Anda di halaman 1dari 13

Makalah Etika Bisnis

Kasus Pelanggaran Etika Bisnis yang dilakukan oleh PT Siemens Indonesia terhadap
Karyawannya

Kelompok 5

Komang Ayu Ratih Indah Sari (03)

Dewa Gede Saka Wiguna (10)

Ni Luh Putu Anggy Aprianti (11)

Ida Bagus Danu Brahmantara (33)

Putu Ayu Ovelia Nikita (34)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Universitas Mahasaraswati

Tahun Akademik 2020/2021


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kami kesempatan
serta kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang di
tentukan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini
dengan baik.

Kami mengucapkan syukur kepada Ida Sang Hyang widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Etika Bisnis mengenai Kasus Pelanggaran Etika Bisnis yang
dilakukan oleh PT Siemens Indonesia terhadap karyawannya.

Saya selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya bisa menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
Bahasa Indonesia kami Bapak Untung yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini  bermanfaat. Terima kasih.


Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelanggaran etika banyak terjadi di mana-mana, contohnya dalam dunia bisnis. Kasus
pelanggaran dalam etika bisnis menjadi hal yang wajar pada masa kini, sering kita menyaksikan
berita di televisi atau saat membaca koran ada saja berita tentang pelanggaran etika yang
dilakukan oleh pembisnis yang mengabaikan etika, rasa keadilan, kurang terpuji dan tidak
bertanggung jawab. Seharusnya sebagai pengusaha menerapkan etika – etika yang baik dalam
bisnis sudah menjadi tanggung jawab. Karena etika bisnis sendiri sebagai batas – batas antara
perilaku yang baik dan buruk dari berwirausaha.

1.2 Tujuan

1. Memahami lebih dalam mengenai etika bisnis


2. Memahami tujuan dan manfaat adanya etika bisnis di dalam suatu perusahaan
3. Untuk mengetahui hal – hal apa saja yang memicu terjadinya pelanggaran terhadap
etika bisnis pada kasus yang dibahas
4. Mencari solusi untuk mencegah dan mengurangi terjadinya pelanggaran etika bisnis
untuk kasus yang dibahas

1.3 Ruang Lingkup

Makalah ini mencakup mengenai dampak dari pelanggaran yang dilakukan pebisnis atau
pengusaha terhadap masyarakat umum, khusunya pekerja dan para konsumen.

1.4 Metodologi

Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini yaitu meninjau informasi
melalui sumber media informasi internet mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis adalah prinsip-prinsip moral yang dijadikan sebagai pedoman atau panduan untuk
bisnis yang sedang dijalankan. Sehingga, seluruh aspek yang berkaitan dengan bisnis tersebut
dapat menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma, dan perilaku yang adil, baik,
sehat, serta professional, baik bagi seluruh orang di dalam perusahaannya, klien, mitra kerja,
pemegang saham, pelanggan dan masyarakat luas. Dalam dunia bisnis, kita pasti akan mengenal
istilah etika bisnis. Banyak orang yang sangat setuju bahwa etika bisnis memang perlu dimiliki
oleh setiap bisnis. 

Selain itu, etika bisnis dan profesi juga memiliki kaitan yang erat satu sama lain. Karena etika
bisnis dapat dijadikan sebagai pedoman yang sama untuk diterapkan pada individu dalam bekerja
dan berperilaku sesuai dengan kaidah norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam tempat
kerjanya. Oleh karena itu, setiap individu yang terjun ke dalam dunia bisnis atau fokus pada
profesinya harus membaca dan memahami makalah etika bisnis serta materi etika bisnis yang
mungkin dimiliki masing-masing organisasi dan perusahaan. Tujuannya agar individu dapat
memahami etika bisnis yang diterapkan tempat kerjanya masing-masing. 

2.2 Tujuan dan Manfaat Etika Bisnis

1. Tujuan Etika Bisnis dalam Tingkat Pribadi (Personal). 

Pada tingkat pribadi, etika bisnis diterapkan dengan tujuan untuk tidak
menyalahgunakan properti orang lain. Selain itu, ini juga bertujuan agar organisasi atau
perusahaan akan menepati janji dalam memperluas manfaat bisnis mereka kepada
masyarakat sekitar dan tidak mencari keuntungan yang instan dengan melanggar norma-
norma dan nilai-nilai yang berlaku. 

2. Tujuan Etika Bisnis dalam Tingkat Kebijakan Internal Organisasi. 

Pada tingkatan ini, etika bisnis membantu organisasi atau perusahaan untuk
mempraktikkan bisnis mereka secara adil, terutama dalam berurusan dengan karyawan
dan para pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, etika bisnis juga bertujuan untuk
membantu organisasi dan perusahaan dalam memiliki komunikasi yang terbuka dan lebih
baik di semua tingkatan. Dengan komunikasi yang terjalin dengan baik, para karyawan
akan terdorong untuk memberikan produktivitas yang lebih baik dan mau menjalani
segala kebijakan internal yang berlaku. 

3. Tujuan Etika Bisnis dalam Tingkat Sosial. 

Tujuan ketiga dalam etika bisnis adalah membantu organisasi atau perusahaan untuk
memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi, sehingga ini menjadi perhatian utama
bagi organisasi bisnis. Beberapa contoh dari tujuan etika bisnis ini seperti, menjaga
lingkungan agar tetap bersih, berhati-hati dalam menggunakan sumber daya alam yang
langka dan memastikan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat dan orang-orang
penting yang terlibat. 

4. Tujuan Etika Bisnis dalam Tingkat Pemangku Kepentingan. 

Memiliki serta menerapkan etika bisnis juga bertujuan untuk menjaga hubungan kita
dengan para pemangku kepentingan seperti, pemegang saham, pelanggan, pemasok
barang, karyawan, bank dan lembaga keuangan, pemerintah dan semua pihak lain yang
terhubung dengan organisasi atau perusahaan kita.

Adapun manfaat etika bisnis untuk perusahaan

1. Beberapa manfaat yang biasa didapatkan dari etika bisnis bagi perusahaan diantaranya
yaitu:
2. Dapat Meningkatkan Kredibilitas Perusahaan
3. Perusahaan Dapat Menjelaskan Bagaimana Menilai Tanggung Jawab Sosialnya
4. Dapat Menyediakan Perusahaan Atau Dunia Bisnis Kemungkinan Untuk Mengatur
Dirinya Sendiri
5. Dapat Meningkatkan Daya Saing Perusahaan
6. Dapat Meningkatkan Kepercayaan Investor Pada Perusahaan
7. Dapat Membangun Citra Positif Perusahaan

2.3 Pemicu terjadinya pelanggaran etika bisnis

1. Mementingkan Urusan dan Keperluan Pribadi


2. Tekanan Persaingan Terhadap Keuntungan (laba) Perusahaan
3. Pertentangan antara Nilai Perusahaan dengan Pengusaha

2.4 Pembahasan Kasus PHK tanpa pesangon yang dilakukan PT. Siemens Indonesia
terhadap karyawannya Stephen Michael Young.

Salah satu contoh kasus tentang pelanggaran etika adalah kasus PHK sepihak yang menimpa
Mantan karyawan PT Siemens Indonesia, Stephen Michael Young. Stephen telah bekerja selama
13 tahun secara terus menerus tanpa putus, namun dia tidak diakui sebagai karyawan tetap oleh
perusahaan tersebut. Pada tanggal 30 September 2011 perusahaan melakukan
pemutusan/pengakhiran hubungan kerja (PHK) terhadap stephen tanpa pemberitahuan, tanpa
alasan, tanpa adanya kesalahan, dan tanpa adanya penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial. Bukan hanya itu, gajinya juga tidak dibayar. Oleh karena itu
Stephen Michael Young menggugat  perusahaan tempatnya bekerja, Gugatan itu didaftarkan 
No: 85/PHI.G/2012/PN. JKT.PST tertanggal 14 Mei 2012 di Pengadilan Hubungan Industrial di
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat.

1. Analisa teori

PHK seringkali disamakan dengan pemecatan secara sepihak oleh perusahaan


terhadap pekerja karena kesalahan pekerjanya, sehingga kata PHK terkesan negatif.
Padahal, pada kenyataannya PHK tidak selalu sama dengan pemecatan. Dalam UU No
13/2003, Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan
pengusaha . PHK dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara sukarela dan tidak sukarela.
PHK sukarela merupakan pemutusan hubungan kerja yang diajukan oleh pekerja
(pengunduran diri) tanpa adanya paksaan atau intimidasi dan disetujui oleh pihak
perusahaan.

PHK tidak sukarela terdiri dari: (1) PHK oleh perusahaan baik karena kesalahan
pekerja itu sendiri maupun karena alasan lain seperti kebijakan perusahaan; (2)
Permohonan PHK oleh pekerja ke LPPHI (Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial) karena kesalahan pengusaha; (3) PHK karena putusan hakim dan (4) PHK
karena peraturan perundang-undangan.

Dalam suatu kejadian PHK, kedua pihak sama-sama merugi. Pekerja merugi karena
kehilangan mata pencaharian, dan perusahaan merugi karena kehilangan aset sumber
daya manusia serta kehilangan modal yang telah dikeluarkan untuk recruitment dan
peningkatan kompetensi pekerja (pelatihan dan pendidikan). Karenanya, untuk dapat
melakukan analisis etika PHK, pertama-tama kita harus memiliki sudut pandang yang
netral mengenai PHK itu sendiri.

Untuk PHK tidak sukarela, etika menjadi lebih kompleks karena ada salah satu pihak
yang tidak menyetujuinya. Dalam makalah ini, PHK tidak sukarela yang akan dibahas
adalah jenis pertama, yaitu PHK oleh perusahaan. Terdapat bermacam-macam alasan
PHK, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: pertama, karena
pekerja (melakukan kesalahan berat atau melanggar peraturan perusahaan); kedua, karena
perusahaan (pailit, merugi atau melakukan efisiensi); ketiga PHK yang tidak bisa
dihindarkan (selesainya kontrak, pekerja sakit, meninggal dunia atau memasuki masa
pensiun).

2. Analisa sekaligus pandangan penulis terhadap Kasus menurut prinsip etika bisnis

Dalam etika bisnis terdapat lima prinsip yaitu:

1. Pertama, otonomi. Perusahaan dapat bertindak secara etis apabila memiliki kebebasan
dan kewenangan penuh untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai virtue/nilai-
nilai yang dianggapnya baik. Dalam hal ini PT Siemens memutuskan hubungan kerjanya
dengan S Michael Young secara sepihak tanpa ada persetujuan maupun pertimbangan
antara kedua belah pihak
2. Kedua, kejujuran. Kejujuran berkaitan dengan syarat-syarat perjanjian kontrak dan
berkaitan dengan hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan. Seharusnya PT Siemens
Indonesia menegaskan apa status M ichael, apakah sebagai karyawan magang atau sudah
sebagai karyawan tetap.
3. Ketiga, prinsip keadilan. Prinsip ini menuntut semua orang agar diperlakukan sama
sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional, objektif dan
dapat dipertanggung jawabkan. PT Siemens Indonesia jelas sudah bersikap tidak adil
terhadap karyawannya yang telah berdedikasi selama 13 tahun kepada perusahaan
tersebut dengan melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak dan tidak
memberika uang pesangon dan prosedur lainnya dalam melakukan PHK
4. Keempat, prinsip saling menguntungkan. Pada kasus tersebut jelas bahwa pihak
karyawan merasa tidak diuntungkan karena tindakan yang dilakukan kepadanya. Selama
13 tahun berdedikasi dan ternyata dianggap bukan sebagai karyawan tetap, tentu saja hal
tersebut berpengaruh pada karir pekerja tersebut. Sementara perusahaan tidak mengalami
atau merasakan kerugian dengan melakukan PHK
5. Kelima, prinsip integritas moral. Hal tersebut jika dibiarkan terjadi dan pekerja yang
mengalami hal tersebut akan semakin banyak. Tentu saja hal tersebut akan merembet
pada perekonomian masyarakat kita.

Dalam hal pekerja melakukan kesalahan berat dan melanggar peraturan perusahaan, maka
perusahaan berhak dan wajib untuk melakukan PHK. Menurut egoisme etis, adalah baik dan etis
bahwa perusahaan membela dirinya kalau diserang atau dirugikan oleh pegawai. Perusahaan
memiliki hak secara legal untuk memutuskan hubungan kerja karena pekerja melanggar
kontrak/perjanjian kerja. Perusahaan memiliki hak secara moral untuk menegakkan nilai-nilai
yang dianggapnya baik, dan mengeluarkan pekerja yang tidak menghormati nilai-nilai tersebut.
Perusahaan bahkan wajib melakukan PHK terkait hak pekerja untuk diperlakukan sama. Maksud
dari pernyataan tersebut adalah bahwa terdapat paham keadilan legal (Aristoteles) khususnya
dalam perusahaan, setiap orang berhak mendapat perlakuan hukum yang sama, sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Berdasar atas keadilan ini, maka perusahaan tidak boleh
mengistimewakan karyawannya dan secara hukum setiap individu karyawan harus diperlakukan
sama. Jika ada pegawai yang melakukan pelanggaran berat dan perusahaan tidak melakukan
PHK, maka perusahaan telah mengistimewakan pegawai tersebut dan mendiskriminasikan
pegawai dengan melanggar hak pegawai yang lain untuk diperlakukan sama. Di sisi lain, secara
hukum, pekerja tersebut harus diperlakukan dengan asas praduga tak bersalah sampai terbukti
sebaliknya, dan berhak untuk diproses dengan sah secara hukum.

Dalam hal perusahaan yang melakukan PHK tanpa ada kesalahan pekerja, dapat dilihat dari dua
teori etika yaitu :

Menurut etika deontologi dan menurut etika teleologi. Menurut etika deontologi, tindakan
PHK oleh perusahaan bukanlah tindakan yang baik secara moral bagi pegawai karena
membuat mereka kehilangan hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Sedangkan
menurut etika teleology, tindakan PHK itu baru dapat dinilai baik buruknya setelah diketahui
tujuan dari PHK itu sendiri. Etika Utilitarisme maupun kebijaksanaan bisnis sama-sama
bersifat teleologis, hal ini berarti bahwa keduanya selalu mengacu pada tujuan dan
mendasarkan baik-buruknya suatu keputusan berdasarkan tujuan/akibat/hasil yang akan
diperoleh . Hal ini berarti bahwa,dari sudut pandang utilitarisme, PHK dapat diterima apabila
tujuannya baik, walaupun dengan cara yang tidak baik (PHK). Contoh, jika dengan
melakukan pemutusan hubungan kerja 50% karyawan dapat menyelamatkan kondisi
perusahaan dan dapat menjaga keberlangsungan kerja 50% karyawan sisanya, maka menurut
etika utilitarisme hal ini adalah baik. Tetapi, jika tujuan karyawan mem-PHK 50%
karyawannya untuk mengurangi cost dan mendapatkan untung sebesar-besarnya, maka
menurut utilitarisme, hal ini tidaklah baik karena hanya menguntungkan perusahaan dan
melanggar prinsip “ mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin
orang”. Kelemahan pandangan ini adalah hak sekelompok minoritas tertentu dikorbankan
demi kepentingan pihak mayoritas, yang secara moral, hal ini bukanlah nilai yang utama.

Ketika perusahaan melakukan PHK, perusahaan tetap harus melakukan tanggung jawabnya yaitu
tanggung jawab legal, tanggung jawab moral dan tanggung jawab sosial. Secara legal,
perusahaan harus mengikuti peraturan yang berlaku seperti misalnya harus memperoleh
penetapan Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI), dan wajib
membayar uang pesangon (UP) dan atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang
penggantian hak (UPH) yang seharusnya diterima yang dihitung berdasarkan upah karyawan dan
masa kerjanya.

Namun, dalam kasus PHK sepihak yang menimpa Mantan karyawan PT Siemens Indonesia yaitu
Stephen Michael Young, pihak PT Siemens Indonesia yang diwakili kuasa hukumnya menolak
dalil yang disampaikan penggugat dalam gugatannya yang dinilai tidak logis dan keliru.
Dikatakan bahwa dalil tentang selama masa kerja penggugat di tergugat telah melewati batas 3
tahun, kemudian oleh penggugat dianggap sebagai karyawan tetap, adalah sesuatu yang keliru.
Sebab, meski hubungan kerja antara penggugat dan tergugat menggunakan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT), bukan berarti harus tunduk pada ketentuan PKWT, sebagaimana diatur
dalam UU Ketenagakerjaan. Hal itu, mengingat perjanjian dimaksud berdasarkan kesepakatan
bersama, dan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan Indonesia. Oleh karena itu,
menurut dalil tergugat, berdasarkan perjanjian kerja dan peraturan UU Ketenagakerjaan, maka
PT Siemens Indonesia (tergugat) tidak pernah memiliki kewajiban hukum apapun. Baik untuk
pemberitahuan, peringatan/teguran, uang pesangon, uang penghargaan maupun uang
penggantian hak sebagaimana dituntut Stephen Michael Young.

3. Solusi untuk mengurangi kasus – kasus serupa


1. Pemilik perusahaan atau pengusaha harus dibekali dengan ilmu – ilmu bisnis yang
matang, khususnya etika dalam berbisnis
2. Sebelum melamar pekerjaan, sangat penting mengetahui perusahaan yang akan
dituju, baik itu dari segi citra, pengalaman perusahaan, sampai dengan pandangan
masyarakat terhadap perusahaan tersebut
3. Calon pekerja yang ingin melamar pekerjaan dari awal sudah harus mengetahui pasti
bagaimana perjanjian – perjanjian kerja yang akan disepakati bersama
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Etika bisnis adalah prinsip-prinsip moral yang dijadikan sebagai pedoman atau panduan
untuk bisnis yang sedang dijalankan. Sehingga, seluruh aspek yang berkaitan dengan
bisnis tersebut dapat menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma, dan
perilaku yang adil, baik, sehat, serta professional, baik bagi seluruh orang di dalam
perusahaannya, klien, mitra kerja, pemegang saham, pelanggan dan masyarakat luas.
Dalam dunia bisnis, kita pasti akan mengenal istilah etika bisnis. Banyak orang yang
sangat setuju bahwa etika bisnis memang perlu dimiliki oleh setiap bisnis. 

Menurut kami, kejadian yang dialami oleh S. Michael Young tersebut sangat melanggar
etika bisnis. Hal tersebut karena Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak yang
dilakukan oleh PT Siemens Indonesia melanggar prinsip yang dimiliki etika bisnis.
Prinsip tersebut diantaranya, prinsip keadilan, prinsip saling menguntungkan. Hal tersebut
sangatlah tidak adil bagi Stephen Michael Young, karna mengingat dia telah berdedikasi
terhadap perusahaan selama 13 tahun. Dimana pengabdian selama 13 tahun bukanlah
waktu yang sebentar. Seorang karyawan yang merupakan sumber daya manusia pada
sebuah perusahaan merupakan aset yang sangat penting untuk berjalannya perusahaan
haruslah dijaga dan diperhatikan hak – hak dan kewajiban yang mereka miliki sebagai
seorang karyawan.

3.2 Saran

Jadilah pengusaha yang bertanggung jawab, berpengetahuan, dan beretika yang baik.
Karena banyak pengusaha yang berhasil sukses, namun sering melupakan moral – moral
sosial dan etika – etika yang seharusnya diindahkan.
Daftar Pustaka

1. Nur Fitriani, Devi. 2015. “KASUS PHK PERUSAHAAN (PT


SIEMENS INDONESIA)”, https://devinurfitrianisite.wordpress.com/2017/03/03/kasus-
phk-perusahaan-pt-siemens-indonesia/, diakses pada 20 Februari 2021 pukul 16.30

2. -----. 2008. “Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)”. http://hukumpedia.com

3. -----. 2007. ”ETIKA DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA”,


https://bukusaku.wordpress.com/

4. Setiawan, Samhis, 2021. ““Etika Bisnis” Pengertian & ( Tujuan – Manfaat – Prinsip –
Contoh )”, https://www.gurupendidikan.co.id/etika-bisnis/, diakses pada 1 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai