Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERAN DAN FUNSI SEJARAH BAGI PEMBELAJARAN

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah IPS)

Dosen : Dr.Dodih.Heriyadi,M.Pd

Disusun oleh :

Dhina

Dimas

Fera Afrilia

Ibnu fajar

Nia aulia

Rizky

Siti mariam

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan hidayahNya
kami telah mampu menyelesaikan makalah yang berjudul ‘peran dan fungsi sejarah dalam
pembelajaran’. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu
pengetahuan sosial (IPS). Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman
dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonis dalam satu
bangunan teratur.
Ilmu sosial adalah kajian-kajian yang banyak berkaitan dengan fenomena-fenomena sosial
(konsep social) yang disebut dengan aspek kemasyarakatan (pancagatra)
Kami menyadari bahwa selama penulisan dan penyusunan makalah ini kami mendapat
bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Semoga Allah Swt.
memberikan balasan yang berlipat ganda. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
kepada semua kalangan. Amin.

Tasikmalaya, September 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah………………………………………………………


1.2 Rumusan masalah…………………………………………………………….
1.3 Tujuan masalah……………………………………………………………….
1.4 Manfaat masalah……………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah sebagai ilmu………………………………………………………….


2.2 guna sejarah……………………………………………………………………
2.3 sejarah dalam perspektif pendidikan………………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sebelum pengertian sejarah sebagai suatu disiplin keilmuan berkembang di
Indonesia,kata sejarah sejarah itu sendiri sudah lama dikenal dinegeri ini.Ternyata sejarah
diambil dari Bahasa arab”syajaratun”yang artinya “pohon” atau “asal usul” yang
kemudian berkembang sebagai kata dalam bahasa melayu “syajarah” yang akhirnya
menjadi kata “sejarah” dalam bahasa Indonesia.
Jadi kata pohon disini mengandung pengertian suatu percabangan genelogis dari suatu
kelompok keluarga tertentu yang kalau dibuat bagannya menyerupai profil pohon yang
keatas penuh dengan cabang-cabang serta ranting-rantingnya serta kebawah juga
menggambarkan percabangan dari akar-akar,dari akar yang lebih besar sampai akar
rambutnya.Dengan demikian kata syajarah ini mula-mula dimaksudkan sebagai gambaran
silsilah/keturunan.Memang kalau diperhatikan histiografi(penulisan
sejarah)tradisional,kebanyakan intinya adalah gambaran asal-usul keturunan (silsilah)
yang dengan sendirinya dibumbui dengan gambaran yang bersifat religio-magis,sesuai
dengan alam pemikiran masyarakat waktu itu.Kata-kata daerah seperti
kisah,hikayat,tambo,tarih,riwayat adalah kata-kata yang sering dipakai untuk gambaran
asal-usul tersebut.Demikian juga kata-kata bahasa jawa (jawa tengahan) seperti
babad,kidung,pamancangah adalah juga mengandung didalamnya unsur silsilah meskipun
sering dipakai juga dengan gambaran kejadian/peristiwa.
1.2 Rumusan masalah
1 Bagaimana sejarah sebagai ilmu?
2 Bagaimana guna sejarah itu?
3 Bagaimana sejarah dalam perspektif pendidikan?
1.3 Tujuan masalah
1 Untuk mengetahui sejarah sebagai ilmu
2 Untuk mengetahui guna sejarah
3 Untuk mengetahui sejarah dalam perspektif pendidikan

1.4 Manfaat masalah


1 Mengetahui sejarah sebagai ilmu
2 Mengetahui guna sejarah
3 Mengetahui sejarah dalam perspektif pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah sebagai ilmu


Berkembangnya rasionalisme di Eropa mendorong tumbuhnya aliran filsafat positivisme
yang bertolak dari prinsip kesatuan ilmu pengetahuan yang terutama didasarkan pada
produk pokok : observasi/experimentasi-formulasi konsep-konsep verifikasi.Dengan dasar
ini dengan sendirinya semua bidang-bidang studi yang tidak memenuhi prosedur pookok
ilmu harus dilepaskan dari kategori ini.Metode dasar yang dikembangkan disini ialah apa
yang disebut dengan metode nomotetis yang meletakan tujuan utamanya merumuskan
hokum-hukum yang berlaku umum (general lawas) atau disebut juga membuat
generalisasi.
Dilain pihak berkembang pula didaratan Eropa sekitar abad -19 kelompok Hermeneutika
yang pada dasarnya menolak monism metode dalam ilmu seperti yang disnjurkan kaum
positivis.Mereka ini menekankan metode dasar ideografis dalam kegiatan
keilmuannya,yaitu usaha untuk mencapai gambaran-ganbarab khusus dari gejala alam
yang terutama menyangkut kehidupan manusia.Tujuan akhir kelompok ini adalah bisa
mengerti (verstehen) dari gejala-gejala,dari pada hanya menerangkan (erklaeren) dari
gejala-gejala seperti yang dituju oleh kelompok positivis.
Sehubungan dengan adanya aliran keilmuan ini maka beberapa tokoh para ahli filsafat
jerman seperti Windelband,Rickert dan Dilithey merumuskan adanya 2 kelompok
ilmu,yaitu ilmu-ilmu alamiah (naturwissenscharften) yang prinsip-prinsipnya telah
dikembangkan oleh kaum positivis,dan ilmu-ilmu rohaniah (geisteseisseenschaften yang
diwakilioleh kelompok hermeneutika.
Bagaimana kedudukan sejarah kalau dikatakan dengan klasifikasi ilmu seperti diatas tadi?
untuk menjawab pertanyaan ini kiranya perlu ditinjau lebih jauh beberapa ciri umum dari
prosedur kerja yang biasanya ditempuh dalam ilmu (sciene).Pada dasarnya ilmu atau ilmu
pengetahuan itu dianggap paling sedikit harus menunjukan 6 ciri-ciri berikut :
1 Adanya kedasran untuk mencapai kebenaran
2 Bahwa untuk mencapai kebenaran ditempuh jalan-jalan tertentu yang sudah
disiapkan sebelumnya yang biasa disebut metode keilmuan
3 Kemudian dari kegiatan ilmiah tersebut disusun serta dihubung-hubungkan secara
sistematis (teratur) menurut cara-car tertentu.
4 Diusahakan agar sifat kegiatan ilmiah itu hasilnya menunjukan tingkat objektifitas
yang tinggi dalam arti sejauh-jauhnya meninggalkan prasangka-prasangka serta
kecenderungan-kecendrungan tertentu.
5 Bahwa hasil dari kegiatan ilmiah tersebut meliputi sekelompok kebenaran-
kebenaran umum (Generalisasi).
6 Bahwa ats dasar kebenaran-kebenran umum yang telah dirumuskan tersebut
dimungkinkan dilaksanakannya peramalan-peramalan ilmiah (prediksi) dalam
menghadapi gejala-gejala alam diwaktu yang akan datang.
Metode sejarah juga menekankan usaha mengkategorika fakta-fakta yang
secara interistik memberikan arti bagi keseluruhan peristiwa masa lampau yang
ingin dibangun seperti yang tercermin pada apa yang disebut prinsip
koligasi.Bahwa sejarah bagaimanapun bisa dianggap bersifat ilmiah dalam satu
hal yaitu bahwa sejarah merupakan suatu studi dengan metodenya sendiri yang
telah diakui dan harus dikuasai oleh siapapun yang ingin berkeahlian dibidang
itu.Berbicara masalah objektivitas misalnya dalam kegiatan kesejarahan,maka
akan timbul problema yang menyangkut bagian-bagian dari sejarah yang
subjektivitas tak bisa dihindarkan.Sebagai kelanjutan kritik sejarah,maka
sejarwan harus melalui langkah membuat interpretasi fakta-fakta sejarah dan
selanjutnya memilihnya untuk disusun dalam suatu cerita sejarah.langkah
interpretasi serta penulisan cerita sejarah inilah yang banyak hal menyangkut
kegiatan yang bersifat subjektif dari sejarawan.

2.2 Guna sejarah

Dapatkah kita belajar dari sejarah?

Sebelum kita berbicara soal guna sejarah,kiranya perlu diajukan pertanyaan prinsip terlebih
dahulu,yaitu dapatkah kita belajar dari sejarah?pertanyaan ini sebenarnya dengan sendirinya
muncul,karena seperti dijelaskan dalam beberapa uraian terdahulu peristiwa sejarah terjadi sekali
dan tidak bisa di ulangi lagi,sehingga studi sejarah pada dasarnya adalah studi khusus
(particular/unique event).Oleh karena sifat dasar dari peristiwa sejarah adalah bersifat
khusus,maka akan sulit mendapatkan pegangan-pegangan dari peristiwa sejarah yang bisa
digunakan untuk menghadapi problem masa kini dan masa yang akan datang seperti yang biasa
dilakukan di lingkungan ilmu-ilmu alamiah.

Sejalan dengan diakuinya peran generalisasi dalam sejarah,meskipun sifatnya terbatas bila
dibandingkan dengan generalisasi dalam ilmu-ilmu alamiah,maka prediksi (peramalan) sebagai
kelanjutan dari usaha menggeneralisasi,dianggap juga bisa memberikan perspektif dalam
sejarah.Maksudnya,meskipun banyak sejarawan menegaskan,bahwa sejarah tak mungkin
membuat peramalan,tapi mengutip kembali kata-kata Blok,dia melihat bahwa di samping sifat
keterbatasan dari sejarah untuk memprediksikan yang akurat,namun masih dianggap mampu
memberikan pengertian yang lebih baik bagi masa kini yang menjadi landasan bagi harapan
mencapai masa depan yang lebih baik.Tegasnya sejarawan ini tetap yakin akan kemungkinan
sejarah member pegangan dalam kita menghadapi masa kini dan masa yang akan datang.

Dengan dasar pikiran diatas ini,maka kiranya prinsip belajar dari masa lampau,bukan saja
mungkin tetapi masalah bisa dianggap fungsi penting dari belajar sejarah dalam menghadapi masa
kini dan masa yang akan datang.

Guna edukatif

Guna edukatif dari sejarah,yaitu bahwa sejarah bisa memberikan kearifan dan kebijaksanaan bagi
yang mempelajarinya ,yang dengan singkat dirumuskan oleh Bacon “histories make man
wise”.atas dasar ini pula bisa ditunjukan bahwa sejarah yang mengarahkan perhatiannya terutama
pada masa lampau,tidak bisa lepas dari kemasakinian,karena semangat yang sebenarnya dari
kepentingan mempelajari sejarah ialah nilai kemasakiniannya.

Menyadari guna edukatifbdari sejarah berarti menyadari makna dari sejarah sebagai masa lampau
yang penuh arti,yang selanjutnya berarti bahwa kita bisa memungut dari sejarah nilai-nilai berupa
ide-ide maupun konsep-konsep kreatif sebagai sumber motivasi bagi pemecahan masalah-masalah
kita masa kini dan selanjutnya untuk merealisir harapan-harapan dimasa yang akan datang.
Guna Inspiratif

Belajar sejarah, disamping untuk mengambil ide-ide maupun konsep-konseo yang langsung
berguna bagi pemecahan masalah masa kini, dianggap juga penting untuk mendapatkan inspirasi
dan semangat bagi mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa. Makna inspiratif dari sejarah
dengan sangat tepat tercermin pada serangkaian kalimat yang di ukir pada pintu keluar Museum
Sejarah Perjuangan Nasional Mexico di Mexico city, yaitu :
“We leave the museum behind, but not history, because history continuous with our life. The
motherland is a continuity, and we are all labourers toiling for its greatness. Out of the fast we
receive the strength recuired for the present, out of the fast we receive the purpose and the
encouragement for the future. Let us then realize the responsibilities for freedom. In order to
deserve more and more the honour of being Mexican.” ( kita meninggalkan meseom, akan tetapi
tidak menggalkan sejarah , oleh karena sejarah berjalan terus dengan penghidupan kita. Tanah
tumpah darah merupakan suatu kelangsungan, dan kita semua adalah karyawan yang bekerja
untuk kebesarannya dari jaman lampau kita menerima kekutan yang di butuhkan untuk jaman
sekarang dari jaman lampau kita menerima niat dan dorongan buat hari depan, marilah kita
menyadari rasa tanggung jawab yang bersangkutan dengan kemerdekaan agar kita mkin patut
menerima kehormatan bernama warga bangsa mexico.)

Guna rekreatif dan instruktif


Menurut nugroho notosusanto ada dua guna sejarah yang cukup penting, yang pertama menunjuk
kepada nilai estetis dan sejarah, terutama berupa cerita yang indah tentang tokoh atau peristiwa
sejarah, di samping juga memberikan kepuasan dalam bentuk yang diistilahkan. Sedangkan guna
instruktif dari sejarah dijelaskan oleh nugroho notosusanto sebagai fungsi sejarah dalam
menunjang bidang-bidang studi kejuruan atau keterampilan seperti navigasi, teknologi senjata,
jurnalistik, taktik militer dll.

2.3 Sejarah dalam perspektif pendidikan


Kiranya sudah sering diungkapkan, dikalangan sejarahwan maupun orang awam, bahwa sejarah
sangat penting artinya bagi pendidikan pada umumnya, pendidikan karakter bangsa pada
khususnya.namun di lain pihak kita juga sering menghadapi yang menunjukan bahwa nilai
mendidik dari sejarah keliatannya belum dihayati sebagai mana mestinya.
Pendekan cultural yang tergantung dalam pengertian pendidikan seperti ini mengacu terutama
pada pendidikan sebagai unsur pokok dari proses dasar dalam kehidupan manusia yaitu sosialisasi
dan enculturasi yang pada pokok nya adalah proses pewarisan atau menuran nilai nilai social
cultural pada individu individu anggota kelomok dalam rangka penyusaian , pengintegrasian
individu dalam kelompok.
Pendidikan adalah usaha mengembangkan daya daya manusia, maka kata kata mutuiara
dari Collingwood ini jelas menunjang pengertian itu, sebab bukankah mengembangkan daya
manusia tidak lain berarti menyadari kemampuan manusia dan bukankah kita baru tau
kemampuan kita apabila kita telah melakukan sesuatu atau tegasnya dari apa yang telah kita
lakukan atau secara lebih luas nya dari masa lampau kita.
Dengan demikian , dengan singkat bisa dikatakan bahwa kesadaran sejarah yang menyangkut
Kondisi ke jiwaan yang menunjukan tingkat penghayatan pada makna dan hakekat sejarah bagi
masa kini dan masa yang akan datang, menjadi dasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah
Dalam prespektif pendidikan.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi,apabila kita berbicara tentang sejarah,kita biasanya segera akan menghubungkan nya
Dengan ceritera,yaitu ceritera tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang
lampau.bahwasanya sejarah adalah hakekatnya sebuah ceritera kiranya tidak bisa di
sangka lagi.

Anda mungkin juga menyukai