bentuk gas memiliki dua Gustiantini dkk, di laut Halmahera pada tahun
bentuk yaitu oksigen isotopnya berbobot 16 2015.
(16O) dan 18(18O). konsentrasi dari seiap bentuk
ini ditentukan oleh suhu air laut. Kadar Oksigen
yang tinggi menunjukkan suhu yang lebih sejuk,
sementara suhu yang menghangat menunjukan
penurunan jumlah osigen (Reid et al., 2009).
Selain suhu air laut, komposisi rasio
18 16
O/ O air laut juga mempengaruhi komposissi
rasio 18O/16O dalam fosil. Sehingga kandungan
rasio 18O/16O fosil karbonat dalam strata
sedimen laut, akan mencerminkan urut-urutan
perubahan suhu air laut dimana organisme
tersebut pernah hidup. Isotop oksigen dapat
membuat korelasi antara hasil pengukuran rasio Gambar 3. Posisi bor sedimen MD3339 (titik merah)
isotop 18O/16O dengan kurva 18O/16O standar dan jalur Arus lintas Indonesia (Gordon,
untuk menentukan umur sedimen laut, serta 2005)
membuat rekonstruksi perubahan temperatur air Sumber : (Gustiantini et al., 2015)
permukaan laut (Wahyudi, 2001).

Makalah Paleoceanografi | Desember 2016 2


Hasil Analisa penelitian oleh Gustiantini dating14C dari cangkang foraminifera
dkk, (2015) menyatakan oksigen isotop planktonik.
diperoleh nilai δ18O G. ruber bervariasi dari - Sumber : (Gustiantini etal., 2015)
1,15‰ sampai -2,92‰, dengan nilai rata-rata -
1,8‰. Pola fluktuasi nilai oksigen isotop Puncak zaman es ditandai oleh susut
mengidentifikasi perubahan periode glasiasi di laut yang mencapai – 145 m dibawah muka laut
Laut Halmahera. Glasial akhir terjadi sampai sekarang, zaman ini berakhir pada  14.000
kedalaman sekitar 1.110 cm (sekitar 20.000 tahun lalu, diikuti dengan mulai naiknya paras
tahun lalu), dicirikan oleh nilai oksigen isotop muka laut (Hantoro W.S, 1992). Kala holosen
relatif lebih berat yang biasanya mencirikan berlangsung kira-kira antara 10.000 tahun yang
suhu dingin dan/atau salinitas tinggi. Nilai lalu hingga sekarang. Pada kala ini kegiatan
isotop yang dianggap sangat berat gunung api, gerakan pengangkatan, dan
mencerminkan peristiwa glasial akhir pelipatan masih berlangsung terus. Sekalipun
maksimum (LGM, Last Glacial Maximum). pengendapan sungai dan letusan gunung api
Selanjutnya nilai δ18O G. ruber relatif berkurang masih terus membentuk endapan aluvial, bentuk
secara cepat, menandakan terjadinya kenaikan topografi kepulauan Indonesia tidak banyak
suhu tiba-tiba akibat mencairnya es dan berbeda dengan topografi sekarang. Perubahan
menandakan berakhirnya saat glasial. Periode ini penting yang terjadi pada awal kala holosen
disebut masa transisi (deglasiasi) sebelum adalah berubahnya iklim (Sujud, 2013).
memasuki iklim hangat (interglasial disebut juga Berakhirnya masa glasial kira-kira
Holosen). Perubahan suhu yang tiba-tiba ini 20.000 tahun yang lalu menyebabkan
terus berlangsung sampai kedalaman 510cm, berakhirnya musim dingin dan berakhir pula
dan selanjutnya δ18O G. ruber tidak lagi zaman es. Iklim kemudian menjadi panas dan
memperlihatkan penurunan yang drastis terjadilah zaman panas dengan akibat semua
menandakan telah memasuki kala Holosen yang daratan yang semula terbentuk karena turunnya
cenderung beriklim hangat sampai sekarang muka air laut, kemudian tertutup kembali,
(Gambar 4). termasuk paparan Sunda dan Sahul
seperti dikenal sekarang (Sujud,
2013).
Pengaruh fenomena itu
terhadap kehidupan di antaranya
berupa terputusnya hubungan
kepulauan Indonesia dari daratan
Asia Tenggara dan Australia. Akibat
terputusnya wilayah Indonesia dari
daratan Asia dan Australia pada
masa akhir masa glasial terputus
pula jalan hubungan manusia dan hewan di
Gambar 4. Nilai oksigen isotop cangkang wilayah tersebut. (Sujud, 2013).
foraminifera G. ruber yang Walaupun belum ditemukan situs
menunjukkan peristiwa perubahan
pemukiman purba, sejumlah titik diperkirakan
glasiasi, yaitu glasial akhir, LGM,
deglasiasi dan interglasial (Holosen). sempat menjadi tempat tinggal sementara
Nomor dengan tanda panah manusia purba Indonesia, tempat inilah yang
menunjukkan umur berdasarkan analisis dapat dianggap sebagai awal pemukiman pantai

Makalah Paleoceanografi | Desember 2016 3


di Indonesia (Hantoro, 2001). Paras mukaan laut Hewan-hewan yang hidup di pulaupulau
diduga terus meningkat hingga pada puncak kecil kemudian hidup terasing, dan terpaksa
zaman holosen diperkirakan  6.000 tahun yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
lalu mencapai  3 m lebih tinggi dari muka laut baru, dan beberapa diantaranya kemudian
sekarang (Hantoro, 2001). mengalami evolusi lokal.
lokasi-lokasi pemukiman juga bergeser Perbedaan unik yang terdapat di antara
ke tempat yang lebih tinggi masuk ke dalam hilir fauna vertebrata di wilayah tersebut
sungai. Berkembangnya budaya manusia, pola menyebabkan disarankannya oleh para ahli
berpindah, berburu dan meramu (hasil) hutan tentang adanya garis-garis yang memisahkan
lambat laun berubah menjadi penetap, beternak berbagai keompok fauna veterbrata, yaitu
dan berladang serta menyimpan dan bertukar kelompok yang mirip dengan fauna daratan
hasil dengan kelompok lain. Kemampuan Australia. Garis pemisah fauna tersebut adalah
berlayar dan menguasai navigasi samudra sudah garis Wallace, garis Weber, dan garis Huxley.
lebih baik, memungkinkan beberapa suku Pada kala Holosen, iklim di daerah tropik dan di
bangsa Indonesia mampu menyeberangi Indonesia khususnya telah menunjukkan
Samudra Hindia ke Afrika dengan persamaan dengan iklim sekarang. Iklim
memanfaatkan pengetahuan cuaca dan sekarang ini merupakan tingkat awal dari masa
astronomi. glasial dan pluvial kelima (Leaky, 1960).
Pemukiman di darat (pedalaman) lebih
cepat berkembang dan menjadi penting karena KESIMPULAN
pertanian merupakan kegiatan terpenting disaat
Kondisi iklim Indonesia saat interglasial
 10.000 tahun lalu mengalami peningkatan
itu serta lebih aman dan nyamannya pedalaman
(kering), sementara pemukiman pantai masih
suhu yang sangat tajam, hingga pada puncak
zaman interglasial diperkirakan  6.000 tahun
belum dianggap penting karena sifatnya hanya
sebagai pemukiman sementara atau titik bertolak
atau berniaga dan tidak nyaman dihuni. yang lalu permukaan air laut mencapai  3 m
lebih tinggi dari muka laut sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Gustiantini L,. Maryunani, K. A., Zuraida, R,. Kissel, fauna migration through Indonesian
C. Bassinot, F., Zaim, Y. 2015. Distribusi Archipelago. In Preceeding of: “The
Foraminifera di Laut Halmahera Dari environmental and Cultural History and
Glasial Akhir ampai Resen. Jurnal Geologi Dynamics of the Australian-Southeast Asian
Kelautan. 13(1): 25-36. Region [seminar]. Melbourne. December
10-12, 1996.
Hantoro W.S.,1992. Etude des terrasses récifales
quaternaires soulevées entre le détroit de la Hantoro W.S. Pengaruh Laut dan Pantai Terhadap
Sonde et l'”le de Timor, Indonésie Perkembangan Kawasan Kota Pantai. Pusat
Mouvements Verticaux de la Croûte Penelitian Geoteknologi LIPI. 1(1):1-20.
terrestre et variations du niveau de la mer.
Ph.D Thesis Univ. d'Aix Marseille II. Larerveiledning. Spor et av vortidens klima.
France. Vol I 761p et Vol. II 225p. Universitetet I Thomso, Universitetet I
Published. Bergen Belanda.

Hantoro W.S. 2001. Low stand sea level and Leaky, L.S.B. 1960. Adam’s Ancestors. Harper Torch
landform changes: climatic changes Book.
consequence to epicontinental shelf and

Makalah Paleoceanografi | Desember 2016 4


Meissner A, Mikkelsen TS, Gu H, Wernig M, Hanna
J, Sivachenko A, Zhang X, Bernstein BE,
Nusbaum C, Jaffe DB et al. 2008, Genome-
scale DNA methylation maps of pluripotent
and differentiated cells: Nature.
7:454(7205):766-70.

Reid Craing, Marshall Justin, Logan Dave and Kleine


Diana. 2009. Terumbu Karang dan
Perubahan Iklim Pandu Pendidikan dan
Pembangunan Kesadaran. Volume ke -1.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan Kementrian
Kelautan dan Perikanan Indonesia,
penerjemah. Jakarta (ID): Pancajaya.
Terjemahan dari: Coral Reefs and Climate
Change. The Guide for Education and
waareness.. Coral ath, The University of
Queensland. Ustralia PB, “hal 174-175”

Sujud SPJ. 2013. Prasejarah Indinesia Tinjauan


Kronologi dan Morfologi. .Sejarah dan
Budaya. 7(2):20-30.

Wahyudi. 2001. Penentuan Umur Sedimen Laut dan


Paleo-Temperatur Air Permukaan Laut
Berdasarkan Perubahan Rasio Isotop
18
O/16O Dalam Foraminifera. JTPK. 5(2): 71
– 80.

Makalah Paleoceanografi | Desember 2016 5

Anda mungkin juga menyukai