a. Pengertian
Glumerulonefritis akut [ GNA ] adalah penyakit yang menyerang glomeruli dari
kedua ginjal, sebagai suatu reaksi imunologi terhadap bakteri atau virus tertentu.
GNA sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun, lebih sering pada pria.
Biasanya didahului oleh infeksi ekstrarenal, terutama di traktus respiratorius bagian
atas dan kulit.
b. Etiologi :
Faktor etiologinya banyak dan bervariasi :
- Reaksi imunologi : infeksi lupus erythematosus, streptococus.
- Cedera vaskuler : Hipertensi, DM.
- Koagulasi koagulan yang menyebar [ DIC ]
c. Patofisiologi
GNA adalah akibat reaksi antigen antibodi dengan jaringan glumerulus yang
menimbulkan bengkak dan kematian sel—sel kapiler [ epitel, membran lapisan
bawah, dan endotelium.] Reaksi antigen antibodi mengaktifkan jalur komplemen
yang berdampak chemotaksis kepada polymorfonuklear [ PMN ] lekosit dan
mengeluarkan ensim lisosomal yang menyerang membran dasar glomerolus yang
menimbulkan peningkatan respon pada ketiga jenis sel glomerulus.
Tanda dan gejala yang berefleksi kepada kerusakan glumerulus dan terjadi
kebocoran protein masuk kedalam urin [ proteinuri dan eritrosit / hematuri ]. Karena
proses penyakit berlanjut terjadilah parut yang berakibat menurunnya filtrasi
glumerulus dan berdampak oliguri dan retensi air, sodium dan produk sisa nitrogen.
Kesemuanya ini berdampak meningkatnya volume cairan, edem, dan asotemia yang
yang ditampilkan melalui napas pendek, edem yang dependen, sakit kepala, lemah
dan anoreksia.
1
d. Gejala klinik
Gejala yang sering adalah hematuri ; kadang-kadang disertai edema ringan disekitar
mata / seluruh tubuh umumnya edema berat terdapat pada oliguria dan bila payah
jantung dan hipertensi.
Bila terjadi kerusakan ginjal maka tekanan darah akan tinggi . Suhu tubuh tidak
seberapa tinggi tapi dapat tinggi pada hari pertama . Muntah tidak nafsu makan,
konstipasi dan diare tidak jarang menyertai GNA.
Reaksi imunologi
Kerusakan glumerulus
[proteinuri dan hematuri]
timbul parut
2
Pengkajian keperawatan :
1. Identitas Klien:
GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada anak umur 3-7
tahun lebih sering pada pria
2. Riwayat penyakit sebelumnya :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus
eritematosus atau penyakit autoimun lain.
3. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian
daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,
muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
4. Pertumbuhan dan perkembangan :
- Pertumbuhan :
BB = 9x7-5/2=29 kg [ Behrman ], menurut anak umur 9 tahun Bbnya adalah
BB umur 6 tahun = 20 kg ditambah 5-7 lb pertahun = 26 - 29 kg, tinggi badan
anak 138 cm. Nadi 80—100x/menit, dan RR 18-20x/menit,, tekanan darah 65-
108/60-68 mm Hg. Kebutuhan kalori 70-80 kal/kgBB/hari. Gigi pemanen
pertama /molar ,umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas, pada umur 10—11 tahun
jumlah gigi permanen 10-11 buah.
- Perkembangan :
Psikososial : Anak pada tugas perkembangan industri X inferioritas, dapat
menyelesaikan tugas menghasilkan sesuatu
Psikoseksual :
5. Pengkajian Perpola
1]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan
beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata
dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem
imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang
tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat
terjadi karena uremia.
2]. Pola eliminasi :
eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
1
3]. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya
kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi
duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu. Adanya
edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu
napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak,
frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran
jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi
yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap
dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala
serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah,
dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui
penyebab dan penanganan penyakit ini.
4]. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
5]. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena
inumnitas yang menurun.
6]. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7]. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan
perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
8]. Toleransi koping
9]. Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.
Pemeriksaan penunjang :
1. LED tinggi dan Hb rendah
2. Kimia darah:
Serum albumin turun sedikit, serum komplemen turun, ureum dan kreatinin naik.
Titer antistreptolisin umumnya naik [ kecuali infeksi streptokok yang mendahului
2
mengenai kulit saja ].
3. Jumlah urin mengurang, BJnya rendah , albumin +, erittrosit ++, leukosit +
dan terdapat silinder leukosit, Eri dan hialin.
4. Kultur darah dan tenggorokan : ditemukan kuman streptococus Beta
Hemoliticus gol A
5. IVP : Test fungsi Ginjal normal pada 50 % penderita
6. Biopsi Ginjal : secara makroskopis ginjal tampak membesar, pucat dan
terdapat titik-titik perdarahan pada kortek. Mikroskopis ttampak hammpir
semua glomerulus terkena. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang
keras sehingga lumen dan ruang simpai Bowman , Infiltrasi sel epitelkapsul
dan sel PMN dan monosit. Pada pemeriksaan mikroskop elektron tampak
BGM tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di sub epitel mungkin
dibentuk oleh globulin-gama, komplemenn dan antigen streptokokus.
Diagnosa keperawatan :
1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal
2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi
ginjal.
3. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
4. Potensial gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko
krisis hipertensi.
5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan
edema.
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi.
3
Rencana keperawatan
1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan ddisfungsi ginjal
Tujuan : Klien dapat toleransi dengan aktifitas yang dianjurkan.
Rencana Rasional
1. Pantau kekurangan protein yang 1. Kekurangan protein beerlebihan dapat
berlebihan [ proteinuri, albuminuria ] menimbulkan kelelahan.
2. Gunakan diet protein untuk mengganti 2. Diet yang adekuat dapat mengembalikan
protein yang hilang. kehilangan
3. Beri diet tinggi protein tinggi 3. TKTP berfungsi menggantikan
karbohidrat. 4. Tirah baring meningkatkan mengurangi
4. Tirah baring penggunaan energi.
5. Latihan penting untu kmempertahankan
5. Berikan latihan selama pembatasan tunos otot
aktifitas 6. Keseimbangan aktifitas dan istirahat
mempertahankan kesegaran.
6. Rencana aktifitas denga waktu istirahat. 7. Aktifitas yang bertahap menjaga
7. Rencanakan cara progresif untuk kesembangan dan tidak mmemperparah proses
kembali beraktifitas normal ; evaluasi penyakit
tekanan darah dan haluaran protein urin.
2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi
ginjal.
Tujuan : Klien tidak menunjukan kelebihan volume cairan
Rencana Rasional
1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala 1,2. Memonitor kelebihan cairan sehingga
kelebihan cairan : dapat dilakukan tindakan penanganan
2. Ukur dan catat intak dan output setiap
4-8 jam
3. Catat jumlah dan karakteristik urine 3,4.Jumlah , karakteristik urin dan BB dapat
4. Ukur berat jenis urine tiap jam dan menunjukan adanya ketidak seimbangan
timbang BB tiap hari cairan.
5. Kolaborasi dengan gi i dalam 5.Natrium dan protein meningkatkan
pembatasan diet natrium dan protein osmolaritas sehingga tidak terjadi retriksi
6. Berikan es batu untuk mengontrol rasa cairan.
haus dan maasukan dalam perhitungan 7. Rangsangan dingin ddapat
intak merangsang pusat haus
7. Pantau elektrolit tubuh dan observasi 8. Memoonitor adanya ketidak
adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh seimbangan elektrolit dan menentukan
- Hipokalemia : kram abd,letargi,aritmia tindakan penanganan yang tepat.
- Hiperkalemia : kram otot, kelemahan
- Hipokalsemia : peka rangsang pada
1
neuromuskuler
- Hiperfosfatemia:
hiperefleksi,parestesia, kram otot, gatal,
kejang
- Uremia : kacau mental, letargi,gelisah 8.Pemberian elektrolit yang tepat mencegah
8. Kaji efektifitas pemberian elektrolit ketidak seimbangan elektrolit.
parenteral dan oral
3. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi setelah diberikan asuhan keperawatan.
Rencana Rasional
1. Kaji efektifitas pemberian 1.Imunosupresan berfunsi menekan sisteem
imunosupresan imun bila pemberiannya tidak ekeftif maka
tubbuh akan sangat rentan terhadap infeksi
2.Indikator adanya infeksi
2. Pantau leukosit 3.Memonitor suhu & mengantipasi infeksi
3. Pantau suhu tiap 4 jam 4. Urine keruh mmenunjukan adanya
4. Perhatikan karakteristik urine, infeksi saluran kemiih
kolaborasi jikka keruh dan berbau 5. Kateter dapat menjadi media
5. Hindari pemakaian alat/kateter pada masuknya kuman ke saluran kemih
saluran uriine 6. Memonitor adanya infeksi sehingga
6. Pantau tanda dan gejala ISK dan dapat dilakukan tindakan dengan cepat
lakukan tindakan pencegahan ISK. 7. Tehnik cuci tangan yang baik dapat
7. Gunakan dan anjurkan tehnik cuci memutus rantai penularan.
tangan yang baik. 8. Sistim imun yang terganggu
8. Anjurkan pada klien untuk memudahkan untu terinfeksi.
menghindari orang terinfeksi 9. Kerusakan integritas kulit merupakan
9. Lakukan pencegahan kerusakan hilangnya barrier pertama tubuh
integritas kulit
10. Anjurlkan pasien ambulasi dini.
2
2. Pantau tekanan darah tiap jam dan untuk menjaga adekuatnya perfusi jarringan.
kolaborasi bila ada peningkatan TD sistole 4. Posisi tidur yang rendah menjaga suplay
>160 dan diastole > 90 mm Hg darah yang cukup ke daerah cerebral
3. Kaji keefektifan obat anti hipertensi
4. Pertahankan TT dalam posisi rendah
3
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB II
TINJAUAN KASUS
2. Riwayat keperawatan
a. Sekarang
Keluhan utama : Seluruh badan terasa gatal terus menerus sejak
masuk RS., gatal tidak hilang walaupun digaruk usaha
yang dilakukan untuk menghilangkan dengan
menggaruk atau memberi bedak dan badan terasa
lemas ingin tidur.
Riwayat penyakit :
Badan bengkak terutama diwajah kemudian tangan dan kaki, sudah
dibawa ke Puskesmas tetapi tidak ada perubahan : bengkak tidak
berkurang, mual dan muntah setiap makan dan minum, anak tampak
pucat 4 hari, kemudian dirujuk ke RS Jombang.
Riwayat selama di rawat di RS Jombang :
Anak masuk dengan BB 15 kg, sesak -, batuk -, munah +, makan 3-4 kali
1
sehari, pada tanggal 15 – 8 - 2001 pukul 13.00 WIB kejang { kepala
melirik tangan dan kaki biasa ] selama 5 meni, kejang hilang tanpa obat,
anak menangis setelah kejang. Di RS Jombang di rawat selama 1
minggu, bengkak pada kaki dan tangan berkurang sedangkan bengkak
diperut bertambah. Kemudian klien dirujuk ke RSUD Dr Soetomo atas
indikasi :
b. Sebelumnya:
Prenatal : Normal (menurut keluarga), ibu selalu kontrol ke Puskesmas
dan ibu tidak minum obat-obatan atau jamu pada saat
hamil.
Natal : LahirSpontan umur kehamilan 8 bulan ditolong bidan,BBL
1.6 kg, saat lahir tangis tidak keras
Post natal : ASI hingga 4 bulan, penyakit yang sering diderita kadang-
kadang badan panas.
Luka operasi: Tidak ada
Alergi : Tidak ada
Tumbuh kembang :
- Tumbuh gigi umur 6 bulan
- Tengkurep umur 6 bulan
- Duduk umur 8 bulan
- Berdiri umur 9,5 bulan
- Berjalan umur 13 bulan
- Naik sepeda umur 2 tahun
- Tk umur 6 tahun
- SD umur 7 tahun
- Sekarang kelas III SD dengan prestasi baik yaitu masuk 10 besar
sebelum sakit anak sering mengeluh capek karena pelajaran
tambah banyak dan biasa bermain dengan teman sebaya di
sekolah maupun di rumah.
Psikososial : Anak selama ini sangat dekat dengan orang tuanya,kakek
nenek dan dan budenya. Dirumah biasanya selalu bermain
dengan teman sebaya. Sejak masuk RS anak hanya
berbaring di TT.
Psikoseksual : anak malu jika ditanyai masalah perkembagan
seksualnya
Imunisasi : Lengkap, scar BCG +.
Status gizi : BB 17 kg lingkar lengan 14,5 cm, LK 48 cm, LD 62
2
cm.Makan sedikit/ 1/3 porsi yang disediakan RS, “makanan
ndak enak rasanya mani “. Ibu klien selalu mencampur
sayur dengan gula yang disediakan dari RS untuk
campuran susu karena setelah mencicipi sayur rasanya asin.
Interaksi : Komunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa jawa dan
komunikatif.
Komposisi keluarga : An. D adalah dari pasangan Tn. S. Dan Ny. N.S.
Klien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya..
Lingkungan rumah dan komunitas : Keluarga tinggal di desa
dengan kehidupan sebagai petani.
Kultur dan kepercayaan : Keluarga merupakan penganut agama
islam yang taat dan percaya bahwa penyakit yang diderita
oleh anaknya disebabkan oleh kelainan dari tubuh anaknya.
Fungsi dan hubungan keluarga: Keluarga kompak dan komunikasi serta
peran antar anggota keluarga sesuai dengan tanggung -
jawabnya.
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : Tidak ada perilaku
khusus yang dapat mengancam kesehatan keluarga, hanya
anak sering jajan makanan kecil seperti chiki-chikian.
Persepsi keluarga tentang penyakit klien : Keluarga yakin, bahwa
penyakit An. D timbul akibat kelainan dalam tubuh An. D,
bukan karena gangguan ilmu hitam. Keluarga mengatakan
tidak tahu tentang penyakit yang diderita anaknya secara
pasti. Keluarga mengatakan bagaimana nantinya keadaan
anaknya.
3
kg. Gatal-gatal pada seluruh badan “ badanku gatal sekali “. Kulit
tampak kering, kasar bersisik
3. Pola eliminasi :
Abd distensi , meterismus +, BU + normal, nyeri tekan -, pembesaran
hepar dan lien -, tidak teraba masa. “ Diana belum bisa kebelakang
sejak 2 hari “. BAK , klien terpasang kateter, urin warna kuning muda
dan jernih,keruh -, darah -.
4. Pola Aktifitas dan latihan :
Klien merasa lemas dan rasa ingin tidur, “ ngantuk “ klien tanpak
tidur pulas kekuatan otot dan tonus. Sesak napas - , RR 24 x/menit,
retraksi dada -, pengggunaan otot bantu napas-, teraba , auskultasi
terdengar rales dan krekels . Tekanan darah 130/100 mm Hg , ensi
tidak stabil dan klien mendapat terapi nifedifin 6 x 1,7 mg sub lingual
dan dapat extra bila diastole lebih /sama dengan 100 mm Hg
maksimak 10 x pemberiaan. Dari thorak foto ditemukan Cor
membesar bentuk normal CTR 57 %, edema pulmonal + efusi pleura
bilateral minimal. Klien tampak pucat, tgl 20/8/2001 Hb 9.8 gr % .
Penglihatan kabur -, pusing-, muntah-, dan kejang-. Ibu menanyakan
penyebab penyakit anaknya, “ Saya heran tiba-tiba Diana bengkak
panas cuma sehari, padahal dissini sudah 11 hari tapi tidak sembuh,
bengkaknya tetap “. Ibu tampak murung.
5. Pola tidur dan istirahat :
“ Kalau malam Diana ndak bisa tidur tapi kalau siang tidur terus “.
Sesak saat tidur -. Anak tidur dengan posisi tetap dan lemah.
6. Kognitif & perseptual :
7. Persepsi diri :
8. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan
lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan
anak banyak diam.
9. Toleransi koping
10. Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.
d. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
- Hb : 10,9 %/dl - RBC : 3.380.000 %/dl - Leuko 3100
4
%/dl
- Trombo cukup - Ansositois + - Hipokrom +
- Alb : 13,8 dl
Foto : Pembesaran pada jantung tetapi dalam batas normal
Therapi :
5
Analisis data
1
bulan
Diagnosa keperawatan :
1. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis
hipertensi.
2. Resiko kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi
ginjal
3. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan
edema
4. Resiko tinggi terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan pembatasan
diet
6. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal
Rencana keperawatan
1. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis
hipertensi.
Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan perfusi jaringan setelah diberikan
perawatan 14 hari.
Kriteria hasil :
- Kesadaran CM
- Tekanan darah 65-108/60-68 mm Hg.
- Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3 detik, cianosis -.
Rencana Rasional
1. Pantau tanda dan gejala krisis hipertensi 1. Krisis hipertensi menyebabkan suplay
[ Hipertensi, takikardi, bradikardi, kacau darah ke organ tubuh berkurang.
mental, penurunan tingkat kesadaran, sakit 2. Tekanan darah yang tinggi
kepala, tinitus, mual, muntuh, kejang dan menyebabkan suplay darah berkurang.
disritmia], dan adanya gangguan perfusi 3. Efektifitas obat anti hipertensi penting
jaringan untuk menjaga adekuatnya perfusi jarringan.
2. Pantau tekanan darah tiap jam dan kolaborasi 4. Posisi tidur yang rendah menjaga suplay
bila ada peningkatan TD sistole >160 dan darah yang cukup ke daerah cerebral
diastole > 90 mm Hg
6. Kaji keefektifan obat anti hipertensi
7. Pertahankan TT dalam posisi rendah
2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi
ginjal.
Tujuan : Klien tidak menunjukan tanda dan gejala kelebihan volume cairan
2
setelah diberikan perawatan selama 14 hari
Kriteria hasil :
- BB stabil
- Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.
- Oedema –, TD 65-108/60-68 mm Hg.
Rencana Rasional
1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala 1,2. Memonitor kelebihan cairan sehingga
kelebihan cairan : dapat dilakukan tindakan penanganan
2. Ukur dan catat intak dan output setiap
4-8 jam
3. Ukur dan catat intak dan output setiap 3,4.Jumlah , karakteristik urin dan BB dapat
4-8 jam menunjukan adanya ketidak seimbangan
4. Catat jumlah dan karakteristik urine cairan.
5. Ukur berat jenis urine tiap jam dan 5.Natrium dan protein meningkatkan
timbang BB tiap hari osmolaritas sehingga tidak terjadi retriksi
6. Kolaborasi dengan gi i dalam cairan.
pembatasan diet natrium dan protein 7..Rangsangan dingin ddapat merangsang
7. Berikan es batu untuk mengontrol rasa pusat haus
haus dan maasukan dalam perhitungan 8..Memonitor adanya ketidak seimbangan
intak elektrolit dan menentukan tindakan
8. Pantau elektrolit tubuh dan observasi penanganan yang tepat.
adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh
- Hipokalemia : kram abd,letargi,aritmia
- Hiperkalemia : kram otot, kelemahan
- Hipokalsemia : peka rangsang pada
neuromuskuler
- Hiperfosfatemia:
hiperefleksi,parestesia, kram otot, gatal, 9. Pemberian elektrolit yang tepat mencegah
kejang ketidak seimbangan elektrolit.
- Uremia : kacau mental, letargi,gelisah
9. Kaji efektifitas pemberian elektrolit
parenteral dan oral
3. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema.
Tujuan : Klien tidak menunjukan kerusakan integritas kulit setelah diberikan
perawatan 14 hari.
Kriteria hasil :
- Kulit hangat, kering, dan utuh, turgor baik
- Pasien mengatakan tak ada pruritus
Rencana Rasional
1. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, 1. Mengantisipasi adanya kerusakan kulit
3
turgor dan suhu. sehingga dapat diberikan penangan dini.
2. Jaga kulit tetap kering dan bersih 2,3. Kulit yang kering dan bersih tidak mudah
3. Bersihkan & keringkan daerah perineal terjadi iritasi dan mengurangi media
setelah defikasi pertumbuhan kuman.
4. Rawat kulit dengan menggunakan lotion 4. Lotion dapat melenturkan kulit sehingga tidak
untuk mencegah kekeringan untuk daerah mudah pecah/rusak.
pruritus. 5. Sabun yang keras dapat menimbulkan
5. Hindari penggunaan sabun yang keras dan kekeringan kulit dan sabun yang kasar dapat
kasar pada kulit klien menggores kulit.
6. Instruksikan klien untuk tidak menggaruk 15.Menggaruk menimbulkan kerusakan kulit.
daerah pruritus. 7,8.Ambulasi dan perubahan posisi meningkatkan
7. Anjurkan ambulasi semampu klien. sirkulasi dan mencegah penekanan pada satu
8. Bantu klien untuk mengubah posisi setiap 2 sisi.
jam jika klien tirah baring. 10. Lipatan menimbulkan ttekanan pada kulit.
9. Pertahankan linen bebas lipatan 11.Sirkulasi yang terhambat memudahkan
10. Beri pelindung pada tumit dan siku. terjadinya kerusakan kulit..
11. Lepaskan pakaian, perhiasan yang dapat 12,13. Elastisitas kulit daerah edema sangat
menyebabkan sirkulasi terhambat. kurang sehingga mudah rusak
12. Tangani area edema dengan hati -hati. 14. Nutrisi yang adekuat meningkatkan
13. Berikan suntikan dengan hati-hati . pertahanan kulit
14. Pertahankan nutrisi adekuat.
4. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi setelah diberikan perawatan
Kriteria hasil :
- Suhu 36 –37 derajat celsius
- Leukosit darah 5000 – 10.000
- Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih
- Kulit kering dan utuh
Rencana Rasional
1. Kaji efektifitas pemberian 1.Imunosupresan berfunsi menekan sisteem
imunosupresan imun bila pemberiannya tidak ekeftif maka
tubbuh akan sangat rentan terhadap infeksi
2.Indikator adanya infeksi
2. Pantau leukosit 3.Memonitor suhu & mengantipasi infeksi
3. Pantau suhu tiap 4 jam 4. Urine keruh mmenunjukan adanya infeksi
4. Perhatikan karakteristik urine, saluran kemiih
kolaborasi jikka keruh dan berbau 5. Kateter dapat menjadi media
5. Hindari pemakaian alat/kateter pada masuknya kuman ke saluran kemih
saluran uriine 6. Memonitor adanya infeksi sehingga
6. Pantau tanda dan gejala ISK dan dapat dilakukan tindakan dengan cepat
lakukan tindakan pencegahan ISK. 7. Tehnik cuci tangan yang baik dapat
7. Gunakan dan anjurkan tehnik cuci memutus rantai penularan.
4
tangan yang baik. 8. Sistim imun yang terganggu
8. Anjurkan pada klien untuk memudahkan untu terinfeksi.
menghindari orang terinfeksi 9. Kerusakan integritas kulit merupakan
9. Lakukan pencegahan kerusakan hilangnya barrier pertama tubuh
integritas kulit 10.Ambulasi dini meningkatkan sirkulasi darah
10. Anjurlkan pasien ambulasi dini. dan hidrasi dan mengegah terjadinya stasis
cairan
6.. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan pembatasan diet.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat setelah diberikan
perawatan hari
Kriteria hasil :
- Porsi makanan yang disediakan dihabiskan
- Mual dan muntah -
- Berat badan stabil seperti sebelum sakit [ BB seharusnya 26 – 29 kg ] sesuai
dengan umur, tipe tubuh.
5
- Albumin darah 3.5 – 4,5
- Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal
Rencana Rasional
1. Kaji status nutrisi klien 1. Mengetahui status nutrisi untuk
2. Pantau BB klien tiap pagi.. menetukan kebutuhan nutrisi.
3. Kolaborasi dengan tentang diet, 2. BB merupakan indikator nutrisi yang
kebutuhan kalori dan hal-hal yang lebih adekuat
disukai klien.. 3. Kolaborasi untuk asupan nutrisi yang
4. Berikan kesempatan klien untuk adekuat.
mengemukakan perasaannya tentang 4,5Mengetahui masalah anak dalam
diet. pemenuhan nutrisi sehingga dapat
5. Bersikap empati dan beri penjelasan ditangani dengan tepat
tentang batasa diet. 6 Higiene oral yang baik meningkatkan
6. Lakukan oral higiene sensitifitas pengecap
7. Berikan makan sedikit tapi sering. 7 Porsi sedikit tapi sering mencegah
8. Hentikan makan bila klien merasa mual muntah karena adanya penekanan abd .
9. Ajarkan cara mencegah terjadinya 8.9. Mual dan muntah mnghambat
muntah. asupan nutrisi
10. Berikan lingkungan yang menyenang 10 Lingkungan yang mendukung akan
selama makan meningkatkan selera makan anak
11. Pantau persentase makanan yang 11 Jumlah makanan yang dimakan
dimakan. menentukan apakah intake nutrisi adekuat
12. Kolaborasi dalam pemeriksaan albumin 12 Kadar albumin, Hb dan Fe menentukan
darah, protein darah dan Hb, Ht, Fe. kecukupan nutrisi
Diagnosa keperawatan :
1. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d.
resiko krisis hipertensi.
2. Resiko kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta
disfungsi ginjal
3. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan
kapiler dan edema
4. Resiko tinggi terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi
sistem imun
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan
pembatasan diet
6. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal
6
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT
DI RUANG ANAK RSUD DR SOETOMO
SURABAYA
f. Pengertian
Glumerulonefritis akut [ GNA ] adalah penyakit yang menyerang
glomeruli dari kedua ginjal, sebagai suatu reaksi imunologi terhadap
bakteri atau virus tertentu.
GNA sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun, lebih sering pada
pria.
Biasanya didahului oleh infeksi ekstrarenal, terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit.
Tindakan keperawatan
Waktu No. Dx. Tindakan Paraf
Kep perawat
Selasa 1. 1. Memantau tanda dan gejala krisis hipertensi [ T 140/100,
Nadi 100x/menit, kacau mental-, penurunan tingkat
28-8-01
kesadaran-, sakit kepala-, tinitus-, mual-, muntah-, kejang-
07.30 WIB
dan disritmia -].
2. Memantau tekanan darah tiap jam dan kolaborasi bila ada
peningkatan TD sistole >160 dan diastole > 90 mm Hg
3. Kaji keefektifan obat anti hipertensi / Nifedipin 1,9 mg dan
memberikan extra saat TD diastol > 100 mm Hg, ‘ suster
tensinya kenapa ndak turun-turun yaa ?. Menjelaskan
bahwa tensi tidak bisa stabil/ baik dengan cepat, perlu waktu
dan ibu diharapkan bersabar.
4. Mempertahankan TT dalam posisi rendah
08.00 WIB
2. 1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan :
edema anasarka,
2. Menghitung intake dan output hari sebelumnya : minum
600 cc, infus 340 cc , urin 700 cc perkateter warna kuning
jernih, endapan -.
3. Menimbang BB 18 kg
1
09.15 WIB 4. Kolaborasi dengan gi i dalam pembatasan diet natrium dan
protein
5. Mendiskusikan dengan ibu tentang pembatasan
cairan, rencana minum hari ini, cara mengukur
jumlah minum dan pentingnya mengukur intake
output.
6. Membujuk anak agar mau minum sesuai jumlah
10.00 WIB 3. yang ditentukan sedikit demi sedikit
2
5. dan setelahnya.
13.00 WIB
1. Memantau suhu tiap 4 jam : suhu 36.5 derajat Celsius
2. Memperhatikan karakteristik urine : urine jrrnih, endapan -,
darah-, warna kuning .
3. Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan kateter
dengan cara membersihkan daerah genitalia dari depan
kebelakang dan membersihkan kateter / mendemontrasikan
caranya. Ibu mengangguk.
4. Memantau tanda dan gejala ISK: kemerahan dan sakit
disekitar urofisium -.
5. Menjelaskan kepada ibu tehnik septik aseptik: mencuci
tangan sebelum dan sesudah merawat anak, menjaga alat-
alat makan yang bersih, menjaga kebersihan perseorangan.
6. Menganjurkan pada ibu untuk membatasi pengunjung
terutama yang sedang sakit.
13.15 WIB 6 7. Pantau leukosit
3
Waktu No.Dx. Catatan Perkembangan [SOAP] Parap
Kep. perawat
4
P : Teruskan rencana
6. S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3
porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana
Catatan Perkembangan
Waktu No.Dx. Catatan Perkembangan [SOAP] Parap
Kep. perawat
Rabo 1. S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?
29/8/01
O : Kesadaran CM
Tekanan darah 130/100 mm Hg
Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3
detik, cianosis -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan semua rencana
5
Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih
Kulit kering dan utuh
A : Masalah mulai ditangani
P : teruskan rencana
6. S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3
porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana
Catatan Perkembangan
Waktu No.Dx. Catatan Perkembangan [SOAP] Parap
Kep. perawat
Kamis 1. S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?
30/8/01
O : Kesadaran CM
Tekanan darah 130/100 mm Hg
Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3
detik, cianosis -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan semua rencana
6
P : Teruskan rencana
6. S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3
porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana
7
Catatan Perkembangan
Waktu No.Dx. Catatan Perkembangan [SOAP] Parap
Kep. perawat
Jumat 1. S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?
31/8/01
O : Kesadaran CM
Tekanan darah 130/100 mm Hg
Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3
detik, cianosis -.
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan semua rencana
1
P : Teruskan rencana
6. S : Makannya sedikit
O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3
porsi
Berat badan 18 kg.
Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......
Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal
A : Masalah mulai diatasi
P : Teruskan rencana
Caatatan Perkembangan