Anda di halaman 1dari 16

591 Fivi Oktawulandari: Pengaruh Faktor-Faktor Indidual...

Pengaruh Faktor-Faktor Individual Dan Budaya Etis Organisasi Terhadap


Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi
(Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi di Perguruan Tinggi Kota Padang)

Fivi Oktawulandari
(Alumni Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UNP, e-mail:vie.poupey@gmail.com)

Abstract
This study aims to obtain empirical evidence about the extent of the influence individual factors (emotional
intelligence, spiritual intelligence, locus of control (LoC), equity sensitivity) and organizational ethical culture
to the ethical attitude of accounting students in Padang city. This research study classified the causative.
Population of this research are accounting students in Padang city Samples are selectedbased on purposive
sampling method. There are 287 accounting students from 4 colleges in Padang city participated in this
research. Methods ofdata collectionused questionnaire. Statistical analysis used multiple regression. The result
of this study indicate (1)emotional intelligence has positive and significant on the ethical attitude of accounting
students (2) spiritual intelligence has positive and significant on the ethical attitude of accounting students (3)
locus of control has positive and significant on the ethical attitude of accounting students (4) equity sensitivity
has positive and significant on the ethical attitude of accounting students (5) organizational ethical culture has
positive and significant on the ethical attitude of accounting students.

Keywords: Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, Locus of control, Equity Sensitivity, Organizational
ethical culture, ethics.

1. Pendahuluan keputusan, terutama keputusan moral.


Universitas sebagai lembaga Karena mahasiswa merupakan elemen
pendidikan tinggi harus siap menghadapi masyarakat yang mempunyai tingkat
tantangan global, agar dapat mewujudkan intelektualitas yang tinggi dan mempunyai
lulusan yang mampu bersaing di ranah independensi yang bebas dari kepentingan,
global. Perguruan tinggi harus mampu oleh karena itu pembentukan sikap dan
menjadi institusi yang berwawasan luas perilaku etis mahasiswa sangat penting
serta memiliki sumber daya berstandar Menurut Reiss & Mitra dalam
internasional. Untuk itu perlu adanya Lucyanda (2012), untuk mempelajari
perubahan pola pikir perguruan tinggi perilaku dari para pemimpin di masa depan
menjadi pola pikir yang mengikuti dapat dilihat dari perilaku mahasiswa
perubahan, yang berorientasi pada sekarang. Perilaku mahasiswa perlu diteliti
penciptaan perilaku etis dan budaya untuk mengetahui sejauhmana mereka
organisasi yang lebih dinamis, produktif, akan berperilaku etis atau tidak di masa
dan kompetitif. yang akan datang, agar dapat membantu
Pendidikan tinggi akuntansi yang manajemen perusahaan untuk
diselenggarakan di perguruan tinggi mengembangkan cara-cara mengurangi
ditujukan untuk mendidik mahasiswa agar masalah-masalah yang akan timbul di
dapat bekerja sebagai seorang akuntan masa yang akan datang saat mereka telah
profesional yang memiliki pengetahuan di bekerja.
bidang akuntansi. Proses ketika saat Salah satu hal untuk mewujudkan hal
menjadi mahasiswa sangat berpengaruh tersebut adalah dengan sikap etis di
besar dan merupakan waktu yang tepat perguruan tinggi yang mampu mendukung
dalam pembentukan karakter dan dan menyiapkan mahasiswa menjawab
kepribadian mereka karena ketika di tantangan dan mengisi era globalisasi saat
hadapkan dalam dunia kerja, mereka akan ini. Menurut Griffin dalam Tikollah dkk
di sibukan dengan rutinitas pekerjaan dan (2006), sikap dan perilaku etis merupakan
sudah harus siap dalam mengambil segala sikap yang sesuai dengan norma-norma
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 592

sosial yang diterima secara umum locus of control eksternal, itu berarti
sehubungan dengan tindakan-tindakan bahwa ia percaya akan kekuatan
yang bermanfaat dan yang membahayakan. lingkungan sekitarnya dalam
Robins dalam Ustadi dan Utami mengendalikan nasibnya. Sebaliknya,
(2005), yang termasuk dalam perilaku locus of control internal menggambarkan
individual seseorang yaitu salah satunya kemampuan seseorang menghadapi
kepribadian, termasuk diantaranya ancaman yang timbul dari lingkungannya.
kecerdasan emosional, kecerdasan Penentuan persepsi ini sangat
spiritual, locus of control, dan equity mempengaruhi seseorang dalam
sensitivity. berperilaku. Keyakinan dengan bekerja
Kecerdasan emosional yaitu yang baik akan membawa hasil yang baik
kecerdasan yang memberikan rasa empati, pula. Seseorang yang mempunyai locus of
cinta, motivasi, dan kemampuan control yang baik mampu untuk
menanggapi kesedihan atau kegembiraan berperilaku etis, begitu sebaliknya.
secara tepat (Zohar dan Marshall, 2002). Faktor individul berikutnya yaitu
Kecerdasan emosional merupakan equity sensitivity, merupakan suatu
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang persepsi seseorang terhadap keadilan
dalam memotivasi diri, ketahanan dalam dengan membandingkan antara inputs dan
menghadapi kegagalan, mengendalikan outcomes yang diperoleh dari orang lain
emosi, dan menunda kepuasan serta (Ustadi & Utami, 2005). Equity sensitivity
mengatur keadaan jiwa. Dengan menjelaskan perbedaan perilaku etis dan
kecerdasan emosional tersebut seseorang tidak etis yang disebabkan oleh karakter
dapat menempatkan emosinya pada porsi individual. Seseorang dapat saja bertindak
yang tepat, memilah kepuasan, dan dengan cara yang berbeda untuk
mengatur suasana hati yang nantinya akan mengembalikan equity. Karakteristik
berpengaruh pada sikap etis seseorang. individual yang berbeda dapat
Selanjutnya, kecerdasan spiritual menimbulkan perilaku yang berbeda pula
adalah kecerdasan yang memberikan dalam memandang suatu keadilan.
kemampuan untuk melihat nilai positif Seseorang yang professional untuk
dalam setiap masalah dan kearifan untuk dapat mengerti dan sensitif akan adanya
menangani masalah. Tikollah dkk (2006) masalah-masalah etika dalam profesinya
menyatakan bahwa kecerdasan emosional, dipengaruhi oleh lingkungan budaya
dan kecerdasan spiritual tak terpisahkan dimana seseorang itu berada, salah satunya
dalam kehidupan seseorang. Oleh karena dalam budaya etis organisasi. Menurut
itu dalam upaya pembentukan dan Schein dalam Falah (2007), Budaya etis
pengembangan sikap maka kecerdasan organisasi adalah standar yang memandu
tersebut saling melengkapi. Kecerdasan adaptasi eksternal dan internal
emosional dan spiritual ini bisa organisasi. Budaya dalam sebuah
menentukan seseorang berperilaku etis organisasi bertindak sebagai mekanisme
atau tidaknya dengan dapat memahami dan alasan yang masuk akal serta kendali yang
mengenali diri sendiri. menuntun dan membentuk sikap dan
Dalam menghasilkan suatu sikap etis perilaku orang-orang yang berada
yang baik dilihat juga pada persepsi didalamnya. Dalam menciptakan budaya
seseorang terhadap siapa yang menentukan organisasi yang etis, suasana etis sebuah
nasibnya yaitu locus of control. Menurut organisasi akan mempengaruhi perilaku
Robbins (2011), locus of control (pusat etis seseorang. Pada dasarnya budaya etis
pengendalian) mengarah pada kemampuan organisasi bisa mempengaruhi perilaku etis
seorang individu dalam mempengaruhi seseorang melalui lingkungan organisasi
kejadian yang berhubungan dengan itu sendiri.
hidupnya. Bila seseorang mempunyai
593 Fivi Oktawulandari: Pengaruh Faktor-Faktor Indidual...

Fenomena yang terjadi pada masalah spiritual dan gender belum mempengaruhi
etika dalam akuntansi adalah menyangkut perilaku etis.
masalah kepercayaan masyarakat terhadap Penelitian Nugrahaningsih (2005)
profesi akuntan dalam melaksanakan yang menemukan bukti bahwa auditor
tugasnya sebagai akuntan. Masalah etika dengan equity sensitivity cenderung
utama yang sering muncul dilingkungan berperilaku lebih etis. Dalam penelitian
kuliah yaitu 1) menyontek pada waktu yang dilakukan Hunt dan Vitell dalam
ujian, 2) menyalin tugas atau kasus yang Wibowo (2007), menyatakan bahwa
dikerjakan oleh mahasiswa lain, dan 3) budaya etis organisasi salah satu faktor
tidak memberikan kontribusi yang yang mempengaruhi pengambilan
memadai dalam tugas kelompok. Hal keputusan etis. Budaya etis organisasi
inilah yang akan dirubah agar bisa merupakan suatu gabungan dari nilai-nilai
berperilaku etis didunia kerja, apalagi etis individu para manajer dengan
mahasiswa akuntansi ini akan berpotensi kebijakan informal dan formal atas etika
untuk berprofesi sebagai akuntan. organisasi.
Kasus pelanggaran etika lainnya Douglas (2001) menegaskan bahwa
yang melibatkan pegawai Direktorat budaya etis organisasi memiliki pengaruh
Jendral Pajak Kementrian Keuangan yang kuat terhadap pemikiran dan perilaku
Gayus Tambunan yang terungkap pada etis orang-orang yang berada didalam
tahun 2010, dalam kasus mafia pajak, perusahaan. Budaya etis organisasi akan
hukum, dan pemalsuan paspor. Aksi Gayus memandu orang-orang yang berada dalam
ini turut melibatkan sejumlah oknum dari perusahaan ketika membuat penilaian dan
berbagai institusi, mulai dari kepolisian, pertimbangan-pertimbangan secara etis
kejaksaan, pengadilan, bahkan institusi dalam melaksanakan pekerjaannya.
tempat Gayus bekerja, yaitu Direktorat Untuk dapat meningkatkan perilaku
Jendral Pajak. Gayus memperoleh uang etis pada seseorang, faktor-faktor yang
senilai Rp 100 Miliar atas penyimpangan terkait pada perilaku etis perlu dilakukan
yang dilakukannya dan diteliti kembali untuk mendapatkan
(www.hukumonline.com). Semenjak hasil yang baik. Hal ini bisa dilihat dari
diangkatnya kasus Gayus tersebut, banyak fenomena yang telah terjadi, yang mana
bermunculan kasus kecurangan dan masih banyak para mahasiswa dan akuntan
pelanggaran etika yang terjadi di yang tidak berperilaku etis dalam
pemerintahan Indonesia hingga saat ini. menjalankan tugasnya.
Berbagai penelitian relevan tentang Berdasarkan uraian diatas dan
etika dan perilaku etis, diantaranya yang penelitian yang telah dilakukan
telah dilakukan oleh Ustadi dan Utami sebelumnya yang menunjukkan hasil yang
(2005) mengenai analisis faktor individual berbeda-beda dan tidak konsistennya hasil
terhadap perilaku etis mahasiswa, penelitian, maka peneliti ingin menguji
menjelaskan bahwa individu yang kembali faktor-faktor yang mempengaruhi
memiliki internal LoC cenderung perilaku etis tersebut dan menambahkan
berperilaku etis dibandingkan individu variabel diluar faktor individual. Faktor-
dengan eksternal LoC. faktor individual yang diteliti adalah
Penelitian yang dilakukan oleh kecerdasan emosional, kecerdasan
Lucyanda (2012) tentang faktor yang spiritual, locus of control, dan equity
mempengaruhi perilaku etis mahasiwa sensitivity, serta budaya etis organisasi.
akuntansi, menunjukkan hasil bahwa Dalam penelitian ini penulis juga
hanya kecerdasan emosional yang memperluas sampel penelitian.
berpengaruh terhadap perilaku etis
mahasiswa akuntansi. Sedangkan locus of
control, equity sensitivity, kecerdasan
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 594

2. Telaah Literatur Dan Perumusan termasuk kejujuran, integritas,


Hipotesis keandalan dan kesetiaan.
2.1 Etika dan Perilaku Etis b. Rasa hormat (respect), termasuk nilai
Etika dalam bahasa latin adalah kesopanan, kepatutan, penghormatan,
“ethica” yang berarti falsafah moral. Dari toleransi, dan penerimaan.
asal usul kata, etika berasal dari bahasa c. Tanggung jawab (responsibility), berarti
Yunani, yaitu Ethos yang berarti adat tanggung jawab terhadap tindakan yang
istiadat/kebiasaan yang baik. Etika dilakukannya dan memberikan batasan.
merupakan suatu prinsip moral dan d. Kewajaran (fairness), termasuk
perbuatan yang menjadi landasan bertindak keadilan dalam mengatasi masalah.
seseorang sehingga apa yang dilakukannya e. Kepedulian (caring), berarti secara
dipandang masyarakat sebagai perbuatan tulus memperhatikan kesejahteraan
terpuji dan meningkatkan martabat dan orang lain termasuk berperilaku empati
kehormatan seseorang (Munawir 2005). f. Kewarganegaraan (citizenship),
Istilah etika dilihat dalam kamus besar termasuk mematuhi hukum dan
bahasa Indonesia (2013) memilki tiga arti, menjalankan norma yang telah
yang salah satunya adalah nilai mengenai ditetapkan.
benar atau salah yang dianut suatu Jika berbicara tentang perilaku dan
golongan atau masyarakat. keinginan untuk mengubah perilaku atau
Barten (2007) merumuskan menciptakan perilaku yang diinginkan,
pengertian etika kepada tiga pengertian: pertama-tama yang perlu diketahui adalah
a. Etika digunakan dalam pengertian nilai- hal-hal apa saja yang mempengaruhi
nilai dan norma-norma moral yang perilaku tersebut dan seberapa kuat
menjadi pegangan bagi seseorang atau pengaruh itu (Utami, 2005). Faktor-faktor
suatu kelompok dalam mengatur individual terbukti merupakan faktor yang
tingkahnya. signifikan untuk memprediksi perilaku etis
b. Etika merupakan kumpulan asas atau seseorang (Reis dan Mitra, 1998). Bahkan
nilai moral atau kode etik. menurut Reis, faktor individual merupakan
c. Etika merupakan ilmu yang faktor yang paling berpengaruh terhadap
mempelajari tentang suatu hal yang baik perilaku etis seseorang.
dan buruk. Ada lima prinsip etika professional
Etika meliputi suatu proses akuntan yang harus diterapkan pada
penentuan yang kompleks tentang apa seluruh anggota yang memiliki karir
yang seharusnya dilakukan sseorang dalam sebagai akuntan yang dikutip dari buku
situasi tertentu yang disifati oleh Arens (2012) sebagai berikut:
kombinasi dari pengalaman dan 1. Integritas.
pembelajaran masing- masing individu 2. Objektivitas
(Ward et al, dalam Tikollah, 2006). Keraf 3. Kompetensi professional dan
(1998) menjelaskan, secara umum etika kecermatan.
dibagi atas etika umum dan etika khusus. 4. Kerahasiaan
Etika profesi menekankan tuntutan 5. Perilaku profesional
terhadap profesi seseorang sehubungan
dengan keahlian dan komitmen moral 2.2 Kecerdasan Emosional
seperti tanggung jawab, keseriusan, Kecerdasan emosional (EQ)
disiplin, dan integritas moral (Hastuti, merupakan kemampuan untuk mengenali
2007). perasaan diri sendiri dan perasaan orang
Adapun Enam nilai etika utama lain, memotivasi diri sendiri, ketahanan
menurut Josephson institute, dalam (Arens, dalam menghadapi kegagalan,
2012): mengendalikan emosi dan menunda
a. Dapat dipercaya (trustworthiness), kepuasan serta mengelola emosi diri
595 Fivi Oktawulandari: Pengaruh Faktor-Faktor Indidual...

sendiri dan dengan orang lain (Goleman, Lebih lanjut dijelaskan, bahwa emosi
2005). Kecerdasan emosional merupakan manusia berada di wilayah dari perasaan
kemampuan lebih yang dimiliki lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan
seseorang dalam memotivasi. sensasi emosi yang apabila diakui dan
Terdapat empat variabel yang dihormati, kecerdasan emosional akan
mempengaruhi perilaku individual yaitu menyediakan pemahaman yang lebih
karakter biografis, kemampuan, mendalam dan lebih utuh tentang diri
kepribadian, dan pembelajaran. sendiri dan orang lain.
Kepribadian merupakan organisasi dinamis Menurut Goleman (2005), secara
didalam masing-masing sistem psikosifik konseptual kerangka kerja kecerdasan
yang menetukan penyesuaian unik emosional meliputi dimensi-dimensi
terhadap lingkungannya, dalam sebagai berikut:
kepribadian ini termasuk diantaranya, a. Kemampuan mengenali emosi diri atau
kecerdasan emosional, kecerdasan kesadaran diri (self awareness)
spiritual, locus of control, equity sensitivity b. Mengelola emosi atau pengaturan diri
dan ethical sensitivity. (Robins dalam (self management)
Ustadi dan Utami, 2005). c. Memotivasi diri sendiri (motivation)
Dari pendapat para ahli diatas dapat d. Mengenali emosi orang lain atau empati
diambil kesimpulan bahwa etika (social awareness)
merupakan seperangkat peraturan/norma e. Kemampuan dalam membina hubungan
yang mangatur dan panutan bagi manusia dengan orang lain (relationship
dalam berperilaku sehingga dapat management).
ditentukan mana perilaku yang etis dan
tidak etis, dimana etis atau tidak etisnya 2.3 Kecerdasan Spiritual
seseorang dalam berperilaku ditentukan Kecerdasan spiritual adalah
oleh karakter biografis, kemampuan, kecerdasan untuk menghadapi dan
kepribadian dan pembelajaran. diri, memecahkan persoalan makna dan nilai,
ketahanan dalam menghadapi kegagalan, yaitu menempatkan perilaku dan hidup
mengendalikan emosi, dan menunda manusia dalam konteks makna yang lebih
kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. luas dan kaya, serta menilai bahwa
Dengan kecerdasan emosional tersebut tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
seseorang dapat menempatkan emosinya bermakna dibandingkan dengan yang lain
pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, (Zohar dan Marshal, 2002).
dan mengatur suasana hati. Kecerdasan spiritual disimbolkan
Cooper dan Sawaf dalam Lucyanda sebagai teratai diri yang menggabungkan
(2012) mendefinisikan kecerdasan tiga kecerdasan dasar manusia (rasional,
emosional sebagai kemampuan merasakan, emosional dan spiritual), tiga pemikiran
memahami, dan secara efektif (seri, asosiatif dan penyatu), tiga jalan
menerapkan daya dan kepekaan emosi dasar pengetahuan (primer, sekunder, dan
sebagai sumber energi, informasi, koneksi tersier) dan tiga tingkatan diri (pusat-
dan pengaruh yang manusiawi. Lebih transpersonal, tengah-asositif & inter
lanjut dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi personal dan pinggiran-ego personal).
menuntut seseorang untuk belajar Dengan demikian, kecerdasan spiritual
mengakui, menghargai perasaan diri berkaitan dengan unsur pusat dari bagian
sendiri dan orang lain serta menanggapinya diri manusia yang paling dalam menjadi
dengan tepat dan menerapkan secara pemersatu seluruh bagian diri manusia
efektif energi emosi dalam kehidupan lain.
sehari-hari. Kecerdasan emosional sebagai Menurut Zohar dan Marshal (2002),
komponen yang membuat seseorang indikator dari SQ mencakup:
menjadi pintar menggunakan emosinya.
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 596

a. Kemampuan untuk bersikap fleksibel internal umumnya memiliki tanggung


b. Adanya tingkat kesadaran diri yang jawab terhadap tindakan yang
tinggi dilakukannya. Sedangkan seseorang
c. Kemampuan untuk menghadapi dan dengan locus of control eksternal meyakini
memanfaatkan penderitaan yang bahwa kejadian-kejadian yang terjadi
dialami dalam hidupnya dipegaruhi oleh takdir dan
d. Kemampuan untuk menghadapi dan keberuntungan, sehingga seseorang dengan
melampaui rasa sakit locus of control eksternal cenderung untuk
e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi melimpahkan tanggung jawab atas
dan nilai-nilai tindakan yang dilakukannya pada faktor
f. Kecenderungan untuk berpandan gan luar dirinya.
holistic Menurut Rotter dalam Rian (2012)
g. Memiliki kemudahan untuk bekerja dan terdapat tiga indikator utama dalam locus
berinteraksi melawan konvensi of control.yaitu:
a. Kepercayaan akan adanya takdir.
2.4 Locus of Control b. Kepercayaan diri.
Locus of control merupakan konsep c. Usaha/kerja keras.
yang pertama kali dikemukakan oleh
Rotter (1996). Locus of control adalah 2.5 Equity Sensityvity
cara pandang seorang terhadap suatu Equity merupakan keadilan yang
peristiwa apakah dia dapat atau tidak dirasakan oleh seseorang dengan orang
dapat mengembalikan sesuatu yang terjadi lain (Sashkin & Williams, 1990). Equity
padanya (Rotter, 1996). Jones dan theory mengemukakan bahwa seseorang
Kavanag (1996) menjelaskan Locus of membandingkan rario outcomes dan inputs
control tentang persepsi seseorang yang dimilikinya dengan orang lain (Adam
terhadap siapa yang menentukan nasibnya. 1963, dalam Nugrahaningsih 2005). Bila
Menurut Myers (2012) locus of rasio tersebut dipandang tidak samam,
control adalah sejauh mana orang maka timbul inequity lalu inequity tersebut
merasakan hasil sebagai sesuatu yang memicu timbulnya distress dan kemudian
dikendalikan secara internal oleh usaha orang tersebut mencoba mengurangi
mereka sendiri atau eksternal oleh distress dengan mengembalikan equity.
kebetulan atau kekuatan diluar dirinya. Karakteristik individual yang berbeda
Reis dan Mitra (1998) membagi dapat menimbulkan perilaku yang berbeda
orientasi locus of control menjadi dua, pula dalam memandand suatu keadilan.
yaitu: internal locus of control adalah cara Equity sensitivity mencoba menjelaskan
pandang individu bahwa segala hasil yang perbedaan perilaku etis dan tidak etis yang
di dapat, baik atau buruk adalah karena disebabkan oleh perilaku diri sendiri.
tindakan, perilaku, dan kerja keras dari Equity sensitivity merupakan suatu
individu itu sendiri. External locus of persepsi seseorang terhadap keadilan
control adalah cara pandang individu dengan membandingkan antara inputs dan
dimana segala hasil yang didapat, baik atau outcomes yang diperoleh dari orang
buruk berada di luar kontrol diri mereka lain,(Ustadi & Utami, 2005). Equity
dan disebabkan karna faktor luar, seperti sensitivity menjelaskan perbedaan perilaku
keberuntungan, kesempatan dan takdir. etis dan tidak etis yang disebabkan oleh
Hastuti (2007) menjelaskan bahwa karakter individual (Fauzi, 2001). Homans
seseorang dengan locus of control internal dalam Ustadi dan Utami (2005),
meyakini bahwa apa yang terjdi pada menemukakan bahwa seseorang
dirinya merupakan konsekuensi dari membandingkan rasio input dan outcome
tindakan yang dia lakukan sendiri, yang dimilikinya dengan rasio input dan
sehingga orang dengan Locus of control outcome yang diterima orang lain. Bila
597 Fivi Oktawulandari: Pengaruh Faktor-Faktor Indidual...

rasio itu dipandang tidak sama, maka yang bersifat umum. Adapun nilai-nilai
timbul inequity. Lalu memicu timbulnya personal mulai dikembangkan pada saat
distress dan kemudian orang tersebut awal kehidupan, seperti halnya
mencoba mengurangi distress dengan kepercayaan pada umumnya tersusun
mengembalikan equity. dalam sistem hirarki dengan sifat-sifat
Seseorang dapat saja bertindak yang dapat dijelaskan dan diukur, serta
dengan cara yang berbeda untuk konsekuensi-konsekuensi perilaku yang
menegembalikan equity. Karakteristik dapat diamati (Douglas, 2001). Persepsi
individual yang berbeda dapat terhadap budaya organisasi didasarkan
menimbulkan perilaku yang berbeda pula pada kondisi-kondisi yang dialami
dalam memandang suatu keadilan.Equity seseorang dalam organisasinya, seperti
sensitivity mencoba menjelaskan perbedaan penghargaan, dukungan, dan perilaku yang
perilaku etis dan tidak etis yang disebabkan diharapkan diperoleh di organisasi.
oleh karakteristik individual. Menurut Falah (2007), indikator
Ciri-ciri individu yang memiliki dalam budaya etis organisasi yaitu:
equity sensitivies adalah (Ustadi dan Utami, a. Gaya kepemimpinan atasan
2005): b. Hukuman atas tindakan/perilaku
a. Memiliki keseimbangan antara input tidak etis dalam organisasi akan
dan outcome memperbaiki diri dan bersikap etis.
b. Tanggung jawab terhadap pekerjaan c. Kompromi atas perilaku tidak etis
c. Bangga dengan pekerjaan yang ditekuni tidak dibenarkan

2.6 Budaya Etis Organisasi 2.7 Hipotesis Penelitian


Budaya etis organisasi adalah standar 2.7.1 Hubungan Kecerdasan Emosional
yang memandu adaptasi eksternal dan Terhadap Perilaku Etis
internal organisasi (Schein dalam Wibowo, Mahasiswa Akuntansi
2007). Budaya etis organisasi dibentuk Kecerdasan emosional merupakan
salah satunya dari nilai-nilai yang kemampuan lebih yang dimiliki seseorang
berkembang dalam organisasi dan pada dalam memotivasi diri, ketahanan dalam
akhirnya akan memberi identitas yang jelas menghadapi kegagalan, mengendalikan
pada organisasi tersebut, memudahkan emosi, dan menunda kepuasan serta
berkembangnya komitmen bersama, mengatur keadaan jiwa (Goleman, 2005).
mendorong stabilitas sistem sosial, dan Dengan kecerdasan emosional tersebut
membentuk perilaku dengan membantu seseorang dapat menempatkan emosinya
anggota organisasi menyadari keadaan pada porsi yang tepat, dapat memotivasi
sekelilingnya. Budaya menjalankan diri dalam berperilaku etis dan mengatur
sejumlah fungsi dalam organisasi. suasana hati dengan lebih baik.Penelitian
Untuk mengenal dan mengetahui Tikollah dkk (2006) membuktikan bahwa
budaya etis organisasi diperlukan adanya kecerdasan emosional memiliki peran yang
sosialisasi bagi para individu.Sosialisasi penting dalam menunjang perilaku
sebagai proses dimana individu-individu seseorang, dimana keceerdasan emosional
dibentuk oleh lingkungan sosial dimana merupakan dasar untuk mengembangkan
mereka menjadi anggota yang utuh. kecakapan emosi yang dipelajari
Sosialisasi mempunyai peran yang penting berdasarkan kecerdasan emosi tersebut.
dalam organisasi profesional seperti Kecerdasan emosional dapat
akuntan publik, dimana perilaku karyawan berpengaruh terhadap perilaku etis
maupun output kinerja yang diharapkan seseseorang karena dengan memiliki
dapat terukur. kecerdasan emosional yang memadai maka
Budaya organisasi pada intinya seseorang dapat mengelola emosinya
merupakan sebuah sistem dari nilai-nilai dengan lebih baik. Dengan demikian,
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 598

seseorang lebih dapat mempertimbangkan merasa. Kecerdasan spiritual membawa


apakah suatu tindakan itu etis atau tidak seseorang pada apa yang tidak diketahui
untuk dilakukan. dan pada apa yang mungkin kemudian
Jadi dapat disimpulkan, dengan membuat seseorang menghasratkan
memiliki kecerdasan emosional seorang motivasi-motivasi yang lebih tinggi dan
mahasiswa atau akuntan dapat memperluas membuatnya bertindak dengan motivasi-
gagasan tentang sikap atau perilaku etis motivasi ini.
dan pemikiran yang strategis. Kecerdasan Kecerdasan spiritual memiliki peran
emosional dibutuhkan untuk penting dalam bersikap dan membawa
mengendalikan ego diri seseorang dengan seseorang pada apa yang tidak diketahui
mampu mengelola emosi, bersosialisasi menjadi mungkin untuk diketahui. Dengan
dengan lingkungan tempat kerjanya, serta kecerdasan spiritual memungkinkan
mampu menghadapi tekanan dalam dunia lahirnya wawasan dan pemahaman untuk
kerja dengan emosi yang stabil, maka menemukan makna akan keberadaan
seseorang tersebut akan memiliki seseorang, tempat bertindak, berpikir dan
pertimbangan yang lebih komprehensif merasakan sesuatu. Maka timbullah bila
dalam bersikap dan berperilaku sehingga mana seseorang ingin bertindak etis dan
akan bersikap dan berperilaku etis. Dengan tidak etis dalam kehidupannya.
demikian seseorang yang memiliki Jadi dapat disimpulkan, selaku
Kecerdasan emosional akan lebih makhluk Tuhan seseorang berkewajiban
mengenali perasaan dirinya sendiri dan melakukan tindakan tindakan yang benar
mampu mengendalikan perasaanya, juga dan baik berdasarkan hati nurani yang
lebih bisa menempatkan emosinya pada dimiliki setiap orang. Sehingga fungsi dari
porsi yang tepat. kecerdasan ini adalah sebagai dasar untuk
Berdasarkan teori diatas dan mempetimbangkan suatu tindakan etis atau
penelitian sebelumnya maka hipotesis tidak untuk dilakukan karena wujud dari
penelitian ini adalah: kecerdasan spiritual ini adalah sikap moral
H1: Kecerdasan emosional berpengaruh yang dipandang luhur oleh pribadi
signifikan positif terhadap perilaku seseorang. Kecerdasan spritual
etis Mahasiswa akuntansi di Kota mengajarkan setiap orang untuk dapat
Padang. mengekspresikan dan memberi makna
pada setiap tindakannya, sehingga jika
2.7.2 Hubungan Kecerdasan Emosional ingin menampilkan perilaku yang baik
Terhadap Perilaku Etis maka dibutuhkan kecerdasan spritual.
Mahasiswa Akuntansi Seorang mahasiswa atau akuntan yang
Kecerdasan spiritual adalah memiliki kecerdasan spritual yang baik
kecerdasan untuk menghadapi dan akan mempunyai rasa moral dan dapat
memecahkan persoalan makna dan nilai, menyesuaikan diri dengan aturan sesuai
yaitu menempatkan perilaku dan hidup dengan apa kata hatinya sehingga akan
manusia dalam konteks makna yang lebih berperilaku sesuai norma dan peraturan.
luas dan kaya, serta menilai bahwa Berdasarkan teori di atas dan
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih penelitian sebelumnya maka hipotesis
bermakna dibandingkan dengan yang lain, penelitian ini adalah:
(Zohar dan Marshal, 2002). Kecerdasan H2: Kecerdasan spiritual berpengaruh
spiritual memungkinkan seseorang dapat signifikan positif terhadap perilaku
mengetahui bagaimana dirinya dan etis Mahasiswa akuntansi di Kota
memungkinkan lahirnya wawasan dan Padang.
pemahaman untuk beralih dari sisi dalam
ke permukaan keberadaan seseorang,
tempat seseorang bertindak, berpikir, dan
599 Fivi Oktawulandari: Pengaruh Faktor-Faktor Indidual...

2.7.3 Hubungan Locus Of Control tidak akan melakukan tindakan yang


Terhadap Perilaku Etis curang untuk meningkatkan outcome yang
Mahasiswa Akuntansi ia inginkan. Penelitian Husement et al
Salah satu faktor internal yang (1987) menunjukkan bahwa perilaku
empengaruhi seorang mahasiswa akuntansi individu dipengaruhi oleh equity
untuk berperilaku etis dan tidak etis adalah sensitivity.
locus of control. Locus of control Berdasarkan keterangan di atas maka
merupakan cara pandang seseorang hipotesis penelitian ini :
terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat H4: Equity sensitivity berpengaruh
atau tidak dapat mengendalikan (control) signifikan positif terhadap perilaku
peristiwa yang terjadi padanya (Rotter etis Mahasiswa akuntansi di Kota
1966). Padang.
Seorang mahasiswa akuntansi dalam
melaksanakan tugas profesionalnya 2.7.5 Hubungan Budaya Etis Organisasi
dipengaruhi oleh locus of control, dimana Terhadap Perilaku Etis
hal ini berkaitan dengan dengan Mahasiswa Akuntansi
kepercayaan akan adanya takdir, Douglas (2001) menegaskan bahwa
kepercayaan diri, dan usaha/ kerja keras budaya etis organisasi memiliki pengaruh
dari akuntan itu sendiri. Mahasiswa yang kuat terhadap pemikiran dan perilaku
akuntansi yang tidak percaya akan takdir etis orang-orang yang berada di
dalam mencapai sesuatu yang ia inginkan, dalam perusahaan. Budaya etis organisasi
dan bekerja keras dalam menjalankan akan memandu orang-orang yang berada
tugasnya akan cenderung berperilaku etis dalam perusahaan ketika membuat
dalam melaksanakan tugas profesionalnya. penilaian dan pertimbangan-pertimbangan
Berdasarkan teori diatas dan secara etis dalam melaksanakan
penelitian sebelumnya maka hipotesis pekerjaannya. Budaya etis ini mempunyai
penelitian ini adalah: pengaruh yang signifikan terhadap
H3: Locus of control berpengaruh pertimbangan etis dan tanggung jawab
signifikan positif terhadap perilaku sosial dalam bisnis, dimana budaya etis
etis Mahasiswa akuntansi di Kota bertindak sebagai mekanisme alasan yang
Padang masuk akal (sense-making) serta kendali
yang menuntun dan membentuk sikap dan
2.7.4 Hubungan Equity Senstivity perilaku karyawan.
Terhadap Perilaku Etis Dengan demikian budaya etis
Mahasiswa Akuntansi organisasi sangat penting dan berperan
Mahasiswa akuntansi dengan penting bagi kemajuan sebuah organisasi.
equity sensitivies, merupakan individu Bahkan institusi yang memiliki budaya
yang menggambarkan keseimbangan organisasi yang kuat akan memperoleh
antara inputs dan outcomes, sehingga keberhasilan untuk mencapai total quality
berada di tengah- tengah antara benevolent management dibandingkan organisasi yang
dan entitleds. Individu ini memilki sifat memiliki budaya organisasi yang lemah.
yang tidak suka menuntut haknya serta Untuk konteks perguruan tinggi, budaya
memilki tanggung jawab yang besar organisasi memberikan pengaruh pada
terhadap apa yang ia kerjakan serta tidak kepuasan kerja dosen, karyawan dan
membandingkan apa yang ia terima dengan mahasiswa. Seseorang yang berperilaku etis
apa yang diperoleh oleh orang lain, dalam budaya organisasi akan bertanggung
sehingga dengan sifat equity sensitivies jawab dalam menjalankan tugasnya dan
yang dimiliki oleh seorang akuntan akan dapat memberikan energy yang positif bagi
mendorong akuntan memiliki tanggung orang-orang yang berada disekitarnya.
jawab terhadap tugas profesionalnya serta
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 600

Berdasarkan teori diatas maka Instrument (ESI) yang dikembangkan oleh


hipotesis penelitian ini adalah: Husemen et al. (1987) dan diadopsi dari
H5: Budaya etis organisasi berpengaruh penelitian Ustadi dan Utami (2005).
signifikan positif terhadap perilaku etis Variabel budaya etis organisasi diukur
mahasiswa akuntansi. dengan dengan 5 pertanyaan oleh hunt dkk
(1989) dan dikembangkan oleh Falah
3. Metode Penelitian (2007).
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 3.5 Uji Asumsi Klasik
mahasiswa program studi akuntansi pada 3.5.1 Uji Normalitas
perguruan tinggi yang ada diPadang, Uji normalitas digunakan untuk
dengan sampel 4 Universitas di Kota mengetahui model statistik yang akan
Padang, yang menjadi responden sebanyak digunakan. Uji normalitas digunakan untuk
287 mahasiswa akuntansi. mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam 3.5.2 Uji Heterokedastisitas
penelitian ini adalah data subjek. Uji heteroskedastisitas bertujuan
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini untuk menguji apakah dalam suatu model
adalah data primer. regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual pengamatan ke pengamatan
3.3 Teknik Pengumpulan Data lainnya.
Pengumpulan data dari penelitian ini
dilakukan dengan menyabar kuesioner 3.5.3 Uji Multikolinearitas
(angket). Kuesioner diantar langsung Uji Multikolinearitas digunakan untuk
kepada responden. mengetahui apakah terjadi korelasi yang
kuat di antara variabel-variabel independen
3.4 Variabel Penelitian dan yang diikutsertakan dalam pembentukan
Pengukuran Variabel model. Untuk mendeteksi apakah model
Variabel perilaku etis diukur dengan regresi linier mengalami multikolinearitas
kuisoner yang terdiri dari 5 item dapat diperiksa menggunakan Variance
pertanyaan yang berupa kasus dilemma Inflation Factor (VIF).
etis, dengan skala likert 1 sampai 5.
Intrumen untuk mengukur perilaku etis ini
menggunakan pertanyaan yang diadopsi 3.6 Teknik Analisis Data
dari penelitian Lucyanda (2012). Teknik analisis data menggunakan
Variabel kecerdasan emosional analisis deskriptif dan metode analisis
diukur dengan instrument yang diadopsi menggunakan analisis regresi berganda,
dari penelitian Lucyanda (2012), terdiri koefisien determinasi (adjusted R2), uji F,
dari 10 pertanyaan dengan skala likert 1 dan uji t.
sampai 5. Variabel kecerdasan spiritual
diukur dengan 7 item pertanyaan yang 3.7 Definisi Operasional
diadopsi dari penelitian Lucyanda (2012) 3.7.1 Perilaku Etis
dengan skala likert 1 Perilaku etis merupakan sikap dan
sampai 5. perilaku yang sesuai dengan norma-noma
Variabel locus of control diukur sosial yang diterima secara umum
menggunakan instrument Work Locus of sehubungan dengan tindakan-tindakan
Control yang digunakan dalam penelitian yang bermanfaat atau membahayakan.
Ryan (2012). Variabel equity sensitivity
diukur menggunakan Equity Sensitivity
601 Fivi Oktawulandari: Pengaruh Faktor-Faktor Indidual...

3.7.2 Kecerdasan Emosional 0,779 dengan signifikan 0,579. Berarti data


Kecerdasan emosional adalah dapat dinyatakan berdistribusi normal dan
kecerdasan untuk menggunakan emosi bisa dilanjutkan untuk diteliti lebih lanjut.
sesuai dengan keinginan, kemampuan Hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel
untuk mengendalikan emosi sehingga 1 (lampiran).
memberikan dampak yang positif bagi diri Uji Heterokedastisitas model regresi
sendiri maupun orang lain. yang digunakan dalam penelitian ini
terbebas dari heteroskedastisitas dan hasil
3.7.3 Kecerdasan Spiritual ini dapat dilihat pada tabel 2 (lampiran).
Kecerdasan spiritual adalah Berdasarkan tabel 3 (lampiran) diperoleh
kecerdasan yang berasal dari dalam hati, nilai VIF untuk masing-masing variabel
menjadikan kita kreatif ketika kita bebas kurang dari 10 dan tolerance value
dihadapkan pada masalah pribadi, dan berada di atas 0,10.
mencoba melihat makna yang terkandung
di dalamnya, serta menyelesaikannya 4.1 Hasil Penelitian
dengan baik agar memperoleh ketenangan Dari pengolahan data statistik,
dan kedamaian hati. diperoleh persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut:
3.7.4 Locus Of Control
Locus of control adalah konsep yang PE= 0,348+0,114X1EQ+0,137X2SQ+
menjelaskan tentang persepsi seseorang 0,103X3Loc+0,172X4Equity+0,17
terhadap siapa yang menetukan nasibnya. 4X5Budaya etis.

3.7.5 Equity Sensitivity Berdasarkan tabel 4 (lampiran)


Equity sensitivity merupakan suatu besarnya Adjusted R Square adalah 0,220.
persepsi seseorang terhadap keadilan Hal ini mengindikasi bahwa kontribusi
dengan membandingkan inputs dan variabel kecerdasan emosional, kecerdasan
outcomes yang diperoleh dari orang lain. spiritual, locus of control, equity sensitivity
dan budaya etis organisasi terhadap
3.7.6 Budaya Etis Organisasi perilaku etis mahasiswa akuntansi sebesar
Budaya etis organisasi merupakan 22% sedangkan 78% lagi ditentukan oleh
pandangan luas tentang persepsi karyawan variabel lain diluar model. yang tidak
padatindakan etis pimpinan yang menaruh terdeteksi dalam penelitian ini.
perhatian pentingnya etika di perusahaan Uji F dilakukan untuk menguji apakah
danakan memberikan penghargaan ataupun secara bersama-sama variabel independen
sangsi atas tindakan yang tidak bermoral. mampu menjelaskan variabel dependen
secara baik atau untuk menguji apakah
4. Hasil Analisis Data Dan Pembahasan model yang digunakan telah fix atau tidak.
Jumlah kuesioner yang bisa diolah Hasil pengolahan data uji F menunjukkan
dalampenelitian ini adalah sebanyak 276 nilai F = 16,471 dan signifikan pada level
kuesioner dari 287 buah kuesioner yang 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
disebar. Responden terdiri dari 93 orang persamaan regresi yang diperoleh dapat
mahasiswa akuntansi laki-laki dan 183 diandalkan atau model yang digunakan
orang mahasiswa akuntansi perempuan. sudah fix. (tabel 5) (lampiran)
Responden pada umumnya adalah Uji t dilakukan untuk mengetahui
mahasiswa yang tengah berada pada seberapa besar pengaruh variabel
semester >VI sebanyak 93,33%. independen terhadap variabel dependen
Hasil Uji Asumsi Klasik yaitu hasil secara parsial. Patokan yang digunakan
uji normalitas menyatakan nilai adalah dengan membandingkan nilai
Kolmogorov- Smirnov Smirnov sebesar singnifikan yang dihasilkan dengan alpha
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 602

0,05 atau dengan membandingkan thitung signifikan positif terhadap perilaku etis
dengan ttabel. Berdasarkan tabel 6 mahasiswa akuntansi. Secara keseluruhan
(lampiran). responden dalam penelitian ini memiliki
Dapat dilihat untuk variabel persepsi positif terhadap etika profesi
kecerdasan emosional adalah 2,091 akuntansi, sehingga hampir seluruh
thitung> ttabel yaitu 2,091>1,652 (sig responden memiliki perilaku yang etis
0,037< 0,05). Hal ini menujukkan bahwa meskipun kadarnya berbeda dari masing
kecerdasan emosional berpengaruh individu berdasarkan faktor individual
signifikan positif terhadap perilaku etis yang dimilikinya.
mahasiswa akuntansi, dengan demikian
hipotesis pertama diterima. Kecerdasan 5.2 Keterbatasan
spiritual adalah 2,148 t hitung> t tabel 1. Dari model penelitian yang digunakan
yaitu 2,148>1,652 (sig 0,033 < 0,05). Hal diketahui bahwa variabel penelitian
ini menujukkan bahwa kecerdasan spiritual yang digunakan hanya dapat
berpengaruh signifikan positif terhadap menjelaskan sebesar 22% sedangkan
perilaku etis mahasiswa akuntansi, dengan sisanya 78% ditentukan oleh faktor lain
demikian hipotesis kedua diterima. locus yang tidak dimasukkan dalam model
of control adalah 2,067 t hitung> t tabel penelitian ini.
yaitu 2,067>1,652 (sig 0,040< 0,05). Hal 2. Penelitian ini hanya dilakukan di 4
ini menujukkan bahwa locus of control Universitas di kota Padang yaitu:
berpengaruh secara signifikan positif mahasiswa akuntansi yang terdaftar
terhadap perilaku etis mahasiswa pada Universitas Negeri Padang,
akuntansi, dengan demikian hipotesis Universitas Putra Indonesia “YPTK”,
ketiga diterima Universitas Andalas, dan Universitas
Untuk variabel equity sensitivity t Bung Hatta di kota Padang. Oleh karena
itu, kesimpulan pada penelitian ini
hitung> t tabel yaitu 2,181 >1,652 dengan
belum tentu dapat digeneralisasi
nilai β 0,172, dengan (sig 0,030 < 0,05).
kepopulasi mahasiswa yang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa equity
sensitivity berpengaruh signifikan positif
terhadap perilaku etis mahasiswa 5.3 Saran
Berdasarkan pada pembahasan dan
akuntansi, dengan demikian hipotesis
keempat diterima. Variabel budaya etis kesimpulan di atas, maka peneliti
menyarankan bahwa:
organisasi Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah
a. Penelitian ini terbatas pada empat faktor
1,652 Nilai thitung untuk variabel budaya
individual yang mempengaruhi perilaku
etis organisasi (X5) adalah 2,534. Dengan etis mahasiswa akuntansi saja, yang
demikian dapat diketahui bahwa t hitung> t hanya memiliki kontribusi 22% dalam
tabel yaitu 2,534>1,652 (sig 0,012< 0,05) mempengaruhi perilaku etis walaupun
dengan nilai β 0,174. Hal ini menujukkan semua variabel yang di uji hipotesisnya
bahwa budaya etis organisasi berpengaruh diterima semua. Untuk penelitian
signifikan positif terhadap perilaku etis selanjutnya dapat dilakukan pada faktor
mahasiswa akuntansi, dengan demikian lain yang dapat mempengaruhi perilaku
hipotesis kelima diterima. etis mahasiswa akuntansi.
b. Diantara variabel yang diteliti pada
5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan penelitian ini masih terdapat beberapa
Saran item pada kuesioner dimana TCR
5.1 Kesimpulan yang diperoleh masih pada kategori
Kecerdasan emosional, kecerdasan cukup atau nilai TCR masih rendah.
spiritual, locus of control, equity sensitivity Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
dan budaya etis organisasi berpengaruh untuk lebih menyempurnakan lagi item
603 Fivi Oktawulandari: Pengaruh Faktor-Faktor Indidual...

pertanyaan yang akan diajukan. Jones, G.E and M. J. Kavanag, 1996. An


c. Temuan penelitian ini berguna bagi para Exprimental Examination of the
akuntan pendidik tentang pentingnya Effects of Individual and Situational
pengajaran nilai-nilai etis sejak dini Faktors on Unethical Behavioral
bagi mahasiswa akuntansi, seharusnya Intentions in the Workplace, Journal
pada jurusan akuntansi diadakan mata of Business Ethics, Vol. 15: 511-523
kuliah khusus etika profesi akuntan agar KBBI online (2013). Kamus Besar Bahasa
mahasiswa lebih memahami lagi etika Indonesia. [online] tersedia pada
profesi tersebut. (www.pusatbahasa.diknas.go.
id/kbbi/, diakses 8 Desember 2013).
Daftar Pustaka Keraf, A. S. (1998). Etika Bisnis:
Arens A., Randal J. Elder, Mark S. Membangun Citra Bisnis Sebagai
Beasley dan Amir A. J, 2012. Jasa Profesi Luhur. Yokyakarta: Kartisius
Audit dan Assurance: Pendekatan Lucyanda, J., & Endro, G. (2012).
Terpadu (Adaptasi Indonesia), Jilid Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
I, Penerbit Salemba Empat: Jakarta Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi
Bertens K. 2007. Etika. Gramedia Pustaka Universitas Bakrie. Media Riset
Utama: Jakarta. Akuntansi, Vol. 2 No. 2: 2088-2106.
Douglas P. C, Ronald A. Davidson dan B. Munawir. 2005. Auditing Modern. Edisi
N Shwartz. 2001. “The Effect of ke 5. Yogyakarta : BPFE.
Organizational Cultuter and Ethical Myers, David. Psikologi Sosial.
Orientation on Accountants Ethical Terjemahan oleh Aliya
Judgements”, Journal of Business Tusyani,dkk.2012. Jakarta: Salemba
Ethics 34, pp. 101 – 121. Empat.
Falah, Syaikhul. (2007). Pengaruh Bidaya Nugrahaningsih, P. (2005). Analisis
Etis Organisasi dan Orientasi Etika Perbedaan Perilaku Etis Auditor di
Terhadap Sensitivitas Etika. Kantor Akuntan Publik dalam Etika
Proceeding Simposium Nasional Profesi (Studi terhadap Peran
Akuntansi X Unhas Makassar: 1-32. Faktor- faktor individual: Locus of
Febrianty. 2010. Pengaruh Gender, Locus Control, Lama Pengalaman Kerja,
Of Control, Intellectual Capital Dan Gender, dan Equity Sensitivity).
Ethical Sensitivity Terhadap Proceeding Simposium Nasional
Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi Akuntansi VIII Solo: 617-630.
Pada Perguruan Tinggi, Jurnal Reiss, C dan Mitra, K, 1998, The Effects
Ilmiah Orasi Bisnis, Edisi Ke-IV, of Individual Difference Factors on
November 2010. the Acceptability of Ethical and
Goleman, D. (2005). Kecerdasan Emosi Unethical Workplace Behaviors.
untuk Mencapai Puncak Prestasi. Journal of Business Ethics, Vol.
Edisi Keenam. PT Gramedia Putaka 17, No. 14 (Oct., 1998), pp. 1581-
Utama, Jakarta. Diterjemahkan oleh 1593
Alex Tri Kuntjahyo Widodo Ryan, Widarma E. 2012. Pengaruh Locus
dari Working with Emotional of Control terhadap Hubungan
Intellegience, Partisipasi Anggaran dan Budgetary
1999. slack. Skripsi tidak diterbitkan.
Hastuti. S (2007). Perilaku Etis Universitas Negeri Padang
Mahasiswa dan Dosen Ditinjau dari Robbins, S. P., & Judge, T. A.
Faktor Individual Gender dan Locus (2011).Organizational Behavior.13th
of Control. Jurnal Riset Ekonomi dan Edition. US: Prentice Hall.
Bisnis, Vol 7, No 1, 1Maret 2007: Rotter, J. (1966). Generalizet
58-73 Expentancies for Internal versus
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 604

Exsternal Locus of Control


Reinforcement. Pscohology
Monokgrahs: General and Applied,
80 Whole No.609
Tikollah, M. R., Triyuwono, I., &
Ludigdo, U. (2006) Pengaruh
Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Emosional, dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap
Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi
(Studi pada Perguruan Tinggi
Negeri di Kota Makasar Provinsi
Sulawesi Selatan). Proceeding
Simposium Nasional Akuntansi IX
Padang: 1-25.
Ustadi, N. H., & Utami, R. D (2005).
Analisis Perbedaan Faktor-Faktor
Individual Terhadap Persepsi
Perilaku Etis Mahasiswa. Jurnal
Akuntansi dan Auditing, Volume
01/No.02/Mei: 162-18
Wibowo, B.S. Sharpehing Our Concept
And Tools. Bandung. PT Syamil
Media. 2002
Zohar, D. & Marshall. (2002). SQ:
MemanfaatkanKecerdasan Spiritual
dalam Berpikir Holistik untuk
Memaknai Kehidupan. Cetakan
kelima. Mizan,
Bandung.Diterjemahkan oleh Rahmi
Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan
Ahmad Baiquni dari SQ: Spiritual
intellegience-The Ultimate
Intelligence. dal-penyuapan-
pajakbfontbr-kantor- akuntan-as
http://www.hukumonline.com/berita/b
aca/
hol3732/fontsize1colorff0000bs
kan
605 Fivi Oktawulandari: Pengaruh Faktor-Faktor Indidual...

LAMPIRAN
Tabel 1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize d
Residual
N 276
a Mean .0000000
Normal Parameters
Std. Deviation 2.69508356
Most Extreme Differences Absolute .047
Positive .031
Negative -.047
Kolmogorov-Smirnov Z .779
Asymp. Sig. (2-tailed) .579
a. Test distribution is Normal.

a
Tabel 2. Uji Heterokedastisitas Koefisien Uji Glejser Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,309 1,289 1,791 ,074
X1 ,016 ,032 ,035 ,495 ,621
X2 ,050 ,038 ,095 1,320 ,188
X3 -,010 ,030 -,024 -,346 ,729
X4 -,049 ,047 -,075 -1,046 ,296
X5 -,046 ,041 -,077 -1,128 ,260
Dependent Variable: Unstandardized Residual

Tabel 3. Uji Multikolonearitas

a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients Collinearity
Model B Statistics
Std. Error Toleranc VIF
e
1 (Constant) .348 2.166
EQ .114 .055 .720 1.390
SQ .137 .064 .702 1.424
Loc .103 .050 .733 1.365
Equity sensitivity .172 .079 .709 1.411
Budaya etis .174 .069 .791 1.264
organisasi
a. Dependent Variable: perilaku etis
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 606

b
Tabel 4 Adjusted R Square Model Summary

a. Predictors: (Constant), budaya etis organisasi,


EQ, Loc, equity sensitivity, SQ
b. Dependent Variable: perilaku etis

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .483a .234 .220 2.720

Tabel 5. Uji ANOVA

Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 609.251 5 121.850 16.471 a


.000
Residual 1997.456 270 7.398
Total 2606.707 275
a. Predictors: (Constant), budaya etis organisasi, EQ, Loc, equity sensitivity, SQ

Tabel 7. Uji t Koefisien Regresi Berganda

a
Coefficients
Unstandardized Standardi
Coefficients zed
Model B Std. Error Coefficie
Beta T Sig.
nts
1 (Constant) .348 2.166 .161 .872
EQ .114 .055 .131 2.091 .037
SQ .137 .064 .137 2.148 .033
Loc .103 .050 .129 2.067 .040
Equity sensitivity .172 .079 .138 2.181 .030
Budaya etis .174 .069 .152 2.534 .012
organisasi
a. Dependent Variable: Perilaku Etis

Anda mungkin juga menyukai