NOMOR PERCOBAAN : 07
KELAS / GROUP : TT 5A / 03
NILAI :
1
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL PERCOBAAN . . . . . . . . 1
DAFTAR ISI . . . . . . . . . 2
1. TUJUAN PERCOBAAN . . . . . . . 3
7. KESIMPULAN . . . . . . . . 15
LAMPIRAN . . . . . . . . . 16
2
PERCOBAAN # 7
1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat mengukur Level Sinyal Penerima dari pemancar Radio FM
2. Dapat menjelaskan Pola Radiasi yang diterima pada Antena Dipole
3. Dapat menggambarkan Bentuk Pola Radiasinya
3
Gambar 1. Sistem Koordinat untuk Analisis Sistem
4
Gambar 3. Penggambaran Lobes secara tiga dimensi
Lobes adalah variasi pola radiasi. Macamnya adalah mayor lobe, minor lobe, sidelobe
dan back lobe. Mayor lobe (main lobe) adalah bagian pola radiasi pada arah tertentu yang
memiliki nilai maksimum. Minor lobe adalah bagian pola radiasi selain mayor lobe,terdiri atas
side lobe dan back lobe. Minor lobe biasanya merupakan bagian pola radiasi yang tidak
diinginkan. Side lobe adalah bagian pola radiasi yang terletak disamping mayor lobe dan
merupakan bagian dari minor lobe yang terbesar. Back lobe adalah bagian pola radiasi yang
berlawanan arah dengan mayor lobe
Frekuensi gelombang ditentukan oleh osilasi atau siklus per detik. Satu siklus
adalah salah satu hertz (Hz), 1.000 siklus adalah 1 kilohertz (KHz), 1 juta siklus adalah
1 megahertz (MHz), dan 1 milyar siklus adalah 1 gigahertz (GHz). Sebuah stasiun
radio pada dial / saluran AM pada 980, misalnya, siaran tersebut menggunakan
sinyal yang berosilasi 980.000 kali per detik, atau memiliki frekuensi 980 KHz.
Sedangkan Sebuah stasiun radio dengan di bawah dial pada 710 maka siaran
tersebut menggunakan sinyal yang berosilasi 710.000 kali per detik, atau memiliki
frekuensi 710 KHz.
Antena Dipole
Antena Dipole adalah yang paling disukai banyak Amatir Radio karena
beberapa kelebihannya, yaitu murah, effisien, mudah dibuat – cukup
memakai kawat tembaga atau sejenisnya, broad-band, dan lain sebagainya.
5
Antena Dipole sebenarnya merupakan sebuah antena yang dibuat dari kawat
tembaga dan dipotong sesuai ukuran agar beresonansi pada frekwensi kerja
yang diinginkan. Kawat yang dipakai sebaiknya minimal ukuran AWG
(American Wire Gauge) # 12 atau diameter 2 mm. Lebih besar akan lebih baik
secara mechanical strength. Agar dapat beresonansi, maka panjang total
sebuah Dipole (L) adalah 0,5 x K, dimana adalah panjang gelombang diudara
dan K adalah velocity factor pada kawat tembaga. Untuk ukuran kawat
tembaga yang relative kecil (hanya ber-diameter beberapa mm) jika
dibandingkan setengah panjang gelombang, maka nilai K diambil sebesar
0,95 dan cukup memadai sebagai awal start. Sehingga rumus untuk
menghitung total panjang sebuah antena Dipole adalah sbb : Dimana : f
adalah frekwensi kerja yang diinginkan. adalah panjang gelombang diudara L
adalah panjang total antena Dipole K adalah velocity factor yang diambil
sebesar 0,95. Antena Dipole sebenarnya balance, sehingga sebaiknya
diumpan melalui sebuah BALUN (singkatan dari BALance – UNbalance)
setelah sebelumnya signal radio melalui kabel coaxial dari Transceiver.
Bagaimana membuat BALUN yang murah-meriah akan diulas Penulis pada
terbitan LEMLOKTA berikutnya. Dengan memakai BALUN, maka beberapa
kelebihannya adalah : a. Performance antena Dipole dapat ditingkatkan. b.
Mengurangi TVI (Interferensi ke Televisi). c. Mengurangi unbalance current.
d. Mengurangi radiasi yang tidak diinginkan. Walaupun antena Dipole
termasuk balance, jika dipasang tanpa BALUN pun, antena Dipole tsb masih
bisa bekerja cukup baik. Antena Dipole mempunyai gain 0 dB. Mengenai gain
antenna, penulis akan mencoba menjelaskannya dilain kesempatan. Antena
Dipole selain akan beresonansi pada fundamental frekwensinya, antena tsb
juga akan beresonansi pada kelipatan ganjil frekwensinya. Artinya, antena
Dipole yang dipotong untuk bekerja pada 40 meter Band ( 7 MHz ) juga akan
bisa dipakai untuk 15 meter Band karena 21 MHz merupakan kelipatan 3 dari
7 MHz.
6
Polarisasi Antena
Polarisasi antena adalah arah medan listrik yang diradiasikan oleh antena.
Jika arah tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada arah gain
maksimum. Polarisasi dari energi yang teradiasi bervariasi dengan arah dari
tengah antena, sehingga bagian lain dari pola radiasi mempunyai polarisasi yang
berbeda.
1. Polarisasi Linier
Polarisasi linier terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut waktu pada
suatu titik di ruang memiliki vektor medan elektrik (magnet) pada titik tersebut selalu
berorientasi pada garis lurus yang sama pada setiap waktu.
7
2. Polarisasi Melingkar
Polarisasi melingkar terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut waktu
pada suatu titik memiliki vektor medan elektrik (magnet) pada titik tersebut berada
pada jalur lingkaran sebagai fungsi waktu. Kondisi yang harus dipenuhi untuk
mencapai jenis polarisasi ini adalah :
i. medan harus mempunyai 2 komponen yang saling tegak lurus linier
ii. kedua komponen tersebut harus mempunyai magnitudo yang sama
iii. kedua komponen tersebut harus memiliki perbedaan fasa waktu pada kelipatan
ganjil 900
Polarisasi melingkar bagi menjadi dua, yaitu Left Hand Circular
Polarization (LHCP) dan Right Hand Circular Polarization (RHCP). LHCP terjadi
ketika dan sebaliknya.
3. Polarisasi Elips
Polarisasi elips terjadi ketika gelombang yang berubah menurut waktu memiliki
vektor medan (elektrik atau magnet) berada pada jalur kedudukan elips pada ruang.
Kondisi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan polarisasi ini adalah :
a. Medan harus mempunyai dua komponen linier orthogonal
b. Kedua komponen tersebut harus beada pada magnitudo yang sama atau berbeda
c. Jika kedua komponen tersebut tidak berada pada magnitudo yang sama perbedaan
fasa waktu antara kedua komponen tersebut harus tidak bernilai 0 0 atau kelipatan
1800 (karena akan menjadi linier). Jika kedua komponen berada pada magnitudo yang
8
sama makan perbedaan fasa diantara kedua komponen tersebut harus tidak merupakan
kelipatan ganjil dari 900 (karena akan menjadi lingkaran).
antena Omni
Spectrum Signal
Analyzer Generator
antena dipole
9
4. LANGKAH KERJA PERCOBAAN
1. Mengatur antenna dipole pada posisi HORISONTAL , denga posisi 0°. Antenna dipole
dalam keadaan PENDEK (dengan ujung antena dimasukkan).
2. Pada measuring receiver/ Spectrum Analyzer mengatur frekuensi sesuai Pemancar
FM/ Signal Generator pada tabel-1.
3. Mengukur input level setiap 10°, putar sampai 360° dan kemudian mencatat hasil
percobaan pada Tabel 1
4. Masih pada frekuensi stasiun pemancar yang sama, kemudian mengatur Antenna
DIPOLE pada posisi HORISONTAL PANJANG dan Antena Dipole pada posisi VERTIKAL
PANJANG , dengan posisi 0°.
5. Mengukur Receive level setiap 10°, putar sapai 360° dan kemudian mencatat hasil
percobaan pada Tabel 1.
6. Mengatur ulang frekuensi di measuring receiver/ Spectrum Analyzer sesuai dengan
frekuensi Stasiun Radio FM / Signal Generator tabel-2
7. Mengukur input level setiap 10°, putar sampai 360°
8. Mengulangi langkah 1 sampai 5. Kemudian mencatat hasil percobaan pada Tabel 2.
10
5. DATA HASIL PERCOBAAN
11
Tabel 2 . Pada stasiun Radio: 1-Radio FM
12
Gambarlah : Grafik dalam bentuk radar untuk hasil polaradiasi Frekuensi 95,7 MHz
290 80
280 90
-100
270 100
260 110
250 120
240 130
230 140
220 150
210 160
200 190 180 170
Gambarlah : Grafik dalam bentuk radar untuk hasil polaradiasi Frekuensi 107,9 MHz
250 120
240 130
230 140
220 150
210 160
200 190 180 170
13
Gambarlah : Grafik dalam bentuk line chart hasil polaradiasi Frekuensi 95,7 MHz
Chart Title
Frekuensi = 95.7 MHz Antena Dipole pendek posisi Horizontal Input Level (dBm)
Frekuensi = 95.7 MHz Antena Dipole panjang posisi Horizontal Input Level (dBm)
Frekuensi = 95.7 MHz Antena Dipole Panjang posisi Vertikal Input Level (dBm)
0
0 20 40 60 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-10 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36
-20
-30
-40
-50
-60
-70
-80
-90
Gambarlah : Grafik dalam bentuk line chart hasil polaradiasi Frekuensi 107,9 MH
-20
-30
-40
-50
-60
-70
-80
-90
14
6. ANALISA DATA PERCOBAAN
Dari hasil percobaan ini dapat diketahui bahwa antenna dipole memiliki pola radiasi
tegak lurus terhadap bidang antenna. Jika posisi mendatar dengan antenna dipendekkan
maka hanya sedikit menangkap gelombang sinyal radio dan arahnya tidak terfokus pada
satu arah tertentu. Sehingga agak sulit menentukan posisi pemancar.
Jika antenna horizontal dipanjangkan maka sinyal gelombang radio akan diterima
lebih banyak, tetapi ada beberapa resiko interferensi dari gelombang radio lain. Jika posisi
antenna dipole yang dipanjangkan pada posisi vertikal, maka resiko interferensi akan
menjadi lebih kecil, antenna juga akan lebih terarah pada satu arah tertentu. Gelombang
radio yang diungkap akan memiliki input level yang lebih besar karena pola radiasi yang
memanjang ke atas sesuai dengan tinggi antenna, sehingga gelombang radio dari pemancar
bisa ditangkap lebih banyak.
Perbedaan antara antenna dipasang horizontal dan vertikal adalah antenna yang
dipasang secara vertikal, daya tangkapnya lebih bagus. Hal ini dibuktikan pada tabel hasil
percobaan dimana antenna dipole yang dipasang secara vertikal input levelnya jauh lebih
besar daripada antenna dipole yang dipasang secara horizontal.
7. KESIMPULAN
1. Radiation pattern atau pola radiasi adalah penggambaran pancaran energy suatu
antenna sebagai fungsi koordinat ruang. Pancaran energy yang dimaksud adalah
intensitas medan listrik dan daya.
2. Antenna terarah adalah antenna yang mampu memancarkan atau menerima
gelombang elektromagnetik pada arah tertentu saja. Antenna tidak terarah adalah
antenna yang mampu memancarkan atau menerima ke segala arah
3. Antenna dipole memiliki pola radiasi tegak lurus terhadap bidang antenna.
4. Daya tangkap antenna dipole yang dipasang secara vertikal lebih bagus karena input
levelnya jauh lebih besar daripada antenna dipole yang dipasang secara horizontal.
15
LAMPIRAN
Tabel 1. Pada stasiun Radio: 1-Radio FM
16
Tabel 2. Pada stasiun Radio: 1-Radio FM
17