Fivi Oktawulandari
(Alumni Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UNP, e-mail:vie.poupey@gmail.com)
Abstract
This study aims to obtain empirical evidence about the extent of the influence individual factors (emotional
intelligence, spiritual intelligence, locus of control (LoC), equity sensitivity) and organizational ethical culture
to the ethical attitude of accounting students in Padang city. This research study classified the causative.
Population of this research are accounting students in Padang city Samples are selectedbased on purposive
sampling method. There are 287 accounting students from 4 colleges in Padang city participated in this
research. Methods ofdata collectionused questionnaire. Statistical analysis used multiple regression. The result
of this study indicate (1)emotional intelligence has positive and significant on the ethical attitude of accounting
students (2) spiritual intelligence has positive and significant on the ethical attitude of accounting students (3)
locus of control has positive and significant on the ethical attitude of accounting students (4) equity sensitivity
has positive and significant on the ethical attitude of accounting students (5) organizational ethical culture has
positive and significant on the ethical attitude of accounting students.
Keywords: Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, Locus of control, Equity Sensitivity, Organizational
ethical culture, ethics.
sosial yang diterima secara umum locus of control eksternal, itu berarti
sehubungan dengan tindakan-tindakan bahwa ia percaya akan kekuatan
yang bermanfaat dan yang membahayakan. lingkungan sekitarnya dalam
Robins dalam Ustadi dan Utami mengendalikan nasibnya. Sebaliknya,
(2005), yang termasuk dalam perilaku locus of control internal menggambarkan
individual seseorang yaitu salah satunya kemampuan seseorang menghadapi
kepribadian, termasuk diantaranya ancaman yang timbul dari lingkungannya.
kecerdasan emosional, kecerdasan Penentuan persepsi ini sangat
spiritual, locus of control, dan equity mempengaruhi seseorang dalam
sensitivity. berperilaku. Keyakinan dengan bekerja
Kecerdasan emosional yaitu yang baik akan membawa hasil yang baik
kecerdasan yang memberikan rasa empati, pula. Seseorang yang mempunyai locus of
cinta, motivasi, dan kemampuan control yang baik mampu untuk
menanggapi kesedihan atau kegembiraan berperilaku etis, begitu sebaliknya.
secara tepat (Zohar dan Marshall, 2002). Faktor individul berikutnya yaitu
Kecerdasan emosional merupakan equity sensitivity, merupakan suatu
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang persepsi seseorang terhadap keadilan
dalam memotivasi diri, ketahanan dalam dengan membandingkan antara inputs dan
menghadapi kegagalan, mengendalikan outcomes yang diperoleh dari orang lain
emosi, dan menunda kepuasan serta (Ustadi & Utami, 2005). Equity sensitivity
mengatur keadaan jiwa. Dengan menjelaskan perbedaan perilaku etis dan
kecerdasan emosional tersebut seseorang tidak etis yang disebabkan oleh karakter
dapat menempatkan emosinya pada porsi individual. Seseorang dapat saja bertindak
yang tepat, memilah kepuasan, dan dengan cara yang berbeda untuk
mengatur suasana hati yang nantinya akan mengembalikan equity. Karakteristik
berpengaruh pada sikap etis seseorang. individual yang berbeda dapat
Selanjutnya, kecerdasan spiritual menimbulkan perilaku yang berbeda pula
adalah kecerdasan yang memberikan dalam memandang suatu keadilan.
kemampuan untuk melihat nilai positif Seseorang yang professional untuk
dalam setiap masalah dan kearifan untuk dapat mengerti dan sensitif akan adanya
menangani masalah. Tikollah dkk (2006) masalah-masalah etika dalam profesinya
menyatakan bahwa kecerdasan emosional, dipengaruhi oleh lingkungan budaya
dan kecerdasan spiritual tak terpisahkan dimana seseorang itu berada, salah satunya
dalam kehidupan seseorang. Oleh karena dalam budaya etis organisasi. Menurut
itu dalam upaya pembentukan dan Schein dalam Falah (2007), Budaya etis
pengembangan sikap maka kecerdasan organisasi adalah standar yang memandu
tersebut saling melengkapi. Kecerdasan adaptasi eksternal dan internal
emosional dan spiritual ini bisa organisasi. Budaya dalam sebuah
menentukan seseorang berperilaku etis organisasi bertindak sebagai mekanisme
atau tidaknya dengan dapat memahami dan alasan yang masuk akal serta kendali yang
mengenali diri sendiri. menuntun dan membentuk sikap dan
Dalam menghasilkan suatu sikap etis perilaku orang-orang yang berada
yang baik dilihat juga pada persepsi didalamnya. Dalam menciptakan budaya
seseorang terhadap siapa yang menentukan organisasi yang etis, suasana etis sebuah
nasibnya yaitu locus of control. Menurut organisasi akan mempengaruhi perilaku
Robbins (2011), locus of control (pusat etis seseorang. Pada dasarnya budaya etis
pengendalian) mengarah pada kemampuan organisasi bisa mempengaruhi perilaku etis
seorang individu dalam mempengaruhi seseorang melalui lingkungan organisasi
kejadian yang berhubungan dengan itu sendiri.
hidupnya. Bila seseorang mempunyai
593 Fivi Oktawulandari: Pengaruh Faktor-Faktor Indidual...
Fenomena yang terjadi pada masalah spiritual dan gender belum mempengaruhi
etika dalam akuntansi adalah menyangkut perilaku etis.
masalah kepercayaan masyarakat terhadap Penelitian Nugrahaningsih (2005)
profesi akuntan dalam melaksanakan yang menemukan bukti bahwa auditor
tugasnya sebagai akuntan. Masalah etika dengan equity sensitivity cenderung
utama yang sering muncul dilingkungan berperilaku lebih etis. Dalam penelitian
kuliah yaitu 1) menyontek pada waktu yang dilakukan Hunt dan Vitell dalam
ujian, 2) menyalin tugas atau kasus yang Wibowo (2007), menyatakan bahwa
dikerjakan oleh mahasiswa lain, dan 3) budaya etis organisasi salah satu faktor
tidak memberikan kontribusi yang yang mempengaruhi pengambilan
memadai dalam tugas kelompok. Hal keputusan etis. Budaya etis organisasi
inilah yang akan dirubah agar bisa merupakan suatu gabungan dari nilai-nilai
berperilaku etis didunia kerja, apalagi etis individu para manajer dengan
mahasiswa akuntansi ini akan berpotensi kebijakan informal dan formal atas etika
untuk berprofesi sebagai akuntan. organisasi.
Kasus pelanggaran etika lainnya Douglas (2001) menegaskan bahwa
yang melibatkan pegawai Direktorat budaya etis organisasi memiliki pengaruh
Jendral Pajak Kementrian Keuangan yang kuat terhadap pemikiran dan perilaku
Gayus Tambunan yang terungkap pada etis orang-orang yang berada didalam
tahun 2010, dalam kasus mafia pajak, perusahaan. Budaya etis organisasi akan
hukum, dan pemalsuan paspor. Aksi Gayus memandu orang-orang yang berada dalam
ini turut melibatkan sejumlah oknum dari perusahaan ketika membuat penilaian dan
berbagai institusi, mulai dari kepolisian, pertimbangan-pertimbangan secara etis
kejaksaan, pengadilan, bahkan institusi dalam melaksanakan pekerjaannya.
tempat Gayus bekerja, yaitu Direktorat Untuk dapat meningkatkan perilaku
Jendral Pajak. Gayus memperoleh uang etis pada seseorang, faktor-faktor yang
senilai Rp 100 Miliar atas penyimpangan terkait pada perilaku etis perlu dilakukan
yang dilakukannya dan diteliti kembali untuk mendapatkan
(www.hukumonline.com). Semenjak hasil yang baik. Hal ini bisa dilihat dari
diangkatnya kasus Gayus tersebut, banyak fenomena yang telah terjadi, yang mana
bermunculan kasus kecurangan dan masih banyak para mahasiswa dan akuntan
pelanggaran etika yang terjadi di yang tidak berperilaku etis dalam
pemerintahan Indonesia hingga saat ini. menjalankan tugasnya.
Berbagai penelitian relevan tentang Berdasarkan uraian diatas dan
etika dan perilaku etis, diantaranya yang penelitian yang telah dilakukan
telah dilakukan oleh Ustadi dan Utami sebelumnya yang menunjukkan hasil yang
(2005) mengenai analisis faktor individual berbeda-beda dan tidak konsistennya hasil
terhadap perilaku etis mahasiswa, penelitian, maka peneliti ingin menguji
menjelaskan bahwa individu yang kembali faktor-faktor yang mempengaruhi
memiliki internal LoC cenderung perilaku etis tersebut dan menambahkan
berperilaku etis dibandingkan individu variabel diluar faktor individual. Faktor-
dengan eksternal LoC. faktor individual yang diteliti adalah
Penelitian yang dilakukan oleh kecerdasan emosional, kecerdasan
Lucyanda (2012) tentang faktor yang spiritual, locus of control, dan equity
mempengaruhi perilaku etis mahasiwa sensitivity, serta budaya etis organisasi.
akuntansi, menunjukkan hasil bahwa Dalam penelitian ini penulis juga
hanya kecerdasan emosional yang memperluas sampel penelitian.
berpengaruh terhadap perilaku etis
mahasiswa akuntansi. Sedangkan locus of
control, equity sensitivity, kecerdasan
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 594
sendiri dan dengan orang lain (Goleman, Lebih lanjut dijelaskan, bahwa emosi
2005). Kecerdasan emosional merupakan manusia berada di wilayah dari perasaan
kemampuan lebih yang dimiliki lubuk hati, naluri yang tersembunyi dan
seseorang dalam memotivasi. sensasi emosi yang apabila diakui dan
Terdapat empat variabel yang dihormati, kecerdasan emosional akan
mempengaruhi perilaku individual yaitu menyediakan pemahaman yang lebih
karakter biografis, kemampuan, mendalam dan lebih utuh tentang diri
kepribadian, dan pembelajaran. sendiri dan orang lain.
Kepribadian merupakan organisasi dinamis Menurut Goleman (2005), secara
didalam masing-masing sistem psikosifik konseptual kerangka kerja kecerdasan
yang menetukan penyesuaian unik emosional meliputi dimensi-dimensi
terhadap lingkungannya, dalam sebagai berikut:
kepribadian ini termasuk diantaranya, a. Kemampuan mengenali emosi diri atau
kecerdasan emosional, kecerdasan kesadaran diri (self awareness)
spiritual, locus of control, equity sensitivity b. Mengelola emosi atau pengaturan diri
dan ethical sensitivity. (Robins dalam (self management)
Ustadi dan Utami, 2005). c. Memotivasi diri sendiri (motivation)
Dari pendapat para ahli diatas dapat d. Mengenali emosi orang lain atau empati
diambil kesimpulan bahwa etika (social awareness)
merupakan seperangkat peraturan/norma e. Kemampuan dalam membina hubungan
yang mangatur dan panutan bagi manusia dengan orang lain (relationship
dalam berperilaku sehingga dapat management).
ditentukan mana perilaku yang etis dan
tidak etis, dimana etis atau tidak etisnya 2.3 Kecerdasan Spiritual
seseorang dalam berperilaku ditentukan Kecerdasan spiritual adalah
oleh karakter biografis, kemampuan, kecerdasan untuk menghadapi dan
kepribadian dan pembelajaran. diri, memecahkan persoalan makna dan nilai,
ketahanan dalam menghadapi kegagalan, yaitu menempatkan perilaku dan hidup
mengendalikan emosi, dan menunda manusia dalam konteks makna yang lebih
kepuasan serta mengatur keadaan jiwa. luas dan kaya, serta menilai bahwa
Dengan kecerdasan emosional tersebut tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
seseorang dapat menempatkan emosinya bermakna dibandingkan dengan yang lain
pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, (Zohar dan Marshal, 2002).
dan mengatur suasana hati. Kecerdasan spiritual disimbolkan
Cooper dan Sawaf dalam Lucyanda sebagai teratai diri yang menggabungkan
(2012) mendefinisikan kecerdasan tiga kecerdasan dasar manusia (rasional,
emosional sebagai kemampuan merasakan, emosional dan spiritual), tiga pemikiran
memahami, dan secara efektif (seri, asosiatif dan penyatu), tiga jalan
menerapkan daya dan kepekaan emosi dasar pengetahuan (primer, sekunder, dan
sebagai sumber energi, informasi, koneksi tersier) dan tiga tingkatan diri (pusat-
dan pengaruh yang manusiawi. Lebih transpersonal, tengah-asositif & inter
lanjut dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi personal dan pinggiran-ego personal).
menuntut seseorang untuk belajar Dengan demikian, kecerdasan spiritual
mengakui, menghargai perasaan diri berkaitan dengan unsur pusat dari bagian
sendiri dan orang lain serta menanggapinya diri manusia yang paling dalam menjadi
dengan tepat dan menerapkan secara pemersatu seluruh bagian diri manusia
efektif energi emosi dalam kehidupan lain.
sehari-hari. Kecerdasan emosional sebagai Menurut Zohar dan Marshal (2002),
komponen yang membuat seseorang indikator dari SQ mencakup:
menjadi pintar menggunakan emosinya.
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 596
rasio itu dipandang tidak sama, maka yang bersifat umum. Adapun nilai-nilai
timbul inequity. Lalu memicu timbulnya personal mulai dikembangkan pada saat
distress dan kemudian orang tersebut awal kehidupan, seperti halnya
mencoba mengurangi distress dengan kepercayaan pada umumnya tersusun
mengembalikan equity. dalam sistem hirarki dengan sifat-sifat
Seseorang dapat saja bertindak yang dapat dijelaskan dan diukur, serta
dengan cara yang berbeda untuk konsekuensi-konsekuensi perilaku yang
menegembalikan equity. Karakteristik dapat diamati (Douglas, 2001). Persepsi
individual yang berbeda dapat terhadap budaya organisasi didasarkan
menimbulkan perilaku yang berbeda pula pada kondisi-kondisi yang dialami
dalam memandang suatu keadilan.Equity seseorang dalam organisasinya, seperti
sensitivity mencoba menjelaskan perbedaan penghargaan, dukungan, dan perilaku yang
perilaku etis dan tidak etis yang disebabkan diharapkan diperoleh di organisasi.
oleh karakteristik individual. Menurut Falah (2007), indikator
Ciri-ciri individu yang memiliki dalam budaya etis organisasi yaitu:
equity sensitivies adalah (Ustadi dan Utami, a. Gaya kepemimpinan atasan
2005): b. Hukuman atas tindakan/perilaku
a. Memiliki keseimbangan antara input tidak etis dalam organisasi akan
dan outcome memperbaiki diri dan bersikap etis.
b. Tanggung jawab terhadap pekerjaan c. Kompromi atas perilaku tidak etis
c. Bangga dengan pekerjaan yang ditekuni tidak dibenarkan
0,05 atau dengan membandingkan thitung signifikan positif terhadap perilaku etis
dengan ttabel. Berdasarkan tabel 6 mahasiswa akuntansi. Secara keseluruhan
(lampiran). responden dalam penelitian ini memiliki
Dapat dilihat untuk variabel persepsi positif terhadap etika profesi
kecerdasan emosional adalah 2,091 akuntansi, sehingga hampir seluruh
thitung> ttabel yaitu 2,091>1,652 (sig responden memiliki perilaku yang etis
0,037< 0,05). Hal ini menujukkan bahwa meskipun kadarnya berbeda dari masing
kecerdasan emosional berpengaruh individu berdasarkan faktor individual
signifikan positif terhadap perilaku etis yang dimilikinya.
mahasiswa akuntansi, dengan demikian
hipotesis pertama diterima. Kecerdasan 5.2 Keterbatasan
spiritual adalah 2,148 t hitung> t tabel 1. Dari model penelitian yang digunakan
yaitu 2,148>1,652 (sig 0,033 < 0,05). Hal diketahui bahwa variabel penelitian
ini menujukkan bahwa kecerdasan spiritual yang digunakan hanya dapat
berpengaruh signifikan positif terhadap menjelaskan sebesar 22% sedangkan
perilaku etis mahasiswa akuntansi, dengan sisanya 78% ditentukan oleh faktor lain
demikian hipotesis kedua diterima. locus yang tidak dimasukkan dalam model
of control adalah 2,067 t hitung> t tabel penelitian ini.
yaitu 2,067>1,652 (sig 0,040< 0,05). Hal 2. Penelitian ini hanya dilakukan di 4
ini menujukkan bahwa locus of control Universitas di kota Padang yaitu:
berpengaruh secara signifikan positif mahasiswa akuntansi yang terdaftar
terhadap perilaku etis mahasiswa pada Universitas Negeri Padang,
akuntansi, dengan demikian hipotesis Universitas Putra Indonesia “YPTK”,
ketiga diterima Universitas Andalas, dan Universitas
Untuk variabel equity sensitivity t Bung Hatta di kota Padang. Oleh karena
itu, kesimpulan pada penelitian ini
hitung> t tabel yaitu 2,181 >1,652 dengan
belum tentu dapat digeneralisasi
nilai β 0,172, dengan (sig 0,030 < 0,05).
kepopulasi mahasiswa yang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa equity
sensitivity berpengaruh signifikan positif
terhadap perilaku etis mahasiswa 5.3 Saran
Berdasarkan pada pembahasan dan
akuntansi, dengan demikian hipotesis
keempat diterima. Variabel budaya etis kesimpulan di atas, maka peneliti
menyarankan bahwa:
organisasi Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah
a. Penelitian ini terbatas pada empat faktor
1,652 Nilai thitung untuk variabel budaya
individual yang mempengaruhi perilaku
etis organisasi (X5) adalah 2,534. Dengan etis mahasiswa akuntansi saja, yang
demikian dapat diketahui bahwa t hitung> t hanya memiliki kontribusi 22% dalam
tabel yaitu 2,534>1,652 (sig 0,012< 0,05) mempengaruhi perilaku etis walaupun
dengan nilai β 0,174. Hal ini menujukkan semua variabel yang di uji hipotesisnya
bahwa budaya etis organisasi berpengaruh diterima semua. Untuk penelitian
signifikan positif terhadap perilaku etis selanjutnya dapat dilakukan pada faktor
mahasiswa akuntansi, dengan demikian lain yang dapat mempengaruhi perilaku
hipotesis kelima diterima. etis mahasiswa akuntansi.
b. Diantara variabel yang diteliti pada
5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan penelitian ini masih terdapat beberapa
Saran item pada kuesioner dimana TCR
5.1 Kesimpulan yang diperoleh masih pada kategori
Kecerdasan emosional, kecerdasan cukup atau nilai TCR masih rendah.
spiritual, locus of control, equity sensitivity Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
dan budaya etis organisasi berpengaruh untuk lebih menyempurnakan lagi item
603 Fivi Oktawulandari: Pengaruh Faktor-Faktor Indidual...
LAMPIRAN
Tabel 1. Uji Normalitas
a
Tabel 2. Uji Heterokedastisitas Koefisien Uji Glejser Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2,309 1,289 1,791 ,074
X1 ,016 ,032 ,035 ,495 ,621
X2 ,050 ,038 ,095 1,320 ,188
X3 -,010 ,030 -,024 -,346 ,729
X4 -,049 ,047 -,075 -1,046 ,296
X5 -,046 ,041 -,077 -1,128 ,260
Dependent Variable: Unstandardized Residual
a
Coefficients
Unstandardized
Coefficients Collinearity
Model B Statistics
Std. Error Toleranc VIF
e
1 (Constant) .348 2.166
EQ .114 .055 .720 1.390
SQ .137 .064 .702 1.424
Loc .103 .050 .733 1.365
Equity sensitivity .172 .079 .709 1.411
Budaya etis .174 .069 .791 1.264
organisasi
a. Dependent Variable: perilaku etis
Jurnal WRA, Vol 3, No 1, April 2015 606
b
Tabel 4 Adjusted R Square Model Summary
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
a
Coefficients
Unstandardized Standardi
Coefficients zed
Model B Std. Error Coefficie
Beta T Sig.
nts
1 (Constant) .348 2.166 .161 .872
EQ .114 .055 .131 2.091 .037
SQ .137 .064 .137 2.148 .033
Loc .103 .050 .129 2.067 .040
Equity sensitivity .172 .079 .138 2.181 .030
Budaya etis .174 .069 .152 2.534 .012
organisasi
a. Dependent Variable: Perilaku Etis