Anda di halaman 1dari 19

Senja Pulang Pada Matamu

Aku ingat ketika senja menyelam pada matamu, saat, kita bercumbu mesra di tepi pantai,
berbicara soal hidup bersama dan kamu meyakinkan aku untuk memilihmu, tapi apa! Nyatanya
Kamu yang memilih pergi.

“Tunggu di sini ya, nanti Aku jemput ketika fajar muncul” ucapmu sebelum pergi

Tatapanmu, genggamanmu yang khas masih terasa hangat, meski kini bukan denganku kamu
berpeluk erat.

Semenjak saat itu, Kamu tak lagi kembali, meski fajar menyinari kehampaan. Senja kembali
pada gelapnya cakrawala yang membuatku tak tahu arah jalan pulang.

Agustus 2021
SEKILAS

Pada detik yang mencekik


Pada detak yang semakin pelik
Aku melawan kesunyian

Di dalam ruang yang kosong


Aku merasa kesepian
Terkurung dalam kehampaan

Baru beberapa jam saja


Aku bebas dari derita
Menjerit, meluapkan emosi.

Baru beberapa jam saja


Aku hadir dalam duniamu
Melukis kenangan,

Baru beberapa jam saja


Lukisan yang seindah senja
Beralih menjadi awan kelabu.

Maret 2021
Perpisahan Sederhana

Kenapa setelah kita bercumbu mesra kala itu, Kamu berbicara seolah tidak ada hati yang teriris
setalah kamu kupas dengan sadis. Aku yang sedang kasmaran karena kamu bersedia kencan
denganku, tiba-tiba, Kamu merubah suasana hati yang kian bahagia menjadi lauatan duka.

“keknya hubungan Kita cukup sampai di sini deh, terima kasih dan maaf untuk semuanya, Aku
pamit untuk pergi” ucapmu di sela-sela ombak yang sedang berpadu pada karang

Kalimat itu kamu tinggal bersama seseorang yang mengemban cinta, Kamu tinggalkan aku tak
berperasaan. Kamu rela membuat air mata jatuh padahal kamu adalah orang yang aku larang
untuk menjatuhkan air mata, tapi Kamu membuat air mataku jatuh.

Sesadis itu kah cintamu padaku? Apa sebenarnya Kamu tidak mencintaiku? Apa cintamu
untukku sudah habis? Entahlah! Aku tidak memikirkan perilhal itu. Intinya Aku bahagia sudah
atau pernah tertawa bersama meskipun itu hanya sebuah drama bagimu.

Disetiap langkah yang Kamu pijakan ada doaku yang ingin melupakan.

Agustus 2021
HAMPA

Di lorong kota
Terukir kenangan sendu
Membawaku pada titik pilu

Aku terpaku,
Memandang senyumanmu
Yang seindah senja itu

Parasmu memajang syahdu


Pada lorong kota,
Aku merindu.

Maret 2021
Lorong Pertemuan

Pada hari esok setelah perpisahan itu Aku diajak Abah keliling kota menyusuri taman,
menikmati kenangan di tengah keramaian. Abah bertemu dengan seorang teman dan mereka
asyik berbincang sedangkan Aku pamit pergi mengelilingi taman seorang diri.

Di bagian sudut taman aku menikmati kopi di angkringan yang lumayan Aesthetic. Aku melihat
gadis yang sedang asyik sendiri di layar ponsel, senyuman indah bertaburan bercik-bercik cinta
bercucuran.

Aku langsung saja memberanikan diri menghampiri dengan perimisi sembari menyodorkan
lengan untuk berjabat tangan, mata coklatnya menatap dengan tajam membuatku terintimidasi,
dan kemudian dia menutup telvon dan menyapaku dengan senyuman yang dihiasi lesung pipi
dan gigi gingsulnya.

Kopi di angkringan ini benar-benar tidak sepahit kenangan dan tidak semanis senyuman gadis
yang ada di depanku saat ini. Perasaanku benar-benar pulih tidak ada lagi gelap yang
membutakan, kini, hati mempunyai tempat pulang yang baru.

Agustus 2021
SUDUT RINDU

Aku termenung di pelataran senja


Di sudut cafe ibu kota
Tempat kita bercerita

Aku rindu
Tentang sosokmu yang dulu
Membawaku pada garis waktu

Kini
Sudut cafe tak lagi nyaman
Tak ada lagi senyuman

Tulisan di dinding
Huruf-huruf nya sudah mulai bosan
Ia ingin segera lepas
Lari menghampiri penciptanya

Maret 2021
Introductions

Mentari pagi menyongsong dari timur menerobos jendela kamar memeluk Aku yang sedang
menikmati teh hangat sembari chatan sama pemilik lesung waktu itu, huruf-huruf cinta tersusun
rapih lalu menjelma menjadi kata cinta bertaburan di kolom whatsup.

“Aku boleh minta tolong gak Lis? Kamu bisa anterin aku gak ke Pondok Pesantren? Kalo bisa
nanti besok jam tiga sore Kamu jemput aku yah di STASIUN SERANG”

Tanpa ragu Aku langsung jawab bisa, entahlah Aku benar-benar semangat seolah-olah jiwaku
meronta-ronta kalo berkaitan tentang gadis itu, bagaikan mentari yang memberikan kasih sayang
pada dunia, gadis itu membuat cinta dalam hatiku semakin tumbuh besar.
HENING DI TENGAH KERAMAIAN

Di tempat keramaian yang hening


Di tengah bisingnya kota
Senyumanmu memajang sendu di keramaian

Di tempat keramaian yang hening


Di bagian paling senyap
Aku membisu ditikam rindu

Di tempat keramaian yang hening


Aku merintih segala kisah
Yang menempel di labirin kota
Menyusuri kisah di sela-sela keramaian
lalu merakitnya saban malam

Di tempat keramaian yang hening


Di sudut kota
Jiwa dan ragaku babak belur di sana
Karena dihajar rindu

Ruang sunyi, 24 Maret 2021


MEMORI HITAM

Awan kelabu menutupi cakrawala


Senja tak lagi menyapa
Kamu memilih pergi
Di kala memori penuh tentang dirimu

Semesta perlahan membawaku pada malam yang hitam


Tak ada lagi titik terang
Setelah dirimu menghilang

Lampu taman yang remang-remang


Aku bersemayam pada rembulan

Di bawah pohon yang ditinggalkan daunnya


Aku terlelap pada gelapnya malam

Depan musholah, 25 Maret 2021


AKU MOHON

Duhai, photographer handal


Ambillah foto kekasihku
Di tepi pantai.

Ia melamun sendirian
Hanya berteman sepi yang diselimuti kenangan.

Pegadungan, 26 Maret 2021


LESUNG

Wajah kekasihku
Sangat indah dan ada lesungnya.
Katanya,
Lesung itu untuk menyembunyikan aku dari wanita penggoda.

Pegadungan, 26 Maret 2021


TERMANGU

Di dalam kamar
Lampu sengaja aku padamkan
Agar tak ada lagi cahaya,
Sebab, merindukanmu
Menyampaikanku pada titik terang

Kutatap langit kamar yang kian lesuh


Di banjiri oleh kenangan,
Sedangkan aku!
Termangu,

Langit kamar bocor


Kenangan bercucuran
Membasahi pipi.

Teras Rumah, 27 Maret 2021


SELEMBAR KERTAS

Selembar kertas suci


Melayang jatuh tepat di hadapanmu

Selembar kertas kosong


Lalu kamu isi dengan coretan cinta
Menulis kenangan

Selembar kertas sunyi


Kini, penuh dengan kenangan
Tak ada lagi ruang kosong

Selembar kertas penuh kenangan


Kamu tinggalkan tak berperasaan

Pinggir jalan, 27 Maret 2021


KEMARIN

Biar kuasuh senja itu


Menghadang waktu yang terlewat
Ragu-ragu akan rindu

Andaikata yang kemarin telah tiada


Hilang tanpa kabar
Jejak kau tinggal

Maka aku tunggu kau dengan sabar


Karena kemarin adalah bahagiaku
Menyisakan harapan kasat.
Mengabaikan yang terasa sesaat

Atau ternyata yang kemarin itu tak pernah terjadi

Sipanjang, 15 April 2021


MALANG

Di bawah pohon rindang


Aku bercengkerama
Bersembunyi dari kenyataan

Di bawah pohon rindang


Aku berdialog dengan mang syifa
Perihal motivasi dan impian orang tua

Di bawah pohon rindang


Daun kepercayaan bertaburan
Harapan telah hilang
Impian orang tua terabaikan

Di bawah pohon rindang


Rintik hujan turun bersahutan dengan air mata
Yang membanjiri kegagalannya.

Pontang, 16 Mei 2021


DOA UNTUK DUKA PERTIWI

Duhai, Ibu Pertiwi

aku berdiri sendiri

dengan senyum dibungkam

dalam ketakutan mencekam

Duhai, Ibu Pertiwi

dirimu sangat indah

maka, izinkan aku melangkah

di tengah pandemi

Duhai, Ibu Pertiwi

cakrawala dihiasi awan kelabu

keramaian dihujani tangisan lirih nan lebam biru

kumohon, engkau lekas pulih

agar sekujur luka bergegas pergi

Duhai, Ibu Pertiwi

aku ingin kembali

pada bumi semula jadi

tiada sisa-sisa perih terpatri


Duhai, Ibu Pertiwi

semoga hari esok ada pelangi

tuhan pun mengijabahkan

menuntun langkah, memberi secercah harapan

Pegadungan, 21 Mei 2021

SAYA
Hari ini saya ulang tahun

Kini usia saya dua puluh satu

Saya duduk membaca di bawah pohon cemara

Bunga-bunga merekah semerbak harum

Kekasih saya muncul tiba-tiba,

Memtik rindu di kepala saya

Pada hari ulang tahun saya yang ke dua puluh satu

Saya diajak kekasih keliling mengitari taman

Memungut kepercayaan

Menghimpunkan cinta lalu memasrahkan pada saya

Dengan segenap perasaan

Karena kelelahan saya istirahat di bawah pohon

Sembari membaca buku

Tiba-tiba kekasih menyodorkan segelas kopi

Dan menyuruh saya untuk menunggu, seraya berkata

‘’tunggu di sini ya, sampai tanaman cinta tumbuh, akan kujemput nanti sebelum daun-daun nya
jatuh’’

Pegadungan, 05 Juni 2021

Anda mungkin juga menyukai