Anda di halaman 1dari 111

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PADA

KELUARGA TN. S DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TANJUNG EMAS
KAB.TANAH DATAR
TAHUN 2021

COMPLEMENTARY NURSING CASE STUDY

NELI APRIYENTI, S.Kep


NIM : 2014901085

PRODI KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLEMENTER PADA
KELUARGA TN. S DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANJUNG EMAS
KAB.TANAH DATAR
TAHUN 2021

COMPLEMENTARY NURSING CASE STUDY

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ners Keperawatan

NELI APRIYENTI, S.Kep


NIM : 2014901085

PRODI KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

Complementary Nursing Case Study ini dengan judul “Asuhan Keperawatan

Komplementer Pada Keluarga Tn. S di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Emas Kab.Tanah Datar Tahun 2021”. Penulisan Complementary Nursing

Case Study ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan pendidikan dan

memperoleh gelar profesi ners di Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

Dalam penulisan Complementary Nursing Case Study ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Terutama

kepada Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing, yang telah

mengarahkan dan memberi bimbingan, pemikiran serta dorongan semangat

kepada penulis. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes selaku Rektor Universitas Fort De

Kock Bukittinggi, yang telah memberikan fasilitas dan sarana kepada

penulis selama perkuliahan.

2. Ibu Oktavianis, S.ST, M. Biomed selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

3. Ibu Ns. Ratna Dewi, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi

Keperawatan dan Pendidikan Ners Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

iii
4. Ibu dr. Yendra Afriza Selaku Kepala Puskesmas Tanjung Emas beserta

staff yang telah membantu dan bersedia bekerjasama dalam proses

penyelesaian laporan ini.

5. Bapak / Ibu Dosen Program Studi Keperawatan dan Pendidikan Ners

Fakultas Kesehatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang banyak

memberikan pengetahuan, bimbingan, pengalaman, dan nasehat selama

pembelajaran baik di klinik maupun di kampus.

6. Teristimewa keluarga besar tercinta terima kasih atas doa, motivasi,

dukungan, baik moril maupun materil selama ini, serta kasih sayang yang

tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan

penyusunan Complementary Nursing Case Study ini.

7. Serta rekan – rekan seperjuangan yang telah memberi bantuannya baik

secara langsung maupun tidak langsung, serta dukungan semangat dan

saran dalam penyusunan Complementary Nursing Case Study ini.

Penulis menyadari bahwa Complementary Nursing Case Study ini masih

jauh dari sempurna, hal ini bukanlah suatu kesenjangan melainkan karena

keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis, untuk itu penulis harapkan kritikan

dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan

laporan akhir ini.

Bukittinggi, Desember 2021

Penulis

iviii
DAFTAR ISI

ABSTRAK......................................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 5
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Terapi komplementer..................................................... 7
1. Defenisi komplementer........................................................... 7
2. Peran tenaga kesehatan........................................................... 9
3. Jenis-jenis Terapi komplementer............................................ 11
4. Klasifikasi Terapi komplementer............................................ 13
B. Konsep Teori Keperawatan Keluarga......................................... 14
1. Pengertian keluarga................................................................ 14
2. Fungsi keluarga....................................................................... 14
3. Tipe/ Bentuk keluarga............................................................. 17
4. Tingkat Perkembangan keluarga............................................. 22
5. Tugas keluarga........................................................................ 23
6. Peran perawat keluarga........................................................... 24
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Teoritis........................ 25
1. Pengkajian keperawatan keluarga........................................... 25
2. Perumusan diagnosa keperawatan keluarga........................... 27
3. Perencanaan keperawatan keluarga........................................ 32
4. Implementasi keperawatan keluarga....................................... 33
5. Evaluasi keperawatan keluarga............................................... 34
D. Konsep Teori Hipertensi.............................................................. 35
1. Pengertian hipertensi.............................................................. 35
2. Klasifikasi hipertensi.............................................................. 36
3. Pengukuran tekanan darah...................................................... 36
4. Etiologi hipertensi................................................................... 37
5. Patofisiologi dan Tanda dan Gejala........................................ 41
6. Komplikasi.............................................................................. 42
7. Pencegahan dan Pengobatan................................................... 44

BAB III ASUHAN KEPERAWTAN KELUARGA PADA NY. N DENGAN


HIPERTENSI
A. Pengkajian Keluarga.................................................................... 47
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga.............................. 50
C. Pengkajian Lingkungan............................................................... 52
D. Struktur Keluarga........................................................................ 55

viv
E. Fungsi Keluarga........................................................................... 56
F. Stres dan Koping Keluarga.......................................................... 57
G. Pemeriksaan Fisik........................................................................ 59
H. Data Fokus................................................................................... 64
I. Analisa Data................................................................................ 67
J. Prioritas Masalah......................................................................... 71
K. Intervensi..................................................................................... 74
L. Catatatan Perkembangan............................................................. 80

BAB IV TELAAH JURNAL


A. Hubungan Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Pengendalian
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi………………............... 85
B. Efektivitas Rebusan Daun Alpukat Terhadap Tekanan Darah
Pada Lansia Hipertensi ............................................................... 88
C. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Diet Rendah
Garam pada Pasien Hipertensi.................................................... 90

BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian................................................................................... 93
B. Diagnosa...................................................................................... 93
C. Intervensi Keperawatan Keluarga............................................... 95
D. Implementasi Keperawatan Keluarga.......................................... 96
E. Evaluasi Keperawatan Keluarga.................................................. 98

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.................................................................................. 100
B. Saran............................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN

viv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah pelayanan

keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep

kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh

masyarakat dengan penekanan pada kelompok berisiko tinggi. Upaya

pencapaian derajat kesehatan optimal dilakukan melalui peningkatan

kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat

pencegahan (levels of prevention) dengan menjamin keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang di butuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra

kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan

(Depkes, 2006).

Dimana Keluarga yang sehat adalah keluarga yang membantu anggota

keluarga untuk mencapai tuntutan-tuntutan bagi perawatan diri, dan sejauh

mana keluarga memenuhi fungsi-fungsi keluarga dan menyelesaikan tugas-

tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga. (Friedman, 2002).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Depkes RI (1998

dalam Effendy, 1998). Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat

bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan

antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang

laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa

1
2

anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah

tangga. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana

terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu yang

lama). Tekanan darah yang melebihi 140/90 mmhg saat istirahat diperkirakan

mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah

penyebab faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan

merupakan penyebab utama gagal jantung kronis (hamizah,2015).

Banyak terapi komplementer yang dapat diberikan keluarga terhadap

pasien Hipertensi, Terapi komlementer adalah cara penangulangan penyakit

yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional

atau sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang

konvensional. salah satunya terapi komplementer adalah Air seduhan parutan

kunyit, Kunyit memiliki kandungan yang bermanfaat bagi tubuh seperti zat

kuning kurkumin, minyak astiri, mineral tinggi seperti kalium, kalsium, zat

besi dan magnesium. Kalium merupakan suatu komponen penting dari sel dan

cairan tubuh yang membantu untuk mengontrol detak jantung dan tekanan

darah. Kurkumin yang dimiliki oleh kunyit merupakan zat anti oksidan

karena kunyit tidak mengandung kolesterol dan kaya akan serat, kandungan

tersebut yang akan mengendalikan low density lipoprotein (LDL) dalam

darah. Kunyit banyak digunakan untuk meningkatkan nafsu makan,

memperbaiki fungsi pencernaan, menurunkan lemak (refa teja muti,2017)

Menurut WHO ada satu miliar orang yang terkena hipertensi.

Peningkatan hipertensi dari 600 juta jiwa pada tahun 1980 nenjadi 1 milyar

(WHO, 2013). Tiap tahunnya 7 juta orang diseluruh dunia meninggal akibat
3

hipertensi. Tahun 2000 saja hampir 1 milyar penduduk dunia menderita

hipertensi (purwati, 2014).

Hipertensi dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang hal ini

dikarenakan apabila seseorang mengalami tekanan darah tinggi atau

hipertensi dan orang tersebut tidak mendapatkan pengetahuan untuk

pengobatan secara rutin, maka dapat menyebabkan terjadinya kasus-kasus

serius bahkan dapat menyebabkan terjadinya kematian (pradetyawan, 2015 ).

Prevalensi hipertensi pada umur ≥ 18 tahun di indonesia yang didapat

melalui jawaban pernah didiagnosa tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen,

sedangkan yang pernah didiagnosa tenaga kesehatan atau sedang minum obat

hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Jadi, terdapat 0,1 persen penduduk yang

minum obat sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosa hipertensi oleh nakes.

Prevalensi hipertensi di indonesia berdasarkan hasil pengukuran umur ≥ 18

tahun sebesar 25,8 persen jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian

besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis (Rikesdas,

2014).

Data yang didapat dari dinas kesehatan provinsi sumatra barat pada

tahun 2017, hipertensi termasuk urutan ke 3 penyakit terbanyak di sumatra

barat dengan angka kejadian 248.964 (13,8 % ) setelah penyakit Ispa dengan

jumlah 705.659 (39,2 %) dan penyakit Gastritis dengan angka kejadian

285.282 (15,8%) (Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Barat, 2017).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di puskesmas Tanjung

Emas, prevalensi kejadian hipertensi merupakan salah satu penyakit

terbanyak yang menempati urutan ketiga setelah ISPA dan myalgia. Data
4

bulan Januari-Desember 2021 penderita berjumlah 672 orang. (RM

Puskesmas Tanjung Emas, 2021).

Peran perawat komunitas yang pertama adalah sebagai penyedia

pelayanan memberikan asuhan keperawatan melalui pengkajian masalah

keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan dan

mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

Peran perawat yang kedua adalah sebagai pendidik dan konsultan ,

memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyrakat secara teroganisir

dalam rangka menanamkan prilaku sehat, sehingga terjadi perubahan prilaku

seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Peran perawat yang ke tiga adalah sebagai panutan , perawat kesehatan

masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang

kesehatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyrakat tentang

bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh

masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ny N yang peneliti lakukan

pada bulan April 2021 bahwa Ny N mengalami Hipertensi yang ditandai

dengan Pusing, Pasien mengeluhkan sakit kepala hingga menjalar ke

punggung, Sesak Nafas, telinga berdengung, sulit tidur. Jika tanda-tanda

tersebut muncul Ny N selalu beristirahat untuk mengurangi rasa nyeri pada

kepalanya.
5

Berdasarkan Fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan

pengelolaan kasus pada pasien hipertensi dengan judul “Asuhan

Keperawatan Komplementer Pada Keluarga Tn S di Wilayah Kerja

Puskesmas Tanjung Emas Tahun 2021 “.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dilanjutkan dalam Karya Ilmiah Akhir

Ners ini adalah Bagaimana Penatalaksanaan “Asuhan Keperawatan

Komplementer Pada Keluarga Tn S di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Emas Tahun 2021 “.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu mengelola Asuhan Keperawatan Komplementer Pada

Keluarga Tn S Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Emas Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui Konsep Dasar Komplementer.

b. Mampu mengetahui Konsep Dasar Kesehatan Keluarga

c. Mampu mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

d. Mampu mengetahui Konsep Dasar Teori tentang Tekanan darah

tinggi / Hipertensi

e. Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga Tn

S di Wilayah Puskesmas Tanjung Emas Tahun 2021.


6

f. Mampu mengaplikasikan jurnal terkait Asuhan Keperawatan

Keluarga pada Keluarga Tn S  Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Emas Tahun 2021

g. Mampu melakukan telaah jurnal terkait Asuhan Keperawatan

Keluarga pada Keluarga Tn S Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Emas Tahun 2021.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Hasil karya tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan

penulis tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Kasus Hipertesi

dan lebih dikembangkan oleh penulis lain dengan diagnosa keperawatan

lainnya.

2. Bagi Instasi Pendidikan

Hasil karya ilmiah dapat dijadikan sebagai bahan untuk

pelaksanaan pendidikan serta masukan dan perbandingan untuk penulis

selanjutnya dengan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Kasus

Hipertensi.

3. Bagi Pelayan Kesehatan

Hasil karya ilmiah ners ini dapat memberikan manfaat terhadap

pelayanan keperawatan dengan memberikan gambaran dan

mengaplikasikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga

dengan kasus Hipertensi dengan komperhensif (bio, psiko, sosial,

spiritual).
7

4. Bagi Masyarakat

Hasil karya ilmiah dapat berguna untuk penerapan serta masukan

untuk merawat keluarga dengan kasus Hipertensi.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Terapi Komplementer

1. Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah

usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan

penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi,

bersifat menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan

tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional

yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia.

Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Terapi komplementer adalah

sebuah kelompok dari macam - macam sistem pengobatan dan perawatan

kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian

dari pengobatan konvensional.

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan

komplementer adalah pengobatan non- konvensional yang bukan berasal

dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya,

bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan

tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan

yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –

temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia

bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer. Terapi

komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan


8

sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai

Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.

Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun

2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani

pengobatan non- konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran

pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini,

bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non –

konvensional di berbagai media

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang

digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah

penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern. Terminologi

ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan

pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi komplementer

juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini

didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara

menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan

pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi.

Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif

sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi

sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan

keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang

umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and

alternative medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997

dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif


9

termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh

pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi

kesehatan dan kesejahteraan.

Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai

pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan

terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek

biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi

tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan

obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang

memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial,

dan spiritual).

2. Peran Tenaga Kesehatan

Peran tenaga kesehatan dalam terapi komplementer

a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan (Didukung oleh teori

keperawatan

Berdasarkan Teori Orem (1971). Tujuan keperawatan adalah

untuk merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri secara

total. Nightingale (1860) Tujuan keperawatan untuk pasilitasi proses

penyebuhan tubuh dengan memanipulasi lingkungan klien. Rogers

(1970) Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,mencegah

kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan

tidakmampu dengan pendekatan humanistic keperawatan).

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan

perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang


10

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis

keperawatan agar bisa direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat

sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat

dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan

ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

b. Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan

keluarga dalam menginterpretasikan berbagia informasi dari pemberi

pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan

persetujuan atas tindakan keperawatan berkaitan dengan terapi

komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat

berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang

meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang

penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri

dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

c. Peran edukator

Didukung oleh Teori Peplau (1952). Tujuan keperawatan

untuk mengembangkan interaksi antara perawat dan klien. King (1971),

tujuan keperawatan untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu

klien mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan.

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala

penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan


11

perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

3. Jenis-Jenis Terapi

Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer

bersifat umum dan menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan

konsentrasi, sentuhan ringan, pergerakan, dan lain-lain) untuk membanti

individu merasa lebih baik dan beradaptasi dengan kondisi akut dan akut.

Berikut jenis-jenis terapi yang dapat diakses keperawatan, yaitu :

a.Terapi Relaksasi

Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum

kognitif, fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi juga melibatkan

penurunan stimulasi. Proses relaksasi memperpanjuang serat otot,

mengurangi pengiriman impuls neural ke otak, dan selanjutnya

mengurangi aktivitas otak juga sistem tubuh lainnya. Relaksasi

membantu individu membangun keterampilan kognitif untuk mengurangi

cara yang negatif dalam merespon situasi dalam lingkungan mereka.

Keterampilan kognitif adalah seperti sebagai berikut :

1) Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan,

mempertahankan perhatian pada, dan mengembalikan perhatian pada

rangsangan ringan untuk periode yang lama).

2) Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan tujuan

yang tidak berguna).

3) Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima

pengalaman yang tidak pasti, tidak dikenal, atau berlawanan).

Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu


12

memonitor dirinya secara terus- menerus terhadap indikator ketegangan,

serta untuk membiarkan dan melepaskan dengan sadar ketegangan yang

terdapat di berbagai bagian tubuh.

b. Meditasi dan Pernapasan

Meditasi adalah segala kegiatan yang membatasi masukan

rangsangan dengan perhatian langsung pada suatu rangsangan yang

berulang atau tetap. Ini merupakan terminasi umum untuk jangkauan luas

dari praktik yang melibatkan relaksasi tubuh dan ketegangan pikiran.

Menurut Benson, komponen relaksasi sangat sederhana, yaitu :

1) Ruangan yang tenang,


2) Posisi yang nyaman,
3) Sikap mau menerima, dan
4) Fokus perhatian.
Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar, banyak

individu mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan mudah untuk

diajarkan . Sebagian besar teknik meditasi melibatkan pernapasan,

biasanya pernapasan perut yang dalam, relaks,dan perlahan

4. Klasifikasi Terapi Komplementer

a. Mind-body therapy : intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi

kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir

yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi

musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan

hypnoterapy).

b. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang

mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo,


13

homeopathy, nautraphaty).

c. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya

misalnya herbal, dan makanan.

d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan

pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing,

terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.

e. Terapi energi : terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau

mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan

sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini kombinasi antar

energi dan bioelektromagnetik.

B. Konsep Teori Keperawatan Keluarga


1. Konsep Dasar Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-

ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan

diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman (1998, dalam

Suprajitno, 2004). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan Depkes RI (1998 dalam Effendy, 1998).

b. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004),

mengemukakan ada 5 fungsi keluarga yaitu:


14

1) Fungsi Afektif

Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga,

pelindung dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga

melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan

perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anggotanya.

2) Fungsi Sosialisasi

Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin,

norma budaya prilaku melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya

individu mampu berperan dalam masyarakat.

3) Fungsi reproduksi

Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah

sumber daya manusia.

4) Fungsi Ekonomi

Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan, pakaian,

perumahan dan lain-lain.

5) Fungsi Perawatan Keluarga

Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan asuhan

kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan asuhan

keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status

kesehatan keluarga dan individu. Selain fungsi diatas ada beberapa

fungsi keluarga yang lain menurut Effendy (1998, dalam Setiadi,

2008), yang dapat dijalankan keluarga yaitu sebagai berikut :


15

a) Fungsi biologis

(1) Untuk meneruskan keturunan

(2) Memelihara dan membesarkan anak

(3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

(4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b) Fungsi Psikologi

(1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

(2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

(3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

(4) Memberikan identitas keluarga

c) Fungsi Sosiologi

(1) Membina sosialisasi pada anak

(2) Membantu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

(3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

d) Fungsi Ekonomi

(1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

(2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan lingkungan.

(3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga

dimana yang akan datang, misalnya : pendidikan anak-anak,

jaminan hari tua dan sebagainya.


16

e) Fungsi Pendidikan

(1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya.

(2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

(3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangan

c. Tipe / Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut :

1) Keluarga inti (Nuclear Family)

Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan

yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran

(natural) maupun adopsi.

2) Keluarga besar (Extended Family)

Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah),

misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga

modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga

pasangan sejenis (guy/lesbian families).

3) Keluarga Campuran (Blended Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-

anak tiri.

4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family)

Anak-anak yang tinggal bersama.


17

5) Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family)

Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah

bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,

serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.

6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)

Keluarga yang terdiri dari pria,wanita dan anak-anak yang tinggal

bersama berbagi hak dan tanggungjawab, memiliki kepercayaan

bersama.

7) Keluarga Serial (Serial Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan

mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-

masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya

masing - masing, tetapi semuanya mengganggap sebagai satu

keluarga.

8) Keluarga Gabungan (Composite Family)

Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-

anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-

anaknya (poliandri).

9) Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa

ada ikatan perkawinan yang sah.

Sedangkan menurut Sussman (1970) membedakan 2 bentuk

keluarga, yaitu :
18

1) Keluarga Tradisional (Traditional Family)

Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma

kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati bersama -

sama, yang terpenting adalah keabsahan ikatan keluarga.

a) Keluarga Inti (Nuclear Family). Keluarga yang terdiri dari

suami, istri serta anak-anak yang hidup bersama-sama dalam

satu rumah tangga.

b) Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family). Keluarga yang

terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak mereka tidak

tinggal bersama.

c) Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family). Keluarga

inti yang suami atau istrinya telah meninggal dunia.

d) Keluarga orang dewasa bujangan (Single Adult Living Alone).

Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau

wanita yang hidup secara membujang.

e) Keluarga tiga generasi (Three Generation Family). Keluarga inti

ditambah dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak mereka.

f) Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age

or Aldert Couple). Keluarga inti diad yang suami atau istrinya

telah memasuki usia pertengahan atau lanjut.

g) Keluarga jaringan keluarga (Kin Network). Keluarga inti

ditambah dengan saudara-saudara menurut garis vertikal atau

horizontal, baik dari pihak suami maupun istri.

h) Keluarga karier kedua (Second Carrier Family) Keluarga inti


19

diad yang anak-anaknya telah meninggalkan keluarga, suami

atau istri aktif lagi kerja.

2) Keluarga Non Tradisional

Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau dianggap

melanggar norma-norma kehidupan tradisional yang dihormati

bersama. Yang terpenting adalah keabsahan ikatan perkawinan

antara suami-istri. Dibedakan 5 macam sebagai berikut :

a) Keluarga yang hidup bersama (Commune Family) Keluarga

yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal

bersama, berbagi hak dan tanggungjawab bersama serta

memiliki kekayaan bersama.

b) Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak

(Unmarried Parents and Children Family) Pria atau wanita

yang tidak pernah kawin tetapi tinggal bersama dengan anak

yang dilahirkannya.

c) Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple

with children Family) Keluarga inti yang hubungan suami-istri

tidak terikat perkawinan sah.

d) Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family): terdiri

dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan

perkawinan yang sah.

e) Keluarga homoseksual (Homoseksual Union) adalah keluarga

yang terdiri dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan

hidup bersama sebagai suami istri. (Sudiharto, 2007 :23)


20

d. Tingkat Perkembangan Keluarga

Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan

perkembangan yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga

mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun

delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut Friedman (1998)

antara lain:

1) Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau

tahap pernikahan), Tugasnya adalah :

a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang

tua)

2) Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah

bayi sampai umur 30 tahun), Tugasnya adalah :

a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

b) Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga

c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran-peran orang tua dan kakek dan nenek.

3) Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua

berumur 2 hingga 6 bulan), Tugasnya adalah :

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan.


21

b) Mensosialisasikan anak.

c) Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan

perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar

keluarga (keluarga besar dan komunitas).

4) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur

hingga 13 tahun), Tugasnya adalah :

a) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya

yang sehat.

b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13

hingga 20 tahun), Tugasnya :

a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

6) Tahap VI : keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan

rumah), Tugasnya :

a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota

keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.


22

b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami

maupun istri.

7) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan),

Tugasnya :

a) Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan

b) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.

8) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia, Tugasnya:

a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

c) Mempertahankan hubungan perkawinan

d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

e) Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi

f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka

e. Tugas Kesehatan Keluarga

Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga

merupakan faktor utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat. Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedmann,

1998) adalah sebagai berikut:

1) Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap

anggotanya.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang


23

tepat.

3) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.

4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timabal-balik antara keluarga lembaga -

lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan

dengan baik. (Sri Setyowati, 2007 : 32)

f. Peran Perawat Keluarga

Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut :

1) Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan

pendidikan kesehatan kepada keluarga,terutama untuk memandirikan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah

kesehatan.

2) Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat

bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang

komprehensif.

3) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan

dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan

anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.

4) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan

supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan

rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun

yang tidak.
24

5) Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat

keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.

6) Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,

keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu

memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.

7) Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat

memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota

keluarga.

8) Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat

memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan

masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan

yang sehat. (Sudiharto dan Sri Setyowati, 2007 : 29 dan 43).

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Teoritis

Aspek keperawatan yang paling penting adalah perhatian pada unit

keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2004).

Keluarga yang juga adalah individu, kelompok, dan komunitas merupakan

klien perawat atau penerima pelayanan asuhan keperawatan. Keluarga

membentuk unit dasar masyarakat dan tentunya unit dasar ini sangat

mempengaruhi perkembangan individu yang memungkinkan menentukan

keberhasilan atau kegagalan kehidupan individu (Friedman, 2003).

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan


25

menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan

individu sebagai anggota keluarga (Friedman, 2003). Tahapan proses

keperawatan keluarga meliputi pengkajian keluarga dan individu dalam

keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat

untuk mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-

norma kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan

untuk mengatasi masalah.

a. Pengumpulan data

Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah

1) Data umum

Terdiri dari: identitas kepala keluarga, komposisi keluarga,

genogram, tipe keluarga, latar belakang keluarga (etnis), agama,

status sosial ekonomi, dan aktivitas rekreasi keluarga

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c) Riwayat keluarga sebelumnya

3) Data lingkungan

a) Karakteristik rumah

b) Karakteristik lingkungan komunitas

c) Mobilitas geografis keluarga

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga


26

e) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga

4) Struktur keluarga

Terdiri dari: Pola komunikasi, Struktur kekuasaan, Struktur peran,

Nilai dan normal keluarga

5) Fungsi Keluarga

a) Fungsi Afektif
b) Fungsi Sosial
c) Fungsi Perawatan Keluarga
d) Fungsi Reproduksi
e) Fungsi Ekonomi
6) Stress dan Koping Keluarga

a) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

b) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau

stressor

c) Penggunaan strategi koping

d) Strategi adaptasi disfungsional

e) Harapan Keluarga

Keinginan dan cita – cita keluarga dimasa yang akan datang

f) Pemeriksaan Fisik

Yaitu pemeriksaan menggunakan pendekatan ”Head to toe” .

b. Analisa Data

Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam

melihat perkembangan keluarga antara lain :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan

3) Karakter keluarga
27

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manuasia. Keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat

dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan

status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat

pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan

berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan

keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat untuk

menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini

dapat berupa masalah - masalah aktual, resiko atau potensial atau diagnosis

sejahtera yang mengacu pada NANDA (The North American Nursing

Diagnosis Association) 2012-2014.

Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang

mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan

dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

Perumusan diagnosis keperawatan, komponen rumusan diagnosis

keperawatan meliputi: Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau

anggota keluarga. Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan

objektif. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang

diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau

tidak yang mendukung masalah dan penyebab.


28

Berikut daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga:

1. Ketidakefektifan Managemen 32. Resiko keterlambatan


regimen terapeutik keluarga perkembangan
2. Ketidakefektifan pemeliharaan 33. Stres pada pemberi asuhan
kesehatan 34. Resiko stres pada pemberi
3. Prilaku kesehatan cendrung asuhan
beresiko 35. Gangguan kemampuan untuk
4. Hambatan Pemeliharaan rumah melakukan perawatan
5. Ketidakefektifan kontrol impuls 36. Resiko gangguan kemampuan
6. Kesiapan meningkatkan untuk melaukan perawatan
komunikasi 37. Gangguan Komunikasi
7. Kesiapan meningkatkan 38. Gangguan status psikologis
pemberian ASI 39. Masalah ketenagakerjaan
8. Ketegangan peran pemberi 40. Gangguan proses keluarga
asuhan 41. Kurangnya dukungan keluarga
9. Ketidakmampuan menjadi orang 42. Masalah dukungan sosial
tua 43. Masalah Hubungan
10. Resiko ketidakmampuan 44. Resiko gangguan koping
memjadi orang tua keluarga
11. Resiko gangguan perlekatan 45. Kemampuan untuk
12. Disfungsi proses keluarga mempertahankan kesehatan
13. Gangguan proses keluarga 46. Gangguan mempertahankan
14. Kesiapan meningkatkan proses kesehatan
keluarga 47. Resiko bahaya lingkungan
15. Ketidakefektifan hubungan 48. Kurangnya pengetahuan tentang
16. Kesiapan meningkatkan penyakit
hubungan 49. Gangguan kemampuan untuk
17. Resiko ketidakefektifan memanajemen pengobatan
hubungan 50. Gangguan kerumahtanggaan
18. Konflik peran orang tua 51. Kekerasan rumah tangga
19. Ketidakefektifan performa peran 52. Keselamatan lingkungan yang
20. Hambatan interaksi sosial efektif
29

21. Penurunan koping keluarga 53. Masalah keselamatan lingkungan


22. Ketidakmapuan koping keluarga 54. Resiko terjadinya
23. Kesiapan meningkatkan koping penyalahgunaan
keluarga 55. Resiko terjadinya Pelecehan
24. Resiko ketidakefektifan anak
perencanaan aktifitas 56. Resiko terjadinya pengabaian
25. Kesiapan meningkatkan anak
penyesuaian 57. Resiko terjadinya pengabaian
26. Konflik pengambilan keputusan lansia
27. Resiko hambatan religiositas 58. Resiko untuk jatuh
28. Kesiapan meningkatkan 59. Resiko terinfeksi
pengambilan keputusan 60. Resiko terjadinya pengabaian
29. Kontaminasi 61. Masalah Financial
30. Resiko kontaminasi 62. Tinggal dirumah
31. Resiko Pertumbuhan tidak 63. Masalah perumahan
proporsional 64. Pendapatan yang tidak memadai
65. Kurangnya dukungan sosial.

a. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

Tabel 2.2
Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan
Keluarga (Friedman, 2003)

No Kriteria Nilai Bobot


.
Sifat masalah
Skala:
1. a. Aktual 3
b. Resiko 2 1
c. Potensial 1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala: 2
a. Dengan mudah 1 2
b. Hanya sebagian 0
c. Tidak dapat
3. Potensial masalah untuk dicegah
Skala:
30

a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4. Meninjolnya masalah
Skala:
a. Masalah berat harus segera 2 1
ditangani ditangani
b. Masalah yang tidak perlu 1
segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0

TOTAL 5
Skoring = Skor x Bobot
Angka Tertinggi
Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga

b. Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas :

1) Kriteria 1 :Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada

tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan tindakan

segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu

memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah, Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik,

keuangan dan tenaga, Sumber daya perawat dalam bentuk

pengetahuan, keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat

dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan

masyarakat.

3) Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu

diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan

penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan

jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan


31

adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah,

adanya kelompok 'high risk" atau kelompok yang sangat peka

menambah potensi untuk mencegah masalah.

4) Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi

atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai

skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi

keperawatan keluarga.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,

yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan

kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik

tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan

tujuan khusus yang ditetapkan (Friedman, 2003). Penyusunan rencana

perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan

rencana perawatan (Suprajitmo, 2004). Langkah pertama yang dilakukan

adalah merumuskan tujuan keperawatan.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada

lima tugas keluarga.

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan

perencanaan mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan


32

keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga

menurut Friedman, 2003), yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan

endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan,

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga,

mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan

alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber

yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan

dengan seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di

lingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada.

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan.


33

Evaluasi merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses

sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai

tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan

berbagai perbaikan.

Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :

a. Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai

tujuan tindakan keperawatan.

b. Dimensi ketepat gunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya

c. Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan

kemampuan dalam pelaksanan tindakan keperawatan.

d. Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan

perlengkapan dari tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 1998)

Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno, 2004) :

a. S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

a. O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang obyektif.

b. A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif

dan obyektif.

c. P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

D. Konsep Teori Hipertensi

1. Pengertian hipertensi

Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih

dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
34

kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan,

berat badan, tingkat aktivitas normal dan kesehatan secara umum adalah

120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari- hari, tekanan darah normalnya

adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka

pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu

beraktifitas atau olahraga (Pudiastuti, 2013).

Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai pembunuh

gelap/silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan hipertensi

dapat menyerang siapa saja baik muda maupun tua. Hipertensi merupakan

salah satu penyakit paling mematikan di dunia (Pudiastuti, 2013).

Hipertensi tidak secara langsung membunuh penderitanya, akan

tetapi hipertensi memicu munculnya penyakit lain yang mematikan

(Pudiastuti, 2013).

2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan peningkatan tekanan darah sistol

dan diastol. Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint

National .
35

Tabel 2. 1
Kalsifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Tekanan
Tekanan
Klasifikasi tekanan Darah
Darah Sistol
darah Diastol
(mmHg)
(mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
140-159 90-99
stage I
Hipertensi Stage II 160 atau >160 100 atau>1 00
Sumber : Kemenkes RI, 2014

3. Pengukuran tekanan darah

Tekanan darah  diukur dengan menggunakan tensimeter ataubiasa

disebut dengan sphygmomanometer atau blood pressure monitor. Hasil

pengukuran tekanan darah berupa dua angka yang menunjukkan tekanan

sistolik dan tekanan diastolik (Palmer dan William, 2007).

Saat ini terdapat dua jenis tensimeter yaitu :

a. Tensimeter digital

Tensimeter digital merupakan alat tensimeter yang lebih mudah

digunakan dibandingkan tensimeter manual. Alat ini dapat

memberikan nilai hasil pengukuran tanpa harus mendengarkan bunyi

aliran darah (bunyi korotkrof) dan hasil pengukuran dapat dilihat

pada layar. Beberapa alat tensimeter digital juga dapat mencetak hasil

pengukuran tekanan darah (Medycalogi, 2017).

b. Tensimeter manual

Tensimeter manual dibedakan menjadi dua yaitu tensimeter aneroid

dan tensimeter air raksa. Cara mengoperasikan kedua jenis tensimeter


36

ini sama. Perbedaan kedua jenis tensimeter ini adalah pada alat untuk

membaca hasil pengukuran (Medicalogy, 2017).

Menurut Benson dan Casey (2006) ada beberapa hal yang

harus diperhatikan sebelum melakukan pengukuran tekanan darah

yaitu:

1) Jangan minum kafein atau merokok selama 30 menit sebelum

pengukuran

2) Duduk diam selama 5 menit dan Selama pengukuran, duduk di

kursi dengan kedua kaki di lantai dan kedua lengan bertumpu

sehingga siku berada pada posisi yang sama tinggi dengan jantung

3) Bagian manset yang dipompa setidaknya harus mengelilingi

80% lengan, dan manset harus ditempatkan pada kulit yang

telanjang, bukan pada baju

4) Jangan berbicara selama pengukuran.

4. Etiologi hipertensi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi primer dan

sekunder. Prevalensi hipertensi sekunder hanya sekitar 5-8% dari seluruh

penderita hipertensi.

a. Hipertensi esensial (primer)

Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang belum

diketahui penyebabnya walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor

gaya hidup seperti obesitas, alkohol, merokok, kurang bergerak

(inaktivitas) dan pola makan. Tipe ini terjadi pada sebagian besar
37

kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%. Hipertensi primer biasanya

timbul pada usia 30-50 tahun.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi Sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/sebagai

akibat dari adanya penyakit lain. Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya

sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi. Beberapa hal yang

menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah penyakit

ginjal, kelainan hormonal, obat – obatan ( Pudiastuti, 2013).

5. Faktor Risiko Hipertensi

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi diantaranya

sebagai berikut:

a. Usia/Umur

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang

semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun

mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur,

risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi

dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan

kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun (Mansjoer, 2001).

b. Herediter/Keturunan

Menurut Nurkhalida (2003), orang-orang dengan sejarah

keluarga yang mempunyai hipertensi lebih sering menderita

hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada

hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit


38

jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data

statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih

besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita

hipertensi (Soenarta, 2005).

c. Obesitas/Kegemukan

Obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

timbulnya berbagai macam penyakit, salah satunya adalah hipertensi.

Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat

badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun

normotensi (Susilo, 2011). Obesitas meningkatkan risiko terjadinya

hipertensi karena beberapa sebab. Semakin besar massa tubuh maka

semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan

makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar

melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi

tekanan lebih besar pada dinding arteri (Sugiarto, 2007).

d. Asupan Garam

Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara

konsumsi garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat

penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan

garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan

tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan

ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan

hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi


39

esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang

berpengaruh (Yundini, 2006).

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena

menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan

meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang

mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah

rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan

darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan

tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau

2400 mg/hari (Kaplan, 1998).

e. Rokok

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara

rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak

dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung

pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak

rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka

yang tidak merokok (Suyono, 2001).

f. Kopi

Kopi dapat berakibat buruk pada penderita hipertensi karena

kopi mengandung kafein yang meningkatkan curah jantung dan

naiknya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah ini diduga karena

kafein mempunyai efek langsung pada medula adrenal untuk

mengeluarkan epinefrin yang menyebabkan curah jantung meningkat

dan terjadi peningkatan sistole yang lebih besar dari tekanan diastole.
40

Faktor kebiasaan minum kopi di dapatkan dari satu cangkir kopi

mengandung 75-200 mg kafein. Minum kopi lebih dari empat cangkir

kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10

mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg (Anonim, 2009).

Kandungan kafein selain tidak baik pada tekanan darah dalam jangka

panjang, pada orang-orang tertentu juga dapat menimbulkan efek yang

tidak baik seperti tidak bisa tidur, jantung berdebar-debar, nadi cepat,

sesak nafas dan lain-lain (Susilo, 2011).

6. Patofisiologi

Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi

pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh

darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan

kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran

darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan

beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan

peningkatan upaya pemompaan jantung yang akhirnya memberikan

gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan,

2007).

7. Tanda dan Gejala

Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala

pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan

darah. Gejala yang timbul berbeda-beda. Kadang hipertensi esensial

berjalan tanpa gejala dan baru timbul keluhan setelah terjadi kompilasi

yang spesifik pada organ tertentu seperti ginjal, mata, otak dan jantung.
41

Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama

bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit

sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala

biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Akan

tetapi, pada penderita hipertensi berat biasanya akan timbul gejala antara

lain : Sakit kepala, kelelahan, mual dan muntah, sesak nafas, gelisah,

pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah, telinga

berdengung, sulit tidur, rasa berat ditengkuk, nyeri di daerah bagian

belakang, nyeri di dada, otot lemah, pembekakan pada kaki dan

pergelangan kaki, keringat berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan,

denyut jantung menjadi kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi, darah

diurin, dan mimisan (jarang dilaporkan) (Bujawati, 2012).

8. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dalam jangka waktu yang lama akan merusak endotel

dan mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi dapat

merusak organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh

darah besar. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya

penyakit jantung, stroke,.

a. Penyakit jantung

Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resisten

terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga beban jantung

berkurang. Sebagai akibatnya, terjadi hipertropi terhadap ventrikel kiri

untuk meningkatkan kontraksi. Hipertropi ini ditandai dengan

ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk dan


42

dilatasi ruang jantung. Akan tetapi, kemampuan ventrikel untuk

mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi

akhirnya terlampaui dan terjadi dan dilatasi “ (payah jantung)”.

Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis koroner

(Shanty, 2011).

b. Stroke

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke yaitu stroke

iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling sering sekitar

80% kasus adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi akibat aliran darah

diarteri otak terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan

gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan jantung atau

angina. Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Sedangkan

stroke hemoragik sekitar 20% kasus timbul pada saat pembuluh darah

diotak atau di dekat otak pecah, penyebab utamanya adalah tekanan

darah tinggi yang parsisten. (Marliani dan Tantan, 2007).

c. Ginjal

Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal

mengalamiatherosclerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga

aliran darah keginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat

melaksanakan fungsinya. Fungsi ginjal adalah membuang semua

bahan sisa dari dalam darah. Bila ginjal tidak berfungsi, bahan sisa

akan menumpuk dalam darah dan ginjal akan mengecil dan berhenti

berfungsi (Marliani dan Tantan, 2007).


43

d. Mata

Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di

mata, sehingga menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata

yang sensitive terhadap cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vascular

retina. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan dan merupakan

indikator awal penyakit jantung. Oleh karena itu, dokter lain akan

melihat bagian belakang mata anda dengan alat yang disebut

oftalmoskop (Marliani dan Tantan, 2007).

9. Pencegahan

Pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap jika

tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor risiko

penyakit hipertentensi . Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:

a. Memeriksakan tekanan darah secara teratur

b. Menjaga berat badan dalam rentang normal

c. Mengatur pola makan antara lain dengan mengonsumsi makanan

berserat , rendah lemak dan mengurangi garam

d. Menghentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol

e. Tidur secara tratur

f. Mengurangi stres dengan melakukan rekreasi

10. Pengobatan

Pengobatan hipertensi bertujan untuk mengurangi morbiditas dan

mortalitas serta mengontrol tekanan darah. Pengobatan hipertensi dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu non farmakologi (perubahan gaya hidup)

dan farmakologi (Pudiastuti, 2013).


44

a. Non farmakologi

Non farmakologi dapat dilakukan dengan cara modifikasi gaya hidup

diantaranya yaitu:

1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih: penderita

hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat badan,

membatasi asupan kalori, dan peningkatan pemakaian kalori

dengan latihan fisik yang teratur (Pudistuti, 2013).

2) Membatasi asupan garam tidak lebih dari ( ) sendok teh

atau 6 gram/hari. Contohnya biscuit, crackers, keripik dan

makanan kering yang asin serta makanan dan minuman dalam

kaleng (sarden, sosis, kornet, sayuran serta buah-buahan dalam

kaleng, soft drink) (Kemenkes RI, 2013).

3) Meningkatkan aktivitas fisik : orang yang aktivitasnya rendah

berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. aktifitas

fisik yang dilakukan rutin selama 30-45 menit setiap hari dengan

frekuensi 3-5 kali per minggu akan membantu mengontrol tekanan

darah. Contoh aktivitas fisik (olahraga) yang dapat dilakukan yaitu

jalan, lari, jogging, bersepeda. ( Pudiastuti, 2013 dan Kemenkes

RI, 2013).

4) Membatasi konsumsi kafein karena kafein dapat memacu jantung

untuk bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya.

5) Membatasi makan makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi

(otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih) (Kemenkes RI, 2013).


45

6) Menghindari alkohol: alkohol dapat meningkatkan tekanan darah

dan menyebabkan resitansi terhadap obat anti hipertensi. Penderita

yang minum alkohol sebaiknya membatasi asupan etanol sekitar

satu ons sehari (Pudiastuti, 2013).

b. Terapi farmakologi

Terapi farmakologi, obat anti hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII

yaitu:

1) Diuretika

Diuretika { tablet hydrochlorothiazide (HTC), Lasix

(furosemide) } merupakan golongan obat hipertensi dengan proses

pengeluaran cairan tubuh (natrium) via urin sehingga mengurangi

volume cairan dalam tubuh.Dengan turunnya kadar natrium maka

tekanan darah akan turun. Tetapi karena potassium kemungkinan

terbuang dalam cairan urin, maka pengontrolan konsumsi

potassium harus dilakukan (Pudiastuti,2013)

2) Vasodilator

Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriol

sehingga daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan

darah menurun. Obat yang termasuk dalam jenis vasolidator adalah

hidralazine dan encarazine (Gunawan, 2001).

3) Antagonis kalsium

Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat

pemasukan ion kalsium kedalam sel otot polos pembuluh dengan

efek vasodilitasi dan turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis


46

kalsium yang terkenal adalah nifedipin dan verapamil (Gunawan,

2001).

4) Penghambat ACE

Obat penghambat ACE ini menurunkan tekan darah dengan cara

menghambat Angiontensin Converting enzyme yang berdaya

vasokontriksi kuat. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal

adalah Captopril (capoten) dan enalapril (Gunawan,2001).


47

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn.S DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG EMAS
KABUPATEN TANAH DATAR
TAHUN 2021

A. Pengkajian keluarga

1. Data umum

a. Nama KK : Tn. S
b. Umur : 67 tahun
c. Pekerjaan : Tani
d. Pendidikan : SD
e. Alamat : Jorong Saruaso Utara, Kec. Tanjung Emas
f. Komposisi Keluarga

NO. Nama Jenis Hub. Umur Pendi Status Imunisasi


Kelamin Kel. Dikan
KK BCG Polio DPT Hepatitis Campak
1. Tn. S LK KK 67 th SD - - - - - - - - - - -
2. Ny.N PR Istri 59 th SD - - - - - - - - - - -
3 An. D PR Anak 38 SMA v v v v v v v - - - v
4 An. S PR Anak 35 SMP v v v v v v v - - - v

47
48

g. Genogram

Keterangan :
: Laki- laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

: Tinggal Serumah

Tn S memiliki anak 2 orang yang sudah menikah semuanya dan telah

mempunyai 5 orang cucu

Untuk orang tua dari Ny. N sudah meninggal dunia, dulunya ibu dari

Ny N mempunyai riwayat Hipertensi. Sementara untuk anak-anak Tn

S dan Ny N saat ini tidak ada yang menderita hipertensi dan yang ada

hanya sakit gastritis pada anak kedua dan untuk cucu Tn S tidak ada

yang menderita sakit.

h. Tipe Keluarga

Keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga Tradisional (Traditional


49

Family) dimana termasuk Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family)

yang terdiri dari suami istri dengan anak yang sudah memisahkan diri.

i. Suku dan Bangsa

Keluarga Tn. S memiliki kebangsaan Indonesia dengan suku

minangkabau.

Kesimpulan : tidak ada masalah dalam suku bangsa, karna keluarga

Tn.S menjunjung tinggi adat dan istiadat

j. Agama

Keluarga Tn. S semuanya beragama islam, dan Tn S sangat taat

dalam menjalankan agama islam

Kesimpulan: tidak ada masalah dalam agama, karna semua anggota

keluarga Tn.E meiliki agama islam dan taat beribadah

k. Status Sosial dan ekonomi

Tn. S bekerja sebagai petani sedangkan istri bekerja sebagai

Ibu Rumah Tangga dan kadang membantu suaminya untuk ke sawah

dan ke ladang. Penghasilan Tn. S tidak menetap setiap bulannya ±

Rp. 3.000.000 s/d 4.000.000,- . Kadang Tn S dan Ny N juga diberi

uang oleh dari anak- anaknya dan pengeluaran Tn S dan Ny N

digunakan untuk keperluan kebutuhan sehari-hari, untuk Berobat jika

sakit dan sebagian di tabung jika ada hal-hal yang mendesak dapat

digunakan.

Kesimpulan : status social ekonomi berada di kelas menengah

(middle class)
50

l. Aktivitas dan rekreasi

Tn. S mengatakan walaupun tinggal di rumah hanya berdua namun,

sering ditemui oleh anak dan cucunya, dikarenakan jarak rumah tidak

terlalu jauh. Waktu senggang dihabiskan dengan Menonton TV

bahkan kadang-kadang Membersihkan Halaman Rumah.

Kesimpulan : biasanya dilakukan saat semua anggota keluarga

lengkap

2. Riwayat dan tahap perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Tn. S memasuki tahap perkembangan ke VIII yaitu

keluarga dalam masa pensiunan dan lansia.

b. Tugas perkembangan keluarga

Dimana Tugas perkembangan keluarga sudah terpenuhi, contohnya

saja Tn S tetap mempunyai hubungan yang harmonis dengan Ny N

serta tetap meyempatkan waktu untuk bertemu dengan anak-anak dan

cucunya, Tn S sering memberikan nasehat dan dukungan kepada

anak-anak mereka dalam menyikapi masalah kehidupan,

Kesimpulan: Tidak ditemukan tahap perkembangan yang belum

terpenuhi

c. Riwayat kesehatan keluarga sekarang

Ny.N mengatakan sering kepala terasa sakit dan menjalar

hingga ke punggung, pusing, dada terasa berat kaki sering juga sakit

bila malam hari. untuk tekanan darah Ny.N sering kontrol ke bidan

terdekat atau kadang kalau ada layanan pemeriksaan gratis dimana


51

saja, Ny N sangat menjaga pola makannya agar tidak memicu naiknya

tekanan darah. Ny.N memeriksa tekanan darah ketika kepala terasa

sakit.

Ny.N menderita hipertensi ± 18 tahun yang lalu. Ny.N sudah

sering berobat ke puskesmas atau bidan polindes dan untuk sekarang

Ny N lebih sering mengunakan obat – obat tradisional dan obat bebas

yang di jual di pasar dan warung untuk menjaga kondisi fisiknya.

Tetapi Apabila Tekanan darah Ny N naik maka hal yang dilakukan

yaitu beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya kadang minum obat

penurun tensi yang diberikan puskesmas

Untuk Tn. S sering mengalami batuk-batuk dan demam Tn. S

sendriri merupakan perokok aktif, bisa menghabiskan 2 bungkus

rokok perhari.

Tn. S mengatakan sering merokok dalam rumah beserta

teman- temannya dan Ny. N juga sering ikut bekumpul untuk

berbincang –bincang dan Tn S sudah sering diingatkan oleh anak-

ankanya untuk berhenti merokok tetapi Tn S tetap belum bisa / mau

untuk berhenti merokok

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Orang tua dari Ny N dulunya mempunyai riwayat sakit Hipertensi

yang mana saudaranya jg mengalami hipertensi, keduanya mengalami

hipertensi. Sementara Tn S untuk riwayat sakit orang tua perempuanya

dulu menderita sakit asma.


52

3. Pengkajian Lingkungan

a. Pengkajian Karakteristik Rumah

Keluarga memiliki rumah permanen dengan luas ± 12 x 7 m,

dengan keadaan ventilasi yang sudah sebanding dengan luas ruangan

serta pencahayaan yang cukup terang sehingga sinar matahari dapat

masuk kedalam ruangan, dimana rumah Tn S terdapat 3 buah kamar,

1 ruang tamu cukup luas, 1 Ruang keluarga dan ruang makan, dapur

yang terletak diruang belakang, untuk kamar mandi dengan kondisi

agak sedikit kotor, memiliki 1 Kamar mandi, 1 WC jongkok

Tidak terdapat kain yang bergantungan di setiap kamar, semua

barang tertata rapi dan Tn. S makan bersama di ruang makan.

Keadaan Air minum bening, tidak berbau, bersih PDAM kemudian

rebus untuk meminumnya. Untuk Saluran pembuangan air limbah

sudah ada.

Keluarga memiliki perkarangan lingkungan yang luas dengan

tanaman bunga dan sayuran serta TOGA Keluarga Tn S tidak

memiliki hewan ternak, Untuk sarana penerangan Tn. S

menggunakan listrik.
53

Denah rumah

Pekarangan

Teras

Ruang Kamar 1
Tamu

Kamar 2

Ruang makan

Kamar 3

Dapur

WC

`
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Rumah Tn. S berada di wilayah jorong yang mayoritas penduduk

disekitarnya adalah petani, dengan mayoritas tetangga status sosial

ekonomi menengah ke bawah, yang mana merupakan penduduk asli

Jorong Saruaso Utara, bahkan mayoritas tetanggga Tn S merupakan

Keluarga yang Satu Suku, sehingga keluarga Tn S dan tetangga selalu

hidup saling menghargai, peduli dan memiliki semangat gontong


54

royong yang tinggi , sarana jalan sudah di aspal, sarana kesehatan di

lingkungan tersebut berupa bidan desa. Tetangga Tn. S

keseluruhannya beragama islam.

c. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn. S tidak pernah berpindah tempat tinggal, berawal sejak

Ny.N dan Tn. S berkeluarga

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan komunitas

Tn. S dan Ny N memiliki dua orang anak yang mempunyai rumah di

sekitar rumah Ny.N Untuk di masyarakat Tn S cukup aktif dalam

kegiatan di kenagarian, sementara Ny N cukup aktif hanya kadang-

kadang mengikuti kegiatan bundo kanduang, PNPM, wirid yasin

e. Sistem Pendukung Keluarga

Tn. S memiliki tetangga yang peduli dengannya, dan memiliki anak-

anak yang tinggal dekat dengan rumah Tn. S . Untuk jaminan

kesehatan Tn S dan Ny N memiliki Jaminan kesehatan /BPJS

4. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi

Keluarga mengatakan Komunikasi dua arah (feedback) dan bahasa

yang dilakukan antar keluarga yakni menggunakan bahasa

minangkabau, Tn S sebagai kepala keluarga yang memutuskan suatu

masalah dan apabila ada masalah dilakukan musyawarah dengan

kepala dingin. Untuk anak- anak walaupun sudah berkeluarga jika ada

masalah selalu berkonsultasi dalam penyelesaian masalahnya kepada

Tn S.
55

Kesimpulan: Komunikasi Pada keluarga Tn. S terjalin dengan efektif

b. Struktur kekuatan Keluarga

Tn S mempunyai peran yang lebih kuat dibandingkan anggota

keluarga lain dalam mengambil tindakan, mengambil keputusan

walaupun dilakukan musyawarah bersama-sama tetapi tetap di pimpin

oleh Tn. S .

Kesimpulan: Keluarga Tn S memiliki gambaran diri yang cukup

positif

c. Struktur Peran

Tn. S berperan sebagai Kepala Keluarga sedangkan Ny N berperan

sebagai Istri. Tn. S menghabiskan lebih banyak waktu di masyarakat

dan bekerja.

d. Nilai dan Norma Keluarga

Tn. S mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anaknya sikap

bertanjung jawab, hormat menghormati dan berpegang teguh pada

ajaran agama Islam

Kesimpulan: Keluarga Tn S tidak ada penerapan aturan khusus

terhadap anggota keluarga yang lain, hanya mengikuti

aturan biasa di jalankan seperti ajaran agama Islam

5. Fungsi Keluarga

B. Fungsi Afektif

Keluarga Tn. S mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar

anggota keluarga, saling menyayangi dan menghormati.


56

Kesimpulan: Tn S mampu mengajarkan anak-anaknya untuk yang

berbakti kepada orang tua dan saling menyayangi dan

menghormati.

a. Fungsi Sosialisasi

Keluarga mengatakan bersosialisasi dengan baik antar warga terutama

tetangga, Keluarga juga mengatakan interaksi antar anggota keluarga

dapat berjalan dengan baik.

b. Fungsi Perawatan Kesehatan

1) Kemampuan mengenal masalah kesehatan

Ny N mengatakan kurang mengetahui penyakitnya dan

tidak terlalu paham cara pencegahan dan pengobatan dari

penyakitnya. Ny N sering mengkonsumsi obat dan juga obat hebal,

tetapi memiliki kebiasan minum obat hanya disaat sakit, dan Ny N

juga jarang melakukan olah raga, kadang juga membeli obat bebas

saj di warung,untuk kebiasaan makan Ny N sudah mencoba

mengurangi asupan Garam tetapi Ny N dan Tn S kurang

mengkonsumsi sayur dan buah serta juga belum mengkonsumsi

susu karena Ny N merasa mual jika minum susu. Untuk konsumsi

air putih juga kurang dari 2 liter perhari. Ny N dan Tn S

mengatakan selama ini memakan semua makanan yang disukai dan

tidak mengerti dengan larangan terhadap makanan yang

meningkatkan penyakit

Untuk perawatan kebersihan diri Tn S dan Ny N mandi dan

sikat gigi 2x sehari mengunakan peralatan mandi seperti sabun,


57

sampo & odol, sementara untuk rutin mencuci tangan dengan

sabun & air mengalir masih jarang dilakukan, paling cuci tangan

hanya saat akan makan.

2) Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Tn S selalu berkonsultasi dengan anak- anaknya. Jika keadaaan

masih biasa ditangani dirumah maka akan diobati dirumah saja,

tetapi jika kondisi memburuk maka akan dikonsulkan ke

puskesmas atau klinik swasta dan rumah sakit

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Jika ada keluarga yang sakit, Tn S dan anak-anak saling

mendukung dalam memberikan pengobatan yang terbaik untuk

anggota keluarga yang sakit

4) Kemampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan yang

sehat

Tn. S mengatakan selalu membersihkan rumahnya. Sering

mengunakan lahan yang kosong untuk menanam tanaman TOGA

5) Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

Tn. S mengatakan jika ada yang sakit akan di bawa ke rumah sakit

ataupun klinik swasta.

6. Stres dan Koping Keluarga

a. Stres Jangka Pendek dan Panjang

1) Stres Jangka Pendek

Saat Ini Tn S sangat cemas dengan kondisi mewabahnya virus

Covid-19, yang nama kegiatan-kegiatan di masyarakat banyak


58

yang dilarang. Tn S dan Ny N juga mengatakan bingung mau

melakukan aktifitas sehari-hari karena banyaknya larangan saat ini,

Tn S dan Ny N jarang memakai masker karena mereka mengatakan

tidak nyaman untuk memakai masker dalam berkegiatan sehari-hari

2) Stres Jangka Panjang

Keluarga mengatakan masalah yang dihadapi sekarang bagaimana

cara merawat tekanan darahnya apabila sering naik. Keluarga

selalu berusaha merawat sebaik mungkin dan semampunya serta

berdoa kepada tuhan agar sama – sama diberi kekuatan dan

kesehatan yang baik.

b. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi/ Stresor

Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke petugas

kesehatan dan jika parah ke puskesmas atau rumah sakit

c. Strategi Koping Konstruktif yang digunakan

Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan

masalah yang ada.

d. Strategi Adaptasi Disfungsional

Baik : Ny N dan Tn S sangat bersemangat untuk mendengarkan

informasi tentang penyakitnya dan sangat aktif bertanya

bagaimana perawatanya karena Ny N mengatakan

kurang tahu apakah macam-macam obat tradisonal yang

lainnya yang bisa digunakan untuk penyakitnya.

Tidak Baik: Ny.N apabila merasakan pusing atau timbul gejala

tekanan darah meningkat Ny.N baru meminum obat.


59

sementara obat hipertensi harus diminum secara rutin

dan kadang Ny N masih bingung dengan perawatannya

dengan raut wajah / kening yang mengkerut dan pada

saat ditanya Ny N hanya diam

7. Pemeriksaan Fisik

Tabel 3.1
Pemeriksaan Fisik

No. Pemeriksaan Tn. S Ny. N


1. Tanda Vital TD : 100/60 mmHg TD: 180/90 mmHg
Nadi :84 x/i Nadi :78 x/i
RR : 20 x/i RR: 26 x/i
S: 36,9 S: 36,7
2. TB dan BB TB: 164 cm TB:178 cm
BB: 70 Kg BB: 65 Kg
IMT: 26,02 ( kelebihan BB) IMT: 26,03 ( kelebihan BB)
3. Kepala Inspeksi : Rambut Inspeksi : Rambut
terdistribusi merata, terdistribusi merata,
beruban, kulit kepala beruban, kulit kepala
bersih, kepala simetris bersih, kepala simetris
Palpasi : Benjolan (-) Palpasi : Benjolan(-),
Lesi(-), Nyeri(-) Lesi(-), Nyeri(-)

4. Mata Inspeksi : Konjungtiva an Inspeksi : Konjungtiva un


anemis, sclera ikterik, anemis, sclera ikterik,
pupil+/+ pupil+/+
Palpasi : Benjolan(-), Palpasi : Benjolan(-),
lesi(-), Nyeri(-) lesi (-), Nyeri(-)
5. Hidung Inspeksi : Mukosa lembab, Inspeksi : Mukosa lembab,
pengeluaran cairan atau pengeluaran cairan atau
lendir(+), pembengkakan(-) lendir(+), pembengkakan(-)
Palpasi : Benjolan(-), Palpasi : Benjolan(-),
Lesi(-), Nyeri(-) Lesi(-), Nyeri(-)
6. Telinga Inspeksi : Simetris, Inspeksi : Simetris,
pembengkakan(-), pembengkakan(-),
pengeluaran cairan(-), pengeluaran cairan(-),
Serumen(-), berdengung(-) Serumen(-), berdengung(-)
Palpasi : Benjolan(-), Palpasi : Benjolan(-),
Lesi(-), Nyeri(-) Lesi(-), Nyeri(-)
7. Mulut dan Inspeksi : Simetris, Inspeksi : Simetris,
Gigi mukosa lembab, gigi sudah mukosa lembab, Gigi
ntidak lengkap sudah ada 6 memiliki caries dan sudah
buah di cabut terutama tidak lengkap , ada 4 yang
60

graham pembengkakan(-), di cabut dan juga memiliki


Gigi memiliki caries, gigi palsu
kesulitan menelan(-) pembengkakan(-), Gigi
Palpasi : Benjolan(-), kuning, kesulitan menelan
Lesi(-), Nyeri(-) (-)
Palpasi : Benjolan(-),
Lesi(-), Nyeri(-)
8. Leher Inspeksi : Simetris, Inspeksi : Simetris,
pembengkakan kelenjar pembengkakan kelenjar
tiroid(-), JVP (-) tiroid(-), JVP (-)
Palpasi : Benjolan(-), Palpasi : Benjolan(-),
Lesi(-), Nyeri(-) Lesi(-), Nyeri(-)
9. Dada Jantung Jantung
Inspeksi : Dada simetris, Inspeksi : Dada simetris,
Pelebaran batas Pelebaran batas
jantung(-) jantung(-)
Palpasi : Benjolan(-), Palpasi : Benjolan(-),
Lesi(-), Nyeri(-) Lesi(-), Nyeri(-)
Perkusi : Redup pada Perkusi : Redup pada
area jantung area jantung
Auskultasi : Bunyi normal Auskultasi : Bunyi normal
S1 dan S2, tidak ada bunyi S1 dan S2, tidak ada bunyi
jantung tambahan, jantung tambahan,
murmur(-), Gallop(-) murmur(-), Gallop(-)
Paru – Paru Paru – Paru
Inspeksi : Dada simetris, Inspeksi : Dada simetris,
menggunakan otot bantu menggunakan otot bantu
nasfas nasfas
Palpasi : Ekspansi Palpasi : Ekspansi
dinding dada simetris, dinding dada simetris,
Benjolan(-), Lesi(-), Nyeri Benjolan(-), Lesi(-), Nyeri
(-) (-)
Perkusi : Sonor pada area Perkusi : Sonor pada area
paru - paru paru - paru
Auskultasi : Bunyi nafas Auskultasi : Bunyi nafas
bronko vesikuler bronko vesikuler
wheezing(+/-),krekle(-/-) wheezing(+/-), krekle (-/-)

10. Abdomen Inspeksi : Abdomen datar Inspeksi : Abdomen datar


Palpasi : Benjolan(-), Palpasi : Benjolan(-),
Lesi(-), Nyeri tekan(-), Lesi(-), Nyeri tekan(-),
Nyeri ulu hati(-) Nyeri ulu hati(+)
Perkusi : Timpani pada Perkusi : Timpani pada
area abdomen area abdomen
Auskultasi : BU (+) Auskultasi : BU (+)
11. Ekstremitas Inspeksi : Edema(-), Inspeksi : Edema(-),
rentang gerak sempurna, rentang gerak sempurna,
kekuatan otot : kekuatan otot :
61

Palpasi : Benjolan(-), Palpasi : Benjolan(-),


Lesi(-), Nyeri(-) Lesi(-), Nyeri(-)
Perkusi : Reflex patella Perkusi : Reflex patella
(++/++) (++/++)
12. Kulit Inspeksi : Warna sawo Inspeksi : Warna sawo
matang, Lesi(+) pada kaki matang, Lesi(-), Tugor kulit
kiri, Tugor kulit kering lembab
Palpasi : Benjolan(-), Palpasi : Benjolan(-),
Lesi(-),Nyeri(-), Lesi(-),Nyeri(-),

8. Harapan Keluarga

Ny N mengatakan agar penyakit hipertensinya tidak sering kambuh lagi

dan ingin memahami lebih banyak lagi tentang bagaimana perawatan

penyakit Ny N keluarga masih butuh penjelasan lebih lanjut tentang

perawatan dan obat/penangananya, serta Tn . S dapat berhenti merokok

DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


- Ny N Mengatakan memiliki riwayat - TD: 180/90 mmHg
penyakit hipertensi ± 18 tahun yang - Nadi :78 x/i
lalu hingga sampai saat ini - RR: 26 x/i
- Ny N dan Tn S mengatakan selama - S: 36,7
ini memakan semua makanan yang - Nyeri Ulu hati (+)
disukai dan tidak mengerti dengan - Tn. S merupakan perokok
larangan terhadap makanan yang aktif
meningkatkan penyakit - Tn S menghabiskan ± 2
- Ny N memiliki kebiasan minum Bungkus rokok perhari
obat hanya disaat sakit ( tidak rutin) - Nafas Ny N sering sesak
dan menkonsumsi obat warung / apalagi saat tekanan darahnya
obat bebas tinggi
- Ny N dan Tn S kurang - Pasien dan keluarganya jarang
mengkonsumsi sayur dan buah serta pergi ke puskesmas atau
juga belum mengkonsumsi susu polindes hanya meriksa
karena Ny N merasa mual jika tekanan darah dengan petugas
minum susu. Untuk konsumsi air bidan swasta atau ada layanan
putih juga kurang dari 2 liter pemeriksaan TD gratis
perhari. - Tn S dan Ny N kurang
- Ny N mengatakan saat tekanan konsumsi sayur dan buah serta
darahnya tinggi/penyakitnya kumat air putih kurang dari 2 liter
kepala terasa sakit hingga menjalar perhari
62

ke punggung dan pandangan - Tugor kulit Tn S kering


berkunang – kunang serta nafas - Keluarga terutama Ny N
menjadi sesak tampak bersemangat untuk
- Ny N ingin mengetahui lebih lanjut mengatasi masalah kesehatan
perawatan hipertensinya dan cara dan pencegahannya
mencegah agar penyakitnya dapat - Ny N dan Tn S tampak sangat
terkontrol bersemangat mendengarkan
- Ny N mengatakan tidak terlalu beberapa cara perawatan yang
mengerti tentang penyakit disampaikan
hipertensi - Ny N tampak bingung tidak
- Ny N mengatakan kurang tahu mengerti tentang penyakit
apakah macam-macam obat hipertensi bahkan komplikasi
tradisonal yang lainnya yang bisa lebih lanjut.
digunakan untuk penyakitnya dan - Ny N dan Tn S banyak
tidaktau cara untuk mengurangi rasa bertanya tentang penyakit
sakit kepala saat penyakitnya hipertensi
kambuh - Pasien masih bingung dengan
- Ny N mengatakan tidak tahu perawatannya dengan raut
mengapa dirinya bisa terkena wajah / kening yang mengkerut
penyakit hipertensi dan pada saat ditanya pasien
- Ny N mengatakan kurang tahu hanya diam
paham dengan kesehatannya saat ini - Ny N
- Ny N dan Tn S mengatakan jarang tidak mampu menjelaskan peri
melakukan aktifitas olah raga hal mengenai penyakit
- Tn S mengatakan sangat cemas hipertensi.
dengan kondisi mewabahnya virus - Ny N tampak gelisah dan
Covid-19, yang nama kegiatan- tegang dengan kondisi saat ini
kegiatan di masyarakat banyak yang - Ny N dan Tn S banyak
dilarang. bertanya tentang Covid-19 dan
- Tn S dan Ny N mengatakan apa saja yang harus dilakukan
bingung mau melakukan aktifitas - Tn. S dan Ny N tidak
sehari-hari karena banyaknya menggunakan masker dalam
larangan karana covid berkegiatan di luar rumah
- Tn S dan Ny N mengatakan tidak - Kekuatan/massa Otot :
nyaman untuk memakai masker
dalam berkegiatan sehari-hari

C. Analisa Data
63

Ds:
- Ny N mengatakan saat tekanan darahnya Pemeliharaan
tinggi/penyakitnya kumat kepala terasa kesehatan tidak efektif
sakit hingga menjalar ke punggung dan ( D.0117 )
pandangan berkunang – kunang serta
nafas kadang menjadi sesak
- Ny.N sudah menderita hipertensi ini sejak
18ntahun yang lalu
- Ny N dan Tn S mengatakan selama ini
memakan semua makanan yang disukai
dan tidak mengerti dengan larangan
terhadap makanan yang meningkatkan
penyakit
- Ny N memiliki kebiasan minum obat
hanya disaat sakit ( tidak rutin) dan
makan obat warung / obat bebas
- Ny N dan Tn S kurang mengkonsumsi
sayur dan buah serta juga belum
mengkonsumsi susu karena Ny N merasa
mual jika minum susu. Untuk konsumsi
air putih juga kurang dari 2 liter perhari.
- Ny N dan Tn S mengatakan jarang
melakukan aktifitas olah raga
Do :
- RR = 26 x/i
- Nyeri Ulu hati (+)
- Tn. S merupakan perokok aktif
- Tn S menghabiskan ± 2 Bungkus rokok
perhari
- Nafas Ny N sesak apalagi saat tekanan
darahnya tinggi
- Pasien dan keluarganya jarang pergi ko
puskesmas atau polindes .
- Tn S dan Ny N kurang konsumsi sayur
dan buah serta air putih kurang dari 2 liter
perhari

DS:
- Ny N dan Tn S mengatakan selama ini Kesiapan peningkatan
memakan semua makanan yang disukai manajemen kesehatan
dan tidak mengerti dengan larangan
terhadap makanan yang meningkatkan ( D 0112 )
penyakit
- Ny N mengatakan saat tekanan darahnya
tinggi/penyakitnya kumat kepala terasa
sakit hingga menjalar ke punggung dan
pandangan berkunang – kunang seta nafas
menjadi sesak
64

- Ny N ingin mengetahui lebih lanjut


perawatan hipertensinya dan cara
mencegah agar penyakitnya dapat
terkontrol
- Ny N Mengatakan memiliki riwayat
penyakit hipertensi ± 18 tahun yang lalu
hingga sampai saat ini
- Ny N mengatakan kurang tahu apakah
macam-macam obat tradisonal yang
lainnya yang bisa digunakan untuk
penyakitnya.
- Ny N mengatakan tidak tahu mengapa
dirinya bisa terkena penyakit hipertensi
- Ny N mengatakan kurang tahu paham
dengan kesehatannya saat ini.

DO :
- Keluarga terutama Ny N tampak
bersemangat untuk mengatasi masalah
kesehatan dan pencegahannya
- Ny N dan Tn S tampak sangat
bersemangat mendengarkan beberapa
cara perawatan yang disampaikan
- Pasien masih bingung dengan
perawatannya dengan raut wajah / kening
yang mengkerut dan pada saat ditanya
pasien hanya diam
- Ny N tidak mampu menjelaskan perihal
apa saja yang harus di kontrol dan di agar
penyakitnya tidak kambuh .
- TD: 180/90 mmHg
- Nadi :78 x/i
- RR: 26 x/i
- S: 36,7
DS: Kesiapan peningkatan
- Tn S mengatakan sangat cemas dengan koping keluarga
kondisi mewabahnya virus Covid-19. terhadap penyakit
- Tn S dan Ny N mengatakan bingung mau Covid -19
melakukan aktifitas sehari-hari karena (D.0090)
banyaknya larangan
- Tn S dan Ny N mengatakan tidak nyaman
untuk memakai masker dalam berkegiatan
sehari-hari
DO:
- Ny N tampak gelisah dan tegang dengan
kondisi saat ini
- Ny N dan Tn S bayak bertanya tentang
Covid-19 dan apa saja yang harus
65

dilakukan
- Tn. S dan Ny N tidak menggunakan
masker dalam berkegitan di luar rumah
- TD: 180/90 mmHg
- Nadi :78 x/i
- RR: 26 x/i
- S: 36,7

3. Prioritas Masalah
Skor Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : Keluarga
Skala : 3/3 x 1 bersemangat
 Tidak/ Kurang sehat/ Aktual 3 1 =1 untuk
 Ancaman Kesehatan/ Resiko meningkatkan
 Keadaan Sejahtera/ Potensial kesehatan
keluarga
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah Masalah keluarga
Skala : dapat menerima
 Mudah 2 2 2/2 x 2 edukasi dengan
 Sebagian =2 baik
 Tidak Dapat
3 Potensial Masalah untuk Dicegah Kemampuan
Skala : keluarga untuk
 Tinggi 2 1 3/3 x 1 merubah kondisi
 Cukup =1 cukup tinggi
 Rendah
4 Menonjolnya Masalah Keluarga
Skala : menyadari
 Masalah berat, harus segera 2 1 2/2 x 1 masalah anggota
ditangani =1 keluarga dan
 Ada masalah tetapi tidak perlu ingin sekali
ditangani meningkatkan
 Masalah tidak dirasakan kesehatan
dianggota
keluarganya
Jumlah 9 5

Skor Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan


66

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah : Masalah adalah
Skala : 3/3 x 1 keadaan yang
 Tidak/ Kurang sehat/ Aktual 3 1 = 1 sudah terjadi dan
 Ancaman Kesehatan/ Resiko perlu di lakukan
 Keadaan Sejahtera/ Potensial tindakan segera
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah Masalah dapat
Skala : menerima
 Mudah 2 2 2/2 x 2 edukasi yang
 Sebagian =2 diberikan oleh
 Tidak Dapat tenaga kesehatan
3 Potensial Masalah untuk Dicegah Kemampuan
Skala : keluarga untuk
 Tinggi 3 1 3/3 x 1 merubah kondisi
 Cukup =1 cukup tinggi
 Rendah
4 Menonjolnya Masalah Keluarga
Skala : menyadari
 Masalah berat, harus segera 1 1 1/2 x 1 masalah anggota
ditangani = 1/2 keluarga dan
 Ada masalah tetapi tidak perlu ingin sekali
ditangani meningkatkan
 Masalah tidak dirasakan kesehatan
dianggota ke

luarganya
Jumlah 9 4 1/2

Kesiapan peningkatan koping keluarga


67

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah : Keluarga kurang
Skala : 2/3 x 1 mampu
 Tidak/ Kurang sehat/ Aktual 2 1 = 2/3 menjalankan
 Ancaman Kesehatan/ Resiko pemeliharaan
 Keadaan Sejahtera/ Potensial kesehatan secara
efektif
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah Masalah dapat
Skala : diubah dengan
 Mudah 2 1/2 x 2 keinginan
 Sebagian 1 =1 keluarga untuk
 Tidak Dapat mencapai
kesehatan yang
baik
3 Potensial Masalah untuk Dicegah Keinginan
Skala : keluarga untuk
 Tinggi 1 2/3 x 1 mencari tahu
 Cukup 2 = 2/3 perilaku hidup
 Rendah sehat untuk
terhindar dari
penyakit cukup
baik
4 Menonjolnya Masalah Keluarga
Skala : menyadari
 Masalah berat, harus segera 2 2/2 x 1 masalah dan
ditangani 1 =1 menangani agar
 Ada masalah tetapi tidak perlu masalah
ditangani kesehatan dapat
 Masalah tidak dirasakan teratasi
Jumlah 9 3 1/3

Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif


2. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
3. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga
68

A. Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif

Data SDKI SLKI SIKI

Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi


DS : D.0117 Pemeliharaan Keluarga mampu Keluarga mampu
- Ny N mengatakan saat tekanan kesehatan tidak mengenal masalah : mengenal masalah :
darahnya tinggi/penyakitnya efektif L.12111 Tingkat pengetahuan: I.12444 Edukasi: proses
kumat kepala terasa sakit Kemampuan penyakit
hingga menjalar ke punggung menjelaskan tentang
dan pandangan berkunang – Hipertensi.
kunang serta nafas kadang
menjadi sesak Keluarga mampu Keluarga mampu
- Ny.N sudah menderita memutuskan: memutuskan:
hipertensi ini sejak 18ntahun L.12104 Manajemen kesehatan: I.12525 Pelibatan keluarga
yang lalu Menerapkan program
- Ny N mengatakan tidak terlalu perawatan.
mengerti tentang penyakit Keluarga mampu Keluarga mampu
hipertensi merawat: merawat: Edukasi
- Ny N memiliki kebiasan minum L.12110 Tingkat kepatuhan: I.12442 prosedur tindakan
obat hanya disaat sakit ( tidak Perilaku mengikuti “Pemberian Jus timun
rutin) dan makan obat warung / program (Aisyah, Enny Probosari
obat bebas perawatan/pengobatan 2014 ), “Terapi
- Ny N dan Tn S kurang Akupresur (Sukmadi,
mengkonsumsi sayur dan buah 2021)”,“Efektivitas
serta juga belum mengkonsumsi rendam kaki air hangat
susu karena Ny N merasa mual dan relaksasi nafas
jika minum susu. Untuk dalam ( ferayanti, N
konsumsi air putih juga kurang 2017 )
dari 2 liter perhari.
69

- Ny N dan Tn S mengatakan Keluarga mampu


jarang melakukan aktifitas olah Keluarga mampu memodifikasi
raga memodifikasi lingkungan :
DO : L.12107 lingkungan: Perilaku Manajemen perilaku
- RR = 26 x/i kesehatan: Pencapaian I.12463
- Nyeri Ulu hati (+) pengendali kesehatan
- Tn. S merupakan perokok aktif
- Tn S menghabiskan ± 2 Keluarga mampu
Bungkus rokok perhari Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
- Nafas Ny N sesak apalagi saat memanfaatkan kesehatan :
tekanan darahnya tinggi fasilitas kesehatan: Rujukan
- Pasien dan keluarganya jarang L.12106 Pemeliharaan I.12473
pergi ko puskesmas atau kesehatan: Perilaku
polindes . mencari bantuan
- Tn S dan Ny N kurang
konsumsi sayur dan buah serta
air putih kurang dari 2 liter
perhari
70

DS : Keluarga mampu Keluarga mampu


- Ny N dan Tn S mengatakan D.0112 Kesiapan mengenal masalah : mengenal masalah:
selama ini memakan semua peningkatan L.12111 Tingkat pengetahuan: I.12838 Edukasi kesehatan
makanan yang disukai dan tidak manajemen Pengetahuan tentang diet
mengerti dengan larangan kesehatan hipertensi Keluarga mampu
terhadap makanan yang memutuskan untuk
meningkatkan penyakit meningkatkan atau
- Ny N mengatakan saat tekanan memperbaiki
darahnya tinggi/penyakitnya Keluarga mampu kesehatan: Dukungan
kumat kepala terasa sakit memutuskan untuk I.09265 pengambilan
hingga menjalar ke punggung meningkatkan atau keputusan
dan pandangan berkunang – memperbaiki
kunang serta nafas menjadi kesehatan:
sesak L.12107 Perilaku kesehatan :
- Ny N ingin mengetahui lebih “kemampuan melakukan
lanjut perawatan hipertensinya tindakan pencegahan
dan cara mencegah agar masalah kesehatan, Keluarga mampu
penyakitnya dapat terkontrol kemampuan peningkatan merawat anggota
- Ny N Mengatakan memiliki kesehatan “ keluarga yang sakit :
riwayat penyakit hipertensi ± 18 Manajemen nutrisi
tahun yang lalu hingga sampai Keluarga merawat I.03119 Manajemen perilaku
saat ini anggota keluarga untuk I.12463 Mengajarkan terapi
- Ny N mengatakan kurang tahu meningkatkan atau Jurnal komplementer (dengan
apakah macam-macam obat memperbaiki kesehatan terapi rendam kaki
tradisonal yang lainnya yang L.12106 Pemeliharaan kesehatan : dengan air hangat )
bisa digunakan untuk Menunjukkan pemahaman
penyakitnya dan cara perilaku sehat,
mengurangi nyeri kepala saat kemampuan menjalankan Keluarga mampu
penyakitnya kambuh perilaku sehat serta memodifikasi
- Ny N mengatakan tidak tahu menunjukkan perilaku lingkungan :
mengapa dirinya bisa terkena adaptif“ Identifikasi resiko
penyakit hipertensi I.14502
- Ny N mengatakan kurang tahu
paham dengan kesehatannya
71

saat ini. Keluarga mampu


DO : memodifikasi
- Keluarga terutama Ny N lingkungan:
tampak bersemangat untuk L.12105 Manajemen kesehatan Keluarga mampu
mengatasi masalah kesehatan keluarga : memanfaatkan fasilitas
dan pencegahannya “ tindakan untuk kesehatan :
- Ny N dan Tn S tampak sangat mengurangi faktor resiko, Bimbingan sistem
bersemangat mendengarkan aktivitas keluarga I.12360 kesehatan
beberapa cara perawatan yang mengatasi masalah Edukasi perilaku upaya
disampaikan kesehatan yg tepat” I.12435 kesehatan
- Pasien masih bingung dengan Edukasi program
perawatannya dengan raut Keluarga mampu I.12441 pengobatan
wajah / kening yang mengkerut memanfaatkan fasilitas
dan pada saat ditanya pasien kesehatan:
hanya diam L.12106 Pemeliharaan kesehatan :
- Ny N “ perilaku mencari
tidak mampu menjelaskan pera bantuan kesehatan”
watan lebih lanjut
mengenai penyakit hipertensi.
- TD: 180/90 mmHg
- Nadi :78 x/i
- RR: 26 x/i
- S: 36,7

DS: D.0090 Kesiapan Keluarga mampu Keluarga mampu


peningkatan mengenal masalah : mengenal masalah :
- Tn S mengatakan sangat cemas koping L.09088 Status koping keluarga: I.12435 Edukasi Perilaku
dengan kondisi mewabahnya keluarga “Ketepaparan Upaya Kesehatan
virus Covid-19, yang nama informasi” tentang Covid 19
kegiatan-kegiatan di masyarakat
banyak yang dilarang
- Tn S dan Ny N mengatakan Keluarga mampu Keluarga mampu
bingung mau melakukan memutuskan: memutuskan:
aktifitas sehari-hari karena
L.09074 Ketahanan keluarga: I.09267 Dukungan
banyaknya larangan
72

- Tn S dan Ny N mengatakan “Dukungan kemandirian Pengambilan


tidak nyaman untuk memakai antar anggota keluarga” keputusan
masker dalam berkegiatan
sehari-hari

DO:
- Ny. N tampak gelisah dan
tegang dengan kondisi saat ini
- Ny. N dan Tn S banyak Keluarga mampu Keluarga mampu
bertanya tentang Covid-19 dan merawat: merawat:
apa saja yang harus dilakukan L.09088 Status koping keluarga: I.12435 Edukasi Perilaku Upaya
- Tn S tampak melakukan “Ketepaparan informasi” Kesehatan
pencegahan covid dengan : mengajarkan cuci
penyemprotan desikfektan di tangan, etika batuk,
sekitar rumah dan cara
- Tn. S dan Ny N tidak menggunakan masker
menggunakan masker dalam yang benar.
berkegitan di luar rumah
- Keluarga Tn. N tampak Keluarga mampu Keluarga
menunjukkan minat untuk memodifikasi mampu
meningkatkan kesehatan lingkungan: memodifikasi
keluarganya dengan bertanya L.13114 Fungsi keluarga: lingkungan :
tentang perilaku hidup bersih Pemenuhan kebutuhan I.13477 Dukungan
dan sehat serta perawatan. anggota keluarga keluarga
merencanakan
- Keluarga tampak antusias Perawatan
dengan pembahasan mengenai
peningkatan kesehatannya
- Keluarga Tn. S tampak
berupaya mengatasi masalah Keluarga mampu Keluarga mampu
yang sedang dihadapi dengan memanfaatkan fasilitas memanfaatkan
mencari informasi sebagai kesehatan: fasilitas kesehatan :
bantuan
73

- TD: 180/90 mmHg L.09074Ketahanan keluarga: I.12360 Bimbingan sistem


- Nadi :78 x/i Memanfaatkan tenaga kesehatan
- RR: 26 x/i kesehatan untuk
- S: 36,7 mendapatkan bantuan
74

C. Implementasi (Catatan Perkembangan)


Catatan Perkembangan
Diagnosa 1. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif

perawatan O:
Hari/tanggal Jam3. Memfasilitasi Implementasi
keluarga membuat Keluarga tampak mengertiEvaluasi dan berpatisipasi Paraf
Jumat, 22-10- 14.00 WIBkeputusan
Setelah dilakukan interaksi selama 1 dalam S:
x 45 pengambilan keputusan
2021 menit diharapkan keluarga mampu Keluarga Tn S mengatakan sudah mulai
mengenal masalah kesehatan keluargaAdan : mengerti dengan penyakit hipertensi dan
keluarga dapat memutuskan untuk
Keluargajuga cara perawatannya.
dapat memutuskan untuk
meningkatkan atau memperbaiki kesehatan memperbaiki kesehatan keluarga teratasi
keluarga. O:
TUK 1 : Edukasi proses penyakit. P: Keluarga Tn S tampak sudah paham dengan
1. Mengidentifikasi dan penkes
kesiapan Intervensi yang ke
dilanjutkan diberikan,
TUK 3 hal ini terbukti
kemampuan
Sabtu, 23-10- 14.00 WIB Setelah dilakukan menerima
pertemuan informasi.
1 x 55 menit S : dengan keluarga dapat mengulangi kembali
2021 2. Menyediakan materi dan
keluarga dapat merawat anggota keluarga Keluarga media tentang penyakitsudah
mengatakan hipertensi
sedikit paham
pendidikan
dengan masalah hipertensi. kesehatan tentang A :
dengan cara perawatan hipertensi dan akan
“Hipertensi”
TUK 3 : Edukasi prosedur tindakan Keluargauntukdapat
mengusahakan mengenaldalammasalah
menerapkannya
3. Menjelaskan
Terapi komplementer : Juspengertian hipertensi kehidupan
timun, Akupresur Hipertensi.
sehari-hari.
4. Menjelaskan penyebab hipertensi
dan rendam kaki air hangat dan relaksasi
5. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
nafas dalam. O: P:
6. Menjelaskan kesiapan
1. Mengidentifikasi Intervensi
pengobatandan -atauKeluarga dilanjutkan
mampu ke TUK 2
mendemonstrasikan
penatalaksanaan
kemampuan keluarga hipertensi
menerima langkah-langkah apa yang telah
7. Memberikan
informasi kesempatan kepadadiajarkan
keluarga untuk
2. Menjadwalkan bertanya dan
pendkes mengulang
sesuai - Ny N mengkonsumsi Jus timun,
kembali apa saja yang telah dijelaskan. melakukan akupresur, rendam kaki air
kesepakatan.
TUK 2: Pelibatan
3. Menjelaskan Keluargatujuan dan
pada keluarga S : dan relaksasi nafas dalam.
hangat
1. Mengidentifikasi
manfaat perawatan padakesiapan penderitakeluarga
- TTV Keluarga
Ny N sebelummengatakan
meminum Jus akan terlibat
timun
untuk terlibat dalam perawatan
hipertensi dengan obat tradisional “Jus perawatan hipertensi
TD: 180/90 mmHg. pada Ny N
2. Menganjurkan keluarga
timun, akupresur, rendam kaki air terlibat dalam
hangat dan relaksasi nafas dalam A:
4. Menjelaskan langkah-langkah Keluarga dapat merawat hipertensi teratasi
perawatan dengan pemberian Jus timun sebagian
- Siapkan 100 gram timun
- 80 ml air matang dan
- 20 ml sirup
75

P:
- Minum 2 kali sehari Intervensi pemberian Jus timun dan
- Lakukan selama 7 hari. akupresure,rendam kaki air hangat dan
1. Menjelaskan langkah-langkah relaksasi nafas dalam dilanjutkan
komplementer dengan akupresure,
rendam kaki air hangat dan relaksasi
nafas dalam
Minggu, 24- 10.00 WIB 1. Melakukan kembali akupresure kepada S:
10-2021 pasien Keluarga mengatakan sangat senang ibunya
dapat di lakukan terapi akupresure dan mulai
paham langkah langkah melakukan terapi
akupresure,Pasien mengatakan senang dan
badannya terasa lebih rileks setelah di lakukan
akupresure

O:
Pasien tampak rileks tanda tanda vital
TD : 170 / 80 mmhg
Nadi : 80 x / i
RR : 20x/i
Suhu : 36,7

A:
Keluarga dan pasien dapat merawat hipertensi
teratasi sebagian

P:
Intervensi akupresure dilanjutkan

Minggu, 24- 20.00 WIB Setelah dilakukan pertemuan via telepon S :


10-2021 1x10 menit keluarga dapat merawat anggota
- Ny N mengatakan telah minum Jus
keluarga dengan masalah hipertensi.
timun pukul 07.30 WIB setelah sarapan
TUK 3 :
dan 20.00 WIB setelah makan malam.
76

Terapi komplementer : Jus timun, Rendam - Ny N mampu menyebutkan cara


kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam. pembuatan Jus timun.
- Ny N mengatakan melakukan Rendam
kaki air hangat dan relaksasi nafas
dalam pada jam 10.00 WIB pagi tadi
O : Terlaksana

A:
Keluarga dapat merawat hipertensi teratasi
sebagian

P:
Intervensi pemberian Jus timun dan rendam
kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam
dilanjutkan
Senin, 25-10- 19.30 WIB Setelah dilakukan pertemuan via telepon S:
2021 1x15 menit keluarga dapat merawat anggota - Ny N mengatakan telah minum Jus timun
keluarga dengan masalah hipertensi. pukul 08.00 WIB setelah sarapan dan
TUK 3 : 19.00 WIB setelah makan malam.
Terapi komplementer : Jus timun, Rendam - Ny N mengatakan melakukan rendam kaki
kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam. air hangat dan relaksasi nafas dalam
O : Terlaksana

A:
Keluarga dapat merawat hipertensi teratasi
sebagian

P:
Intervensi pemberian Jus timun dan rendam
kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam
dilanjutkan
77

Selasa, 26-10- 19.30 WIB Setelah dilakukan pertemuan via telepon S :


2021 1x15 menit keluarga dapat merawat anggota - Ny N mengatakan telah minum Jus
keluarga dengan masalah hipertensi. timun pukul 08.10 WIB setelah sarapan
TUK 3 : dan 18.00 WIB setelah makan malam.
Terapi komplementer : Jus timun, dan - Ny N mengatakan melakukan rendam
rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas kaki air hangat dan relaksasi nafas
dalam. dalam

O : Terlaksana

A:
Keluarga dapat merawat hipertensi teratasi
sebagian

P:
Intervensi pemberian Jus timun dan
rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas
dalam dilanjutkan
Rabu 27-10- 14.00 WIB Setelah dilakukan pertemuan via telepon S:
2021 1x15 menit keluarga dapat merawat anggota - Ny N mengatakan telah minum Jus
keluarga dengan masalah hipertensi. timun pukul 08.10 WIB setelah sarapan
TUK 3 : dan 18.00 WIB setelah makan malam.
Terapi komplementer : Jus timun, dan - Ny N mengatakan melakukan rendam
rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas kaki air hangat dan relaksasi nafas
dalam. dalam
O : Terlaksana
A : Keluarga dapat merawat hipertensi
teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Jumat, 29-10- 15.30 WIB TUK 3 : S:


2021 Terapi komplementer : Jus timun, dan - Ny. N mengatakan mengkonsumsi Jus
rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas timun, rendam kaki air hangat dan
78

dalam. relaksasi nafas dalam


-
- Ny. N mengatakan tidak merasakan
pusing
- Ny. N mengatakan sudah mampu
melakukan aktivitas ringan
O:
- Ny. N tampak membersihkan rumah
- TD : 140/80 mmHg
A:
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif teratasi
P:
Tugas keperawatan keluarga merawat anggota
keluarga untuk meningkatkan atau
memperbaiki kesehatan dihentikan karena
keluarga sudah mandiri
Jum’at, 29-10- 16.00 WIB Setelah dilakukan pertemuan 1 x 30 menit S:
2021 keluarga dapat memodifikasi lingkungan Keluarga mengatakan memodifikasi
yang sesuai dengan masalah kesehatan lingkungan dengan melakukan rendam kaki
keluarga. air hangat dan relaksasi nafas dalam
TUK 4:
Mampu Memodifikasi Lingkungan O:
Manajemen Perilaku Keluarga dapat menyebutkan dan tampak
1. Mengidentifikasi harapankeluarga sudah mulai memodifikasi lingkungan
untuk mengendalikan perilaku sekitarnya
2. Menciptakan dan mempertahankan A:
lingkungan dan kegiatan perawatan Keluarga dapat memodifikasi lingkungan
konsisten yang sesuai teratasi sebagian
3. Menginformasikan keluarga bahwa
keluarga sebagai dasar pembentukan P:
kognitif Intervensi dilanjutkan
79

TUK 5: S:
Mampu Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan Keluarga mengatakan bahwa fasilitas
Rujukan kesehatan yang akan di kunjungi adalah
1. Mengidentifikasi indikasi rujukan puskesmas, karena puskesmas tersebut
2. Memberikan kesempatan pasien dan merupakan tempat yang paling dekat
keluarga untuk bertanya dan melayani kesehatan anggota keluarga.
mendapatkan jawaban terkait rujukan
(tujuan dan waktu rujukan) O:
a. Puskesmas (setiap hari senin – Keluarga memilih fasilitas kesehatan
kamis pukul 07.30 s/d 14.30 WIB, terdekat yaitu puskesmas
jumat pukul 07.30 s/d 11.30 WIB,
dan sabtu pukul 07.30 s/d 13.00 A:
WIB ) Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas
b. Bidan Pustu/Poskesri (setiap hari kesehatan teratasi
24 jam)
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur P:
rujukan Intervensi di hentikan
80

Catatan Perkembangan
Diagnosa 2. Kesiapan peningkataanajemenKesehatan

Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Sabtu, 30-10- 14.00 WIB Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 45
2021 menit diharapkan keluarga mampu S : Keluarga Tn S mengatakan sudah mengerti
memperbaiki kesehatan keluarga.
dengan terapi diet yang di ajarkan,
TUK 1-2 :
Edukasi kesehatan khususnya terapi diet untuk Ny N.
1. Mengidentifikasi kesiapan
O : Keluarga Tn S sudah tampak paham
dan kemampuanmenerima
informasi dengan diet yang di ajarkan,
2. Menyediakan materi dan media
A : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
pendidikan kesehatan tentang “diet
hipertensi” teratasi sebagian
3. Membuat jadwal pendidikan
P : Melanjutkan tugas keperawatan keluarga
kesehatan sesuai dengan kesepakatan
4. Memberikan kesempatan bertanya untuk merawat anggota keluarga untuk
Dukungan pengambilan keputusan
meningkatkan atau memperbaiki
1. Mengidentifikasi persepsi mengenai
masalah kesehatan
2. Memfasilitasi pengambilan keputusan
3. Memberikan informasi yang diminta

Sabtu, 30-10- 16.00 WIB TUK 3


2021 Keluarga mampu merawat anggota keluarga
S : Ny N mengatakan paham cara melakukan
yang sakit
Manajemen perilaku : rendam kaki air hangat dan teknik
1. Mengidentifikasi harapan keluarga
relaksasi tarik nafas dalam yang telah di
untuk mengendalikan perilaku
2. Menciptakan dan mempertahankan ajarkan
lingkungan dan kegiatan perawatan
81

konsisten setiap pertemuan O : Ny N tampak sudah bisa


3. Menginformasikan keluarga bahwa
mendemonstrasikan cara melakukan
keluarga sebagai dasar pembentukan
kognitif rendam kaki air hangat dan teknik
relaksasi tarik nafas dalam yang telah di
TUK 4
Mampu Memodifikasi Lingkungan : ajarkan
Identifikasi resiko :
1. Mengidentifikasi resiko secara berkala A : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
2. Melakukan pengelolaan resiko secara teratasi sebagian
efektif
P : Tugas keperawatan keluarga merawat
TUK 5 anggota keluarga untuk meningkatkan atau
Keluarga mampu memamfaatkan fasilitas
kesehatan: memperbaiki kesehatan
1 Mengajarkan pencarian dan
penggunaan sistem fasilitas pelayanan
S:
kesehatan
2 Menganjurkan obat sesuai dengan Keluarga mengatakan bahwa fasilitas
indikasi kesehatan yang akan di kunjungi adalah
3 Mengidentifikasi penggunaan puskesmas, karena puskesmas tersebut
pengobatan tradisional dan merupakan tempat yang paling dekat
kemungkinan efek samping terhadap melayani kesehatan anggota keluarga.
pengobatan
O:
Keluarga memilih fasilitas kesehatan
terdekat yaitu puskesmas

A:
Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan teratasi

P:
Intervensi di hentikan
82

Catatan Perkembangan
Diagnosa 3. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga

Hari/tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf


Minggu, 31- 15.00 WIB Setelah dilakukan interaksi selama 1 x 50 S:
10-2021 menit diharapkan keluarga mampu - Keluarga mengatakan sudah sedikit
meningkatkan kesiapan koping keluarga. paham mengenai Covid-19
TUK 1-5 : - Keluarga mengatakan akan
Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan mengingatkan anggota keluarganya
1. Mengidentifikasi kesiapan dan untuk segera ke Fasilitas kesehatan
kemampuan menerima informasi apabila mengalami tanda- gejala
2. Menyediakan materi dan media seperti Covid-19
pendidikan kesehatan tentang - Keluarga mengatakan sudah paham
 Covid-19 dengan cara mencuci tangan, etika
3. Mengajarkan cara pemeliharaan batuk, dan penggunaan masker yang
kesehatan benar.
Dukungan pengambilan keputusan
1. Mengidentifikasi persepsi mengenai O:
masalah - Keluarga tampak mulai berusaha
2. Memfasilitasi pengambilan keputusan mencegah Covid-19 (tampak
3. Memberikan informasi yang diminta memakai masker jika keluar rumah)
Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan - Keluarga tampak memakai masker
1. Mengidentifikasi kesiapan dan saat keluar rumah dan mencuci
kemampuan menerima informasi tangan.
2. Menyediakan materi dan media - Keluarga memilih fasilitas kesehatan
pendidikan kesehatan tentang terdekat yaitu puskesmas
 Mencuci tangan yang benar
 Etika batuk A:
 Cara memakai masker yang benar Tujuan tercapai
lingkungan
3. Mengajarkan cara pemeliharaan P:
kesehatan Intervensi dihentikan
83

Dukungan Keluarga Merencanakan


Perawatan
1. Mengidentifikasi kebutuhan keluarga
tentang kesehatan
2. Menciptakan perubahan lingkungan
rumah secara optimal
3. Menginformasikan fasilitas
kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga
Bimbingan sistem kesehatan
1. Mengidentfifikasi masalah kesehatan
keluarga
2. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan
kesehatan
85

BAB IV
TELAAH JURNAL

A. Pengaruh pemberian jus mentimun ( cucumis sativus ) terhadap


penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi wanita usia 40-60
tahun
Judul : Pengaruh pemberian jus mentimun ( cucumis sativus )

terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

wanita usia 40-60 tahun

Kata Kunci : tekanan darah; jus mentimun; hipertensi

Penulis : Aisyah, Enny Probosari

1. Patient And Clinical Problem (P)

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan karena

angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang

ditimbulkannya. Kejadian hipertensi meningkat pada usia 40-60 tahun dan

lebih banyak terjadi pada wanita. Mentimun (Cucumis sativus l)

mengandung kalium, kalsium, dan magnesium yang bekerja berkebalikan

dengan natrium yang mempunyai efek terhadap penurunan tekanan

darah.Penelitian ini menggunakan 30 subjek dengan metode Pre and Post

Test Control Groups Design dengan subjek wanita yang berusia 40-60

tahun yang tinggal di pemukiman Kelurahan Jomblang Semarang dan

menderita hipertensi. Pengambilan subjek menggunakan metode kuota

sampling. Tekanan darah sistolik dan diastolik diukur menggunakan

sphygmomanometer. Data asupan natrium, kalium, kalsium dan

magnesium diperoleh melalui kuesioner food recall. Data IMT diperoleh

dari pengkuran berat badan dibandingkan dengan tinggi badan yang diukur

menggunakan timbangan digital dan microtoise. Data dianalisis

85
86

menggunakan uji Paired t test pada data yang berdistribusi normal dan uji

Wilcoxon pada data yang berdistribusi tidak normal

2. Intervention (I)

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Sebagian besar subjek

berumur 50-60 tahun, IMT normal, memiliki riwayat hipertensi dalam

keluarga dan tidak mempunyai kebiasaan olahraga Penelitian ini

merupakan penelitian eksperimen dengan metode pre and post test control

groups design dengan membagi jumlah subjek menjadi dua kelompok

yaitu, kelompok perlakuan dengan pemberian minuman jus mentimun dan

kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. pengukuran tekanan

darah selama 2 kali dalam waktu satu minggu sampai jumlah subjek

minimal tercukupi yaitu 30 subjek. Konsumsi jus mentimun didefinisikan

sebagai jumlah jus mentimun yang dikonsumsi oleh subjek sebanyak 1

gelas (250ml) yang mengandung 100 gram mentimun (Cucumis sativus l)

dengan tingkat kematangan dan warna yang seragam, 80 ml air matang

dan 20 ml sirup yang diberikan selama 7 hari berturut-turut sebanyak 2

kali pemberian dalam sehari

3. Comparator (C)

Terdapat perbedaan rerata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dimana penurunan

tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok perlakuan sebesar 16 ±

8.062 mmHg dan 6.67 + 6.726 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol

justru terjadi peningkatan rerata tekanan darah baik pada tekanan darah

sistolik maupun diastolic yaitu sebesar 5 dan 2.67 mmHg. Mentimun


87

memiliki berbagai macam kandungan gizi diantaranya adalah kalium,

kalsium, dan magnesium17 Berbagai penelitian membuktikan bahwa ada

kaitan erat antara intake kalium, kalsium, dan magnesium terhadap

penurunan tekanan darah.16,18,19 Semakin rendah intake kalium maka

tekanan darah akan semakin tinggi. Rasio natrium/kalium juga

berhubungan menunjukkan bahwa olahraga aerobik dapat menurunkan

tekanan darah dengan rata-rata 4 mmHg dan 2 mmHg pada pasien yang

mengalami hipertensi ataupun tidak. Sehingga, peningkatan aktifitas fisik

dengan intensitas ringan hingga sedang selama 30-45 menit secara rutin

sangat penting sebagai strategi pencegahan terjadinya hipertensi primer.

Beberapa penilitian menunjukkan adanya hubungan antara asupan kalsium

dengan tekanan darah, dimana asupan kalsium yang rendah dapat

meningkatkan prevalensi hipertensi. Pada studi epidemiologi, diketahui

bahwa kelompok dengan tingkat konsumsi kalsium yang rendah (300-

600mg/hari) cenderung meningkatkan tekanan darah.

4. Outcome (O)

Pemberian jus mentimun dengan dosis 100 gram buah mentimun pada

penderita hipertensi selama 7 hari dengan frekuensi 2 kali pemberian

dalam sehari terbukti menurunkan tekanan darah. terdapat penurunan yang

bermakna pada tekanan darah sistolik (p = 0,000) dan tekanan darah

diastolik (p = 0,002) kelompok perlakuan. Setelah konsumsi jus

mentimun, tekanan darah sistolik kelompok perlakuan mengalami

penurunan 16,00 + 8,062 SD mmHg dan diastolik menurun 6,67 + 6,726

SD mmHg.
88

B. Terapi Akupresur Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi

Judul : Terapi Akupresur Menurunkan Tekanan Darah Pasien

Hipertensi

Kata Kunci : akupresur,sistolik,diastolic,tekanan darah

Penulis : Sukmadi

1. Patient And Clinical Problem (P)

Saat ini hipertensi masih merupakan masalah yang cukup penting dalam

pelayanan kesehatan (Akinlua et al., 2018), hal ini dikarenakan angka

prevalensi hipertensi yang cukup tinggi di Indonesia maupun di beberapa

negara yang ada di dunia (Kurnianto et al., 2020). Akupresur dapat

menstimulasi saraf-saraf di superfisial kulit yang kemudian diteruskan ke

otak di bagian hipotalamus. Sistem saraf desenden melepaskan opiat

endogen seperti hormon endorphin. Pengeluaran hormon endorphin

mengakibatkan meningkatnya kadar hormon endorphin di dalam tubuh

yang akan meningkatkan produksi kerja hormon dopamin. Peningkatan

hormon dopamin mengakibatkan terjadinya peningkatan aktivitas sistem

saraf parasimpatis. Sistem saraf parasimpatis berfungsi mengontrol

aktivitas yang berlangsung dan bekerja pada saat tubuh rileks, sehingga

penderita hipertensi mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus respon

relaksasi dan menyebabkan penurunan tekanan darah (Aminuddin et al,

2020).

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan anggota rumah tangga mendatangi

fasilitas pelayanan kesehatan 31,4% dan melakukan upaya sendiri 12,9%.


89

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi

akupressure terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi.

2. Intervention (I)

Jenis penelitian menggunakan quasi eksperiment dengan one group pre

dan post test design. Sampel dalam penelitian ini melibatkan pasien

hipertensi sebanyak 15 orang yang ditentukan secara purposive sampling

dengan penghitungan besar sampel menggunakan rumus sampel minimal

untuk penelitian numerik analitik. Variabel penurunan tekanan darah

pasien hipertensi diukur menggunakan tensi meter digital, sedangkan

variabel terapi akupresur dilakukan sesuai SOP dengan ketentuan setiap

pasien diberi terapi 1 kali, setiap pelaksanaan terapi dilakukan selama ± 15

menit, pasien dianjurkan makan terlebih dahulu sebelum terapi dan tidak

boleh terlalu kenyang. Daerah yang menjadi titik akupresure adalah 4 jari

di atas malleoulus internus, area proximal pertemuan tulang-tulang

metatarsal Idan metatarsal II, 3 jari di atas pergelangan tangan, pada lipat

siku, 2 jari dari batas rambut belakang pada sebuah lekukan, 2 jari

dibelakang prominensia ilaryngeus dan di depan arteri carotis.

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan peneliti 10 menit setelah terapi.

Setelah pengumpulan data tekanan darah, selanjutnya data diolah dan

dianalisis menggunakan uji paired t-test, pada batas kemaknaan alfa 0,05.

3. Comparator (C)

Distribusi tekanan darah, rata-rata tekanan darah,menunjukkan bahwa

100% responden setelah diberi terapi akupressur, tekanan darah sistolik

mengalami penurunan sedangkan tekanan darah diastolik meningkat 20%


90

dan 80% mengalami penurunan. Nilai beda mean tekanan darah sistolik

sebesar 13,98 dengan nilai p value 0,000, artinya bahwa ada pengaruh

pemberian terapi akupresur terhadap tekanan darah sistolik pasien

hipertensi dan nilai nilai beda mean tekanan darah diastolik sebesar 4,78

dengan nilai p-value 0,000, artinya bahwa ada pengaruh pemberian terapi

akupresur terhadap tekanan darah diastolik pasien hipertensi. Setelah

dilakukan terapi kemudian peneliti menemukan fakta lain selain

penurunan tekanan darah seperti ketenangan, dan nyenyak tidur juga

dilaporkan oleh dominan responden. Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (Widodo el al, 2014) yang berjudul

pengaruh terapi akupresur pada pasien hipertensi di klinik synergi mind

healt Surakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada

pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan tekanan darah pasien

hipertensi. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Afrila et al, 2015) dengan

judul efektivitas kombinasi terapi slow stroke back massage dan akupresur

terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Afrila et al,

2015).

4. Outcome (O)

Terapi akupresur efektif dalam menurunkan tekanan darah dibuktikan

dengan perbedaan mean artery pressure sebelum dan sesudah terapi

sebesar 13,98 untuk sistolik dan 4,78 untuk diastolik dengan p-value =

0,000.
91

C. Efektivitas Terapi Rendam Kaki Air Hangat Dan Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Tekanan Darah

Judul : Efektivitas Terapi Rendam Kaki Air Hangat Dan Relaksasi

Nafas Dalam Terhadap Tekanan Darah

Kata Kunci : Lansia, Hipertensi, Terapi Rendam Kaki Air Hangat Dan

Relaksasi Nafas Dalam

Penulis : Ferayanti, N

1. Patient And Clinical Problem (P)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, metode yang

digunakan quasi Experimental Desaign dengan rancangan pre and post test

without control. Pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan

jumlah 17 orang Di Rumah Pelayanan Lanjut Usia Budi Dharma

Yogyakarta. Teknik pengambilan data dengan cara observasi

menggunakan sphygmomanometer digital. Analisa data dengan

menggunakan Uji Paired simple t-test dengan nilai signifikan p <0,05

2. Intervention (I)

Total 17 orang responden, sebagian besar responden berusia 60-74

tahun yakni sebanyak 11 orang (64,7%), sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan yakni 10 orang (58,8%), dan sebagian besar responden

yang tidak mengonsumsi obat yakni 13 orang (76,5%). Rata-rata tekanan

darah sistolik pada lansia di Rumah Pelayanan Lanjut Usia Budi Dharma

sebelum diintervensi adalah sebesar 155,94 mmHg dan rata-rata tekanan

darah diastolik responden adalah sebesar 89,52 mmHg kemudian

Responden diberikan intervensi rendam kaki air hangat selama 15 menit

dan berbarengan dengan terapi relaksasi nafas dalam selama 15 menit


92

selama 2 minggu

3. Comparator (C)

Rata-rata tekanan darah sistolik pada lansia sebelum diintervensi

adalah sebesar 155,94 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik

responden adalah sebesar 89,52 mmHg dan setelah diintervensi adalah

sebesar 133,23 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik responden

adalah sebesar 77,58 mmHg. Hasil menunjukkan bahwa terjadi penurunan

tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia di Rumah Pelayanan

Lanjut Usia Budi Dharma Yogyakarta setelah diberikan terapi rendam kaki

air hangat dan relaksasi nafas dalam selama 2 minggu dengan penurunan

rata-rata sitolik sebesar 22,71 mmHg dan diastolik sebesar 5,45 mmHg.

4. Outcome (O)

Hasil analisa data yang didapatkan tekanan darah responden setelah

dibrikan terapi mengalami penurunan yang signifikan dengan nilai p

sistolik dan p diastolik sebesar 0,000. Dengan rata-rata perbedaan tekanan

darah sistolik sebelum dan setelah diintervensi sebesar 22,71 mmHg dan

diastolik 11,94 mmHg


93

BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan Asuhan Keperawatan Keluarga yang telah dilakukan pada

Ny.N pada tanggal 15 Oktober – 31 Oktober 2021, di Wilayah Kerja Puskesmas

Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat, maka di ketahui hal-hal

sebagai berikut:

A. Pengkajian

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 15 Oktober

2021 kepada Ny N yaitu dengan wawancara langsung didapatkan data

pengkajian yang mana Ny N mengeluhkan kepala terasa sakit hingga

menjalar ke punggung dan pandangan berkunang – kunang,sulit tidur,kadang

di sertai sesak nafas dan terasa berat di pundak

Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara teoritis dan

tinjauan kasus yang didapatkan. Secara teoritis pada pasien dengan hipertensi

akan merasakan sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat

dipundak, sukar tidur, mata berkunang dan pusing.(Arif mansjoer, 2001).

Sedangkan pada kasus dan teori ditemukan kesamaan keluhan atau

tanda dan gejala yang didapatkan yaitu seperti kepala terasa sakit, pundak

terasa berat, pusing, mata berkunang dan sulit untuk tidur.

B. Diagnosa

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manusia. Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi

potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun

93
94

intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau

untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000).

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan

berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan

keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat untuk

menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Kondisi ini

dapat berupa masalah –masalah aktual, resiko atau potensial atau diagnosis

sejahtera yang mengacu pada SDKI,SLKI dan SIKI.

Secara teoritis masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien

Hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi

jantung

2. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai

kebutuhan oksigen

4. Resiko injuri berhubungan deengan imobilitas

5. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan

6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi

Dari sekian banyak diagnosa keperawatan yang ada di teoritis tidak

seluruhnya dialami oleh klien. Sesuai dengan data objektif dan data subjektif

klien dan hasil scoring yang dilakukan bersama keluarga maka dirumuskan

diagnosa keperawatan yang sesuai dengan keadaan klien yaitu :

1.Pemeliharaan kesehatan tidak efektif


95

2.Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

3.Kesiapan peningkatan koping keluarga

Dalam penegakan diagnosa untuk asuhan keperawatan keluarga untuk

etiologi sedikit berbeda dengan asuhan keperwatan lainnya. Etiologi mengacu

pada lima fungsi perawatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan, merawat, modifikasi lingkungan, dan memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan.

C. Intervensi Keperawatan Keluarga

Dalam rencana keperawatan penulis menggunakan rencana

keperawatan yang telah disusun oleh SDKI, SLKI dan SIKI sebagai standar.

Dalam hal ini setiap rencana keperawatan dikembangkan berdasarkan teori

yang dapat diterima secara logis dan sesuai dengan kondisi klien dilapangan.

Pada teori dan kasus, serta jurnal tidak ada perbedaan yang signifikan hanya

beberapa modifikasi dan beberapa inovasi yang penulis lakukan dan masih

sejalan serta sinkron dengan teori yang ada.

Sedangkan pada kasus Ny N mahasiswa menggunakan rencana asuhan

keperawatan keluarga yang terdiri dari pre planning I sampai pre planning

VIII

Dengan 3 jurnal yaitu tentang :

1. Pengaruh pemberian jus mentimun ( cucumis sativus ) terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi wanita usia 40-60 tahun

2. Terapi Akupresur Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi

3. Efektivitas terapi rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam

terhadap tekanan darah


96

D. Implementasi Keperawatan Keluarga

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status

kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Implementasi keperawatan yang dilakukan kepada klien juga sesuai

dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun, dalam hal ini setiap

implementasi keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang dapat

diterima secara logis dan sesuai dengan kondisi Ny.N

Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terapeutik dimana

penulis dan Ny N menjalin hubungan saling percaya, sehingga pasien nyaman

saat dilakukan tindakan. Asuhan keperawatan berupa tindakan yang dilakukan

kepada pasien dengan diagnosa sebagai berikut :

1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

Tanggal (22 oktober 2021)

a. Melakukan

pendidikan kesehatan tentang proses penyakit (Hipertensi)

b. Melibatkan

kelurga dalam merawat Ny N

Tanggal (23 oktober 2021)

a. Memberikan dukungan kepada keluarga Tn S untuk memutuskan dan

memberi perawatan pada anggota keluarga khususnya pada Ny N

b. Mengajarkan pembuatan jus timun, akupresure, teknik Efektivitas terapi

rendam kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam terhadap tekanan

darah
97

Tanggal ( 29 Oktober 2021)

a. Memberikan pengetahuan kepada keluarga Tn S terkait cara

memodifikasi lingkungan untuk memperbaiki kesehatan

b. Memberikan pengetahuan dan memberi dukungan kepada keluarga Tn

S untuk bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat sebagai tempat

untuk konsultasi serta berobat jika sakit.

2. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

Tanggal ( 30 Oktober 2021)

a. Memberikan pengetahuan pengaturan pola dan jenis makanan

pada hipertensi

b. Memberikan pengetahuan kepada keluarga Tn S dan Ny N

pentingnya kontiunitas terapi komplementer

c. Mengulang kembali mengajarkan teknik Efektivitas terapi rendam

kaki air hangat dan relaksasi nafas dalam terhadap tekanan darah

3. Kesiapan peningkatan koping keluarga

Keluarga mampu mengenal masalah stresor yang terjadi dalam keluarga dan

membantu keluarga dalam mengambil keputusan untuk memperbaiki

kesehatan

Tanggal ( 31 Oktober 2021)

a. Memberikan pendidikan kesehatan terkait covid 19 agar keluraga

bisa lebih menjaga kesehatannya


98

b. Memberikan dukungan kepada keluarga Tn S untuk memutuskan

memperbaiki kesehatan serta pola hidup yang bersih dan sehat agar

terhindar dari penyakit

E. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada Ny N didapatkan hasil yaitu :

1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

Setelah dilakukan pertemuan 3 sampai 5 Keluarga mampu mampu merawat

anggota keluarga untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan terbukti

dengan:

a. Keluarga Tn S tampak sudah paham dengan pendidikan kesehatan

yang diberikan, hal ini terbukti dengan keluarga dapat mengulangi

kembali tentang penyakit hipertensi dan juga perawatannya

b. Tekanan darah Ny N dimana sebelum dilakukan tindakan tekanan

darah Ny N 180/90 mmhg setelah 7 hari Ny N meminum Jus timun

tekanan darah 140/80 mmHg yang mana awalnya Ny N mengeluhkan

kepala terasa sakit ,nafas kadang sesak, berat pada daerah pundak dan

sulit tidur, pada tanggal 29 oktober 2021 Ny N mengatakan badan

terasa lebih ringan, dan dapat tidur dengan nyaman

mengenal masalah lingkungan yang terjadi dalam keluarga dan membantu

keluarga dalam mengambil keputusan untuk memperbaiki kesehatan

terbukti dengan:

2. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

Setelah dilakukan pertemuan 6 sampai 7 keluarga mampu merawat anggota

keluarga untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan terbukti dengan:


99

a. Keluarga Tn S mengatakan sudah mengerti dengan terapi diet

yang di ajarkan, khususnya terapi diet untuk Ny N.

b. Ny N juga mengatakan sudah bisa melakukan teknik relaksasi dan

akupresure yang telah di ajarkan

3. Kesiapan peningkatan koping keluarga

Setelah dilakukan pertemuan ke 8 keluarga mampu mengenal masalah

stresor yang terjadi dalam keluarga dan membantu keluarga dalam

mengambil keputusan untuk memperbaiki kesehatan

a. Keluarga Tn S mengatakan sudah paham terkait olah raga, istirahat


dan tidur yang cukup yang bisa meningkatkan imun tubuh
b. Keluarga tampak mulai paham tetang Covid 19 dan cara
pencegahan yang dapat dilakukan
c. Keluarga Tn S mau untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
terdekat sebagai tempat untuk konsultasi serta berobat jika sakit
100

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penulisan Comprehensive Clinical Of Nursing

setelah praktek profesi keperawatan yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan :

1. Penulis telah mampu memahami konsep keluarga dan mampu melakukan

asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit hipertensi

2. Penulis telah mampu mengaplikasikan jurnal tentang obat tradisional jus

timun, akupresure untuk hipertensi, terapi rendam kaki dan relaksasi nafas

dalam yang dapat dilakukan keluarga dalam upaya menurunkan tekanan

3. Penulis telah mampu membuat telaah jurnal tentang hipertensi serta

melakukan implementasi dan evaluasi pada keluarga Tn S

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan karya

tulis ilmiah ini adalah :

1. Bagi pelayanan kesehatan/ Puskesmas

Dengan adanya Comprehensive Clinical Of Nursing ini agar Puskesmas

dapat meningkatkan pelayanan keperawatan keluarga dan dapat

memberikan edukasi kesehatan, tindakan keperawatan yang terbaik bagi


101

penderita hipertensi yang disesuaikan dengan kemampuan keluarga

sehingga keluarga dapat mengerti tentang pelayanan kesehatan

2. Bagi Masyarakat dan keluarga


100
Hasil Comprehensive Clinical Of Nursing ini agar dapat memberikan

informasi kepada masyarakat terutama pada keluarga tentang perawatan

mandiri yang dapat dilakukan keluarga pada anggota keluarga dengan

hipertensi di rumah serta diharapkan keluarga mampu memelihara dan

merawat anggota keluarga yang sakit dan memberikan perhatian terhadap

anggota.

3. Bagi instansi pendidikan

Diharapkan pada pendidikan keperawatan agar lebih memaksimalkan

praktek keperawatan komunitas, dalam rangka meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang penyakit yang sering dialami oleh masyarakat seperti

hipertensi dan untuk penetili berikutnya agar dapat lebih mengembangan

terapi komplementer yang penulis buat dengan jumlah responden yang

lebih bayak serta dengan lama waktu pengujian yang lebih lama.
102
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA Press


Baradero

Aisyah, Enny Probosari .2014.Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis Sativus


L) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Wanita
Usia 40-60 Tahun. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro

Arfiyan Sukmadi.2021.Terapi Akupresur Menurunkan Tekanan Darah Pasien


Hipertensi. Universitas Sembilanbelas November, Kolaka.

Carpenito. 1998. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi Pada Praktik Klinis. EGC,


Jakarta.

Friedman. 2010. Keperawatan Keluarga teori dan praktik. Jakarta : EGC

Harnani, Axmalia.2017.Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat Efektif


Menurunkan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia.Pekanbaru

Hernilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulsel: Pustaka As-
Salam

Izzati, Luthfiani. 2017. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Bawang Putih Terhadap
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo
Baleh Kota Bukittinggi: Jurnal keperawatan

Kemenkes. 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Martha, Karnia. 2012. Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Araska

Martini, F. 2006. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Seventh Edition, Pearson,


Benjamin Cummings

MPPKI. 2019. Terapi Non Farmakologi dalam Pengendalian Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi: Systematic Review. Sulsel: Media Publikasi Promosi
Kesehatan Indonesia
Nanda.(2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Ed. 10
editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.

PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 cetakan II. Jakarta:
DPP PPNI

PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 cetakan II. Jakarta:
DPP PPNI

PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Jakarta: DPP PPNI

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan.

Smelzer, S.C. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 Edisi 8. Jakarta :
EGC

Sudiharto (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC

Suprajitno.(2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.Jakarta:


EGC

Susilo, Y. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta : Andi

Sutanto. 2010. Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol dan


Diabetes. Yogyakarta : CV. Andi.

Vitahealth. 2006. Hipertensi. Jakata: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai